Minat Enterpreneurship Siswa Di SMK N 1 Batang Bambang Setiyono (11220107) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini yakni seluruh siswa kelas XI SMK N 1 Batang yang berjumlah 349 siswa. Sampel dalam penelitian ini yakni 40 siswa kelas XI AK 1. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling, yakni pengambilan sampel dalam satu kelas yang dilakukan secara acak. Hal-hal yang ingin diungkap dalam penelitian ini terkait dengan minatentrepreneurship siswa diantaranya: (1) Kepercayaandiri; (2) Berorientasi pada tugas dan hasil; (3) Berani mengambil resiko; (4) Kepemimpinan ; (5) Keorisinilan ; dan (6) Berorientasi kemasa depan, yang termasuk ke dalam indicator minat entrepreneurship. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan uji coba angket minat entrepreneurship dengan tujuan mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen (angket minat entrepreneurship).Uji coba validitas dan reliabilitas dilakukan pada 15 siswa yang termasuk ke dalam bagian populasi namun tidak termasuk dalam bagian sampel penelitian. Hasil dari pelaksanaan uji coba angket diperoleh kesimpulan bahwa dari 34 item pernyataan dalam angket minat entrepreneurship, 5 item di antaranya dinyatakan tidak valid, sehingga 5 item tersebut dibuang (tidak dipakai) dalam pengukuran minat entrepreneurship siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 40 siswa yang menjadi sampel penelitian (responden), 8 siswa memiliki minat entrepreneurship berada dalam kategori tinggi dan 31 di antaranya berada dalam kategori sedang, sedangkan 1 siswa pada kategori kurang. Skor rata-rata indicator minat entrepreneurship siswa SMK N 1 Batang berada pada kategori sedang. Skor tertinggi terdapat pada indicator kepercayaan diri sebesar 15,95. Sedangkan skor terendah terdapat pada indicator berani mengambil resiko sebesar 11,82. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa SMK N 1 Batang memiliki kecenderungan minat entrepreneurship yang baik. Saran yang dapat diberikan kepada guru bimbingan dan konseling di sekolah yakni diharapkan guru diharapkan dapat lebih memahami minat entrepreneurship siswa agar siswa mampu mengembangkan entrepreneurship yang sesuai dengan potensinya. Kata Kunci : Minat entrepreneurship, SMK N 1 Batang. PENDAHULUAN Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3,
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Fungsi dan tujuan di atas, menunjukkan bahwa pendidikan di setiap satuan pendidikan harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Permasalahannya adalah apakah pendidikan di tiap-tiap satuan pendidikan tersebut telah diselenggarakan dengan baik dan mencapai hasil seperti yang diharapkan. Untuk melihat mutu penyelenggaraan pendidikan, dapat dilihat dari beberapa indikator. Beberapa indikator mutu hasil pendidikan yang selama ini digunakan diantaranya adalah nilai Ujian Nasional (UN), persentase kelulusan, angka drop out (DO), angka mengulang
32 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
kelas, persentase lulusan yang melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya. Indikator-indikator tersebut cenderung bernuansa kuantitatif, mudah pengukurannya dan bersifat universal. Di samping indikator kuantitatif, indikator mutu hasil pendidikan lainnya yang sangat penting untuk dicapai adalah indikator kualitatif yang meliputi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Indikator kualitatif tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik dan berkaitan dengan pembentukan minat serta keterampilan/entrepreneur skill peserta didik sehingga
mampu
bersaing,
beretika,
bermoral,
sopan
santun,
memiliki
minat
dan
