MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUANG NIFAS RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK Ita Salamah1 dan Dini Fitri Damayanti2 1
Instalasi Perawatan Nifas RSUD dr. Soedarso Pontianak 2 Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail : dinifitrid2gmail.com
Abstract : Early Mobilization On Wound Healing In The Mother Post Sectio Caesarea In Childbirth Space RSUD Dokter Soedarso Hospital Pontianak. This research aimed to examine the relationship between early mobilization in patients with post operative sectio caesarea conducted immediately after the patient is fully alert to the operation wound healing process sectio caesarea observed on the third day post surgery. The method used was analytic observational with cross sectioal approach. The results showed that there is a significant correlation between early post operative mobilization sectio caesarea with post operative wound healing process sectio caesarea (r =1.000, p=0.000, α=0.05). Keywords: early mobilization, wound healing. Abstrak : Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di Ruang Nifas RSUD Dokter Soedarso Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara mobilisasi dini pada pasien post operasi Sectio caesarea yang dilakukan segera setelah pasien sadar penuh dengan proses penyembuhan luka operasi Sectio caesarea yang diamati pada hari ketiga post operasi. Metode yang digunakan adalah analitik observasional dengan pendekatan Cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara mobilisasi dini post operasi Sectio caesarea dengan proses penyembuhan luka post operasi sectio caesarea (r = 1.000, p=0,000, α=0,05). Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka.
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn,1990:634). Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan dinding abdomen atau uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gram atau umur kehamilan lebih dari 28 minggu (Manuaba, 1999 : 229). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa persalinan dengan bedah caesar adalah sekitar 10 - 15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Di Indonesia, angka persalinan dengan bedah caesarea adalah sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di Negara-negara berkembang. Hasil data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010, angka ibu melahirkan dengan Sectio caesarea periode lima tahun terakhir di Indonesia sebesar 15,3% dengan rentang tertinggi 27,2% di DKI Jakarta dan terendah 5,5 % di Sulawesi Tenggara. Hasil Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan
kelahiran dengan bedah Sectio caesarea di Indonesia sebesar 9,8% dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak sendiri, selama tiga tahun terakhir mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu tahun 2011, jumlah ibu yang melahirkan secara keseluruhan sebanyak 2.115 orang, 703 (30,5%) orang diantaranya dengan persalinan Sectio caesarea, pada tahun 2012, jumlah ibu yang melahirkan secara keseluruhan sebanyak 2.245 orang, 924 (41,5%) orang diantaranya melahirkan dengan persalinan Sectio caesarea, dan pada tahun 2013, jumlah ibu yang melahirkan secara keseluruhan sebanyak 2.019 orang, 1.044 (50,2%) orang diantaranya dengan persalinan Sectio caesarea. Persalinan Sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Seodarso Pontianak dilakukan dengan berbagai indikasi baik dari faktor ibu maupun faktor janin. Faktor ibu diantaranya karena penyakit
54
55
JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA, Volume I Nomor 2 Juli 2015, hlm. 54 - 59 pre-eklampsia berat (11,04%), ketuban pecah dini (9,74%) dan kelainan kontraksi rahim (8,77%). Faktor janin sebagian besar disebabkan karena kelainan letak janin sebanyak 33 kasus (10,72%), kelainan plasenta baik plasenta previa maupun solusio plasenta sebanyak 31 kasus (10,06%) dan 4,54% karena gawat janin (fetal distress). Persalinan melalui Sectio caesarea bukanlah alternatif yang lebih aman karena diperlukan pengawasan khusus terhadap indikasi dilakukannya Sectio caesarea maupun perawatan ibu setelah tindakan Sectio caesarea, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak pada kematian ibu. Oleh karena itu pemeriksaan dan monitoring dilakukan beberapa kali dan dilakukan dalam perawatan post operasi sampai pasien dinyatakan dalam keadaan sehat (Muchtar, 1998). Perawatan yang dibutuhkan oleh pasien post Sectio caesarea menurut Subiston (1992:107) membutuhkan perawatan inap sekitar 3 – 5 hari. Proses penutupan luka insisi Sectio Caesarea terjadi pada hari ke-3 pasca bedah, luka pada kulit akan sembuh dengan baik dalam waktu 2-3 minggu sedangkan luka fasial abdomen akan merapat dalam waktu 6 minggu, tapi tetap terus berkembang makin erat selama 6 bulan, tendon atau ligamentum membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 3 bulan untuk penyembuhan awal dan terus makin menguat dalam waktu lebih dari 1 tahun (Subiston,1995:147). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal yang terdiri dari oksigenasi, haematoma, teknik operasi. Sedangkan faktor umum terdiri dari usia, nutrisi, steroid, sepsis dan obat-obatan (Subiston,1995:148). Faktor lainnya adalah gaya hidup klien dan mobilisasi (Kozler, 2011:312). Mobilisasi berasal dari kata Ambulasi dini. Jadi yang dimaksud dengan mobilisasi dini adalah pengembangan secara bertahap atau berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Nancy Raper, 1996:190). Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis, karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, teratur dan mencapai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Hal ini penting untuk kemandirian klien (Kozleir, 2011). Dengan mobilisasi dini yang dilakukan pada pasien pasca tindakan pembedahan, trombosis vena dan emboli paru jarang terjadi serta dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi dengan segera sehingga menurunkan resiko angka kejadian infeksi pada luka post operasi (Gallagher, 2004). Mobilisasi dini pada pasien post operasi merupakan kebijaksanaan untuk selekas mungkin mem-
bimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Dengan mobilisasi dini pasca operasi Sectio caesarea diharapkan ibu nifas dapat menjadi lebih sehat dan lebih kuat, membantu proses penyembuhan luka akibat proses persalinan, mempercepat proses involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan serta meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi Air Susu Ibu (ASI) dan pengeluaran sisa metabolisme (Manuaba, 2007). Mobilisasi dini merupakan suatu tindakan rehabilitatif (pemulihan) yang dilakukan setelah pasien sadar dari pengaruh anestesi dan sesudah operasi. Mobilisasi berguna untuk membantu upaya jalannya penyembuhan luka (Muhtar, 1992:179). Oleh karena itu salah satu upaya untuk mempercepat penyembuhan luka post Sectio caesarea dapat dilakukan dengan mobilisasi dini (Early Ambulation). Selain itu juga sesuai dengan paradigma sehat dan tanpa meninggalkan upaya pemulihan kesehatan penderita, perlu adanya mobilisasi dini secara bertahap bagi pasien post Sectio caesarea selama di rumah sakit. Mobilisasi dini merupakan suatu tindakan rehabilitatif (pemulihan) yang dilakukan setelah pasien sadar penuh dari pengaruh anestesi sesudah operasi. Pada Ruang Nifas RSUD dr. Soedarso Pontianak, untuk perawatan pasien dengan post Sectio caesarea setelah pasien tiba di ruangan nifas dilakukan observasi keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital tiap 15 menit dalam 1 jam pertama, selanjutnya tiap 30 menit selama 1 jam, diulang 1 jam berikutnya, observasi tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan perdarahan, memonitor pengeluaran urine dan pemenuhan cairan melalui infus, serta memberikan instruksi dokter mengenai obat-obatan, memberitahkuan pasien kapan untuk melakukan mobilisasi dan boleh makan, minum, melakukan cek Hb post Sectio caesarea. Setelah 6 jam pasien dibimbing untuk mobilisasi 10 jam, pasien diberikan minum sedikit-sedikit tiap dua jam. Hari ke-2 pasien harus sudah bisa turun dari tempat tidur dan belajar untuk berjalan sendiri. Pada hari ke-3 dilakukan ganti perban dan dilihat proses penyembuhan luka berlangsung dengan baik, daerah luka tampak kering dan tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi yaitu kalor, dolor, rubor, dan tumor. Jika pasien secara umum terlihat baik dan proses penyembuhan luka mulai terjadi tanpa menunjukkan tanda-tanda infeksi maka pasien dapat direkomendasikan untuk melakukan perawatan di rumah (SOP RSUD dr Soedarso, 2010).
Salamah dkk, Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka,... METODE Penelitian ini bersifat analitik observasional yang menganalisis dinamika korelasi antara variabel bebas (mobilisasi dini post Sectio caesarea) dengan variabel terikat (penyembuhan luka post Sectio caesarea). Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional, yaitu peneliti hanya melakukan survey observasi dan pengukuran variabel pada saat waktu tertentu atau saat itu juga (Sulistyaningsih, 2011:86). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post Sectio caesarea dan menjalani rawat inap di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak. Sampel penelitian yaitu ibu post Sectio caesarea di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soedarso Pontianak yang ada pada saat kegiatan pengumpulan data berlangsung. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan insidental sampling. Jumlah sampel adalah 30 pasien ibu post Sectio caesarea. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Mobilisasi Dini Ibu Post Sectio caesarea sedangkan variabel terikat adalah Penyembuhan Luka Ibu Post Sectio caesarea. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah lembar observasi (checklist) yang merupakan suatu pengukuran yang menggunakan pendekatan berdasarkan kategori sistem yang telah dibuat oleh peneliti untuk mengobservasi suatu peristiwa dan perilaku dari subjek (Nursalam, 2008). Penilaian variabel mobilisasi dini dilakukan pada pasien segera setelah sadar dari pengaruh anestesi dengan menggunakan checklist, dengan jumlah pengamatan sebanyak 10 item diberikan skor penilaian 1 = ya dan 0 = tidak; yang diinterpretasikan nilai <6 pasien post operasi sectio caesarea tidak melakukan tahapan mobilisasi dini, nilai ≥ 6 pasien post operasi sectio caesarea melakukan tahapan mobilisasi dini. Variabel penyembuhan luka dilakukan pada hari ke-3 pasca operasi dinilai menggunakan checklist dengan 10 item pengamatan kemudian diinterpretasikan dengan nilai ≥ 6 pada luka post operasi sectio caesarea tidak ditemukan tanda-tanda infeksi hari ke-3 dan < 6 pada post operasi sectio caesarea ditemukan tanda-tanda infeksi hari ke-3. Data dianalisis secara deskriptif dan analitik dengan menggunakan uji Pearson Product Moment pada tingkat kepercayaan 95%. HASIL Tabel 1 Distribusi Rata-Rata Variabel Variabel
Mean
Median
Std. Deviasi
Mobilisasi Dini
6,4
7
1,588
Penyembuhan Luka
6,4
7
1,588
56
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari 7 item observasi pada 30 responden skor mobilisasi dini diperoleh rata-rata mean 6,4 dan nilai median 7 serta SD 1,588, sedangkan untuk penyembuhan luka dari 7 item observasi pada 30 responden diperoleh nilai rata-rata mean 6,4 dan nilai median 7 serta SD 1,588. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Variabel Variabel
Frekuensi
%
Ya
25
83,3
Tidak
5
16,7
Ya
25
83,3
Tidak
5
16,7
Mobilisasi dini
Penyembuhan luka
Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa sebanyak 25 (83,3%) responden melakukan kegiatan mobilisasi dini post operasi sectio caesarea dan responden yang mengalami proses penyembuhan luka pada hari ke-3 post operasi sectio caesarea sebanyak sebanyak 25 (83,3%) responden. Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel terikat dengan menggunakan uji statistik Pearson Product Moment. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka Post Sectio caesarea
Mobilisasi Dini
Pearson Correlation
Mobilisasi Dini
Penyembuhan Luka
1
1.000**
Sig. (2-tailed) Penyembuhan Luka
.000
N
30
30
Pearson Correlation
1.000**
1
Sig. (2-tailed)
.000
N
30
30
Dari hasil di atas, diperoleh nilai Sig,0.000 yang menunjukkan bahwa korelasi antara skor mobilisasi dini dan penyembuhan luka adalah bermakna. Nilai korelasi Pearson sebesar 1.000 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat kuat (r = 1.000).
57
JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA, Volume I Nomor 2 Juli 2015, hlm. 54 - 59
PEMBAHASAN Mobilisasi Dini Pasien Post Operasi Sectio caesarea Berdasarkan hasil penelitian yang melakukan mobilisasi dini dengan nilai ≥ 6 sebanyak 25 responden (83,3%), serta nilai < 6 sebanyak 5 responden (16,7%). Hasil observasi terlihat bahwa Responden yang melakukan mobilisasi dini melakukan kegiatan/gerakan dalam 24 jam post Sectio caesarea meliputi: mampu menggerakkan lengan, mengangkat tumit, memutar pergelangan kaki, menekuk kaki, miring ke kiri dan ke kanan serta berusaha untuk dapat duduk dalam posisi semi fowler. Pengamatan pada 48 jam post operasi Sectio caesarea ditemukan bahwa responden terlihat mulai untuk sudah belajar berjalan dimulai dengan berdiri disamping tempat tidur kemudian melanjutkan untuk melakukan aktifitas ke kamar mandi. Kondisi ini sesuai dengan penelitian Mochtar (1998:157) mobilisasi dini post sectio caesarea dapat dilakukan beberapa tahap sebagai berikut : Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca operasi sectio caesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki, setelah 6 - 10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah trombosis dan trombo emboli; Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk; Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan. Hal yang sama dinyatakan oleh Winkjosastro (2008:444) bahwa Perawatan Pasca Operasi Sectio caesarea diawali dengan mobilisasi dini pada hari pertama pasca bedah dilakukan beberapa saat setelah terjadi kesadaran penuh dengan menggerakkan kaki dan tangan serta dilanjutkan dengan menggerakkan tubuhnya sedikit demi sedikit secara bertahap untuk membalikkan badan agar dapat mengatur posisi baring menghadap ke kiri atau ke kanan, kemudian dapat duduk pada jam ke 8-12 jam. Pasien dapat berjalan bila mampu pada 24 jam pasca bedah bahkan mandi sendiri pada hari kedua. Menurut Carpenito (2013:325), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Tahapannya dimulai dengan melakukan rentang gerak pasif yang berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Dilanjutkan dengan rentang gerak aktif untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya pasien berbaring menggerakkan kakinya. Ter-
akhir rentang gerak fungsional yang berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan. Sedangkan Kozleir (2011) berpendapat bahwa mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, teratur dan mencapai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, hal ini penting untuk kemandirian klien. Pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini sebagai suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Kondisi berbeda terlihat pada 5 responden (16,7%) yang memiliki skor mobilisasi dini < 6. Aktifitas yang tampak ketika dilakukan observasi, responden hanya melakukan gerakkan pada lengan, mengangkat tumit, memutar pergelangan kaki dan menekuk kaki. Responden menggerakkan tubuh dengan melakukan gerakan miring ke kiri dan kekanan setelah 24 jam post operasi sectio caesarea dan baru duduk setelah 48 jam. Kegiatan berjalan dilakukan responden ketika sudah mendapat instruksi dari dokter pada hari ke-3 post operasi. Penyembuhan Luka Post Operasi Sectio caesarea Berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan pengamatan pada luka pada hari ke -3 luka operasi post Sectio caesarea dengan nilai≥ 6 sebanyak 25 responden (83,3%) mengalami proses penyembuhan luka dengan baik. Observasi dilakukan dengan menilai penyatuan tepi luka pada hari ke-3 yang ditandai tidak ditemukannya tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor, suhu >380C, pus), serta instruksi dokter untuk pasien diperbolehkan untuk pulang. Rekomendasi perawatan di rumah diberikan oleh dokter dengan melihat kondisi pasien secara umum dan penyembuhan luka yang tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, berpedoman pada SOP perawatan pasca bedah di Instalasi Perawatan Nifas RSUD dr. Soedarso Pontianak. Kondisi ini sesuai dengan Proses Penyembuhan Luka, menurut Suriadi (2007:5) Fibroblas (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensistensi kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 3-4 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka. Fase ini terjadi pada hari ke 3 hingga 21 yang disebut sebagai fase Proliferasi durasi. Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak (Boyle,
Salamah dkk, Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka,... 2009:36). Menurut Sabiston, (1992:102) penyembuhan luka adalah proses dinamis yang mulai pada saat cedera dan menetap selama berbulan atau bertahun-tahun setelah cidera. Proses penyembuhan luka terjadi normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan. Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak sel. Proses yang dimaksudkan disini karena penyembuhan luka melalui beberapa fase. Fase tersebut meliputi koagulasi, inflamasi, proliferasi dan fase remodeling (Suriadi,2007:5). Hubungan Antar Mobilisasi Dini Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka ibu post Sectio caesarea (r = 1.000). Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Manuaba (2001), bahwa dengan adanya mobilisasi dini secara langsung berdampak pada akselerasi proses penyembuhan post partum. Menurut Kozleir (2011) salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka post Sectio caesarea adalah mobilisasi dini. Merupakan suatu gerakan yang dilakukan bertujuan untuk merubah posisi semula ibu dari baring miring kiri – kanan, duduk sampai berdiri sendiri kemudian berjalan setelah beberapa jam post Sectio caesarea. Mobilisasi dini yang dilakukan secara tepat dan bertahap pada pasien post operasi memungkinkan terjadinya peningkatan sirkulasi yang membantu penyembuhan luka dengan segera. Mobilisasi dini sebagai salah satu faktor eksternal merupakan faktor yang dapat mempercepat pemulihan luka pasien post operasi sectio caesarea dan mencegah komplikasi post operasi banyak keuntungan yang dapat diraih dari latihan mobilisasi dini di tempat tidur dan berjalan pada periode dini post operasi, mobilisasi dini sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot di seluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah dan gangguan peristaltik. Proses penyembuhan luka dikatakan baik apabila tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, kalor, tumor, dan gangguan fungsi laesa. Penelitian yang dilakukan Jansen Situmorang (2010) menyebutkan bahwa pasien post sectio caesarea yang melakukan mobilisasi dini, dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Tujuan mobilisasi adalah membantu jalannya penyembuhan penderita atau ibu yang sudah melahirkan, mencegah kekakuan otot dan sendi juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan
58
metabolisme tubuh dan mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital (Carpenito,2013:327). Menurut Mochtar (1998:157) tujuan dari pada mobilisasi dini adalah untuk mencegah terjadinya tromboflebitis, emboli paru dan juga dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Penelitian yang dilakukan oleh Barid (2011), menunjukan bahwa mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi hari rawat inap dengan rata-rata lama hari rawat inap pada kelompok perlakuan yaitu 3,15 sedangkan pada kelompok kontrol yaitu 3,6. Kondisi ini sejalan dengan SOP yang berlaku di Instalasi Perawatan Nifas RSUD dr. Soedarso Pontianak bahwa pasein pasca bedah sectio caesarea direkomendasikan pulang pada hari ke tiga jika pada pemeriksaan didapati hasil proses penyembuhan luka berjalan baik dan tidak ditemukan tanda-tranda infeksi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini dapat berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka yang berjalan baik. SIMPULAN Hasil penelitian terhadap 30 responden didapatkan variabel mobilisasi dini dan variabel penyembuhan luka sama-sama diperoleh nilai mean=6.8 dan median=7. Sebanyak 25 responden (83,3%) melakukan mobilisasi dini post operasi sectio caesarea dan sebanyak 25 responden (83,3%) mengalami proses penyembuhan luka post operasi sectio caesarea dengan baik pada hari ke-3. Hasil uji analitik korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara mobilisasi dini pada ibu post operasi sectio caesarea dengan proses penyembuhan luka post operasi sectio caesarea (r = 1.000, p=0,000 α=0,05). Nilai korelasi Pearson sebesar 1.000 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat kuat. DAFTAR RUJUKAN Barid, Mubin. (2011). Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Proses Penyembuhan Luka dan Lama Hari Rawat pada Pasien Post Pembedahan Sectio caesarea di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang. Malang: PSIK FK Universitas Brawijaya. Boyle, M. 2008. Seri Praktik KebidananPemulihan Luka. Jakarta : EGC. Carpenito,LJ. 2013. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC. Gallagher, C.M (2004) Pemulihan Pascaoperasi Caesarea.Jakarta : Erlangga. Hidayat.A. A. A.Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.Jakarta : Salemba Medika.
59
JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA, Volume I Nomor 2 Juli 2015, hlm. 54 - 59
Kasdu, D. 2003 Operasi Caesar, Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara Kozier, 2011 Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta: EGC Manuaba.I.B 1998 Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta:EGC Mochtar.R. 1998.Sinopsisi Obstetri Jilid II. Jakarta: EGC Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Rineka Cipta. Oxorn.H & William R.Forte. 1990. Ilmu Kebidanan:Patologi & Fisiologi Persalinan. Jogjakarta: ANDI, YEM Sabiston, 1995 Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC Sosiowati. 2013. Pengetahuan Ibu Post Operasi Seksio Saesarea Tentang Mobilisasi Di Rumah Sakit Umum Santo Antonius Pontianak: KTI Suriadi,. 2007. Manajemen Luka. Pontianak: STIKEP MUHAMMADIYAH Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jogjakarta: Graha Ilmu Wiknjosastro. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka