Samodra, Model Pembelajran Direct Teaching Dan Sport Education Model
41
MODEL PEMBELAJRAN DIRECT TEACHING DAN SPORT EDUCATION MODEL Y. Touvan Juni Samodra Jurusan Pendidikan Jasmani FKIP Universitas Tanjung Pura Kalimantan Barat email:
[email protected], hp: 08134507931
Abstract: Model pembelajaran disediakan untuk mencapai tujuan instruksional. Dengan pemilihan model yang tepat maka akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang dihadapkan. Beberapa model pembelajaran yang dikenal adalah Direct teaching, Sport education, peer teaching, TGFu, Inquiry, PSI dan cooperative. Setiap model memiliki ciri khas dan kegunaan masing-masing berangkat dari dasar filosifi, kebermaknaan belajar bagi guru, bagi siswa dan yang terpenting yang membedakan setiap model adalah bagaimana skenario pembelajaran. Dalam makalah ini dibahas direct teaching dan sport education model. Direct teaching adalah model pembelajaran yang menitik beratkan peran guru dari merencanakan, melaksanakan, melakukan pengontrolan sampai evaluai. Peran siswa melaksanakan apa yang ditekankan oleh guru, kreteria bahwa siswa telah mencapai capaian adalah kreteria yang diberlakukan dan disusun oleh guru. Sport education model adalah model pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengambil peran pada ketertarikan dan kemampuan. Hal yang terpenting dari model ini adalah adanya kompetisi dan siswa diajak berfikir, berlatih, berorganisasi agar kompetisi terselenggara dan sukses. Siswa tetap mengikuti pelajaran yang diagendakan tetapi dalam pelaksanaan kompetisi siswa memiliki spesialis misalnya sebagai pemain, P3K, wasit, pelatih, menejer, event organiser, pemandu sorak bahkan menjadi suporter yang baik. Inti dari sport education model adalah adanya pertandingan/kompetisi sebagai puncak dari proses PBM. Kata kunci: direct teaching, sport education, kompetisi, model pembelajaran.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata palajaran dalam kurikulum pendidikan nasional. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan melalui jasmani atau pendidikan melalui dan tentang jasmani. Pendidikan jasmani di Indosia terkadang kabur dengan istilah phsyical and sport education yang dalam pendangan Inggris hal ini adalah sesuatu yang berbeda. Physical education is esendtiall an educational process whereas the focus, dan sport education focus is activity (susan Capel: 137) selanjutnya dikatakan dalam buku lain mengatakan adanya hubungan yang erat bak dua bilah mata uang antara phsyical education dan sport education. Ahli lain mengatakan pendidikan jasmani “is a part of the general educational program that contributes, primarily through movement expreriences, to the total growth and development of all children. Physical eduction is defined as educatinal of and through movement, and must be conducted in a manner that merits this meaning” (Dauer: 1992). Secara ringkas sehingga
disepakati (dalam makalah ini) phsyical education dipergunakan dalam ranah pendidikan untuk tujuan pedagogi dalam kependidikan dan sport education lebih mengacu pada Sport hight performance untuk mengarah kepada kecabangan. Berdasarkan konsep ini jika dianalis lebih lanjut keterhubungan antara sport education dan phsyical education adalah dalam pelaksanaan physical education mempergunakan sport dan dalam pelaksanaan sport ada unsur-unsur education yang ditanamkan dan dididikkan. Dalam upaya untuk melaksanakan proses belajar mengajar baik itu phsyical education dan sport education dibutuhkan cara agar tujuan tercapai. Dalam konsep pendidikan jasmani domain atau ranah yang dididik adalah kognitif afektif dan psikomotor, dimana guru pendidikan jasmani akan lebih banyak pada ranah psikomotor dan berupa skill dalam gerak kecabangan (sport). Dalam upaya untuk mendidik siswa agar dapat terdidik denga pendidikan jasmani dibutuhkan media dan cara yang benar dan butuh pemahaman
41
