MIKROENKAPSULASI IBUPROFEN DENGAN PENYALUT POLI(ASAM LAKTAT)
BEKTI PRIHATININGSIH
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
ABSTRAK BEKTI PRIHATININGSIH. Mikroenkapsulasi Ibuprofen dengan Penyalut Poli(asam laktat). Dibimbing oleh AHMAD SJAHRIZA dan TETTY KEMALA. Ibuprofen merupakan obat antiradang nonsteroid (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug, NSAID) untuk mengobati rematik, yang memiliki waktu paruh eliminasi cepat, yaitu sekitar 2 jam, dan dapat menimbulkan iritasi. Mikroenkapsulasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini menggunakan poli(asam laktat) (PLA) sebagai penyalut karena bersifat biodegradabel dan biokompatibel dalam tubuh. Mikrokapsul dibuat menggunakan metode penguapan pelarut minyak-dalam-air (O/W). PLA dan ibuprofen dengan komposisi 7:3; 8:2; dan 9:1 dilarutkan dalam metilena klorida. Mikrokapsul yang diperoleh kemudian diuji efisiensi enkapsulasinya, dan massa ibuprofen yang lepas setelah disolusi selama 4 jam diukur setiap 30 menit. Selain itu, mikrokapsul diamati morfologinya menggunakan fotostereomikroskop. Diameter mikrokapsul kemudian diukur dengan menggunakan jangka sorong. Mikrokapsul dengan komposisi PLA 0.9 g dan ibuprofen 0.1 g memiliki kemampuan melepas ibuprofen paling rendah, tetapi efisiensi penyalutannya terbesar, yaitu 51.40% (b/b). Permukaan mikrokapsul tanpa ibuprofen terlihat lebih halus dibandingkan dengan mikrokapsul yang berisi ibuprofen. Diameter mikrokapsul yang diperoleh tidak homogen dengan rerata diameter berkisar antara 540 dan 723 μm.
ABSTRACT BEKTI PRIHATININGSIH. Microencapsulation of Ibuprofen using Poly(lactid acid) Coating. Under supervision of AHMAD SJAHRIZA and TETTY KEMALA. Ibuprofen is a nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) for curing rheumatic disease which has fast elimination half time (about 2 hours), and can cause irritation. Microencapsulation is a method that could be used to overcome such a problem. This research used poly(lactic acid) (PLA) as coating agent which is biodegradable and biocompatible to the human body. Microcapsule was made by applying an oil-in-water solvent evaporation method. PLA and ibuprofen with the composition of 7:3; 8:2; 9:1 was mixed into methylene chloride. Microcapsule was further tested for its encapsulation efficiency, and the amount of ibuprofen leach in dissolution for 4 hours was measured by taking for every 30 minutes. Besides that, the morphology of the microcapsule surface was observed by using photostereomicroscope. The microcapsule diameter was then measured by vernier caliper. The microcapsule which has a composition of 0.9 g PLA and 0.1 g ibuprofen had the lowest ibuprofen released, but the efficiency was the largest, namely 51.40% (w/w). The surface of microcapsule without ibuprofen looked smoother than that filled with ibuprofen. The diameter of the microcapsules were found to be heterogeneous, with an average diameter ranged from 540 to 723 μm.
MIKROENKAPSULASI IBUPROFEN DENGAN PENYALUT POLI(ASAM LAKTAT)
BEKTI PRIHATININGSIH
Skripsi Sebagaai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul : Mikroenkapsulasi Ibuprofen dengan Penyalut Poli(asam laktat) Nama : Bekti Prihatiningsih NIM : G44203072
Menyetujui,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Ahmad Sjahriza NIP. 131 842 413
Tetty Kemala, SSi, MSi NIP. 132 232 787
Mengetahui, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Dr. drh. Hasim, DEA NIP 131 578 806
Tanggal lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada manusia termulia, Nabi Muhammad SAW dan keluarga serta sahabatnya. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Mei 2007 ini ialah mikroenkapsulasi dengan judul Mikroenkapsulasi Ibuprofen dengan Penyalut Poli(asam laktat). Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Ahmad Sjahriza dan Ibu Tetty Kemala, MSi, selaku pembimbing yang telah memberikan ilmu, masukan, dan arahannya serta menyediakan waktu untuk berkonsultasi selama menyusun rencana, penyusunan penelitian, dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada Ibu dan Bapak tercinta, Mas Tono, Mbak Badriah, Mbak Bedah, dan Annisa serta seluruh keluarga atas segala doa, dorongan, bantuan materi, kesabaran, dan kasih sayangnya kepada penulis. Selain itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf Laboratorium Kimia Anorganik (Pak Sawal, Pak Mul, Pak Caca, Bu Nur), staf Laboratorium Kimia Fisik (Pak Ismail, Bu Ai, Pak Nano), Om Em, Mbak Adew, dan Mbak Retno (Laboratorium Terpadu Biologi) yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. Kepada Mbak Tuti dan Kak Budi yang telah berbagi ilmu dan pengalamannya serta teman-teman seperjuangan (Rio, Nurhayani, Mardiana, Nova, Mario, dan Nuryono) atas saran, bantuan, dan keceriaannya. Terima kasih kepada sahabat-sahabatku tersayang di Kimia Q, terutama kepada Rani, Julia, dan Eko yang telah memberikan semangat, masukan, serta bantuannya selama melaksanakan penelitian, serta rekan-rekan Kimia angkatan 40 atas segala kebersamaannya selama ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Januari 2008
Bekti Prihatiningsih
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Oktober 1986 dari pasangan Suman dan Ninik Sumartini. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus lulus dari SMU Negeri 2 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Analitik Layanan untuk Departemen Teknologi Industri Pangan pada tahun ajaran 2006/2007, Kimia Anorganik untuk mahasiswa Biokimia pada tahun ajaran 2006/2007, dan Kimia Lingkungan pada tahun ajaran 2007/2008. Penulis juga pernah melakukan Praktik Lapang di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) pada bulan JuliAgustus 2006 dengan judul Analisis Kandungan Magnesium dan Rendemen Minyak pada Daging Buah Kelapa Sawit.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ............. ..............................................................................
ix
PENDAHULUAN ...................................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA Mikroenkapsulasi ....................................................................................... Ibuprofen .................................................................................................... Poli(asam laktat) ......................................................................................... Spektrofotometer UV/Vis ..........................................................................
1 2 3 3
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat ........................................................................................... Metode Penelitian.......................................................................................
4 4
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemurnian Ibuprofen dari Tablet .............................................................. Panjang Gelombang Maksimum dan Kurva Standar ................................. Analisis Morfologi Mikrokapsul................................................................. Efisiensi Enkapsulasi .................................................................................. Pelepasan Obat Ibuprofen secara In Vitro...................................................
