Model Distance Education Modern untuk Pendidikan Sekolah Dasar di Wilayah Pedesaan Indonesia Risnandar Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna-LIPI
[email protected] Abstraksi Model distance education (pembelajaran jarak jauh) secara modern di pedesaan Indonesia memiliki peranan yang lebih luas bagi masyarakat pedesaan dibandingkan proyek teknologi informasi dan komunikasi yang diimplementasikan di perkotaan. Hal ini akan terjadi perubahan yang cukup besar pula di dunia pendidikan, terutama pendidikan dasar dan menengah di pedesaan. Tulisan ini akan memperkenalkan dua model inovatif model pembelajaran jarak jauh secara modern untuk daerah pedesaan, yaitu proses penyampaian materi dan perkembangan terbaru seputar model pembelajaran jarak jauh. Selain itu, tulisan ini juga akan membahas strategi untuk mengoptimalkan model pembelajaran jarak jauh secara logis dalam menetapkan arah dan tujuan, peningkatan model digital untuk materi pelajaran, audit keuangan yang lebih baik, dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proyek distance education ini. Kata Kunci : sekolah, pedesaan, digital, distance education, modern
1.
PENDAHULUAN
Kebutuhan informasi dalam bentuk ‘digital’ sering dibicarakan di dunia Barat, begitu pula yang terjadi di Indonesia. Pengembangan pendidikan adalah satu komponen penting dalam mengimplementasikan strategi menyeluruh untuk menjembatani kebutuhan informasi digital ini. Investasi saja tidak cukup untuk pengembangan bidang pendidikan di daerah pedesaan Indonesia. Ada kesalah pahaman yang harus dihindari dalam pengembangan model pendidikan jarak jauh dengan memberdayakan Teknologi Informasi. Banyak orang berasumsi bahwa ada satu model bisnis yang baik yang dapat digunakan oleh setiap komunitas di dunia berkembang. Pada kenyataan praktisnya, hal ini tidak berlaku. Setiap komunitas, setiap kota dan setiap desa ternyata berbeda. Tidak ada satu model bisnis yang pasti yang akan memenuhi semua wilayah di dunia berkembang dalam mengembangkan pendidikan hingga ke pedasaan. Memang beberapa daerah mungkin mempunyai pola ekonomi yang sama, karakteristik dari model bisnis yang berkesinambungan akan berbeda-beda dari satu komunitas ke komunitas lainnya. Walaupun sebuah
model bisa bekerja di suatu desa, desa terdekat lainnya bisa jadi kualitas kebutuhannya terhadap model ini tidak sama untuk bisa berkesinambungan. Dalam lingkup ini, modelmodel inovasi harus bisa di buat sesuai kebutuhan masyarakat itu sendiri. Kesalahan konsepsi lainnya adalah bahwa berkesinambungan mempunyai definisi sama untuk semua orang. Walaupun kesinambungan biasanya berarti bahwa sistem di bangun untuk dapat bertahan selamanya. Juga sebagai ganti selamanya, keberanjutan akan lebih pada periode lima tahun, periode di mana infrastruktur TI diharapkan berguna. Istilah keberlanjutan digunakan untuk mengenkapsulasi desain sistem yang cocok untuk kira-kira lima tahun atau lebih. Untuk memperoleh kesinambungan jangka panjang kemungkinan adalah hal yang paling sulit ketika mendesain dan mengoperasikan rural internet di negara berkembang. Biaya sebagai penghalang dari sambungan internet di banyak negara berkembang. Biaya operasional yang besar yang membuat model ini sensitivitas terhadap fluktuasi ekonomi dan inovasi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya [1]. Tulisan ini akan membahas mengenai model pendidikan jarak jauh yang modern dan berkelanjutan. Hasil yang diharapkan berupa rekomendasi dengan pendekatan yang cocok untuk situasi pedesaan yang ada di Indonesia.
e-Indonesia Initiative 2010 (eII2010) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 5-7 Mei 2010, Bandung
1
Informasi yang ada dalam tulisan ini akan menolong pihak yang berkepentingan dalam pengembangan pendidikan di pedasaan.
2. LANDASAN TEORI Model Distance Education Modern pada Sekolah Dasar di pedesaan Indonesia memfokuskan pada pengembangan pendidikan jarak jauh melalui pendampingan dari universitas atau Perguruan Tinggi di sekitar wilayah pedesaan tersebut melalui teknologi pendidikan jarak jauh modern, terjangkau, dan berkesinambungan, seperti penggunaan komputer dan stasiun penerima satelit jaringan internet. Model ini lebih fifokuskan untuk Sekolah Dasar di pedesaan dengan memanfaatkan TI sebagai media pembelajaran dari sumber daya bidang pendidikan yang berkualitas tinggi untuk periode lima tahun ke depan. Pengembangan rural internet di Sekolah Dasar bisa memberikan dampak positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan siswa di pedesaan. Teknologi informasi dapat membantu masyarakat pedesaan dalam meningkatkan pendidikan yang berbasis informasi [2] melalui pemberdayaan keahlian dalam bidang teknologi informasi bagi kalangan siswa yang berada di pedesaan dan dapat meningkatkan kehidupan sosial yang lebih baik [3, 4]. Bahkan, ada bukti awal bahwa internet membantu perkembangan interaksi sosial yang dapat meningkatkan komunitas desa dan mengurangi urbanisasi [5]. Rural internet juga dapat meningkatkan peluang ekonomi di daerah pedesaan dengan cara menstimulasi pengembangan usaha kecil dan menengah [6]. Dalam kehidupan ekonomi global, menurut Gillet dkk [7] dan Crandall dkk [8], investasi untuk pengembangan infrastruktur informasi di desa lebih besar peluangnya dibandingkan dengan di kota, yang sebagian besar sudah terpenuhi layanannya. Salah satu jarak pemisah siswa sekolah di pedesaan dan perkotaan yang paling nyata adalah kurangnya akses terhadap layanan internet di sekolah. Berdasarkan penjelasan tersebut, siswa di pedesaan lebih sulit mengakses internet dibandingkan yang tinggal di wilayah kota atau pinggiran kota [9]. Distance learning menawarkan beberapa solusi dalam masalah pendidikan seperti mengurangi gap kualitas guru di daerah pedesaan dan perkotaan, jarak antara guru dan murid selama proses belajar mengajar tidak lagi menjadi hambatan, keterbatasan jumlah guru dapat dieliminasi dan meningkatkan kualitas murid. Standar sarana dan prasarana pendidikan mencakup ruang belajar, tempat berolahraga, boratorium, bengkel kerja, tempat bermain, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi [10]. Situasi sinkron dan asinkron merupakan bagian terpenting dalam distance learning [11]. Situasi sinkron dan asinkron berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan secara “real time” atau tidak.
3. METODOLOGI Untuk mengembangkan model pendidikan jarak jauh yang modern dan berkesinambungan untuk jangka panjang kemungkinan adalah hal yang paling sulit ketika mendesain dan mengoperasikan rural internet di negara berkembang, karena tidak ada satu model pun yang pasti cocok untuk diterapkan di setiap pedesaan Indonesia. 3.1. Misi Tertulis Pengembangan model pendidikan jarak jauh tanpa visi yang jelas, maka program yang berkesinambungan tidak akan berjalan dengan baik. Langkah pertama, adalah pendokumentasian visi dengan masukan dari seluruh team. Selain visi,, misi juga memberikan sebuah visi dari aspirasi untuk membangun model TI yang cocok untuk sebuh SD. Sangat penting bahwa setiap anggota tim bekerja untuk membangun visi dan misi tersebut yang mempunyai nilai jual. Setelah pendefinisian misi awal dengan tim, langkah selanjutnya harus melakukan riset untuk melihat konsepsi pertama sesuai dengan realita di lapangan. 3.2. Evaluasi Setiap Permintaan yang Potensial Tahap selanjutnya dalam mengembangkan model pendidikan jarak jauh yang modern ini dengan melibatkan masukan dari permintaan kalangan akdemisi di Sekolah Dasar di Pedesaan untuk layanan TI. Pertama, identifikasikan, perorangan, grup dan organisasi di masyarakat pedesaan yang mempunyai kebutuhan akan informasi dan akan mendapatkan manfaat dari TI. Pemakai yang potensial dapat terdiri dari berbagai macam individu atau perorangan maupun organisasi yang sangat besar, tapi tidak terbatas, seperti : asosiasi petani dan koperasi, kelompok perempuan, sekolah, kalangan bisnis dan wiraswasta. Setelah membuat daftar kelompok pemakai jaringan yang potensial, anda harus menentukan kebutuhan mereka akan akses informasi dan komunikasi, seringkali seseorang orang bingung dengan apa yang dibutuhkan. Informasi ini bisa mereka dapatkan melalui internet. Penting juga untuk membedakan antara kebutuhan dan layanan karena ada beragam cara yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan kalangan akademisi di Sekolah Dasar. Tujuan dari pengumpulan data ini adalah untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh akan kebutuhan untuk informasi dan komunikasi di komunitas, sehingga layanan TI yang dibangun dapat memenuhi kebutuhan itu. 3.3. Membentuk Insentif yang Sesuai Seringkali, sangat sedikit insentif ekonomis bagi pengguna yang masih sekedar hidup untuk mengakses Internet. Sebagai tambahan, biaya untuk mendapatkan sebuah komputer, belajar untuk menggunakannya, dan mendapatkan akses internet jauh lebih besar dari pada perolehan kembalinya. Membangun insentif ekonomi yang sesuai sangat penting untuk suksesnya pendidikan. Pendidikan melalui pemanfaatan TI harus menyediakan nilai
2
ekonomis bagi penggunanya sehingga lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, atau cukup murah sehingga sangat kecil dan sesuai kemampuan penggunanya. Sangat penting sekali untuk mendesain sebuah jaringan dengan penggunaan ekonomis dan biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari nilai ekonomis yang tersedia. Untuk membuat struktur insentif yang sesuai, perlu melibatkan kalangan akademisi di sekolah tersebut dalam menciptakan layanan TI di Sekolah Dasar dari awal proyek, pastikan bahwa inisiatif ini bersifat lokal dan tidak ada unsur luar. Untuk memulai, terdapat beberapa poin penting yang perlu diutamakan, yaitu nilai ekonomis yang dapat dihasilkan di Sekolah Dasar dan kemungkinan hambatan yang ada dapat teratasi dengan pengembalian nilai ekonomi yang lebih baik. 3.4. Menentukan Biaya dan Harga Awal maupun rutin. Biaya permulaan termasuk segala sesuatu yang harus dibeli untuk memulai mengembangkan TI di sekolah. Pengeluaran ini akan dapat ditentukan dari awal investasi berupa infrastruktur TI. Tabel 1. Kategori Biaya [12]
3.5. Mengevaluasi Kekuatan dan Kelemahan dari Situasi Internal Tim yang dibentuk akan menentukan keberhasilan dan kegagalan. Oleh karena itu, sangat penting untuk melihat pada kualifikasi dan keterampilan tim, termasuk staf dan relawan, dibandingkan dengan kompetensi diperlukan untuk proyek TI di Sekolah Dasar. Pertama, membuat daftar semua kompetensi diperlukan untuk agar proyek TI di Sekolah Dasar di pedesaan berhasil. Setelah itu, identifikasi sumber manusia daya lokal yang mampu memenuhi keterampilan ini. Salah satu tool yang sering digunakan untuk membantu dengan evaluasi diri ini merupakan analisis kekuatan
(strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threats), yang disebut dengan SWOT. Analisis SWOT diperlukan menentukan kekuatan dan kelemahan internal, dan melihat kesempatan di luar maupun ancaman yang mungkin terjadi. Penting untuk realistis dan jujur tentang apa yang aka dilakukan dengan baik dan apa yang kurang. Kekuatan dan kelemahan memungkinkan untuk mengevaluasi kapasitas SDM secara internal dan lebih memahami apa yang dapat dilakukan oleh kalangan akademisi, serta keterbatasannya.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Ruang Lingkup Kurikulum Pendidikan jarak jauh merupakan sistem pendidikan berbasis TI yang efektif dan bisa diintegrasikan dengan kurikulum pendidikan Sekolah Dasar di pedesaan. Ada pun konsep kurikulum yang dapat mendukung kurikulum pendidikan Sekolah Dasar secara nasional dapat dibedakan ke dalam 3 tingkatan pelajaran : a) Pelajaran Inti : Program yang hanya menayangkan satu topik atau konsep, yang disiapkan untuk mempelajari pendahuluan, gambaran umum, atau ringkasan. b) Pelajaran Pilihan : Sekumpulan program yang menyiapkan materi dasar untuk unit pelajaran yang dipilih siswa dan berada dalam sebuah kurikulum. c) Pelajaran Lengkap : Program siaran televisi dari satu atau beberapa program televisi edukasi yang diintegrasikan ke dalam kurikulum secara keseluruhan untuk menjembatani materi-materi yang dicetak pada buku. Televisi edukasi ini dapat dibedakan ke dalam 2 kategori, yaitu televisi edukasi pasif dan televisi edukasi aktif. Televisi edukasi pasif hanya dilibatkan sebelum produksi disiarkan, yang memiliki peran dalam pendistribusian teknologi video edukasi, seperti : penyiaran, kabel, atau satelit. Sedangakn televisi edukasi interaktif menyiapkan peluang yang menayangkan berbagai interaksi dalam aktivitas belajar mengajar antara guru dengan siswa. Misalnya, dua buah televisi memberikan keleluasaan kepada seluruh siswa untuk melihat dan berinteraksi dengan guru mereka. Pada saat yang sama, kamera yang lokasinya berjauhan antara guru dan siswa, memberi kesempatan kepada guru untuk memantau seluruh siswanya. Teknologi ini juga memungkinkan untuk mengkonfigurasi sistem, di mana seluruh siswa di lokasi yang berjauhan bisa memantau satu dengan yang lainnya. 4.2. Desain Pelajaran dalam Televisi Edukasi Dalam mendesain pelajaran untuk televisi edukasi di Sekolah Dasar pedesaan ini ada tantangan yang perlu dipikirkan
e-Indonesia Initiative 2010 (eII2010) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 5-7 Mei 2010, Bandung
3
adalah memvisualisasikan materi pelajaran. Televisi edukasi dapat membantu mempresentasikan gambar, daftar, materi penting, materi yang dianggap sulit, dan informasi mengenai ringkasan yang memudahkan untuk diingat [13]. Selain itu, televisi edukasi yang diintegrasikan dengan TIK ini juga memiliki kemampuan untuk mendemonstrasikan pengoperasian peralatan praktek pelajaran IPA, mendemonstrasikan keterampilan siswa yang memiliki kemampuan lebih, dan mengenal proses observasi antara materi di kelas dengan pengalaman di dunia luar. 4.3. Desain Layanan Sedangkan layanan yang mendukung para siswa berupa tutorial yang dapat meningkatkan prestasi siswa menjadi lebih baik dalam hal praktikum, ujian, dan aktivitas akademik lainnya melalui siaran televisi edukasi di Sekolah Dasar pedesaan tersebut. Salah satu konsep layanan yang membedakan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah lain di antaranya : a) Pendidikan yang berkelanjutan. b) Program pembelajaran yang mandiri. c) Belajar jarak jauh dengan sumber pembelajaran. d) Pembelajaran yang terbuka dan flexibel. Untuk mendukung konsep layanan tersebut, maka diperlukan layanan yang tepat guna untuk pendidikan Sekolah Dasar di pedesaan, di antaranya : a) Televisi edukasi yang diintegrasikan dengan textbook. b) Televisi edukasi yang diintegrasikan dengan kegiatan tugas sekolah/pekerjaan rumah. c) Televisi edukasi yang diintegrasikan dengan tutorial. d) Televisi edukasi yang diintegrasikan dengan ujian dan nilai akhir. 4.4. Desain Teknologi Aktivitas siswa dalam mempelajari buku pelajaran, mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, membaca turorial, dan melakukan ujian dari siaran di televisi edukasi dengan bantuan TIK merupakan inti dari pendidikan jarak jauh. Bagaiman pun juga, komunikasi dua arah dari beberapa lokasi sekolah yang berbeda dan saling berjauhan memerlukan media TIK sebagai alat bantunya. Dengan TIK, kegiatan belajar mengajar dapat menjawab rintangan dalam hal ruang dan waktu antara guru dengan siswa. Keberhasilan dalam proses interaksi siswa dengan guru, proses komunikasi, dan penggunaan layanan televisi edukasi menunjukkan bahwa TIK sangat bermanfaat bagi pendidikan Sekolah Dasar di pedesaan [14].
Gambar 1. Model Pendidikan Jarak Jauh 4.5. Kelebihan Televisi Edukasi Sebagian masyarakat pedesaan suka menonton televisi, sehingga menjadi media komunikasi yang cukup dikenal oleh masyarakat memiliki kelebihan sebagai berikut: a) Gerak dan gambar bisa dikombinasikan ke dalam sebuah format, sehingga materi pelajaran yang kompleks atau abstrak, bisa diilustrasikan ke dalam sebuah simulasi berbentuk visual. b) Bahan pelajaran dengan televisi merupakan cara yang efektif yang mudah diterima oleh siswa untuk mempelajari dunia luar, seperti matematika, dunia angkasa, atau dunia biologi. c) Penggunaan ruang dan waktu dapat dikurangi, sehingga berbagai aktivitas belajar mengajar bisa divisualisasikan dan disiarkan untuk kebutuhan pendidikan. d) Televisi edukasi sangat efektif dalam mengajarkan pelajaran sekolah sebagai pendahuluan, ringkasan, dan membahas konsep-konsep penting.
5. KESIMPULAN Tidak ada satu model yang memungkinkan pendidikan jarak jauh untuk Sekolah Dasar di pedesaan yang berkelanjutan di semua lingkungan dari negara berkembang. Berbagai model harus digunakan dan disesuaikan dengan keadaan. Setiap masyarakat pedesaan memiliki karakteristik yang unik, dan analisis yang cukup dilakukan pada permulaan dari sebuah proyek TI bagi pendidikan untuk menentukan model yang paling sesuai. Analisis ini harus mempertimbangkan beberapa faktor dalam lingkungan lokal, termasuk permintaan masyarakat, persaingan, biaya, dan sumber daya ekonomi. Meskipun perencanaan yang baik dan
4
pelaksanaannya akan memaksimalkan kemungkinan membuat proyek TI yang berkesinambungan, tetapi tidak ada jaminan bahwa sistem akan berhasil. Namun, dengan menggunakan metode yang cukup detail dalam tulisan ini, maka akan membantu untuk memastikan bahwa pendidikan jarak jauh melalui TIK akan memberikan manfaat kepada masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
6. DAFTAR PUSTAKA [1] [2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
Flickenger, Rob, Jaringan Wireless di Dunia Berkembang, Edisi II. Creative Commons Attribution-ShareAlike, 2007. US Government Accountability Office, Telecommunications: FCC Needs to Improve Perfo rmance Management and Strengthen Oversight of t he High-Cost Program. Report to Congressional Co mmittees, GAO-08-633, 8-9, 2008. Atkinson dan Robert D., The Case for a National Internet Policy. The International Technology and Innovation Foun dation, 2007. Peha, Jon M, Bringing Internet to Unserved Communities. Discus sion Paper, The Brookings Institution, The Hamilton Project, 2008. LaRose, R., Gregg, J. L., Strover,S., Straubhaar, J. dan Carpenter, S., Closing the rural internet gap: Promoting adoption of the Internet in rural America. Telecommunications Policy, 31, (6-7), 359373, 2006. LaRose, R., Eastin, M. S., & Gregg, J., Reformulating the Internet paradox: Social cognitive explanations of Internet use and depression. Journal of Online Behavior, 1 (2). Retrieved September 30, 2007 from the World Wide Web: http://www.behavior.net/JOB/v1n2/paradox.html, 2007. Gillet, S., William Lehr, Marvin Sirbu, Measuring the Economic Impact of internet deployment. Final
[8]
[9] [10] [11]
[12] [13] [14]
Report, Naitonal Tehcnical Assistance, Training, Research and Evaluation Project 99-07-13829. Economic Development Administration, US Department of Commerce: Washington, D.C., 2006. Crandall, R.; William Lehr, Robert Litan, The effects of internet deployment on outpout and employment: A cross-sectional analysis of U.S. data. Issues in Eocnomic Policy, Number 6, The Brookings Institution, 2007. Horrigan, J., Home internet adoption 2008. Pew Internet & American Life Project, Washington, D.C., 2008. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003. King, Frederick B., Young,Michael F.,DrivereRichmond, Kelly dan Schrader, P. G., Defining Distance Learning and Distance Education. Jurnal The University of Connecticut, 2006. Hacker Friendly LLC, Jaringan Wireless di Dunia Berkembang, Edisi kedua, Desember 2007. Loche, R.H. (2003) : Interaktive Television and Instruction. Englewood Cliffs, NJ : Educational Technology Publication. Souder, W.E. (2003) : The Effectiveness of Traditional VS Satellite Delivery In Three Management of Technology Master’s Degree Programs, The American Journal of Distance Education, 7(1), 35-53.
e-Indonesia Initiative 2010 (eII2010) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 5-7 Mei 2010, Bandung
5