Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
Dengan terbitnya Mite Sisifus, sebuah esei filosofis, Albert Camus akhirnya tampil secara lebih utuh dalam dunia sastra Indonesia dalam kerangka pemikirannya tentang absurd, karena dua novelnya yang telah lebih dulu diterjemahkan, Orang Asing dan Sampar , mempunyai kaitan erat dengan rangkaian esai filosofis tersebut, begitu pula Noces (Perkawinan) , kumpulan cerita pendeknya yang baru saja muncul terjemahannya, dan dua dramanya, Caligula dan Le malentendu ( Kesalahpahaman ), yang pernah dipentaskan atau setidaknya pernah dibicarakan.1 Kedua novel terjemahan itu mendapat sambutan yang berbeda. Sampar kelihatannya lebih mendapat tanggapan daripada Orang Asing , lebih dihargai oleh pembaca Indonesia. Padahal di Perancis, justru Orang Asing dianggap sebagai novel Camus yang terbaik dan yang paling penting. Berbagai pujian dilontarkan pada novel itu oleh kritikus-kritikus terkemuka di Perancis maupun Inggris; misalnya “novel paling baik semenjak gencatan senjata”, “sebuah novel yang sempurna” (isi dan penyajiannya). Dan itu merupakan suatu sambutan luar biasa yang langka di negara yang tidak kekurangan karya-karya besar itu. Pada usianya yang masih terhitung muda, kurang lebih 30 tahun, Camus sudah dibandingkan dan disejajarkan dengan Dos Passos dan Hemingway, dua pengarang besar Amerika. Bahkan kedua buku itu saja telah menghasilkan sejumlah interpretasi dan deskripsi dalam bentuk esai maupun buku yang jauh lebih tebal daripada kedua karya Camus itu. Pengakuan terhadap keunggulan karya-karya Camus juga terlihat dari kenyataan terpilihnya L’Etranger dan Mythe de Sisyphe sebagai bacaan wajib di terminale .2 Dan bukan hanya karya-karyanya yang dikagumi, orangnya sendiri juga menjadi idola para pemuda di zamannya, bahkan lama setelah kematiannya yang tragis di tahun 1960, akibat kecelakaan mobil. Wajahnya yang cukup tampan mengingatkan orang pada Humprey Bogart, bintang pujaan yang memainkan tokoh utama dalam Casablanca , sebuah film terkenal dari akhir tahun limapuluhan yang sampai sekarang masih terus menjadi bahan pembicaraan para ahli sinema. Wajah tersebut juga mirip wajah Fernandel, pelawak Perancis yang sangat tenar di masa itu, yang namanya juga disebut-sebut dalam Orang Asing . Kematian Camus di puncak kejayaannya, membuat para pemujanya mengidentifikasikannya
1 / 14
Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
dengan James Dean yang legendaris. Sosok Camus memang menampilkan suatu paduan aneh antara keseriusan dan kegembiraan, paduan kontradiktif yang membayang dalam falsafah absurd yang digagasnya dan dalam ketiga novelnya yang penting.
Sambutan dan pemahaman masyarakat sastra Indonesia, yang tidak sekedar berbeda ruang dan waktu, tetapi juga berbeda tradisi budaya, bahasa, dan sastranya, jelas tidak sama dan tidak akan pernah sama.3 Bagi pembaca sastra Indonesia, Camus mungkin hanya salah satu dari sejumlah pengarang kaliber dunia yang namanya sering disebut-sebut, tetapi tidak terlalu dikenal. Mungkin lebih jauh dan lebih samar-samar daripada Shakespeare, Hemingway, atau Garcia Marquez. Banyak di antara kita suka mengutipnya untuk suatu kekenesan, tetapi kelihatan sekali tidak mengerti betul apa yang dikutipnya. Mungkin. sebagian besar kita lebih terpikat oleh falsafah yang digagasnya daripada karya-karya fiksinya, karena menganggap filsafat lebih bergengsi daripada sastra, dan melihatnya sebagai suatu karya yang berdiri sendiri. Tentu semua itu tidak salah, karena sastra bersifat polisemis, dan tak ada larangan untuk menafsirkannya sesuai pengetahuan pembaca. Tulisan ini hanya bermaksud menambah wawasan dan renungan para pembaca, mendudukkan Camus dalam kondisi produksi di Perancis di masa buku-buku pertamanya mulai diterbitkan: suatu kondisi yang khas, yang hanya ada di suatu negara di suatu masa tertentu. Oleh karena itu tulisan singkat ini akan menyentuh pula aspek sosio-historis dan literer yang melatarbelakangi resepsi publik pembaca Perancis.