keterampilan/entrepreneur skill. Bimbingan dan konseling (BK) sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional berperan dalam membantu atau memfasilitasi siswa agar mencapai perkembangan diri yang optimal. Hal ini mengindikasikan bahwasanya layanan BK juga memiliki peran yang penting dalam mengarahkan dan atau mendidik siswa untuk menekuni dunia usaha setelah mereka menyelesaikan studinya. Untuk dapat menekuni dunia usaha sebagai seorang enterpreneur, siswa perlu memiliki pengetahuan, keterampilan dan minat entrepreneurship. Guru BK harus mampu berperan aktif untuk memfasilitasi munculnya minat entrepreneurship siswa sedini mungkin, sehingga sejak kelas X mereka memiliki telah tujuan yang jelas untuk mengikuti pembelajaran di SMK dengan dibekali minat entrepreneurship yang mantap untuk meniti karirnya. Hal ini perlu dilakukan karena untuk sampai pada suatu karir tertentu tidak dapat hanya diajarkan dalam waktu yang lama. Pencapaian karir, persiapan karir dan penempatan karir dengan perkembangan yang optimal sampai pada pemantapan karirnya. Pemberian hard skill yang sesuai kompetensi keahlian yang dipilih siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia SMK. Salah satu SMK yang mengalami progress yang signifikan di Jawa Tengah adalah SMK Negeri 1 Batang. Asumsi tersebut berdasar dari beberapa indikator, yakni diantaranya: (1) sarana dan prasarana sekolah yang semakin representatif; (2) penambahan dan atau pembukaan jurusan baru; (3) program peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, seperti workshop, seminar dan pelatihan diadakan secara kontinyu; (4) jumlah pendaftar setiap tahun mengalami peningkatan; (5) pada tahun 2009 SMK N 1 Batang menjadi salah satu Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Konsekuensi dari itu semua, SMKN 1 Batang harus mampu menyelenggarakan proses pendidikan dan pembelajaran dalam tataran yang ideal, baik secara teori maupun aplikasi, sehingga out put yang dihasilkan memiliki kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor yang unggul. Setiap harinya siswa dilatih memiliki keterampilan yang diharapkan untuk siap terjun ke dunia industri. Namun sentuhan soft skill seperti minat entrepreneurship tidak cukup hanya dengan pemberian hard skill. Inilah salah satu tugas guru BK untuk memberikan sentuhan minat entrepreneurship melalui layanan BK. Guru BK yang secara ideal memiliki jaringan luas dengan para alumni sekolah, para motivator seharusnya menjadi jembatan yang menghubungkan mereka dengan siswa agar siswa memiliki minat entrepreneurship.
33 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Atas dasar hal itu maka penelitian dengan judul “Minat Entrepreneurship Siswa Di SMK N 1 Batang Tahun 2013” penting untuk dilaksanakan.
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Minat Mengenai apa yang dimaksud dengan “minat” belum ada kata sepakat di antara para ahli. Ini berarti bahwa pengertian ahli yang satu dengan yang lain dapat berbeda. Minat adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Perasaan yang dimaksud adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Minat merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Secara lebih sederhana, Walgito (2010:211) memandang minat sebagai organisasi-organisasi keyakinan dan pendapat seseorang mengenai objek yang bersifat konstan, yang disertai perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu sesuai dengan yang dipilihnya. Pengertian tersebut memberikan gambaran bahwa minat yang ada pada diri seseorang akan memberikan warna bagaimana seseorang itu berperilaku. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa apa yang diperbuat atau cara seseorang berperilaku memberikan gambaran tentang minatnya. Konsep Entrepreneurship Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa entrepreneurship adalah identik dengan apa yang dimiliki oleh usahawan atau wiraswasta. Pandangan tersebut kiranya kurang tepat karena entrepreneurship tidak hanya dimiliki oleh usahawan, namun juga oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif, misalnya petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, pimpinan proyek, dan lain sebagainya. Memang pada awalnya entrepreneurship dijumpai dalam dunia bisnis, akan tetapi akhir-akhir ini berkembang dalam berbagai aspek kehidupan, bahkan sering digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk menjadi pemimpin di suatu organisasi. Konsep entrepreneurship sampai saat ini masih terus berkembang. Entrepreneurship adalah suatu minat, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Entrepreneurship merupakan minat mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja serta berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Seseorang yang memiliki karakter selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Entrepreneur adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya.
34 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
METODE PENELITIAN Metode Penelitian Setiap langkah memecahkan masalah perlu menggunakan metode yang sesuai, sehingga kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2006:6).sedangkan menurut Sutrisno Hadi (2004:4) metode adalah suatu cara untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dimana dilakukan dengan metode ilmiah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang cara yang ditempuh untuk mengadakan penelitian artinya dapat diterima dengan akal pikiran yang sehat disertai bukti yang meyakinkan dikumpulkan secara logis, sistematis dan terkontrol. Jenis Penelitian Desain penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Desain penelitian atau rancang bangun adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa, sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk pertanyaanpertanyaan penelitiannya. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka. Oleh karenanya, dalam penelitian ini, peneliti hanya memotret fenomena tentang minat entrepreneurship siswa tanpa memberikan intervensi apapun pada mereka. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMK N 1 Batang tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah 349 siswa yang terdiri dari 166 siswa laki-laki dan 183 siswa perempuan. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang dipilih untuk sumber data. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling dengan cara undian atau acak. Cluster random sampling dengan cara undian atau acak adalah teknik pengambilan sampel penelitian dengan cara mencampur semua objek dalam populasi, sehingga semua objek di dalam populasi dianggap sama tanpa ada yang diperlakukan istimewa. Setelah dilakukan randomisasi (pengacakan) dari 8 kelas yakni XI AK I, XI AK II, XI AK III, XI PM I, XI PM II, XI AP I, XI TKJ I dan XI MM I didapatkan kelas XI AK I sebagai kelas yang
35 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
digunakan untuk sampel penelitian dengan jumlah 40 siswa. Ini berarti jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 40 siswa. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1. Sampel Penelitian
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Kelas XI Akuntansi (AK) I
14 siswa
26 siswa
40 siswa
Variabel Penelitian Variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya maupun tingkatannya. Dengan demikian yang dimaksud variabel adalah objek penelitian. Dalam penelitian ini, variabelnya adalah minat entrepreneurship siswa. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian: Bulan Maret – April 2013. 2. Tempat/Lokasi Penelitian: Penelitian ini akan dilaksanakan SMK N 1 Batang, Jl. Ki Mangunsarkoro No. 2, Kabupaten Batang.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas instrumen angket minat entrepreneurship. Uji validitas dimaksudkan agar angket yang disebar benar-benar merupakan alat pengumpul data yang tepat. Pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan dengan menggunakan 15 siswa sebagai responden. Responden tersebut termasuk dalam bagian populasi namun di luar sampel penelitian. Dalam uji validitas angket rumus yang digunakan adalah korelasi product moment dari Karl Pearson. Berdasarkan hasil uji validitas angket Minat Entrepreneurship menunjukkan bahwa dari 34 item pernyataan, terdapat 29 item yang termasuk valid dan 5 item tidak valid, sehingga dapat disimpulkan bahwa 5 item tersebut yakni item nomor 1, 9, 15, 24, dan 29 tidak dapat digunakan untuk mengukur tingkat minat enterpreneurship siswa sampel penelitian. Sedangkan hasil uji reliabilitas angket minat enterpreneurship siswa menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas angket tersebut adalah 0,991. Ini menunjukkan bahwa angket tersebut reliabel untuk digunakan. Berdasarkan pada tujuan penelitian yang berjudul "Minat Enterpreneurship Siswa di SMK N 1 Batang Tahun 2013”, maka dapat diuraikan hasil penelitian mengenai gambaran minat entrepreneurship siswa di SMK Negeri 1 Batang. Sebelum mendeskripsikan mengenai gambaran tingkat minat entrepreneurship siswa di SMK Negeri 1 Batang dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang digunakan sebanyak 40 siswa yaitu kelas XI AK 1 sesuai dengan yang dijelaskan pada bab tiga. Berikut ini merupakan tingkat minat entrepreneurship siswa XI AK I SMK Negeri 1 Batang Tahun 2013.
