MODEL PEMBELAJARAN LABORATORY BASED EDUCATION Sistem Pembelajaran yang Memadukan Proses Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian di Laboratorium
Service
Learning Outcome
Research
Output
Education
Yusuf Bilfaqih Aulia Siti Aisyah Widiyastuti
1
ii
PRAKATA Alhamdulillah, puji syukur ke hadlirat Allah SWT, atas petunjuk dan pertolongan Nya penulis dapat menyelesaikan buku ini. Melalui buku ini penulis hanya mengumpulkan bagian-bagian yang terserak dan berusaha mengemasnya untuk merepresentasikan sistem pembelajaran laboratory based education (LBE). Kontribusi yang lebih besar sebenarnya diberikan oleh pihak pimpinan di ITS yang telah berkomitmen untuk menjalankan LBE dan banyak pihak yang telah menyelenggarakan LBE. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu di sini, termasuk bagi pembaca yang budiman. Kalaupun masih banyak kekurangan di dalam buku ini, hal itu semata-mata menunjukkan kelemahan penulis. Di samping itu, memang banyak bagian yang masih harus dibahas lebih luas dan mendalam, semoga dapat direalisasikan pada tulisan berikutnya. Model pembelajaran laboratory based education - Sistem pembelajaran yang memadukan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian di laboratorium demikian judul buku ini. Sederhananya, di sini menggunakan pendekatan laboratorium sebagai sistem pembelajaran dengan proses pendidikan, proses penelitian dan proses pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk pembelajaran. Model pembelajaran ini memadukan ketiga program Tri Dharma Perguruan Tinggi (Tri Dharma PT) ini dalam sistem pembelajaran di laboratorium. Ada dua bingkai cara pandang dalam menyusun model sistem ini, yaitu pendekatan "system of process" dan model referensi pengembangan yang diadopsi dari ISO 19796. Pendekatan pertama, menempatkan laboratorium sebagai sebuah sistem pembelajaran yang terdiri atas proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pendekatan ini menempatkan laboratorium sebagai unit terkecil dalam institusi atau universitas untuk mengemban tugas melaksanakan Tri Dharma PT. Pendekatan kedua merupakan model referensi dalam pengembangan laboratorium sebagai sistem pembelajaran tersebut. Model referensi ini menyediakan tahapan-tahapan yang terdiri atas beberapa proses untuk pengembangan sistem pembelajaran yang bermutu melalui pemanfaatan TIK. Kedua pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan model laboratorium sebagai sebuah sistem pembelajaran yang dapat menggerakkan ketiga roda proses bisnis utama di perguruan tinggi secara terpadu. Melalui sinergi proses pendidikan, penelitian dan pengabdian dapat menjamin keberhasilan memenuhi capaian pembelajaran mahasiswa. Capaian pembelajaran bahkan dapat ditingkatkan secara signifikan dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan praktis melalui pengalaman belajar di laboratorium. Pendekatan laboratory based education (LBE) mulai dilaksanakan di ITS semenjak program Predict-ITS pada bulan Juni tahun 2006. Program ini semula diterapkan pada program pascasarjana S2, sedangkan saat ini telah berkembang penerapannya
iii
lebih luas dan terpadu mencakup program sarjana S1 dan program doktor S3. Pendekatan pembelajaran LBE ini menekankan perlunya kepala laboratorium membimbing dan mengawasi mahasiswa pascasarjananya semenjak hari pertama mengikuti program hingga menyelesaikannya dan tesis mahasiswa pascasarjana dibuat berdasarkan penelitian bersama di bawah payung Predict-ITS atau proyek penelitian lain. Hal ini dimaksudkan untuk mengorganisasikan penelitian di laboratorium ke dalam sebuah kelompok penelitian dengan seorang peneliti utama bersama mahasiswa/stafnya, dan membuat mahasiswa meluangkan waktu lebih banyak di laboratorium untuk mengerjakan penelitiannya bersama dengan senior, teman seangkatan dan yuniornya. Dalam praktiknya, pendekatan LBE merupakan suatu bentuk pendidikan yang telah menjadi identitas ITS dengan keunikan kemampuan LBE untuk menggerakkan roda proses bisnis utama: pendidikan, penelitian dan pengabdian secara terpadu. Pendekatan LBE juga telah membangun karakter mahasiswa ITS dalam kehidupan sehari-hari. Namun praktik-praktik terbaik yang telah dilaksanakan hanya terlihat polanya tetapi belum terdapat model yang definitif sehingga praktik satu laboratorium dengan laboratorium yang lain menjadi berbeda. Keberhasilan satu laboratorium sering kali tidak diikuti oleh laboratorium yang lain, sebaliknya kegagalan satu laboratorium terulang pada laboratorium yang lain. Buku ini membahas penyusunan model konseptual sistem pembelajaran Laboratory based Education melalui adaptasi ISO 19796. ISO 19796 memberikan model acuan dalam pengembangan Learning, Education, dan Training berbasis ICT. Model konseptual sistem pembelajaran LBE mencakup bagaimana semua sumber daya yang ada menjalankan beragam aktivitas untuk menggerakkan roda proses bisnis utama: pendidikan, penelitian dan pengabdian secara utuh dan terpadu. Keberhasilan penerapan model tersebut diharapkan akan memberikan jaminan keberhasilan pelaksanaan sistem pembelajaran LBE. Keberhasilan pelaksanaan sistem pembelajaran LBE tentu dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pelaksanaan Tri Dharma PT.
Surabaya, 15 Pebruari 2016 Tim Penulis
iv
DAFTAR ISI PRAKATA......................................................................................................... iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix DAFTAR TABEL................................................................................................. xi PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 BAB 1 LABORATORIUM ................................................................................... 5 1.1 1.2 1.3
MENGAPA DIPERLUKAN LABORATORIUM ................................................................5 APA SAJA MACAM LABORATORIUM .......................................................................6 BAGAIMANA MENGELOLA LABORATORIUM .............................................................8
BAB 2 ORGANISASI SEBAGAI SUATU SISTEM.................................................... 9 2.1
2.2
PENDEKATAN SISTEM DARI PROSES .......................................................................9 2.1.1 Pengertian dan Definisi ......................................................................9 2.1.2 Lingkaran Pengaruh .........................................................................13 ORGANISASI SEBAGAI SISTEM .............................................................................14 2.2.1 Mengapa Proses Manajemen Misi ..................................................18 2.2.2 Mengapa Proses Manajemen Sumber Daya ....................................20 2.2.3 Mengapa Proses Penciptaan Permintaan ........................................21 2.2.4 Mengapa Proses Pemenuhan Permintaan.......................................23 2.2.5 Manajemen Proses ..........................................................................25
BAB 3 LABORATORIUM SEBAGAI SISTEM....................................................... 35 3.1 3.2 3.3
3.4
3.5
3.6 3.7 3.8
VISI DAN MISI .................................................................................................35 TATA NILAI DAN KARAKTER ................................................................................37 PENDIDIKAN SEBAGAI SEBUAH PROSES .................................................................39 3.3.1 Proses Bisnis Pendidikan ..................................................................40 3.3.2 Proses Kerja Pendidikan ...................................................................41 PENELITIAN SEBAGAI SEBUAH PROSES ..................................................................43 3.4.1 Proses Bisnis Penelitian ....................................................................44 3.4.2 Proses Kerja Penelitian .....................................................................45 PENGABDIAN SEBAGAI SEBUAH PROSES................................................................46 3.5.1 Proses Bisnis Pengabdian Kepada Masyarakat ...............................47 3.5.2 Proses Kerja Pengabdian Kepada Masyarakat ................................47 LINGKARAN PENGARUH TRI DHARMA PT ..............................................................49 PRAKTIK TRI DHARMA YANG DISUKAI ..................................................................54 LABORATORIUM SEBAGAI PENGGERAK TRI DHARMA PT ..........................................57
BAB 4 MODEL DESAIN PEMBELAJARAN ......................................................... 61 4.1 4.2 4.3 4.4
MODEL DICK & CAREY ......................................................................................61 MODEL JEROLD E. KEMP ...................................................................................63 MODEL ASSURE .............................................................................................65 MODEL ADDIE ...............................................................................................67
v
4.5 4.6
MODEL QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT ........................................................... 68 MODEL DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS ISO 19796 ........................................... 70 4.6.1 Analisis Kebutuhan .......................................................................... 71 4.6.2 Analisis Rangka Kerja ....................................................................... 71 4.6.3 Konsepsi/Desain Pembelajaran LBE ................................................. 72
BAB 5 ANALISIS KEBUTUHAN ........................................................................ 75 5.1 5.2 5.3 5.4
INISIASI .......................................................................................................... 75 IDENTIFIKASI STAKEHOLDER................................................................................ 79 DEFINISI SASARAN............................................................................................ 81 ANALISIS PERMINTAAN ..................................................................................... 83
BAB 6 ANALISIS RANGKA KERJA .................................................................... 87 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6
ANALISIS KONTEKS EKSTERNAL ........................................................................... 87 ANALISIS LINGKUNGAN ..................................................................................... 90 ANALISIS SUMBER DAYA STAF ............................................................................ 91 ANALISIS KELOMPOK TARGET ............................................................................. 94 ANALISIS KONTEKS ORGANISASI DAN INSTITUSI ...................................................... 96 ANALISIS PERENCANAAN WAKTU DAN BIAYA.......................................................100
BAB 7 KONSEPSI/DESAIN PEMBELAJARAN LBE ............................................. 101 7.1 7.2 7.3
7.4
7.5 7.6
7.7
7.8 7.9
vi
TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................................102 KONSEP MATERI ............................................................................................105 KONSEP/ METODE DIDAKTIK............................................................................108 7.3.1 Prinsip-prinsip Kegiatan Belajar Mengajar ....................................109 7.3.2 Pembelajaran Lewat Eksperimentasi Interaktif .............................111 7.3.3 Pembelajaran Eksperiensial ...........................................................112 7.3.4 Lingkungan Laboratorium Pembelajaran Terpadu ........................113 7.3.5 Pendidikan Karakter ......................................................................114 MANAJEMEN LABORATORIUM ..........................................................................115 7.4.1 Manajemen Misi ............................................................................117 7.4.2 Manajemen Sumber Daya .............................................................119 7.4.3 Manajemen Penciptaan Permintaan .............................................120 7.4.4 Manajemen Pemenuhan Permintaan ............................................121 KONSEP ORGANISASIONAL ...............................................................................129 KONSEP TEKNIS .............................................................................................130 7.6.1 Rencana Pengembangan Laboratorium ........................................131 7.6.2 Penataan Bahan dan Peralatan .....................................................132 7.6.3 Pengelolaan Bahan dan Peralatan ................................................134 KONSEP EKSPERIMEN......................................................................................135 7.7.1 Laboratorium Simulasi ...................................................................136 7.7.2 Laboratorium Berjarak...................................................................140 7.7.3 Perbandingan dan Pemilihan Laboratorium Daring ......................143 KONSEP SIM LABORATORIUM ..........................................................................146 KONSEP KONSULTASI DAN BIMBINGAN...............................................................149 7.9.1 Bimbingan Berhirarki .....................................................................150 7.9.2 Bimbingan Khusus..........................................................................151 7.9.3 Seminar Laboratorium Mingguan..................................................152
7.10
7.11
KONSEP PUBLIKASI, SEMINAR DAN JURNAL ........................................................ 152 7.10.1 Publikasi Hasil-hasil Penelitian ...................................................... 153 7.10.2 Pola Kompetisi/ Kontes ................................................................. 154 7.10.3 Pola Penghargaan (penghargaan akademis & non-akademis) .... 155 KONSEP KEBERLANJUTAN................................................................................ 155 7.11.1 Konsep Manajemen Mutu............................................................. 155 7.11.2 Konsep Pendapatan & Pendanaan ............................................... 160
BAB 8 PANDUAN SISTEM PEMBELAJARAN LBE............................................. 163 8.1 8.2 8.3 8.4
8.5
8.6
8.7