42 Jurnal ILARA, Volume I, Nomor Samodra, 2, Desember hlm. Direct 41 - 47 Model 2010, Pembelajran Teaching Dan Sport Education Model
yang benar perihal cara dan penggunaannya. Misalnya ada pertanyaan bagimana pendidikan jasman mendidik domain kognitif, atau afektif? Dengan mempelajari dan mendalami model-model pembelajaran kita akan dengan mudah meramu pelajaran agar dapat melaksanakan hal tersebut. Hal ini tentunya dapat dilakukan dengan pengetahuan perihal isi (content) dari pendidikan jasmani itu sendiri. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang penerapan dua model pembelajaran dari beberapa model yang ada dalam bukunya Metzler yaitu direct teaching dan sport education model. Hal kedua adalah memberikan penyadaran bahwa tidak ada model yang ampuh untuk mengatasi semua masalah dalam proses belajar mengajar. Sebagai guru harus menguasai model-model pembelajaran yang ada dan keahliah guru dan kerjasama dengan sumber saya yang ada yang akan menentukan keberhasilan dalam PMB, bukan semata terletak pada guru. Pembahasan Model pembelajaran merupakan bahan yang bukan baru di bidang pendidikan jasmani. Dari beberapa model yang ada beberapa model telah diadopsi dalam pendidikan jasmani. Dimana setiap model memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Model-model tersebut adalah seperti dalam diagram. Dalam banyak model dibawah ini sebagian guru pendidikan jasmani lebih banyak mengenal model direct teaching. Hal ini dikarenakan telah membudidaya dan lebih mudah dan guru memiliki kontrol terhadap proses belajar mengajar. Apakah ini salah? Tentu tidak. Setiap model diciptakan dengan memiliki latar belakang dan tujuan masingmasing. Dicontohkan untuk tujuan penguasaan cabang yang sifatnya close skill misalnya akan lebih efisien menggunakan model direct teaching, sedangkan untuk memupuk rasa toleransi, kerjasama dipergunakan model Cooperative learning, untuk kepentingan pemahaman siswa terhadap kebutuhan keterampilan skill terhadap suksesnya permainan lebih efektif
42
jika menggunakan TGFu. Pembelajarn yang berorientasi pada kemandirian siswa dalam belajar maka dipilih PSI (Personalized system for instructional). Dalam tulisan ini akan dibahas dua model yaitu direct teaching dan Sport education. Sebagai perbandingan antara model yang familier dengan masyarakat dengan model yang sebenarnya juga familier tetapi secara istilah belum begitu populer. 1. Direct Teaching Dasar teori: model ini mengambil filosofi dasar dari aliran behavioralistik dimana stimulus dan respon memegang peranan penting. Siswa diajarkan untuk melakukan kegiatan yang benar dengan kontrol yang ketat. Model ini menuntut siswa melaksanakan apa yang direncanakan oleh guru dengan konsekeuensi adanya “reward”. Guru adalah model yang baik dan harus sangat menguasai materi yang diberikan kepada siswa. Adalah sebuah kesalahan ketika menempatkan guru sebagai dewa yang tidak pernah salah. Cara ini akan sangat baik ketika tingkat penguasaan guru terhadap materi, siswa, lingkungan, skenario sangat-sangat “exelence”. Arti mengajar bagai guru dan belajar bagi siswa. Bagi guru: Guru adalah sumber utama dari semua perencanaan yang ada, Guru menentukan isi, tempat, aktivitas belajar dan peningkatan pembelajaran, Guru harus dapat mentranser ilmu dengan efektif dan efisien, Guru harus dapat memanfaatkan semua sumber yang ada untuk terlaksananya proses belajar, Guru disamping merencanakan juga merupakan pelaksana dari perencanaan yang diimplementasikan kepada siswa. Bagi siswa: Siswa belajar dari hal yang mudah ke sukar, sederhana ke komplek, Siswa harus dengan jelas mengerti tugas yang menjadi bahan ajar dan dipelajari termasuk kreteria keberhasilan, Belajar merupakan konsekuensi yang akan ada “reward”, Siswa membutuhkan banyak bantuan dalam mempelajari bahan yang dipelajari, Dalam belajar siswa berhak untuk mendapatkan umpan balik agar terjadi proses belajar dengan benar.
