MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERPADU BERBASIS LABORATORIUM BAHASA Raheni Suhita Universitas Sebelas Maret
[email protected] Abstrak Pembelajaran bahasa diberikan dengan tujuan agar siswa mampu menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari melalui empat keterampilan berbahasa mereka. Dengan demikian pembelajaran bahasa Indonesia harus diberikan secara terpadu dan tidak terpisah-pisah.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut guru mampu melaksanakan pembelajaran secara optimal dengan menggunakan media pemblajaran berbasis teknologi informatika. Untuk itu pembelajaran bahasa Indonesia terpadu berbasis laboratorium merupakan salah satu alternatif bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa yang baik. Dalam pelaksanaan terdapat empat model pembelajaran bahasa terpadu antara lain (1) pembelajaran terpadu berbasis tugas dan (2) pembelajaran bahasa terpadu berbasis tema. Kata kunci: Model pembelajaran terpadu, laboratorium bahasa Indonesia
A. Pendahuluan Kemampuan berbahasa yang diperoleh sejak dini akan membuat siswa mampu berkomunikasi antar sesamanya, menimba berbagai pengetahuan, serta mengembangkan diri secara berkelanjutan. Untuk masa sekarang dan yang akan datang yang ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan informasi yang serba canggih atau biasa disebut era kesejagatan, kemampuan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicaram membaca dan menulis perlu dikembangkan secara sungguh-sungguh. Abad moderen adalah abad budaya baca tulis yang menuntut warga masyarakat harus memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai (Akhadiah, 1994:1). Arus globalisasi dan revolusi iptek mendorong kita untuk berupaya meningkatkan kemampuan mengajar bahasa yang baik. Kemampuan mengajar yang baik ditandai dengan pemilihan metode yang tepat dan inovatif, pengembangan materi ajar yang benar, dan penggunaan media pembelajaran yang relevan. Siswa pada masa sekarang ini tidak selalu bergantung pada guru untuk dapat mengembangkan kemampuan berbahasanya. Perkembangan teknologi memberikan cakrawala yang baru dalam pembelajaran khususnya bahasa. Hadirnya laboratorium bahasa sangat membantu pengoptimalan pembelajaran bahasa. Kenyataan selama ini praktik pembelajaran bahasa di sekolah baik di tingkat dasar maupun menengah, belum memanfaatkan laboratorium bahasa secara optimal. Alasan utama dari itu adalah minimnya pemahaman guru terhadap model pembelajaran inovatif. Apabila guru memiliki pemahaman yang baik terhadap model pembelajaran inovatif berbasis laboratorium, niscaya pembelajaran bahasa akan lebih optimal dan menunjukkan hasil yang baik. Salah satu model yang dapat dipakai dalam pembelajaran bahasa berbasis laboratorium adalah model pembelajaran integrasi, yaitu mengajarkan bahasa secara holistik dan bukan terpisah-pisah.Bredekamp (1987:3) menyatakan bahwa anak berkembang pada semua aspek perkembangannya baik fisik, emosional, sosial, dan kognitif. Oleh karenanya, tidak ada jalan lain kecuali guru harus memiliki tanggung jawab dan perhatian penuh bagi keutuhan
Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXV
642
perkembangan anak. Berkaitan dengan pendapat tersebut Goodman dalam Akhadiah menyatakan bahwa (1) belajar bahasa lebih mudah terjadi jika bahasa itu disajikan secara holistik nyata, relevan, bermakna, serta fungsional jika bahasa itu disajikan dalam konteks dan dipilih siswa untuk digunakan, (2) belajar bahasa adalah belajar bagaimana mengungkapkan maksud sesuai dengan konteks lingkungan orang tua, kerabat, dan kebudayaan (Akhadiah,1994:10-11). Pendekatan pembelajaran terpadu dalam pengajaran bahasa sebenarnya dilandasi oleh pandangan bahasa holistik (whole language) yang memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang bulat dan utuh, dan dalam proses belajar sesuai dengan perkembangan siswa. Dalam proses pembelajaran bahasa holistik guru menjadi model dalam berbahasa (membaca dan menulis), serta bertindak sebagai fasilitator dan memberikan umpan balikyangpositif. Pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bagian dari pendidikan, dalam pelaksanaanya mengacu pada beberapa prinsip yaitu (1) humanisme; (2) progresivisme;dan (3) rekonstruktivisme. Pada prinsip humanisme siswa dipandang memiliki bekal yang sama dalam upaya memahami sesuatu sehingga guru bukan merupakan satu-satunya informasi dan siswa disikapi sebagai subjek belajar yang kreatif . Prinsip progresivise mememandang penguasaan pengetahuan dan keterampilan tidak bersifat mekanistis tetapi memerlukan daya kreativitas. Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan melalui kreativitas ini berkembang secara berkesinambungan. Sedangkan prinsip rekonstruktivisme memandang bahwa proses belajar sebagai kreativitas dalam menata serta menghubungkan pengalaman dan pengetahuan hingga membentuk suatu keutuhan. Berdasarkan prinsip tersebut,pembelajaran bahasa hendaknya menekankan pada aktivitas siswa dengan materi yang autentik dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Tulisan ini akan membahas materi yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia secara terpadu berbasis laboratorium bahasa. B. Pembahasan 1. Hakikat Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu merupakan sebuah startegi pembelajaran yang bertujuan menciptakan sebuah proses pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi anak Pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses merencanakan sampai melaksanakan pembelajaran melalui kegiatan curah pendapat. Pendekatan terpadu memotivasi siswa agar berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon (1991:6) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang menekankan eksplorasi tema-tema yang berkaitan dengan kejadian autentik. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan terpadu guru senantiasa melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosional.. Guru dengan demikian sebaiknya senantiasa memotivasi siswa untuk aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar tersebut untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan mereka. Bredekamp (1992:7) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran guru sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas dan materi yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa untuk dapat memilihnya. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, pembelajaran terpadu diwujudkan dalam pengintegrasian empat keterampilan berbahasa (menyimak-berbicara-membaca-menulis). Keempat keterampilan tersebut disajikan secara integral dalam ikatan tema-tema
Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXV
643
tertentu.Urutan penyampaian materi bahasa tidak selalu harus dari menyimak namun disesuaikan dengan kondisi saat pembelajaran dilaksanakan. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia secara terpadu senantiasa memerlukan hadirnya media pembelajaran yang dapat mendukung keoptimalan PBM. Kemampuan guru memanfaatkan laboratorium bahasa akan sangat mendukung keoptimalan PBM yang dilaksanakan guru. Integrasi keempat keterampilan berbahasa akan optimal apabila pembelajaran dilaksanakan dalam laboratorium yang lengkap (multi media). Tersedianya komputer/lap top, LCD, layar, tape recorder, maupun DVD player akan membatu guru melaksanakan PBM secara optimal. 2. Landasan Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu Suriasumantri (1995: 257) berpendapat bahwa seorang anak akan lebih mudah belajar bahasa apabila pembelajarann yang diselenggarakan guru bersifat holistik,realistik, relevan, bermakna, dan fungsional, serta tidak lepas dari konteks pembicaraan. Pendekatan yang relevan dengan pembelajaran tersebut adalah pendekatan pembelajaran terpadu. Pelaksanaan pembelajaran terpadu dalam pengajaran bahasa pada hakikatnya dilandasi oleh pandangan bahasa holistik (whole language) yang memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang bulat dan utuh. Weaver menyatakan bahwa whole language merupakan falsafah pandangan atau keyakinan tentang hakikat belajar dan bagaimana anak dapat belajar secara optimal. (1990:3). Sistem landasan keterpaduan dalam pembelajaran bahasa menyatakan bahwa belajar bahasa akan lebih mudah terjadi jika bahasa itu disajikan secara holistik nyata, relevan, bermakna, serta fungsional, jika bahasa itu disajikan dalam konteks pembicaraan dan dipilih siswa untuk digunakan. 3. Ciri Kelas Bahasa Terpadu Anak pada dasarnya secara alamiah memperoleh bahasa lisan melalui mendengarkan (menyimak) dan berbicara. Berkaitan dengan bahasa lisan, anak-anak perlu memperoleh banyak latihan membaca dan menulis melalui pengalaman-pengalaman yang bermakna. . Eisele ( 1991:3) berpendapat bahwa dalam pembelajaran terpadu para guru diharap memberikan waktu dan kesempatan belajar praktik untuk perkembangan baca-tulis.Dengan demikian para guru di dalam kelas dengan pendekatan terpadu akan memandang para siswa sebagai berkemampuan, menjadi pengamat dan turut serta belajar saat mereka berinteraksi dengan para siswa, mendemonstrasikan dan memberikan model bacaan dan tulisan, berperan sebagai fasilitator bagi siswa, dan memberi umpan balik yang positif. PBM di dalam pembelajaran bahasa terpadu adalah pembelajaran yang memiliki karakteristik : (1) mengajarkan membaca dan menulis melalui pengalaman bacaan dan tulisan autentik, (2) berasumsi isi dan proses belajar adalah sama pentingnya, (3) mengimplementasikan aktivitas kelas yang dipusatkan kepada para siswa dan yang bermakna, (4) merangkumkan pemaduan proses bahasa dengan melintasi bidang-bidang isi (mata pelajaran), (5) memberikan bacaan berkualitas untuk membantu perkembangan literasi, (6) tujuan sebagai alat pemberdayaan siswa melalui kepemilikan dan pemilihan. 4. Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu Berbasis Laboratorium Dalam kehidupan sehari-hari, keterampilan digunakan secara terintegrasi. Ketika orang berbicara mereka juga mendengarkan satu sama lain. Di era sekarang ini, mereka juga berkomunikasi dengan menggunakan e-mail dengan demikian mereka senantiasa menggabungkan keterampilan membaca dan menulis. Jadi mustahil untuk memisahkan keterampilan-ketrampilan bahasa tersebut dan membuatnya tetap berdiri sendiri. Hinkel (2006:113) menyimpulkan bahwa komunikasi akan bermanfaat jika berlangsung dalam
Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXV
644
keterampilan bahasa terintegrasi, tidak dipisahkan antara satu dengan lainnya. Ini berarti bahwa komunikasi tidak berjalan dengan baik jika orang hanya menggunakan satu keterampilan saja. Berdasarkan kasus di atas, jelas bahwa pengajaran keterampilan bahasa secara terpisah kurang masuk akal untuk dilaksanakan. Seorang pakar sudah menemukan pendekatan yang berkaitan dengan mengajarkan empat keterampilan yang disebut whole language. Pendekatan ini mulai dicanangkan pada 1980-an oleh para pendidik di AS. Whole Language dianggap sebagai suatu pendekatan karena memiliki prinsip-prinsip dasar tentang bahasa (language as a whole) dan prinsip pembelajaran (menulis, membaca, berbicara, dan mendengarkan harus diintegrasikan dalam pembelajaran). Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikemukakan beberapa teknik pembelajaran terpadu berbasis laboratorium yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran bahasa. a. Pembelajaran Terpadu Berbasis Tugas Siswa dapat diberikan tugas-tugas yang melibatkan keterampilan lain. Sebagai contoh, siswa diminta untuk mendengarkan berita kemudian menulis ringkasan tentang berita dan memberikan pendapat mereka terkait dengan isi berita. Integrasi keterampilan merupakan faktor utama dalam perencanaan pembelajaran terpadu berbasis tugas. Integrasi keterampilan juga terjadi ketika siswa terlibat dalam pekerjaan proyek, yang dapat melibatkan aktifitas meneliti (melalui membaca atau mendengarkan), berbicara (misalnya, dalam diskusi atau ketika memberikan presentasi) dan menulis (menyusun laporan). Urutan pembelajaran akan ideal jika guru menawarkan baik integrasi keterampilan maupun kajian bahasa berdasarkan topik atau berbagai bentuk kegiatan. Hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut. Tahap 1: siswa menyimak tayangan film/drama berdurasi pendek. Tayangan dapat diputar maksimum dua kali. Pada putaran pertama siswa diminta membuat catatan kecil, kemudian mempelajari catatan yang mereka buat. Tayangan diputar kembali untuk memberi kesempatan pada siswa melengkapi pemahamannya terhadap isi tayangan. (Tugas menyimak) Tahap 2: siswa menulis cerita singkat engan kata-kata mereka sendiri berdasarkan tayangan yang mereka lihat. (Tugas menulis) Tahap 3: siswa membacakan tulisannya di depan kelas siswa lain menyimak dan memberikan tanggapan atau pertanyaan. (Tugas berbicara dan membaca) Tahap 4: Siswa mencari bentuk bahasa dalam teks yang baru kemudian mencari makna melalui kamus online di laboratorium atau guru dapat membuat program kamus ataupun glosarium di komputer yang tersedia di laboratorium. (Tugas membaca) Tahap 5: Siswa menulis ulang teks sesuai masukan teman. (Tugas menulis) b. Pembelajaran Terpadu Berbasis Tema Pembelajaran Berbasis Tema memberikan alternatif pada kelas bahasa dengan penataan pelajaran sekitar tema atau topik. Pembelajaran Berbasis Tema dapat memenuhi penyaluran sejumlah minat siswa di kelas dan dapat meningkatkan fokus terhadap konten dengan tetap memenuhi kebutuhan institusional untuk menawarkan pembelajaran bahasa. Prinsip-prinsip utama yang mendasari kedua jenis pembelajaran, berbasis tema dan berbasis konten adalah: (1) otomatisasi, (2) pembelajaran bermakna, (3) motivasi intrinsik, dan (4) kompetensi komunikatif
Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXV
645
Dalam pembelajaran berbasis tema kehadiran multimedia dalam kelas sangat diperlukan untuk mengoptimalkan pembelajaran. Ada beberapa alternatif aktifitas berbasis tema: 1. Misalnya kita menggunakan tema “kesehatan” maka beberapa aktivitas yang dapat dilakukan siswa adalah: a. Menyimak materi monolog atau dialog sesuai tema dilanjutkan menjawab pertanyaan atau menceritakan kembali materi dengan kata-kata sendiri. b. Membaca materi berkaitan dengan tema dilanjutkan menjawab petanyaan bacaan dan berargumentasi secara lisan berkaitan dengan isi bacaan. c. Mengamati gambar berkaitan dengan tema kemudian membuat tulisan sesuai gambar, menyajikannya secara lisan (membaca) kemudian menjawab pertanyaan siswa lain berkaitan dengan hasil tulisannya (berbicara) d. Guru dapat meminta siswa untuk bekerja berpasangan atau kelompok, masing-masing ditugaskan untuk meneliti aspek masalah yang berbeda-beda dengan tema yang sama. Data-data dicari, dikumpulkan, dan disintesis; kontra-argumen dieksplorasi, dan hasilnya disajikan secara lisan dan/atau tertulis di depan kelas C. Penutup Kurikulum 2013 menuntut guru melaksanakan pembelajaran yang bermakna bagi siwa yaitu pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa. Sementara itu dalam pembelajaran, bahasa diberikan sesuai konteks yang nyata oleh karenanya pembelajaran terpadu merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk pelaksanaan pembelajaran. Dalam sebuah pembelajaran, kehadiran multimedia/laboratorium sangat penting. Pembelajaran akan menjadi optimal karena hadirnya multimedia/laboratorium bahasa. Kehadiran laboratorium bahasa akan membantu siswa mengembangkan kreativitas dan keterampilan mereka dalam belajar bahasa. Daftar Pustaka Bredekamp, Sue., (1991). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood, Programs Collins, G. and Dixon, Hazel. (1991). Integrated Learning Planned Curriculum Units, Gosford: Bookshelf Publishing Australia. Eisele, Beverly. (1991). Managing the Whole Language Classroom: A Complete Teaching Resource Guide for K-6 Teachers, Cypress: Creative Teaching Press, Inc. Harmer, Jeremy. (2007a). The practice of English Language Teaching. Malaysia: Pearson Education. Hinkel, E. (2006). Current perspective on teaching the four skills. TESOL Quarterly. 40.1:113. Retrieved on September 25, 2012 from http://wha.arizona.edu/classes/ariew/slat596/Hinkel_4skills.pdf Richards, J.C. and S.R. Theodore. (2001). Approaches and Methods in Language Teaching, ( 2nd ed). Cambridge: Cambridge University Press. Sumantri, Mulyani dan Permana, Johar. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud. Weaver, Constance. (1990). Understanding Whole Language from Principles to Practice. Portmounth: Heineman.