DESKRIPSI SISTEM ......................................................................................... 163 PENERIMAAN MAHASISWA DI LABORATORIUM ................................................... 166 MEDIA DAN SARANA PEMBELAJARAN................................................................ 167 PERAN TENAGA PENDIDIK ............................................................................... 168 8.4.1 Koordinator Bidang Studi .............................................................. 168 8.4.2 Kepala Laboratorium .................................................................... 169 8.4.3 Ketua Grup Pendidikan ................................................................. 170 8.4.4 Ketua Grup Penelitian ................................................................... 170 8.4.5 Ketua Grup Pengabdian ................................................................ 171 PERAN TENAGA KEPENDIDIKAN........................................................................ 172 8.5.1 Manajer Sumber Daya .................................................................. 174 8.5.2 Manajer Pemasaran ..................................................................... 175 PERAN PESERTA DIDIK ................................................................................... 177 8.6.1 Penanggung Jawab Laboratorium ................................................ 177 8.6.2 Koordinator Pendidikan ................................................................ 178 8.6.3 Koordinator Penelitian .................................................................. 178 8.6.4 Koordinator Pengabdian ............................................................... 179 8.6.5 Asisten Praktikum/ Pembelajaran ................................................ 179 8.6.6 Pembimbing Penelitian ................................................................. 180 8.6.7 Anggota Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat............... 180 EVALUASI PEMBELAJARAN .............................................................................. 181
BAB 9 PENUTUP.......................................................................................... 185 LAMPIRAN 1 Kegiatan LBE di Laboratorium ITS .............................................. 187 LAMPIRAN 2 Luaran Pendidikan Berupa Modul ............................................. 193 LAMPIRAN 3 Luaran dan Capaian PPM .......................................................... 194 LAMPIRAN 4 Daftar Buku Luaran Tri Dharma PT ............................................ 196 LAMPIRAN 5 Model Deskriptif ISO 19796 ...................................................... 198 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 227 GLOSARIUM ................................................................................................. 231 INDEKS ........................................................................................................ 233
vii
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2-1 Model Proses dalam ISO ............................................................................ 12 Gambar 2-2 Lingkaran Pengaruh Yang Menghasilkan Ketidakpuasan Stakeholder ...... 13 Gambar 2-3 Lingkaran Pengaruh Yang Menghasilkan Kepuasan Stakeholder .............. 14 Gambar 2-4 Organisasi sebagai Sistem dari Proses ....................................................... 15 Gambar 2-5 Proses Manajemen Misi ............................................................................. 19 Gambar 2-6 Proses Manajemen Sumber Daya .............................................................. 21 Gambar 2-7 Proses Penciptaan Permintaan .................................................................. 23 Gambar 2-8 Proses Pemenuhan Permintaan ................................................................. 24 Gambar 2-9 Hirarki Proses ............................................................................................. 25 Gambar 2-10 Model Proses Sederhana ......................................................................... 26 Gambar 2-11 Proses Terkelola ....................................................................................... 27 Gambar 2-12 Proses Kerja Terkelola .............................................................................. 28 Gambar 2-13 Sistem dari Proses Yang Beriteraksi ......................................................... 29 Gambar 2-14 Interaksi Antara Dua Proses dari Proses Manajemen Misi ...................... 30 Gambar 2-15 Interaksi dari 5 Proses yang Menghasilkan Konflik Nilai .......................... 31 Gambar 2-16 Interaksi Yang Menyebabkan Kualitas Buruk ........................................... 31 Gambar 2-17 Interaksi Yang Menyebabkan Kualitas Baik ............................................. 32 Gambar 3-1 Model Proses Pembelajaran ...................................................................... 42 Gambar 3-2 Proses Pembelajaran Terkelola .................................................................. 43 Gambar 3-3 Model Proses Penelitian ............................................................................ 45 Gambar 3-4 Proses Penelitian Terkelola ........................................................................ 46 Gambar 3-5 Model Proses Pengabdian .......................................................................... 48 Gambar 3-6 Proses Pengabdian Terkelola ..................................................................... 49 Gambar 3-7 Lingkaran Pengaruh Tri Dharma PT ............................................................ 50 Gambar 3-8 Praktik Tri Dharma PT yang Disukai ........................................................... 56 Gambar 3-9 Sistem Pembelajaran LBE Memadukan Tri Dharma PT.............................. 59 Gambar 4-1 Model Desain Pembelajaran Dick & Carey................................................. 62 Gambar 4-2 Model Desain Pembelajaran Jerold E. Kemp ............................................. 65 Gambar 4-3 Model Desain Pembelajaran ASSURE......................................................... 66 Gambar 4-4 Model Desain Pembelajaran ADDIE ........................................................... 67 Gambar 4-5 Fase Pengembangan Mata Kuliah Daring Menggunakan QFD .................. 68 Gambar 4-6 House of Quality ......................................................................................... 69 Gambar 4-7 Proses Utama Pengembangan Pembelajaran LBE ..................................... 71 Gambar 4-8 Adopsi & Adaptasi Subproses Konsepsi/Desain Pembelajaran LBE........... 73 Gambar 4-9 Reference Framework for Description of Quality ...................................... 74 Gambar 5-1 Tersekat-sekatnya Proses Pendidikan, Penelitian & Pengabdian .............. 76
ix
Gambar 5-2 Pendekatan LBE Menyatukan Pendidikan, Penelitian & Pengabdian ....... 77 Gambar 5-3 Jembatan Informasi untuk Pertukaran Informasi Pendidikan, Penelitian & Pengabdian (Alkaff, 2005) ............................................................................................. 81 Gambar 6-1 Struktur OTK ITS 2013................................................................................ 97 Gambar 6-2 Struktur Fakultas dan Jurusan pada OTK ITS 2013 .................................... 98 Gambar 7-1 Prinsip-Prinsip Kegiatan Belajar-Mengajar .............................................. 110 Gambar 7-2 Menyediakan Pengalaman Belajar .......................................................... 111 Gambar 7-3 Pembelajaran Eksperiensial..................................................................... 112 Gambar 7-4 Lingkungan Pembelajaran Terpadu ......................................................... 113 Gambar 7-5 Kurva Pengaruh Pergeseran Paradigma .................................................. 114 Gambar 7-6 Proses Manajemen Misi Laboratorium ................................................... 118 Gambar 7-7 Proses Manajemen Sumber Daya Laboratorium .................................... 119 Gambar 7-8 Proses Penciptaan Permintaan di Laboratorium ..................................... 121 Gambar 7-9 Proses Pemenuhan Permintaan di Laboratorium ................................... 122 Gambar 7-10 Sistem Pembelajaran LBE secara Organisasional di ITS......................... 130 Gambar 7-11 Sistem Manajemen Informasi dan Pengetahuan ITS (ITS, 2014) ........... 149 Gambar 7-12 Bimbingan Berhirarki pada Sistem Pembelajaran LBE .......................... 150 Gambar 7-13 Siklus Penjaminan Mutu Sistem Pembelajaran LBE .............................. 157 Gambar 7-14 Konsepsi Standar Mutu Sistem Pembelajaran LBE................................ 158 Gambar 8-1 Taman Ilmu pengetahuan, Teknologi & Seni di Laboratorium LBE ......... 164 Gambar 8-2 Sistem Pembelajaran LBE Mewujudkan Sinergi Tri Dharma PT .............. 165 Gambar 8-3 Kegiatan Pengelolaan Jabatan Fungsional PLP ........................................ 174
x
DAFTAR TABEL Tabel 1-1 Kategori Laboratorium ..................................................................................... 7 Tabel 2-1 Perbedaan Antara Sistem dan Proses ............................................................ 13 Tabel 2-2 Kerangka Kerja Proses dalam Sebuah Organisasi .......................................... 17 Tabel 2-3 Perbandingan Diagram Sistem dan Proses .................................................... 33 Tabel 5-1 Capaian Indikator Kinerja Program Pemberdayaan Laboratorium ................ 78 Tabel 5-2 Kebutuhan Peran Dalam Pengembangan Sistem Pembelajaran LBE ............. 83 Tabel 5-3 Aktor & Unit Terkait Dalam Pengembangan Sistem Pembelajaran LBE ........ 84 Tabel 6-1 Kategori Peralatan Laboratorium ................................................................... 90 Tabel 6-2 Kategori Bahan Laboratorium ........................................................................ 91 Tabel 6-3 Organisasi Bidang Studi Lintas Laboratorium................................................. 92 Tabel 6-4 Organisasi Sumber Daya Staf Laboratorium .................................................. 92 Tabel 6-5 Tingkatan Jabatan Fungsional PLP ................................................................. 93 Tabel 6-6 Formasi Fungsional PLP Berdasar Tipe Laboratorium .................................... 94 Tabel 6-7 Tujuan & Manfaat Jabatan Fungsional PLP .................................................... 94 Tabel 6-8 Cara Meningkatkan Kesiapan Untuk Belajar .................................................. 95 Tabel 7-1 Model Deskripdtif Konsepsi/Desain Pembelajaran LBE ............................... 101 Tabel 7-2 Kemampuan Lulusan Program Teknik .......................................................... 102 Tabel 7-3 Tujuan Pembelajaran untuk Laboratorium Pendidikan Teknik .................... 103 Tabel 7-4 Pengorganisasian Materi Pembelajaran Mencakup Tri Dharma PT............. 107 Tabel 7-5 Kegiatan LBE yang Membangun Karakter CAK++ ......................................... 115 Tabel 7-6 Matrik Relasi Kegiatan LBE dan Fungsi Manajemen Organisasi................... 117 Tabel 7-7 Kategori Pengelolaan Peralatan Laboratorium ............................................ 134 Tabel 7-8 Kategori Pengelolaan Bahan Laboratorium ................................................. 135 Tabel 7-9 Contoh Laboratorium Simulasi ..................................................................... 140 Tabel 7-10 Contoh Laboratorium Berjarak Daring ....................................................... 142 Tabel 7-11 Perbandingan Laboratorium Nyata, Berjarak dan Simulasi ....................... 145 Tabel 7-12 Mengapa Perlu Sistem Manajemen Mutu? ............................................... 155 Tabel 8-1 Penerimaan Mahasiswa Untuk Bergabung di Laboratorium ....................... 166 Tabel 8-2 Cara Menyambut Mahasiswa Yang Baru Bergabung di Laboratorium ........ 166 Tabel 8-3 Fasilitas Laboratorium Untuk Menjalankan Sistem Pembelajaran LBE ....... 167 Tabel 8-4 Peran Koordinator Bidang Studi ................................................................... 168 Tabel 8-5 Peran Kepala Laboratorium.......................................................................... 169 Tabel 8-6 Peran Ketua Grup Pendidikan ...................................................................... 170 Tabel 8-7 Peran Ketua Grup Penelitian ........................................................................ 171 Tabel 8-8 Peran Ketua Grup Pengabdian ..................................................................... 171 Tabel 8-9 Jenjang Jabatan PLP Tingkat Ahli.................................................................. 172
xi
Tabel 8-10 Jenjang Jabatan PLP Tingkat Terampil ....................................................... 173 Tabel 8-11 Peran Manajer Sumber Daya ..................................................................... 175 Tabel 8-12 Peran Manajer Pemasaran ........................................................................ 176 Tabel 8-13 Cara Menarik Minat Mahasiswa Untuk Bergabung di Laboratorium ........ 176 Tabel 8-14 Peran Penanggung Jawab Laboratorium ................................................... 177 Tabel 8-15 Peran Koordinator Pendidikan .................................................................. 178 Tabel 8-16 Peran Koordinator Penelitian .................................................................... 178 Tabel 8-17 Peran Koordinator Pengabdian ................................................................. 179 Tabel 8-18 Peran Asisten Praktikum/ Pembelajaran ................................................... 179 Tabel 8-19 Peran Mahasiswa Sebagai Pembimbing .................................................... 180 Tabel 8-20 Peran Anggota Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat .................. 180 Tabel 8-21 Mengapa Perlu Mengevaluasi Pembelajaran? .......................................... 181 Tabel 8-22 Evaluasi Outcome Pembelajaran ............................................................... 182 Tabel 8-23 Langkah-langkah Penentuan Pengembangan Investasi ............................ 183
xii
PENDAHULUAN Pada saat buku ini ditulis, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi telah mengeluarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015. Permenristekdikti No 44 Tahun 2015 ini tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Penyusunan Model Sistem Pembelajaran Laboratory based Education (LBE) ini memperhatikan dan mempertimbangkan konsepsi terkait dengan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dimuat dalam peraturan menteri tersebut.
Mengenai Buku Ini Pendekatan LBE telah menjadi identitas ITS dengan keunikan kemampuan LBE untuk menggerakkan roda proses bisnis utama: pendidikan, penelitian dan pengabdian secara terpadu. Namun praktik terbaik yang telah dilaksanakan hanya terlihat polanya tetapi belum terdapat model yang definitif sehingga praktik satu laboratorium dengan laboratorium yang lain menjadi berbeda. Keberhasilan satu laboratorium sering kali tidak diikuti oleh laboratorium yang lain, sebaliknya kegagalan satu laboratorium terulang pada laboratorium yang lain. Sederhananya, diperlukan sebuah model acuan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Buku ini memuat dua kerangka acuan terkait dengan model pembelajaran LBE. Pertama, buku ini memuat konsepsi Model Pembelajaran LBE itu sendiri. Kedua, buku ini memuat Model Proses Pengembangan Pembelajaran Berstandar ISO 19796. Konsepsi Pembelajaran LBE dibangun melalui abstraksi praktik terbaik LBE yang telah dilaksanakan beberapa laboratorium di ITS dan dikemas menggunakan pendekatan sistem dari proses untuk memadukan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian ke dalam sistem pembelajaran di laboratorium. Model Proses Pengembangan Pembelajaran berstandar ISO 19796 digunakan sebagai metodologi penyusunan konsepsi Model Pembelajaran LBE tahap demi tahap.
