MODEL IDEAL BASIC CLINICAL SKILL DALAM STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
TIM PENELITI dr. I Gde Haryo Ganesha, S.ked Gusti Ayu Rahayu Windaswari (1402005037)
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2015
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................... i Kata Pengantar ..................................................................................... ii Daftar Isi .............................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah .............................................................. 2 1.3 Tujuan .................................................................................. 2 1.4 Manfaat ................................................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 3 2.1 Definisi Kurikulum Berbasis Kompetensi .......................... 3 2.2 Metode Pembelajaran Berbasis Problem-Based Learning .. 3 2.3 Basic Clinical Skill pada metode Problem-Based Learning . 6 2.4 Basic Clinical Skill yang Ideal .............................................. 7 2.5 Aplikasi Basic Clinical Skill di Indonesia ............................. 10 BAB III SIMPULAN ........................................................................... 13 Daftar Pustaka ...................................................................................... 14 Lampiran
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Indonesia menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Kurikulum ini dijalankan dengan menggunakan metode yang dikenal dengan singkatannya yaitu SPICES. Dalam menjalankan metode ini menyebabkan adanya perubahan fokus pendidikan di Indonesia yang menjadi student centre learning yang dahulu menggunakan sistem teacher centre learning. Perubahan ini juga dilihat dari sistem pembelajaran yang digunakan yaitu dengan problem based learning. Sedangkan pada mahasiswa kedokteran mengingat akan profesinya kelak didunia kesehatan, akan dilakukan juga pelatihan clinical skill oleh masingmasing fakultas untuk mempersiapkan output dokter yang berkompeten sesuai yang diharapkan kurikulum.3 Dengan diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dalam menjalankan pendidikan di Indonesia maka dengan kata lain, setiap univeristas akan mempunyai cara ataupun proses tersendiri untuk mencapai output dokter yang ditetapkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem KBK ini melihat dari output yang dihasilkan bukan dari proses yang dijalankan. Melihat dari hal tersebut, dapat menimbulkan beberapa perbedaan dari universitas dalam menentukkan langkah yang tepat untuk proses pendidikan kedokteran. Adanya perbedaan proses ini kadang menyebabkan dapat tercapainya tujuan dari pelaksanaan KBK atau bahkan bisa menurunkan kualitas lulusan universitas tersebut. Clinical Skill menjadi salah satu pelatihan terpenting pada setiap bagian dari pendidikan dokter. Kemampuan untuk berpikir klinis dan keterampilan klinis mahasiswa kedokteran sangat diharapkan. Oleh karena itu "learning by doing", bertindak dalam hal ini melatih skill adalah sebagai salah satu cara efektif untuk belajar. Berlatarbelakang kurikulum berbasis kompetensi ini, secara tidak langsung menciptakan proses pelatihan clinical skill bagi mahasiswa pun berbeda disetiap univeritas yang didalamnya terdapat pendidikan dokter.4
iii
Beberapa universitas di Indonesia yang memiliki program pendidikan dokter tidak semuanya menerapkan pelatihan keterampilan klinis yang ideal. Namun, ada beberapa juga yang telah menerapkan pelatihan keterampilan klinis secara berjenjang. Pada penulisan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pelatihan Basic Clinical Skills yang ideal sebagai bagian dari penerapan strategi belajar Problem-Based Learning pada mahasiswa pendidikan dokter sesuai kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
1.2 Identifikasi Masalah Pada penjabaran latar belakang diatas, bahwa ada kaitannya mengenai penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada perguruan tinggi yang menggunakan strategi belajar Problem-Based Learning dengan pengaplikasiannya pada pelatihan Basic Clinical Skill, maka penulisan ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana pelatihan Basic Clinical Skill yang ideal sebagai bagian dari penerapan strategi belajar Problem-Based Learning pada mahasiswa pendidikan dokter sesuai kurikulum berbasis kompetensi (KBK)“.
