perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MODEL MAKE OR BUY ANALYSIS UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA MANUFAKTUR DAN BIAYA KERUGIAN KUALITAS
Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
REZA RIZKICHANI AKBAR I 0308117
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu selama penyusunan laporan skripsi ini yaitu : 1. Allah SWT 2. Bpk H. Omo wardhana, ibu Ettik Atikah, Vitha Ratnasari D dan Lutfi K R yang selalu ada untuk memberikan doa, perhatian, dukungan, dan motivasi kepada penulis. 3. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UNS dan
pembimbing 1 yang telah
memberikan
bimbingan
dan
pengarahannya . 4. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT, selaku pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya. 5. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT, selaku orang yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam kehidupan. 6. Ibu Azizah Aisyati, ST, MT dan Bapak Ilham Priadythama, ST, MT, selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran terhadap penelitian ini. 7. Arviana Adamantina Putri, untuk semua kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis . 8. Fitriyah Amira Assegaf, Tyo Prasetyo dan Wahyu Wulandari untuk kebaikan luar biasa yang diberikan pada penulis. 9. Dhoni P, Ilham Akbar Nasution, Danu Yudhi P. dan Ferdy Yogo Saputra. Terima kasih atas waktu, ilmu dan dukungan yang diberikan. 10. R. Pitaloka Naganingrum, S.T., Martika Mayangsari dan Ambar Sulistyo Wardhani yang selalu mendukung dan memberikan semangat selama proses pengerjaan Skripsi ini. 11. Teman2 dolan & futsal, Sony, yanu, mas bison, Rio, Agung, Andri, Temon, Sofyan, Anan, Dikun
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Teman-teman Teknik Industri 2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas waktu, bantuan, ilmu, semangat dan motivasi yang telah diberikan. 13. Teman-teman Teknik Industri 2007 yang telah membantu dalam sharing ilmu. 14. Adik-adik 2010 yang memberikan dukungan moril terhadap penulis. 15. Teman-teman dcos2an yang telah memberi semangat setiap harinya. 16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan doa yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, masukan dan saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.
Surakarta, 27 Januari 2013
Penulis
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Reza Rizkichani A, NIM : I0308117. MODEL MAKE OR BUY ANALYSIS UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA MANUFAKTUR DAN BIAYA KERUGIAN KUALITAS. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Januari 2012. Pada perusahaan manufaktur, harga pengadaan komponen dan pemilihan toleransi sangat berpengaruh terhadap kualitas dan harga akhir sebuah produk. Setiap perusahaan selalu menginginkan produk yang berkualitas tinggi dengan biaya manufaktur yang rendah agar produk mereka tetap kompetitif. Namun, kenyataannya sulit untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan biaya manufaktur yang rendah. Perusahaan mempunyai kendala dalam penentuan komponen yang akan diproduksi sendiri (make) atau diproduksi pihak luar (buy). Karena itu, diperlukan make or buy analysis yang mengintegrasikan dan mengoptimalkan biaya manufaktur,kualitas produk dan menentukan proses pengadaan komponen (make, buy or ally) . Penelitian ini membahas mengenai analisis optimisasi make or buy pada perusahaan rakitan dengan tujuan untuk meminimalkan biaya kualitas, manufaktur, scrap dan rework. Contoh numerik diberikan untuk menunjukkan aplikasi model menggunakan produk rakitan yang terdiri atas tiga komponen penyusun. Terdapat dua mesin yang dapat digunakan untuk memproduksi komponen dan tiga alternatif pemasok untuk memenuhi pesanan. Setiap mesin dan pemasok mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal biaya manufaktur dan toleransi. Kata-kata Kunci : optimasi, kerugian kualitas, make or buy, toleransi, scrap
xiii + 54 halaman; 17 gambar; 8 tabel; daftar pustaka: 15 (1990 -2010)
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH.........................
iii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...............................
iv
KATA PENGANTAR............................................................................................
v
ABSTRAK...............................................................................................................
vii
ABSTRACT............................................................................................................
viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................ I - 1 1.2 Perumusan Masalah.........................................................................I - 3 1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................I - 3 1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... I - 4 1.5 Batasan Masalah............................................................................. I - 4 1.6 Asumsi Penelitian............................................................................I - 4 1.7 Sistematika Penulisan......................................................................I - 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Influence Diagram...........…............................................................II - 1 2.2 Toleransi........................................................................................ II - 2 2.2.1
Batasan Toleransi Rakitan...…………………………….. II - 2
2.3 Kapabilitas Proses........................................……………………... II - 3 2.3.1 Indeks Kapabilitas.............................................................. II - 5 2.4 Kerugian Kualitas........................................................................... II - 7 2.4.1 Karakteristik Kerugian Kualitas......................................... II - 8 2.5 Distribusi Normal.............................................................................II - 9 2.6 Make Or Buy Analysis.....................................................................II - 10 ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.7 Model Pemilihan Proses.................................................................. II - 11 2.8 Model Pemilihan Pemasok............................................................. II - 12 2.9 Model Pemilihan Pemasok Dengan Kriteria Empat Kerugian Kualitas.......................................................................................... II - 13 2.10 Model Scrap Cost........................................................................... II - 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Identifikasi Dan Penemuan Masalah................................................III - 2 3.2 Pengembangan Model......…......................................................... III - 2 3.3 Analisis, Kesimpulan dan Saran..................................................... III - 4 BAB IV PENGEMBANGAN MODEL 4.1 Deskripsi Sistem........................................................................... IV - 1 4.1.1 Influence Diagram......................................................…... IV - 2 4.2 Penentuan Fungsi Tujuan.............................................................. IV - 4 4.3 Batasan yang Dipertimbangkan.................................................... IV - 7 4.3.1
Batasan Toleransi Rakitan...……………………………. IV - 7
4.3.2
Batasan Kapasitas Produksi Mesin..……………………. IV - 9
4.3.3
Batasan Jumlah yang Diproduksi..................................... IV - 9
4.3.4
Batasan Minimal Pemilihan Proses dan Pemasok untuk Setiap Komponen............................................................ IV - 10
4.3.5
Batasan Biner.................................................................. IV - 10
4.4 Validasi Internal.......................................................................... IV - 11 4.4.1 Fungsi Tujuan.................................................................. IV - 11 4.4.2
Batasan yang Dipertimbangkan...................................... IV - 12
4.5 Contoh Numerik.......................................................................... IV - 14 4.5.1 Definisi Masalah............................................................. IV - 14 BAB V ANALISIS MODEL 5.1 Pengaruh Biaya Kerugian Kualitas……………………………… V - 2 5.2 Pengaruh Indeks Kapabilitas.......................................................... V - 8 5.3 Pengaruh Permintaan dan Kapasitas Jumlah Komponen Pemasok......................................................................................... V - 9
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan.....................................................................................VI - 1 6.2 Saran................................................................................................. VI - 1
DAFTAR PUSTAKA
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Perusahaan manufaktur dituntut untuk dapat menghasilkan produk
berkualitas dengan harga yang bersaing. Produk yang berkualitas akan memberikan citra positif pada perusahaan sehingga akan menimbulkan kepuasan dan kesan yang baik di benak konsumennya. Penentuan harga jual menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkat kompetitif perusahaan. Perusahaan yang tidak mampu menjual produk dengan harga jual yang kompetitif, tidak dapat bersaing dengan perusahaan lain. Menentukan apakah suatu komponen akan diproduksi sendiri (make) dengan melakukan pemilihan proses atau melakukan outsourcing yaitu pembelian pada pihak luar (buy) dan melakukan pemilihan pemasok menjadi salah satu kendala bagi perusahaan. Kualitas, harga, kapabilitas dan jumlah cacat menjadi aspek yang diperhatikan dalam pemilihan tersebut (Mustajib, 2010). Menurut Chase, dkk. (1990) pemilihan proses akan dapat mempengaruhi toleransi hasil produksi yang akan menentukan kualitas barang sehingga akan mempengaruhi biaya produksi perusahaan. Feng dkk. (2001) berpendapat bahwa kebijakan dalam memilih pemasok akan mempengaruhi biaya manufaktur dan biaya kerugian kualitas perusahaan, dua biaya tersebut merupakan komponen biaya yang mempengaruhi biaya produksi. Menurut Hamel dan Pahalad (1990) dalam Ferreira dan Serra (2010), outsourcing akan menyebabkan perusahaan bergantung kepada pemasok dalam berkompetisi dengan saingannya. Namun kenyataannya, kapasitas dan kapabilitas mesin produksi yang dimiliki perusahaan tidak selalu dapat memenuhi spesifikasi permintaan (Teeravaraprug. 2008), sehingga perusahaan harus melakukan outsourcing untuk sebagaian atau seluruh komponen rakitan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sebuah perusahaan rakitan harus sangat cermat dalam menentukan alokasi kebijakan pengadaan komponen, apakah komponen tersebut akan dibuat sendiri (make), membeli (buy) atau melakukan keduanya. Ferreira dan Serra (2010) menyebutkan bahwa keputusan dan kebijakan yang tepat akan
I-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menentukan kesuksesan perusahaan. Hal itulah yang membuat make or buy analisis menjadi sebuah hal penting bagi perusahaan. Dalam kegiatan make, pemilihan proses harus dapat memilih suatu proses dengan memperhitungkan kapabilitas, toleransi dan harga manufaktur. Menurut Chase, dkk. (1990) semakin ketat toleransi komponen, maka diperlukan proses produksi yang semakin presisi sehingga biaya manufaktur komponen tersebut akan meningkat dan mengakibatkan harga pembuatan komponen tersebut semakin tinggi. Sebaliknya, jika toleransi komponen longgar, maka biaya manufaktur komponen tersebut menjadi lebih rendah sehingga harga pembelian komponen akan semakin rendah (Chase., dkk 1990). Selain itu, toleransi dan kapabilitas proses yang terpilih akan mempengaruhi variansi hasil rakitan. Oleh sebab itu, dalam kegiatan make, kegiatan pemilihan proses dengan memperhitungkan kapabilitas, toleransi dan harga manufaktur menjadi penting. Kegiatan buy dengan melakukan outsourcing menurut survei yang dilakukan
Accenture
Consulting
(2008),
sangat
berpengaruh
terhadap
penghematan yang dilakukan oleh perusahaan. Namun, memilih pemasok merupakan kegiatan yang sulit, kritis dan membutuhkan waktu (Teeravaraprug, 2008). Bila tidak dilakukan dengan baik, kegiatan outsourcing akan menimbulkan kerugian intangible . Menurut Taguchi (1989) dalam Peng, dkk. (2008), kerugian intangible akan diperoleh konsumen ketika perusahaan gagal dalam memilih pemasok. Kerugian intangible lebih sulit untuk dinilai karena memiliki dampak yang berbeda-beda, mulai dari kehilangan kepercayaan konsumen hingga rusaknya reputasi perusahaan (Kumar dkk., 2009). Masalah lain dalam kegiatan pemilihan proses (make) dan kegiatan pemilihan pemasok (buy) adalah menentukan berapa jumlah alokasi untuk make, buy, dan berapa jumlah alokasi untuk masing-masing pemasok dan proses. Penentuan alokasi ini penting karena akan mempengaruhi biaya total yang akan ditanggung oleh perusahaan. Oleh karena itu, alokasi menjadi hal yang dipertimbangkan dalam penelitian ini. Pada penelitian sebelumnya, Chase, dkk. (1990) menawarkan sebuah alternatif perancangan proses untuk melakukan pemilihan toleransi namun belum mempertimbangkan aspek kerugian kualitas. Feng, dkk. (2001) mengembangkan
I-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu model pemilihan pemasok berdasarkan perancangan toleransi dan kerugian kualitas Taguchi. Kelemahan dari model tersebut adalah hanya satu pemasok saja yang terpilih untuk setiap komponen dan tidak mempertimbangkan aspek rework. Rework merupakan beban biaya akibat kegagalan kualitas suatu produk (Solaiman dkk., 2008). Karena itu rework menjadi aspek yang harus diperhitungkan dalam pemilihan pemasok dan proses. Solaiman dkk. (2008) mengembangkan sebuah model yang memperhitungkan rework/ scrap pada proses manufaktur namun tidak digunakan untuk melakukan pemilihan pemasok ataupun proses. Namun, model tersebut telah menunjukan peluang kejadian dan investasi yang harus dilakukan oleh perusahaan terkait rework/scrap sehingga model tersebut dapat digunakan sebagai salah satu aspek dalam pemilihan pemasok atau proses. Dalam penelitian ini dikembangkan sebuah model untuk melakukan make or buy analysis berdasarkan model dari penelitian Feng, dkk. (2001). Kemudian untuk menambahkan mengenai pemilihan proses maka ditambahkan model dalam penelitian Chase, dkk. (1990) sedangkan untuk scrap digunakan model yang dikembangkan Solaiman, dkk. (2008). Model dalam penelitian ini akan dapat digunakan untuk membantu perusahaan dalam menyelesaikan masalah make or buy untuk meminimalkan biaya manufaktur dan biaya kerugian kualitas. 1.2
PERUMUSAN MASALAH Masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: Bagaimana mengembangkan model make or buy analysis yang dapat digunakan untuk memilih pemasok atau proses dan menentukan alokasi komponen dengan memperhatikan toleransi untuk meminimumkan biaya manufaktur dan biaya kerugian kualitas?