Orang Asing dan Mite Sisifus Sebagaimana diungkapkan di atas, kedua karya itu, yang kemunculannya hanya berselisish beberapa bulan karena ditulis nyaris secara simultan, sebenarnya saling menjelaskan. Menurut pengarangnya sendiri, Orang Asing menimbulkan “le sentiment de l’absurde” atau perasaan absurd, sedangkan kumpulan esai itu mengungkapkan “ la notion de l’absurde ”, makna absurd. Namun sebaiknya kita mulai dengan situasi Perancis di kala novel pertama4 Camus itu muncul. Ketika Orang Asing terbit di tahun 1942, dan Mythe de Sisyphe tak lama kemudian, Perancis, seperti halnya negara-negara Eropa lain, sedang tercekam keputusasaan dan sikap apatis, stres berat akibat derita berkepanjangan: terlalu sering melihat kematian, kebiadaban, terlalu lama mengalami kesengsaraan, kehilangan dan ketidakpastian, terlalu lama dalam penderitaan. Tak ada sambutan meriah ketika akhir Perang Dunia II diumumkan, tidak seperti akhir Perang Dunia I yang disambut dengan luapan kegembiraan dan pesta-pora. Semua tetap lesu dan tidak peduli, seakan-akan dunia tidak mempunyai harapan lagi dan perdamaian tak menjanjikan apa-apa. Keadaan negatif itu terungkap dalam gagasan para filsuf Eropa, seperti Kierkergard, Nietzsche, Sartre, berupa pemikiran muram dan pesimis, dan membayangi semua karya sastra yang terbit sepanjang paruh pertama abad XX. Apalagi pada dasarnya pemikiran para pengarang dan filsuf Perancis diwarnai oleh semangat Yansenis
2 / 14
Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
yang pesimistis. Kemuraman itu menjadi lebih kelam dan dingin.
Orang Asing, yang selalu disebut sebagai roman solaire (roman matahari), dan Mite Sisifus muncul sebagai roman yang asing, yang memperkenalkan suasana dan semangat baru dalam iklim yang kelam dan dingin itu. Semangat baru itu tentu saja memancar dari Meursault, tokoh utamanya yang sangat mencintai hidup, menikmati hidup dengan tubuhnya, bahagia dalam persatuannya dengan alam dan dalam “kealpaan semesta”: dia tak peduli pada apa pun selain pada alam, khususnya matahari. Meursault, yang namanya merupakan gabungan dari Mer (laut) dan soleil (matahari), sangat peka dan perhatian terhadap matahari. Mulai dari awal, selalu muncul di sana sini frasa seperti “langit yang menyilaukan”, “langit yang dipenuhi cahaya matahari”, “panasnya mulai menekan ke bumi”, dan banyak lagi. Matahari tak terpisahkan dari hidupnya, membayanginya, membuat ia merasa enak, melenakan, menyiksanya, dan akhirnya juga menyeretnya ke tiang gantungan. Novel itu terdiri atas dua bagian: bagian pertama mengungkapkan kehidupan Meursault yang monoton, tak sadar dan menyatu dengan alam; bagian kedua menceritakan saat-saat kesadarannya muncul ketika ia merenungkan keadaannya yang tanpa kebebasan dan tanpa harapan. Dalam kedua bagian itu, matahari memainkan perannya yang menentukan, kadang transparan kadang nyata. Kadang dia disebut “matahari”, kadang “panas”, “cahaya”, atau unsur lain yang merupakan bagiannya. Alinea terakhir dari bagian pertama Orang Asing merupakan lirisme puitis mengenai hubungannya yang fatal dengan matahari yang memainkan peran sebagai takdir, di sebuah pantai dekat Aljir, pada suatu hari minggu yang santai dan damai, di tengah hari, saat matahari mengirimkan cahaya dan panasnya secara tegak lurus ke bumi. Inilah alinea penutup yang banyak dipuji itu:
Aku berpikir bahwa aku tinggal membalikkan badan dan semua akan selesai. Tetapi seluruh pantai yang bergetar tertimpa matahari, menekan di belakangku. Aku maju beberapa langkah ke arah mata air. Orang Arab itu tidak bergerak. Bagaimanapun juga ia masih cukup jauh. Mungkin bayang-bayang di atas wajahnya yang membuat wajahnya tampak seakan-akan tertawa. Aku menunggu. Sengatan matahari mencapai pipiku dan aku merasakan butir-butir peluh mengumpul di alisku. Mataharinya sama seperti waktu aku menguburkan ibu, dan seperti waktu itu, keningku terutama terasa sakit dan semua pembuluh darahku berdenyut-denyut bersama-sama di bawah kulit. Karena sengatan matahari tak tertahankan lagi olehku, aku melakukan suatu gerakan ke depan. Aku tahu bahwa tindakan itu tolol, bahwa aku tak akan terbebas dari matahari dengan jalan berpindah tempat selangkah. Tetapi aku telah melangkah,