1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui pelatihan Basic Clinical Skill yang ideal sebagai bagian dari penerapan strategi belajar Problem-Based Learning pada mahasiswa pendidikan dokter sesuai kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
1.4 Manfaat Manfaat dari penulisan ini agar pihak universitas dan mahasiswa dapat menerapkan pelatihan
Basic Clinical Skill yang ideal sebagai bagian dari
penerapan strategi belajar Problem-Based Learning pada mahasiswa pendidikan dokter sesuai kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
iv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) didesain berdasarkan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam sistem KBK tidak ditentukan proses ataupun langkah apa yang dilakukan untuk mencapai output yang diinginkan, melainkan dalam sistem ini hanya menetapkan kompetensi apa yang harus dicapai. Sehingga mahasiswa pun diberi kebebasan mencari informasi dari berbagai sumber.3 Kebijakan kurikulum berbasis kompetensi merupakan suatu kebijakan yang disusun serta dikeluarkan oleh pemerintah dengan tujuan dapat meningkatkan sumber daya manusia agar memiliki keahlian dibidangnya, produktif dan mampu bersaing dengan sumber daya manusia lainnya. 1 Kurikulum berbasis kompetensi pada dasarnya memberikan keleluasaan kepada perguruan tinggi dalam menyusun silabus modul kuliah yang disesuaikan dengan potensi perguruan tingginya. Sehingga dimungkinkan adanya keterjalinan ataupun komunikasi antara jalannya kurikulum satu wilayah dengan wilayah lainnya tanpa mengurangi kompetensi tertentu. Kurikulum berbasis kompetensi diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai yang ada dilingkungan pendidikan tersebut.1
2.2 Startegi Pembelajaran Berbasis Problem-Based Learning Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi tidak menitikberatkan pada proses yang dipilih oleh universitas, namun lebih kepada output yang harus dihasilkan dari pelaksaan kurikulum berbasis kompetensi ini. Proses yang fleksibel sesuai universitas itu sendiri. Dalam proses ini telah dikembangkan strategi belajar yang berbasis masalah, yaitu strategi Problem-Based Learning.
v
Problem-Based Learning adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini mahasiswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk
pengetahuan
dan
pengalaman
baru.
Diskusi
dengan
menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.3 Dalam metode belajar Problem-Based Learning menekankan beberapa integrasi agar tercapainya suatu proses belajar yang ideal untuk menghasilkan output mahasiswa yang berkualitas. Pembelajaran berbasis masalah ini menekankan integrasi antara teori dan praktek maupun aspekaspek materi dari sejumlah disiplin yang relevan, integrasi antara berbagai tahap proses belajar ke arah penguasaan kompetensi tertentu, integrasi antara keahlian dosen yang berbeda-beda dalam rangka pengembangan aneka blok tematik lewat kerja tim, menekankan tumbuhnya kompetensi pembelajaran dalam problem solving baik lewat belajar aktif dan kooperatif dalam kelompok-kelompok kecil maupun lewat independent atau self-directed learning dalam rangka menemukan solusi atas aneka kasus maupun problem nyata.6 Langkah penting dalam proses penerapan pembelajaran berbasis masalah yaitu generalisasi pada proses belajar diberbagai situasi dalam menerapkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan juga tingkah laku dalam menyelesaikan suatu permasalah medis. Seperti pemecahan masalah yang diberikan dalam proses pembelajaran dalam bentuk scenario.15 Ada
beberapa
pendekatan
sebagai
konsep
dasar
dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis masalah ini. Pendekatan ini dikenal dengan “the seven steps in PBL” yaitu15 : 1. Mahasiswa belajar dalam suatu kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diberikan dalam bentuk skenario 2. Mahasiswa dapat menetapkan masalah yang diberikan
vi
3. Pertukaran pendapat dalam kelompok dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menjelaskan fenomena yang terjadi dalam skenario yang diberikan 4. Kelompok mencapai simpulan sementara mengenai skenario yang diberikan 5. Kelompok merumuskan hasil dan tujuan pembelajaran 6. Mahasiswa belajar secara independen untuk mencapai hasil belajar yang optimal 7. Mahasiswa dapat bertemu kembali dengan kelompoknya untuk sharing pengetahuan yang diperoleh Dalam proses pembelajaran berbasis masalah, proses diskusi dilakukan dengan kelompok-kelompok kecil antara 7-10 orang untuk membahas masalah dalam bentuk skenario dan mencatat apa yang diketahui serta yang belum dimengerti. Proses pembelajaran dengan kelompok kecil ini disebut Small Group Discussion (SGD) Dalam jalannya diskusi, tugas dosen adalah mengamati seluruh proses dan menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran tersebut.2 Diskusi yang efektif dalam SGD yaitu fasilitator