5 5 5 6 6
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan .................................................................................................... Saran ...........................................................................................................
7 7
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
7
LAMPIRAN ............................................................................................................
10
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1
Klasifikasi mikrokapsul menurut morfologi . ...................................................
2
2
Struktur kimia ibuprofen ...................................................................................
2
3
Struktur kimia PLA ...........................................................................................
3
4
Prinsip spektroskopi absorpsi ...........................................................................
3
5
Hasil pemurnian ibuprofen dari tablet ibuprofen Generik ................................
5
6
Foto-foto mikrokapsul.......................................................................................
6
7
Pelepasan obat ibuprofen dari mikrokapsul pada ketiga komposisi..................
7
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Diagram alir kerja penelitian.......................................................................….
2
Tahapan pembuatan mikrosfer ibuprofen dengan penyalut PLA
10
menggunakan metode penguapan pelarut O/W. .............................................
11
3
Pembuatan larutan bufer fosfat pH 7.2............................................................
12
4
Absorbans larutan ibuprofen a pada berbagai panjang gelombang .................
13
5
Deret standar larutan ibuprofen pada panjang gelombang maksimum .......
14
6
Pengukuran diameter mikrokapsul tanpa ibuprofen menggunakan jangka sorong...................................................................................................
7
Pengukuran diameter mikrokapsul untuk komposisi PLA:ibuprofen (9:1) menggunakan jangka sorong. ...........................................................................
8
16
Pengukuran diameter mikrokapsul untuk komposisi PLA:ibuprofen (8:2) menggunakan jangka sorong. ..........................................................................
9
15
17
Pengukuran diameter mikrokapsul untuk komposisi PLA:ibuprofen (7:3) menggunakan jangka sorong. ..........................................................................
18
10 Efisiensi enkapsulasi ibuprofen dengan penyalut PLA. ..................................
19
11 Rerata hasil disolusi ibuprofen dari mikrokapsul dengan penyalut PLA.....
20
12 Disolusi ibuprofen dari mikrokapsul dengan penyalut PLA ............................
21
1
PENDAHULUAN Penyakit rematik atau biasa disebut radang sendi menyerang persendian dan sekitarnya. Rematik dapat menyerang bagian kepala sampai kaki, tetapi belum diketahui penyebabnya secara pasti. Gejala rematik dapat ditandai dengan nyeri di lutut, siku, pergelangan, maupun di bagian sendi lainnya. Gangguan ini dapat menyerang pria dan wanita pada semua umur. Jenis rematik yang paling banyak diderita penduduk dunia antara lain rematik radang sendi, pirai (asam urat), dan osteoarthritis. Penyakit rematik radang sendi paling sering menyerang kelompok usia 20-50 tahun. Gejala umum yang terjadi adalah sendi kaku saat bangun tidur dan penderita sulit bergerak. Penyakit pirai (asam urat) disebabkan oleh kadar asam urat yang berlebihan dalam darah. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang bersifat degeneratif. Gejala yang menyertainya antara lain nyeri pada persendian setelah penderita melakukan aktivitas atau saat perubahan cuaca dari panas ke dingin (Adnan 1981). Gejala-gejala yang timbul dapat mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga perlu diobati. Pengobatan rematik secara umum ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri, menghilangkan gejala peradangan, dan mencegah terjadinya deformasi (perubahan bentuk), serta memelihara fungsi persendian agar tetap dalam keadaan baik. Obat rematik yang umum ada dua jenis berdasarkan tujuan pengobatannya, yaitu obat antiradang nonsteroid (nonsteroidal anti-inflammatory drugs, NSAID) untuk menghilangkan rasa nyeri dan mengontrol peradangan, dan obat untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah (Adnan 1981). Ibuprofen merupakan salah satu obat rematik jenis NSAID. Senyawa aktif tersebut dapat meredakan rasa nyeri akibat peradangan atau bersifat analgesik. Namun, ibuprofen dapat menimbulkan iritasi pada lambung dan usus serta memiliki waktu paruh eliminasi yang cepat, yaitu sekitar 2 jam (Reynold 1989 dalam Wukirsari 2007). Waktu paruh eliminasinya yang cepat menyebabkan obat tersebut harus lebih sering dikonsumsi, yaitu tiga kali sehari. Oleh karena itu, diperlukan sistem pelepasan obat secara khusus untuk ibuprofen. Sistem pelepasan terkendali merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi iritasi pada saluran pencernaan dan memperlambat waktu pelepasan obat
(Sutriyo et al. 2004). Salah satu metode yang dapat dilakukan ialah dengan cara mengenkapsulasi obat dalam ukuran kecil (mikrometer). Bahan penyalut yang digunakan dapat beragam, dengan syarat dapat terdegradasi dan biokompatibel dalam tubuh. Proses enkapsulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bahan penyalut poli(asam laktat) (PLA). Polimer ini dapat digunakan sebagai bahan penyalut karena bersifat biodegradabel dan biokompatibel. Aplikasi PLA dalam tubuh telah banyak dilaporkan, seperti sebagai benang jahit, mikoenkapsulasi naltrekson (Dinarvand et al. 2003), ketoprofen (Paolo et al. 2005), dan hemoglobin (Meng et al. 2004). Penelitian ini bertujuan menghasilkan mikrokapsul ibuprofen yang tersalut PLA dengan menggunakan metode penguapan pelarut minyak-dalam-air. Selain itu, dipelajari efisiensi enkapsulasi dan pelepasan ibuprofen dari mikrokapsul.
TINJAUAN PUSTAKA Mikroenkapsulasi Mikroenkapsulasi adalah teknik yang digunakan untuk mengungkung suatu senyawa menggunakan bahan penyalut yang ukurannya yang sangat kecil (mikron) (Yoshizawa 2002). Babstov et al. (2002) menyatakan bahwa enkapsulasi dalam ukuran kecil memiliki banyak sekali keuntungan, antara lain melindungi suatu senyawa dari penguraian dan mengendalikan pelepasan suatu senyawa aktif. Pelepasan suatu senyawa aktif (misalnya obat) secara terkendali dapat mencegah terjadinya peningkatan konsentrasi obat dalam saluran pencernaan secara mendadak. Dengan demikian iritasi pada saluran pencernaan dapat dihindari, terutama dalam dinding lambung dan usus. Secara garis besar, mikrokapsul dapat dibagi menjadi tiga kelompok dasar menurut morfologinya, yaitu berinti tunggal, berinti jamak, dan matriks (Gambar 1).
