p-ISSN 2355-5343 e-ISSN 2502-4795 http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 26/05/2016; Accepted: 05/08/2016 Mimbar Sekolah Dasar, Vol 3(2) 2016, 191-208 DOI: 10.17509/mimbar-sd.v3i2.4257
MODEL PEMBELAJARAN INTERNALISASI IMAN DAN TAQWA DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK USIA SEKOLAH DASAR Tedi Supriyadi Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang Jalan Mayor Abdurachman No.211 Sumedang Email:
[email protected] ABSTRACT Learning by a teacher needs touches all dimensions of humanity that includes spirit, mind, heart, passion and physical balanced. Based on these dimensions, namely: the soul (transcendent must be turned on), reasonable (rational must be taught), heart (surrender must be strengthened), lust (self-fulfillment to be controlled), and physically (ready to act should be actualized), needs to be grown through the learning model TADZKIROH (Tunjukan teladan, Arahkan, Dorongan, Zakiyah (Kesucian), Kontinuitas, Repetisi, Organisasikan, Hati). So that the behavior reflects the faith and piety in the stage of primary school age can reflect as accustomed to have a prayer, always acts like respect for parents, teachers and friends used to run the religious orders, used to read and study the scriptures and also undertake activities that benefit the world hereafter. Keywords: teaching model, iman, taqwa, tadzkiroh.
internalization,
ABSTRAK Pembelajaran oleh guru perlu menyentuh seluruh dimensi kemanusiaan yang meliputi ruh, akal, hati, nafsu dan fisik secara seimbang. Berdasarkan watak dimensi tersebut yakni ruh (transendenharus dihidupkan) akal (rasional harus dipahamkan), hati (mudah tunduk harus dikuatkan), nafsu (pemuasan diri harus dikendalikan), dan fisik (siap bertindak harus di aktualisasikan),perlu ditumbuh kembangkan melalui model pembelajaran TADZKIROH yakni Tunjukan teladan, Arahkan, Dorongan, Zakiyah (Kesucian), Kontinuitas, Repetisi, Organisasikan dan Hati, sehingga prilaku yang mencerminkan iman dan taqwa dalam tahap usia sekolah dasar dapat terejawantahkan seperti terbiasa membaca doa, selalu melakukan perbuatan menghormati orang tua, guru teman serta terbiasa menjalankan perintah agamanya, biasa membaca dan mengkaji kitab suci dan juga melakukan kegiatan yang bermanfaat dunia akhirat. Kata Kunci: model pembelajaran, internalisasi, iman dan taqwa, tadzkiroh.
How to Cite: Supriyadi, T. (2016). MODEL PEMBELAJARAN INTERNALISASI IMAN DAN TAQWA DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK USIA SEKOLAH DASAR. Mimbar Sekolah Dasar, 3(2), 191-208. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbarsd.v3i2.4257.
PENDAHULUAN~ pendidikan
Dewasa
dihantam
ini
musibah
dunia
oleh orang tua peserta didik gara-gara
yang
dianggap salah mendidik dan melakukan
menyesakkan dada bagi siapa saja yang
tindakan
mendengarnya,
didiknya.
terlebih
bagi
seorang
kekerasan
terhadap
“Perendahan
peserta martabat
pendidik. Begitu santer media cetak dan
seorang guru oleh peserta didik atau
online
pelecehan yang dilakukan oleh oknum
memberitakan
terjadinya
pemukulan guru oleh peserta didik atau
guru
dosen yang dibunuh oleh mahasiswanya.
menggambarkan
Di samping hal itu, ditemukan pula fakta
pendidikan
pula guru yang dituntut secara hukum
mengindikasikan suatu kondisi pendidikan [191]
terhadap
peserta buramnya
Indonesia
didiknya potret sekaligus
Tedi Supriyadi, Model Pembelajaran Internalisasi Iman dan Taqwa…
agama atau moral yang didapatkan
Karakter diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat
peserta didik di sekolah tidak berpengaruh
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
pada perubahan perilakunya”. Zubaidi
membedakan seseorang dengan yang
(2011, p. 2). Output pendidikan Indonesia
lain, atau
watak. (Tim Redaksi Tesaurus,
sepertinya
2008,
229)
manusia
lebih yang
banyak tidak
menghasilkan
koheren
antara
P.
“Seseorang
berkarakter,
ucapan dan perbuatannya.
jika
dikatakan
berkepribadian,
berwatak, berbudi pekerti atau berakhlak yang
merupakan
bentukan
interaksi
pendidikan Indonesia adalah hampanya
sekolah atau masyarakat bahkan dapat
nilai dalam proses pendidikan, sehingga
pula berupa bawaan sejak lahir. (lihat
melahirkan manusia-manusia yang pecah
Koesoema, 2007, p. 80). Hal ini didukung
kepribadian (split personality). Permisalan
pula oleh pernyataan Sunaengsih (2015,
manusia yang split personality jika dia
p.175)
memiliki pengetahuan bahwa jujur itu
“Perilaku
adalah suatu kebaikan, dia ingin menjadi
merupakan perwujudan fungsi totalitas
orang
dari
psikologis yang mencakup seluruh potensi
pengetahuan dan keinginannya itu tidak
individu manusia (kognitif, afektif, dan
selaras dengan perbuatanya yang sering
psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial
tidak jujur.
kultural dalam konteks interaksi (dalam
namun
aktulisasi
Selain itu, proses pendidikan
yang
lingkungan
hasil
Faktor utama penyebab buramnya potret
jujur,
dengan
dari
keluarga,
mengisyaratkat
seseorang
yang
berkarakter
yang ada sudah hampir identik dengan
keluarga,
pengajaran
masyarakat)dan berlangsung sepanjang
yang
hanya
menyentuh
ranah kognitif semata. Pelajaran agama
satuan
bahwa
pendidikan,
dan
hayat”.
cenderung mencetak para penghapal ajaran agama daripada mencetak para
Lickona (1991, p. 51) memaknai “karakter
penghayat dan pengamal ajaran agama.
berkaitan
Konsep ideal dari proses pendidikan pada
seseroang tentang moral (moral knowing),
dasarnya
sikap moral (moral felling), dan perilaku
bukanlah
mentransformasikan
sebatas
pengetahuan
saja
dengan
moral (moral behavior)”. Berdasarkan hal
melainkan sekaligus mentransformasikan
tersebut
nilai-nilai.
seseorang
maka yang
disebabkan Hampanya
nilai
Indonesia,
dalam
menuntut
pendidikan para
praktisi
dengan
mewujud
mengkonstruksi
dinyatakan,
berkarakter ia
tentang
baik, memiliki
kebaikan,
kemudian memiliki keinginan kuat untuk melakukan
pada
dapat
karena
pengetahuan
pendidikan untuk merevitalisasi pendidikan penguatan
pengetahuan
upaya
karakter bangsa melalui
kebaikan dalam
tersebut
kebiasaan
dan
berbuat
kebaikan. Konfigurasi dari pengetahuan,
pendidikan karakter.
rasa dan perbuatan tentang kebaikan [192]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
melahirkan suatu gagasan tentang konsep
mengenai hal ini, seperti yang dinyatakan
pendidikan karakter.