3 / 14
Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
hanya satu langkah ke depan. Dan kain ini, tanpa bangkit, orang Arab itu mencabut pisaunya yang diacukannya kepadaku di bawah matahari. Cahaya memercik di atas logam dan peristiwa itu seperti mata pisau yang panjang dan menyilaukan yang menikam keningku. Pada saat yang sama, keringat yang terkumpul di alisku mengalir semua ke pelupuk dan menutupinya dengan tirai yang hangat dan tebal. Mataku tak dapat melihat akibat tirai air mata dan garam itu. Aku hanya merasakan dentang simbal dan matahari di keningku, dan samar-samar, kilatan seperti lembing menyilaukan dari pisau itu senantiasa di depanku. Lembing pijar itu menggigiti alisku dan menusuki mataku yang pedih. Pada waktu itulah semua bergoyang. Laut meniupkan hembusan yang pekat dan bergelora. Aku merasa seakan langit seluruhnya menganga untuk mencurahkan hujan api. Seluruh tubuhku meregang dan aku menekankan tanganku pada pistol. Pelatuk tertekan, aku menyentuh bagian tengah gagang pistol yang licin. Dan saat itulah, dalam suara yang sekaligus kering dan memekakkan, semua ini dimulai. Aku mengibaskan keringat dan matahari. Aku mengerti bahwa aku telah menghancurkan keseimbangan hari, kebisuan luar biasa dari sebuah pantai tempat aku pernah merasa bahagia. Lalu, aku menembak lagi empat kali tubuh yang tidak bergerak itu, tempat peluru-peluru menembus dan tidak keluar lagi. Dan semua itu seperti empat letusan singkat yang kuketukkan pada pintu kesengsaraan. (Orang Asing: 50-51)
Di bagian kedua, setelah kebebasannya terpasung, Meursault mulai melihat dengan jernih kondisi kemanusiaannya yang rapuh dan papa sebagai calon terpidana mati yang merupakan keterpecahannya dengan dunia. Dalam selnya dia terus-menerus merenungkan ketidakrasionalan dunia yang menghukum mati setiap manusia, dan berusaha untuk memahami ketidakrasionalan itu. Dia tidak mendapat jawaban. Meskipun demikian dia bahagia, tepatnya ketika akhirnya ia membuka diri pada dunia yang tak ramah, dan tak acuh itu.
Tema matahari dualis yang menonjol itulah5 yang antara lain membuat Sartre melihat novel Camus itu sebagai buku yang asing, yang mengungkapkan pandangan yang tak lazim atas matahari. Sebelum Orang Asing, orang Eropa yang lebih banyak mengalami udara dingin yang menyiksa, dan seringkali ditambah berminggu-minggu langit suram tanpa matahari, selalu menggambarkan matahari sebagai sesuatu yang indah dan menyenangkan, dan tidak pernah membuat perlambangan matahari sebagai sesuatu yang tidak enak, apalagi sebagai pembawa maut. Matahari bagi mereka adalah lambang enerji, dan lambang kehidupan. Sartre, yang pemikirannya dapat dianggap mewakili khalayak pembaca Perancis, mengatakan dalam ulasannya mengenai karya tersebut,
4 / 14
Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
Novel ini sendiri merupakan novel yang asing. Dia datang dari garis yang lain, dari seberang lautan; dia berbicara tentang matahari, tentang musim bunga tanpa pemanas yang baru berlalu, yang tidak diungkapkan sebagai suatu hal menakjubkan yang eksotis, melainkan dengan kewajaran yang nyaris merupakan kejenuhan dari orang yang sudah terlalu banyak menikmati matahari. (Situations I: )
Orang Asing adalah suatu lirisme tropikal yang ajaib bagi publik pembaca Perancis, mereka heran melihat matahari digambarkan dengan dua sifat yang bertentangan seperti itu. Namun bukan hanya itu keorisinalan Orang Asing; buku itu juga menampilkan sosok baru dalam sejarah pertokohan sastra Perancis. Meursault adalah seorang pegawai kecil sebuah kantor perwakilan kecil. Gajinya tak cukup untuk menghidupi ibunya. Apartemennya dihuni manusia-manusia kumuh seperti Raymond, si mucikari, dan Salamano yang suka “meludah” di mana-mana, yang selalu bersama anjingnya yang penuh kudis dan menyebarkan bau busuk. Dan ruangan Meursault, yang hanya dipisahkan dari ruang tetangganya oleh dinding tipis yang tidak kedap suara, hanya berisi “kursi-kursi jerami yang agak reyot, lemari yang kacanya menguning, meja rias dan tempat tidur dari kuningan” ( Orang Asing : 18). Tokoh semiskin ini di sebuah novel serius Perancis sungguh suatu pemandangan baru bagi pembaca negara itu. Jangan lupa bahwa sampai saat itu yang disebut kesusastraan Perancis terutama adalah kesusastraan bourgeoise . yang berbicara tentang tokoh-tokoh bourgeois tinggi maupun rendah, dengan warnanya yang khas yang ditandai oleh ikatannya pada materi. Tokoh Madame Bovary dari roman Balzac, meskipun hidup di desa adalah seorang isteri dokter. Novel-novel Gide selalu menampilkan tokoh dari kalangan bourgeois yang mapan, misalnya tokoh-tokohnya dalam Simphoni pastoral , Teseus , dan Pulanglah si Anak Hilang , tiga karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia; begitu pula yang terdapat dalam novel-novelnya yang lain. Dibandingkan dengan tokoh-tokoh bourgeois itu, Meursault adalah manusia biasa, yang miskin dan tak memasalahkan apa pun: tekanan kehadirannya dalam novel itu adalah pada être
5 / 14
Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
atau mengadanya, dan bukan pada avoir (memiliki) maupun faire (melakukan). Dan masalahnya juga bukan pada baik atau jahat. Novel itu tidak bertujuan moralis. Camus hanya ingin mengungkapkan suatu pandangan hidup yang tegar yang ada dalam jangkauan setiap manusia sebagai manusia, tanpa ilusi adanya Tuhan maupun dunia lain, tanpa harapan akan penyelamatan maupun sorga, tanpa apa-apa. Karena absurd harus dimulai dengan kesadaran akan keterbatasan yang telanjang, akan kekecilan dan ketidakberdayaan manusia terhadap dunia dan takdirnya, akan “ mesure ” dalam “ démesure ”. Oleh karena itu Mersault marah besar dan memberontak kepada pendeta yang datang ke selnya, membujuknya untuk membuat pengakuan dosa dan memohon ampun kepada Tuhan agar masuk sorga. “ Mon royaume est de ce monde ”. “Kerajaanku adalah dunia ini”, pernyataan itu adalah harga mati dan disadari dengan penuh kejernihan oleh sang tokoh tegar yang menolak bersandar pada apa pun termasuk pada Tuhan.
Camus memang memperkenalkan suatu pandangan dunia yang baru yang melihat manusia sebagai manusia, yang membumi, dan sepenuhnya sadar akan kondisinya yang terbatas dan papa, tanpa kehilangan kebahagiaan dan martabatnya. Dia melihat manusia seperti Sisifus yang harus selalu mendorong batunya ke puncak gunung, dan menggelindingkannya ke bawah, dan mendorongnya lagi dan menggelindingkannya lagi, begitu terus, tanpa henti, dan tetap bahagia dan bermartabat karena ia telah mampu mengalahkan batunya. Maka pantaslah bila bagian kedua —bagian setelah sang pendeta pergi— ditutup dengan lirisme yang puitis seperti akhir bagian pertama.
Setelah ia pergi, aku kembali menemukan ketenanganku. Aku lelah sekali dan kujatuhkan diriku ke tempat tidur. Kukira aku tertidur karena aku terbangun dengan bintang-bintang di depan wajahku. Suara dari pedusunan naik sampai kepadaku. Bau-bau malam, tanah, dan garam, menyegarkan keningku kembali. Kedamaian yang menakjubkan dari musim panas yang tertidur itu merasuk ke dalam diriku seperti air pasang. Pada saat itu, pada batas malam, sirene-sirene meraung. Bunyinya menandai keberangkatan ke dunia yang sejak itu tak pernah lagi tak acuh padaku. Untuk pertama kali setelah sekian lama, aku memikirkan ibu. Kurasa aku mengerti mengapa pada akhir hidupnya ia mengambil seorang “tunangan” , mengapa ia
6 / 14
Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
bermain untuk memulai lagi. Juga di sana di sekitar panti wreda, di tempat hidup padam, sore hari terasa seperti saat istirahat yang rawan. Pada saat-saat menjelang kematian, ibu pasti merasa terbebas dan siap untuk menghidupkan semuanya kembali. Tak seorang pun, tak seorang pun berhak menangisi ibu. Dan aku, aku juga merasa siap untuk hidup kembali. Seakan-akan kemarahan yang luar biasa itu telah mencuci diriku dari kejahatan, mengosongkan diriku dari harapan, di hadapan malam yang penuh dengan tanda dan bintang ini, untuk pertama kali aku membuka diriku kepada ketakacuhan yang lembut dari dunia ini. Karena setelah merasakan ia begitu sama denganku, dan akhirnya begitu bersaudara, aku merasa bahwa aku telah begitu berbahagia dan masih demikian adanya. Supaya semua tereguk, supaya semua merasa tak terlalu kesepian, aku hanya mengharapkan agar banyak penonton datang di hari pelaksanaan hukuman matiku, dan agar mereka menyambutku dengan meneriakkan cercaan.
Meursault memang haus kebahagiaan, seperti semua tokoh Camus, sekalipun itu merupakan kebahagiaan dalam keterbatasan dan kepapaan. Nguyen van Huy bahkan menegaskan dalam disertasinya yang sangat menarik, bahwa kebahagiaan adalah kenyataan utama dalam karya Camus yang selalu merupakan “quête de bonheur”, pencarian kebahagiaan. Ia menjadikan aspek dionisiak itu sebagai sasaran utama pembahasannya atas karya-karya Camus.
Novel matahari ini seharusnya akrab dengan kita dan membawa kita pada suatu pemahaman diri yang lebih dalam,6 dalam kaitan dengan matahari yang berlimpah, dan dalam tujuan itulah sebenarnya saya menerjemahkan novel tersebut. Namun selama ini tak ada tanggapan selain resensi di beberapa surat kabar di awal kemunculannya.
Mite Sisifus adalah sebuah esai filosofis yang aneh, memperkenalkan suatu pandangan kehidupan yang tidak lazim. Sebagai filsafat belum lengkap karena belum sampai pada sistem. Esai-esai filosofis Camus memang sering dikecam, pengertiannya tentang gagasan-gagasan beberapa filsuf yang disebutnya sering keliru. Jean Sarrochi mengatakan ada semacam “ incompétence philosophique ” pada Camus, semacam ketidakmampuan dalam filsafat. Namun esai itu sangat indah dan gagasan yang disajikan orisinal, dan segera mendapat tempat di hati pembaca Perancis yang selalu tertarik pada yang tak lazim. Camus sendiri, yang pertama-tama adalah seorang seniman, memang mempunyai pandangan tersendiri tentang filsafat. Ia menulis demikian dalam catatannya, “Orang berpikir melalui gambaran-gambaran. Jika kau ingin menjadi seorang filsuf, tulislah novel!” (Carnets I: 23). Camus menolak pengertian klasik yang mempertentangkan filsafat dan sastra. Dia tak melihat adanya batas yang jelas antara dua
7 / 14
Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
bidang itu. “Berpikir pertama-tama berarti menciptakan suatu dunia (atau membatasi dunianya, yang artinya sama saja)... Filsuf, bahkan seorang Kant pun, adalah seorang pencipta...”7 adalah pernyataannya dalam salah satu esainya. Sikap itu mengungkapkan pengaruh Penomenologi dan eksistensialisme yang merupakan mode di masa itu, suatu filsafat yang bertolak pada pengalaman konkret. Filsafat Camus adalah filsafat seorang seniman, yang cenderung merupakan ekspresi yang bersifat metafhoris, simbolis, dan menggunakan mite.
Pengaruh nihilisme Nietzsche sangat jelas dan konsisten pada Camus, begitu juga kecenderungan dionisiaknya yang merupakan pemuasan kebahagiaan individual. Namun falsafah absurdnya memang orisinal karena dikaitkan pada manusia dalam ketelanjangannya, dalam keterbatasannya. Masalah utama Camus adalah keterpisahan, perceraian antara manusia dengan dunia, dan drama itu dimulai dalam kesadaran manusia.
Bila karya-karyanya yang lain merupakan suatu pencarian kebahagiaan, Mite Sisifus adalah falsafah tentang kebahagiaan. Perlu diketahui definisi kebahagiaan bagi Camus. Kebahagiaan adalah keadaan di mana subyek yang mencintai bersatu dengan obyek yang dicintai, yang hidup dengan hidupnya, yang Mengada dengan Eksistensinya. Sisifus merasa dirinya berbahagia karena menyatu dengan ideal pemberontakannya. “Jadi ada suatu kebahagiaan metafisik untuk menanggung absurditas dunia ini ... . Perjuangan itu seorang diri ke arah puncak gunung cukup untuk mengisi hati manusia. Harus dibayangkan Sisifus berbahagia.”
Sampar dan Tema Solidaritas
Ada tiga pengarang besar Perancis pemuja Nietzsche yang sangat mempengaruhi karya-karya Camus, yaitu André Gide, Montherlant, dan André Malraux. Gide, yang menulis La Nourriture terrestre (Santapan Duniawi) yang sering dibandingkan dengan Orang Asing , mengilhami Camus dengan suasana moral bebas yang mewarnai novel itu. Daya tarik Montherlant bagi Camus adalah pemujaannya pada keindahan fisik, kebenaran tubuh, dan semangat Hispanis yang menggelora yang merupakan semangat Laut Tengah, yang sangat diakrabinya selama masa mudanya di Aljir. Dan Malraux, yang selalu dikenang melalui novelnya yang terkenal, La Condition humaine
8 / 14
Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
(Kondisi Manusia), Les Conquérants (Para Penakluk) memperkenalkan “perasaan yang kuat tentang absurditas” dan tema solidaritas yang patetik pada Camus.