2
mikropartikel
mikrokapsul
(a) tipe mono-
(b) tipe poly-
mikrosfer
(c) tipe matriks
Gambar 1 Klasifikasi mikrokapsul menurut morfologi (Yoshizawa 2004). Menurut Lachman (1994), metode mikroenkapsulasi yang dapat dilakukan dalam bidang farmasi antara lain suspensi udara, pemisahan fase koaservasi, pengeringan semprot dan pembekuan, penyalutan di dalam panci, serta teknik penguapan pelarut. Masing-masing metode tersebut menghasilkan ukuran partikel dan memiliki penerapan bahan inti yang berbeda-beda (Tabel 1). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penguapan pelarut minyak dalam air. Metode ini meliputi emulsifikasi obat dalam fase minyak dan fase air. Berdasarkan kelarutan obat dalam fase-fase tersebut, metode penguapan pelarut dapat dikelompokkan ke dalam emulsifikasi tunggal (meliputi penguapan pelarut minyak-dalam-air dan airdalam-minyak) dan emulsifikasi ganda (penguapan pelarut air-dalam-minyak dalam air) (Benita 1989). Tabel
1
Proses mikroenkapsulasi dan penerapannya Proses Bahan inti Kisaran mikroenyang dapat ukuran kapsulasi diterapkan partikel (μm) Suspensi Padat 35 – 5000* udara Padat dan 2 – 5000* Pemisahan cair fase koaservasi Sentrifugasi Padat dan 1 – 5000* lubang ganda cair Penyalutan di Padat 600–5000* dalam panci Penguapan Padat dan 5 – 5000* pelarut cair Pengeringan Padat dan 600 semprot dan cair pembekuan
* 5000 μm bukan batas ukuran partikel. Metode juga dapat diterapkan pada proses penyalutan makro, (ukuran partikel > dari 5000 μm) (Lachman 1994).
Polimer yang dapat digunakan untuk mikroenkapsulasi tentunya harus biodegradabel dan biokompatibel dalam tubuh. Hal tersebut disebabkan oleh kapsul yang diperoleh akan dikonsumsi manusia dan masuk ke dalam tubuh. Beberapa polimer yang dapat digunakan antara lain gelatin (Tayade & Kale 2004), PLA (Robani 2004), Poli(ε-kaprolakton) (Ramesh et al. 2002), Poli(asam laktat-glikotat) (Bahl & Sah 2000), kitosan (Sutriyo et al. 2004), alginat, pektin, poliakrilat, dan ester selulosa. Ibuprofen Ibuprofen (Gambar 2) tergolong NSAID, biasanya digunakan dalam pengobatan rasa sakit dan radang untuk rematik dan penyakit muskuloskeletal lainnya (Lista et al. 2006). Senyawa ini tidak larut dalam air, dan sebagian besar senyawa yang termasuk jenis NSAID merupakan asam organik lemah dengan pKa 3.5 - 6.3 (Liden & Lovejoy 1998 dalam Wukirsari 2007). Ibuprofen memiliki bobot molekul 206.3 g/mol.
Gambar 2 Struktur kimia ibuprofen. Proses kerja ibuprofen sebagai obat antiradang adalah dengan menghambat kerja enzim prostaglandin sintetase. Prostaglandin merupakan salah satu mediator dalam proses peradangan. Contoh mediator lainnya dalam proses peradangan adalah histamin, bradikin, dan interleuksin (WHO 2003). Proses absorpsi ibuprofen terjadi di saluran pencernaan, dan jika jumlahnya berlebihan dapat mengakibatkan pendarahan pada saluran pencernaan (Reynold 1989 dalam Wukirsari 2007). Efek samping yang biasanya terjadi dari konsumsi ibuprofen adalah pusing, kantuk, mual, diare, sembelit, dan rasa panas (iritasi) dalam perut. Namun, efek samping tersebut dapat diminimumkan, salah satunya melalui proses mikroenkapsulasi. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk itu, dan salah satunya penelitian yang dilakukan Tayade & Kale (2004) yang melakukan mikroenkapsulasi ibuprofen dengan penyalut gelatin untuk mencegah iritasi saluran pencernaan.
3
Poli(asam laktat) PLA (Gambar 3) merupakan bahan yang bersifat biodegradabel, artinya PLA dapat terdegradasi secara alami oleh panas, cahaya, bakteri, maupun oleh proses hidrolisis. Selain itu, polimer ini juga bersifat biokompatibel, yaitu cocok dalam tubuh tanpa menimbulkan efek yang berbahaya, bersifat termoplastik, dan merupakan poliester alifatik. Polimer ini tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti kloroform dan diklorometana (Alger 1989 dalam Robani 2004). Pembuatan PLA dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu polikondensasi asam laktat, reaksi pembukaan cincin laktida, dan polimerisasi fase padat atau melt polycondensation. Bobot molekul PLA bergantung pada proses pembuatannya. Jika PLA dibuat dengan cara polikondensasi asam laktat, maka bobot molekulnya adalah lebih rendah dari 1.6×104. Sementara itu, pembuatan PLA dengan cara polimerisasi pembukaan cincin laktida menghasilkan bobot molekuln berkisar antara 2×104 dan 6.8×105 (Hyon & Ikada (1997) dalam Rosida (2007)). Lukmana (2007) melakukan sintesis PLA dengan cara polikondensasi secara langsung dengan katalis stannus octoate. Sintesis tersebut menghasilkan PLA dengan bobot molekul 757.08 g/mol. O
matriks polimer (Arches 2006 dalam Robani 2004). PLA dapat digunakan dalam industri medis karena bersifat biokompatibel, tidak beracun, serta tidak menimbulkan mutasi dan alergi. PLA yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami metabolisme dan masuk ke dalam siklus asam sitrat menjadi CO2 dan H2O (Lukmana 2007). Spektrofotometer UV/Vis Spektrofotometer UV/Vis merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang diserap (absorbans) atau diemisikan (transmitans) dari suatu contoh pada daerah kisaran ultraviolet (200 – 40 nm) dan sinar tampak (400 – 800 nm). Aplikasinya tersebar luas untuk analisis kuantitatif dari bahan anorganik dan organik. Pengukuran transmitans maupun absorbans dari suatu larutan dilakukan dalam suatu jenis wadah transparan atau sel yang memiliki panjang lintasan sebesar b cm (Skoog et al. 1971). Prinsip spektroskopi absorpsi adalah jika suatu berkas sinar melewati medium homogen, sebagian dari cahaya datang (Po) akan diabsorpsi (Pa), sebagian dapat dipantulkan (Pr), dan sisanya ditransmisikan (Pt) (Gambar 4). Hukum Lambert-Beer merupakan dasar dari prinsip tersebut.
OH
O HO
O n
O
Pa
Po Pr
Pt
O
PLA
Gambar 3 Struktur kimia PLA (Arches 2006 dalam Lukmana 2007). PLA dapat berada dalam bentuk optis aktif (LPLA) dan (D,L-PLA) atau dalam bentuk campuran rasemiknya yang tidak bersifat optis aktif. L-PLA yang terdapat di alam mempunyai struktur kristalin dengan derajat kristalinitas sekitar 37%, suhu transisi kaca antara 50-80 ºC dan titik lelehnya 173-178 ºC. D,L-PLA mempunyai struktur amorf karena rantai polimernya tidak teratur. Umumnya polimer ini tersusun dari campuran struktur kristalin dan amorf, dengan struktur yang dominan akan memengaruhi sifat mekanik polimer tersebut. D,L-PLA lebih disukai daripada L-PLA karena lebih mampu mendispersikan obat secara homogen dalam
Gambar 4 Prinsip spektroskopi absorpsi. Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang datang. Selain itu, hukum tersebut menyatakan bahwa absorbans berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan bahan atau medium. Hukum Lambert-Beer : A = -log (Po/Pt) = abc Huruf T merupakan transmitans, c dinyatakan dalam mol/L, b dinyatakan dalam cm, dan a sebagai absorptivitas molar. Jika b = 1 dan c = 1 maka absorptivitas molarnya adalah absorbans larutan yang diukur pada panjang
4
lintasan b = 1 dengan konsentrasi 1 mol/L (Khopkar 1990). Spektrofotometer UV/Vis yang biasa digunakan ada dua jenis, yaitu berkas tunggal dan berkas ganda. Secara umum, spektrofotometer UV/Vis terdiri dari sumber cahaya, filter atau monokromator, alat pengatur cahaya (shutter), sel pembanding, sel sampel, detektor, penguat, dan pembaca. Perbedaan antara keduanya ialah adanya pemisahan cahaya setelah melewati monokromator pada spektrofotometer berkas ganda. Satu cahaya melewati sel pembanding menuju detektor, dan pada saat bersamaan cahaya kedua melewati sel sampel menuju sel detektor (Skoog et al. 1971). Dengan demikian, pembacaan absorbans zat tidak dipengaruhi oleh perubahan tegangan listrik karena blangko dan zat diukur pada saat bersamaan.
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLA, tablet ibuprofen generik, aseton, larutan bufer fosfat pH 7.2 (KH2PO4 dan K2HPO4•3H2O), metilena klorida, Tween 80, dan air suling. Alat-alat yang digunakan antara lain alat-alat kaca, pengaduk magnetik, neraca analitik, penyaring Bϋchner, lempeng pemanas, radas titik leleh Electrothermal, pH-meter JD-21, fotostereomikroskop Nicon, dan spektrofotometer UV/Vis-PharmSpecs 1700 Shimadzu. Metode Penelitian Pemurnian Ibuprofen dari Tablet Penelitian ini diawali dengan memurnikan obat dari tablet melalui rekristalisasi (Lampiran 1). Tablet ibuprofen generik digerus lalu ditambahkan aseton. Setelah itu, larutan disaring untuk memisahkan filtrat dan residu. Filtrat diuapkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal ibuprofen, kemudian kristal diukur titik lelehnya (WHO 2003). Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Pembuatan Kurva Standar Larutan ibuprofen dalam bufer fosfat pH 7.2 dengan konsentrasi 20 ppm diukur
absorbansnya pada panjang gelombang 210240 nm. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh kemudian digunakan untuk pembuatan kurva standar. Kurva standar dibuat dengan mengukur absorbans larutan ibuprofen dengan konsentrasi 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 22, 24, dan 26 ppm pada panjang gelombang maksimum. Hasil yang diperoleh merupakan hubungan konsentrasi dengan panjang gelombang dan dibuat suatu persamaan. Pembuatan Mikrokapsul Ibuprofen dengan Penyalut PLA (Dinarvand et al. 2003) Mikrokapsul ibuprofen tersalut PLA diperoleh dengan menggunakan metode penguapan pelarut minyak-dalam-air (Lampiran 2). Sejumlah PLA ditambahkan ke dalam 10 mL metilena klorida untuk memberikan konsentrasi 7%, 8%, dan 9% (w/v). Kemudian sejumlah ibuprofen dilarutkan dalam larutan PLA dan didapatkan konsentrasi 3%, 2%, dan 1% (w/v). Larutan tersebut dimasukkan perlahan-lahan ke dalam 200 mL fase cair yang mengandung 2% (w/v) Tween 80. Sementara itu, campuran diaduk dengan pengaduk magnet untuk membentuk emulsi o/w yang stabil pada suhu kamar. Pengadukan (1000 rpm) dilanjutkan sampai 1 jam dan dipanaskan pada suhu 37 оC untuk menguapkan metilena klorida dan bentuk padat dari mikrokapsul. Mikrokapsul yang telah diperoleh selanjutnya disaring, dicuci dengan air suling, dan dikeringkan semalam sampai bobotnya konstan. Morfologi Mikrokapsul PLA Mikrokapsul PLA yang berisi obat ibuprofen dan yang tanpa penambahan ibuprofen diamati morfologinya dengan menggunakan fotostereomikroskop. Efisiensi Enkapsulasi Sebanyak 25 mg mikrokapsul ditimbang dan digerus hingga halus. Mikrokapsul dilarutkan ke dalam 50 mL bufer fosfat pH 7.2 (Lampiran 3). Campuran tersebut disaring dan filtratnya diencerkan sebanyak 20 kali. Setelah itu, filtrat dibaca absorbansnya dengan spektrofotometer UV/Vis pada panjang gelombang maksimum. Absorbans yang diperoleh digunakan untuk menentukan konsentrasi ibuprofen dengan bantuan kurva standar (Wukirsari 2007).
5
Uji Disolusi secara In Vitro Mikrokapsul sebanyak 200 mg dimasukkan ke dalam wadah larutan bufer fosfat pH 7.2 sebanyak 500 mL pada suhu (37±0.5) ºC. Kemudian larutan diputar dengan kecepatan 100 rpm (Tayade & Kale 2004). Cuplikan diambil pada interval waktu 0, 0.5, 1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, dan 4 jam. Selanjutnya analit diencerkan sebanyak 20 kali dan diukur absorbansnya pada panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer UV/Vis.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemurnian Ibuprofen dari Tablet Metode rekristalisasi dengan pelarut aseton digunakan untuk memurnikan ibuprofen dari tablet. Aseton dipilih karena dapat melarutkan ibuprofen sementara matriks bahan pengisi tablet lainnya tidak ikut dilarutkan. Ketika aseton tersebut menguap, akan diperoleh kristal ibuprofen. Hasil pemurnian yang diperoleh berwarna putih (Gambar 5) dan berbau khas, dengan kisaran titik leleh 71-73 оC. Kisaran titik leleh yang sempit ini menunjukkan bahwa kristal ibuprofen yang diperoleh cukup murni. Nilainya juga mendekati data diliteratur, yaitu sekitar 76 оC (Depkes 1995). Kadar ibuprofen yang tercantum dalam setiap tablet sebesar 400 mg. Hasil rekristalisasi dari 20 tablet menghasilkan 7.6831 g kristal ibuprofen. Jadi, persentase hasil yang diperoleh cukup besar, yaitu 96.04%.
Gambar 5 Hasil pemurnian ibuprofen dari tablet ibuprofen Generik
Panjang Gelombang Maksimum dan Kurva Standar Pelarut yang digunakan dalam penentuan panjang gelombang dan kurva standar adalah larutan bufer fosfat pH 7.2. Nilai pH tersebut menyesuaikan dengan pH usus yang lazim digunakan sebagai medium disolusi tablet ibuprofen (Depkes 1995). Pengukuran panjang gelombang maksimum ( λ maks) dilakukan pada daerah ultraviolet karena larutan ibuprofen tidak berwarna. Besarnya λ maks yang didapat, ialah 221.8 nm (Lampiran 4). Nilai λmaks tersebut dapat dikatakan sesuai dengan literatur, yaitu 222 nm (Depkes 1995). Persamaan kurva standar yang diperoleh adalah y = 0.00467x + 0.0304 dengan r2 sebesar 99.75% (Lampiran 5). Persamaan kurva standar tersebut digunakan dalam perhitungan efisiensi enkapsulasi dan nilai persen ibuprofen yang lepas. Analisis Morfologi Mikrokapsul Mikrokapsul PLA yang mengandung ibuprofen berwarna putih dan berbentuk agak bulat. Hasil analisis morfologi mikrokapsul dengan fotostereomikroskop (Gambar 6) menunjukkan bahwa mikrokapsul kosong lebih seragam bentuknya dan permukaannya lebih halus (Gambar 6a) dibandingkan dengan permukaan mikrokapsul yang berisi ibuprofen (Gambar 6b, 6c, dan 6d). Mikrokapsul yang diperoleh tidak seragam. Distribusi ukuran partikel mikrokapsul tanpa ibuprofen menunjukkan diameter rerata sebesar 519 μm (Lampiran 6). Sementara itu, ukuran diameter mikrokapsul yang berisi ibuprofen memiliki rerata 540-723 μm dengan komposisi PLA terhadap ibuprofen 9:1, 8:2, dan 7:3 (Lampiran 7-9). Ukuran mikrokapsul yang berisi ibuprofen lebih besar daripada yang tanpa ibuprofen menunjukkan terjadinya proses penyalutan ibuprofen dengan bahan penyalut PLA. Penelitian ini menggunakan proses mikroenkapsulasi penguapan pelarut. Lachman et al. (1994) mengatakan bahwa proses mikroenkapsulasi yang berbeda memiliki klasifikasi ukuran partikel dan penerapan bahan inti yang berbeda-beda pula (Tabel 1). Kisaran ukuran partikel yang dihasilkan dengan metode penguapan pelarut adalah 5-5000 μm sehingga diameter kapsul yang diperoleh masuk dalam kisaran tersebut. Bahan inti yang padat digunakan dalam penelitian ini.
6
1 mm
(a) (b)
(c) (d) Gambar 6 Foto-foto mikrokapsul tanpa ibuprofen (a) dan dengan ibuprofen dengan nisbah 9:1 (b), 8:2 (c), dan 7:3 (d) (perbesaran 75×). Efisiensi Enkapsulasi Mikrokapsul ibuprofen dengan penyalut PLA memiliki kisaran efisiensi enkapsulasi sebesar 43.65-51.40%(b/b) untuk komposisi 7:3, 8:2, dan 9:1 (Lampiran 10). Efisiensi enkapsulasi untuk komposisi 9:1 paling besar berarti pada komposisi tersebut PLA mampu menyalut ibuprofen dengan lebih baik dibandingkan pada komposisi lainnya, yaitu sebesar 51.40% b/b. Faktor yang diduga menyebabkan besarnya efisiensi pada komposisi 9:1 dibandingkan dengan komposisi lainnya adalah interaksi PLA dengan ibuprofen pada saat pembuatan mikrokapsul. Halder & Sa (2006) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan tingginya efisiensi enkapsulasi adalah nisbah antara bahan penyalut dan bahan inti. Semakin besar nisbah tersebut, maka efisiensi enkapsulasi dari suatu mikrokapsul semakin tinggi. Nilai efisiensi tersebut menunjukkan adanya obat yang tidak tersalut. Pada proses pembuatan mikrokapsul yang berisi ibuprofen, fase air perlahan-lahan menjadi keruh. Berbeda dengan proses pembuatan mikrokapsul yang berisi ibuprofen, fase air
pada pembuatan mikrokapsul ibuprofen tidak keruh.
tanpa
Pelepasan Obat Ibuprofen Secara In Vitro Medium yang digunakan sebagai tempat pelepasan ibuprofen adalah larutan bufer dengan pH 7.2 dengan suhu (37±0.5) оC (Depkes 1995). Hal ini disesuaikan dengan sifat ibuprofen yang dapat larut dan terurai dalam usus. Hasil uji disolusi in vitro menunjukkan perlambatan pelepasan ibuprofen dari mikrokapsul dengan semakin banyaknya ibuprofen yang tersalut (Gambar 7, Lampiran 12). Gambar tersebut menunjukkan adanya burst release sekitar 22% untuk komposisi 7:3, 16% untuk komposisi 8:2, dan 3% untuk komposisi 9:1 pada menit ke-30. Hal ini menunjukkan bahwa obat berdifusi secara perlahan untuk komposisi 9:1. Burst release yang terjadi dipengaruhi oleh banyaknya kandungan obat dalam mikrokapsul dan oleh pelarut yang digunakan dalam proses pembuatan mkrokapsul.
7
Pelepasan obat dari mikrokapsul paling rendah terlihat pada mikrokapsul dengan komposisi 9:1 dibandingkan dengan dua komposisi lainnya (Lampiran 11). Kemungkinan hal tersebut berhubungan dengan banyaknya PLA yang ditambahkan dalam pembuatan mikrokapsul. Tebalnya dinding mikrokapsul membuat obat lebih sulit berdifusi dan rusaknya permukaan mikrokapsul akan semakin lama sehingga obat akan lebih sulit keluar. Mikrokapsul yang mengandung bahan penyalut sedikit dan obat yang banyak akan melepas obat lebih cepat karena obat-obat tersebut terkumpul di bagian dalam dan permukaan kapsul sehingga lebih cepat berdifusi. Sutriyo et al. (2004) menyatakan bahwa penambahan sejumlah bahan penyalut sebagai pembentuk dinding mikrokapsul akan menurunkan laju pelepasan obat.
paling rendah terlihat pada mikrokapsul dengan komposisi 9:1. Faktor yang memengaruhinya adalah ketebalan dinding dari mikrokapsul. Saran Perlu dilakukan pengukuran ibuprofen yang tidak tersalut pada saat pembuatan mikrokapsul untuk mengetahui total ibuprofen sehingga efisiensi penyalutan dapat diketahui secara tepat. Tahapan lain yang perlu dilakukan adalah penelitian lebih lanjut mengenai penyeragaman mikrokapsul yang diperoleh dengan menggunakan metode pengatom ultrasonik.
DAFTAR PUSTAKA Adnan HM. 1981. Penyakit-penyakit radang sendi yang sering dijumpai seharihari. Cermin Dunia Kedokteran 23:612. Babstov et al, penemu; Tagra Biotechnologies Ltd. 30 Sep 2002. Method of microencapsulation. US patent 6 932 984. Bahl Y, Sah H. 2000. Dynamic changes in size distribution of emulsion droplets during ethyl acetate-based microencapsulation process. AAPS Pharm Sci Tech 1:1-9.
Gambar 7 Pelepasan obat ibuprofen dari mikrokapsul pada tiga komposisi.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Mikroenkapsulasi ibuprofen dengan penyalut poli(asam laktat) menghasilkan mikrokapsul yang berwarna putih dan tidak homogen dengan rerata diameter 540-723 μm. Efisiensi enkapsulasi ibuprofen tersebut sebesar 43.65-51.40% dengan efisiensi paling besar terdapat pada komposisi 9:1. Pelepasan ibuprofen dari mikrokapsul dalam medium larutan bufer fosfat pH 7.2 menunjukkan adanya efek burst release pada komposisi 9:1, 8:2, dan 7:3. Penghambatan pelepasan ibuprofen yang
Benita
S. 1989. Microencapsulation Methods and Industrial Applications. Vol 73:43-46.
[Depkes]. 1995. Farmakope Indonesia. Ed ke-4. Jakarta: Depkes. Dinarvard R, Moghadam SH, MohammadFard L, Atyabi F. 2003. Preparation of biodegradable microspheres and matrix devices containing naltrexone. AAPS Pharm Sci Tech 4:1-9. Halder A, Sa B. 2006. Preparation and in vitro evaluation of polystyrene-coated ditiazem-resin complex by oil-inwater emulsion solvent evaporation method. AAPS Pharm Sci Tech 7:E1E8.
8
Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. A Saptorahrdjo, penerjemah. Jakarta: UI Pr. Lachman L, Lieberman HA, Kaing JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi II. Suyati S, penerjemah. Jakarta: UI Pr. Lista AG, Palomeque ME, Band BSF. 2006. A fast fluorimetric flow injection method to determine ibuprofen. J Braz Chem Soc 17:1428-1431. Lukmana. 2007. Pembuatan dan Pencirian Poliasamlaktat [sripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Meng FT, Ma GH, Liu YD, Qiu W, Su ZG. 2004. Microencapsulation of bovine hemoglobin with high bioactivity and entrapment efficiency using a W/O/W double emulsion technique. Colloid and Surface B. Biointerfaces 33:177183. Paolo B et al. 2005. Preparation and in vitro and in vivo characterization of composite microcapsules for cell encapsulation. 15th International Symp on Microencapsulation, Parma, 18-21 Sep 2005. Italia. hlm 229-230. Ramesh DV, Medlicott N, Razzak M, Tucker IG. 2002. Microencapsulation of FITC-BSA into poly( ε caprolactone) by a water-in-oil-in-oil solvent evaporation technique. Trends Biomater Artif Organs 15:31-36. Robani MN. 2004. Biodegradasi struktur dan morfologi mikrosfer polilaktat [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Rosida A. 2007. Pencirian poliblend poli(asam laktat) dan poli(εkaprolakton) [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Sutriyo, Djajadisastra J, Novitasari A. 2004. Mikroenkapsulasi propanolol hidroklorida dengan penyalut etil selulosa menggunakan metode penguapan pelarut. Maj Ilmu Kefarmasian 1:93200. Skoog DA, Holler FJ, Timothy AN. 1971. Principles of Instrument Analysis. Ed ke-5. Saunders Coll. Tayade PT, Kale RD. 2004. Encapsulation of water-insoluble drug by crosslinking technique: Effect of process and formulation variables on encapsulation efficiency, particle size, and in vitro dissolution rate. APPS Pharm Sci 6:1-8. [WHO] World Health Organization. 2003. The International Pharmacopoeia: Test and General Requirement for Dosage Form, Quality Spesification for Pharmaceutical Substance and Tablets. Volume ke-5. Ed ke-3. Geneva: WHO. Wukirsari T. 2007. Enkapsulasi ibuprofen dengan penyalut alginat-kitosan [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Yoshizawa H. 2004. Trends in microencapsulation research. KONA 20:23-31.
9
LAMPIRAN
10
Lampiran 1 Diagram alir kerja penelitian
Pemurnian ibuprofen
Penentuan panjang gelombang maksimum dan kurva standar
Pembuatan mikrosfer dengan polimer poli(asam laktat)
Pengamatan morfologi dengan fotostereomikroskop
Uji efisiensi Enkapsulasi
Uji disolusi secara in vitro
11
Lampiran 2 Tahapan pembuatan mikrosfer ibuprofen dengan penyalut PLA menggunakan metode penguapan pelarut O/W
(a)
(b)
(c) Keterangan :
a = Larutan ibuprofen dan PLA dalam metilena klorida (Larutan A) b = Larutan A dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam Larutan B (air suling yang mengandung tween 80) c = mikrokapsul yang diperoleh
12
Lampiran 3 Pembuatan larutan bufer fosfat pH 7.2 Bufer fosfat yang digunakan pada penelitian ini merupakan campuran antara asam lemah (KH2PO4) dan basa konjugasinya (K2HPO4●3H2O) dengan konsentrasi masing-masing 0.2 M. Larutan KH2PO4 (larutan A) dibuat dengan cara melarutkan 45.6787 g kristal KH2PO4 dalam 1000 mL akuades. Larutan basa konjugasinya (larutan B) diperoleh dengan melarutkan 27.2180 g kristal K2HPO4●3H2O dalam akuades lalu volumenya ditepatkan dengan pelarut yang sama menjadi 1000 mL dalam labu takar. Larutan bufer fosfat pH 7.2 diperoleh dengan cara mencampurkan 28 mL larutan A dan 72 mL larutan B. Setelah itu, larutan ditambahkan akuades hingga volumenya menjadi 1000 mL.
13
Lampiran 4 Absorbans larutan ibuprofena pada berbagai panjang gelombang λ (nm) 219.0 219.2 219.4 219.6 219.8 220.0 220.2 220.4 220.6 220.8 221.0 221.2 221.4 221.6 221.8b 222.0 222.2 222.4 222.6 222.8 223.0 223.2 223.4 223.6 223.8 224.0 224.2 224.4 224.6 224.8 225.0 225.2 225.4 225.6 225.8 226.0
Absorbans 0.91248 0.91956 0.92725 0.93359 0.93945 0.94531 0.95068 0.95630 0.96033 0.96350 0.96704 0.97009 0.97168 0.97266 0.97290 0.97266 0.97168 0.96948 0.96826 0.96667 0.96448 0.96240 0.96008 0.95752 0.95593 0.95496 0.95251 0.94983 0.94751 0.94434 0.94043 0.93494 0.92798 0.92041 0.91125 0.90051
Keterangan : a larutan ibuprofen dengan konsentrasi 20 ppm b panjang gelombang maksimum
λ (nm)
14
Lampiran 5 Deret standar larutan ibuprofen pada panjang gelombang maksimum (λmaks = 221.8 nm) [ibuprofen] (ppm) 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
Absorbans 0.404 0.439 0.582 0.688 0.803 0.877 0.965 1.029 1.148 1.254
15
Lampiran 6 Pengukuran diameter mikrokapsul tanpa ibuprofen menggunakan jangka sorong Nomor partikel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Diameter mikrokapsul sebenarnya (μm) 590.44 599.81 637.30 585.75 552.95 768.51 674.79 712.28 777.88 674.79 473.29 393.63 473.29 421.74 417.06 637.30 637.30 637.30 665.42 515.46 674.79 524.84 637.30
Nomor partikel 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 Rerata
Diameter mikrokapsul sebenarnya (μm) 646.67 581.07 665.42 684.16 684.16 693.53 590.44 534.21 524.84 515.46 637.30 515.46 290.53 271.79 243.67 285.85 346.77 754.45 618.56 665.42 768.51 754.45 519.12
16
Lampiran 7 Pengukuran diameter mikrokapsul dengan komposisi PLA-ibuprofen (9:1) menggunakan jangka sorong Nomor partikel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Diameter mikrokapsul sebenarnya (μm) 728.64 634.42 722.36 734.92 621.86 734.92 722.36 684.67 734.92 703.52 948.49 935.93 929.65 854.27 979.90 785.18 741.21 797.74 747.49 766.33 263.82 244.97 270.10 232.41 238.69 672.11 653.27 910.80 584.17 709.80 577.89 835.43 929.65
Nomor partikel 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 Rerata
Diameter mikrokapsul sebenarnya (μm) 288.94 226.13 508.79 540.20 445.98 546.48 540.20 672.11 640.70 584.17 709.80 577.89 835.43 929.65 829.15 882.54 778.89 716.08 621.86 697.24 741.21 709.80 835.43 873.12 945.35 822.86 891.96 804.02 797.74 766.33 810.30 772.61 674.53
17
Lampiran 8 Pengukuran diameter mikrokapsul dengan komposisi PLA-ibuprofen (8:2) menggunakan jangka sorong Nomor partikel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Diameter mikrokapsul sebenarnya (μm) 625.40 599.87 587.11 695.60 606.25 727.50 682.83 746.65 676.45 663.69 721.12 708.36 848.76 832.80 695.60 580.73 587.11 567.96 459.48 593.49 727.50 536.06 746.65 523.29 657.31 695.60 650.93 740.27
Nomor partikel 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 Rerata
Diameter mikrokapsul sebenarnya (μm) 657.31 759.41 580.73 682.83 689.22 580.73 612.64 523.29 542.44 523.29 529.67 567.96 561.58 504.15 497.77 478.62 548.82 185.07 204.21 159.54 197.83 197.83 89.34 76.58 70.20 95.72 102.11 540.06
18
Lampiran 9 Pengukuran diameter mikrokapsul dengan komposisi PLA-ibuprofen (7:3) menggunakan jangka sorong Nomor partikel 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Diameter mikrokapsul sebenarnya (μm) 851.47 774.65 672.22 857.87 729.83 646.61 781.05 659.41 793.85 691.42 659.41 582.59 537.77 556.98 544.17 563.38 627.40 729.83 646.61 704.23 774.65 902.69 771.45
Nomor partikel 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 Rerata
Diameter mikrokapsul sebenarnya (μm) 800.26 768.25 845.07 633.80 710.63 614.60 633.80 595.39 633.80 614.60 774.65 736.24 653.01 672.22 697.82 678.62 672.22 973.11 1049.94 883.48 985.92 857.87 723.22
Contoh perhitungan : Diameter mikrokapsul = diameter kapsul dalam foto (cm) × 1 mm × 1×103 μm sebenarnya ukuran kotak millimeter blok pada foto (cm) 1 mm = 1.33 cm × 1 mm × 1×103 μm 1.562 cm 1 mm = 851.47 μm
19
Lampiran 10 Efisiensi enkapsulasi ibuprofen dengan penyalut PLA Nisbah PLAIbuprofen 9:1
Massa ibuprofen (g) 0.1082 0.1070 0.1066
a (g)
b (g)
c
0.3837 0.4198 0.4123
0.0257 0.0253 0.0253
0.170 0.208 0.192
8:2
0.2219 0.2010 0.2095
0.3847 0.3487 0.2701
0.0256 0.0255 0.0255
0.362 0.337 0.383
7:3
0.3032 0.3074 0.3057
0.4382 0.4252 0.3706
0.0250 0.0253 0.0252
0.449 0.420 0.413
Keterangan :
Efisiensi enkapsulasi (%b/b) 41.25 58.97 52.90 51.40 48.09 44.67 38.18 43.65 51.82 45.61 39.41 45.61