1.3
TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan model make or buy analysis
untuk melakukan pemilihan alternatif pemasok atau proses dan menentukan alokasi masing-masing komponen serta meminimalkan biaya manufaktur dan biaya kerugian kualitas yang didapat dari alternatif yang ada.
I-3
perpustakaan.uns.ac.id
1.4
digilib.uns.ac.id
MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini, yaitu :
1. Pengembangan model make or buy analysis pada penelitian ini bermanfaat untuk melakukan pemilihan alternatif pemasok dan proses secara simultan. 2. Model make or buy analysis pada penelitian ini dapat digunakan untuk meminimalkan biaya manufaktur dan biaya kerugian kualitas serta dapat menentukan jumlah alokasi alternatif yang ada. 3. Model dalam penelitian ini memberi informasi mengenai alokasi jumlah komponen yang dipesan atau diproduksi oleh setiap pemasok atau mesin.
1.5
BATASAN MASALAH Batasan masalah dalam penelitian ini adalah semua komponen akan
dipenuhi oleh perusahaan dengan memproduksi sendiri selama kapasitas dan kualitasnya memenuhi standar rakitan.
1.6
ASUMSI Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Jumlah pemasok dan mesin yang ditawarkan untuk masing-masing komponen lebih dari satu.
2.
Satu komponen bisa dipasok oleh lebih dari satu pemasok atau mesin.
3.
Satu komponen hanya terdiri dari satu karakteristik kualitas.
4.
Scrap akan muncul pada proses perakitan.
1.7
SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan penyelesaian masalah dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai sistematika penulisan adalah sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
I-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
batasan masalah, asumsi-asumsi dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian yang dilakukan sehingga dapat memberi masukan ke perusahaan sesuai dengan tujuan penelitian, batasan-batasan dan asumsi yang digunakan. BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang konsep dan teori yang menjadi landasan untuk penelitian yang berasal dari berbagai sumber pustaka.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam memecahkan permasalahan yang ada. Langkah-langkah tersebut digambarkan dalam diagram alir beserta penjelasan singkat. BAB IV : PENGEMBANGAN MODEL Bab ini menjelaskan tentang langkah-langkah pengembangan model, yang terdiri atas karakterisasi sistem, penentuan fungsi tujuan, penentuan kendala, validasi, dan contoh numerik. BAB V
: ANALISIS MODEL Pada bab ini akan dilakukan analisis hasil komputasi model. Analisis dilakukan dengan mengubah beberapa parameter model. Analisis bertujuan untuk memperoleh kesimpulan.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian tugas akhir ini yaitu berupa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian. Bab ini juga menguraikan saran dan masukan untuk penelitian lebih lanjut.
I-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
INFLUENCE DIAGRAM Influence diagram merupakan suatu jenis diagram yang menggambarkan
suatu sistem dengan menghubungkan sesuatu berdasarkan sebab dan akibatnya serta menggambarkan proses transformasi sistem (Daellenbach dan Mc.Nickle, 2005). Gambar 2.1 menjelaskan notasi yang digunakan dalam diagram ini. Menjelaskan keputusan, aturan keputusan, dan input yang dapat dikendalikan (controllable input) Menyatakan masukan yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable input)
Menunjukkan variabel sistem yang terdiri dari atribut komponen, dan nilai variabel
Gambar 2.1 Diagram Konvensi Influence Diagram (Sumber: Daellenbach dan McNickel, 2005)
Kompleksitas suatu situasi tidak terstruktur dapat dengan efektif digambarkan dengan menggunakan influance diagram. Influence diagram. Dengan menggunakan influance diagram, identifikasi masalah sistem dalam rangka pengembangan model matematis lebih mudah dilakukan. Influence diagram disusun sebagai alat untuk membantu dalam mendiskripsikan masalah dan mencari hubungan keterkaitan antara variabel yang dapat dikontrol, parameter, dan konstanta dengan kriteria performansi (Daellenbach dan McNickel, 2005).
II-1
perpustakaan.uns.ac.id
2.2
digilib.uns.ac.id
TOLERANSI Toleransi adalah penyimpangan yang masih diizinkan dari nilai standart
atau targetnya (Yang dan El-Haik, 2003). Toleransi digunakan untuk mengontrol variasi komponen yang diijinkan pada produk rakitan. Selain itu, toleransi dapat juga digunakan untuk mengontrol variasi produk rakitan dengan memperhatikan variasi komponen penyusunnya (Yang dan El-Haik, 2003). Menurut Yang dan El-Haik (2003), ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya variansi (penyimpangan) , yaitu: 1.
Unit to Unit Sources Sumber variasi ini terkait dengan perbedaan yang tidak bisa dikendalikan
antara produksi komponen satu dengan yang lainnya (yang sejenis), seperti masalah perbedaan dimensi, masalah perakitan, dan variasi material terkait dengan pemasok yang berbeda. 2.
External Sources Sumber variasi ini terkait dengan lingkungan dan penggunaan, seperti suhu
dan cara penggunaan yang salah. 3.
Deterioration Sources Sumber variasi ini terkait dengan penurunan kinerja suatu mesin atau
proses, seperti keausan dan penuaan sehingga menyebabkan penurunan kepresisian. 2.2.1 Metode Desain Toleransi Secara umum metode desain toleransi terbagi menjadi dua (Yang dan ElHaik, 2003), yaitu desain toleransi secara tradisional dan desain toleransi menurut Taguchi. Desain toleransi secara tradisional terbagi menjadi tiga yaitu: 1.
Worst-Case Tolerance Analysis Pendekatan desain toleransi ini menggunakan skenario terburuk dalam
merancang toleransi suatu benda. Pendekatan ini dapat menjamin toleransi produk rakitan dapat terpenuhi dengan semua kombinasi karakteristik toleransi komponennya.
II-2
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Statistical Tolerance Analysis Tujuan akhir dari pendekatan desain toleransi ini adalah untuk menjamin
keterpenuhan produk rakitan dengan persentase yang tinggi. Dalam kasus ini, komponen dan rakitan dianggap sebagai variabel random. 3.
Cost-Based Tolerance Analysis Tujuan pendekatan ini adalah untuk merancang batas toleransi untuk suatu
desain parameter yang menghasilkan biaya paling rendah. 2.3
KAPABILITAS PROSES Kapabilitas yang baik terjadi bila kinerja suatu proses tersebut konstan
dengan level error yang rendah (Yang dan El-Haik, 2003). Kinerja suatu proses (process performance) menunjukkan seberapa baik proses tersebut bekerja. Jadi, kapabilitas proses merupakan suatu ukuran konsistensi untuk kinerja suatu proses. Rataan dan standar deviasi akan menjadi tolak ukur utama kinerja proses untuk proses yang berdistribusi acak. Sedangkan untuk proses yang mengikuti pola distribusi normal, kemungkinan besar -ratanya. Selanjutnya, total sebaran proses menjadi karena batasan proses ber
ga -
.
µ Gambar 2.2 Sebaran Proses Mengikuti Distribusi Normal
Terdapat tiga kondisi kapabilitas yang biasa ditemukan jika sebaran proses dibandingkan dengan sebaran spesifikasi (Yang dan El-Haik, 2003), yaitu: 1.