Samodra, Model Pembelajran Direct Teaching Dan Sport Education Model
43
Direct Teaching
Cooperative
PSI
Model Pembelajaran Penjas
Peer teachng
TGFu
Inquiry • Spor ecucation
Gambar 1. Model Direct Teaching Keahliah Guru dan Analisis Kontek Domain belajar yang diutamakan secara berurutan sebagai berikut: Pertama: Psikomotor, Kedua: Cognitif, Ketiga: Affectif. Siswa lebih banya waktu untuk melakukan praktek, Praktek harus sesuai dengan tujuan dan belajar secara lebih individu meskipin itu dalam kelompok, Siswa yang latihan akan lebih mendapatkan keberhasilan yang tinggi, Guru yang efektif harus mendesain agar menciptakan lingkungan belajar, Guru yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, Perkembangan isi pelajaran harus meningkatkan pembelajaran. Penilainan Proses Belajar Mengajar Penilaian terdiri atas formal dan informal; Formal dilakukan dengan melakukan: Siswa diberikan daftar keberhasilan pencapaian belajar dari setiap materi yang dipelajari, ketika telah mencapai bahan yang telah dipelajari baru kemudian dapat naik pada meteri berikutnya, Dilakukan tes secara periodik, dengan test, quizzes, oral test, skill test dengan kreteria yang telah dibuat baik acuan norma atau patokan, Pengamatan terhadap kemempuan siswa,
ketika dianggap bisa baru melanjutkan pada tahap berikutnya, Observasi yang dilakukan oleh sesama siswa, Informal: Jika siswa 80% sudah menguasai maka pelajaran dilanjutkan pada tingkatan selanjutnya, Guru memonitor secara sampling terhadap kinerja siswa. Modifikasi Instruksional Pendidikan Jasmani
Untuk
Metode ini sebenarnya paling baik didesain untuk pembelajaran keterampilan konsep dan gerak dasar, ketika ingin mengembangkan afektif ataupun kognitif penggunaan model ini tidak akan begitu efektif. Pembelajaran yang dapat menggunakan model ini. Model ini akan baik jika dipergunakan untuk materi-materi sebagai berikut: Olahraga individu, Olahraga team (tetapi khusus untuk pemula dan menengah), Menari, Aerobik (semua pembelajaran yang membutuhkan bantuan guru secara langsung), Olahraga yang gerakannya diulang-ulang (angkat beban, senam, streaching), Olahraga nonkompetisi. Merupakan model pembelajaran yang paling dikenal dimana guru secara langsung menyusun, mengarahkan, membimbing dan mengevaluasi apa yang dilaksanakan dalam
44 Jurnal ILARA, Volume I, NomorSamodra, 2, Desember 2010, hlm.Direct 41 - 47 Model Pembelajran Teaching Dan Sport Education Model
proses pembelajaran. Model ini dapat dikatakan dengan slogan “ guru bicara siswa melaksanakan” atau “guru punya perintah siswa punya capek”. Dalam model ini peranan guru mencapai 80% dimulai dari menyiapkan bahan, memberikan skill, memberikan contoh, memberikan feedback, bahkan sampai langkah yang dilakukan oleh siswa dikontrol oleh guru. Terkesan dalam metode ini guru adalah tuhan yang menentukan apa dan semua yang akan dipelajari serta memberi kabel kepada siswa status keberhasilan belajar. Proses belajar mengajar berlangsung satu arah dengan guru sebagai komandan dan siswa
44
sebagai pelaksana. Domain yang menjadi urutan dalam model ini adalah psikomotor, kognitif baru afektif. Meskipun cara ini sebagai cara yang dianggap kuno tetapi cara ini banyak dipakai karena alasan praktis mudah dan memang cara yang sudah turun-temurun diperoleh, dengan cara ini guru dapat mengontrol belajar siswa dan menguasai semua lini. Lemahnya cara ini ketika guru tidak kompeten maka akan mengakibatkan PBM tidak berjalan dengan baik. Cara ini juga dapat dikatakan dengan ibaratnya “dilaksanakan seperti membuka buku sampai dengan menutup kembali pada halaman akhir” merupakan tugas guru.