[Ibuprofen] (ppm) 2.9893 3.8030 3.4604 Rerata 7.1006 6.5653 7.5503 Rerata 8.9636 8.3426 8.1927 Rerata
a = massa total kapsul yang diperoleh b = massa kapsul yang digunakan untuk penentuan efisiensi enkapsulasi c = absorbans
Contoh perhitungan : [Ibuprofen] × fp × Efisiensi mL enkapsulasi =
1g 1000 mg
1L 1000 mL
×
×
x 50
× 100% massa ibuprofen (g) 2.9893 mg × 20 × L
= =
1g 1000 mg
0.1082 g 41.25 %(b/b)
×
1L 1000 mL
×
x 50 mL × 100%
20
Lampiran 11 Rerata hasil disolusi ibuprofen dari mikrokapsul dengan penyalut PLA Tabel a Rerata hasil disolusi ibuprofen dari mikrokapsul dengan penyalut PLA untuk komposisi PLA-ibuprofen (7:3) Waktu (jam) %ibuprofen yang %ibuprofen yang Rerata %ibuprofen lepas (%b/b) lepas (%b/b) yang lepas Ulangan 1 Ulangan 2 (%b/b) 0 0.00 0.00 0.00 0.5 21.10 23.94 22.52 1 26.38 26.50 26.44 1.5 27.68 26.35 27.02 2 28.35 27.94 28.15 2.5 27.74 28.83 28.29 3 27.02 27.46 27.24 3.5 28.01 33.90 30.96 4 19.33 27.62 23.48 Tabel b Rerata hasil disolusi ibuprofen dari mikrokapsul dengan penyalut PLA untuk komposisi PLA-ibuprofen (8:2) Waktu (jam) %ibuprofen yang %ibuprofen yang Rerata %ibuprofen lepas (%b/b) lepas (%b/b) yang lepas Ulangan 1 Ulangan 2 (%b/b) 0 0.00 0.00 0.00 0.5 11.29 21.53 16.41 1 12.06 22.98 17.52 1.5 12.23 22.78 17.51 2 12.39 23.62 18.01 2.5 12.66 23.95 18.31 3 14.60 24.10 19.35 3.5 14.89 26.19 20.54 4 14.11 25.47 19.79 Tabel c Rerata hasil disolusi ibuprofen dari mikrokapsul dengan penyalut PLA untuk komposisi PLA-ibuprofen (9:1) Waktu (jam) %ibuprofen yang %ibuprofen yang Rerata %ibuprofen lepas (%b/b) lepas (%b/b) yang lepas Ulangan 1 Ulangan 2 (%b/b) 0 0.00 0.00 0.00 0.5 5.30 2.00 3.65 1 7.58 4.16 5.87 1.5 7.94 3.53 5.74 2 8.09 3.98 6.04 2.5 8.46 4.11 6.29 3 9.48 4.68 7.08 3.5 10.85 3.71 7.28 4 9.02 3.84 6.43
21
Lampiran 12 Disolusi ibuprofen dari mikrokapsul dengan penyalut PLA Tabel a Disolusi ibuprofen dari mikrokapsul dengan penyalut PLA untuk komposisi 7:3 (ulangan I) Massa Waktu Absorbans [ibuprofen] %ibuprofen mikrokapsul (jam) (ppm) yang lepas (g) (%b/b) 0.2036 0 0.000 0.0000 0.00 0.5 0.231 4.2955 21.10 1 0.280 5.3448 26.38 1.5 0.291 5.5803 27.68 2 0.296 5.6874 28.35 2.5 0.289 5.5375 27.74 3 0.281 5.3662 27.02 3.5 0.289 5.5375 28.01 4 0.208 3.8030 19.33 Tabel b Disolusi ibuprofen dari mikrokapsul dengan penyalut PLA untuk komposisi 7:3 (ulangan II) Massa Waktu Absorbans [ibuprofen] %ibuprofen mikrokapsul (jam) (ppm) yang lepas (g) (%b/b) 0.2037 0 0.000 0.0000 0.00 0.5 0.257 4.8522 23.94 1 0.280 5.3448 26.50 1.5 0.280 5.4090 26.35 2 0.291 5.5803 27.94 2.5 0.298 5.7302 28.83 3 0.284 5.4304 27.46 3.5 0.342 6.6723 33.90 4 0.283 5.4090 27.62 Tabel c Disolusi ibuprofen dari mikrokapsul dengan penyalut PLA untuk komposisi 8:2 (ulangan I) Massa Waktu Absorbans [ibuprofen] %ibuprofen mikrokapsul (jam) (ppm) yang lepas (g) (%b/b) 0.2098 0 0.000 0.0000 0.00 0.5 0.141 2.3683 11.29 1 0.148 2.5182 12.06 1.5 0.149 2.5396 12.23 2 0.150 2.5610 12.39 2.5 0.152 2.6039 12.66 3 0.170 2.9893 14.60 3.5 0.172 3.0321 14.89 4 0.164 2.8608 14.11
22
Tabel d Disolusi ibuprofen dari mikrokapsul dengan penyalut PLA untuk komposisi 8:2 (ulangan 2) Massa Waktu Absorbans [ibuprofen] %ibuprofen mikrokapsul (jam) (ppm) yang lepas (g) (%b/b) 0.2095 0 0.000 0.0000 0.00 0.5 0.240 4.4882 21.53 1 0.253 4.7666 22.98 1.5 0.250 4.7024 22.78 2 0.257 4.8522 23.62 2.5 0.259 4.8951 23.95 3 0.259 4.8951 24.10 3.5 0.278 5.3019 26.19 4 0.270 5.1306 25.47 Tabel e Disolusi ibuprofen dari mikrokapsul dengan penyalut PLA untuk komposisi 9:1 (ulangan I) Massa Waktu Absorbans [ibuprofen] %ibuprofen mikrokapsul (jam) (ppm) yang lepas (g) (%b/b) 0.2004 0 0.000 0.0000 0.00 0.5 0.080 1.0621 5.30 1 0.101 1.5118 7.58 1.5 0.104 1.5760 7.94 2 0.105 1.5974 8.09 2.5 0.108 1.6617 8.46 3 0.117 1.8544 9.48 3.5 0.129 2.113 10.85 4 0.112 1.7473 9.02
Tabel f Disolusi ibuprofen dari mikrokapsul dengan penyalut PLA untuk komposisi 9:1 (ulangan II) Massa Waktu Absorbans [ibuprofen] %ibuprofen mikrokapsul (jam) (ppm) yang lepas (g) (%b/b) 0.2006 0 0.000 0.0000 0.00 0.5 0.049 0.3983 2.00 1 0.069 0.8266 4.16 1.5 0.063 0.6981 3.53 2 0.067 0.7837 3.98 2.5 0.068 0.8051 4.11 3 0.073 0.9122 4.68 3.5 0.064 0.7195 3.71 4 0.065 0.7409 3.84
23
Contoh perhitungan : × 1g % ibuprofen yang lepas1000 = mg
[ibuprofen] ×
×
fp
×
vol.
bufer
1L 1000 mL
× 100% massa mikrokapsul 4.8522 mg × 20 × 502.5 mL × L
=
×
1g 1000 mg
× 100% 0.2037 g
=
1L 1000 mL
23.93%(b/b)