1
Landasan dan Dasar Hukum Untuk menjaga dan menjamin konsep sistem pembelajaran LBE yang dibangun tidak menyalahi peraturan yang berlaku serta sesuai bahkan melampaui standar yang berlaku, maka penyusunan buku ini memperhatikan dan mempertimbangkan peraturan-peraturan berikut: a. Peraturan Rektor ITS Nomor 073255/IT2/HK.00.00/2014 Tahun 2014 Tentang Peraturan Akademik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) b. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2015 Tentang Statuta Institut Teknologi Sepuluh Nopember. c. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. d. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan dan Angka Kreditnya.
Organisasi Bahasan Buku ini diorganisasikan ke dalam 9 Bab. Bab 1 membahas pengertian laboratorium, klasifikasi laboratorium, dan pentingnya laboratorium dalam pendidikan teknik. Bab 2 dan 3 menjelaskan bagaimana memandang laboratorium sebagai suatu sistem pembelajaran dari proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kemudian, pada Bab 4, Bab 5, dan Bab 6, menguraikan tahap demi tahap dalam penyusunan konsepsi Model Pembelajaran LBE mulai dari Analisa Kebutuhan, Analisa Rangka kerja dan Konsepsi/Desain. Pada Bab 7 menyajikan ringkasan konsepsi Model Pembelajaran LBE. Selanjutnya, pada Bab 8 diberikan panduan singkat melaksanakan pembelajaran LBE dan diakhiri penutup pada Bab 9. Pembahasan dalam buku ini berhenti pada tahap konsepsi dengan luaran menyediakan konsepsi Model Pembelajaran LBE. Mengikuti tahap ini sebenarnya ada tahap keempat pengembangan/produksi, tahap kelima adalah implementasi, kemudian diikuti dengan tahap proses pembelajaran dan tahap ketujuh evaluasi/optimasi. Ketujuh tahapan ini yang disediakan dalam bentuk model referensi proses pengembangan pembelajaran, pendidikan dan pelatihan yang dimuat di dalam ISO 19796. Model deskriptif proses pengembangan ini selengkapnya disediakan pada bagian lampiran buku ini.
2
Bagaimana Menggunakan Buku Ini Terdapat dua model acuan yang dimuat atau disediakan dalam buku ini, yaitu: 1. Model Sistem Pembelajaran LBE 2. Model Proses Pengembangan Pembelajaran Untuk menerapkan Model Pertama, perlu mempertimbangkan kesesuaian Kebutuhan dan kesesuaian Rangka Kerja sehingga akan dijumpai dua kondisi sebagai berikut: Adopsi Model Bila Kebutuhan dan Rangka kerjanya sesuai, laboratorium tinggal menerapkan Model Pertama, sehingga langkah berikutnya adalah: Model Sistem Pembelajaran LBE Produksi Implementasi Proses Belajar Mengajar Evaluasi/ Optimasi. Adaptasi Model Bila Kebutuhan dan Rangka kerjanya tidak sesuai, laboratorium perlu melakukan penyesuaian kembali dengan mengulang mulai tahap pertama yang terdapat pada Model Kedua dengan tetap memperhatikan Model Pertama. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Analisa Kebutuhan Analisa Rangka Kerja Konsepsi/ Desain Produksi Implementasi Proses Belajar Mengajar Evaluasi/ Optimasi. Untuk informasi lebih lanjut atau mendiskusikan hal-hal yang kurang jelas dipersilahkan untuk kontak dengan penulis.
3
Dokumen Pendukung Untuk mendukung laboratorium dalam menjalankan sistem pembelajaran LBE, kami berniat melampirkan contoh-contoh dokumen berikut untuk melengkapi konsepsi yang dibahas di buku ini. Manual Mutu Laboratorium Standar Mutu Laboratorium Formulir untuk Laboratorium Tata Tertib di Laboratorium
Untuk mendapatkan dokumen tersebut, dipersilahkan menghubungi kami di alamat email
[email protected] atau
[email protected].
4
BAB 1
LABORATORIUM
Dalam dunia pendidikan, perlu disadari pentingnya mengaitkan antara teori dan praktik. Konsep, prinsip dan prosedur perlu diuji dan dikaji melalui praktik. Sebaliknya fakta, proses dan pengalaman yang dijumpai dalam praktik perlu dicari dan dijelaskan dasar teorinya. Dalam pembelajaran, antara teori dan praktik seyogyanya bersifat terpadu, di mana teori dan praktik secara bergantian dan bertahap saling mengisi, saling mendasari, dan saling mengkaji.
1.1 Mengapa Diperlukan Laboratorium Apa yang dimaksud dengan laboratorium? Menurut pasal 1 ayat 3 Permenpan Nomor 3 Tahun 2010 dinyatakan bahwa laboratorium pendidikan yang selanjutnya disebut laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, danlatau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Fungsi utama profesi teknik adalah memanipulasi material, energi dan informasi untuk memberikan manfaat bagi kemanusiaan. “Melakukan sesuatu” merupakan kunci dalam profesi teknik. Rekayasawan harus melampaui pengetahuan teoritis dikarenakan pendidikannya berbasis aplikasi, yang diperlukan bukan hanya pengetahuan konseptual, melainkan juga pengetahuan praktis. Jadi seharusnya ada dua lingkungan belajar yang berbeda dalam Teori vs Praktik pendidikan teknik, di kelas dan di Belajar teori saja tanpa praktik laboratorium. Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan teoritisnya di kelas namun hanya mungkin memperoleh pengetahuan dan pengalaman praktis di laboratorium. Dalam mengaitkan antara teori dan praktik inilah laboratorium beserta fasilitasnya berperan penting dalam proses belajar-mengajar.
adalah salah sekali, namun praktik tanpa didasari teori salahnya berkali-kali. Untuk mengaitkan antara teori dan praktik inilah laboratorium beserta fasilitasnya berperan penting dalam proses belajarmengajar.
5
Setiap pendidik harus mampu menjaga keseimbangan antara kegiatan ilmiah di ruang laboratorium dan kegiatan mengajar di ruang kelas. Penciptaan, penemuan, dan produksi ilmu pengetahuan terjadi melalui proses yang panjang, suatu sinergi antara ketekunan bereksperimen di laboratorium (termasuk riset lapangan) dan kegigihan belajar mengajar di ruang kuliah.
1.2 Apa Saja Macam Laboratorium Menurut Mohammad Amien (Amien, 1988), jenis-jenis laboratorium ditinjau dari tujuan dan fungsinya dapat dibagi menjadi: 1. Laboratorium Dasar. Laboratorium dasar merupakan tempat yang dapat digunakan peserta didik untuk memperkenalkan dan memahami konsep dasar yang menjadi tuntutan untuk mengembangkan pengetahuan lanjut. 2. Laboratorium Pengembangan. Laboratorium pengembangan mengemban tugas khusus, sesuai dengan spesialisasi bidang ilmu yang digeluti oleh personil-personil yang ada di laboratorium tersebut. 3. Laboratorium Pengajaran. Laboratorium pengajaran di sekolah mempunyai kedudukan yang sangat khusus, karena mewarnai penampilan (performance) pendidik dalam tugasnya. Jadi, laboratorium metodologi pengajaran merupakan wahana dan tempat pengembangan kompetensi pedagogis bagi pendidik di sekolah, sehingga laboratorium metodologi pengajaran sangat diperlukan di suatu sekolah dan atau madrasah. 4. Laboratorium Penelitian. Laboratorium penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai wahana atau tempat melakukan penelitian bidang ilmu yang ditekuni oleh pendidik dan peserta didik. Dengan demikian, laboratorium penelitian dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ilmiah yang luarannya adalah penemuan konsep, prinsip, teori, azas, aturan, atau hukum-hukum dalam bidang ilmu yang digelutinya atau disebut sebagai produk ilmiah. Pandangan yang sedikit berbeda mengelompokkan menjadi tiga jenis laboratorium (Balamuralithara & Woods, 2007): 1. Laboratorium Pengembangan: peserta didik pergi ke laboratorium pengembangan untuk dua alasan: Pertama: untuk menjawab pertanyaan spesifik yang memungkinkan proses desain dan pengembangan berlanjut. Kedua: untuk menentukan apakah sebuah desain sesuai dengan yang dimaksud, dengan membandingkan terhadap spesifikasi, dan menguji tingkat komplian.
6
2. Laboratorium Penelitian: output dari laboratorium ini umumnya adalah menambah atau membangun ilmu pengetahuan. 3. Laboratorium Pendidikan: tempat peserta didik menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh di kelas untuk mendapatkan pengalaman praktis. Sedangkan pada Permenpan Nomor 3 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan dan Angka Kreditnya, laboratorium dibedakan menjadi 4 kategori seperti disampaikan pada Tabel 1-1. TABEL 1-1 KATEGORI LABORATORIUM
1
Kategori Laboratorium Laboratorium Tipe I
2
Laboratorium Tipe II
3
Laboratorium Tipe III
4
Laboratorium Tipe IV
No
Keterangan Laboratorium ilmu dasar yang terdapat di sekolah pada jenjang pendidikan menengah, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan siswa. Laboratorium ilmu dasar yang terdapat di perguruan tinggi tingkat persiapan (Semester 1, II), atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan mahasiswa. Laboratorium bidang keilmuan terdapat di jurusan atau program studi, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I, II, dan Ill, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum dan khusus untuk melayani kegiatan pendidikan, dan penelitian mahasiswa dan dosen. Laboratorium terpadu yang terdapat di pusat studi fakultas atau universitas, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I, II, dan Ill, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum dan khusus untuk melayani kegiatan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa dan dosen.
7
Perhatikan ketiga macam pengelompokkan laboratorium tersebut di atas, ketiganya sangat berdekatan, intinya ketiganya memberikan kategori dengan memperhatikan Tri Dharma PT, yaitu: pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sejatinya, tulisan ini mengenalkan jenis laboratorium yang tidak jauh dari pengertian dalam ketiga pengkategorian tersebut di atas. Mengapa demikian? Tidak lain dikarenakan melalui pendekatan sistem pembelajaran LBE ini, Tri Dharma PT tersebut dipertemukan ke dalam satu jenis laboratorium. Mengenai hal ini, pada Bab 3 akan dibahas laboratorium sebagai suatu sistem yang memadukan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di laboratorium.
1.3 Bagaimana Mengelola Laboratorium Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara efektif dan efisien. Henri Fayol, seorang ahli manajemen, menyatakan bahwa pengelolaan hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsur atau fungsifungsi manajemen, yakni perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemberian komando (commanding), pengkoordinasian (coordinating), dan pengendalian (controlling) yang dikenal dengan akronim POCCC. Sedangkan Luther M. Gullick menyatakan fungsi-fungsi manajemen yang penting adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengadaan tenaga kerja (staffing), pemberian bimbingan (directing), pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting), dan penganggaran (budgeting). Yang kedua ini dikenal dengan akronim POSDCoRB. Kedua model fungsi manajemen ini memberikan gambaran fungsi-fungsi yang diperlukan dalam manajemen. Hal ini perlu diperhatikan dalam pengelolaan laboratorium. Sistem pembelajaran LBE merupakan model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mempraktikkan secara empiris kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik menggunakan sarana laboratorium. Sekali lagi, sistem pembelajaran LBE berusaha memadukan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di laboratorium. Tentu saja pengelolaannya menjadi lebih rumit, namun, melalui pendekatan sistem dari proses, pada Bab 2 dan Bab 3 akan dijelaskan bagaimana pengelolaan laboratorium ini disederhanakan dan dipenuhi secara sistematis tanpa meninggalkan fungsi-fungsi manajemen secara umum sebagaimana disebutkan pada bagian di atas. Pada bagian tersebut juga dijelaskan relevansi dan kepentingan untuk mempertemukan Tri Dharma PT dalam satu sistem sehingga terwujud sinergi antara ketiganya sebagai dampak dari lingkaran pengaruh yang terbentuk dalam sistem pembelajaran LBE.