36 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Secara lebih ringkas tingkat minat entrepreneurship siswa XI AK I SMK Negeri 1 Batang Tahun 2013 dapat dijelaskan pada tabel berikut ini. Tabel 2. Tingkat Minat Entrepreneurship Siswa di SMK N 1 Batang Kategori
Jumlah Responden
T
8
S
31
K
1
R
0
Keterangan : R
: Pencapaian minat entrepreneurship siswa Rendah
K
: Pencapaian minat entrepreneurship siswa Kurang
S
: Pencapaian minat entrepreneurship siswa Sedang
T
: Pencapaian minat entrepreneurship siswa Tinggi
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 40 siswa yang menjadi responden mayoritas memiliki tingkat minat entrepreneurship pada kategori sedang, 8 siswa pada kategori tinggi, 1 siswa pada kategori kurang dan tidak ada siswa yang tidak memiliki minat entrepreneurship di SMK Negeri 1 Batang Tahun 2013. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat minat entrepreneurship siswa dapat digambarkan sebagai berikut:
Jumlah Responden T S K R
Gambar 1. Tingkat Minat Entrepreneurship Siswa di SMK N 1 Batang Nilai rata-rata indikator minat entrepreneurship siswa di SMK N 1 Batang Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Skor Rata-Rata Indikator Minat Entrepreneurship Siswa No Indikator Jumlah Skor 1 Kepercayaan diri 15,95 2 Berorientasi pada tugas dan hasil 15,45 3 Berani mengambil resiko 11,825 4 Kepemimpinan 15,45 5 Keorisinilan 14,7 6 Berorientasi ke masa depan 14,425 Pada tabel 3 dapat dilihat perbedaan tiap indikator minat entrepreneurship siswa di SMK Negeri 1 Batang Tahun 2013. Dari ke-enam indikator minat entrepreneurship siswa di SMK Negeri 1
37 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Batang skor tertinggi terdapat pada indikator kepercayaan diri sebesar 15,95. Sedangkan skor terendah terdapat pada indikator berani mengambil resiko sebesar 11,82. Pada indikator berorientasi pada tugas dan hasil dengan indikator kepemimpinan memiliki skor yang sama yaitu sebesar 15,45. Sedangkan indikator keorisinilan sebesar 14,7 dan indikator berorientasi ke masa depan sebesar 14,425. Untuk lebih jelasnya mengenai rata-rata indikator minat entrepreneurship siswa di SMK N 1 Batang Tahun 2013 dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2. Skor Rata-Rata Indikator Minat Entrepreneurship Siswa di SMK N 1 Batang Tahun 2013
Pembahasan Entrepreneurship adalah orang-orang yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup. Berdasarkan hasil penelitian mengenai minat entrepreneurship pada siswa di SMK Negeri 1 Batang Tahun 2013 menunjukkan bahwa minat entrepreneurship siswa di SMK Negeri 1 Batang berada pada kategori sedang. Hal ini dapat dilihat pada masing-masing indikator entrepreneurship meliputi kepercayaan diri, berorientasi pada tugas dan hasil, berani mengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, serta berorientasi ke masa depan (Alma, 2010:52; Wibowo, 2011:35; Pusposutardjo, 1999:16; Hamdani, 2010:54). Penjelasan masing-masing pecapaian indikator minat entrepreneurship siswa yakni sebagia berikut. 1. Kepercayaan diri Kepercayaan diri merupakan suatu paduan minat dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktik, kepercayaan diri adalah minat dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan.
38 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan efisien. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan. Tingkat minat entrepreneurship siswa di SMK N 1 Batang Tahun 2013 pada masing-masing indikator menunjukkan bahwa indikator kepercayaan diri merupakan indikator minat entrepreneurship tertinggi dengan skor 15,95. Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dan minat seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya. Hal ini berarti bahwa siswa SMK Negeri 1 Batang memiliki keyakinan yang kuat dalam mencapai suatu tujuan, memiliki keyakinan yang kuat dalam memulai sesuatu/ pekerjaan, memiliki keyakinan yang kuat dalam menyelesaikan suatu tugas/ pekerjaan, memiliki keyakinan yang kuat dalam mempertahankan prinsip hidup, tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan dan hambatan serta memiliki minat ketidaktergantungan terhadap orang lain. 2. Beroirientasi pada tugas dan hasil Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif. Berinisiatif di sini artinya selalu ingin mencari dan memulai sesuatu. Untuk memulai diperlukan adanya niat dan tekad yang kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan berkembang. Dalam entrepreneurship, peluang hanya diperoleh apabila terdapat inisiatif. Berorientasi pada tugas dan hasil adalah memfokuskan diri sebaik-baiknya terhadap pikiran, tenaga, waktu dan sumber daya lainnya untuk menyelesaikan tugas dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan, sehingga tercapai efisiensi pribadi. Dengan kata lain bahwa siswa SMK Negeri 1 Batang Tahun 2013 telah mampu dalam merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan jelas, mengutamakan nilai-nilai yang positif, berorientasi pada manfaat/laba, mempunyai dorongan yang kuat untuk maju, mempunyai tekad kerja keras/tidak muydah menyerah serta mempunyai inisiatif yang kuat.