AlFarabi
bahwa
akhlak
yang
baik
hanyalah terwujud dengan pengawasan Jika pendidikan merupakan usaha yang
diri terus menerus, pendidikan seharusnya
dilakukan dengan sengaja dan terencana
diarahkan
guna
pemberian
menghasilkan
suatu
perubahan
pada
pembinaan
pelajaran
akhlak,
yang
mungkin
pada peserta didik, maka pendidikan
dipergunakan untuk tujuan yang buruk
karakter
hendaklah dicegah sedapat mungkin”.
merupakan
upaya
yang
dilakukan oleh seorang pendidik dengan sengaja
dan
menghasilkan prilaku,
terencana
untuk
Pendidikan karakter atau akhlak harus
perubahan-perubahan
menjadi
dengan cara mengembangkan
pendidik
pondasi
utama
dalam
bagi
semua
menyelenggarakan
potensi yang dimiliki peserta didik ke arah
proses kegiatan belajar mengajar (KBM)
prilaku yang baik berlandaskan nilai-nilai
terlebih
kebajikan, sehingga pendidikan bukan
bidang studi Pendidikan Agama Islam
saja sebatas menjadikan orang dari tidak
(PAI) yang muatan pelajarannya begitu
tahu menjadi tahu, bukan pula dari tidak
syarat akan nilai. Membangun
bisa menjadi bisa melainkan dari tidak
atau akhlak bukan saja tugas guru agama
baik menjadi baik (berkarakter baik).
melainkan
bagi
guru
tugas
berdekatan
yang
semua
dengan
memegang
karakter
orang
peserta
yang didik
Metode dalam pengajaran karakter atau
termasuk pembuat kebijakan, sehingga
akhlak
tujuan
ini
berbeda
dengan
metode
pendidikan
dalam
sistem
pengajaran seperti pada pelajaran yang
pendidikan nasional sebagaimana yang
lainnya yang biasanya bersifat instruksional
termaktub dalam undang-undang No 20
diterangkan atau didiskusikan. Karakter
tahun 2003 pasal 3 dapat terwujud dan
atau akhlak diajarkan melalui metode
membumi yakni berkembangnya potensi
internalisasi.
pendidikannya
peserta didik agar menjadi manusia yang
peneladanan,
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
menciptakan dan mengarahkan pada
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
pembiasaan serta penegakan peraturan
berilmu,
juga
menjadi warga negara yang demokratis
‘Teknik
dilakukan dengan cara
pemotivasian
Menjelaskan
atau
dari
pendidik.
mendiskusikannya
cakap,
kreatif,
mandiri,
dan
serta bertanggung jawab.
cukup dilakukan sedikit saja itupun jika diperlukan’. Lihat Tafsir (dalam Majid &
Merosotnya moralitas bangsa Indonesia
Andayani, 2012, P. vi).
menunjukan
kecilnya
pendidikan
di
perhatian
Indonesia
dunia
terhadap
Nur Aeni (2015, p.53), menuliskan bahwa
pendidikan karakater. Dalam pandangan
“Para
Sailah (2007) “pendidikan di Indonesia
filosof
muslim
telah
berbicara [193]
Tedi Supriyadi, Model Pembelajaran Internalisasi Iman dan Taqwa…
muatan soft skillsnya sangat minim yakni hanya 10 % sedangkan hard skills 90 %. Menurutnya, kesuksesan seseorang justru diukur dari soft skillnya bukan dari hard skill”nya. Senada dengan hal di atas, Elias dkk. (2000,
P.
11)
mengemukakan
hasil
penelitian yang di lakukan oleh Goleman yang mengemukakan bahwa IQ hanya mengembangkan kemungkinan
20%
Gambar. 1 Ilustrasi Hubungan Huruf dan Angka
terhadap
kesuksesan
hidup
Berdasarkan gambar di atas maka hal itu
sementara 80% lainnya diisi oleh kekuatan-
menunjukkan
kekuatan lain. Jika IQ dimaknai sebagai
faktor
hard
kesuksesan
skill
dan
kekuatan-kekuatan lain
sebagai soft skill seseorang
maka
ditentukan
kesuksesan 20%
penggambaran
yang
atau
paling
seseorang
karakter
bahwa
menentukan
adalah
karena
attitude capaian
oleh
penjumlahan angka berdasarkan hurufnya
pengetahuan atau kemampuan teknisnya
mencapai angka 100, itu membuktikan
(hard skill) dan sisanya 80% oleh soft skill.
attitude
tercipta
melalui
pendidikan
karakter. Pendidikan karakter merupakan Berkaitan dengan hal di atas ada satu hal
hal yang paling mendasar dan menjadi
yang menarik dengan sejumlah angka di
ruh pendidikan yang harus diperhatikan
balik
oleh setiap institusi pendidikan.
beberapa
kata
seperti
“KNOWLEDGE”, “HARD WORK”, “LUCK” dan “ATTITUDE”. Empat kata ini didasarkan
Dari
pada
kemukakan, sejatinya
asumsi
orang
tentang
faktor
beberapa
hal
yang
telah
di
ingin menunjukan
penentu kesuksesan seseorang. Apakah
karakter merupakan hal yang penting
kesuksesan
faktor
bagi seseorang, sehingga bisa dikatakan
pengetahuan (knowledge)? Faktor Kerja
bangsa yang maju adalah bangsa yang
keras (hard work) ? Faktor keberuntungan
berkarakter.
(luck) ataukah faktor prilaku (attitude)?
bangsa (nation character building) melalui
itu
ditentukan
oleh
pendidikan
Pembangunan karakter
di
karakter lembaga
jika keempat kata tersebut, pada tiap
pendidikan adalah suatu keniscayaan.
hurufnya diberi angka berdasarkan urutan
Hal ini bermakna bahwa misi yang harus
yakni
diemban oleh seorang pendidik dalam
maka
a = 1 b= 2 c= 3 dan seterusnya hasilnya
akan
tergambarkan
melaksanakan
sebagai berikut:
jawabnya
tugas haruslah
pengejawantahan [194]
dan
dari
tanggung merupakan
estafet
misi
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
kenabian Muhammad SAW yang diutus
yang merupakan pengusung pendidikan
untuk menyempurnkan akhlak.
karakter
berpandangan
‘pendidikan
karakter
harus
bahwa dipisahkan
Setidaknya terdapat beberapa alasan
dengan pendidikan agama. Keduanya
yang mendasar dalam konteks saat ini,
jangan
bahwa setiap institusi pendidikan harus
pendidikan
memiliki komitmen kuat dalam upaya
karakter
membangun
berbeda’.
dilembaganya.