hanya memfasilitasi bukan untuk memberi jawaban dari permasalahan dalam skenario. Dan juga dalam diskusi SGD juga diharapkan mahasiswa dapat melatih keterampilan berbicara dalam hal ini dapat menjelaskan permasalahan dalam skenario dan juga membuat mahasiswa yang lain mengerti saat melakukan sharing informasi.16 Selain dari pembelajaran teori yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam kelompok diskusi, mahasiswa juga diharapkan dapat menerapkan teori tersebut dalam praktek klinis. Sehingga dibutuhkan pelatihan keterampilan klinis untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi segala permasalahan di dunia kerjanya kelak. Pelatihan clinical skill yang efektif yaitu diberikan secara berjenjang kepada mahasiswa pendidikan kedokteran. Penerapan pelatihan clinical skill sebagai proses menciptakan output dokter yang berkompeten tidak bisa lepas dari poin praktek dalam
vii
pembelajaran berbasis masalah. Poin praktek pada strategi pembelajaran Problem-Based Learning 7 : -
PBL adalah proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk menjadi terlibat aktif dalam kerja kelompok kolaboratif
-
PBL merupakan proses aktif dan mendalam dimana siswa harus mengambil tanggung jawab yang signifikan untuk menambah pengetahuan mereka
-
PBL membantu siswa berkembang menjadi reflektif dan praktisi yang kompeten Pembelajaran yang
memiliki motivasi dan emosional, dan dalam
kelompok PBL dapat menumbuhkan atau menghalangi ini tergantung pada keterampilan fasilitator -
Kunci untuk hasil yang sukses (mencapai tujuan pendidikan) untuk mahasiswa dan fakultas yaitu untuk memahami proses belajar dan peran mereka di dalamnya
2.3 Basic Clinical Skill pada Metode Problem-Based Learning Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dikenalkan metode SPICES, yang terdiri dari Student Centre, Problem Based Learning, Integrated, Community Based, Early Clinical Exposure, dan Structured.
Berdasarkan metode SPICES, akan terjadi perubahan
paradigma pendidikan kedokteran dari pembelajaran yang berpusat pada dosen (Teacher centre learning) kearah pembelajaran yang berpusat pada pelajar. Salah satu indikator pelaksanaan student centre learning dapat dilihat dari banyaknya fakultas kedokteran di dunia maupun di Indonesia yang menerapkan PBL. 3 Selain Problem-Based Learning didalam kurikulum berbasis kompetensi juga terdapat Clinical Skill yang wajib diketahui oleh mahasiswa kedokteran. Dengan diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK), maka output yang diharapkan adalah seorang lulusan dokter memiliki kompetensi yang disudah ditetapkan. Seorang lulusan pendidikan kedokteran harus mampu menunjukkan keterampilan kliniknya
viii
di dunia kerja. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa seorang lulusan dokter tersebut telah memiliki kompetensi klinik maka diperlukan suatu penilaian untuk mengukur kompetensi tersebut.3 Dengan adanya standar dokter yang telah ditentukan. Pelatihan Clinical Skill disetiap universitas dengan program studi pendidikan dokter pada khususnya wajib untuk diikuti oleh para mahasiswa. Dengan adanya penilaian untuk mengukur kompetensi kemampuan klinis, maka dalam pembelajaran ilmu kedokteran perlu diberikan Basic Clinical Skill untuk membantu menunjang keterampilan klinis para mahasiswa kedokteran. Dalam kompetensi klinis setiap mahasiswa terdapat empat komponen penting dalam pelatihannya, yaitu : ilmu pengetahuan yang menjadi dasar pelaksanaan keterampilan klinis, pemeriksaan fisik, pemecahan masalah, dan keterampilan dalam berkomunikasi. Keempat komponen ini wajib untuk mahasiswa kuasai dalam menjalankan profesinya kelak.8 Selain hal-hal tersebut diatas, jalannya proses pembelajaran pendidikan dokter di Indonesia terbagi menjadi dua tahap yang berkesinambungan, yaitu pendidikan tahap sarjana kedokteran dan tahap profesi. Pada saat menempuh pendidikan tahap profesi, mahasiswa akan dibimbing oleh dosen pembimbing klinik. Dosen pembimbing klinik adalah staf pada tiap departemen baik yang mempunyai status pegawai kementrian pendidikan nasional maupun kementrian kesehatan dan pegawai pemerintah propinsi dan daerah. Sehingga adanya pelatihan dasar keterampilan klinis sangat diperlukan sebelum mahasiswa menuju tahap pendidikan program profesi.9
2.4 Aplikasi Basic Clinical Skill di Indonesia Miller (1990) mengemukakan ada empat level keterampilan klinik yang terdiri dari Knows, Knows how, Show how dan does. Tingkat kemampuan keterampilan klinik didasarkan pada konsep Piramida Miller, sebagai berikut13 : a. Tingkat Kemampuan 1: Mengetahui dan Menjelaskan
ix
Dalam hal ini, lulusan dokter telah memiliki kemampuan untuk menjelaskan kepada teman sejawat, pasien ataupun klien tentang teori, prinsip, konsep, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul dan sebagainya, karena telah menguasai pengetahuan teoritis sebelumnya. b.