3. Berani mengambil resiko Keberanian mengambil risiko yang menjadi nilai entrepreneurship adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realitis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistik. Situasi risiko kecil dan situasi risiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada masing-masing situasi tersebut. Artinya, seorang entrepreneur menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai. Entrepreneur menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.
39 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan diri sendiri. Ini berarti, semakin besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka semakin besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain sebagai risiko. Jadi pengambil risiko lebih menyukai tantangan dan peluang. Berani mengambil resiko adalah kesiapan mental seseorang untuk berani menanggung kegagalan dengan penuh perhitungan dan berpikir realistis. Indikator berani mengambil resiko pada minat entrepreneurship siswa SMK Negeri 1 Batang dengan skor terendah sebesar 11,82. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Batang cukup baik dalam keberanian menanggung kegagalan, berpikir realisitis dan penuh perhitungan, cukup menyukai Sesutu/pekerjaan yang menantang dan atau penuh resiko, tidak mudah menyerah/pitis asa apabila mengalami kegagalan, serta mampu berminat assertif/ menyampaikan pendapat secara jujur. 4. Kepemimpinan Seorang entrepreneur yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, menjadi yang pertama, dan lebih menonjol. Untuk dapat menggunakan waktu dan tenaga orang lain, mengelola dan mengembangkan bisnisnya, seorang entrepreneur harus memiliki kemampuan dan semangat untuk mengembangkan orangorang di sekelilingnya. Seorang pemimpin yang baik tidak diukur dari berapa banyak pengikut atau pegawainya, tetapi dari kualitas orang-orang yang mengikutinya serta berapa banyak pemimpin baru di sekelilingnya. Kepemimpinan sebagai faktor penting untuk dapat mempengaruhi kinerja orang lain memberikan sinergi yang kuat demi tercapainya suatu tujuan. Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain demi mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain, siswa SMK Negeri 1 Batang memiliki minat kepemimpinan yang baik, dengan ditunjukkan pada minat mudah beradaptasi dengan orang lain, dapat membina hubunngan dengan penuh pengertian dan dapat memberi pengarahan, member teladan terhadap orang lain, terbuka terhadap saran dan kritik, serta mampu mengatasi konflik interpersonal. 5. Keorisinilan Nilai inovatif, kreatif, dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik, dengan ciri-ciri: a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik. b. Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya. c. Selalu ingin tampil beda atau memanfaatkan perbedaan
40 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Orisinil tidak selalu baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru antara reintegrasi dari komponen-komponen yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Keorisinilan merupakan nilai inovatif, kreatif dan fleksibel. Indikator keorisinilan pada minat entrepreneurship siswa SMK Negeri 1 Batang menunjukkan kategori sedang dengan skor 14,7. Hal ini berarti bahwa siswa SMK Negeri 1 Batang tidak cepat merasa puas dengan hasil yang sudah dicapai, memiliki keinginan untuk tampil beda secara positif, memiliki fleksibilitas/ todak kaku terhadap hal-hal baru, memiliki banyak ide/gagasan, memiliki daya kreativitas, serta memiliki inovasi untuk menciptakan produk/hal baru. 6. Berorientasi pada masa depan Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka ia selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada saat ini. Meskipun terdapat risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat entrepreneur tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada saat ini. Oleh sebab itu ia selalu mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang. Berorientasi pada masa depan adalah perspektif seseorang untuk selalu mencari peluang, tidak cepat puas dengan keberhasilan dan berpandangan jauh ke depan. Pada indikator berorientasi pada masa depan ini siswa SMK Negeri 1 Batang dengan skor 14,425. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Batang mampu berminat optimis, mempunyai visi dalam kehidupan, berusaha untuk selalu berkarsa dan berkarya, tidak suka menunda suatu pekerjaan, mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai sesuatu yang diinginkan serta memiliki antisipasi terhadap dampak negatif dari pekerjaan yang dilakukan. Siswa SMK Negeri 1 Batang memiliki perbedaan dalam minat entrepreneurship. Perbedaan tersebut disebabkan karena 2 faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Hal ini sesuai dengan Nuryadi (kk.mercubuana.ac.id) menyatakan bahwa entrepreneurship dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Pertama, faktor ekonomi yaitu adanya dorongan dalam diri untuk perubahan ekonomi. Faktor ekonomi ini ada dua macam yaitu adanya perangsang dan adanya cukup persediaan modal. Adanya perangsang yaitu adanya kebutuhan sosial yang baru dapat diupayakan untuk dipenuhi oleh siswa selaku calon entrepreneur dengan cara-cara baru. Sedangkan adanya cukup persediaan modal yaitu adanya modal yang cukup guna mendanai usaha yang akan dilakukan. Kedua, faktor non-ekonomi meliputi kurtur sosial dan mobilitas sosial. Kultur sosial yaitu segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan atau dalam kehidupan masyarakat. Mobilitas sosial yaitu perpindahan status seseorang dari satu kedudukan ke kedudukan yang lain.