Highly Capable Process Keadaan ketika sebaran proses berada dalam sebaran spesifikasi. Kinerja
proses ini dikatakan sangat capable karena kecil kemungkinan proses keluar dari target spesifikasi.
II-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.3 Kurva Normal dari Capable Process Sumber : Yang dan El-Haik, 2003
2.
Marginal Process Keadaan ketika sebaran proses diperkirakan tepat berada dalam sebaran
spesifikasi. Dalam keadaan ini proses dapat dikatakan capable, namun bila mean proses bergerak ke arah kiri atau kanan. Maka, proses kemungkinan besar akan keluar dari spesifikasi.
Gambar 2.4 Kurva Normal dari Marginal Process Sumber : Yang dan El-Haik, 2003
3.
Incapable Process Keadaan ketika sebaran proses melebihi batas spesifikasi. Kinerja proses
seperti ini dikatakan tidak baik.
II-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.5 Kurva Normal dari Incapable Process Sumber : Yang dan El-Haik, 2003
2.3.1 Indeks Kapabilitas Indeks kapabilitas merupakan ukuran sederhana untuk menjelaskan hubungan antara proses variabilitas dengan sebaran proses. Pada perkembangan selanjutnya terdapat beberapa jenis indeks kapabilitas (Yang dan El-Haik, 2003), yaitu: 1.
Indeks Kapabilitas Cp Indeks kapabilitas Cp merupakan indeks kapabilitas yang paling sederhana.
Persamaan dalam indeks kapabilitas ini menunjukan perbandingan antara sebaran spesifikasi dengan sebaran proses (Persamaan (2.1)). Jenis kapabilitas ini berasumsi bahwa rataan performansi proses berada tepat di titik tengah batas spesifikasi proses.
Cp =
USL-LSL 6
(2.1)
Dimana Cp = indeks kapabilitas Cp USL= Upper Specification Limit LSL = Lower Specification Limit = Variansi
2.
Indeks Kapabilitas Cpk Kelemahan dari indeks kapabilitas Cp adalah asumsi yang menyatakan
bahwa rataan performansi proses berada tepat di titik tengah batas spesifikasi II-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proses. Kenyataannya, kebanyakan dari proses yang terjadi memiliki rataan kinerja yang tidak tepat sama dengan garis tengah batas spesifikasi. Selain itu, banyak rataan proses yang bergerak dari waktu ke waktu. Indeks kapabilitas Cpk dibuat untuk menutupi kelemahan pada indeks kapabilitas Cp. Indeks kapasitas Cpk mempertimbangkan letak rataan proses relatif pada batas spesifikasi, sehingga persamaannya menjadi: Cpk = min
USL- µ 3
and
µ-LSL 3
(2.2)
Dimana Cpk = Indeks kapabilitas Cpk USL= Upper Specification Limit LSL =Lower Specification Limit = Variansi proses µ
3.
= Mean proses
Indeks kapabilitas Cpm Indeks kapabilitas Cpm biasa juga disebut indeks kapabilitas Taguchi. Indeks
ini mulai dikembangkan pada tahun 80an dengan mempertimbangkan jarak antara rataan proses dengan target kinerja ideal T. Persamaannya adalah sebagai berikut: USL-LSL
Cpm = 6
2+
µ-T
Dimana Cpm = indeks kapabilitas Cpm USL= Upper Specification Limit LSL =Lower Specification Limit = Variansi proses µ
= Mean proses
T
= Nilai target
II-6
2
(2.3)
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Motorola Capability Index
merupakan salah satu penerapan skenario worst case untuk mengantisipasi pergeseran rataan proses. Jika rataan proses tepat sama dengan garis tengah batas spesifikasi, maka Cp bernilai 2,00.
Gambar 2.6 Interpretasi dari Program Six Sigma yang Diterapkan Motorola Sumber : Yang dan El-Haik, 2003
2.4
KERUGIAN KUALITAS Metode Taguchi dapat diterapkan kedalam dua bentuk, yang pertama adalah
fungsi kerugian kualitas. Sedangkan untuk fungsi yang ke dua metode Taguchi digunakan untuk desain eksperimen (Feng, dkk. 2001). Taguchi berpendapat bahwa kerugian kualitas (quality loss) muncul karena adanya penyimpangan kinerja dari nilai target yang diharapkan (Yang dan ElHaik, 2003).
Gambar 2.7 Quality Loss Function Sumber : Yang dan El-Haik, 2003
II-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada Gambar 2.7 Yang dan El-Haik (2003) Menunjukan sebuah ilustrasi sederhana. Kerugian kualitas akan bernilai nol, jika kinerja aktual y sama dengan nilai target T. Simbol
0
menunjukan batas atas dan
menunjukan batas bawah, ketika nilai aktual (y) < T-
0
simbol T-
atau (y) >
0
0
maka
produk keluar dari batas kualitas sehingga tidak akan berfungsi dengan baik sehingga konsumen meminta penggantian produk, biiaya penggantian ini yang biasa disebut dengan A0. 2.4.1 Karakteristik Kerugian Kualitas Ada tiga karakteristik kerugian kualitas, yaitu nominal the best, larger the better, dan smaller the better (Yang dan El-Haik, 2003). 1.
Nominal the Best Fungsi kerugian kualitas ini digunakan ketika karakteristik kualitas
mempunyai nilai target tertentu yang ingin dipenuh, bukan nol. Fungsi kerugian kualitasnya adalah sebagai berikut: L = kE (Y-T)2
(2.4)
Dimana L = kerugian kualitas k = koefisien kerugian kualitas E = expected value T = nilai target dari Y Y = spesifikasi produk yang terjadi
Nilai k adalah rasio biaya kerugian kualitas dengan batas spesifikasi produk.
k=
A0 0
Dimana k
2
= koefisien kerugian kualitas 0
A0
= batas spesifikasi produk = expected value
II-8
(2.5)
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Smaller the Better Pada karakteristik ini, nilai idealnya adalah nol namun karena nilai target ini
sangat sulit untuk dipenuhi, maka semakin mendekati nol akan dianggap semakin baik. Karakteristik kualitas ini tidak menetapkan nilai target tertentu. Fungsi kerugian kualitasnya adalah sebagai berikut: L = kEY2
(2.6)
Dimana L = kerugian kualitas k = koefisien kerugian kualitas E = expected value Y = spesifikasi produk yang terjadi
3.
Larger the Better Nilai ideal bagi karakteristik kualitas ini adalah tak terbatas namun hal itu
sangat sulit untuk terpenuhi sehingga semakin besar nilai kinerja yang didapat akan semakin dianggap baik. Karakteristik kualitas ini tidak menetapkan nilai target tertentu. Fungsi kerugian kualitasnya adalah sebagai berikut: L=kE
1 2 Y
(2.7)
Dimana L = kerugian kualitas k = koefisien kerugian kualitas E = expected value Y = spesifikasi produk yang terjadi 2.5
DISTRIBUSI NORMAL Distribusi normal merupakan distribusi peluang kontinu yang terpenting
dalam seluruh bidang statistik (Walpole dan Myers, 1995). Parameter dalam distribusi normal terdiri atas rataan (µ) dan simpangan baku ( ). Grafik distribusi ini disebut kurva normal. Kurva ini berbentuk lonceng yang menyatakan kumpulan data yang muncul dalam suatu sistem.
II-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.8 Kurva Normal
Keberadaan sebuah angka dalam variabel kontinu jika ditinjau dari seluruh nilai sangat kecil dan mendekati nol. Kurva normal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut (Walpole dan Myers, 1995): 1.
Modus, yaitu titik pada sumbu datar yang memberikan maksimum kurva, terdapat pada x = µ.
2.
Kurva setangkup terhadap garis tegak yang melalui rataan µ.
3.
Kurva mempunyai titik belok pada
, cekung dari bawah bila µ –
, dan cekung dari atas untuk harga x lainnya. 4.
Kedua ujung kurva normal bergerak mendekati asimtot sumbu datar bila harga x bergerak menjauhi µ baik ke kiri maupun ke kanan.
5.
Seluruh luas di bawah kurva normal dan di atas sumbu datar sama dengan 1.
2.6
MAKE OR BUY ANALYSIS Make or buy analysis merupakan analisis untuk melakukan pemilihan
terhadap alternatif sumber yang ada yang ada. Make or buy analysis sangat dipengaruhi oleh strategic sourcing perusahaan terkait. Pada umumnya make or buy mengunakan analisis biaya sebagai acuan pemilihan. Namun, selain biaya banyak point lain yang bisa digunakan sebagai acuan pemilihan (Öncü dkk., 2003). Venkatesan (1992) dalam Öncü dkk (2003) mengatakan bahwa pada saat ini perusahaan cenderung untuk menghindari make. Hal tersebut terjadi karena perusahaan berpendapat bahwa dengan melakukan outsourcing (buy) perusahaan akan lebih fokus pada bisnis mereka. Akan tetapi, ada beberapa resiko yang
II-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mungkin dihadapi perusahaan dengan melakukan kegiatan outsourcing (buy), (Öncü dkk., 2003) : 1. Ketidakpuasan terhadap pemasok 2. Adanya masalah pengiriman 3. Kualitas yang buruk 4. Munculnya idle time 5. Harga dari pemasok yang terlalu mahal 6. Kesulitan dalam memodifikasi dan mengganti komponen karena harus melakukan penyesuaian ke pemasok. Dalam melakukan kegiatan make kapabilitas dan kemampuan dari sumberdaya yang dimiliki perusahaan harus memenuhi syarat. Hal tersebut ditunjukan oleh hirarki kompetisi yang digambarkan oleh Javidan (1998) pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Hirarki Kompetisi Javidan (1998)
2.7
MODEL PEMILIHAN PROSES Model pemilihan proses yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengembangan dari model matematis yang telah ditulis oleh Chase dkk. (1990). Tujuan dari model ini adalah untuk melakukan pemilihan proses dengan kriteria biaya proses dengan memperhatikan toleransi produk rakitan. Fungsi tujuan dari model tersebut adalah :
II-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2.8) merupakan biaya proses untuk komponen i yang diproduksi dengan proses j. Sedangkan batasan-batasan yang digunakan dalam model ini adalah sebagai berikut : (2.9) (2.10) (2.11) Persamaan (2.9) menunjukkan bahwa toleransi produk rakitan merupakan penjumlahan dari toleransi komponen penyusunnya. Setiap komponen akan diproduksi melalui satu proses. Hal tersebut ditunjukkan dalam persamaan (2.10). Persamaan tersebut merupakan koefisien biner yang digunakan untuk memastikan hanya satu proses untuk setiap komponen. Persamaan (2.11) menujukkan bahwa apabila mesin terpilih untuk melakukan proses produksi maka biner bernilai satu, dan bernilai nol jika mesin tidak terpilih sehingga mesin tidak digunakan untuk proses produksi. 2.8
MODEL PEMILIHAN PEMASOK Feng dkk. (2001) mengembangkan model pemilihan pemasok dengan
memperhitungkan kerugian kualitas yang akan dialami oleh perusahaan. Model tersebut bertujuan untuk memilih pemasok berdasarkan kriteria harga pembelian dan biaya kerugian kualitas dengan memperhatikan spesifikasi toleransi produk rakitan yang diperbolehkan. Model yang dikembangkan memiliki fungsi tujuan sebagai berikut: (2.12) Notasi
menunjukkan biaya pembelian dari pemasok i untuk komponen j.
Sedangkan biaya kerugian kualitas dinotasikan dengan untuk komponen j dan dijabarkan dalam Persamaan (2.19).
II-12
dari pemasok i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2.13) Biaya kerugian kualitas dihitung berdasarkan penyimpangan toleransi produk rakitan dari targetnya. Penyimpangan toleransi produk rakitan itu sendiri merupakan turunan parsial dari toleransi komponen-komponen penyusunnya. Jadi, setiap komponen memiliki pengaruh berbeda terhadap penyimpangan produk rakitan. Batasan yang digunakan dalam model ini dapat dilihat pada persamaan berikut : (2.14) (2.15) (2.16) Persamaan tersebut mempertimbangkan toleransi komponen penyusun terhadap komponen rakitan. Pemenuhan toleransi produk rakitan berdasarkan pemenuhan toleransi komponen yang berasal dari variansi komponen yang diberikan oleh pemasok. Model pemilihan proses berdasarkan kriteria biaya kerugian kualitas dapat diadaptasi dari model pemilihan pemasok yang dikembangkan oleh Feng dkk (2001). Adaptasi tersebut dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap model yang akan dibuat.
2.9
MODEL PEMILIHAN PEMASOK DENGAN KRITERIA EMPAT KERUGIAN KUALITAS Model yang dikembangkan oleh Teeravaraprug (2008) ini merupakan
pemodelan make or buy analysis. fungsi tujuan dari model ini adalah untuk memininimalkan biaya manufaktur dan biaya kerugian kualitas. Paada model ini dipertimbangkan 4 kerugian kualitas yaitu kerugian kualitas (quality loss) dari sisi pembuatan, kerugian kecepatan (loss of speed), kerugian ketergantungan perusahaan terhadap pemasok (loss of dependability), dan kerugain fleksibilitas (loss of flexibility). Secara umum, persamaan fungsi tujuannya dinyatakan sebagai berikut:
II-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Min = NmE[LQM] + NIE[LQI]+ NIE[LSI]+ NIE[LDI]+ NIE[LFI
ICI
+ NmCm (2.17)
Dimana Nm NI
= kuantitas yang harus diproduksi perusahaan = kuantitas yang harus dipesan ke pemasok i
E[LQM] = perkiraan kerugian kualitas jika diproduksi perusahaan E[LQI] = perkiraan kerugian kualitas jika memesan ke pemasok i E[LSI] = perkiraan kerugian kecepatan jika memesan ke pemasok i E[LDI] = perkiraan kerugian ketergantungan jika memesan ke pemasok i E[LFI] = perkiraan kerugian fleksibilitas jika memesan ke pemasok i CM
= biaya pembuatan per item produk oleh perusahaan
CI
= biaya pembelian per item produk di pemasok i
Keputusan yang didapat dari model ini adalah kuantitas produk yang harus diproduksi oleh perusahaan (Nm) dan kuantitas produk yang harus dipesan ke pemasok (NI). Kendala yang diperhatikan adalah kendala jumlah kebutuhan perusahaan, kapasitas produksi perusahaan, dan kapasitas pemasok. I
(2.18)
Dimana Nm = Kuantitas produk yang harus diproduksi perusahaan NI = Kuantitas produk yang harus dipesan ke pemasok DM = Jumlah kebutuhan (demand) perusahaan
Persamaan (2.18) menunjukkan kendala jumlah kebutuhan perusahaan. Kendala inilah yang nantinya akan diambil untuk mengembangkan model pemilihan pemasok dalam penelitian ini. 2.10 MODEL SCRAP COST Model pemilihan toleransi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model matematis yang telah dikembangkan oleh Solaiman dkk. (2008). Model
II-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut bertujuan untuk meminimalkan biaya investasi scrap pada proses manufaktur. Model yang dikembangkan memiliki fungsi tujuan sebagai berikut:
(2.19)
Dimana : Y
= Quality Characteristics
f(Y) = Normal distribution of Quality Characteristics Y K
= Cost coefficient of quality loss
Mc = Manufacturing cost/unit Ic
= Inspection cost/unit
Sc
= Scrap cost/unit
Rc = Rework cost/unit Persamaan (2.20) menunjukan sebaran distribusi normal, sedangkan persamaan (2.21) menunjukan peluang distrbusi normal, ....................................(2.20) ..........................................(2.21)
x
= variabel acak = rataan proses = standar deviasi
II-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi adalah tahapan-tahapan sistematis yang dilakukan dalam sebuah penelitian, dimulai dari perumusan masalah sampai dengan kesimpulan. Metodologi penelitian ini digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian agar hasil yang dicapai tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Alur metodologi penelitian bisa dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
III-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.1 menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian. Adapun penjelasan masing-masing bagiannya adalah sebagai berikut:
3.1 IDENTIFIKASI DAN PENEMUAN MASALAH Tahap ini merupakan langkah awal dalam penelitian. Ruang lingkup kegiatan dalam tahapan ini akan diuraikan sebagai berikut: 1.
Studi pustaka Tahap ini merupakan studi pendahuluan untuk menggali informasi terkait
dengan penelitian yang dilakukan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai teori-teori dan konsep-konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang diteliti dan untuk mendapatkan dasar-dasar referensi yang kuat dalam pembuatan model. 2.
Perumusan masalah Perumusan masalah
dalam
penelitian
ini adalah
menentukan
cara
mendapatkan komponen untuk melakukan perakitan, menentukan proses dan pemasok mana saja yang tepat dan berapa kuantitas komponen yang dipesan dari masing-masing pemasok, diproduksi sendiri atau keduanya untuk meminimalkan biaya pembelian dan biaya kerugian kualitas dengan memperhatikan spesifikasi toleransi dari konsumen. 3.
Penentuan tujuan dan manfaat penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan suatu model matematis
yang dapat digunakan untuk menentukan pemasok terpilih bagi setiap komponen, kemudian menentukan kuantitas yang dipesan ke pemasok terpilih untuk masingmasing komponen. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah dapat menjadi dasar pemilihan pemasok sekaligus pemilihan toleransi untuk masing-masing komponen yang menyusun produk rakitan suatu perusahaan perakit.
3.2 PENGEMBANGAN MODEL Terdapat 5 bagian dalam tahap pengembangan model yaitu pendeskripsian sistem, influence diagram, permodelan, validasi internal, dan contoh numerik.
III-2
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id
Deskripsi Sistem Langkah pertama yang dilakukan adalah mendeskripsikan sistem yang akan
dikembangkan dalam model. Tujuan tahap ini untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang terjadi pada sistem tersebut. Pendeskripsian sistem digunakan untuk mengetahui batasan sistem, variabel input yang terkontrol dan tidak terkontrol dalam sistem, perubahan proses, dan output sistem.variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pemilihan proses. 2.
Influence Diagram Influence
diagram
adalah
salah
satu
jenis
diagram
yang
dapat
menggambarkan sebuah pendekatan sistem (Daellenbach dan Mc.Nickle, 2005). Influence diagram digunakan untuk menggambarkan hubungan dan pengaruh variable input terhadap output sistem. 3.
Pemodelan Setelah mendefinisikan karakteristik sistem, langkah selanjutnya pada tahap
pengembangan
model adalah
permodelan. Permodelan
dilakukan
untuk
menentukan fungsi tujuan yang akan dicapai dalam pengembangan model dan mempertimbangkan kendala toleransi, kapasitas pemasok, kendala minimal jumlah pemasok, kendala kebutuhan (demand) perusahaan, serta kendala biner. 4.
Validasi Menurut Daellenbach dan Mc.Nickle (2005) validasi adalah langkah yang
ditempuh untuk memastikan bahwa model yang telah dibangun mendekati perkiraan sistem yang ada atau yang direncanakan sehingga dapat menyediakan jawaban yang tepat dan berguna. Salah satu jenis validasi adalah validasi yang dibedakan menjadi dua fase yaitu validasi internal dan validasi eksternal. Validasi internal digunakan untuk memeriksa bahwa model tersebut benar secara logis dan matematis sedangkan validasi eksternal digunakan untuk memastikan bahwa model cukup mampu mempresentasikan kenyataan (Daellenbach dan Mc.Nickle, 2005). 5.
Contoh Numerik Langkah terakhir dalam pengembangan model adalah pembuatan contoh
numerik. Contoh numerik adalah ilustrasi kasus yang nantinya akan diselesaikan menggunakan model yang telah dikembangkan .Contoh numerik bertujuan untuk
III-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjelaskan bagaimana model bekerja bila diterapkan pada sistem nyata. Contoh numerik pada penelitian ini mengacu pada contoh numerik pada penelitian Feng dkk (2001) dan diselesaikan dengan menggunakan bantuan Risk Solver v 11. 3.3
ANALISIS, KESIMPULAN DAN SARAN
1
Analisis Model Tahap analisis dilakukan guna menjelaskan model yang telah dibuat.
Analisis pada pengembangan model ini adalah analisis sensitivitas. Analisis ini dilakukan dengan membuat beberapa skenario penyelesaian masalah utama menggunakan beberapa pengubahan parameter. Tujuannya adalah untuk menunjukkan seberapa sensitif model tersebut terhadap satu atau lebih faktor yang terkait di dalam model. 2
Kesimpulan dan saran Tahap kesimpulan dan saran merupakan tahap akhir dalam penelitian.
Kesimpulan harus dapat menjawab permasalahan yang ada yaitu pilihan pemasok terbaik dari alternatif yang ada dan kuantitas yang dipesan ke pemasok terpilih untuk masing-masing komponen. Saran yang diberikan mengacu pada hasil analisis dan ditujukan sebagai masukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. lanjut.
III-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENGEMBANGAN MODEL
4.1
DESKRIPSI SISTEM Deskripsi sistem digambarkan oleh gambar 4.1. Suatu produk rakitan
terdiri dari beberapa komponen, komponen tersebut dapat diperoleh dengan memproduksi sendiri (make) atau melakukan outsourcing (buy). Dalam kegiatan make terjadi pemilihan proses untuk memproduksi suatu komponen. Kapabilitas, toleransi dan kualitas produk menjadi aspek yang dipertimbangkan dalam pemilihan proses tersebut. Sedangkan aspek pemilihan pemasok yang dilakukan untuk kegiatan buy adalah harga, kualitas dan toleransi.
Gambar 4.1 Deskripsi sistem
Perusahaan
perakitan
tersebut
menginginkan
agar
perusahaannya
memproduksi sendiri komponen untuk produksinya. Namun, karena keterbatasan kapasitas produksi perusahaan dan kapabilitas mesin yang dimiliki perusahaan.
IV-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perusahaan harus melakukan outsourcing untuk memenuhi permintaan. Dengan kata lain, kapasitas dan kapabilitas mesin menjadi acuan perusahaan dalam melakukan kegiatan outsourcing. Pada alternatif make, setiap alternatif mesin ke-m yang memproduksi komponen rakitan ke-i menghasilkan variansi kualitas dimensi komponen. Variansi proses setiap komponen rakitan ke-i yang diproduksi pada mesin ke-m harus lebih kecil atau sama dengan spesifikasi toleransi dimensi sesuai desain. Setiap komponen diasumsikan dapat diproduksi pada mesin manapun, sehingga mesin yang terpilih dapat lebih dari satu. Setiap mesin mempunyai beberapa tipe karakteristik berbeda dalam hal toleransi dan biaya manufaktur komponen. Pada alternatif buy, setiap alternatif perusahaan ke-j yang memproduksi komponen rakitan ke-i menghasilkan variansi kualitas dimensi komponen dari toleransinya. Setiap komponen diasumsikan dapat dibeli secara bebas dari pemasok manapun, sehingga pemasok yang terpilih dapat lebih dari satu. Setiap pemasok mempunyai beberapa tipe karakteristik yang berbeda dalam hal toleransi dan harga beli komponen. Semakin ketat toleransi akan memperbesar biaya manufaktur atau harga beli komponen. Apabila dipilih toleransi yang longgar, akan menyebabkan biaya manufaktur atau harga beli komponen menjadi lebih murah namun akan terjadi penyimpangan toleransi produk rakitan terhadap nilai targetnya sehingga akan muncul biaya kerugian kualitas dan scrap. Toleransi yang terjadi diasumsikan berdistribusi normal dan independent.
4.1.2 INFLUENCE DIAGRAM Influence diagram dapat menggambarkan karakteristik model make or buy analysis yang akan dibangun. Dari influence diagram tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa variabel yang mempengaruhi total biaya dalam model make or buy ini yaitu total biaya manufaktur, total biaya kerugian kualitas dan total biaya scrap. Gambaran tentang variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pemilihan proses dapat dilihan pada Gambar 4.2.
IV-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.2 Influence diagram Pemilihan make or buy yang digunakan dalam model ini berdasarkan kualitas, kemampuan produksi setiap mesin dan kapasitas yang dimiliki pemasok dan mesin. Apabila kapasitas seluruh mesin tidak mencukupi kebutuhan tetapi kualitas dari produk yang dihasilkan mesin tersebut memenuhi standar maka akan ada outsourcing ke pemasok untuk menutupi kekurangan tersebut. Bila kualitas dari mesin tidak memenuhi syarat maka akan dilakukan kegiatan buy ke pemasok. Toleransi dan kapabilitas akan berpengaruh terhadap variansi di tiap komponennya. Variansi di tingkat komponen berpengaruh terhadap variansi di tingkat rakitan, variansi rakitan produk harus seuai dengan target toleransi rakitan.
IV-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Variansi di tingkat ini akan menentukan kerugian kualitas dan biaya scrap yang akan dialami perusahan. Total biaya kerugian kualitas diketahui dari diketahuinya biaya kerugian kualitas, alokasi komponen serta variansi. Total biaya scrap diketahui dari alokasi dan peluang terjadinya. Mesin atau pemasok terpilih memiliki biaya manufaktur atau harga pembelian untuk setiap unitnya berdasarkan jumlah pesanan. Biaya manufaktur dan alokasi komponen akan menghasilkan total biaya manufaktur. Total biaya kerugian kualitas, manufaktur, dan biaya scrap biaya total yang harus ditanggung oleh perusahaan.
4.2
PENENTUAN FUNGSI TUJUAN Fungsi tujuan pada penelitian ini bertujuan untuk meminimasi total biaya
yang meliputi biaya manufaktur, biaya kerugian kualitas, dan biaya scrap dengan mengacu pada penelitian Feng (2001), Chase dkk (1990) dan Solaiman dkk. (2008). Sehingga fungsi tujuan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam Persamaaan (4.1). Penjabaran biaya kerugian kualitas dapat dilihat pada Persamaan (2.13) dengan melakukan penyesuaian pada mesin dan pemasok yang dipilih. Min Dimana
=
Q
(4.1)
= biaya manufaktur
Q
= total kerugian kualitas dari permintaan D
= total biaya scrap Kriteria biaya manufaktur dalam pemilihan proses (make) ini mengacu pada penelitian Chase dkk. (1990). Fungsi tujuan dalam penelitian tersebut ditunjukkan pada Persamaan (2.13). Sedangkan, untuk biaya manufaktur dalam kegiatan pemilihan pemasok mengacu pada penelitian Feng dkk. (2001). Biaya manufaktur pada penelitian ini merupakan penjumlahan dari kegiatan make dan buy sehingga biaya manufktur pada penelitian ini dapat dilihat pada Persamaan (4.2).
IV-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I i=1
Dimana
(4.2)
= biaya pembelian pemasok j untuk komponen i per unit = biaya manufaktur mesin m untuk komponen i per unit
= alokasi komponen yang diproduksi mesin m untuk komponen i = alokasi komponen yang dibeli dari pemasok j untuk komponen i
= binary integer pemasok j untuk komponen i = binary integer mesin m untuk komponen i Kriteria biaya kerugian kualitas mengacu pada penelitian Feng dkk. (2001). Model tersebut menjelaskan bahwa biaya kerugian kualitas timbul akibat pergeseran toleransi rakitan terhadap targetnya (Taguchi Quality Loss). Persamaan kerugian kualitas untuk komponen tunggal adalah sebagai berikut : (4.3) Dimana : L = fungsi kerugian kualitas = estimasi biaya kerugian kualitas tiap satuan penyimpangan = biaya kerugian kualitas = penyimpangan aktual yang terjadi Estimasi kerugian kualitas untuk toleransi komponen yang berdistribusi normal dengan variasi proses manufaktur sebesar 3 sigma adalah , QL =E L x =E a x-µ Dimana
2
=a
2
-
x-µ p x d x =a
2
(4.4)
QL = total kerugian kualitas untuk seluruh rakitan = estimasi kerugian kualitas a = estimasi biaya kerugian kualitas tiap satuan penyimpangan 2
= variansi komponen
µ
= dimensi rata-rata produk
x
= dimensi yang didapat dari proses manufaktur
IV-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan untuk kerugian kualitas benda yang tersusun dari beberapa komponen didapatkan dari penjumlahan kerugian kualitas komponen tunggalnya. Sehingga kerugian kualitas untuk multi-komponen dirumuskan dalam Persamaan (4.5). QL =E L x1 ,x2 ,..,xi =E
I i=1 a
x-µ
2
=
I 2 i=1 ai i
(4.5)
koefisien kerugian kualitas a pada Persamaan 4.5 disubtitusi dengan
, dengan
T adalah batas toleransi pada satu sisi dari suatu rantai toleransi. Sehingga didapat Persamaan (4.6). QL =
A T2
I 2 i=1 i
(4.6)
Dengan mempertimbangkan batas capability of process
maka
i
akan menjadi
. Kemudian total kerugian kualitas untuk multi-komponen menjadi
QL =
A 9T2
I 2 i=1 t i
(4.7)
Penentuan biaya kerugian kualitas dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Feng dkk. (2001) (Persamaan (2.13)). Namun, pada penelitian ini dilakukan penyesuaian terhadap persamaan (2.13), agar persamaan tersebut dapat memperhitungkan alokasi dan kerugian kualitas dari kegiatan make. Sehingga , kerugian kualitas yang digunakan pada penelitian ini ditulis dalam Persamaan (4.8). tij
Q
Cpk
Dimana: t im t ij
(4.8)
= toleransi komponen i yang diproduksi mesin = toleransi komponen i yang dibeli dari pemasok j = alokasi komponen yang diproduksi mesin m untuk komponen i = alokasi komponen yang dibeli dari pemasok j untuk komponen i
A
= biaya kerugian kualitas
Cpk
= capability index masing-masing pemasok
IV-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kriteria lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya scrap. Biaya scrap timbul karena adanya hasil produksi yang diluar batas spesifikasi rakitan. merupakan biaya scrap yang harus ditanggung perusahaan. E(S) merupakan ekspektasi terjadinya scrap rework dan
adalah biaya scrap per satu produk.
Sehingga persamaan untuk total biaya scrap ditunjukan oleh persamaan (4.9). = Dimana
(4.9)
= total biaya scrap yang ditanggung perusahaan = jumlah permintaan produk = peluang terjadinya scrap = biaya scrap
Maka kriteria biaya scrap dapat dirumuskan sebagai berikut : E(
(4.10)
(4.11)
(4.12) Karena setiap komponen i dapat dipasok dari lebih satu pemasok, maka digunakan
kombinasi
variansi
untuk
mewakili
variansi
komponen
i
(Oshungade,1998).
4.3
BATASAN YANG DIPERTIMBANGKAN
4.3.1 Batasan Toleransi Rakitan Kendala toleransi rakitan pada model ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Feng dkk. (2001). Toleransi rakitan dihitung berdasarkan variansi masing-masing komponen penyusunnya. Batasan kualitas diberikan agar
IV-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akomodasi toleransi komponen tidak melebihi batas toleransi rakitan TR. Batasan tersebut terdapat pada Persamaan (4.14).
im
Dimana
(4.14)
ij
= turunan parsial persamaan dimensi fungsional komponen i im
= variansi komponen i yang dibeli dari pemasok j
ij k
= variansi komponen i yang diproduksi mesin m
2
= variansi rakitan yang diizinkan
Dengan memperhitungkan indeks kapabilitas, maka persamaan (4.14) dapat ditulis menjadi persamaan (4.15). tim
Ik i=1
Cpk
Dimana
2 i
tij
Tk
Cpk
Cp
2
(4.15)
= turunan parsial persamaan dimensi fungsional komponen i t im
= toleransi komponen i yang diproduksi mesin m
t ij
= toleransi komponen i yang dibeli dari pemasok j
Cpk
= capability index masing-masing mesin dan pemasok
Tk2
= toleransi rakitan yang diizinkan
Berbeda dari Feng dkk (2001) kendala toleransi mengunakan worst case dari alokasi komponen i yang terpilih. Sedangkan dalam pemilihan proses, variansi mesin untuk memproduksi suatu komponen harus kurang dari variansi desain yang ditentukan untuk komponen tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan (4.16). (4.16) Dimana
Sim
= variansi komponen i yang diproduksi mesin m = variansi desain komponen i
IV-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.3.2 Batasan Kapasitas Produksi Mesin Model dalam penelitian ini mempertimbangkan keterbatasan jumlah komponen yang dapat diproduksi pada setiap mesin. Jumlah komponen yang diproduksi pada satu mesin tidak dapat melebihi kapasitas produksi mesin tersebut. <
(4.17) (4.18)
Variabel
menunjukkan jumlah komponen ke i yang diproduksi pada
mesin ke m dan konstanta
menunjukkan kapasitas mesin ke m. Sedangkan
menunjukkan jumlah komponen ke i konstanta
yang dipesan pada pemasok ke j dan
menunjukkan kapasitas pemasok ke j untuk pesanan komponen i.
4.3.3 Batasan Jumlah yang Diproduksi Batasan lain yang dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah batasan jumlah produk rakitan yang diproduksi. Batasan ini mengacu pada penelitian Teeravaraprug (2008) . Batasan tersebut kemudian disesuaikan untuk melakukan make or buy analysis menjadi Persamaan (4.19). 4.19) Persamaan ini menunjukkan bahwa jumlah produk rakitan yang diproduksi (make)
atau dipesan ke pemasok (buy) harus sesuai dengan jumlah pesanan
komponen. Dengan kata lain , jumlah demand untuk komponen i harus terpenuhi oleh kegiatan make dan kegiatan buy.
IV-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.3.4 Batasan Minimal Pemilihan Proses dan Pemasok Untuk Setiap Komponen Mengacu pada model yang dikembangkan oleh Rajan dkk. (2010), batasan minimum jumlah mesin dan pemasok yang digunakan untuk memproduksi komponen dapat dirumuskan dalam Persamaan (4.20). (4.20) Persamaan tersebut menunjukkan bahwa minimal harus terpilih satu mesin atau satu pemasok untuk setiap komponen. Dengan kata lain, harus ada mesin atau pemasok yang terpilih untuk memenuhi permintaan komponen. 4.3.5 Batasan Biner Batasan ini menunjukkan bahwa
dan
bernilai biner (0 jika tidak terpilih
dan 1 jika terpilih). (4.21) (4.22) Perusahaan perakitan tersebut menginginkan agar perusahaannya tidak bergantung pada berusahaan lain dalam produksinya. Oleh karena itu, bernilai 0 jika
dan
akan
, perusahaan
tidak dapat memilih pemasok dari outsourcing. Sedangkan bila dalam kondisi sebaliknya perusahaan dapat memilih pemasok dari luar (0 bila tidak terpilih , 1 bila terpilih). Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahanaan akan memfokuskan pengadaan komponen dengan kegiatan make selama kapasitas mesin dan kualitas hasil dari produksi komponen tersebut memenuhi standart spesifikasi. Sedangkan persamaan di bawah ini menyatakan bahwa jumlah komponen yang diproduksi xij dan xij harus lebih besar dari nol. intejer
(4.23)
intejer
(4.24)
IV-10
perpustakaan.uns.ac.id
4.4
digilib.uns.ac.id
VALIDASI INTERNAL
4.4.1 Fungsi Tujuan Persamaan (4.11) I
Min
=
Q i=1
Total kerugian kualitas Q
Q
Q
telah dijabarkan dalam Persamaan (4.7)
i
Q
i
tij
Q
Cpk
Sehingga fungsi tujuan menjadi sebagai berikut : I i=1 tij Cpk
(4.24)
Dimana = biaya pembelian per unit (rupiah ) = biaya manufaktur per unit (rupiah)
= alokasi komponen yang diproduksi mesin m untuk komponen i (unit) = alokasi komponen yang dibeli dari pemasok j untuk komponen
i (unit) = total biaya scrap (rupiah) t im
= toleransi komponen i yang diproduksi mesin m (mm)
t ij
= toleransi komponen i yang dibeli dari pemasok j (mm)
IV-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tk
= batasan toleransi rakitan dari sejumlah m rantai dimensi (mm)
A
= biaya kerugian kualitas (Rupiah/unit)
Cpk
= capability index masing-masing pemasok
Validasi : Rp unit × mm2 × unit mm2
Rp unit+ unit
(Valid)
4.4.2 Batasan yang Dipertimbangkan Persamaan (4.15) tim
Ik i=1
2
Cpk
Dimana
i
tij
Tk
Cpk
Cp
2
= turunan parsial dimensi fungsional dari komponen i t im
= toleransi komponen i yang diproduksi mesin m (mm)
t ij
= toleransi komponen i yang dibeli dari pemasok j (mm)
bijk
= binary integer bernilai 1 jika bernilai 0 jika
Tk
i terpilih diproses di mesin j pada tipe k i tidak diproses di mesin j pada tipe
= batasan toleransi rakitan dari sejumlah k rantai dimensi (mm)
Cp
= capability index perusahaan perakit
k
= indeks rantai dimensi
Validasi : mm2 mm2 Persamaan (4.20)
IV-12
(Valid)
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana
digilib.uns.ac.id
= binary integer bernilai 1 jika bernilai 0 jika
i terpilih diproses di mesin m i tidak diproses di mesin m
= toleransi komponen ke i yang diproses dengan mesin ke m (mm) = variansi target untuk produksi komponen i (mm)
Validasi : mm2 mm2
(Valid)
Persamaan (4.15)
<
Dimana
kim
= kapasitas total produksi mesin j tipe k (unit)
xim
= kuantitas komponen i yang diproduksi pada mesin m di tipe mesin k (unit)
Validasi : (Valid) Persamaan (4.18)
Dimana
= kuantitas komponen ke i yang diproduksi (unit) D
= kuantitas pesanan (unit)
Validasi : =
IV-13
(Valid)
perpustakaan.uns.ac.id
4.5
digilib.uns.ac.id
CONTOH NUMERIK
4.5.1 Definisi Masalah Contoh numerik digunakan untuk menunjukkan aplikasi model yang telah dikembangkan . Contoh kasus dalam penelitian ini mengacu pada kasus didalam penelitian yang dilakukan oleh Feng dkk. (2001) dengan melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan. Contoh produk rakitan tersusun atas tiga komponen yaitu x1, x2, dan x3 (Gambar 4.3).
X1
X2
X3
r
Gambar 4.3 Produk Rakitan Beserta Komponen Penyusunnya Sumber : Feng dkk. (2001)
Persamaan (22) menunjukkan dimensi fungsional rakitan. Spesifikasi nilai target produk rakitan adalah r = 60,000 ± 0,005 mm. Komponen penyusunnya yaitu x1, x2, dan x3 diasumsikan berdistribusi normal dan independent dengan rataan µ1 = 10,000 mm, µ2 = 30,000 mm, µ3 = 20,000 mm. r x = x1 + x2 + x3
(22)
Komponen-komponen yang menyusun produk rakitan tersebut diasumsikan diprioritaskan untuk diproduksi sendiri oleh perusahaan dengan beberapa pilihan proses selama kualitas dan permintaan dapat terpenuhi. Bila syarat tersebut tidak terpenuhi maka perusahaan dapat melakukan pemesanan sebagian jenis komponen atau seluruhnya ke beberapa pemasok dengan perjanjian dan pengawasan tertentu. Setiap mesin dan pemasok mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal biaya manufaktur dan toleransi yang bisa dihasilkan. Pada contoh numerik ini diasumsikan semua mesin memiliki indeks kapabilitas proses sama yaitu Cp = 1.
IV-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Komponen penyusun (bill of material)
digunakan untuk mengetahui
komposisi komponen yang digunakan untuk membuat sebuah produk rakitan. Komposisi komponen penyusun (bill of material) terhadap produk rakitan dapat dilihat pada Gambar 4.4
Gambar 4.4 Komposisi Komponen Penyusun (Bill Of Material) Produk Rakitan
Pada contoh numerik ini akan ditampilkan tiga data kasus. Pada kasus pertama dan kedua memiliki data harga dan toleransi yang sama (Tabel 4.2). Sedangkan kasus ketiga memiliki data toleransi yang berbeda dari kasus lainnya (Tabel 4.3). Data permintaan untuk kasus pertama adalah sejumlah 200 unit, untuk kasus kedua berjumlah 100 unit dan kasus ketiga berjumlah 100 unit. Data kapasitas dalam ketiga kasus tersebut dibuat sama dan ditunjukan oleh Tabel 4.1. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan kondisi yang mungkin pada model ini.
Tabel 4.1 Kapasitas Maksimum Pemasok Untuk Setiap Komponen
75 75 75
75 75 75
IV-15
75 75 75
250
250
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2 Data Harga Pembelian dan Toleransi Untuk Setiap Komponen
Komponen 1 Pemasok Toleransi Harga (mm) (IDR) 1 0,021 61.000 2 0,0125 30.000 3 0,022 20.400
Komponen 2 Toleransi Harga (mm) (IDR) 0,01 82.700 0,028 56.600 0,03 34.800
Komponen 3 Toleransi Harga (mm) (IDR) 0,02 69.700 0,025 39.200 0,01 26.700
Komponen 1 Toleransi Harga (mm) (IDR) 0,02 10.000 0,0025 15.000
Komponen 2 Toleransi Harga (mm) (IDR) 0,012 10.000 0,02 9.000
Komponen 3 Toleransi Harga (mm) (IDR) 0,022 8.000 0,018 10.000
mesin 1 2
Sumber : Feng dkk., 2001
Tabel 4.3 Data Harga Pembelian dan Toleransi Untuk Setiap Komponen
1 2 3
Komponen 1 Toleransi Harga (mm) (IDR) 0,021 61.000 0,0125 30.000 0,022 20.400
Komponen 2 Toleransi Harga (mm) (IDR) 0,01 82.700 0,028 56.600 0,03 34.800
Komponen 3 Toleransi Harga (mm) (IDR) 0,02 69.700 0,025 39.200 0,01 26.700
mesin 1 2
Komponen 1 Toleransi Harga (mm) (IDR) 0,032 10.000 0,0025 15.000
Komponen 2 Toleransi Harga (mm) (IDR) 0,012 10.000 0,02 9.000
Komponen 3 Toleransi Harga (mm) (IDR) 0,022 8.000 0,018 10.000
Pemasok
Sumber : Feng dkk., 2001
Pada kasus pertama, Hasil yang didapat dengan mengunakan model dalam penelitian ini dapat dilihat di Tabel 4.4. Dari hasil optimisasi diketahui bahwa komponen 1 diproses pada mesin 1dengan alokasi 100 unit dan membeli dari pemasok 3 dengan alokasi 50 unit. Komponen 2 diproduksi di mesin 1dan mesin 2 dengan alokasi jumlah komponen sebesar 50 dan 100 unit. Komponen 3
IV-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diproduksi di mesin 1 dan mesin 2 dengan jumlah komponen yang diproduksi sebesar 100 dan 50 unit serta membeli kepada suplier 3 sebanyak 50 unit. Total biaya yang diperlukan untuk memproduksi pesanan adalah sebesar Rp 7.307.835. Tabel 4.4 Hasil Penyelesaian Kasus Pertama
Pada kasus kedua, perusahaan perakit mempunyai permintaan sebanyak 100 unit produk rakitan. Hasil yang didapat dengan mengunakan model dalam penelitian ini dapat dilihat di Tabel 4.5. Dari hasil optimisasi diketahui bahwa komponen 1 diproses pada mesin 1 dengan alokasi 100 unit. Komponen 2 diproduksi di mesin 2 dengan alokasi jumlah komponen sebesar 100 unit. Komponen 3 diproduksi di mesin 1 dan mesin 2 dengan jumlah komponen yang diproduksi sebesar 75 dan 25 unit.Total biaya yang diperlukan untuk memproduksi pesanan adalah sebesar Rp 2.7000.000. Tabel 4.5 Hasil Penyelesaian Kasus Kedua
Pada kasus ketiga, perusahaan perakit mempunyai permintaan yang sama dengan kasus kedua tapi memiliki data toleransi yang berbeda. Hasil yang didapat dengan mengunakan model dalam penelitian ini dapat dilihat di Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Penyelesaian Kasus Ketiga
IV-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari hasil optimisasi diketahui bahwa komponen 1 diproses pada mesin 2 dengan alokasi 100 unit. Komponen 2 diproduksi di mesin 2 dengan alokasi jumlah komponen sebesar 100 unit. Komponen 3 diproduksi di mesin 1 dengan jumlah komponen yang diproduksi sebesar 100 unit. Hasil alokasi berbeda dengan kasus kedua karena pada kasus ini meski memiliki demand yang sama dengan kasus kedua namun toleransi untuk komponen di mesin 1 tidak memenuhi standart kualitas. Total biaya yang diperlukan untuk memproduksi pesanan adalah sebesar Rp 3.239.582
IV-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V ANALISIS MODEL Analisis dilakukan guna menjelaskan model yang telah dibuat. Analisis pada pengembangan model ini adalah analisis sensitivitas. Analisis ini dilakukan dengan membuat beberapa skenario penyelesaian masalah utama menggunakan beberapa pengubahan parameter. Parameter yang akan diubah adalah biaya kerugian kualitas (A), kapabilitas, permintaan dan kapasitas jumlah komponen untuk setiap pemasok atau mesin. Skenario analisis sensitivitas ditabelkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Skenario Analisis Sensitivitas
Biaya kerugian kualitas (A) akan diubah dari awalnya Rp 0,00 menjadi Rp 1.000.000,- yang kemudian diubah menjadi Rp 3.000.000,- . Hal tersebut dilakukan untuk melihat pengaruh biaya kerugian kualitas terhadap model. Selain itu, indeks kapabilitas akan diubah dari awalnya 0,75 menjadi 1 kemudian diubah kembali menjadi 1,25. Kapasitas jumlah komponen akan diubah dari kondisi dimana mesin yang ada dapat memenuhi permintaan komponen kemudian diubah hingga mesin tidak mampu memenuhi permintaan sehingga membutuhkan pemasok. Selain itu, kapasitas pemasok pun akan dirubah untuk mengetahui respon model terhadap kapasitas. Pertama-tama, kapasitas mesin akan mampu memenuhi 100 item produk rakitan. Kemudian, permintaan akan berubah menjadi 200 item produk rakitan sehingga kapasitas mesin yang ada tidak mampu memenuhi permintaan. Hasil komputasi dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 tersebut menunjukkan pemasok terpilih untuk beberapa skenario perubahan parameter. Sebagai contohnya, untuk kasus 1, dengan skenario kapasitas jenis pemasok adalah 3 untuk semua pemasok, serta kapasitas jumlah
V-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
semua pemasok adalah 100 item untuk semua komponen, pada saat A = 0 terpilih pemasok 3 untuk komponen 1, 2, dan 3. Sedangkan ketika A meningkat menjadi 1.067.000 (masih pada kasus yang sama, yaitu kasus 1) terpilih pemasok 3 untuk komponen 1, 2, dan 3.
5.1
PENGARUH BIAYA KERUGIAN KUALITAS Perubahan biaya kerugian kualitas berpengaruh terhadap pemilihan
pemasok dan toleransi. Saat biaya kerugian kualitas (A) bernilai 0 (kasus 2), alokasi terpilih adalah mesin 1 memproduksi 100 unit komponen 1 sedangkan mesin 2 memproduksi 100 unit komponen 2 dan 100 unit komponen 3. Ketika biaya kerugian kualitas (A) bernilai Rp 1.000.000,- terjadi perubahan pada alokasi yang terpilih, mesin 1 memproduksi 100 unit komponen 2 dan 3 sedangkan mesin 2 memproduksi 100 unit komponen 1. Hal tersebut terjadi dikarenakan ketika A= 0 model cenderung memilih komponen yang diproduksi dengan biaya manufaktur yang rendah sedangkan ketika A naik menjadi Rp 1.000.000,- model mempertimbangkan aspek toleransi dari produksi komponen tersebut sehingga ada perubahan dalam penentuan alokasi.
V-2
Pemasok Terpilih
Kapasita s Pemasok
(IDR)
A= 300000 0 Biaya
(IDR)
A= 100000 Biaya
Biaya (IDR)
A=0
Jumlah (item)
Kasus Pemasok CP Permintaan
14.741.553 11.241.481 3.500.000 71,77
Sc
71,77
7.247.232 3.747.160 3500000
K2 K3 T Q M
Sc K1
K2 K3 T Q M
K3 T Q M Sc K1 3.040.280 0 3000000 40.280
300
100
100
100
100 100 100
M1
100
100 100 100
1 P3 0,75 100
K2
100 100 100
P2
K1
K1 K2 K3
P1
100
100
100
100
100
300
M2
V-3
100 100 100
P1
100 100 100
P2
0,00170
9.823.333 6.323.333 3.500.000
0
5.607.778 2.107.778 3.500.000
2.902.302 0 2900000 2.302
100 100 100
2 P3 1 100
Tabel 5.2 Hasil Komputasi Model
100
100
100
300
M1
100
100
100
100
100
100
300
M2
100 100 100
P1
100 100 100
P2
0
7.546.933 4.046.933 3.500.000
0
4.848.978 1.348.978 3.500.000
2.900.007 0 2900000 7
100 100 100
3 P3 1,25 100
100
100
100
300
M1
100
100
100
100
100
100
300
M2
Pemasok Terpilih
Kapasitas Pemasok
(IDR)
A= 3000000 Biaya
(IDR)
A= 100000 Biaya
Biaya (IDR)
A=0
14.741.553 11.241.481 3.500.000 71,77
Sc
71,77
7.247.232 3.747.160 3500000
K2 K3 T Q M
Sc K1
K2 K3 T Q M
3.040.280 0 3000000 40.280
100
100
100
K3 T Q M Sc K1
K2
300
M1
100
75 75 75
4
K1
50 50 50
50 50 50
K1 K2 K3
P3 0,75
Jumlah (item)
P2 100
P1
Permintaan
Kasus Pemasok CP
100
100
100
100
100
250
M2
V-4
50 50 50
P1
100 100 100
P2
0,00170
9.823.333 6.323.333 3.500.000
0
5.607.778 2.107.778 3.500.000
2.902.302 0 2900000 2.302
75 75 75
100
P3 1
5
100
100
100
250
M1
100
100
100
100
100
100
300
M2
75 50 75
P1
50 75 50
P2
0
7.546.933 4.046.933 3.500.000
0
4.848.978 1.348.978 3.500.000
2.900.007 0 2900000 7
75 50 75
100
P3 1,25
6
100
100
100
100
M1
100
100
100
100
100
100
200
M2
Pemasok Terpilih
A= 2134000 Biaya (IDR)
A= 1067000 Biaya (IDR)
Biaya (IDR)
A= 0
CP Permintaan Jumlah Kapasitas (item) Pemasok
K3 T Q M
K1 K2
K3 T Q M
Sc K1 K2
K1 K2 K3 K1 K2 K3 T Q M
100 100 100
100 100 100
29.282.977 22.482.963 6.800.000 14
14.294.335 7.494.321 6.800.000 14,354
1.962,948
5.751.962,948 0 5.750.000
0,75 200 100 100 100
7 P2
P3
P1
Kasus
Pemasok
100
200
100
200
50 50 200
150 150
100
200
100
200
300
M2
300
M1
V-5
100 100 100
P1
25
25
100 100 100 25
P2
8
75 69.355.240 58.630.000 10.642.500
75 30.268.573 19.543.333 10.642.500 82.740 75 75
130.717 75 75
1 200 75 75 75 75 75 75 10.473.217 0 10.342.500
P3
125
125
125
125
100 125 25
250
M1
100
100
100
100
M2
100 100 100
P1
75 75 75
P2
9
100 20.762.667 11.402.667 9.360.000
100 13.160.889 3.800.889 9.360.000 0
50
0,0024
100 8.340.000 0 8.340.000
1,25 200 100 100 100 50
P3
100 100
100 100
100 100
200
M1
100
100 50
100
100 50
50 100 100
250
M2
Keterangan Tabel P1 : Pemasok 1 P2 : Pemasok 2 P3 : Pemasok 3 K1 : Komponen 1 K2 : Komponen 2 K3 : Komponen 3 A : Biaya Kerugian Kualitas (IDR) M : Biaya Manufaktur (IDR) Q : Total Biaya Kerugian Kualitas (IDR) T : Biaya Total (IDR) Sc : Total biaya Scrap (IDR)
V-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada saat A menjadi Rp 3.000.000,- tidak ada perubahan alokasi terpilih jika dibandingkan ketika A bernilai Rp 1.000.000,- . Hal tersebut dikarenakan perubahan biaya kerugian kualitas dari Rp 1.000.000,- menjadi Rp 3.000.000,tidak terlalu berpengaruh terhadap model, berbeda ketika perubahan dari Rp 0 ke Rp 1.000.000,- dari awalnya tidak memperhitungkan biaya kerugian (Rp 0) kualitas menjadi memperhitungkannya (Rp 1.000.000,-). Perubahan besarnya biaya kerugian kualitas akan membuat model berusaha menyeimbangkan antara biaya pembelian dan biaya total kerugian kualitas dengan memilih alternatif yang mempunyai toleransi lebih ketat. Perubahan biaya kerugian kualitas berpengaruh terhadap konsekuensi biaya yang terjadi akibat pemilihan pemasok. Ketika A = 0 hanya Manufaktur yang terjadi sehingga total biayanya adalah sebesar biaya pembelian tersebut, yaitu Rp 2.902.301,7. Biaya manufaktur mengalami perubahan ketika biaya kerugian kualitas meningkat menjadi Rp 1.000.000,- karena ada perubahan alokasi komponen terhadap alokasi terpilih. Namun, ketika biaya kerugian kualitas meningkat menjadi Rp 3.000.000,-
tidak ada perubahan terhadap alokasi
komponen sehingga hanya mempengaruhi kenaikan total biaya dan total biaya kerugian kualitas saja.
Gambar 5.1 Pengaruh A Terhadap Komponen Biaya Pada Kasus 1
V-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengaruh perubahan biaya kerugian kualitas terhadap komponen biaya yang terjadi dapat dilihat pada gambar 5.1. Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa total biaya mengalami peningkatan secara linier seiring dengan adanya peningkatan biaya kerugian kualitas. Biaya manufaktur dan biaya total kerugian kualitas pun mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan biaya kerugian kualitas.
5.2
PENGARUH INDEKS KAPABILITAS Indeks kapabilitas merupakan ukuran sederhana untuk menjelaskan
kemampuan suatu proses berjalan (Yang dan El-Haik, 2003). Pada kondisi awal (kasus 1) indeks yang digunakan adalah 0,75 yang menunjukan bahwa sistem berjalan tidak terlalu baik. Kemudian indeks kapabilitas dirubah dari 0,75 menjadi 1 (kasus 2) selanjutnya diubah menjadi 1,25 (kasus 3). Pada saat A= 0 dan indeks kapabilitas bernilai 0,75 dengan biaya scrap Rp 3.000.000,- total biaya scrap yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan alternatif indeks kapabilitas lainnya yaitu Rp 40.279,877. Ketika Indeks kapabilitas berubah menjadi 1 total biaya scrap yang dihasilkan menurun menjadi Rp 2.301,747. Total biaya scrap kembali turun ketika indeks kapabilitas diubah menjadi 1,25, total biaya scrap hanya Rp 7,08. Grafik perubahan total biaya scrap ditunjukan oleh gambar 5.2.
Gambar 5.2 Pengaruh Indeks Kapabilitas Terhadap Komponen Biaya Scrap
V-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketika biaya kerugian kualitas memiliki nilai, contohnya ketika bernilai Rp 1.000.000,- indeks kapabilitas tidak hanya mempengaruhi total biaya scrap saja tetapi berpengaruh juga terhadap biaya total kerugian kualitas. Total biaya kerugian kualitas ketika indeks kapabilitas bernilai 0,75 adalah sebesar Rp 3.747.160,49 . Nilai tersebut menurun ketika indeks kapabilitas dinaikan menjadi 1 total biaya kerugian kualitas menjadi Rp 2.107.777,78 kemudian turun menjadi Rp 1.348.977,78 ketika indeks kapabilitas dinaikan menjadi 1,25.
Gambar 5.2 Pengaruh Indeks Kapabilitas Terhadap Komponen Biaya
Pengaruh dari turunnya total biaya kerugian kualitas akan menyebabkan menurunnya total biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan. Turunnya total biaya berbanding lurus dengan penurunan total biaya kerugian kualitas. Sedangkan untuk biaya manufaktur tidak mengalami perubahan biaya, hal tersebut terjadi karena tidak adanya perubahan alokasi komponen pada alternatif yang ada. Grafik perubahan komponen biaya akibat perubahan indeks kapabilitas dapat dilihat pada gambar
5.3
PENGARUH
PERMINTAAN
DAN
KAPASITAS
JUMLAH
KOMPONEN PEMASOK Kapasitas jumlah menunjukkan berapa banyak (item) komponen yang dapat dialokasikan oleh alternatif yang ada. Pada kondisi ideal (kasus 1) ketika A = 0 V-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan permintaan adalah 100 item rakitan, alternatif mesin yang ada mampu menyediakan semua komponen sebanyak yang dibutuhkan oleh perusahaan, maka model akan memilih alternatif mesin yang ada dengan hanya memperhitungkan harga pembuatan paling murah untuk ketiga komponen. Ketika permintaan produk rakitan bertambah menjadi 200 item pada saat A=0 (kasus 7), memilih alternatif mesin yang memiliki harga paling murah. Hal tersebut menunjukan bahwa ketika biaya kerugian kualitas tidak diperhitungkan, model akan cenderung memilih alternatif dengan harga termurah dari alternatif yang mungkin. Sedangkan ketika biaya kerugian kualitas dipertimbangkan, model akan memilih alternatif berdasarkan biaya dan kerugian kualitas yang ditimbulkan dari alternatif yang ada. Oleh karena itu, pada kasus 1 ketika nilai A = Rp 1.000.000,ada perubahan alokasi terpilih. Komponen 1 menjadi diproduksi oleh mesin 2 sebanyak 100 unit sedangkan komponen 2 tetap diproduksi oleh mesin 1 sebanyak 100 unit dan komponen 3 diproduksi oleh mesin 2 sebanyak 100 unit. Ketika A= Rp 3.000.000,- tidak terjadi perubahan pemilihan alokasi. Pada kasus 7 ketika A= 1.000.000,- dengan permintaan produk rakitan sebanyak 200 unit terjadi perubahan alokasi komponen. Mesin 2 menjadi memproduksi 200 unit komponen 2 dan 100 unit komponen 3 dari yang awalnya hanya memproduksi 50 unit komponen 1, 50 unit komponen 2 dan 200 komponen3 . Sedangkan mesin 1 menjadi memproduksi 200 komponen 2 dan 100 unit komponen 3 dari yang awalnya memproduksi 150 unit komponen1 dan komponen 2. Perubahan alokasi komponen akan mempengaruhi total biaya dan total biaya kerugian kualitas yang ditanggung perusahaan. Hal tersebut dikarenakan perubahan alokasi akan menentukan perubahan harga manufaktuk dan akan berpengaruh terhadap toleransi komponen terpilih. Perubahan harga manufaktur akan berpengaruh terhadap total biaya sedangkan toleransi akan berpengaruh terhadap total biaya kerugian kualitas yang dialami perusahaan.
V-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN Kesimpulan dibuat untuk menjawab tujuan dari penelitian ini. Pengembangan dan analisis model yang telah dilakukan dapat menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1.
Pemasok atau mesin terpilih adalah alternatif yang dapat meminimalkan biaya pembelian dan total biaya kerugian kualitas.
2.
Naiknya harga biaya kerugian kualitas akan menyebabkan total biaya kerugian kualitas dan total biaya produksi naik secara linier. Sebaliknya, menurunnya harga biaya kerugian kualitas akan menyebabkan turunnya total biaya kerugian kualitas dan total biaya produksi secara linier.
3.
Perubahan biaya kerugian kualitas mempengaruhi pemilihan alternatif, toleransi rakitan, dan total biaya yang terjadi. Semakin besar biaya kerugian kualitas, menuntut terpilihnya alternatif dengan toleransi yang lebih ketat sehingga akan meningkatkan total biaya dan memperketat toleransi rakitan.
4.
Indeks kapabilitas mempengaruhi total biaya kerugian kualitas dan total biaya scrap. Perubahan indeks kapabilitas akan berbanding terbalik dengan perubahan total biaya kerugian kualitas dan total biaya scrap.
5.
Kapasitas mempengaruhi pemilihan alternatif. Berkurangnya kapasitas jumlah alternatif akan memberikan pengaruh terhadap alokasi komponen dan total biaya yang terjadi.
6.
Respon perubahan harga biaya kerugian kualitas tidak terlalu sensitif terhadap perubahan alokasi komponen terpililih di setiap pemasok atau proses.
VI-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6.2 SARAN Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini untuk penelitian yang akan datang adalah sebagai berikut: 1.
Pada penelitian berikutnya satu komponen dapat terdiri dari lebih dari satu karakteristik kualitas.
2.
Aspek
leadtime
dan
pembelian
komponen
dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya.
VI-2
dengan
diskon
dapat