karakter Bukan
peserta
agama
merupakan Pendidikan
karena
dan
pendidikan
dua
hal
agama
yang hanya
sebatas
menyangkut urusan vertikal antara pribadi
betul-betul
dengan Tuhannya yang menyangkut doa-
menjadikan pendidikan karakter sebagai
doa atau aspek ritualistik, penerapan
ruh pendidikan di lembaganya. Adapun
doktrin-doktrin
alasan yang dimaksud yaitu:
kalangan agama tertentu, baik itu ajaran
melaksanakan
saja
didik
dicampuradukan
tapi
1. Keluarga sebagai salah satu lingkungan pendidikan, kebanyakan tidak melaksanakan pendidikan karakter, hal ini disebabkan karena kurang faham konsep pendidikan karakter atau memiliki asumsi bahwa pembangunan karakter sepenuhnya adalah tugas sekolah. 2. Lembaga pendidikan bukan saja menjadikan peserta didik menjadi cerdas dan terampil melainkan kecerdasan dan keterampilan yang dimilkinya membentuk peserta didik menjadi baik. Karena tanpa kebaikan, kecerdasan dan keterampilan yang dimilikinya tak bermakna. 3. Membangun karakter peserta didik, bukanlah sebatas tugas tambahan guru, tetapi harus menjadi misi pembelajaran setiap guru dalam menyampaikan bahan ajar. Dalam arti membentuk karakter siswa, merupakan tanggung jawab yang melekat pada perannya sebagai seorang pendidik (Akin,1995, p.1). Dalam
kaitannya
dengan
Lickona
(dalam
oleh
Sementara pendidikan karakter, bersifat horizontal yang menyangkut hubungan antara satu manusia dengan manusia yang lain yang berkaian dengan nilai-nilai universal seperti kebijaksanaan, tanggung jawab,
saling
karena
menghormati,
merasa
empati
senasib
dan
sepenanggungan sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja secara damai. Bagi
Lickona pendidikan karakter tidak
ada urusannya dengan doa-doa atau pelaksanaan lingkungan
ibadat-ibadat sekolah,
menurutnya,
oleh
didalam karena
Agama, bukanlah
itu
urusan
sekolah negeri (public school). Dalam konteks kehidupan bermasyarakat di Indonesia, pemisahan secara teoritis antara
pendidikan
pendidikan karakter
peranan Majid
agama
konservatif atau liberal pada peserta didik.
agama
dan
dalam lembaga
pendidikan sangat penting untuk dikritisi
pendidikan agama sebagai pembentuk karakter,
ajaran
dan dipertanyakan. Jika pemisahan itu
&
terjadi, maka dasar kehidupan bernegara
Andayani 2012, pp. 61-62).
Indonesia akan timpang sebab falsafah [195]
Tedi Supriyadi, Model Pembelajaran Internalisasi Iman dan Taqwa…
bangsa kita yakni Pancasila, menyatakan
lebih dari sekedar itu, yakni bagaimana
bahwa negara Indonesia berdasarkan
menanamkan kebiasaan berbuat baik
pada Ketuhanan Yang Maha Esa yang
dan benar sehingga mampu dirasakan
merupakan core value bagi sila-sila yang
dan
lainnya. Koesoema sebagaimana dikutip
dengan
oleh Majid & Andayani (2012, p. 62-63)
pendidikan karakter ini mengusung misi
mengkritisi pemikiran Lickona:
yang sama dengan pendidikan akhlak.
Pertama, kehidupan religius seseorang merupakan urusan antara individu dengan Tuhannya adalah sebuah pemahaman tentang kehidupan beragama secara keliru, kalau tidak dikatakan distortif. Dalam pendidikan karakter, agama akan menjadi dasar yang kokoh bagi pelaksanaan nilai-nilai moral ketika nilai-nilai moral tersebut diyakini sebagai perintah dari Tuhannya sendiri. Kedua, pendidikan karakter merupakan relasi antar individu didalam masyarakat, akan menciptakan corak relasi antar pribadi yang semu, sebab, individu yang dihormati itu ternyata tidak termasuk keyakinan agamanya. Relasi seperti ini tidak autentik sebab ia hanya menghormati individu secara parsial. Menghormati individu sesungguhnya merupakan kesediaan dan keterbukaan hati untuk menghormati keyakinan iman dan ajaran kepercayaan dari individu tersebut. Individu tidak dapat dikatakan menghormati individu lain jika tidak menghargai keyakinan dan kepercayaan iman orang lain. Maka pendidikan karakter sesungguhnya bukan sekedar hubungan horizontal antara individu dan individu lain, tapi antara individu yang memiliki hubungan vertikal dengan Allah yang dipercaya dan diimani. Integrasi antara pendidikan agama dan pendidikan karakter didalam lembaga pendidikan kita merupakan sebuah keharusan jika ingin tetap setia pada Pancasila.
ingin
melakukannya.
hal tersebut,
pada
Berkaitan dasarnya
Namun demikian terdapat perbedaan antara
pendidikan
karakter
digaungkan oleh pemikir barat
yang dengan
pendidikan karakter dalam pandangan Islam.
Perbedaannya
terletak
dari
barometer baik dan buruk, benar dan salahnya perbuatan.
Dalam pendidikan
karakter barat didasarkan pada pemikiran akal
semata
sementara
dalam
pandangan Islam bersumber pada alQur’an dan Sunnah. Dalam ajaran Islam nilai baik dan buruk, benar
dan
salah
merupakan
suatu
keputusan Allah melalui nabinya yang terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah namun demikian, bukan berarti menutup pemikiran manusia untuk menentukan nilai baik dan buruk, benar dan salah. Islam mengapresiasi hasil pemikiran manusia selama
nilai-nilai
itu
selaras
dengan
semangat al-Qur’an dan Sunnah. Terdapat tiga nilai utama dalam Islam berkaitan dengan konsep baik dan benar. Pertama, akhlak yang merujuk kepada tugas dan tanggung jawab seseorang
Pendidikan karakter, pada intinya bukan
yang melekat sebagai konsekuensi logis
saja mengajarkan tentang baik dan buruk,
dari aqidah dan syariah yang dijalani.
benar dan salah pada peserta didik tetapi
Kedua, [196]
adab
yang
merupakan
sikap
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
dalam mewujudkan tingkah laku yang
berdampak
baik
(sustainable).
dan
merupakan
ketiga,
keteladanan
kualitas
dari
yang
secara
berkelanjutan
perwujudan
karakter seseorang dalam mengikuti Nabi
Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan
Muhammad
ini dimaksudkan untuk menawarkan ide
SAW
sebagai
keteladanan setiap muslim.
model
Ketiga nilai
atau
gagasan
bagaimana
inilah yang merupakan pondasi pokok
menginternalisasikan nilai-nilai iman dan
pendidikan karakter dalam Islam.
taqwa yang merupakan goal dari salah satu tujuan pendidikan nasional dalam
Pada prinsipnya, karakter tidak dapat
mewujudkan manusia yang beriman dan
dikembangkan secara cepat dan segera
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(instant) tetapi harus melalui suatu proses
khususnya pada tahap usia sekolah dasar
yang panjang, cermat dan sistematis.
melalui pembelajaran PAI. Dalam tulisan
Pendidikan
dilakukan
ini akan diuraikan mengenai nilai-nilai apa
berdasarkan tahap-tahap perkembangan
yang dapat digali dari konsep iman dan
anak sejak usia dini sampai dewasa
taqwa dalam perspektif Islam. Selanjutnya
setidaknya,
nilai-nilai yang terdapat dalam iman dan
karakter
harus
berdasarkan
pemikiran
psikolog Kohlberg dan ahli pendidikan
taqwa,
dasar
&
diinternalisasikan pada peserta didik usia
Andayani, 2012, p. 108) terdapat empat
sekolah dasar dalam pembelajaran PAI.