8
BAB 3
LABORATORIUM SEBAGAI SISTEM
Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, program profesi, program spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Pendidikan, penelitian dan pengabdian merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan Tri Dharma PT. Untuk menjamin pelaksanaan Tri Dharma PT di ITS memenuhi bahkan dapat melampaui kriteria yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi secara berkelanjutan, ITS menekankan kepada jurusan sebagai ujung tombak penggerak institusi. ITS perlu membentuk organisasi institusi yang fleksibel, agile, yang dapat mengakomodasi perubahan kebutuhan organisasi dan serta membentuk organisasi yang semakin efisien dalam meningkatkan kualitas layanan kepada para pemangku kepentingan. Strategi ini menitikberatkan pada perwujudan struktur organisasi yang ramping dan mengarah ke bawah. Motor penggerak institusi didorong ke titik bawah institusi, yaitu Laboratorium dan Jurusan . Laboratorium dan Jurusan didorong agar lebih mandiri dan menjalin hubungan baik dengan para pemangku kepentingan. Laboratorium dan Jurusan juga dipacu agar dapat membuat rencana pengembangan jangka panjang yang sesuai dengan visi dan misi ITS, serta mengkonsolidasikan rencana tersebut menjadi rencana pengembangan ITS secara terpadu.
3.1 Visi dan Misi Perlu ditegaskan disini bahwa rencana pengembangan di laboratorium harus sesuai dengan visi dan misi ITS dan terpadu dalam rencana pengembangan ITS. Berikut ini adalah beberapa ringkasan beberapa pernyataan strategis ITS yang diambil dari Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2015 Tentang Statuta Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan juga tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) ITS 2008-2017. Visi Visi ITS menjadi perguruan tinggi dengan reputasi internasional dalam ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang menunjang industri dan kelautan yang berwawasan lingkungan.
35
Misi Misi ITS memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan manajemen yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Secara rinci Misi ITS tersebut dirinci sebagai berikut : Pendidikan
Menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan kurikulum, dosen, dan metode pembelajaran berkualitas internasional;
Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki moral dan budi pekerti yang luhur; dan
Membekali lulusan dengan pengetahuan kewirausahaan berbasis teknologi.
Penelitian
Berperan secara aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang kelautan, lingkungan dan permukiman, energi, serta teknologi informasi dan komunikasi yang berwawasan lingkungan melalui kegiatan penelitian yang berkualitas internasional.
Pengabdian Kepada Masyarakat
36
Memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki untuk ikut serta dalam menyelesaikan problem yang dihadapi oleh masyarakat, industri, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah dengan mengedepankan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi.
3.2 Tata Nilai dan Karakter Secara fundamental, setiap upaya pencapaian visi ITS harus senantiasa merujuk pada nilai-nilai akademis. Nilai akademis ini mengikat seluruh sivitas academica dalam melakukan segenap aktivitas. Pelaksanaan Tri Dharma PT di ITS tidak dapat terlepas dari tata nilai yang melandasinya (Arifin, et al., 2010), yaitu:
Etika dan Integritas (ethics and integrity): dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, maupun menjalankan profesinya, selalu berpegang teguh pada norma-norma dan peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakat, negara dan agama.
Kreativitas dan Inovasi (creativity and innovation): selalu mencari ide-ide baru untuk menghasilkan inovasi dalam menjalankan tugas/perannya dengan lebih baik.
Ekselensi (excellence): berusaha secara maksimal untuk mencapai hasil yang sempurna.
Kepemimpinan yang Kuat (strong leadership): menunjukkan perilaku yang visioner, kreatif, inovatif, pekerja keras, berani melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik dan bertanggung jawab.
Sinergi (synergy): bekerja sama untuk dapat memanfaatkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki.
Kebersamaan Sosial dan Tanggung Jawab Sosial (socio-cohesiveness and social responsibility): menjaga kerukunan dan peduli terhadap masyarakat sekitar.
Keenam tata nilai tersebut kemudian dikorelasikan dalam tiga tata nilai yang lebih mendasar dan filosofis, yaitu Cerdas, Amanah dan Kreatif. Ketiga tata nilai tersebut kemudian dikenal sebagai jargon CAK dalam proses pendidikan di ITS (Arifin, et al., 2010). Cerdas Karakter yang pertama, Cerdas, mengandung pengertian sebagai berikut.
Tajam pikiran dan berpikir solutif,
Cepat tanggap terhadap perubahan lingkungannya,
Cepat mengerti dan memahami masalah akibat perubahan lingkungannya,
37
Tajam analisisnya dan memiliki banyak alternatif penyelesaian masalah yang sedang dihadapi,
Dengan cepat mampu memilih alternatif penyelesaian masalah yang sesuai dan benar.
Kecerdasan yang telah dikembangkan dalam pendidikan di ITS tidak hanya berdimensi kuosien kecerdasan (intelligence quotient), namun juga berdimensi kuosien emosional (emotional quotient), kuosien spiritual (spiritual quotient) dan kuosien fisik (physical quotient). Keempat dimensi tersebut dikembangkan dan ditanamkan pada mahasiswa secara berulang-ulang dengan keserasian lingkungan belajar dan keteladanan dosen, baik dalam kegiatan belajar intrakurikuler, kokurikuler ataupun ekstrakurikuler. Amanah Amanah mengandung pengertian sebagai sebuah kepercayaan yang harus diemban dalam mewujudkan sesuatu yang dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab, kerja keras, konsisten dan membuat rasa aman bagi pihak lain. Pengertian amanah yang dikembangkan di ITS diantaranya adalah:
Sikap memiliki tanggung jawab yang tinggi,
Mampu membangun kemitraan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi,
Mempunyai kemampuan diri untuk mengembangkan dan menjaga kelangsungan hidup dan kelestarian lingkungannya,
Mempunyai integritas tinggi,
Bekerja dengan kompetensi dan percaya diri yang tinggi,
Bekerja dengan profesional dan dengan dedikasi yang tinggi.
Kreatif Kreatif mengandung pengertian kemampuan daya cipta, berpikir inovatif dan berdaya guna. Pengertian kreatif yang dikembangkan di ITS diantaranya adalah:
38
Kritis dan tanggap terhadap perubahan,
Berkemampuan menciptakan peluang,
Mengembangkan daya cipta dalam bidang ilmu, teknologi dan seni,
Terampil mengorganisir gerak tubuh,
Sikap proaktif,
Memiliki kompetensi yang unggul, yang bermutu dan berdaya guna,
Memiliki kemampuan yang adaptif terhadap perkembangan dan perubahan zaman,
Bekerja keras dan pantang menyerah,
Berpikir holistik.
Selanjutnya, semua upaya pendidikan, penelitian dan pengabdian di ITS mengacu pada nilai-nilai tersebut di atas dengan jargon CAK (Cerdas, Amanah dan Kreatif). Lulusan ITS diharapkan mempunyai karakter amanah dalam menjalankan setiap tugas dan pengabdian hidupnya di masyarakat dan juga mempunyai pola pikir (mind set) dan tindakan yang cerdas dan kreatif. Lulusan ITS yang mempunyai karakter CAK, pada akhirnya diharapkan akan dapat meningkatkan daya saing (competitive) bagi bangsa Indonesia dan disegani oleh bangsa-bangsa dari negaranegara sahabat di era globalisasi ini.
3.3 Pendidikan Sebagai Sebuah Proses Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pengertian pendidikan yang sama, misi pendidikan perguruan tinggi yang satu dengan yang tentu saja dapat berbeda. Satu hal yang perlu ditekankan bahwa laboratorium tidak memiliki misinya sendiri, segenap aktivitas di laboratorium harus berfokus pada misi pendidikan perguruan tinggi. Dalam rencana strategis ITS, misi pendidikan ITS dirumuskan dalam pernyataan berikut. Misi Pendidikan
Menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan kurikulum, dosen, dan metode pembelajaran berkualitas internasional;
Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki moral dan budi pekerti yang luhur; dan
Membekali lulusan dengan pengetahuan kewirausahaan berbasis teknologi.
39
Pada bagian sebelumnya sempat disinggung bahwa sebagian besar organisasi mampu mengelola proses pada level 4 dan 5 dalam hirarki proses terkait dengan menjalankan tugas-tugas dan aktivitas produksi atau memberikan layanan. Namun kebanyakan organisasi gagal mengatasi level 1, 2, dan 3 dalam proses bisnis dan proses kerja organisasi. Demikian juga adanya dengan laboratorium, laboratorium sebagai organisasi yang menjadi ujung tombak dalam mengemban misi perguruan tinggi seharusnya lebih peduli, lebih fokus dan lebih strategis dalam menjalankan proses bisnis utamanya: pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pada bagian berikut dibahas proses bisnis dan proses kerja laboratorium dengan mengacu pada standar dan peraturan yang terkait.
3.3.1 Proses Bisnis Pendidikan Berdasar kerangka kerja organisasi sebagai sistem, setiap organisasi memiliki empat proses utama: manajemen misi, manajemen sumber daya, penciptaan permintaan dan pemenuhan permintaan. Bagaimana gambaran wujud keempat proses ini dalam kerangka kerja laboratorium? Berikut ini dibahas satu per satu terkait dengan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Manajemen Misi Proses manajemen misi menentukan arah dari program pendidikan, mengembangkan kemampuan laboratorium untuk mencapai tujuannya, mereview performansi secara berkelanjutan dan memprakarsai perubahan untuk mempertahankan program pendidikan berfokus pada misi pendidikannya. Manajemen Sumber Daya Proses manajemen sumber daya menentukan spesifikasi, memperoleh dan memelihara sumber daya yang diperlukan oleh program pendidikan untuk memenuhi misi pendidikannya dan menyisihkan sumber daya yang tidak diperlukan lagi. Penciptaan Permintaan Proses menghasilkan permintaan melalui pengembangan layanan dan produk pendidikan serta melakukan penetrasi pasar yang sudah ada dan pasar baru dengan strategi promosi atraktif yang dapat menarik peserta didik potensial.
40
Pemenuhan Permintaan Proses pemenuhan permintaan mengubah kebutuhan peserta didik ke dalam wujud layanan dan produk pendidikan yang memenuhi capaian pembelajaran dan kepuasan peserta didik.
3.3.2 Proses Kerja Pendidikan Berdasarkan Permenristekdikti No 44 Tahun 2015, pada Pasal 4 Ayat 1 disebutkan bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri atas: a. b. c. d. e. f. g. h.
standar kompetensi lulusan; standar isi pembelajaran; standar proses pembelajaran; standar penilaian pembelajaran; standar dosen dan tenaga kependidikan; standar sarana dan prasarana pembelajaran; standar pengelolaan pembelajaran; dan standar pembiayaan pembelajaran.
Standar proses pembelajaran sebagaimana dimaksud pada poin c pada ayat (1) tersebut, pada Pasal 10 Ayat 2 dideskripsikan mencakup: a. b. c. d.
karakteristik proses pembelajaran; perencanaan proses pembelajaran; pelaksanaan proses pembelajaran; dan beban belajar mahasiswa.
Pada bagian lain dijelaskan bahwa standar proses pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran pada program studi/ jurusan untuk memperoleh capaian pembelajaran lulusan. Oleh karena itu, pemodelan proses ini mengacu pada standar tersebut dengan penyesuaian bahwa karakteristik proses pembelajaran dan beban belajar mahasiswa bukan merupakan proses. Berbeda dengan proses perbaikan berlanjut pada level kebijakan, yang mana siklusnya: perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan dan perbaikan, dalam siklus kerja operasional setelah perencanaan tidak bisa langsung diikuti dengan pelaksanaan, namun perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu kemudian pelaksanaan (Papanastasiou, 2009). Setelah itu, layaknya sebuah perusahaan, setelah produk/ jasa tersampaikan kepada pelanggan, perusahaan memberikan layanan perawatan, perbaikan, penggantian dan jaminan terhadap produk yang sudah ada di tangan pelanggan. Perusahaan juga memberikan dukungan terhadap produk tersebut
41
dengan menangani setiap keluhan dan klaim dari pelanggan. Untuk itu, dalam konteks pendidikan, proses pembelajaran dapat diuraikan kembali ke dalam 4 (empat) subproses: perencanaan pembelajaran, persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penunjang pembelajaran. Proses penunjang pembelajaran ini seringkali kurang Kesalahan yang berulang mudah berurat diperhatikan. Dalam pelaksanaan akar, bercokol menjadi kebiasaan. Kalau pembelajaran dapat saja dijumpai sudah begitu, harus membayar mahal untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan perbaikannya. perencanaan, beban belajar yang tidak sesuai, karakteristik proses yang tidak sesuai, mahasiswa atau dosen mengalami kesulitan, sumber daya yang tidak memadai, bahkan tidak jarang dosen memberikan nilai yang tidak sesuai terhadap mahasiswanya, dan lain sebagainya. Proses penunjang inilah yang menyediakan mekanisme untuk menyampaikan dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut, yang mana penyelesaian ini tidak menunggu diakhir semester. Perlu dicatat, sebagai aktor yang berperan aktif dalam pembelajaran, masalah-masalah tersebut tentu dapat dengan mudah diketahui dan dikenali oleh dosen dan mahasiswa sehingga penyampaian masalah atau pengaduan dan penanganannya dapat dengan segera agar tidak mengorbankan kemampuan, efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Jika kita memodelkan keempat subproses dalam proses pembelajaran ini kita dapat mengungkapkan hubungan antara input, output dan sumber daya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-1. Input dan sumber daya bisa masuk pada setiap tahap. Input
Perencanaan Pembelajaran
Sumber Daya
Persiapan Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Penunjang Pembelajaran
Output
GAMBAR 3-1 MODEL PROSES PEMBELAJARAN Kemudian, bila kita memeriksa kegiatan yang terlibat dalam pengelolaan proses pembelajaran tersebut, kita dapat mengungkapkan urutan lain seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-2. Disini, input dinyatakan sebagai standar kompetensi lulusan (SKL) yang merupakan kriteria
42
minimal tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan Oleh karena itu, output-nya menjadi SKL yang terpenuhi. Ada juga tujuan dan ukuran proses, pemantauan proses untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai, apakah karakteristik proses dipenuhi, apakah beban belajar mahasiswa dipenuhi, kemudian diikuti dengan mereview proses untuk menentukan apakah diperlukan perbaikan proses. standar dosen & tendik
standar kompetensi lulusan (dinyatakan dalam capaian pembelajaran)
standar sarana & prasarana standar pembiayaan
Perencanaan Pembelajaran
Tujuan & Ukuran Proses
Persiapan Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Peningkatan Peningkatan Kapabilitas Efisiensi
Penunjang Pembelajaran
standar penilaian pembelajaran
Capaian Pembelajaran terpenuhi
Pengawasan Proses
standar pengelolaan pembelajaran
standar isi & proses pembelajaran
Peninjauan Proses Peningkatan Efektivitas
Perbaikan Proses
GAMBAR 3-2 PROSES PEMBELAJARAN TERKELOLA
3.4 Penelitian Sebagai Sebuah Proses Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian suatu cabang pengetahuan dan teknologi. Terkait dengan pengertian tersebut, ITS merumuskan misi peneltiannya dalam pernyataan berikut.
43
Misi Penelitian “Berperan secara aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang kelautan, lingkungan dan permukiman, energi, serta teknologi informasi dan komunikasi yang berwawasan lingkungan melalui kegiatan penelitian yang berkualitas internasional.”
3.4.1 Proses Bisnis Penelitian Untuk menjaga segenap aktivitas penelitian laboratorium berfokus pada misinya dan meningkatkan serta mempertahankan kinerja laboratorium pada level terbaiknya secara berkelanjutan, laboratorium perlu secara sadar dan terprogram menjalankan proses bisnis dan proses kerjanya di bidang penelitian. Manajemen Misi Proses manajemen misi menentukan arah dari program penelitian, mengembangkan kemampuan laboratorium untuk mencapai tujuan penelitiannya, mereview kinerja laboratorium secara berkelanjutan dan memprakarsai perubahan untuk mempertahankan program penelitian berfokus pada misi penelitiannya. Manajemen Sumber Daya Proses manajemen sumber daya menentukan spesifikasi, memperoleh dan memelihara sumber daya yang diperlukan oleh program penelitian untuk memenuhi misi penelitiannya dan menyisihkan sumber daya yang tidak diperlukan lagi. Penciptaan Permintaan Proses menghasilkan permintaan melalui pengembangan produk, layanan atau kerjasama penelitian serta melakukan perluasan kerjasama nasional dan internasional, kerjasama akademis maupun dengan industri dengan strategi promosi dan penawaran yang dapat menarik mitra penelitian yang potensial. Pemenuhan Permintaan Proses pemenuhan permintaan mengubah kebutuhan mitra penelitian ke dalam wujud produk dan layanan penelitian yang memenuhi kepuasan mitra penelitian.
44
3.4.2 Proses Kerja Penelitian Berdasarkan Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015, pada Pasal 43 disebutkan bahwa Standar Nasional Penelitian terdiri atas: a. b. c. d. e. f. g. h.
standar hasil penelitian; standar isi penelitian; standar proses penelitian; standar penilaian penelitian; standar peneliti; standar sarana dan prasarana penelitian; standar pengelolaan penelitian; dan standar pendanaan dan pembiayaan penelitian
Kemudian, pada Pasal 45 Ayat 1 disampaikan bahwa standar proses penelitian merupakan kriteria minimal tentang kegiatan penelitian yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Sebagaimana pendekatan kita dalam memodelkan proses pembelajaran, kita menjabarkan proses penelitian ke dalam 4 (empat) subproses: perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan penunjang penelitian. Jika kita sekarang memodelkan kegiatan yang terlibat dalam proses penelitian tersebut kita dapat mengungkapkan hubungan antara input, output dan sumber daya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-3. Input dan sumber daya bisa masuk pada setiap tahap. Input
Perencanaan Penelitian
Sumber Daya
Persiapan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Penunjang Penelitian
Output
GAMBAR 3-3 MODEL PROSES PENELITIAN Untuk melengkapi kegiatan yang terlibat dalam pengelolaan proses penelitian tersebut, kita dapat mengungkapkan urutan lain seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-4. Sekarang input dinyatakan sebagai standar hasil penelitian yang hendak dicapai. Oleh karena itu, output-nya menjadi hasil penelitian terpenuhi dan memuaskan dengan melampaui standar. Sumber daya penelitian dinyatakan oleh standar peneliti, standar sarana
45
dan prasarana penelitian serta standar pendanaan dan pembiayaan penelitian. Terdapat juga tujuan dan ukuran proses penelitian, pemantauan proses penelitian untuk menentukan apakah tujuan penelitian tersebut dapat dicapai, kemudian diikuti dengan mereview proses penelitian untuk menentukan apakah diperlukan perbaikan proses. standar peneliti standar sarana & prasarana standar pendanaan & pembiayaan
standar hasil penelitian
Perencanaan Penelitian
Tujuan & Ukuran Proses
Persiapan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Peningkatan Peningkatan Kapabilitas Efisiensi
Penunjang Penelitian
standar penilaian penelitian
hasil penelitian memuaskan
Pengawasan Proses
standar pengelolaan penelitian
standar isi dan proses penelitian
Peninjauan Proses Peningkatan Efektivitas
Perbaikan Proses
GAMBAR 3-4 PROSES PENELITIAN TERKELOLA
3.5 Pengabdian Sebagai Sebuah Proses Pada Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 12 didefinisikan bahwa Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran. Disamping itu, kegiatan ini merupakan wadah untuk mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk mengatasi problema nyata dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam Renstra ITS 2008-2017 dirumuskan misi ITS terkait dengan pengabdian kepada masyarakat dalam pernyataan berikut.
46
Misi Pengabdian Kepada Masyarakat “Memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki untuk ikut serta dalam menyelesaikan problem yang dihadapi oleh masyarakat, industri, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah dengan mengedepankan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi.” Untuk itu, segenap aktivitas, proses kerja dan proses bisnis di laboratorium terkait dengan pengabdian kepada masyarakat harus berfokus pada misi tersebut.
3.5.1 Proses Bisnis Pengabdian Kepada Masyarakat Manajemen Misi Proses manajemen misi menentukan arah dari program pengabdian kepada masyarakat, mengembangkan kemampuan laboratorium untuk mencapai tujuan pengabdiannya, mereview kinerja laboratorium dalam program pengabdian secara berkelanjutan dan memprakarsai perubahan untuk mempertahankan bisnis berfokus pada misi pengabdiannya. Manajemen Sumber Daya Proses manajemen sumber daya menentukan spesifikasi, memperoleh dan memelihara sumber daya yang diperlukan oleh program pengabdian di laboratorium untuk memenuhi misi pengabdiannya dan menyisihkan sumber daya yang tidak diperlukan lagi. Penciptaan Permintaan Proses menghasilkan permintaan melalui pengembangan program pengabdian kepada masyarakat serta mengembangkan kerjasama dan kemitraan yang sudah ada dan yang baru secara strategis. Pemenuhan Permintaan Proses pemenuhan permintaan melalui program pengabdian kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, industri dan pemerintahan.
3.5.2 Proses Kerja Pengabdian Kepada Masyarakat Berdasarkan Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015, pada Pasal 54 disebutkan bahwa Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat terdiri atas:
47
a. b. c. d. e. f. g. h.
standar hasil pengabdian kepada masyarakat standar isi pengabdian kepada masyarakat standar proses pengabdian kepada masyarakat standar penilaian pengabdian kepada masyarakat standar pelaksana pengabdian kepada masyarakat; standar sarana dan prasarana pengabdian kepada masyarakat standar pengelolaan pengabdian kepada masyarakat dan standar pendanaan dan pembiayaan pengabdian kepada masyarakat.
Sedangkan pada Pasal 56 Ayat 1 disebutkan bahwa standar proses pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria minimal tentang kegiatan pengabdian kepada masyarakat, yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan. Dalam kerangka kerja yang sama, sebagaimana proses pembelajaran dan proses penelitian, proses pengabdian ini kita urai ke dalam 4 (empat) subproses: perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan penunjang pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya kita memodelkan kegiatan yang terlibat dalam proses pengabdian dengan mengungkapkan hubungan antara input, output dan sumber daya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-5. Input dan sumber daya bisa masuk pada setiap tahap. Input
Perencanaan Pengabdian
Sumber Daya
Persiapan Pengabdian
Pelaksanaan Pengabdian
Penunjang Pengabdian
Output
GAMBAR 3-5 MODEL PROSES PENGABDIAN Kita dapat mengungkapkan kegiatan lain yang terlibat dalam pengelolaan proses pengabdian tersebut seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-6. Pada model yang lebih lengkap, input dinyatakan sebagai standar hasil pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu, output-nya menjadi terpenuhinya hasil pengabdian kepada masyarakat dan memuaskan dengan melampaui standar. Sumber daya dinyatakan dalam standar pelaksana, standar sarana dan prasarana serta standar pendanaan dan pembiayaan. Pada model ini ada juga tujuan dan ukuran proses, pemantauan proses untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat
48
dicapai, kemudian diikuti dengan mereview proses untuk menentukan apakah diperlukan perbaikan proses pengabdian kepada masyarakat. standar pelaksana standar sarana & prasarana standar pendanaan & pembiayaan
standar hasil pengmas
Perencanaan Pengabdian
Tujuan & Ukuran Proses
Persiapan Pengabdian
Pelaksanaan Pengabdian
Peningkatan Peningkatan Kapabilitas Efisiensi
Penunjang Pengabdian
standar penilaian pengmas
hasil pengmas memuaskan
Pengawasan Proses
standar pengelolaan pengabdian
standar isi dan proses
Peninjauan Proses Peningkatan Efektivitas
Perbaikan Proses
GAMBAR 3-6 PROSES PENGABDIAN TERKELOLA
3.6 Lingkaran Pengaruh Tri Dharma PT Gagasan yang kurang populer adalah bahwa investasi usaha dalam mengajar dengan baik benar-benar dapat membuat kita menjadi peneliti yang lebih baik. Terkadang kita menemukan dosen tertentu terlalu bersemangat untuk meminimalkan tanggung jawab mengajar agar mempunyai lebih banyak waktu untuk menyelesaikan penelitian. Kita akui sumber kecemasan ini antara lain banyak aspek administrasi mengajar (misalnya, koreksi tugas dan ujian, penilaian, menanggapi email siswa, memandu diskusi, dll) yang sangat menyita waktu dan tidak memberikan manfaat secara langsung bagi penelitian. Namun demikian, aspek intelektual pengajaran merupakan aspek yang tak terpisahkan dari usaha untuk menjadi seorang peneliti yang lebih baik. Pada bagian ini kita akan menjelaskan mengapa mengajar menjadikan kita peneliti yang lebih baik, dan, bila sesuai, kita akan menjelaskan beberapa pengalaman konkret dalam hal ini.
49
Patut disadari sepenuhnya, ketiga komponen Tri Dharma PT merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi yang dapat saling menguatkan sebagai umpan balik positif satu dengan yang lain. Untuk menggambarkan keterkaitan ketiganya diilustrasikan berupa lingkaran pengaruh pada Gambar 3-7 (Reproduksi dari paparan Direktur DP2M).
PENDIDIKAN Materi pembelajaran baru Prinsip dasar yang mapan PENELITIAN Kekayaan Intelektual (hak cipta, paten, nama/merk)
Pengetahuan baru/praktis
Buku, modul, peningkatan pengetahuan
Pendidikan masyarakat & komunitas PENGABDIAN Layanan, nilainilai baru
Problema/tantangan baru
Prospek baru
GAMBAR 3-7 LINGKARAN PENGARUH TRI DHARMA PT Penelitian merupakan proses menciptakan pengetahuan baru. Membuat kemajuan dalam menciptakan pengetahuan memerlukan sejumlah besar latar belakang pengetahuan, sebelum seseorang dapat Untuk menciptakan pengetahuan baru, terlebih mencapai "perbatasan" dari dahulu harus menguasai keutuhan sebuah topik, di mana muncul pengetahuan yang ada. pertanyaan menarik yang perlu dijawab. Dibutuhkan waktu puluhan tahun pengalaman untuk sampai ke titik prestasi besar di suatu area, hanya karena membutuhkan banyak waktu untuk mengumpulkan pengetahuan di area tersebut. Ini tentu menyiratkan bahwa kita tidak bisa menjadi peneliti besar di area subjek tertentu hanya dengan mengambil kelas (atau bahkan beberapa kelas); kita harus menceburkan diri di area topik itu, menekuninya selama beberapa tahun. Perlu disadari bahwa mengajar suatu mata kuliah merupakan salah satu cara yang paling efisien untuk menjadi larut dalam materi pelajaran, karena proses menjelaskan konsep kepada mahasiswa tidak menyisakan ruang bagi kita untuk melakukan secepatnya dan mengabaikan kualitas dalam pemahaman kita sendiri. Proses membangun pemahaman di area
50
tertentu memungkinkan kita untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai paradigma dan teori-teori yang ada saat ini, dan bagaimana paradigma dan basis pengetahuan yang ada dapat diperluas dan dikembangkan. Mengajar mahasiswa doktoral tentang materi kuliah tertentu juga merupakan cara untuk menumbuhkan penelitian, dengan membantu mahasiswa kita sampai ke perbatasan pengetahuan lebih cepat daripada seharusnya jika mereka lakukan sendiri; Terkadang kita perlu mengajarkan atau seminar tentang topik mutakhir melampaui atau di luar silabus mata kuliah sebagai upaya yang paling efisien untuk membantu mahasiswa lebih cepat untuk sampai pada topik di mana mereka dapat melihat lebih banyak peluang penelitian terjadi. Dalam catatan penulis, kita menyadari proses mempersiapkan besarbesaran Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu (PDITT) oleh Dikti sepanjang tahun 2013-2014 sangat membantu dalam memperkuat pengetahuan kita di area topik ini. Kita melihat bidang ini berkembang pesat selama sepuluh tahun terakhir, dan kita telah menyadari sulit untuk meluangkan waktu untuk memahami secara mendalam perkembangan terbaru. Kita menyadari bahwa mengajar kuliah merupakan "fungsi pemaksa" yang luar biasa untuk membiasakan diri dengan teknologi dan cara berpikir yang baru, dan untuk mendapatkan pengalaman praktis menggunakan alat-alat atau media terbaru yang dikembangkan. Pengalaman praktis dengan alat pengembangan membantu kita dalam dua cara: Pertama, kita bisa menyarankan media yang lebih baik bagi mahasiswa kita untuk digunakan dalam penelitian mereka sendiri; dalam beberapa kasus, mahasiswa yang telah "terjebak" dengan menggunakan teknologi yang tertinggal dengan cepat membiasakan diri dengan teknologi yang telah kita pelajari. Dengan menginvestasikan waktu untuk memahami bagaimana teknik-teknik dan teknologi baru bisa diterapkan, kita bisa membuat hubungan antara masalah yang kita coba untuk diselesaikan di laboratorium penelitian dan alat-alat yang dapat berguna untuk mengatasinya. Kedua, kita bisa membuat hubungan antara konsep-konsep yang baru-baru ini telah dikembangkan untuk membantu memecahkan beberapa masalah yang telah kita kerjakan dan belum terpecahkan. Dalam proses menjelaskan fenomena yang ada, kita mungkin menemukan bahwa ada penjelasan, teknologi, atau teori yang tidak benar-benar cukup. Terobosan penelitian sering terjadi ketika paradigma lama yang dibuang (atau setidaknya diubah), sehingga mengubah cara kita berpikir tentang masalah tersebut sepenuhnya. Paradigma baru dimulai dengan kebutuhan untuk menjelaskan atau memulihkan fakta atau situasi dimana paradigma yang ada tidak dapat menangani dengan baik. Sebagai dosen, ketika kita mencoba untuk menjelaskan berbagai fakta atau situasi kepada
51
mahasiswa, terkadang kita dalam posisi bahwa kita tidak bisa menjelaskan mengapa suatu hal terjadi dengan cara tertentu, upaya kita untuk menjelaskannya terbentur pada kenyataan bahwa hal tersebut tidak ditangani atau dijelaskan dengan baik oleh paradigma yang ada saat ini, sehingga kondisi ini mengekspos kebutuhan yang mencolok untuk mengembangkan teknologi, teori, dan paradigma baru. Pengajaran mendorong kita untuk berpikir tentang jalan panjang, gambaran utuh, dan apa yang "benar-benar penting" tentang kontribusi penelitian tertentu. Kita perlu menjelaskan mengapa sesuatu berjalan dalam cara tertentu, lebih dari sekedar menjelaskan konsep. Upaya untuk menjelaskan mengapa sesuatu berjalan dengan cara tertentu kadang-kadang mungkin gagal untuk menghasilkan penjelasan yang baik, hal ini membuka kemungkinan untuk penelitian baru. Dalam kasus lain, penelitian dapat menawarkan solusi untuk suatu masalah, tapi kadangkadang proyek penelitian atau makalah merupakan bagian terpisah yang membutuhkan pemikiran tambahan untuk benar-benar membangun mengapa atau apakah hasil tertentu memiliki implikasi yang lebih luas yang menjadi perhatian seorang mahasiswa. Sebagai dosen, kita berusaha untuk berpikir tentang gambaran besar, dan mengapa mahasiswa harus peduli tentang hasil penelitian tertentu, teori, atau konsep, lima atau sepuluh tahun ke depan, lama setelah mereka meninggalkan ruang kelas dan menerima gelar mereka. Latihan berpikir tentang implikasi yang lebih luas dapat membuat materi kelas lebih cocok untuk mahasiswa, yang sebagian besar belum mengkhususkan diri dalam bidang tertentu yang kebetulan kita ajar. Namun, hal itu juga memaksa kita sebagai peneliti untuk melangkah mundur dan berpikir tentang mengapa masalah yang kita kerjakan berdampak luas dan mengapa mereka penting bagi masyarakat pada umumnya. Menjelaskan kepada mahasiswa di kelas mengapa terjadi hasil tertentu mungkin salah satu latihan yang paling berguna untuk menentukan kontribusi penelitian kepada esensinya.
Latihan berpikir tentang implikasi yang lebih luas dapat membuat materi kelas lebih cocok untuk mahasiswa, yang sebagian besar belum mengkhususkan diri dalam bidang tertentu yang kebetulan kita ajar
Penulis mengagumi beberapa dosen di institusi kami dan ingin meniru mereka, mereka juga yang menjadi salah satu alasan penulis menjadi dosen di tempat yang sama. Sungguh, dosen dapat mempengaruhi sejumlah besar mahasiswa dalam cara yang sangat positif. Terlebih bila dosen dapat memberikan rasa haus pengetahuan kepada mahasiswanya sehingga mereka tidak hanya ingin mempelajari
Mahasiswa termotivasi + dosen menginspirasi = penelitian besar
52
pengetahuan yang ada namun terdorong untuk melakukan penemuan mereka sendiri. Tentunya, mengembangkan mahasiswa yang cerdas menjadi peneliti generasi sekarang dan mendatang merupakan upaya lain yang perlu dilakukan oleh dosen di kelas dan merupakan investasi jangka panjang untuk penelitian. Meskipun beberapa mata kuliah yang kita pelajari di kelas cukup mapan, banyak bidang ilmu komputer dan bidangbidang tertentu lainnya yang berkembang pesat. Dengan munculnya penyedia konten dan layanan besar seperti Google, Amazon, dan Facebook; proliferasi perangkat mobile; dan penyebaran konektivitas untuk daerah berkembang, jaringan komputer yang jauh berbeda dengan dua puluh tahun yang lalu, sementara prinsip-prinsip tertentu bertahan, kendala domain dan aplikasi dari teknologi terus berkembang. Mahasiswa berusaha mendapatkan contoh-contoh konkret dan aplikasi dari konsep dari dunia yang mereka tahu yang kebetulan berbeda dari dunia yang kita tahu ketika kita sebagai mahasiswa. Hasil penelitian baru merupakan teori yang berlaku, hasil dari pemahaman kumulatif kita, dan penerapan konsep untuk domain masalah yang paling relevan atau di waktu kita. Kita harus menyadari bahwa tidak ada cara yang lebih baik untuk menjaga materi kuliah kita saat ini daripada membaca dengan teliti penelitian terbaru dan memperbarui materi sehingga mencerminkan pemahaman saat ini.
Hasil penelitian memberika bahan segar di dalam kelas
Pemahaman kita terus berkembang sebagaimana hasil penelitian baru muncul. Di banyak area, industri secara agresif melacak hasil penelitian dan teknologi baru, dan mahasiswa lulusan kita akan mampu untuk membuat kontribusi penting dalam industri jika mereka berpengalaman dalam teknologi saat ini. Tidak jarang kita mendapatkan ucapan terima kasih dari mahasiswa atas topik atau konsep tertentu yang dibahas di kelas dikarenakan hal itu ditanyakan dalam wawancara kerja. Tentu saja, ada keseimbangan antara mendidik mahasiswa kita dengan gambaran besar dan konsep yang sudah mapan, namun sering dijumpai bahwa mahasiswa sangat bersyukur karena memiliki wawasan konsep dan masalah di industri yang berbicara tentang hari ini. Menanamkan materi kuliah dengan hasil penelitian yang baru dan segar adalah salah satu cara penting yang dapat dilakukan dosen untuk membantu proses ini.
Industri terus menerus melacak hasil penelitian terkini, dosen dan mahasiswa harusnya demikian juga
53
3.7 Praktik Tri Dharma Yang Disukai Disadari atau tidak, lingkaran pengaruh Tri Dharma PT sebagaimana diuraikan di atas berjalan secara alami, dikelola ataupun tidak. Penulis sepenuhnya tidak menyadari lingkaran pengaruh ini telah berputar sekian tahun dalam menjalankan tugas sebagai dosen untuk mengemban misi Tri Dharma PT. Bagaimana pengetahuan yang kita miliki sebagai bekal untuk mengajar menjadi bekal yang luar biasa untuk melakukan kajian dan pengembangan di bidang yang terkait. Kemudian, bagaimana tugas dan pekerjaan melaksanakan kajian tersebut menjadi fungsi pemaksa terhadap kita untuk mempelajari konsep dan teori baru yang menunjang kajian tersebut. Bagaimana pengetahuan baru yang kita peroleh tersebut menjadi umpan balik positif dalam mewarnai materi kuliah kita di kelas. Tidak berhenti disitu, pengalaman yang diperoleh sewaktu melaksanakan kajian dan penelitian itu membuka mata kita bahwa masyarakat, industri dan pemerintahan membutuhkan kontribusi nyata kita untuk menyelesaikan problema yang dihadapi. Hal ini mendorong kita untuk menyelenggarakan program-program pengabdian kepada masyarakat. Keterlibatan mahasiswa dalam program pengabdian dan penelitian menyadarkan mahasiswa betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sungguh ini menjadi pemotivasi yang luar biasa bagi mahasiswa sehingga mereka menjadi rajin dan giat belajar di kelas maupun di laboratorium, meski sang dosen bukanlah motivator yang ulung. Itu semua berjalan secara alami tanpa penulis rencanakan, sejujurnya ini semua penulis sadari ketika hendak menuliskan buku ini. Boleh dikatakan lingkaran pengaruh dalam praktik Tri Dharma yang disukai ini bermula dari tugas mengajar sebagai dosen. Untuk mempersiapkan pembelajaran dengan baik, kita merasa perlu mengembangkan modul-modul pembelajaran sebaik mungkin. Alhamdulillah, hampir setiap tahun ada pendanaan untuk hibah pengajaran yang dapat kita serap untuk pembiayaan pengembangan modul. Dari tahun ke tahun kita mengembangkan modul-modul pembelajaran melalui pendanaan Proyek Due-Like, TPSDP, PHKI, GDLN, Hibah TIK Inherent dan lain sebagainya (lihat Lampiran 2 Luaran Pendidikan Berupa Modul). Kegiatan ini seolah menjadi rutinitas di laboratorium kita. Pengalaman desain dan mengembangkan modul pembelajaran ini rupanya terpantau oleh dosen senior penulis, alhasil penulis diberi kepercayaan untuk mengampu mata kuliah Perancangan dan Integrasi Sistem. Tugas mengajar mata kuliah ini menjadi fungsi pemaksa yang sangat kuat bagi penulis untuk memperdalam penguasaan metodologi pengembangan sistem sehingga tidak hanya menjadi bekal mengajar namun juga menjadi bekal yang memadai untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan sistem, khususnya tentang Pemanfaatan
54
TIK untuk Pendidikan (lihat Lampiran 3 Luaran dan Capaian PPM). Dalam melaksanakan kajian dan penelitian ini kita juga banyak belajar, antara lain mempelajari dan menerapkan ISO 19796 dan ISO 29163. Pemahaman atas pengetahuan baru ini lantas turut mewarnai materi perkuliahan Perancangan dan Integrasi Sistem tersebut. Nampak sekali disini hubungan timbal balik yang saling menguatkan antara proses Pendidikan dan Penelitian. Tidak hanya itu, sewaktu melaksanakan kajian kita banyak berinteraksi dengan guru, dosen dan tenaga kependidikan, kita tidak dapat menutup mata bahwa mereka perlu diberdayakan dalam hal pemanfaatan TIK untuk pendidikan. Oleh karena itu, hal tersebut mendorong kita untuk menyelenggarakan program-program pengabdian kepada masyarakat, antara lain dengan tema Pemberdayaan Guru Daring. Sebaliknya, melalui program pengabdian kepada masyarakat tersebut kita terinpirasi untuk melaksanakan kajian dan penelitian untuk menjawab kebutuhan dan menyelesaikan permasalahan yang kita jumpai dan belum terjawab. Kali ini kita jumpai kegiatan Penelitian dan Pengabdian saling mempengaruhi dalam arti yang positif. Patut disyukuri, dalam berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian tersebut kita dapat melibatkan banyak mahasiswa, baik mahasiswa di kelas Perancangan dan Integrasi Sistem maupun di kelas lain, bahkan ada juga mahasiswa dari jurusan/program studi lain. Keterlibatan mereka ini menyadarkan mereka bahwa ilmu pengetahuan yang mereka pelajari itu penting dan memberikan manfaat yang nyata, disamping tentunya semua pengalaman itu menambah pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan memperbaiki sikap mereka. Pada akhirnya, prestasi belajar mereka menjadi lebih baik, dan ini semua akan didengar oleh adik-adik kelasnya. Pengalaman ini menunjukkan kegiatan Pengabdian dan Pendidikan juga saling mempengaruhi dan saling menguntungkan. Demikian, hal ini berjalan dalam siklus yang alami, pada semester berikutnya bahkan mereka (mahasiswa) sendiri yang menanyakan kegiatan-kegiatan di laboratorium dimana mereka tertarik untuk ikut berpartisipasi. Semua kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat ini dijalani begitu saja dan tidak terasa berat. Bagaimana bisa tidak terasa berat? Hal ini dikarenakan sifat saling mempengaruhi dan saling menguatkan ketiga kegiatan Tri Dharma PT tersebut ketika ketiganya fokus pada topik atau tema yang sama. Perlu dicatat, lingkaran pengaruh Tri Dharma yang disukai ini berfokus pada tema yang sama, yaitu TIK untuk Pendidikan, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 3-8. Tidak berat, malah terasa menyenangkan, terlebih ketika mendapatkan umpanbalik kepuasan dari peserta didik, kepuasan dari mitra/ partner
55
penelitian serta kepuasan dari masyarakat atau kalangan yang menjadi mitra pengabdian. Hal yang juga baru kita sadari, ternyata sudah cukup banyak karya tulis sebagai luaran dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Penulis dan tim telah dan sedang berusaha membukukan dan menerbitkannya, beberapa diantaranya dapat dilihat pada Lampiran 4 Daftar Buku Luaran Tri Dharma PT.
PENDIDIKAN Pembelajaran Mata Kuliah Perancangan & Integrasi Sistem Memperbarui materi kuliah Memperkaya teori dan aplikasi yang dipelajari Menerapkan teori/ metode yang dipelajari
Menunjukkan manfaat dan kepentingan MK Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa
Menumbuhkan minat belajar-mengajar sepanjang hayat di masyarakat
PENELITIAN
PENGABDIAN
Memberdayakan Masyarakat dalam Pendidikan Berbasis TIK
Kajian Pengembangan Sistem Pendidikan Berbasis TIK
Memenuhi kebutuhan/permasalahan pendidikan Menangkap kebutuhan masyarakat, khususnya akademisi Kajian dan pengembangan berdasar kebutuhan/permasalahan
GAMBAR 3-8 PRAKTIK TRI DHARMA PT YANG DISUKAI
56
3.8 Laboratorium Sebagai Penggerak Tri Dharma PT Perlu disadari, lingkaran pengaruh seperti halnya praktik Tri Dharma yang disukai tersebut tidak hanya terjadi pada level individu, baik dosen maupun mahasiswa, namun nyatanya juga terjadi pada level laboratorium, jurusan, fakultas bahkan sampai pada level institusi perguruan tinggi. Kenyataan tersebut semakin menguatkan pernyataan yang dimuat pada Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Pasal 2 Ayat 2: “Standar Nasional Pendidikan, Standar Nasional Penelitian, dan Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan Tri Dharma perguruan tinggi.” Program pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat hendaknya dilaksanakan secara terpadu sebagai upaya sadar yang terprogram dengan baik. Bayangkan saja, apa jadinya apabila lingkaran pengaruh yang terjadi di setiap level ini direncanakan dan dikelola dengan baik? Kesadaran inilah yang menginspirasi penulis untuk mencari bentuk atau model pembelajaran yang dapat memadukan Tri Dharma PT sehingga memudahkan dalam mengelolanya sebagai upaya sadar yang terprogram dengan baik. Pada Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015, pada bagian Pasal 14 Ayat 6 s.d. 9 berbunyi: (6)
Bentuk pembelajaran selain yang dimaksud pada ayat (5), bagi program pendidikan diploma empat, program sarjana, program profesi, program magister, program magister terapan, program spesialis, program doktor, dan program doktor terapan, wajib ditambah bentuk pembelajaran berupa penelitian.
(7)
Bentuk pembelajaran berupa penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (6) merupakan kegiatan mahasiswa di bawah bimbingan dosen dalam rangka pengembangan pengetahuan dan keterampilannya serta meningkatkan kesejahteran masyarakat dan daya saing bangsa.
(8)
Bentuk pembelajaran selain yang dimaksud pada ayat (5), bagi program pendidikan diploma empat, program sarjana, program profesi, dan program spesialis wajib ditambah bentuk pembelajaran berupa pengabdian kepada masyarakat.
(9)
Bentuk pembelajaran berupa pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (8) merupakan kegiatan
57
mahasiswa di bawah bimbingan dosen dalam rangka memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa Secara gamblang telah dinyatakan bahwa penelitian dan pengabdian kepada masyarakat merupakan bentuk pembelajaran. Bila kita perhatikan kembali pernyataan di atas, hal itu wajib. Sudahkah kita mewujudkannya? Sepengetahuan penulis, tidak semua mahasiswa benar-benar mempunyai pengalaman belajar dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. Memang, pengalaman belajar dalam bentuk penelitian terprogram sebagai kegiatan wajib dalam wujud melaksanakan penelitian tugas akhir atau menyusun skripsi berbasis penelitian. Sedangkan pengalaman belajar dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat umumnya belum terprogram sebagai kegiatan wajib. Bahkan, wadah kegiatannya bagi mahasiswa yang secara sadar ingin melaksanakan pengabdian pun masih sangat terbatas. Lantas bagaimana kita dapat mewujudkannya pengalaman belajar dalam bentuk penelitian dan pengabdian secara baik? Efektif dan efisien? Jika kita kembali menggunakan cara pandang Peter Senge tentang sistem, sistem pembelajaran merupakan satu set variabel yang saling mempengaruhi satu sama lain, kita dapat mendefinisikan output proses pendidikan, proses penelitian dan proses pengabdian adalah variabel, dengan begitu kita dapat menggambarkan sistem pembelajaran laboratory based education sebagai suatu sistem dari proses seperti ditunjukkan pada Gambar 3-9. Melalui pendekatan sistem sedemikian, kita dapat menghubungkan variabel output proses pendidikan menjadi input proses penelitian atau sebaliknya bagaimana output proses penelitian dapat dimanfaatkan dalam proses pendidikan. Demikian pula, melalui pendekatan ini kita dapat menyediakan dan menciptakan relasi antara variabel-variabel proses penelitian dengan proses pengabdian, serta relasi antar variabel proses pengabdian dengan proses pendidikan.
58
Mempengaruhi
PENGABDIAN
Learning Outcome
PENELITIAN
Output
PENDIDIKAN GAMBAR 3-9 SISTEM PEMBELAJARAN LBE MEMADUKAN TRI DHARMA PT
59
60
DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadir, R. E., Agustinah, T., Bilfaqih, Y., & Hidayat N, Z. (2007). Pengembangan dan Pengelolaan Lingkungan Laboratorium Untuk Pembelajaran Eksperiensial Secara Terpadu. Prosiding Seminar Nasional Teaching TPSPDP . Jakarta: Dikti. Abdul Kadir, R. E., Jazidie, A., & Bilfaqih, Y. (2008). Pra Penelitian: Design and Implementation of Adaptable Learning Environment Base on User’s Kansei Using Grid Technology. Surabaya: Laporan Akhir Penelitian Produktif Kerjasama. Ackoff, R. (2009). The Four Type of Systems. Retrieved from Ackoff Center for Advancement of Systems Approaches: http://www.acasa.upenn.edu/4sys.htm Advanced Distributed Learning. (2015, 8 11). SCORM Users Guide for Instructional Designers. Retrieved from Intelligent Automation, Inc: http://www.i-a-i.com/ Aisyah, A. S., Arifin, S., Abdul Kadir, R. E., & Gamayanti, N. (2014). Desain dan Implementasi Mata Kuliah Daring Sistem Pengendalian Otomatis. Jakarta: Workshop dan Seminar Hasil Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu (PDITT). Aisyah, A., Arifin, S., & Bilfaqih, Y. (2012). ICT Based Learning “Automatic Control System’ on share.its.ac.id as an efficient learning center and power impact widely. ISODELInternational Symposium on Open, Distance and E-learning. Denpasar, Bali. Alkaff, A. (2005). Indonesia SAKTI: Strategi dan Arah Kebijakan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Surabaya: ITS Press. Amien, M. (1988). Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum Pendidikan IPA Umum (General Science) untuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK Dirjen Dikti Depdikbud RI. Arifin, S., Subali, E., Aridinanti, L., Santoso, M., Ikhwani, H., Soedarso, . . . Bilfaqih, Y. (2010). Model Pendidikan Karakter CAK di ITS. Surabaya: ITS Press. Atwi S, M. (2005). Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka. Balamuralithara, B., & Woods, P. C. (2007). Virtual Laboratories in Engineering Education. Wiley Periodicals Inc. Barritt, C., & Alderman Jr., F. L. (2004). Creating A Reusable Learning Objects Strategy. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc. Bernussou, J., & Titli, A. (1982). Interconnected Dynamical System: Stability, Decomposition and Decentralization. Amsterdam: North-Holland. Bertalanffy, L. v. (1968). General Systems Theory. George Braziller Inc. Bilfaqih, Y. (2008). An Approach to Integrate Kansei Engineering in E-Learning System Design and Implementation. Proceeding of International Student Conference on Adavanced Science Technology ICAST. Kumamoto, Japan: Kumamoto University. Bilfaqih, Y., & Agustinah, T. (2004, April ). SL+: Modul Interaktif dan Dinamis Untuk Belajar dan Mengajar Sistem Linier. Jurnal Java , Vol. 2 No. 1. Bilfaqih, Y., & Jazidide, A. (2008). Model Implementasi Struktur Kompetensi Pada Sistem Elearning. Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro. Surabaya: Unesa. Bilfaqih, Y., & Qomarudin, M. N. (2015). Esensi Pengembangan Pembelajaran Daring. Yogyakarta: Deepublish.
227
Bilfaqih, Y., & Qomarudin, M. N. (2015). Esensi Penyusunan Materi Pembelajaran Daring. Yogyakarta: Deepublish. Bilfaqih, Y., Aisyah, A. S., Arifin, S., Tajunnisa, Y., Widiastuti, & Fatmawati, S. (2014). Panduan Pengembangan Kuliah Daring ITS. Surabaya: ITS. Bilfaqih, Y., Aisyah, A. S., Arifin, S., Tajunnisa, Y., Widiastuti, & Fatmawati, S. (2014). Panduan Proses Belajar Mengajar Kuliah Daring ITS. Surabaya: ITS. Bilfaqih, Y., Suyanto, & Widiastuti, N. (n.d.). Share ITS: Toward a New eLearning Paradigm Through Integrated Technologies & Standards. The 6th Kumamoto University Forum in Surabaya. Surabaya: Kumamoto University. Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals (Handbook I: Cognitive domain). New York. Boediono. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang, Depdiknas. Carnegie Mellon University. (2015, 8 11). SCORM Best Practices Guide for Content Developers. Retrieved from College of Education and Human Development: http://faculty.coehd.utsa.edu/ Cisco Systems. (2001). Model of an E-Learning Solution Architecture for the Enterprise. Clark, R. C. (2002). Designing instruction that supports cognitive learning processes. Journal of Athletic Training, 152-159. Couros, A. (2008). What Does the Network Mean to You? Retrieved from http://educationaltechnology.ca/couros/799 Davenport, T. H. (1993). Process Innovation: Reengineering work through Information Technology. Harvard Business School Press. David McKay Company, I. C. (2003). Reusable learning object authoring guidelines: How to build modules, lessons, and topics. Deming, W. (1994). The New Economics for industry, government and education. MIT Press. Dick, W. L. (2005). The systematic design of instruction. Boston. Ehlers, U. D., & Pawlowski, J. M. (2006). Handbook on Quality and Standardisation in E-Learning. Berlin: Springer. Ertmer, P., & Newby, T. (1993). Behaviorism, Cognitivism, Constructivism: Comparing Critical Features From an Instructional Design Perspective. Performance Improvement Quarterly, 50–72. European Training Foundation. (2009). E-Learning for Teacher Training: from Design to Implementation. Luxembourg: Official Publications of the European . Fahmi, M., Bilfaqih, Y., & Alkaff, A. (n.d.). Kajian e-Materi di Lingkungan Kemdiknas untuk Program Berbagi Materi. Fattah, A. H., Saleh, M., & Davidsen, P. (n.d.). Modeling E-Material Supply Chain. Fee, K. (2009). Delivering E-Learning: A complete strategy for design, application and assessment. London & Philadelphia: Kogan Page Limited. Gharajedaghi, J. (2006). Systems Thinking: Managing Chaos and Complexity A Platform for Designing Business Architecture. Elsevier. Gutiérrez, E., Ramos, J., Romero, S., & Trenas, M. A. (2007). A Learning Management System Designed for A Basic Laboratory Course on Computer Architecture. IADIS International Conference e-Learning, (pp. 68-74).
228
Hammer, M., & Champy, J. (1993). Reengineering the corporation. Harper Business. Hoyle, D. (2009). System and Processes - Is There a Difference? Retrieved from http://www.thecqi.org/Knowledge-Hub/Knowledge-portal/Author-profiles/DavidHoyle/ ISO/IEC. (2005). Information Technology - Learning, Education, and Training - Quality Management, Assurance, and Metrics, Part 1: General Approach. ISO/IEC 19796-1:2005 . Switzerland: ISO/IEC. ISO/IEC. (2009). Information Technology - Learning, Education, and Training - Quality Management, Assurance, and Metrics, Part 3: Reference methods and metrics. ISO/IEC 19796-3:2009. Switzerland: ISO/IEC. ITS. (2006). Laporan Program Hibah TIK Inherent K-1. Jakarta: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. ITS. (2014). Laporan Tahunan ITS 2014. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. ITS-JICA. (2010, January). Guidelines for Introducing Lab-based Education. Preparation, Implementation and Monitoring. Surabaya. Jafari, McGee, & Carmean. (2006). Managing Courses, Defining Learning: What Faculty, Students, and Administrators Want. Retrieved from http://www.educause.edu/ero/article/managing-courses-defining-learning-whatfaculty-students-and-administrators-want Jazidide, A., Bilfaqih, Y., & Alkaff, A. (2005 ). Learning Based Instructional Design and Development for E-learning. THE 2005 ASAIHL SEMINAR on Applications of Computing and Information Technology in Higher Learning. University of Brunei Darussalam. Juran, J. (1992). Juran on quality by design. The Free Press, Division of Macmillan Inc. Khan, B. H. (2004). The People-Process-Product Continuum in E-Learning: The E-Learning P3 Model. Educational Technology, 33-40. Khan, S. (2012). The One World Schoolhouse. New York: Twelve, Hachette Book Group. Kolb, A., & Kolb, D. A. (2003). Experiential Learning Theory Bibliography. Retrieved from Experience Based Learning Systems, Inc: http://www.learningfromexperience.com Lockyer, L., Bennet, S., Agostinho, S., & Harper, B. (2009). Handbook of Research on Learning Design and Learning Objects: Issues, Applications, and Technologies. New York: IGI Global. Maurice, W., Ajay, M., & David, M. (1997). An Innovative Integrated Learning Laboratory Environment. Proc. for Frontiers in Education ASEE-IEEE Conference. Naidu, S. (2006). E-Learning: A Guidebook of Principles, Procedures and Practices. New Delhi: Aishi Creative Workshop. Negara, N. G., Bilfaqih, Y., & Jazidie, A. (2010). Desain dan Implementasi Multirepositori berbasis Grid pada Sistem Manajemen Konten E-Learning . Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro ITS. Noe, R. A. (2009). Learning System Design:. United States of America: SHRM Foundation. Nurhayati, A. S. (n.d.). Pedoman Pemanfaatan Rumah Belajar. Ostashewski, N., & Reid, D. (2010). Networked Teacher Professional Development: Applying the Networked Learning Framework to online teacher professional development. (eLearning: The Horizon and Beyond).
229
Pannen, P., Mustafa, D., & Sekarwinahyu, M. (2005). Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka. Papanastasiou, M. B. (2009). More Than Just Plan, Prepare, Execute, and Assess: Enhancing the Operations Process by Integrating the Design and Effects-Based Approaches. Kansas: School of Advanced Military Studies United States Army. Prayitno, S., Bilfaqih, Y., & Jazidide, A. (2008). Pengembangan Perangkat Lunak untuk Pengaturan Sekuen dan Navigasi Obyek Pembelajaran pada Sistem E-Learning Menggunakan Model Jaringan Petri. Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro. Surabaya: Unesa. Pribadi, B. A. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Pusat Pengembangan Pendidikan & Aktivitas Instruksional (P3AI-ITS). (2011). Pengembangan eMateri Mata Pelajaran Fisika dan Kimia Kelas 12 KTSP. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Pengembangan Pendidikan & Aktivitas Instruksional (P3AI-ITS). (2012). Pengembangan eMateri Mata Pelajaran Bahasa Inggris dan Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Pengembangan Pendidikan & Aktivitas Instruksional (P3AI-ITS). (2013). Pengembangan Kuliah Daring ITS. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Pengembangan Pendidikan & Aktivitas Instruksional (P3AI-ITS). (2014). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Kelas 7 Kurikulum 2013. Jakarta: Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Qomarudin, M. N., Bilfaqih, Y., & Alkaff, A. (n.d.). Kajian Layanan e-Pembelajaran di Lingkungan Kemdiknas untuk Program Berbagi Materi. Qomarudin, M. N., Bilfaqih, Y., & Jazidie, A. (2009). Desain dan Visualisasi Kansei Sistem Elearning Menggunakan Algoritma Genetik dan Aturan Fuzzy. Proceedings of The 10th Seminar on Intelligent Technology and Its Applications, 10, pp. 44 – 45. Surabaya. Rektor ITS. (2015). Memorandum Akhir Jabatan Rektor ITS 2011-2015. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Senge, P. (2006). The Fifth Discipline, The Art and Practice of the Learning Organization. Random House. Suciati. (2005). Taksonomi Tujuan Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka. Tim Kuliah Daring ITS. (2014). Laporan Pengembangan Kuliah Daring Terbuka ITS. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Tim PDITT Dikti. (2014). Buku Panduan Pengembangan Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
230
GLOSARIUM ISTILAH
PENGERTIAN
Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. (UU R.I. No 12 Tahun 2012) Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah kewajiban Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian suatu cabang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. PLP adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengelolaan laboratorium pendidikan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang. Laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, danlatau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka
Tri Dharma Perguruan Tinggi Pendidikan
Penelitian
Pengabdian kepada Masyarakat Dosen
Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP)
Laboratorium
231
Sistem
Proses Lingkaran pengaruh Pembelajaran Sistem pembelajaran Pengembangan
Model desain Peralatan
Bahan Laboratorium simulasi Laboratorium berjarak Sistem manajemen mutu
Pemasaran
232
pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permenpan Nomor 3 Tahun 2010). Sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling bekerja sama dengan menjalankan fungsinya masing-masing untuk satu tujuan. Proses adalah serangkaian tindakan sistematis yang diarahkan untuk pencapaian tujuan sistem. Sistem sebagai satu set variabel yang saling mempengaruhi satu sama lain. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sistem pembelajaran adalah keseluruhan komponen pembelajaran yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pengembangan merupakan proses menerjemahkan kebutuhan hingga mewujudkannya ke dalam bentuk suatu produk atau layanan. Suatu rangka kerja yang memberikan acuan langkah-langkah sistematis dalam proses perancangan suatu produk. Peralatan adalah mesin, perkakas, perlengkapan, dan alat-alat kerja lain yang secara khusus dipergunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas Bahan adalah segala sesuatu yang diolah/ digunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas. Laboratorium simulasi adalah versi sederhana dari suatu laboratorium yang berbasiskan perangkat lunak. Laboratorium yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan dan mengendalikan eksperimen pada peralatan nyata melalui jaringan. Sistem manajemen mutu merupakan suatu alat yang diterapkan dalam suatu organisasi, untuk memberikan suatu transparansi mengenai aktivitas dalam organisasi sehingga dapat memberikan kepuasan, dan dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan dan pasar. Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pelanggan yang ada dan pelanggan potensial.
INDEKS
A amanah, 38, 39 Asisten praktikum, 179
B Bahan, 90 Bahan khusus, 91 Bahan umum, 91
kokurikuler, 38 kompetensi, 38, 39 Koordinator bidang studi, 168 Koordinator pendidikan, 178 Koordinator penelitian, 178 Koordinator pengabdian, 179 kreatif, 37, 38, 39
L C
CAK, 37, 39 cerdas, 39
Laboratorium, 5 Laboratorium berjarak, 141 Laboratorium simulasi, 137 Lingkaran pengaruh, 13 LPPM, 85 LPTSI, 85
D Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 205, 210 Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah), 200, 204, 205 dosen, 168
E ekstrakurikuler, 38 emosional, 38 emotional quotient, 38
M Manajer pemasaran, 176 Manajer sumber daya, 174 Model desain, 61
N nilai, 39 norma, 37
P G
globalisasi, 39
I inovasi, 37 integritas, 37, 38 intellegence quotient, 38 intrakurikuler, 38
K Kepala laboratorium, 169
P3AI, 85 Pemasaran, 175 Pembelajaran, 61 Penanggung jawab laboratorium, 177 Pendidikan, 39 Pendidikan Tinggi, 35 Penelitian, 43 Pengabdian kepada Masyarakat, 46 Pengembangan, 61 Peralatan, 90 physical quotient, 38 pola pikir, 39 Pranata Laboratorium Pendidikan, 93 Proses, 12 Pusat Data dan Statistik Pendidikan, 205, 206
233
Pusat Kurikulum dan Buku, 226 Pusat Penelitian Kebijakan, 204 Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan, 203, 211, 217
Sistem pembelajaran, 61 sosial, 37 spiritual, 38 spiritual quotient, 38
S Sikap, 38, 39 Sistem, 10 Sistem manajemen mutu, 156
234
T tata nilai, 37 Tri Dharma PT, iii
235
Pendekatan Laboratory based Education (LBE) mulai dilaksanakan di ITS semenjak program Predict-ITS pada bulan Juni tahun 2006. Program ini semula diterapkan pada program pascasarjana S2, sedangkan saat ini telah berkembang penerapannya lebih luas dan terpadu mencakup program sarjana S1 dan program doktoral S3. Pendekatan pembelajaran LBE ini mulanya menekankan perlunya kepala laboratorium membimbing dan mengawasi mahasiswa pascasarjananya semenjak hari pertama mengikuti program hingga menyelesaikannya dan tesis mahasiswa pascasarjana dibuat berdasarkan penelitian bersama dibawah payung Predict-ITS atau proyek penelitian lain. Hal ini dimaksudkan untuk mengorganisasikan penelitian di laboratorium ke dalam sebuah kelompok penelitian dengan seorang peneliti utama bersama mahasiswa/stafnya, dan membuat mahasiswa meluangkan waktu lebih banyak di laboratorium untuk mengerjakan penelitiannya bersama dengan senior, teman seangkatan dan yuniornya. Melalui kajian yang disajikan di buku ini, penulis menyampaikan gagasan pendekatan sistem dari proses dengan menempatkan pembelajaran LBE sebagai sebuah sistem yang memadukan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat untuk menciptakan sinergi ketiga komponen Tri Dharma PT tersebut di laboratorium.
237