Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN NAHWU Oleh: H. Ismail Baharuddin, M.A Abstract One of the common mistakes made in the process of learning is the teacher Nahwu still doing the classical model. So with such monotonous way of learning that is causing students to be bored and tired. Every time studying Science Nahwu such conditions lead to low learning outcomes of students in studying Nahwu.Oleh therefore should a teacher can use different learning models in order to assist students in improving learning outcomes. One of the changes that need to be done is that during this study are expected to be studied individually in cooperative learning In cooperative learning the students work together in small groups to help each other learn from each other. Hopefully, through cooperative learning strategies can improve student learning outcomes, foster self-confidence of students so as to improve the learning outcomes of students. Because in this learning model the students have learned the high activeness either individually or in groups, and students can express their thoughts, exchange ideas, work together, if there is one friend in the group who are having trouble, here, can be accomplished as possible.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah model diartikan pola dari suatu yang akan dibuat atau dihasilkan.1 Sementara Pembelajaran menggambarkan adanya interaksi antara guru dan siswa, di mana keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (guru mengajar dan siswa belajar).2 Menurut pakar lain
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, cet I, ed. 3, 2001), hlm. 751. 2 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfa Beta, 2003), hlm. 61. 1
Model Pembelajaran Kooperatif. . . . .Ismail Baharuddin
85
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015 pembelajaran merupakan susunan daripada informasi dan lingkungan yang memudahkan belajar.3 Adapun istilah ‚kooperatif‛ secara etimologi berasal dari bahasa Inggris yaitu: ‚cooperative‛, merupakan kata sifat (adjective) dari kata cooperation yang berarti bekerja sama.4 Secara terminologis, kooperatif mengandung pengertian sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang diatur dalam kelompok, terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat bergantung kepada keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.5 Menurut Reinhartz dan Beach, pembelajaran kooperatif adalah strategi di mana para peserta didik bekerja dalam kelompokkelompok atau tim-tim untuk mempelajari konsep-konsep atau materi-materi. Sedangkan menurut Henson dan Eller mendefenisikan pembelajaran kooperatif sebagai kerjasama yang dilakukan para siswa untuk mencapai tujuan bersama.6 Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya.7 Menurut penulis kalau ditinjau dari kaca mata ajaran Islam, kooperatif yang berarti adanya kerja sama antara individu, merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan oleh Islam. Hal ini sejalan dengan firman Allah swt. dalam surat AlMaidah ayat 2.
Artinya: ‛Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
Robert Heinich, et. al., Instructional Media and Technologies For Learning, (New Jersey: Printice-Hall Inc. Englewood Cliffs, 2005), hlm. 8. 4 A. S. Hornby, et. al., Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, (Great Britain: Oxford University Press, 6 ed., cet. 5, 2003), hlm. 292. 5 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, cet 2, 2008), hlm. 4. 6 Al-Rasyidin dan Wahyuddin Nur, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Medan: Perdana Publishing, 2011), hlm. 153. 7 Made Wena, Strategi Pembelajaran: Inovatif Kontemporer Suatu Tujuan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 189. 3
86
Model Pembelajaran Kooperatif. . . . .Ismail Baharuddin
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015 pelanggaran, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksanya‛.8 Hal yang senada juga diungkapkan oleh pendapat ahli lain yang mendefenisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi instruksional yang melibatkan interaksi siswa secara kooperatif dalam mempelajari suatu topik sebagai bagian integral dari proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif berpotensi untuk meningkatkan usaha-usaha kelompok dengan cukup dramatis dan cepat dengan catatan semua anggota kelompok harus memiliki kemauan untuk ‚bermain‛. Jadi pembelajaran ini dapat dilakukan ketika kelompok merasa siap memikulnya dan percaya bahwa pembelajaran tersebut menghasilkan dampak yang dikehendaki.9 Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Beberapa ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah:10 1. Belajar bersama dengan teman 2. Selama proses belajar terjadi tatap muka antara teman 3. Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok 4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok 5. Belajar dalam kelompok kecil 6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat 7. Keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri 8. Maha siswa aktif. Senada dengan ciri-ciri tersebut. Menurut Johnson dan Johnson serta Hilke mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif diantaranya adalah: terdapat saling ketergantungan yang positif di antara anggota kelompok. Selanjutnya tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran kooperatif, sebagaimana yang dikemukakan oleh Slavin, yaitu: penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. 11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya , (Jakarta: Mahkota Surabaya, 1989), hlm. 157. 9 Stephen S. Kaagan, 30 Reflective Staff Development Exercises for Educators, terj. Desy Arianty, 30 Latihan Pemikiran Pengembangan Staf bagi Pendidik, (Jakarta: Indeks, cet. II, 2008), hlm. 57. 10 Tukiran Taniredja, et. al., Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 59. 11 Hamdani, Strategi, hlm. 31-32. 8