tahap pendidikan karakter yang perlu
Kemudian dalam tulisan ini juga akan
dilakukan yaitu:
diuraikan model pembelajaran apa yang
Lockheed
(dalam
Majid
1. Tahap “pembiasaan” sebagai awal perkembangan karakter anak. 2. Tahap pemahaman dan penalaran terhadap nilai, sikap, prilaku dan karakter peserta didik. 3. Tahap penerapan berbagai perilaku dan tindakan peserta didik dalam kenyataan sehari-hari. 4. Tahap pemaknaan yaitu suatu tahap refleksi dari para peserta didik melalui penilaian terhadap seluruh sikap dan perilaku yang telah mereka pahami dan lakukan dan bagaimana dampak kemanfaatannya dalam kehidupan bagi dirinya maupun orang lain.
diinventarisir
digunakan
dalam
upaya
menginternalisasikan nilai-nilai tersebut. NILAI-NILAI
IMAN DAN TAQWA DALAM
PERSPEKTIF ISLAM Iman dan taqwa adalah dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Iman merupakan kendaraan bagi seseorang untuk mencapai taqwa. Tanpa iman tak mungkin
seseorang
taqwa.
Taqwa
seseorang perintah
Tuhan
larangan-Nya.
pengaruh
perintah
terhadap
pembentukan karakter peserta didik akan
dijalankan [197]
dan
akan
adalah
dalam
Jika seluruh tahapan ini sudah dilalui maka pendidikan
untuk
mencapai kemampuan
menjalankan
dan
menjauhi
Bagaimana larangan
sementara
segala
ia
segala mungkin
Tuhan tak
akan
memiliki
Tedi Supriyadi, Model Pembelajaran Internalisasi Iman dan Taqwa…
iman? Oleh karena itulah, inti iman pada
rasul-rasul Allah, hari akhir (QS Albaqoroh
dasarnya bukan saja terletak di lisan dan
275, Q.S An-Nissa 136) serta qadha dan
diyakini
qadhar (Q.S Yasin 82, Q.S Al-An’am 17).
di
hati
saja,
melainkan
di
implementasikan dalam perbuatan.
Kesemua doktrin merupakan sesuatu yang harus di imani, jika hal itu dikembalikan
Farid (2008, p. 17) mendefinisikan “iman
kepada konsep iman, maka enam doktrin
sebagai perbuatan membenarkan Rasul
harus
SAW berkenaan dengan semua yang
seseorang. Misalnya iman kepada Allah,
disampaikan
dari
Rab-Nya”.
Unsur
berdasarkan pengetahuannya,
pembenaran
yang
terkandung
dalam
terejawantahkan
dalam
prilaku manusia
harus tahu dan percaya bahwa Allah
definisi tersebut mengandung tiga hal.
Maha
Pertama,
merujuk
pengetahuan dan kepercayaan itu harus
mahabbah
diwujudkan oleh suatu perbuatan yang
kepada (cinta)
qobul
(penerimaan)
lisannya. merujuk
Kedua,
kepada
hatinya
dan
Melihat,
konsekuensi
mencerminkan
perbuatan
dari
yang
ketiga adalah ‘amal (praktik) merujuk
senantiasa tidak luput dalam pandangan
kepada perbuatannya. Hal ini senada
Allah. Begitu juga iman kepada malaikat,
dengan
misalnya
pengertian
iman
dalam
kepada
Raqib
dan
Atid.
pandangan para ulama yakni, diucapkan
Berdasarkan pengetahuannya, Raqib dan
dengan lisan, dibenarkan dengan hati
Atid
dan diwujudkan dalam perbuatan.
perbuatan baik dan buruk sehingga dari
senantiasa
mencatat
setiap
pengetahuan nya itu, mewujud dalam Dua pengertian di atas secara sederhana
sikap yang senantiasa waspada serta
dapat dipahami bahwa iman itu pada
senantiasa menjaga setiap perbuatannya
tahap ahirnya selalu ditunjukan dengan
dari hal-hal yang buruk karena ada yang
perbuatan. Iman bukan sebatas tahu,
mencatat dan mengawasinya.
iman bukan sebatas percaya, iman selalu terejawantahkan tanpa
wujud
dalam
perbuatan.
perbuatan
Keenam
tidaklah
rukun
iman
itu
merupakan
sesuatu hal yang pokok (usuhuludin) dan
sempurna iman seseorang.
dari pokok itulah akan tumbuh cabangcabang iman yang merupakan nilai-nilai
Dalam
pandangan
iman
prilaku yang harus dijadikan pedoman
merupakan suatu sistem keyakinan yang
bagi seorang mukmin. Berkenaan dengan
terhimpun dalam doktrin yang disebut
cabang
dengan rukun iman yang berjumlah enam
menerangkannya secara eksplisit, namun
satu sama lainnya memiliki keterkaitan.
dapat ditemukan dalam hadits Rasulullah
Adapun
SAW.
keenam
rukun
Islam,
iman
yang
dimaksud adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah , kitab-kitab Allah, [198]
iman,
al-Qur’an
tidak
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
ع ْن ٍ َحدَّثَنَا ُز َهي ُْر ب ُْن َح ْر ٌ ب َحدَّثَنَا َج ِر َ ير َّ ع ْب ِد ُ َ َار َ ع ْن َ س َه ْي ٍل ٍ َّللاِ ب ِْن دِين َ ع ْن أ َ ِبي ٍصا ِلح
Allah dalam al-Qur’an dan ditulis dalam Sunnah Nabi Muhammad ternyata ada tujuh puluh Sembilan, tidak lebih dan tidak
َّ صلَّى َّ سو ُل َُّللا ُ ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ قَالَقَا َل َر َ َ َِّللا ُ اْلي َم ض ٌع ْ ِس ْبعُونَ أ َ ْو ب ْ ِان ب َ َ ض ٌع َو َ علَ ْي ِه َو ِ ْ سلَّ َم
kurang, maka aku tahu bahwa sejumlah itulah yang dimaksud“. ke tujuh puluh sembilan cabang tersebut
ُ ََو ِستُّون َّ ضلُ َها قَ ْو ُل ََل إِلَهَ ِإ ََّل َُّللا َ ش ْعبَةً فَأ َ ْف َّ ع ْن َ َوأ َ ْدنَاهَا إِ َما ق َو ْال َحيَا ُء َ طةُ ْاْلَذَى ِ الط ِري
merupakan
syariat
terimplementasikan
ُ ان ِ اْلي َم ِ ْ ش ْعبَةٌ ِم ْن
Islam
yang
dalam
harus
kehidupan
sehari-hari seorang muslim. Cabang-iman yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Jarir dari Suhail dari Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih dari Abu Hurairah di Berkata “Rasulullah Bersabda, Iman itu ada tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih cabang, yang paling utama adalah perkataan“La Ilah illallahu (Tidak ada Tuhan Selain Allah) dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu itu sebagian dari iman (Hr. Muslim Bab Cabang Iman hadits ke 51).
1.
Beriman kepada Allah
2.
Beriman kepada malaikat
3.
Beriman kepada Kitab
4.
Beriman kepada Nabi dan Rasul
5.
Beriman kepada kiamat
6.
Beriman
kepada
adanya
kebangkitan 7.
Beriman kepada qadar
8.
Beriman kepada padang mahsyar
9.
Beriman kepada adanya surga dan neraka
Hadits ini pun diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari hadits ke 8, Abu Daud hadits 4056
10.
Mencintai Allah
dan Nasa’i hadits ke 4918.
11.
Takut siksa Allah
12.
Mengharapkan rahmat Allah
Berkenaan dengan cabang iman, para
13.
Tawakal kepada Allah
ulama
tidak
penyebutannya Dalam
ada dalam
yang
sepakat
14.
Mencintai Nabi Muhammad
satu
macam.
15.
Mengagungkan
pandangan
hari
kedudukan
Nabi
Muhammad
Al-Asqalani
dalam FathulBari (tt Juz 1 pp, 51-52) yang
16.
Berpegang Teguh pada Agama
paling mendekati kebenaran adalah jalan
17.
Menuntut Ilmu
yang ditempuh Ibnu Hibban”. Menurut Ibn
18.
Menyebarluaskan Ilmu
Hibban sebagaimana yang dikutip oleh
19.
Menghormati dan mengagungkan
Tim
Dosen
PAI
UPI
dalam
Al-Qur’an
bukunya
Pendidikan Agama Islam (2012, p. 67),
20.
Bersuci
iman
ini
21.
Mendirikan shalat
didasarkan pada ungkapan Ibn Hibban
22.
Mengeluarkan Zakat
yang
menghitung-
23.
Melaksanakan ibadah shaum
hitung setiap ta’at (Ibadah) yang dihitung
24.
Itikaf
memiliki
79
mengatakan
cabang. “Aku
Hal
[199]
Tedi Supriyadi, Model Pembelajaran Internalisasi Iman dan Taqwa…
25.
Ibadah Haji
57.
Berakhlak mulia
26.
Jihad fi sabilillah
58.
Bersikap
27.
Menetap di medan pertempuran
28.
Istiqomah menghadapi musuh
29.
Membagikan harta rampasan
30.
Memerdekakan hamba sahaya
31.
Membayar kifarat
32.
Memenuhi janji atau nadzar
61.
Mencintai ahli agama
33.
Mensyukuri nikmat
62.
Menjawab salam
34.
Menjaga lidah
63.
Menjenguk orang sakit
35.
Menjaga kehormatan diri
64.
Melayat jenazah
36.
Menyampaikan amanat
65.
Mendoakan orang bersin
37.
Tidak membunuh muslim
66.
Menjauhi setiap orang jahat
38.
Menghindari
67.
Berprilaku baik terhadap tetangga
minuman haram
68.
Memuliakan tamu
39.
Menghindari harta yang haram
69.
Menutup aib (kesalahan) muslim
40.
Menghindari
70.
Bersikap sabar
dan bejana haram
71.
Zuhud
41.
Menjauhi perbuatan tak berguna
72.
Al-Ghirah (cemburu)
42.
Menggunakan harta dengan baik
73.
Menjauhi
43.
Menghindari dendam dan dengki
44.
Menjaga kehormatan orang lain
74.
Berderma ( menjadi dermawan)
45.
Ikhlas dalam ibadah
75.
Sayang kepada yang kecil dan
46.
Bergembira
baik
terhadap
hamba
Melaksanakan
kewajiban
hamba
sahaya 59.
terhadap majikannya 60.
Melaksanakan kewajiban orang tua terhadap anaknya
makanan
pakaian,
berbuat
dan
perhiasan
taat
perbuatan
yang
bermanfaat
dan
hormat kepada yang lebih tua
bersedih berbuat maksiat
76.
Menciptakan perdamaian
47.
Bertobat
77.
Mencintai
48.
Berkurban,
berakikah
tidak
dan
orang
lain
dan
melenyapkan gangguan dijalan
mengeluarkan hadiyah
78.
Melemparkan (menyingkirkan) duri
49.
Menaati pemimpin
50.
Menjaga persatuan dan kesatuan
51.
Menegakkan keadilan
52.
Melaksanakan amar makruf nahyi
Ke tujuh puluh sembilan poin di atas,
munkar
merupakan
Saling menolong dalam kebaikan
universal bagi seorang muslim untuk di
dan ketaqwaan
implementasikan dalam prilaku kehidupan
54.
Memiliki rasa malu
sehari-sehari. Konsekuesi logisnya
55.
Berbakti kepada orang tua
menghantarkan dirinya pada ketaqwaan
56.
Bersilaturahmi
kepada
53.
dari jalan 79.
[200]
Al-I’tibar (mengambil pelajaran)
nilai-nilai
Allah
SWT.
yang
Taqwa
sifatnya
akan
dimaknai
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
sebagai
perbuatan
yang
senantiasa
Muliakan anak-anakmu dan didiklah mereka dengan adab (Budi Pekerti) yang baik (HR. Ibn Majah).
mencerminkan ketaatan kepada perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Inilah yang dimaksud bahwa iman dan
Suruhlah anak-anakmu untuk shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun, dan jika sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau shalat. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (HR Al Hakim dan Abu Dawud, diriwayatkan dari Ibnu Amr bin Ash).
taqwa merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Kaitan antara iman dan taqwa dapat di lihat dalam surat al-Baqoroh ayat 1-6, ciri orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan beriman
sebagian
kepada
Annas berkata bahwa Rasulullah bersabda anak itu pada hari ke tujuh dari kelahirannya disembelihkan aqiqahnya, serta diberi nama dan disingkirkan dari segala kotorankotoran, jika ia telah berumur 6 tahun ia di didik beradab susila, jika telah berumur 9 tahun dipisahkan tempat tidurnya, jika telah berumur 13 tahun dipukul agar mau shalat, jika ia telah berumur 16 tahun boleh dikawinkan setelah itu ayah berjabatan tangan dengannya dan mengatakan saya telah mendidik, mengajar dan mengawinkan kamu. Saya mohon perlindungan kepada Allah dari fitnahan-fitnahan di dunia dan siksaaan di akhirat (HR. Ibn Hibban).
rezekinya,
kitab
dan
rasul
sebelumnya serta meyakini hari akhir. Reward orang yang bertaqwa adalah muflihun
yakni
kebahagiaan
dan
kemenangan. TRANSFORMASI
NILAI-NILAI
IMAN
DAN
TAQWA UNTUK USIA SEKOLAH DASAR Hal yang paling penting dilakukan
dalam
yang harus
melaksanakan
pendidikan karakter di lingkungan sekolah adalah,
mengidentifikasi
karakter
apa
yang akan dibangun pada peserta didik, setelah
teridentifikasi,
kapan
dan
Berdasarkan
hadits
di
pendidikan
karakter
atas,
dalam
tahapan Islam
di
klasifikasikan sebagai berikut:
bagaimana penanaman karakternya?
1. Ma’rifatullah
(Mengenal
Tuhan)
dimulai sejak usia 0-2 tahun Islam
memberikan
pengembangan
arahan
serta
bahwa
Pada
pembentukan
beragama
karakter harus dimulai sedini mungkin, hal
ini,
anak
dengan
dididik
untuk
mengenal
siapa
penciptanya dan siapa yang harus di
ini terisyaratkan dalam beberapa sabda Nabi
tahap
Ibadahi. Kesanggupan mengenal Allah
yang sekaligus menggambarkan
adalah
tahapannya.
landasan
awal
bagi
jati
diri
manusia.
Jadikanlah kata-kata pertama yang diucapkan seorang anak, kalimat la ilaha illallah dan bacakan kepadanya menjelang maut kalimat la ilaha illallah (HR. Ibn Abas).
2. Adab pada usia 5-6 tahun Fase ini seorang anak dididik budi pekerti terutama penanaman karakter kejujuran, memperkenalkan mana perbuatan benar [201]
Tedi Supriyadi, Model Pembelajaran Internalisasi Iman dan Taqwa…
dan
salah,
baik
dan
buruk,
serta
ini seperti dalam hadits yang menyatakan
memperkenalkan tentang apa saja yang diperintah
dan
dilarang
apabila tidak mau shalat pukulah.
(Hidayatullah,
2010, p. 32).
Pada fase ini menunjukan bahwa anak bukan saja mengenal tapi sudah mampu
3. Tanggung jawab diri 7-8 tahun
membedakan mana yang benar dan
Perintah shalat pada usia tujuh tahun,
salah, serta mana yang
baik dan yang
mendidik anak untuk memiliki tanggung
buruk.
mampu
jawab terutama tanggung jawab diri
menerapkan hal-hal yang diperintahkan
sendiri terhadap Tuhan-nya. Pelaksanaan
dan
shalat mendidik anak untuk disiplin, tertib
memahami
dan taat dalam melaksanakan tanggung
melanggar aturan (Hidayatullah, 2010, pp.
jawab dirinya kepada sang pencipta.
32-34).
Selain hal-hal
itu, yang
dilarang
konsekuensi
resiko
pula serta jika
Selain itu pada usia ini anak mulai diminta untuk
membina
kebutuhan
diri
dan
serta
memenuhi
kewajibannya
6. Bermasyarakat usia 13 tahun ke atas
secara
Usia ini memandang bahwa anak telah
mandiri, misalnya makan, minum, mandi
siap
untuk
dan berpakaian sendiri.
bermasyarakat
memasuki
kehidupan
dengan
berbekal
beberapa
pengalaman
4. Carring atau kepedulian (9-10)
dilaluinya.
Walaupun
Pada usia ini anak dididik untuk belajar
sempurna dan masih awal, setidaknya
peduli
ada dua nilai penting yang telah dimiliki
terhadap
kepada
teman
sepermainan. bantuan
orang
lain
seusianya Seperti
kepada
khusunya dan
anak,
memberikan
temannya,
yakni
yang belum
kemampuan
telah begitu
untuk
beradaptasi dan nilai integritas.
belajar
bekerjasama, menghormati kepada usia
Setelah
tahap-tahap
yang lebih tua, dan menyayangi kepada
dengan baik maka pada tingkat usia
yang lebih muda.
selanjutnya
Tahap-tahap menjadikan
yang
upaya
pengembangan
saja. dilalui, Selanjutnya,
kepada
terdapat dalam enam tahapan di atas
suatu
pada dasarnya sudah tercakup dalam
kemandirian adalah kesiapan menerima
nilai-nilai iman dan taqwa sebagaimana
segala resiko sebagai akibat dari ketidak
yang telah dijelaskan sebelumnya. Jika
taatan atau pelanggaran atas aturan. Hal
merujuk pada buku pedoman umum nilai-
dan
kemandirian.
anak
dan
dilalui
semakin
matang
karakter
telah
atas
adalah
penyempurnaan 5. Kemandirian usia 11-12 tahun
di
mengarah Indikator
dari
nilai-nilai
karakter
yang
nilai budi pekerti untuk pendidikan dasar [202]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
dan menengah, nilai-nilai iman dan taqwa
keimanan dan ketaqwaan yaitu model
dapat
TADZKIROH.
terdeskripsikan
dalam
perilaku
peserta didik sebagai berikut: 1. Terbiasa membaca doa jika hendak
Secara harfiah, tadzkiroh berasal dari
dan setelah melakukan kegiatan. 2. Selalu
melakukan
bahasa arab yaitu dzakkaro yang artinya
perbuatan
ingat, dan tadzkiroh artinya peringatan.
menghormati orang tua, guru, dan
Kata tadzkiroh ini banyak dijumpai dalam
teman.
al-Qur’an misalnya surat Thaha ayat 2-3, al
3. Biasa
menjalankan
perintah
Mudatsir ayat 55-54, dan Adzariyat ayat
agamanya. 4. Biasa
56.
membaca
kitab
suci
dan
yang
dimaksud
model
tadzkiroh dalam hal ini sebagaimana yang
mengaji. 5. Biasa
Adapun
digagas oleh Majid & Andayani (2012, p.
melakukan
kegiatan
yang
116)
bermanfaat didunia dan akhirat.
merupakan
suatu
akronim
yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
MODEL PEMBELAJARAN TADZKIROH
1. T: Tunjukan Teladan
Secara umum, model dapat diartikan
Dalam proses pembelajaran, keteladanan
sebagai
yang
merupakan sesuatu hal yang mesti ada,
dalam
terlebih untuk anak usia sekolah dasar
melakukan suatu kegiatan. Adapun yang
yang serba meniru. Guru ibarat naskah asli
dimaksud dengan model internalisasi nilai
yang hendak dikopi oleh karena itu, guru
dalam pembelajaran PAI di sekolah dasar
harus memiliki sikap tertentu yang mulia,
merupakan konsep dan prosedur yang
ramah, santun, hormat penyayang. Hal ini
berfungsi sebagai pedoman bagi para
karena
guru
peserta didiknya. Dalam hal keteladanan
kerangka
digunakan
untuk
dalam
melaksanakan
konseptual pedoman
merencakan
dan
pembelajaran
yang
guru
misalnya,
merupakan
guru
selalu
model
memulai
bagi dan
dilakukan secara sistematis sebagai upaya
mengakhiri aktifitas dengan berdoa dan
menanamkan,
dan
mengajak peserta didiknya untuk berdoa,
menumbuhkan nilai-nilai pada peserta
selalu disiplin waktu, berpakaian bersih
didik
dan rapih bertutur kata yang lembut
dalam
mengembangkan mewujudkan
tampilnya
prilaku peserta didik usia sekolah dasar
sehingga
yang
terserap
mencerminkan
keimanan
dan
ketaqwaan. Adapun
model peserta
sekaligus
dalam
bentuk prilaku
prilaku
guru
peserta
didik,
karena guru itu digugu dan ditiru. pembelajaran
digunakan dalam upaya prilaku
setiap
didik
2. A: Arahkan (Berikan Bimbingan)
mewujudkan
menjadi
mencerminkan
yang
Memberikan bimbingan baik dilakukan
bagian
oleh orang tua atau guru menjadi bagian
nilai-nilai
yang penting dilakukan dalam upaya [203]
Tedi Supriyadi, Model Pembelajaran Internalisasi Iman dan Taqwa…
merubah prilaku peserta didik. Bentuknya
yang
bisa
signifikan,
dilakukan
alasan
dengan
kenapa
memberikan
dituntut
yang
untuk
cukup
senantiasa
memasukan nilai-nilai bathiniah kepada
boleh
anak dalam proses pembelajaran. Niat
penjelasan,
ikhlas dan ridha itu ada dalam hati, dan
arahan atau bisa juga dengan bentuk
hal itu akan lahir mana kala tersentuh
teguran.