Semangat solidaritas itulah yang menonjol dalam La Peste, dan merupakan perwujudan atau jalan keluar dari impas manusia absurd yang harus melakoni hidup yang tak manusiawi dan memberinya arti. Solidaritas adalah satu kemungkinan konsekuensi dari pilihan bahwa “Tuhan tidak ada, maka manusia bertanggung jawab atas dirinya (perbuatannya)”.8 Dokter Rieux, tokoh utama dalam novel tersebut, tidak sekalipun berpikir untuk meninggalkan Oran yang dilanda pes dan diisolasi, meskipun ia mempunyai alasan kuat dan kemungkinan untuk pergi. Istrinya yang sakit keras yang membutuhkan perawatan yang lebih baik dibiarkannya pergi sendiri. Padahal kota itu tidak menarik maupun ramah. Oran adalah sebuah kota dagang kecil yang tidak cantik dan tidak nyaman dari segi iklim. Dokter Rieux tetap tinggal bersama sahabatnya Tarrou dan berjuang melawan pes, dengan mendirikan kelompok pelayanan kesehatan bersama tokoh-tokoh lain. Semua orang dengan watak yang berbeda-beda bekerja sama sekuat tenaga. Rambert yang egois, Grand yang penyendiri dan pelamun, Cottard yang tertutup berkumpul dan bahu membahu menghadapi musibah massal itu. Rasa persaudaraan yang melingkupi tokoh-tokohnya adalah kebahagiaan humanis manusia absurd yang diwujudkan melalui tindakan solider untuk mengatasi pes (baca:dunia) yang absurd itu.
Penceritaan yang Bening dan Klasik
Orang Asing bukan hanya dianggap hebat karena isinya, tetapi juga karena gaya yang khas dalam penyajiannya. Jangan lupa bahwa kritikus Perancis sangat peka dan cermat memperhatikan bentuk penyajian dan aspek kebahasaan.9 Sartre dalam ulasannya juga menyentuh wilayah tersebut, dan panjang lebar berbicara tentang kalimat-kalimatnya yang pendek dan terpenggal-penggal, yang tentu merupakan hal biasa bagi pembaca Indonesia. Terpenggal-penggal bukan berarti kalimat-kalimat itu tak lengkap, melainkan tak berkaitan, tak menggunakan kata penghubung yang begitu banyak dan beragam dalam bahasa Perancis. Sartre menyebut kalimat-kalimat Camus terpulau-pulau, karena ada kekosongan di antara kalimat-kalimat itu. Dan itu dimulai dari awal Orang Asing. “Hari ini ibu meninggal. Atau mungkin kemarin, aku tidak tahu. Aku menerima telegram dari panti wreda, 'Ibu meninggal kemarin. Dimakamkan besok. Ikut berdukacita.'Kata-kata itu tidak jelas. Mungkin ibu meninggal kemarin.” Gaya telegrafis ini sungguh tak lazim bagi pembaca sastra Perancis yang terbiasa menghadapi kalimat-kalimat panjang yang lentur dan anggun.10
9 / 14
Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
Kesan terkotak-kotak dari kalimat-kalimat Camus yang tak berhubungan dan tak berkonjungsi masih ditambah lagi dengan penggunaan kala yang tak lazim digunakan dalam penceritaan sastra, yaitu kala passé composé. Kala tersebut menggambarkan peristiwa lampau yang berdiri sendiri, tak berhubungan dengan peristiwa lain, dan hanya digunakan dalam bahasa lisan. Untuk tujuan yang sama, dalam tradisi tertulis Perancis, selalu digunakan kala passé indefini .
Namun bentuk itu diterima dengan takjub karena para kritikus melihat bahwa gaya itu pas dan serasi sekali dengan pandangan dan gaya hidup tokoh yang disajikan. Tokoh Meursault hidup secara otomatis, dalam kekinian, tak peduli hari kemarin maupun hari esok, dalam ketakacuhan, tak mampu melihat dirinya dalam kaitan dengan sekitarnya, bahkan tak mampu melihat dirinya sendiri. Ia takjub melihat si wanita otomat, ia merasa seperti menonton orang lain diadili, ketika perkaranya disidangkan. Ia tak mengartikan apa pun hubungannya dengan pacarnya, Marie. Meursault hanya hidup hari ini dan tanpa ikatan dengan apa pun, sikap hidup itu tersirat kuat mulai dari awal ceritanya, dalam kalimat-kalimatnya yang pendek, dengan inti meloncat-loncat.
Dalam hal bentuk penyajian, Roland Barthes mengawali artikelnya yang berjudul “L’Etranger, roman solaire ” dengan mengatakan, “ Orang Asing jelas merupakan roman klasik pertama pascaperang (pertama bukan hanya dalam arti kemunculannya tetapi juga kualitasnya).”11 Pernyataan “roman klasik” merujuk pada tradisi klasisisme Perancis yang menuntut kerapihan bentuk dan tatanan penceritaan, yang didasari dengan aturan-aturan estetik yang ketat, khususnya pada keutuhan, keserasian, dan keseimbangan bentuk, dan menjadi ukuran nilai sebuah karya sastra. Hal itu bukan hanya penting dalam dunia sastra, tetapi juga dalam bidang-bidang lain. Dalam arsitektur misalnya, susunan yang seimbang dan serasi selalu menjadi patokan, seperti yang terlihat dalam arsitektur bangunan-bangunan di negara itu. Dalam dunia seni pertamanan, simetrisme juga sangat dijaga. Orang Asing sendiri berbentuk diptik yang sangat sempurna dalam hal penyajian maupun isinya. Bagian pertama terdiri atas jumlah halaman yang (nyaris) sama dengan bagian kedua, meskipun jumlah babnya agak berbeda. Bagian pertama mengungkapkan lirisme persatuan Meursault dengan alam, dan bagian kedua lirisme homo absurdus, yang dengan jernih melihat perceraiannya dan kondisinya yang rentan dan tak nyaman. Setiap bagian berakhir dengan suatu puncak dan kalimat yang indah.
10 / 14
Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
Karya Camus yang lain juga memperlihatkan bentuk penceritaan klasik, terutama drama-dramanya, yang memperlihatkan struktur drama klasik. Semua dalam pembabakan yang rapi mengikuti urutan aksi Freytag: dengan klimaks di antara rising action dan falling action. Menurut seorang filsuf Perancis, cinta dan kesetiaan Camus pada Klasisisme diilhami oleh Nietzsche yang juga seorang pemuja Klasisisme.
Dalam hal aspek verbal, yang dipuji pada Mite Sisifus dan Orang Asing adalah kejernihan bahasa dan penyajian gagasannya. Kata “ Clarté, transparence, opacité ” yang semuanya berarti kejernihan atau kebeningan, adalah kata-kata yang selalu muncul dalam setiap ulasan atas karya-karya Camus, khususnya atas kedua karya utamanya, Mite Sisifus dan Orang Asing . Soal kejernihan yang berhasil diciptakannya ini penting karena bahasa Perancis sendiri bersemboyan “ clair et distinct ”, jelas dan rinci. Mite Sisifus , falsafah hidup yang rumit dan merujuk ke berbagai pemikiran filosofis yang lain itu, dikemukakan dengan kalimat-kalimat yang sederhana dan jelas, dan tidak dengan kalimat-kalimat sirkuler dan kata-kata sulit. Gaya ini cocok untuk gagasannya sendiri yang juga sederhana, menyangkut manusia dalam kesederhanaannya yang paling dasar.
Dan bukan hanya kejelasan atau kebeningan itu yang menarik dalam aspek bahasa Mite Sisifus , tetapi juga sifatnya yang puitis. Pierre Georges Castex mengatakan bahwa Camus menampilkan suatu gaya hidup melalui bahasa. Misalnya keakraban Meursault terhadap ibunya diperlihatkan dengan kata “maman”, sebutan akrab dalam bahasa lisan. Kepekaannya terhadap kehidupan wanita itu terlihat dalam lintasan kalimat ini, “deretan-deretan pohon sipres yang menuju bukit-bukit, dekat langit, tanah merah atau hijau ini, rumah-rumah yang berjauhan dan bentuknya indah.”
Gaya Camus tak selalu sama dalam setiap karyanya. Bila Orang Asing penuh dengan kalimat yang terpenggal-penggal, Sampar dengan kalimat panjang yang lentur, La Chute , yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, menampilkan kalimat-kalimat dialogis yang berstandar yang sesuai dengan kedudukan penuturnya sebagai seorang pengacara.
11 / 14
Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
Novel ini bercerita tentang Jean Baptiste Clamence, sang pengacara, yang dari awal sampai akhir cerita berbicara kepada seseorang yang tak pernah muncul, yang kadang berkesan orang lain kadang berkesan sebagai alter egonya. Terutama karena di bagian akhir, yang diajak berbicara adalah seorang pengacara juga. J.B. Clamence, seperti orang asing, sebelumnya menikmati dan merasa puas dengan hidupnya sebagai pengacara selibat yang berhasil, selalu menolong orang dan bersikap hormat pada wanita. Tiba-tiba mengalami krisis kesadaran setelah pada suatu hari menyaksikan seorang wanita muda bunuh diri dengan jalan terjun dari jembatan, di musim gugur yang dingin.
Pada akhirnya, meskipun tidak selengkap yang diharapkan, uraian tentang sambutan dan resepsi pembaca Perancis atas Camus dan karya-karyanya di atas cukup memadai untuk menegaskan suatu hal lain yang mungkin belum Anda ketahui, atau telah Anda ketahui, tetapi belum dapat Anda pastikan posisinya. Namun, sekali lagi, resepsi pembaca mumpuni Perancis yang diungkapkan dalam bentuk tertulis, berupa interpretasi melalui pembahasan yang cermat dan pantas itulah yang membuat karya Camus besar atau tampak besar. Interpretasi yang tetap mengalir sampai sekarang itulah yang melestarikannya dalam kebesaran, yang membuat generasi baru tertarik untuk membacanya, dan selanjutnya tertarik pada gagasannya yang senantiasa aktual: optimisme tentang manusia sebagai manusia dalam keterbatasan dan kesengsaraannya tetapi tetap bermartabat, tentang suatu metode untuk menggapai kebahagiaan dan martabat dalam kondisi yang “tak manusiawi itu”. Dan siapa bilang bahwa pemikiran itu tidak aktual di masa sekarang di dunia yang makin menjadi tidak manusiawi.***
Daftar Pustaka
Bersani, J. et al. 1970. La Littérature en France depuis 1945. Paris: Bordas.
Camus, Albert. 1956. La Chute. Paris: Gallimard.
12 / 14
Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
Camus, Albert.1984. Orang Asing. Jakarta: Djambatan.
Camus, Albert.198. Sampar. Jakarta: Gramedia.
Camus, Albert. 1999. Mite Sisifus. Jakarta: Gramedia.
Lévi-Valensi, Jacqueline (editor). 1970. Les Critiques de notre temps et Camus. Paris: Garnier Frères.
Nguyen-Van-Huy, Pierre. 1968. La Métaphysique du bonheur chez Albert Camus. Neuchatel: A la Baconnière.
Quilliot, Roger. 1970. La Mer et les prisons. Paris: Gallimard.
Sartre. 1942. “L’Explication de l’Etranger”. dalam Situations I. Paris: Gallimard.
13 / 14
Mite Sisifus, Orang Asing, Sampar dan Camus Posisi dan Interpretasi - Esai - Horison Online Ditulis oleh Apsanti Djokosujatno Jumat, 28 Juni 2013 10:41 -
Catatan Akhir 1. Mengenai penerjemahan drama Camus penulis tidak pasti, karena terjemahan naskah drama asing hanya disimpan di Pusat Dokumentasi H.B. Jasin. Namun Le Malentendu pernah dipentaskan di televisi lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Hanya saja, drama itu dipotong semau-maunya, sehingga maknanya menjadi sangat dangkal. 2. Kelas terakhir di Lycée Perancis yang setara dengan kelas terakhir SMU. 3. Perbedaan pertama yang paling mencolok adalah perbandingan tiras L’Etranger dan Ora ng A sing , yang mau tidak mau memperlihatkan jumlah pembacanya. Buku aslinya terjual 2 juta eksemplar dalam waktu satu tahun, sementara buku terjemahannya yang hanya bertiras 3000, baru terjual habis setelah 10 tahun, padahal harganya hanya Rp 2.200,-. 4. Orang Asing memang novel Camus yang pertama diterbitkan; tetapi yang pertama ditulis dan digagas adalah La Mort heureuse, yang baru diterbitkan setelah pengarangnya meninggal. 5. Pentingnya tema matahari tidak tertangkap oleh ilustrator sampul Orang Asing. Bandingkan dengan ilustrasi sampul buku aslinya yang penuh warna kuning dan satu sosok kabur di tengah. 6. Mungkin kita terhanyut dalam ketakpedulian dan kedangkalan karena terlalu dimanja matahari. 7. Mythe de Sisiphe: 175. 8. Pilihan yang lain adalah “Tuhan ada maka manusia tidak bertanggung jawab”, suatu pemikiran yang dianggap berbahaya, tetapi itulah yag sering merupakan kenyataan: di Indonesia, negara yang mempunyai begitu banyak mesjid dan jemaat Islam maupun Kristen, peristiwa korupsi paling hebat di dunia, begitu pula kekerasan. 9. Perkembangan kritik sastra Perancis, dari awal ditandai oleh ketatnya aturan terhadap penggunaan bahasa, selain bentuk. Metode kritik yang banyak dikecam ini, bagaimanapun, mempunyai andil besar dalam perkembangan kesusastraan Perancis, dan sosok kesusastraan Perancis dewasa ini, harus dilihat dalam kaitan dengan kerja keras dan keketatan pengawasan para kritikusnya selama periode-periode awal perkembangannya, sepanjang abad XVII sampai XVIII, selama masa Klasisisme mendominasi kesusastraan Perancis. 10. Bandingkan dengan tradisi perkalimatan bahasa Indonesia. Saya merasa pasti bahwa kalimat-kalimat Camus dalam Orang Asing tidak luar biasa bagi pembaca Indonesia. Juga pembaca Indonesia sudah biasa dengan kalimat tak berkonjungsi. Keterpukauan kalimat Camus dalam karya tersebut tak akan terasa dan diperhitungkan dalam pemahamannya atas karya ini. 11. Les critiques de notre temps et Camus, 60-61. Joomla SEO by AceSEF
14 / 14