Model Pembelajaran Kooperatif. . . . .Ismail Baharuddin
87
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015 1. Penghargaan Kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. 2. Pertanggungjawaban Individu Keberhasilan kelompok tergantung pada pembelajaran individu dari semua anggota kelompok, pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. 3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skorsing yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh peserta didik dari yang terdulu. Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif secara umum ada tiga tujuan pembelajaran penting yang ingin dicapai melalui pengembangan pembelajaran kooperatif yaitu:12 1. Prestasi Akademis Keberhasilan untuk meningkatkan prestasi akademis melalui strategi pembelajaran kooperatif tergantung pada tiga karakteristik penting, yaitu: tujuan kelompok, tanggung jawab individu, dan peluang yang sama untuk berhasil. Tujuan kelompok biasanya diekspresikan dalam bentuk penghargaan yang didasarkan pada kesuksesan kelompok dalam tugas-tugas pada bidang akademis. Untuk itu kelompok harus berusaha keras untuk memperoleh penghargaan dengan cara menguasai materi dengan baik sehingga dapat meningkatkan prestasi setiap anggota kelompok di atas prestasi yang mereka peroleh sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok akan dihargai prestasinya jika semua anggota kelompok berhasil dalam belajarnya. 2. Penerimaan Keragaman Melalui strategi ini terbuka peluang bagi peserta didik yang beragam latar belakangdan kondisi untuk saling bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama dengan menggunakan struktur penghargaan, belajar menghargai setiap yang lain. 3. Pengembangan Keterampilan Sosial Dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif guru dapat membantu membimbing beberapa keterampilan mengkomunikasikan gagasan dan perasaan, membuat pesan tertentu, menyampaikan penghargaan, dan berpartisipasi, melalui bimbingan ini peserta didik diharapkan dapat memiliki 12
88
Al Rasyidin dan Wahyuddin Nur, Teori, hlm. 155-157.
Model Pembelajaran Kooperatif. . . . .Ismail Baharuddin
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015 keterampilan sosial yang efektif dan memudahkannya dalam berinteraksi dengan masyarakat dalam kehidupan. Aplikasi Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin, tujuan dan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetensi, yaitu keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Tujuan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang penting yang diragukan oleh Ibrahim, yaitu sebagai berikut:13 1. Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif, selain mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi peserta atau tugas-tugas akademik penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini menunjukkan bahwa model sturuktur penghargaan kooperatif dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping itu, pelajaran kooperatif memberi keuntungan, baik kepada kelompok siswa bawah maupun kelompok siswa atas yang bekerja sama meyelesaikan tugastugas akademik. 2. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari siswa-siswa yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan tidak kemampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai kondisi. 3. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan pengembangan keterampilan sosial adalah mengajarkan pada peserta didik keterampilan bekerja sama dan kolaborasi, keterampilanketerampilan sosial penting dimiiki oleh peserta didik sebab banyak diantara mereka yang keterampilan sosialnya masih kurang. Beberapa cara yang dilakukan untuk mewujudkan ketergantugan positif yaitu: pertama, ketergantungan tujuan positif (Positive goal interdependence) kedua, ketergantungan penghargaan positifketiga, ketergantungan sumber positif, keempat, ketergantungan peran positif (positive role interdependence).14 Hamdani, Strategi, hlm. 32-33. Miftahul Huda, Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 48. 13 14
Model Pembelajaran Kooperatif. . . . .Ismail Baharuddin
89
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015 Langkah-langkah dan Prosedur Pembelajaran Kooperatif Ada enam langkah utama atau tahapan dalam menggunakan pembelajaran penyajian informasi adakalanya dengan bahan bacaan daripada secara verbal, siswa dikelompokan, tahap ini dibimbing oleh guru dan fase terakhir meliputi presentase hasil akhir kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah dipelajari. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 15 Tabel 1 Langkah-langkah dan Prosedur Pembelajaran Kooperatif Fase
Tingkah laku guru
1
2
Fase: 1 Menyampaikan motivasi siswa
tujuan
Fase: 2 Menyajikan informasi
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran dan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase : 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana Mengorganisasikan siswa caranya membentuk kelompok belajar dan kedalam kelompok belajar membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase : 4 Guru membimbing kelompok belajar pada Membimbing kelompok saat mereka mengerjakan tugas. bekerja dan belajar Fase: 5 Evaluasi
Fase: 6 Memberikan penghargaan
15
90
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasi hasil kerjanya. Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Riyanto, Paradigma, hlm. 271.
Model Pembelajaran Kooperatif. . . . .Ismail Baharuddin
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015 Pada buku Cooperative learning, para ahli menyebutkan langkahlangkah dalam pembelajaran cooperative learning sebagai berikut:16 1. Merancang rencana program guru hendaknya menargetkan target pembelajaran dicapai. 2. Aplikasi pembelajaran di kelas, membuat lembar observasi yang akan digunakan observasi kegiatan siswa dalam kelompok. 3. Melakukan observasi terhadap kegiatan dengan mengarah-membimbing baik secara individu atau kelompok 4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempresentasi dengan sesama sebagai moderator guru sekaligus melihat pembahasan siswa. Selanjutnya pada tataran prosedur pembelajaran kooperatif itu terdiri dari empat tahap:17 1. Penjelasan Materi. Tahap ini diartikan sebagai proses penyampaian pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang meteri pelajaran dan selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim). 2. Belajar dalam Kelompok. Kelompok yang terdiri dari heterogen yang dibentuk sebelumnya. Menurut Lie ada kelompok berbeda: memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung dan meningkatkan relasi dan interaksi serta memudahkan mengelola kelas karena orang yang berbeda akademis (pintar), hal ini akan membantu guru. Melalui ini peserta didik melakukan tukar menukar informasi dan pendapat, mengoreksi, membandingkan jawaban serta mendapatkan pendapat yang baik. 3. Penilaian Penilain dalam SPK bisa dilakukan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dengan kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.
16 17
Solihatin, et. al., Cooperative Learning, hlm. 11. Sanjaya, Strategi Pembelajaran, hlm. 248-249.
Model Pembelajaran Kooperatif. . . . .Ismail Baharuddin
91
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015 4. Pengakuan Tim. Adanya pengakuan tim (teamrecognition) adalah: penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka. Pembelajaran Nahwu
ٙدخم فٚ ٌعسف انُحٕاٚ إٌ أخٕف يب أخبف عهٗ طبنت انعهى اذا نى:ٙقبل األصًع ألَّ نى,تجٕأ يقعدِ يٍ انُبزٛ يتعًدا فهّٙ ٔسهى يٍ كرة عهٛ صهٗ هللا عهٙقٕل انُج قبل انجال.ّّٛ كرثت عهٛت عُّ ٔنحُت فٚٔهحٍ فًًٓب زٚ ّ ٔسهىٛكٍ صهٗ انهٓعهٚ ٌُٕ كم فٍ يٍ فّٙ فٛحتبج انٚ ٕ قد اتفق انعهًبء عهٗ أٌ انُح:ّتٛ شسح أنفُٙفٚاند ٌٕكٚ ٗ كتبة هللا حتٙتكهى فٚ ٌجٕش ألحد اٚفإَّ ال,ثٚ ٔانحد,سًٛب انتفسٛ الس,انعهى ةٛ ٔال تفٓى يقبصدِ إال ثًعسفة قٕاعد انعسثٙ ألٌ انقساٌ عسث,ةٛب ثبنعسثٛيه 18 .ثٚٔكراانحد Artinya: ‛Berkata Asmu’i: sesungguhnya saya paling takut apa yang saya takuti atas penuntut ilmu apabila mereka tidak mengetahui ilmu Nahwu persis dengan hadis nabi: barang siapa yang berdusta padaku dengan sengaja, maka tempatkanlah dirinya dalam neraka, karena bahwasanya tidak ada Nabi Saw menuturkan yang tidak benar dan mendustakannya.Berkata Jalaluddin As-suyuthi didalam Syarah Alfiyah: sesungguhnya telah sepakat ulama bahwasahya Nahwu paling membutuhkan pada masing-masing pelajaran dari sekalian pelajaran ilmu, terutama Tafsir, Hadits, maka sesungguhnya seseorang tidak dibenarkan menafsirkan pada kitab Allah sehingga ia adalah penuh dengan kepahaman bahasa Arab, karena bahwasanya Alquran adalah berbahasa Arab tidak mungkin bisa dipahami tujuannya kecuali dengan mengetahui undang-undang bahasa Arab, begitu juga hadits.19
: انشئ األٔل:ًٍٍٛٓ يٛئٛتٕسم ثٓب إنٗ شٚ ,هةٛ عهى ٔس,فٚاٌ عهى انُحٕٖ عهى شس سا يُفًًًٓٓب’ أ فإٌ فٓىٛ فإٌ كث,ّ ٔسهىٛ ٔسُة زسٕنّ صهٗ هللا عه,فٓى كتبة هللا ٘ انرٙ إقبية انهسبٌ عهٗ انهسبٌ انعسث:َٙٔانثب.ٕفة انُحٚتٕقف عهٗ يعسٚ س يًُٓبٛانكث نرانك كبٌ فٓى انُحٕٖ أيسا,ْٕ كالو هللا عص ٔجم أٔ انر٘ َصل ثّ كالو هللا عص ٔجم Mahmud Pajal, Al-Dirasah An-Nahwiyah Lilhadisin Nabawiyyah, (Riyad: Adwa’us Salaf, 1997), hlm. 33-34. 19 Abdurrahman bin Abdurrahman al-Ahdal, Attashila al-Nahwiyah Syarah Matan Jurumiyah (Riyad: Daru al-Taibah, 2004), hlm. 7. 18
92
Model Pembelajaran Kooperatif. . . . .Ismail Baharuddin
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015 20
. أخسِ سٓمٙ أٔنٓصعت ٔفٙيًٓب جدا ٔنكٍ انُحٕٖ ف
Artinya: ‛Ilmu Nahwu adalah ilmu yang mulia, dan ilmu alat atau ilmu perantara yang menghubungkan dengannya kepada dua perkara yang sangat penting, yaitu: Bisa memahami kitabullah (Alquran) dan Sunnah Rasulullah Saw, maka sesungguhnya memahami keduanya atau salah satu keduanya harus dengan pengenalan ilmu Nahwu. Menselaraskan lidah atas lidah orang Arab yang dianya perkataan Allah swt. maha tinggi dan maha mulia atau yang telah diturunkan dengannya kitabullah, dari hal demikian memahami Nahwu adalah: perkara yang penting sekali, akan tetapi memahami yang pertamatama sulit dan pada akhirnya mudah. Berkata Imam as-Suyuthi: segala ilmu-ilmu adalah membutuhkan Nahwu. Adapun Nahwu secara etimologi yaitu:( )القصدbermaksud, secara terminologi علمبأصول يعرف بها أحوال أواخر الكلم اعرابا وبناءdianya: ilmu yang membahas tentang aturan akhir struktur kalimah berbentuk perubahan dan bina. Dan sesungguhnya orang Arab membuat perumpamaan dengan rumah, rumah itu dari kayu dan pintunya dari besi, yakni bahwa sesungguhnya masuknya itu sulit akan tetapi apabila sudah masuk menjadi mudah tiap-tiap sesuatu, apabila kita sudah paham Nahwu dan diiringi dengan Shorof semua ilmu mudah kita pahami, seperti ilmu Mantik, Balagah, fiqih, Usul Tafsir, ilmu Maa’ni, ilmu AlBayan, ilmu A’rud, ilmu Kawafi, ilmu Insah khususnya Alquran dan Al-Hadis. Sedangkan urgensinya untuk mengetahui kebenaran kalam dari kesalahan bacaannya.21 Adapun pendapat lain masalah pengertian Nahwu, telah menjadi kesepakatan bahwa penguasa kaidah-kaidah Nahwu bukan merupakan tujuan pembelajaran bahasa, melainkan hanya merupakan sarana untuk membantu para peserta agar mampu berbicara, membaca dan menulis dengan benar, dan masih ada lagi sarana lain yang bisa membantu para peserta, diantaranya adalah lingkungan bahasa yang baik. Nahwu merupakan kaidah-kaidah bahasa yang lahir karena adanya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa, oleh sebab itu Nahwu dipelajari agar pengguna bahasa mampu menyampaikan ungkapan bahasa dan mampu memahaminya dengan benar baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk lisan, jadi dalam pembelajaran Nahwu, tidak cukup dengan
Muhammad bin Shaleh al-Usaimin, Syarah Jurumiyah, (Kahirah: Darus Sahabah Wattabiin, 2003), hlm. 17. 21 Muhammad bin Ahmad al-Ahdal, Al-Kawakibud Durriyah, (Bairut: Darul Kutubul Ilmiyah, 2007), hlm. 25. 20
Model Pembelajaran Kooperatif. . . . .Ismail Baharuddin
93
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015 menghafal kaidah-kaidah kemudian selesai, melainkan setelah itu para peserta harus mampu menerapkan kaidah itu dalam membaca dan menulis teks bahasa Arab. Dengan kata lain penguasaan kaidah-kaidan Nahwu adalah sebagai sarana berbahasa bukan tujuan akhir dari pembelajaran tentang berbahasa. Ada sebuah pertanyaan mengapa kita non Arab belajar Nahwu ketika belajar bahasa Arab? Ada beberapa jawaban untuk soal tersebut, yaitu:22 1. Nahwu merupakan sebuah realita kebahasaan 2. Nahwu merupakan aturan-aturan yang mengatur penggunaan bahasa 3. Nahwu merupakan alat atau media yang membantu untuk memahami kalimat dan takrib-takrib kalimat. Adapun definisi Nahwu dan contohnya pendapat mayoritas ulama sebagaimana di dalam buku Al-Tahjib karya Ibnu Yaa’is ada lima perkara, yaitu:23 1. Nahwu artinya: bermaksud, misalnya: نحوت البيت الحرام اى قصدتهartinya saya ingin ke Masjidil Haram. 2. Nahwu artinya: selain atau bukan, misalnya: سرت فرسخا ونحوه اى أو دونهartinya: saya berjalan satu parsa. 3. Nahwu artinya: seumpama atau semisal, misalnya: مثل في العبارة في مثل قولهم artinya: perumpamaan ungkapan itu sama dengan perumpamaan perkataan mereka. 4. Nahwu artinya: tiap-tiap isim yang di masuki alif-lam, misalnya: الرجاللغالم artinya: menunjukkan satu orang laki-laki itu, dan satu orang budak 5. Nahwu artinya: disisi, misalnya: زيد نحو عمرو اى عندهartinya: si Zaid ada bersama si Umar. Materi Pembelajaran Nahwu 1. Standar Kompetensi Memahami isim-isim yang dirafa’kan 2. Kompetensi Dasar a. Mengetahui macam-macam isim-isim yang dirafa’kan b. Mampu meletakkan isim-isim yang dirafa’kan 3. Indikator a. Membaca macam-macam isim-isim yang dirafa’kan b. Menjelaskan macam-macam isim-isim yang dirafa’kan
M Abdul Hamid, Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 64-65. 23 Muhammad Ma’sum, Taswiq-al-Khallan Syarah Jurumiyah, (Al-Harmain: Jeddah, 2012), 22
hlm. 6.
94
Model Pembelajaran Kooperatif. . . . .Ismail Baharuddin
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015 c. Mengartikan kalimat isim-isim yang dirafa’kan d. Memberikan baris untuk seluruh isim-isim yang dirafa’kan e. Membuat misal isim-isim yang dirafa’kan Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Nahwu 1. Pengertian isim-isim yang dirafa’kan Isim-isim yang dirafa’kan ada sepuluh macam yaitu Fai’l, Maf’ul yang tidak disebutkan fai’lnya, Mubtada, Khabar, Isim Kaana dan saudara-saudaranya, Isim Af’alulmuqaarabah, Isim Huruf yang diserupakan dengan Laisa, Khabar inna dan saudara-saudaranya, Khabar Laa, berikutnya ada empat macam yang menafikan jenis, tabi’ (lafadz yang mengikut) kepada lafadz yang dirafa’kan, yaitu ada empat macam: Na’at, Athaf, Taukid, dan Badal. Misal yang sepuluh berikut ini: 24 a. Fa’il, seperti: ( ) يهدى هللا لنوره من يشاءAllah memberikan jalan penerang bagi orang-orang yang ia kehendaki b. Maf’ul yang tidak disebutkan fai’lnya. Seperti: ( )اذازلزلت اآلرض زلزالهاApabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat c. Mubtada’ seperti: ( ) هو صحبناDianya sahabat kami d. Khabar, seperti: ( )هللا ربناAllah adalah tuhan kami e. Isim kanaa dan saudaraaya, seperti: ( )وكان هللا غفورا رحيماDan adalah Allah yang maha pengasih dan maha penyayang f. Isim ‘af’alul muqaarabah, seperti: ( )عسى هللا ان يأتيMudah-mudahan Allah mendatangkannya g. Isim huruf yang diserupakan dengan laisa, seperti: ( )مازيد قائماTiadalah Zaid berdiri dan وقائما ما بكر جالساtiadalah si Bakar duduk dan berdiri. h. Khabar inna dan saudara-saudaranya, seperti:( )اٌ هللا عفٕا غفٕزاSesungguhnya Allah maha pengampun dan maha penyayang i. Khabar laa, seperti: ( ) الرجل أفضل من زيدTiada seorang laki-laki pun yang lebih utama dari pada Zaid Lafazh yang mengikuti kepada lafadz yang dirafa’kan, yaitu: 25 a. Naa’at, seperti: ( )جبء زيد العاقلsi Zaed yang bijaksana itu telah datang b. ‘Athap, seperti:( )جاء زيد وعمروTelah datang si Zaid dan si Amrun c. Taukid, seperti:()جاء زيد نفسهTelah datang si Zaid sendiri Muhammad Al-Ahdal, Kawakibud Durriyah, ( Bairut-Libanon: Darul Kutubu al-Ilmiyah, 2007), hlm. 152-153. 25 Ibid., hlm. 159. 24