hatinya.
dilaksanakan,
Bimbingan
atau
itu
peran
harus
dilaksanakan
sesuatu
mempunyai
tidak
memberikan
dilakukan
secara
bertahap
5. K:
Kontinuitas
(Proses
Pembiasaan
dengan melihat kemampuan yang dimiliki
yang dilakukan secara terus menerus
anak
dan ditingkatkan)
untuk
kemudian
ditingkatkan
perlahan-lahan. Bimbingan dapat berupa
Proses pembiasaan harus dilakukan dan
lisan, latihan dan keterampilan. Misalnya,
dipupuk secara terus menerus perbuatan
bimbingan dalam lisan seperti nasihat,
baik yang dilakukan oleh peserta didik
bimbingan dalam bentuk latihan dan
bukan lagi sebagai kehendak di luar
keterampilan misalnya membimbing dan
dirinya (kehendak guru atau orang tua),
membiasakan
mau
melainkan menjadi kehendak dirinya dan
dan
tidak menjadi beban. Misalnya, anak terus
supaya
melaksanakan
shalat
menjelaskan
manfaat
anak
berjamaah dari
shalat
dilatih
berjamaah.
dan
dibiasakan
melaksanakan
ibadah seperti dibiasakan membaca doa sebelum
belajar,
dibiasakan
3. D: Dorongan (Berikan Motivasi)
melaksanakan
Salah satu unsur keberhasilan seorang guru
mengenakan
dalam
aurat, dll, sehingga hal tersebut menjadi
pelaksanaan
kegiatan
belajar
shalat pakaian
dan
berjamaah, yang
sumber
menutupi
terletak pada kemampuan ia mendorong
kebutuhan
kenikmatan.
atau memotivasi peserta didiknya. Tanpa
Bahkan akan terasa ada yang kurang
motivasi pembelajaran tidak akan optimal.
dalam hidupnya jika tidak melakukan hal-
Motivasi bisa dalam bentuk pemberian
hal tersebut.
reward kepada peserta didik dengan pujian atau pemberian hadiah.
6. I: Ingatkan Kegiatan
4.
Z:
Zakiyah
Menjaga nilai
memiliki
dampak
(Murni,
Bersih,
Rapi
yang luar biasa dalam kehidupan. Ketika
Kesucian
diri
dan
kita
Lingkungan belajar) Konsep
mengingat
kesucian
ingat
sesuatu,
mengingatkan diri,
keikhlasan
rangkaian
pula
yang
pada
terkait muncul
ia
akan
rangkaiandengannya.
dalam beramal dan keridhaan terhadap
Ingatan
Allah harus ditanamkan kepada anak.
mempunyai
Guru dalam hal ini khususnya guru agama
harapan dan kerinduan terhadap apa [204]
bisa
maka
keinginan,
karena
kita
kepentingan,
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
yang kita ingat. Kegiatan mengingat juga
pengulangan atau mempelajari kembali
bisa memicu ide-ide kreatifitas baru. Jika
materi.
hanya mengingat sesuatu yang ada di
adalah untuk memastikan bahwa peserta
alam
didik memahami persyaratan-persyaratan
ini
kreatifitas,
bisa
memicu
munculnya
maka bagaimana dengan
Fungsi utama dari pengulangan
kemampuan suatu pelajaran.
mengingat Allah Yang Maha Kreatif dan kekuasasannya
tak
terbatas?
Secara
8. O:Organisasikan
logika, tentu akan memberikan dampak
Kemampuan dalam mengorganisasikan
positif luar biasa bagi kehidupan. Hanya
pengetahuan serta pengalaman yang
persoalannya tidak semua orang mudah
telah diperoleh oleh peserta didik di luar
untuk mengingat Allah. Oleh karena itu,
sekolah
pentingnya dzikrullah perlu digali dengan
yang
cara menyebut namanya baik dalam
tantangan yang harus mampu dilakukan
keadaan berdiri, duduk berbaring dan
oleh seorang guru.
sebagainya. Dalam proses pembelajaran
yang sistematis membantu guru untuk
PAI, guru harus mengingatkan kepada
menyampaikan
anak bahwa mereka diawasi, dilihat dan
informasi secara tepat sehingga informasi
didengar oleh Allah SWT. baik itu yang
itu menjadi umpan balik bagi kegiatan
diucapkan
belajar
atau
yang
tersirat
dihati
dengan
akan
pengalaman
diberikan
adalah
sebuah
Pengorganisasian
dan
yang
belajar
memperoleh
sedang
dilaksanakan.
sehingga, ia akan senantiasa mengingat
Pengorganisasian yang baik senantiasa
dan menjaga prilakunya dari perbuatan
diorientasikan pada kebermanfaatan bagi
tercela. Hal ini sebagai media juga dalam
peserta
upaya
kehidupannya.
memperkokoh
keimanan
yang
didik
dalam
menghadapi
memiliki sifat fluktuatif. Pengorganisasian materi pada hakikatnya 7. dan
R: Repetisi dan Refleksi (Mengulang Mengevaluasi
apa
yang
adalah
telah
kegiatan
menyiasati
proses
pembelajaran dengan perancangan atau
diterima)
perekayasaan
Pendidikan yang efektif dilakukan dengan
instrumental
berulang
yang rasional dan menyeluruh. Kronologi
kali
sehingga
anak
menjadi
terhadap melalui
unsur-unsur
pengorganisasian
mengerti. Pelajaran atau nasihat apapun
pengorganisasian
itu
perlu dilakukan secara berulang sehingga
tahap
yaitu
mudah dipahami oleh anak. Penguatan
pelaksanaan
motivasi atau dorongan serta bimbingan
program perencanaan dan pelaksanaan
pada beberapa peristiwa belajar anak
pembelajaran hendaknya diikuti langkah-
dapat meningkatkan kemampuan yang
langkah strategis sesuai dengan prinsip
telah ada pada prilaku belajarnya. Hal itu
didaktik antara lain dari mudah ke sulit dari
mendorong kemudahan untuk melakukan [205]
kegiatan dan
mencakup
tiga
perencanaan,
penilaian.
Dalam
Tedi Supriyadi, Model Pembelajaran Internalisasi Iman dan Taqwa…
sederhana ke kompleks dan dari konkrit ke
pembelajaran adalah, guru dituntut untuk
abstrak.
mampu membelajarkan seluruh dimensi kemanusiaan yang meliputi ruh,akal, hati
9. H: Hati (Sentuh Hati dengan perhatian
nafsu, dan fisik yang merupakan potensi
dan kasih sayang) Keadaan
hati
sama
manusia dalam kerangkan pendidikan. halnya
dengan
keadaan fisik, bisa sehat bisa sakit, bisa
Keberhasilan guru dalam membelajarkan
hidup bisa mati. Hidupnya hati dengan
seluruh dimensi itu ditunjukan dengan
iman dan matinya adalah kekufuran.
kemampuan mengenal dan memahami
Sehatnya
dan
watak dari unsur-unsur yang ada pada diri
sakitnya adalah akibat kemaksiatan yang
manusia tersebut. Misalnya, bahwa akal
dilakukan.
itu
hati
adalah
ketaatan
Bangunnya hati karena dzikir
sifatnya
rasional, jika sesuatu tidak
dan tidurnya hati karena lalai mengingat
rasional maka akal akan menolaknya,
Allah.
nafsu yang sifatnya selalu ingin terpuaskan dia akan senantiasa mendorong manusia
Kekuatan spiritual terletak pada kelurusan
untuk
dan kebersihan hati nurani, roh, pikiran
sebagainya.
jiwa
dan
emosi.
Guru
mendidik
murid
dengan
nilai-nilai
spiritual.
Guru
membangkitkan
harus
dan
memenuhinya,
dan
mampu
menyertakan harus
terus
Setelah
memahami
watak
dimensi
mampu
manusia tersebut, guru melakukan aksi
membimbing
nilai berdasarkan watak dimensi tersebut
kekuatan spiritual yang sudah ada pada
dengan
muridnya sehingga hatinya akan tetap
pembiasaan,
bening laksana bersih bagaikan cermin.
pengendalian dan praktik, sehingga hasil
Itulah hati orang yang beriman
dari
dan
beramal shalih.
teknik
pembelajaran
pemahaman,
pembelajaran
karakter
yang
kembangkan
penguatan
tersebut nantinya
dalam
misalnya
tertanam ditumbuh
kegiatan
belajar.
Berkaitan dengan hal di atas, satu hal
Secara sederhana hal di atas dapat
yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
digambarkan sebagai berikut:
menumbuhkan nilai-nilai dalam kegiatan Tabel 1.Karakter yang Dapat Ditumbuhkembangkan Dimensi Ruh Akal Rasa Nafsu Tubuh
Watak Transendensi Rasional Mudah Tunduk Pemuas diri Siap Bertindak
Aspek Esoterik Kognitif Afektif Psikomotorik Motorik
Aksi Nilai Spirtualisasi Konseptualisasi Internalisasi Desonansi Aktualisasi
Sumber: Rizal (2010, p. 37).
[206]
Pembelajaran Dihidupkan Dipahamkan Dikuatkan Dikendalikan Dilenturkan /Di Praktikan
Eksternalisasi Lembut Cerdas Rindu Taat Jinak/terampil
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
Komponen karakter dalam eksternalisasi
berdasarkan watak dari dimensi tersebut.
itu,
Proses transformasi nilai iman dan taqwa
kemudian
dalam
ditumbuh
kembangkan
pembelajaran
PAI
dengan
yang memuat 79 nilai itu, tidak bisa
menginternalisasikan nilai-nilai Iman dan
ditransformasikan
Taqwa
tetapi
berdasarkan
perkembangan
secara
bertahap
menyeluruh, dengan
peserta didik dalam model pembelajaran
menginventarisasi nilai-nilai tersebut yang
TADZKIROH.
disesuaikan
Sehingga,
deskripsi
prilaku
dengan
tahapan
peserta didik seperti berdoa, mentaati
perkembangan usia peserta didik dengan
perintah agama, tumbuh rasa hormat,
tetap bepijak pada prinsip didaktik yang
mencintai dan terbiasa membaca kitab
dikemas dalam
suci akan terejawantahkan dalam prilaku
TADZKIROH.
model pembelajaran
kehidupan sehari-hari. REFERENSI Al-Quran.
SIMPULAN Nilai iman dan taqwa merupakan hal
Aeni, A. (2014). PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK SISWA SD DALAM PERSPEKTIF ISLAM. Mimbar Sekolah Dasar, 1(1).
yang paling fundamental bagi setiap manusia.
Ia merupakan daya dorong Akin, T.,dkk. (1995). Character education in America’s school. Califrornia: Innerchoice Publishing.
bagi perilaku seseorang. Kualitas prilaku seseorang sangat ditentukan oleh kualitas iman dan taqwanya. Iman dan taqwa
Al-Atsqolani, Ibn Hajar. (tt). Fath Bari Syarh Shahih al Bukhari. Mesir: Dar al Fikr.
akan tumbuh dan berkembang dalam proses pendidikan yang baik dan benar.
Koesoema. D, A. (2007). Pendidikan karakter: strategi mendidik anak di zaman global. Jakarta: Grasindo. Cet. I.
proses pendidikan yang keliru hanya akan mereduksi bahkan
nilai-nilai
iman
dan
menghilangkannya
taqwa yang
Lickona, T. (1991). Educating for character: how our school can teach respect and responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Auckland: Bantambooks.
implikasinya melahirkan manusia-manusia yang perilakunya hampa nilai. Upaya penanaman, penguatan dan penumbuh kembangan nilai-nilai iman dan taqwa pada
peserta
didik
pembelajaran,
dalam
khususnya
Lickona, T. (2004). Character matters. New York: Somon & Schuster.
proses dalam
Majid, A&A, Dian. (2012). Pendidikan karakter perspektf Islam. Bandung: Rosda Karya.
pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai
suatu
pelajaran
berperan, pembelajarannya,
yang
dalam harus
paling Elias. J, Maurice. (2000). Cara-cara efektif mengasuh anak dengan EQ. Bandung: Kaifa.
proses mampu
memberlajarkan seluruh serta menyentuh dimensi kemanusiaan yang meliputi ruh,
Rizal, A.S. (2012). Pengembangan model integratif pendidikan nilai berbasis tradisi pesantren penelitian interpretatif-
akal, hati, nafsu dan fisik secara seimbang [207]
Tedi Supriyadi, Model Pembelajaran Internalisasi Iman dan Taqwa…
hermeneutis terhadap fenomena pendidikan di pondok modern gontor melalui pendekatan filsafat ilmu Habermasian. Disertasi. Program Studi Pendidikan Nilai. SPS Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Tim Dosen PAI UPI. (2012). Pendidikan agama islam. Bandung: Value Press.
Sailah, I. (2007). Pengembangan soft skills di perguruan tinggi, sosialisasi pengembangan soft skills di kopertis VII Surabaya.
Undang-udang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Tim Redaksi Tesaurus Bahasa Indonesia. (2008). Tesaurus bahasa indonesia pusat bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Zubaidi. (2011). Desain pendidikan karakter. Jakarta: Prenada Media Group.
Saptono. (2011). Dimensi-dimensi pendidikan karakter wawasan, strategi, dan langkah praktis. Bandung: Erlangga. Sunaengsih, C. (2015). PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TRANSDISCIPLINARY TERHADAP KARAKTER SISWA PADA SEKOLAH DASAR INTERNASIONAL BERBASIS INTERNATIONAL BACCALAUREATE. Mimbar Sekolah Dasar, 2(2).
[208]