Diagram pembelajaran Direct Teaching Menyususun Materi
Siwa melaksanakan
Evaluasi proses
Penutupevaluasi penutup
GURU
• Gambar 2. Diagram Pembelajaran Direct Teaching
Secara filosofi model ini didasarkan pada teorinya Skinner sebagai aliran behavioral yang kental dengan adanya stimulus dan respon. Sehingga model ini akan banyak adanya rangsangan dan ”hadiah” sebagai akibat dari respon yang diberikan dan dikenal istilah reward dan punishment. Ketika siswa melakukan hal yang baik maka guru akan memberikan reward potitif, dan ketika melakukan hal yang salah maka akan diberikan reward negatif. Proses belajar mengajar mengukuti alur sebagai berikut Shaping, modeling, practice, feedback, and reinfocement (metzler: 165). Model ini dalam mendidik siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor memang mengkhususkan diri mendidik diutamakan adalah mendidik psikomotor, kognitif baru orientasi ketiga afektif. Sehingga ketika ingin membelajarkan anak untuk belajar gerak
dengan materi tertentu dan akan menuntut kualitas maka pakailah model ini. 2. Sport Education Dasar teori, dari kajian kurikulum pendididikan jasmani sport education memiliki pengertian, Sport education is a curriculum that can be espanded far beyond the scholl to encompass many sport activities throughout the community (Jewet: 171). Dan hal ini sejalan juga dengan model pembelajaran yang menganut sport education model. Dari sisi kurikulum menjadikan sport education model sebagai kerangka besar dan dari model pembelajaran juga disediakan model dengan istilah yang sama. Beberapa kurikulum pendidikan jasmani yang dikenal antara lain sport education, Fitnes
Samodra, Model Pembelajran Direct Teaching Dan Sport Education Model
education, personal meaning, movement Analysis, Development model. Dasar teori yang dipergunakan dalam model ini (sport education) adalah seperti apa yang diungkapkan oleh Darly Siedentop dimana diambil filosifi bahwa olahraga adalah bentukan dari permainan/bermain. Dengan memberikan suatu tempat yang khusus pada masyarakat dan telah berkembang sesuai dengan sejarah dan global. Jika olahraga diterima sebagai sebuah bentuk dari bermain maka nilai terkandung akan membetuk masyarakat dan secara resmi merupakan proses bagaimana orang datang dan belajar untuk berpartisipasi dalam budaya olahraga. Budaya yang dimaksud adalah pelaksanaan nilai dan tatacara yang terkandung dalam olahraga. Sport education diadaptasi dengan adanya pertandingan-pertandingan, sehingga siswa akan memiliki jiwa yang sportit, belajar nilai, skill, ritual, peraturan, tradisi dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan olahraga. Sehingga ketika menerapkan pembelajaran model ini hal yang terpenting adalah mendesain pembelajaran sampai pada kompetisi. Siswa diberi kesempatan untuk mengambil bagian, berperan mengambil bagian pada hal yang diminati dan dapat dilakukan. Tidak semua siswa mampu Aktivitas belajar Membuat keputusan organisasi (siswa sebagai event organiser) Latihan (siswa sebagai pemain)
Latihan (siwa sebagai pelatih)
Selama bermain (siswa sebagai pemain)
Selama bermain (siswa sebagai pelatih)
45