Model Pembelajaran Kooperatif. . . . .Ismail Baharuddin
95
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015 d. Badal, seperti:( )جاء زيد اخوكsi Zaid telah datang yakni saudaramu Penutup Rendahnya hasil belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, disebabkan kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hal ini juga berlaku pada semua mata pelajaran yang diajarkan oleh guru. Begitu juga dengan materi pembelajaran Nahwu. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran salah satu faktornya adalah dari seorang kompetensi seorang guru. Yaitu kompetensi tentang pemilihan strategi yang akan dilakukan di dalam kelas. Salah satu perubahan yang perlu dilakukan adalah yang selama ini belajar secara individual diharapkan menjadi belajar secara pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. Diharapkan melalui strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Karena pada model pembelajaran ini peserta didik mempunyai keaktifan belajar yang tinggi baik secara individual maupun kelompok serta peserta didik dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama, jika ada salah satu teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan, disini dapat dituntaskan sebaik mungkin. Pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat saling mengajari. Dengan demikan akan terwujudlah suasana belajar yang menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik Referensi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, cet I, ed. 3, 2001. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Bandung: Alfa Beta, 2003. Robert Heinich, et. al., Instructional Media and Technologies For Learning New Jersey: Printice-Hall Inc. Englewood Cliffs, 2005. A. S. Hornby, et. al., Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English Great Britain: Oxford University Press, 6 ed., cet. 5, 2003. Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS Jakarta: Bumi Aksara, cet 2, 2008. Al-Rasyidin dan Wahyuddin Nur, Teori Belajar dan Pembelajaran (Medan: Perdana Publishing, 2011. 96 Model Pembelajaran Kooperatif. . . . .Ismail Baharuddin
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015 Made Wena, Strategi Pembelajaran: Inovatif Kontemporer Suatu Tujuan Konseptual Operasional Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya Jakarta: Mahkota Surabaya, 1989. Stephen S. Kaagan, 30 Reflective Staff Development Exercises for Educators, terj.
Desy Arianty, 30 Latihan Pemikiran Pengembangan Staf bagi Pendidik Jakarta: Indeks, cet. II, 2008. Tukiran Taniredja, et. al., Model-Model Pembelajaran Inovatif Bandung: Alfabeta, 2011. Miftahul Huda, Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Mahmud Pajal, Al-Dirasah An-Nahwiyah Lilhadisin Nabawiyyah (Riyad: Adwa’us Salaf, 1997. Abdurrahman bin Abdurrahman al-Ahdal, Attashila al-Nahwiyah Syarah Matan Jurumiyah Riyad : Daru al-Taibah, 2004. Muhammad bin Shaleh al-Usaimin, Syarah Jurumiyah (Kahirah: Darus Sahabah Wattabiin, 2003. Muhammad bin Ahmad al-Ahdal, Al-Kawakibud Durriyah (Bairut: Darul Kutubul Ilmiyah, 2007. M Abdul Hamid, Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media (Malang: UIN Malang Press, 2008. Muhammad Ma’sum, Taswiq-al-Khallan Syarah Jurumiyah (Al-Harmain: Jeddah, 2012. Mahmud Majal, Hadits an-Nabawiyah Finnahwi al-Arabi (Riyad: Adwaus Salaf, 1997. Daud Ali, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan Yogyakarta: TAZKIA, 2011
Model Pembelajaran Kooperatif. . . . .Ismail Baharuddin
97