Tingkat
Kemampuan
2:
Pernah
Melihat
atau
pernah
didemonstrasikan Lulusan
dokter
memiliki
pengetahuan
teoritis
mengenai
keterampilan ini (baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selain itu, selama pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini. c. Tingkat kemampuan 3: Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi Dalam hal ini, lulusan dokter telah memiliki kemampuan untuk menjelaskan kepada teman sejawat, pasien ataupun klien tentang teori, prinsip, konsep, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul dan sebagainya, karena telah menguasai pengetahuan teoritis sebelumnya. Dan tentunya juga pernah didemonstrasikan keterampilan ini, serta pernah mempraktekkannya dibawah pengawasan. d. Tingkat kemampuan 4: Mampu melakukan secara mandiri Dalam hal ini, lulusan dokter telah memiliki kemampuan untuk menjelaskan kepada teman sejawat, pasien ataupun klien tentang teori, prinsip, konsep, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul dan sebagainya, karena telah menguasai pengetahuan teoritis sebelumnya. Dan tentunya juga pernah didemonstrasikan keterampilan ini, serta pernah mempraktekkannya dibawah pengawasan, dan memiliki pengalaman untuk menggunakan dan menerapkan keterampilan ini dalam konteks praktik dokter secara mandiri.
x
2.1 Gambar piramida Miller20
Penilaian keterampilan klinik selama ini umumnya menilai pada level knows dan knows how. Penilaian pada level ini tidak bisa memastikan kompetensi yang dimiliki seorang dokter. Penilaian show how dan does perlu dilakukan.3 Penilaian terhadap show how dan does perlu dilakukannya suatu proses belajar. Dalam hal ini mahasiswa kedokteran dapat melatihnya dengan pelatihan basic clinical skill yang menjadi salah satu program pokok disetiap universitas yang didalamnya terdapat program pendidikan dokter. Pelatihan keterampilan klinis adalah pelatihan yang bertujuan menyiapkan mahasiswa kedokteran dalam menghadapi kepaniteraan klinik. Idealnya, Pelatihan keterampilan klinis dimulai sejak awal semester, karena akan meningkatkan minat belajar mahasiswa dan memberikan persiapan yang lebih baik untuk menjalani kepaniteraan klinik.11 Banyak fakultas kedokteran di Indonesia baik PTS maupun PTN yang telah memberlakukan pelatihan keterampilan klinis sejak awal dan terintegrasi di dalam perkuliahan preklinik, seperti UPH, UNS, UGM, dan Unsoed.11 Fakultas kedokteran di seluruh dunia telah merancang suatu kurikulum dimana pelatihan keterampilan klinis diharapkan dapat menjembatani antara teori klinik dengan kemampuan klinik, di sisi lain, xi
pelatihan keterampilan klinis merupakan program yang tidak murah karena memakan banyak biaya untuk menyediakan fasilitas seperti alatalat keterampilan klinik.12 Di universitas Udayana program pendidikan dokter sendiri telah melakukan pelatihan keterampilan klinik secara berjenjang. Beberapa universitas dengan program pendidikan dokter di Indonesia juga masih ada yang belum mengaplikasikan pelatihan keterampilan klinis secara bertahap ataupun dimulai diawal semester. Salah satunya yaitu FK Undip. Di FK Undip sendiri pelatihan keterampilan klinis diimplementasikan pada semester 8 atau akhir perkuliahan sarjana kedokteran. 11
2.5 Basic Clinical Skill yang Ideal Yang diharapkan dari pendidikan kedokteran adalah dapat mendidik dan melatih calon dokter yang memenuhi harapan. Untuk itu, sarjana program pendidikan kedokteran wajib mempunyai pengalaman belajar yang akan memungkinkan setiap calon dokter untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dianggap sesuai untuk lulusan sekolah kedokteran. Idealnya, program-program
yang ada untuk
pendidikan kedokteran akan dapat memastikan bahwa siswa memiliki kesempatan untuk mulai mengembangkan dasar keterampilan medis yang mereka miliki yang akan diperlukan untuk merawat pasien ataupun sepanjang karir profesinya kelak.10 Peran utama dari pelatihan keterampilan klinis adalah menawarkan suatu metode pembelajaran inovatif yang efisien untuk mengisi kesenjangan antara pengetahuan teoritis dan praktek klinis. Pentingnya keterampilan klinis melihat dari fakta bahwa keterampilan klinis adalah poros dari pekerjaan sehari-hari dari semua profesional kesehatan.11 Dalam setiap universitas yang terdapat program pendidikan dokter, basic clinical skill yang menjadi salah satu bekal saat menjalankan profesi tak terdapat standar khusus dalam proses pelatihannya. Dengan kata lain, tidak ada standar nasional yang pasti untuk proses pelatihan basic clinical
xii
skill bagi mahasiswa kedokteran. Setiap universitas akan memiliki proses pelatihan ketrampilan klinis berbeda-beda. Namun ini sangat kontras ketika kita melihat adanya standar yang seragam untuk menilai pengetahuan klinis mahasiswa yang ditentukan dalam kurikulum.10 Pada tingkat satuan pendidikan, komponen yang paling penting yang dibutuhkan dalam pendidikan keterampilan klinis yang efektif adalah10 :
Seorang dosen yang terampil dan bersedia membimbing
Mahasiswa yang telah siap dan memiliki motivasi
Seorang pasien yang bisa memberikan informasi dan yang bersedia
Waktu dan kesempatan untuk mengulang keterampilan prakteknya, termasuk paparan dalam jumlah yang memadai dan beragam kelompok pasien
Sikap tanggung jawab yang professional terhadap pasien oleh mahasiswa dan dosen
Waktu dan kesempatan untuk melakukan umpan balik yang efektif antara mahasiswa dan dosen Dari perspektif pendidikan secara keseluruhan, ada dua kunci
kondisi yang diperlukan untuk menjamin bahwa kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan dalam kurikulum. Pertama, membimbing dan meningkatkan pengembangan keterampilan klinis mahasiswa memerlukan penggambaran menyeluruh mengenai keterampilan klinis yang harus diajarkan selama menjalani pendidikan kedokteran. Kedua, ada kebutuhan untuk menggambarkan bagaimana dan kapan keterampilan tersebut harus dipelajari sebagai kemajuan mahasiswa melalui kurikulum. Saat salah satu dari kedua kunci ini tidak terpenuhi, bisa terjadi kesenjangan pada mahasiswa dalam melatih keterampilan klinis yang diperlukan.10 Dalam desain kurikulum pendidikan keterampilan klinis, lembaga harus mengembangkan10:
Serangkaian pendidikan keterampilan klinis secara keseluruhan
Tingkatan tertentu perkembangan keterampilan klinis selama empat tahun kurikulum xiii
Daftar keterampilan khusus yang harus dipelajari sebelum wisuda
Pengalaman yang ditunjukkan untuk pembelajaran keterampilan klinis selama kurikulum
Pengembangan proses clinical skills-asessment
yang meliputi
komponen formatif dan sumatif
Suatu sistem penyedia yang berkelanjutan dan adanya umpan balik individu mengenai pengembangan keterampilan klinisnya.
Kesempatan untuk melakukan remedial keterampilan klinis dan self-directed learning
Sebuah sistem untuk membantu fakultas dalam pengembangan pengajaran dan penilaian kemampuan untuk melaksanakan pendidikan keterampilan klinis yang efektif.
xiv
BAB III SIMPULAN
Idealnya, Pelatihan keterampilan klinis dimulai sejak awal semester, karena akan meningkatkan minat belajar mahasiswa dan memberikan persiapan yang lebih baik untuk menjalani kepaniteraan klinik. Namun, tidak ada standar nasional yang pasti untuk proses pelatihan basic clinical skill bagi mahasiswa kedokteran. Setiap universitas akan memiliki proses pelatihan ketrampilan klinis berbedabeda dengan memperhatikan output Kompetensi dokter Indonesia.
xv
yang sesuai dengan Standar
DAFTAR PUSTAKA 1.
Curriculum B, Policy C, Medicine FOF. Implementasi kebijakan kurikulum berbasis kompetensi pada fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan universitas tanjungpura. 2012;1–20.
2.
Taufik. Implementasi Pembelajaran Problem Based Learning di Program Studi Pendidikan Biologi PMIP Universitas Jambi . 2012;1(1).
3.
Dwi R. Studi Kualitatif Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Klinik FK Unhas Terhadap Sistem Kepaniteraan Klinik Terkait Standar Kompetensi Dokter. 2010;4(2).
4.
Jiang L. Improving Clinical Skills of Medical Students Based on the Clinical Skills Competition. Int J e-Education, e-Business, e-Management e-Learning [Internet]. 2013;3(4):344–6. Available from: http://www.ijeeee.org/index.php?m=content&c=index&a=show&catid=38 &id=570
5.
Pgsd J, Unj FIP. Jurnal PGSD FIP UNJ Vol. II No. 1 Januari 2010 26. 2010;II(1):26–47.
6.
Kristiyani T. Efektivitas Metode Problem-Based Learning dalam Pembelajaran Mata Kuliah Teori Psikologi Kepribadian II. 1997;33(1):17– 32.
7.
Bate E, Hommes J, Duvivier R, Taylor DCM. Problem-based learning (PBL): getting the most out of your students - their roles and responsibilities: AMEE Guide No. 84. Med Teach [Internet]. 2014;36(1):1– 12. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24295273
8.
Zamani A, Shams B, Zd S, Adibi P, Salehi H, Saneii H. The Effect of Communication Skill Training on Clinical Skill of Internal Medicine and Infectious Disease Residents of Isfahan University of Medical Sciences. 2006;8(2):97–102.
9.
Penelitian J, Pendidikan E, Penelitian J, Tahun EP. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 2012;492–510.
10.
Nutter D, Whitcomb M. The AAMC project on the clinical education of medical students. DC Assoc Am Med Coll [Internet]. 2001; Available from: https://www.aamc.org/download/68522/data/clinicalskillsnutter.pdf
11.
Ahmed AM. Discussion and Debate Role of clinical skills centers in maintaining and promoting clinical teaching. 2008;3(April):97–103.
xvi
12.
Sandika E, Pendidikan P, Kedokteran S, Kedokteran F, Diponegoro U. Role of Clinical Skillls Centers in Maintaining and Promoting Clinical Teaching. 2012;
13.
Klinik K. KETERAMPILAN ( SKILL ) DAN KETERAMPILAN KLINIK ( CLINICAL SKILL ). 2010;48–57.
14
Ali L, Nisar S, Ghassan A, Khan SA. ORIGINAL ARTICLE IMPACT OF CLINICAL SKILL LAB ON STUDENTS ’ LEARNING IN PRECLINICAL YEARS. 2012;23(4):114–7.
15.
Davis MH, Harden RM. AMEE Medical Education Guide No . 15 : Problem-based learning : a practical guide. 1999;21(15).
16.
Edmunds S, Brown G. Effective small group learning : AMEE Guide No . 48. 2010;44(48):715–26.
17.
Thi P, Thanh H. Implementing a Student-Centered Learning Approach at Vietnamese Higher Education Institutions : Barriers under Layers of Casual Layered Analysis ( CLA ). 15(September 2010):21–38.
18.
Changiz T, Yousefy A. A Course Evaluation Tool Based on SPICES Model , and its Application to Evaluation of Medical Pharmacology Course. 2006;8(2):111–20.
19.
Esfehani RJ, Yazdi MJ, Jafarzadeh A, Rezaei A, Mahmudi A, Sciences M. Original article. 2012;3–7.
20.
Miller GE. The assessment of clinical skills/competence/performance. academic medicine: journal of the Association of American Medical Colleges. 1990. p. S63-7.
xvii