menjadi atlet, sehinga siswa yang kurang menyukai keterlibatan langsung dapat berperan dan belajar dengan menjadi wasit, hakim garis, P3K, pemandu sorak, suporter yang baik, pencari data, menejer, pelatih, asisten pelatih, tukang pijat dan masih banyak bagian lagi yang kesamuanya dilakukan untuk proses pembelajaran. Ciri utama dari model ini adalah adanya kompetisi dan siswa diajak untuk berfikir bagaimana caranya agar kita dapat mengikuti, merasakan, melaksanakan, terlibat dalam kompetisi dengan segalam adat istiadat kecabangan yang diikuti. Model ini dapat dipergunakan untuk siswa kelas 4 sekolah dasar ke atas. Arti mengajar bagai guru dan belajar bagi siswa, bagi guru: Diperlukan penggabungan atau kombinasi penggunaan strategi, fasilitas dan variasi dalam belajar. Strategi ini termasuk direct teaching, cooperative, peer, small group teaching. Guru harus mengkondisikan adanya pertandingan (musim kompetisi) untuk siswa. Guru mengarahkan siswa tentang nilai, tradisi yang berhubungan dengan kecabangan yang diikuti. Guru harus merencanakan agar siswa dapat terfasilitasi agar mendapat kesempatan untuk belajar dan bertanggungjawab dalam mengambil peranan dalam sesi kompetisi. Domain Kognitif afektif Psikomotor Kognitif affektif Kognitif Affektif psikomotor Psikomotor Kognitif affektif Kognitif (strategi, taktik) Affektif (kepemimpinan), psikomotor
Dst tergantung keterlibatan siswa dalam kompetisi/pertandingan… Bagi siswa: Dengan bimbingan dan fasilitasi dari guru siswa membuat banyak keputusan apa yang harus dilakukan dan bertanggungjawab atas keputusan tersebut.
Kesempatan untuk siswa agar mempelajari setiap kejadian dan masuk dalam pengambilan keputusan. Siswa bekerjasama dalam susunan team untu
46 Jurnal ILARA, Volume I, Nomor Samodra, 2, Desember hlm. Direct 41 - 47 Model 2010, Pembelajran Teaching Dan Sport Education Model
46
mencapai tujuan. Mempelajari olahraga dengan Aktif, dan sebagai partisipan.
dalam model ini. Yang tidak diterima adalah tidak ada kompetisi.
Siswa dapat memperkirakan perkembangannya dengan baik untuk mereka sendiri tetapi terkadang dibutuhkan bimbingan dari guru. Model ini sungguh memberikan hal yang nyata dari pengalaman olahraga yang secara umum disusun dengan setting keikutsertaan aktif dalam kompetisi olahraga.
Skenario Model Dalam Sport Education
Keahliah Guru dan Analisis Kontek Dalam model ini aspek yang dikembangkan secara berurutan: Dalam model ini domain yang dikembangkan tergantung dari apa yang ditekankan dan dalam setiap bagian, sehingga model ini adalah model yang mengembangkan semua ranah dalam domain kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini terjadi karena model ini dalam pelaksanaannya diperlukan penggabungan/kombinasi dari modelmodel pembelajaran yang lain. Sehingga dapat sedikit dicontohkan bagimana kontek pengembangan domain ini tergantung dari aktivitas belajar yang dilakukan atau peran apa yang diambil siwa untuk mensukseskan kompetisi/pertandingan: Penilainan proses belajar mengajar, Penilaian dalam model ini lebih banyak menekankan pada proses, proses bagaimana siswa berusaha untuk menguasai nilai dan tradisi dari kompetisi kecabangan. Sehingga masuk di dalamnya juga penilaian terhadap keterampilan dasar, pengetahuan peraturan dan strategi, kinerja ketika pertandingan dan penguasaan taktik, keanggotaan dalam team, tingkahlaku yang baik. Modifikasi instruksional untuk pendidikan jasmani. Model ini sangat terbuka luas untuk diadakan modifikasi dan model ini menerima semua jenis modifikasi. Hal utama yang membedakan model ini dengan model lain terletak pada harus adanya kompetisi sebagai suatu titik kultimasi dari pelajaran yang sedang dilaksanakan. Sehingga semua modifikasi tentang peraturan, peralatan, lapangan, latihan fisik, program semua diterima
Ketika sekolah telah menetapkan model ini maka diharapkan seluruh sekolah konsekuen dengan kegiatan yang dilaksanakan. Guru menyusun rencana kecabangan yang akan dipetandingkan atau dikompetisikan pada akhir periode waktu ajar. Guru menentukan apa saja yang diperlukan untuk mensukseskan kompetisi tersebut, berdasarkan hal ini diberikan kepada siswa dan siswa dengan kemampuan masing-masing berusaha untuk mengambil peran yang dapat dilaksanakan. Dalam hal ini proses PBM yang mengajarkan keterampilan teknik ataupun taktik setiap siswa harus mengikuti, yang menjadi hal bahwa model ini berbeda adalah siswa mengambil peran dan memperdalam ke salah satu satu bagaian dari yang dibutuhkan untuk kepentingan pelaksanaan kompetisi. Selama proses pembelajaran dan kegiatan yang berhubungan dengan kecabangan siswa berkegiatan agar memperdalam keahliannya yang pada akhirnya dipertunjukkan dalam kompetisi agar kompetisi berjalan sukses. Sehingga dalam prakteknya setiap siswa tidak akan sama hal yang dikembangkan (kognitif, afektif dan psikomotor). Untuk siswa yang memilih menjadi pelatih maka dia harus mengembangkan kemampuan dan memperkuat kognitif afektif dan tentunya mensyaratkan psikomotor yang baik. Ketika siswa memilih untuk menjadi pemain maka psikomotor yang akan didalami. Dalam model ini sekolah yang menggunakannya seperti akan memiliki tradisi, tradisi untuk berlatih belajar dan akhirnya bertanding dengan mengembangkan semua ranah dalam pendidikan. Peran apa yang akan diambil oleh siswa? Bagaimana mengembangkannya? Merupakan pekerjaan pengembangan dalam pembalajaran dan pembelajaran tambahan yang akan menuntut persiapan dan keseriusan dari sekolah.
Samodra, Model Pembelajran Direct Teaching Dan Sport Education Model
47
Gambar 3. Konsep Dan Gerak Dasar Kesimpulan Model pembelajaran merupakan cara menyampaikan pelajaran agar efektif dan efisien. Ada beberapa model pembelajaran yang telah diadopsi dalam pendidikan jasmani. Dua model yang dibahas dalam tulisan ini adalah direct teaching dan sport education model. Direct teaching menekankan pada pembelajaran dimana guru sebagai perencana, pelaksana dan evaluator, siswa sebagai pelaksana apa yang telah direncanakan oleh guru. Model sport education merupakan model yang memiliki ciri mengharuskan adanya kompetisi atau pertandingan sebagai puncak kegiatan PBM. Guru merencanakan kecabangan yang dipilih dan siswa mengambil bagian berdasarkan keberminatan den kemampuan. Siswa boleh bertindak sebagai pelatih, atlet, tukang pijat, P3K, event organiser, wasit, pemandu sorak, yang kesemuanya diarahkan untuk terselenggaranya kejuaraan atau pertandingan. DAFTAR RUJUKAN Adang suherman Keterlantaran
(2009).
Revitalisasi Pengajaran
dalamPendidikan Jasmani. Ikip Bandung Press: Bandung Adang suherman (2009). Belajar dan Pembelajaran. FPOK-UPI BR Hergenhahn. Matthew H. Olson (2008). Teori Belajar (terjemahan). Kencana predana media Group: Jakarta Bruce Joyce & Marsha Weil. (2000). Model of Teaching Sicht Edition. Allyn and Bacon Inc: London Hamzah B. Uno. (2008). Model pembelajaran menciptakan proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan efektif. Bumi Aksara: Jakarta James A. Beane. (1986). Curriculum Planning and Development. Allyn and Bacon. Inc: London Jewet E Ann, Linda L Bain, Cahteine D. Ennis. (1995) The curriculum Process in physical Education. Brown & Benchmark: Dubuque Michal W. Metzler. (2000). Introduction Models for physical Education. Allyn and Bacon Inc: London Susan Capel (200). Issue in physical education. Published Taylor & Francis Group e-Library. Canada. Volume 3 Number 1 (1994). Sport Science Review Sport pedagogi.