41 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Minat Entrepreneurship Siswa SMK Negeri 1 Batang” maka dapat disimpulkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Batang memiliki kecenderungan minat entrepreneurship yang sedang. Hal ini dapat dilihat bahwa siswa mampu bekerja penuh keyakinan, tidak memiliki ketergantungan dalam melakukan pekerjaan, memenuhi kebutuhan akan prestasi, memiliki orientasi pekerjaan berupa laba, tekun dan tabah, tekad kerja keras, mampu berinisiatif, berani mengambil resiko kerja, menyukai pekerjaan yang menantang, bertingkah laku sebagai pemimpin yang terbuka terhadap saran dan kritik, mudah bergaul dan bekerjasama dengan orang lain, memeiliki daya kreatif dan inovatif, mampu luwes dalam melaksanakan pekerjaan, mempunyai banyak sumber daya, memiliki minat serba bisa dan berpengetahuan luas, serta berpikiran menatap ke depan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Wibowo. 2011. Pendidikan Keentrepreneuran: Konsep dan Strategi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bambang Pranowo. 2008. Pembelajaran yang Menumbuhkan Minat Entrepreneurship. Makalah. Malang: Universitas Negeri Malang. Buchari Alma. 2010. Entrepreneurship. Bandung: Alfabeta. Bimo Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Entrepreneurship. Jakarta: Puskur Balitbang. Ishaq Ahmed. 2010. Entrepreneurship in School. (www.entrepreneurship-education). Diakses Desember 2012. Langan
dan
Susanna.
2005.
Pendidikan
Entrepreneurship
dalam
Kehidupan
Sekolah.
(www.pendidikan-entrepreneurship.co.id). Diakses Maret 2012. M. Hamdani. 2010. Enterpreneurship: Kiat Melihat dan Memberdayakan Potensi Bisnis. Jogjakarta: Starbooks. Meredith Jones. 2005. Entrepreneurship with The Economic. (www.Entrepreneurship.us). Diakses Desember 2012. Nancy Susiana. 2008. Program Pembelajaran Kimia untuk Menumbuhkan Minat Entrepreneur. [Online]. Diakses Desember 2012 melalui http://puslittjaknov.org/data/file.pdf. Sugiyono. 2006. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi
Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta. Suprodjo Pusposutardjo. 1999. Pengembangan Budaya Entrepreneurship melalui Mata kuliah Keahlian. Makalah: Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP Yogyakarta.
42 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Sutrisno Hadi. 2004. Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offset. Suryana dan Dede Bayu. 2010. Minat sebagai Motivasi diri dalam bekerja. Yogyakarta: Pustaka Ilmu. Sudarsono. 2001. Metode Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya. Jakarta: Gramedia Pustaka. Syaifuddin Azwar. 2002. Minat Manusia: Teori dan Pengembangannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tarmizi. 2010. Program Bimbingan Karir untuk Mengembangkan Minat Entrepreneur Siswa SMA. Tesis pada Program Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Zimmerer, B.J. 1993. A Social Cognitive View Of Self Regulated. Journal Of Academic Psychology. (www.findarticle.com)
43 | JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING