Sampul Judul
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MIFTAHUL FALAH DESA KADIREJO KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 (PENELITIAN KOLABORASI) SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh DWI PRIHATININGSIH NIM 11508023 PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
Gambar Logo
J udul
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MIFTAHUL FALAH DESA KADIREJO KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 (PENELITIAN KOLABORASI) SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh DWI PRIHATININGSIH NIM 11508023 PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari: Nama
: Dwi Prihatiningsih
NIM
: 11508023
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul
: UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE DISKUSI
PADA
SISWA
KELAS
MADRASAH
MIFTAHUL
FALAH
KADIREJO
KECAMATAN
DESA
PABELAN
KABUPATEN SEMARANG
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 17 Juli 2012 Pembimbing
Fatchurrohman, M.Pd. NIP. 197103092000031001
iv
V
Lembar Penges ahan
SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MIFTAHUL FALAH DESA KADIREJO KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 (PENELITIAN KOLABORASI) DISUSUN OLEH DWI PRIHATININGSIH NIM 11508023 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skipsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 31 Agustus 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Drs.Mubasirun,M.Ag
Sekretaris Penguji
: Drs.Sumarno Widjadipa,M.Pd
Penguji I
: Dra.Siti Farikhah,M.Pd
Penguji II
: Budiyono Saputro,M.Pd
Penguji III
: Drs.Bahroni,M.Pd Salatiga, Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag. NIP. 19580827198303 1 002 v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Menjadi juara adalah hal yang biasa, tetapi menciptakan sang juara adalah hal yang luar biasa”
PERSEMBAHAN Karya tulis ini aku persembahkan untuk kedua orang tuaku,para dosenku, teman spesialku yang selalu setia membenarkan aku dari begitu banyak khilafku, dan para sahabat yang menyayangiku.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Dwi Prihatiningsih
NIM
: 11508023
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 16 Juli 2012 Yang menyatakan
Dwi Prihatiningsih
vii
KATA PENGANTAR
Assalaamu'alaikum Wr. Wb. Dengan rasa ikhlas setulus hati penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan begitu banyak rahmat, hidayah , inayah serta ridloNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam senantiasa penulis curahkan untuk beliau Rosul tercinta Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang telah membawa kita semua dari zaman kejahiliahan menuju zaman yang penuh barokah ini, semoga kita termasuk umat yang mendapat syafa’atnya. Amin Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam STAIN Salatiga. Dalam penyusunan skipsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta arahan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karenanya, dalam kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. sebagai ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. sebagai ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. 3. Bapak Drs.Sumarno Widjadipa, M.Pd. sebagai ketua Progdi S1 PGMI STAIN Salatiga.
viii
4. Bapak Fatchurrohman M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan begitu banyak ilmunya. 6. Bapak Dimyati, S.Pd. sebagai kepala Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di Madrasah yang beliau pimpin. 7. Para guru Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan, yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian. 8. Siswa-siswi kelas V Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan yang sangat ramah dan menyenangkan. 9. Romo K H. Fathurrohman Thohir beserta Ibu Nyai yang senantiasa membimbingku . 10. Bapak, Ibu, keluargaku dan teman spesialku yang senantiasa menyayangi dan mencintaiku. 11. Para sahabat-sahabatku PGMI angkatan 2008 dan Pondok Pesantren Daarussalaam Sempon Kadirejo yang sangat saya cintai. 12. Orang-orang yang telah membantu dan memberikan fasilitas kepada saya sehingga skripsi ini dapat selesai. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum begitu sempurna baik isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis berharap akan kritikan dan saran
ix
demi kebaikan skripsi ini. Semoga saja skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Wassalaamu'alaikum Wr. Wb. Salatiga, 09 Juli 2012 Penulis
Dwi Prihatiningsih
x
ABSTRAK Prihatiningsih, Dwi. 2012. Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Diskusi Kelompok Pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Kadirejo Pabelan Kabupaten Semarang (Penelitian Kolaboratif). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd.
Kata Kunci: Peningkatan, Keterampilan Berbicara, dan Metode Diskusi Kelompok. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan telah menggunakan metode dalam pelaksanaan pembelajarannya, tetapi cenderung kurang memperhatikan manfaat dari metode tersebut, akibatnya minat serta perhatian siswa rendah, begitu juga dengan hasil pembelajaran. Berdasarkan keadaan tersebut, maka penulis mengadakan penelitian tindakan kelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji seberapa besar manfaat metode diskusi kelompok mampu meningkatkan motivasi belajar dan perhatian siswa serta keterampilan berbicara siswa apabila digunakan sebagai metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tersebut. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan pada tiap siklus terdiri atas empat langkah kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian Kolaborasi dilakukan oleh dua orang guru yang saling bergantian mengamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode diskusi dalam pelajaran Bahasa Indonesia mampu meningkatkan motivasi belajar, perhatian, dan keterampilan berbicara siswa. Hasil keterampilan berbicara yang diperoleh sebelum menggunakan metode diskusi kelompok hanya 4 siswa yang tuntas atau 33,33%, dan setelah menggunakan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I meningkat 24,67% dari kondisi awal, dan pada siklus II meningkat 25%. Pada motivasi belajar siswa kondisi awal hanya 1 orang siswa yang tergolong kategori tinggi atau 8,33% kemudian pada siklus I meningkat 25% dari kondisi awal, dan pada siklus II meningkat 16,67% dari siklus I. Dan perhatian siswa yang memiliki tingkat perhatian sedang pada kondisi awal berjumlah 3 orang siswa atau 25%, meningkat 16,66% pada siklus I,kemudian meningkat sebesar 25% pada siklus II atau mencapai 8 orang siswa.Penulis menyimpulkan bahwa metode diskusi kelompok dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesi karena dapat meningkatkan motivasi, perhatian dan keterampilan berbicara.
xi
DAFTAR ISI
Contents SAMPUL JUDUL ............................................................................................... i LEMBAR LOGO ............................................................................................... ii JUDUL .............................................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ v MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... vii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii ABSTRAK......................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6 D. Hipotesis .................................................................................................. 7 E. Manfaat Penelitian.................................................................................... 8 F. Definisi Operasional ................................................................................. 9 G. Metode Penelitian................................................................................... 11 H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................ 19 A.
B.
C.
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia............................................................ 19 1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ................................. 19 2. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ........................................ 20 3. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ........................................ 20 4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran ....................................................... 21 Pengembangan Keterampilan Berbicara ................................................. 32 1. Cara Meningkatkan Keterampilan Berbicara ................................... 32 2. Metode Pembelajaran Berbicara ..................................................... 36 3. Ragam Tes Kemampuan Berbicara ................................................. 44 4. Faktor Penunjang Dan Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara 46 Metode Diskusi Kelompok ..................................................................... 48 1. Pengertian Metode Diskusi Kelompok ............................................ 48 2. Langkah-langkah Metode Diskusi Kelompok ................................. 50 3. Manfaat Metode Diskusi Kelompok................................................ 52 xii
4. Kelebihan-Kelebihan Metode Diskusi Kelompok ........................... 53 5. Kelemahan-kelemahan Metode Diskusi Kelompok ......................... 55 D. Kaitan Keterampilan Berbicara Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Metode Diskusi Kelompok ............................................................................. 57 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................................... 59 A. Setting (Tempat Dan Waktu) Penelitian.................................................. 59 B. Data Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo 63 A. Deskripsi Penelitian Tindakan ................................................................ 64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 68 A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 68 B. Pembahasan ........................................................................................... 82 BAB V PENUTUP............................................................................................ 86 A. Kesimpulan ............................................................................................ 86 B. Saran ...................................................................................................... 87 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 88 LAMPIRAN - LAMPIRAN ........................................................................... 900
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Jumlah Siswa MI Miftahul Falah Desa Kadirejo ......................... 61 Tabel 3.2 Data Tenaga Pendidik MI Miftahul Falah Desa Kadirejo ................... 62 Tabel 3.3 Data Siswa Kelas V MI Miftahul Falah Desa Kadirejo ....................... 64 Tabel 4.1 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa ................................................... 68 Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Motivasi Belajar Siswa .......................................... 69 Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Perhatian Belajar Siswa ......................................... 69 Tabel 4.4 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa ................................................... 72 Tabel 4.5 Pengamatan Motivasi Belajar Siswa ................................................... 73 Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Motivasi Belajar Siswa .......................................... 74 Tabel 4.7 Pengamatan Perhatian Siswa .............................................................. 74 Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Perhatian Siswa ..................................................... 75 Tabel 4.9 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa ................................................... 79 Tabel 4.10 Pengamatan Motivasi Belajar Siswa ................................................. 80 Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Motivasi Belajar Siswa ........................................ 80 Tabel 4.12 Pengamatan Perhatian Siswa ............................................................ 81 Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Perhatian Siswa ................................................... 81 Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Keterampilan Berbicara Siswa ........................... 83 Tabel 4.15 Perbandingan Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa ..................... 83 Tabel 4.16 Perbandingan Hasil Observasi Perhatian Siswa................................. 84
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Tabel Data Siswa MI Miftahul Falah.............................................. 91 Lampiran 2: Tabel Data Tenaga Pendidik MI Miftahul Falah ............................. 92 Lampiran 3: Tabel Data Siswa Kelas V MI Miftahul Falah ................................ 93 Lampiran 4: Hasil Keterampilan Berbicara Siswa .............................................. 94 Penilaian Siklus I ............................................................................ 95 Hasil Keterampilan Berbicara ......................................................... 96 Penilaian Siklus II........................................................................... 97 Hasil Keterampilan Berbicara ......................................................... 98 Lampiran 5: Lembar Observasi Motivasi Belajara Siswa................................... 99 Motivasi Belajar Siswa Siklus I ...................................................... 99 Motivasi Belajar Siswa Siklus II ................................................... 100 Lampiran 6: Pedoman Observasi Perhatian Siswa ............................................ 101 Perhatian Siswa siklus I. ............................................................... 101 Perhatian Siswa Siklus II .............................................................. 102 Lampiran 7: Lembar Pengamatan Guru ............................................................ 103 Lampiran 8: Dokumentasi Foto ........................................................................ 104 Lampiran 9: Riwayat Hidup ............................................................................. 107 Lampiran 10: RPP Siklus I ............................................................................... 109 Lampiran 11: RPP Siklus II.............................................................................. 113 Lampiran 12: Lembar Konsultasi ..................................................................... 117 Lampiran 13: SKK ........................................................................................... 118 Lampiran 14: Surat Permohonan Izin Penelitian............................................... 120 Lampiran 15: Surat Keterangan Madrasah........................................................ 121
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Didalam
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
berdasarkan
Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan tentang pentingnya penguasaan 4 (empat) macam keterampilan berbahasa oleh subyek didik yang meliputi: keterampilan berbicara, keterampilan menyimak atau mendengarkan (dengan pemahaman), keterampilan
membaca dan keterampilan
menulis.
Keempat
macam
keterampilan dasar berbahasa tersebut memiliki keterkaitan fungsional satu sama lain. Idealnya pembelajaran berbahasa yang baik tanpa mengabaikan keterampilan berbahasa yang lain adalah menitik beratkan pada keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara dipandang memiliki peranan sentral dalam tujuan pembelajaran bahasa, karena hakikat belajar bahasa adalah belajar komunikasi, terutama komunikasi lisan. Demikian pula dengan hakekat pembelajaran Bahasa Indonesia. Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia ialah peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar secara lisan dan tulisan. Keterampilan berbicara juga dapat menunjang keterampilan berbahasa lainnya. Keterampilan berbicara juga sering dipandang sebagai tolak ukur untuk menilai keberhasilan dalam pembelajaran bahasa.
1
2 Untuk menunjang tercapainya pembelajaran tersebut juga diperlukan keterampilan guru memilih metode yang sesuai dengan tujuan pembelajarn. Metode yang dipakai dalam pembelajaran harus efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran akan mudah tercapai. Jika tujuan pembelajaran memfokuskan keterampilan berbicara sebagai tujuan maka harus ditunjang dengan metode yang sesuai. Kenyataan yang terjadi pada pembelajaran berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah pada umumnya belum semua guru bahasa menyadari bahwa keterampilan berbicara juga penting dicapai dalam pembelajaran tersebut. Belum semua guru menyadari bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah mampu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara lisan ataupun tulisan. Guru juga belum memberikan ruang kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan tersebut. Guru dalam mengajarkan Bahasa Indonesia ataupun bahasa asing lainnya, lebih sering mengutamakan hal formal seperti struktur dan tatanan bahasa. Sehingga siswa tidak bisa secara leluasa belajar tentang keterampilan berbicara yang baik dan benar. Siswa juga lebih sering dibebani materi-materi tentang gramatikal. Guru mengajarkan pembelajaran Bahasa Indonesia juga cenderung menggunakan metode-metode yang monoton, membosankan dan hanya terfokus untuk mencapai keterampilan selain berbicara. Metode ceramah dan metode drill (latihan) lebih banyak dan lebih sering di gunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
3 Kenyataan yang terjadi di MI Miftahul Falah Kadirejo kecamatan Pabelan, keterampilan berbicara siswa kelas V masih kurang. Cara penyampaian pelajaran Bahasa Indonesia oleh guru menjadi salah satu faktor penyebabnya, guru cenderung menggunakan metode ceramah dan nyatanya siswa bosan dengan cara penyampaian guru tersebut.Selain merasa bosan, siswa juga tidak menunjukkan keaktifan saat kegiatan belajar berlangsung, motivasi siswa juga terlihat masih rendah. Siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Kadirejo Kecamatan Pabelan ini, nyatanya masih belum mempunyai keberanian dan dasar kemampuan untuk mengungkapkan ide-ide, gagasan yang ada di pikirannya. Atas keadaan tersebut, penulis merasa perlu melakukan sebuah penelitian
yang
menggunakan
metode
diskusi
untuk
memecahkan
permasalahan pembelajaran diatas, yakni untuk mengembangkan potensi keterampilan berbicara. Penulis akan menerapkan metode diskusi untuk peningkatan keterampilan berbicara berdasarkan pendapat para ahli dan pertimbanganpertimbangan. Menurut Fakhrudin (2010: 235) menyatakan bahwa unsur aktifitas yang dapat ditampilkan oleh pengajar dalam ini adalah (a) memberi kasempatan pada siswa untuk memberikan respons (pupil talk respons), semisal kegiatan berbicara antara siswa, untuk mengadakan tanggapan atau umpan balik atas ungkapan atau pelajaran guru. Pada titik ini, konsep yang dibangun dengan materi pelajaran, (b) memberi kesempatan kepada siswa
4 untuk mengadakan inisiasi, yang siswa berbicara sesamanya, untuk mengungkapkan ide masing-masing, kemudian mendapatkan tanggapan dari guru. Darling dkk (2009: 12). menyebutkan bahwa disamping harus mempertimbangkan apa yang harus diajarkan sesuai dengan standar nasional maupun lokal, para guru juga harus memikirkan cara terbaik untuk mengajarkan satu topik atau satu masalah tertentu. L. Partin (2009: 154) menyebutkan bahwa diskusi mampu memfungsikan beragam maksud. Ia mampu memfokuskan tentang memeriksa masalah, menganalisis penyebab, dampak dan potensinya. Sebuah diskusi boleh jadi digunakan untuk menginformasikan aktifitas seperti simulasi, bermain peran atau eksperimen. Menurut Syah dalam buku dalam bukunya Jamal Ma’mur Asmani (2009: 140-141) menyebutkan bahwa metode diskusi mempunyai manfaat antara lain mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan masalah, dan mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas. Pendapat lain dikemukakan oleh Gavin Reid (2009: 100) bahwa kelebihan metode diskusi adalah merangsang siswa untuk berpikir dan kesempatan mengungkapkan pendapat.
5 Dalam ayat Alquran yang berbunyi:
ﻮ ﻫﻚﺑ ﺇﹺﻥﱠ ﺭﻦﺴ ﺃﹶﺣﻲﻰ ﻫ ﺑﹺﺎﻟﱠﺘﻢﻟﹾﻬﺎﺩﺟ ﻭﺔﻨﺴ ﺍﻟﹾﺤﻈﹶﺔﻋﻮﺍﻟﹾﻤ ﻭﺔﻜﹾﻤ ﺑﹺﺎﻟﹾﺤﻚﺑﻞﹺ ﺭﺒﹺﻴﻟﹶﻰ ﺳ ﺍﻉﺍﹸﺩ
.(۱۲۵: ) ﺍﻟﻨﺤﻞﻦﻳﺪﺘﻬ ﺑﹺﺎﻟﹾﻤﻠﹶﻢ ﺃﹶﻋﻮﻫ ﻭﻪﻠﺒﹺﻴ ﺳﻦﻞﱠ ﻋ ﺿﻦ ﺑﹺﻤﻠﹶﻢﺃﹶﻋ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”(An-Nahl :125). Terkait dengan metode diskusi, ayat di atas sangat mendukung, karena ayat tersebut menjelaskan kepada manusia untuk melakukan diskusi dengan cara yang baik. Atas pendapat para ahli dan kenyataan yang terjadi di lapangan penulis mempunyai sebuah pertimbangan bahwa metode diskusi sesuai untuk mengembangkan keterampilan bicara dibanding metode ceramah dan metode drill. Karena dengan metode diskusi siswa akan cenderung mengeluarkan ideide, gagasan dan pendapat mereka melalui bahasa lisan, sehingga secara tidak langsung mereka nyata berlatih keterampilan mereka dalam berbicara. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE DISKUSI
KELOMPOK
PADA
SISWA
KELAS
V
MADRASAH
IBTIDAIYAH MIFTAHUL FALAH KADIREJO PABELAN KABUPATEN SEMARANG KOLABORASI)”.
TAHUN
AJARAN
2011/2012
(PENELITIAN
6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah penggunaan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang? 2. Apakah penggunaan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan perhatian siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang? 3. Apakah penggunaan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
7 2. Untuk mengetahui perhatian siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. 3. Untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2011: 64) Dalam penelitian tindakan kelas ini, dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan metode discus kelompok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang 2. Dengan menggunakan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan perhatian belajar siswa kelas V
8 Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang 3. Dengan menggunakan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa Mdarasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa mermberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya pengaruh penggunaan metode diskusi terhadap keterampilan berbicara siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2011/2012. Dan dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritik maupun praktik. 1. Secara Teoritik a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan yaitu mengetahui bahwa metode diskusi kelompok dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. b. Mengetahui manfaat metode diskusi kelompok dalam sebuah pembelajaran.
9 2. Secara Praktik a. Diharapkan dapat penggunaan
memperoleh pengetahuan tentang pengaruh
metode
diskusi
kelompok
terhadap
peningkatan
keterampilan berbicara. b. Diharapkan dapat menjadi acuan penulis atau pembaca sebagai pembelajaran untuk selalu bisa menggunakan metode-metode yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran F. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang salah dan pemahaman yang berbedapada judul tersebut di atas, maka penulis perlu menjelaskan berbagai istilah yang sekaligus sebagi batasan penelitian. Adapun istilah-istilah tersebut adalah 1. Metode Diskusi Kelompok Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode ini keberanian berbicara siswa diasah. N. K & Suharto (1985: 5), menyebut metode diskusi dengan tehnik diskusi. Tehnik diskusi adalah salah satu tehnik belajar mengajar yang dilakukan oleh seseorang guru disekolah. Didalam diskusi ini proses interaksi antara dua/lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar
10 pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. Menurut Hasibuan & Moedjiono (1995: 20), menyebutkan bahwa metode diskusi adalah satu cara penyajian bahan pelajaran guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan
ilmiah
guna
mengumpulkan
pendapat,
membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. 2. Keterampilan Berbicara Yang
termasuk
dalam
keterampilan
berbicara:
seperti
mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari hari, peristiwa, tokoh, kesukaan atau ketidaksukaan, kegememaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan drama anak (Departemen Agama, 2004: 104). 3. Pelajaran Bahasa Indonesia Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan salah
11 satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Standar kompetensi pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahun, keterampilan bahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia, serta mnghargai manusia dan nilai nilai kemanusiaan (Departemen Agama, 2004: 103). Indikator yang dapat dilihat dari peningkatan keterampilan berbicara antara lain sebagai berikut: a. Aktifnya siswa dalam bertanya b. Siswa mampu menanggapi persoalan atau pernyataan c. Siswa mampu mengeluarkan ide atau pendapat d. Siswa mampu mengungkapkan gagasan yang ada di pikirannya G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Berdasarkan fenomena diatas penulis mengadakan penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Bahasa Inggris disebut Classroom Action Research yaitu suatu action research yang dilakukan dikelas. Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti,bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang
12 mengajar, dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti (Arikunto dkk,2010: 17) Beberapa alasan peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas, yaitu: a. Melalui PTK, guru akan menjadi peka dan tanggap terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran dikelasnya. b. Dalam melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru akan mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu rangakaian kegiatan untuk memgkaji secara cermat apa yang terjadi di kelasnya. 2. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah 12 siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2011/2012. 3. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas menurut Arikunto dkk
(2010:
16),
menyebutkan
bahwa ada
beberapa ahli yang
mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
13
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 1.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
a. Menyusun rancangan tindakan (planning) Dalam tahap ini peneliti membuat perencanaan tentang apa yang akan ditindak lanjuti b. Pelaksanan (acting) Dalam tahap ini peneliti menerapkan isi rancangan yaitu peneliti menerapkan metode diskusi dalam pelajaran bahasa Indonesia c. Pengamatan (observing) Pengamatan ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan d. Refleksi Tahap ini peneliti mengemukakan kembali atas apa yang sudah dilakukan (tindakan yang sudah diterapkan). 4. Instrumen Penelitian Beberapa Instrumernt yang diugunakan dalam penelitian yaitu:
14 a. Pedoman Pengamatan Dalam
Penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
pedoman
pengamatan untuk mengamati peningkatan keterampilan berbicara siswa. b. Soal Tes Peneliti menggunakan instrument soal yang berkaitan dengan materi, guna mengukur hasil keterampilan berbicara siswa. c. RPP dan Silabus 5. Tehnik Pengumpulan Data Untuk mempermudah menggambarkan perubahan yang terjadi dalam PTK, maka penelitian ini peneliti menggunakan beberapa diantaranya: a. Observasi Dalam setiap siklus peneliti melakukan pengamatan kepada siswa untuk mengetahui peningkatan pembelajaran. b. Tes Tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil pelajaran siswa, dalam hal ini adalah keterampilan berbicara siswa. c. Dokumentasi Dokumentasi untuk mengumpulkann data yang bersifat dokumen seperti lembar observasi, lembar hasil tes dan sebagainya.
15 6. Analisis Data Penulis menganalisis data dengan menyusun dan mengolah data yang terkumpul melalui tes dan catatan observasi. Pelaksanaan analisis dilakukan secara terus menerus pada saat penelitian sehingga pembuatan laporan penelitian akan menghasilkan suatu kesimpulan. Data kegiatan dianalisis
dengan
menggunakan
berikut(Sudjiono, 2010:43) :
P=
x 100%
Keterangan: P
= Prosentase
f
= Poin yang diperoleh
N
= Jumlah Siswa
rumus
persentase
sebagai
16 H. Sistematika Penulisan BAB I PENDUHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Hipotesis E. Manfaat Penelitian F. Definisi Operasional G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian 2. Langkah-Langkah Penelitian 3. Instrument Penelitian 4. Tehnik Pengumpulan Data 5. Analisis Data H. Sistematika Penulisan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 2. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 3. Tujuan Bahas Mata Pelajaran a Indonesia 4. Ruang lingkup Baha Mata Pelajaran sa Indonesia 5. Keterampilan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 6. Hubungan Antar Keterampilan Berbahasa
17 B. Pengembangan Keterampilan Berbicara 1. Cara Meningkatkan Kemampuan Berbicara 2. Metode Pembelajaran Berbicara 3. Ragam Tes Kemampuan Berbicara 4. Faktor Penunjang Dan Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara C. Metode Diskusi Kelompok 1. Pengertian Metode Diskusi Kelompok 2. Langkah-langkah Metode Diskusi Kelompok 3. Manfaat Metode Diskusi Kelompok 4. Kelebihan-kelebihan Metode Diskusi Kelompok 5. Kelemahan-kelemahan Metode Diskusi Kelompok D. Kaitan Keterampilan Berbicara Dalam Bahasa Indonesia Dengan Metode Diskusi Kelompok BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Setting (Tempat dan Waktu) Penelitian. 1. Gambaran Umum Madrasah 2. Waktu Penelitian B. Data Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah C. Deskripsi Penelitian Tindakan 1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I 2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kondisi Awal 2. Siklus I 3. Siklus II B. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut (Departemen Agama RI, 2004: 103) Pembelajaran kebahasaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan penggunaan bahasa. Disamping itu, juga untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa dan meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Siswa tidak hanya dihadapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, melainkan juga informasi yang disampaikan secara berselubung atau tidak secara langsung (Slamet, 2007: 80). Pelajaran Bahasa Indonesia adalah suatu mata pelajaran yang di dalamnya mengkaitkan empat keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pelajaran Bahasa Indonesia adalah suatu progam untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia itu sendiri serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. 19
20 2.
Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai: a. Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa. b. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya. c. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. d. Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah. e. Sarana pengembangan penalaran. f. Sarana pemahaman, beragam budaya Indonesia melalui khasanah kesusasteraan Indonesia (Departemen Agama RI, 2004: 103).
3.
Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Secara umum tujuan pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: a. Peserta didik menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara. b. Peserta didik memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan. c. Peserta didik memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan kematangan sosial.
21 d. Peserta didik memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis). e. Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. f. Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah
budaya
dan
intelektual
manusia
Indonesia
(Departemen Agama RI, 2004: 104). 4.
Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia MI terdiri dari beberapa berikut ini: a. Mendengarkan;
seperti
mendengarkan
berita,
petunjuk,
pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khitobah, pidato, pembicaraan nara sumber, dialog/percakapan, pengumuman serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan menonton drama anak. b. Berbicara;
seperti
mengungkapkan
gagasan
dan
perasaan;
menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, seuatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda tanaman, binatang, pengalaman, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan
22 sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil satra berupa dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan menonton drama anak. c. Membaca; seperti mambaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan menonton drama anak. Kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya membaca. d. Menulis; seperti menulis karangan naratif dan non-naratif dengan tulisan rapi dan jelas dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca, dan kosakata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi. Kompetensi menulis juga diarahkan menumbuhkan kebiasaan menulis (Departemen Agama RI, 2004: 104). 1. Keterampilan Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Menurut Slamet (2007:6) keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan pengajaran Bahasa Indonesia adalah keterampilan
23 reseptif (keterampilan mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif (keterampilan menulis dan berbicara). a. Keterampilan Menyimak/Mendengarkan. Menyimak merupakan kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, menginterprestasi, mengidentifikasi, menilai dan mereaksi terhadap makna yang terkandung didalam simakan. Kegiatan menyimak sangat fungsional didalam kehidupan sehari-hari. Menyimak berperan sebagai landasan belajar bahasa, penunjang keterampilan berbahasa yang lain, seperti keterampilan berbicara, membaca dan menulis; memperlancar komunikasi lisan; menambah informasi. Sebagai suatu kegiatan berbahasa yang reseptif, menyimak merupakan suatu proses yang bertahapan. Tahapan-tahapan tersebut meliputi: mendegar, memahami, menginterprestasi, mengevaluasi dan menanggapi. Untuk dapat menyimak dengan baik diperlukan sejumlah kemampuan penunjang. Kemampuan-kemampuan penunjang tersebut antara lain kemampuan memusatkan perhatian, kemampuan linguistik dan nonlinguistik, kemampuan menilai dan kemampuan menanggapi. Pada umumnya, menyimak dilakukan manusia dengan tujuan untuk memperoleh informasi, fakta dan inspirasi; membedakan bunyi bahasa dengan tepat; menikmati dan menghargai pembicaraan; menilai hasil
simakan;
dan
meningkatkan
(St. Y. Slamet, 2007: 11-12).
keterampilan
berbahasa
24 Menurut Broto (1980: 102), kegiatan mendengar adalah kegiatan yang pertama dan utama bagi orang belajar bahasa. Anak sejak semula belajar bahsa dari orang tuanya dari cara mendengar. Mendengar bukan ksatu-satunya kegitan berbahasa, melainkan ada jenis-jenis kegitan lain yang. Dengan kegiatan mendengar, maka siswa dapat melakukan kegiatan meniru, menangkap, menuliskan, dan melakukan yang didengarnya. b. Keterampilan Berbicara Berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang bersifat produktif. Berbicara adalah kegiatan mengekpresikan gagasan, perasaan dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang lain dalam bentuk ujaran. Karenanya, dalam peristiwa berbicara, pembicara merupakan faktor yang utama dalam menciptakan kegiatan yang komunikatif. Menurut tujuannya, peristiwa berbicara dilaksanakan dalam usaha untuk menciptakan suasana yang komunikatif. Didalam berbicara pesan pembicara hendaknya diterima oleh penyimak sebagai kesan sesuai yang diharapkan pembicara. Tingkat kekomuikatifan pembicaraan ditentukan oleh pembicara dan penyimak. Kegiatan berbicara dapat efektif, apabila pembicara menguasai bahasa yang sama-sama dikuasai oleh penyimak. Pembicara harus mampu mengungkapkan gagasan, perasaan dan kehendaknya dalam bahasa, ujaran yang efektif. Untuk itu diperlukan kemampuan
25 linguistik yang berupa bentuk-bentuk fonologis, morfologis, sintaksis, diksi serta kemampuan nonlinguistik yang berupa mimik dan unsur kinestik yang lain yang dapat menunjang keefektifan pembicaraan. Menurut
peristiwa
komunikasinya,
berbicara
merupakan
kegiatan berbahasa yang situasional. Artinya, berbicara tidak dapat dipisahkan dari situasi lingkungan tempat komunikasi berlangsung (Slamet, 2007 :12) Dalam
proses
belajar
berbahasa
disekolah,
anak-anak
mengembangkan kemampuan berbicaranya secara vertikal tidak secara horizontal. Maksudnya, mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Makin lama kemampuan berbicaranya tersebut menjadi makin sempurna dalam arti strukturnya menjadi semakin benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimatkalimatnya semakin bervariasi, dan sebagainya. Dengan kata lain pengembangan kemampuan berbicaranya tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik (Slamet, 2007: 122-123) Menurut Broto (1980: 102), kegiatan berbicara adalah kegiatan yangh sifatnya produktif setelah kegiatan menndengar dilakukan. Tujuan pembelajaran berbicara pada umumnya ialah agar dapat menggunakan bahasa secara lisan.
26 Yang termasuk kegiatan berbicara adalah kegiatan bercerita, berdiskusi, bertanya jawab, berpidato, membuat laporan lisan dan lainlain. c. Keterampilan Membaca. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari bacaaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirannya,
mempertajam
pandangannya
dan
memperluas
wawasannya. Dengan demikian maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu pembelajaran membaca permulaan di
sekolah
dasar
mempunyai
peranan
yang
penting
(Slamet, 2007: 58). Ada tiga hal pengembangan yang perlu diarahkan kepada anak dalam pengajaran membaca, yaitu: 1) pengembangan sosial anak 2) pengemabangan fisik anak 3) pengembangan kognitif anak, yakni membedakan bunyi, metode memisahkan kata dan makna (Slamet, 2007: 139).
27 Menurut Broto (1980: 143), Kemampuan membaca dalam arti mengerti atau memahami isi bacaan, dapat dilakukan dengan latihanlatihan membaca bebrapa kalimat yang disertai gambar. Yang
dimaksud
dengan
kemampuan
membaca
adalah
dapat
memahami fungsi dan makna yang dibaca, dengan jalan: mengucapkan bahasa , mengenal bentuk, memahami isi yanng dibaca. d. Keterampilan Menulis Menulis menurut McCrimmon dalam bukunya Slamet (1976: 2) merupakan kegiatan menggali pekiran dan perasaan mengenai suatu subyek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Pada dasarnya menulis itu, bunkan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi justru dikuasai. Menurut Heaton dalam bukunyaSlamet(2007: 141), sebagai bagian dari keterampilan berbahasa,menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Oleh karena itu, keterampilan menulis dikuasai seseorang sudah menguasai keterampilan berbahasa yang lain. Dengan demikian, keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara dan membaca.
28 Menurut Byrne dalam bukunya Slamet (2007: 141-142), keterampilan pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat meurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran kebahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca
dengan
berhasil.
Keterampilan
menulis
menuntut
kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan ini. Keterampilan menulis ini mencakup berbagai keterampilan, misalnya kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa secara tepat, kemampuan mengorganisasikan wacana dalam bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya bahasa yang tepat, pilihan kata serta lainnya. Yang dimaksud kemampuan menulis adalah terampil membuat huruf-huruf (besar maupun kecil) dengan jalan menyalin atau meniru tulisan-tulisan dalam bentuk struktur kalimat. Kemampuan menulis seperti ini bisa kita sebut kemampuan menulis teknis (teknik). Kemampuan teknis yang lebih penting adalah kemampuan menulis berdasarkan pengertian komposisi atau kemampuan merangkai bahasa atau mengarang (Broto,1980: 143).
29 2. Hubungan Antar Keterampilan Berbahasa Keempat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis memiliki hubungan yang sangat erat, meskipun masing-masing memiliki ciri tertentu. Adanya hubungan yang erat ini, pembelajaran yang satu jenis keterampilan sering
meningkatkan
keterampilan yang lain. a. Hubungan Antara Membaca Dan Menulis. Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi. Tidak ada yang perlu ditulis kalau tidak ada yang membacanya dan tidak ada yang dapat dibacanya kalau belum ditulis. Keduanya
merupakan
keterampilan
bahasa
tertulis,
dengan
menggunakan simbol-simbol yang dapat dilihat yang mewakili katakata yang diucapkan serta pengalaman dibalik kata-kata tersebut. Dalam menulis, anak lebih suka menggunakan kata-kata yang dikenal dan dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahan bacaan yang telah dibacanya. Namun, banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh anak yang tidak pernah muncul dalam tulisan. Hal itu terjadi, karena untuk menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam, dalam hal penerapan kata tersebut dari pada sekedar memahaminya ketika membaca. b. Hubungan Antara Berbicara Dan Menulis Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau produktif. Keduanya digunakan untuk menyampaikan informasi.
30 Dalam berbicara dan menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol-simbol, simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis dalam menulis. Dalam kegiatan berbicara maupun menulis, pengorganisasian pengertian sangat penting. Pengorganisasian ini lebih mudah dalam menulis, karena informasi dapat disusun kembali secara mudah setelah ditulis sebelum disamapaikan kepada orang lain untuk dibaca. Sebaliknya setelah suatu pesan yang tidak teratur dikatakan orang lain, meskipun telah dibetulkan oleh pembicara, kesan yang tidak baik kerap kali masih tetap ada dalam diri pendengar. Itulah sebabnya banyak pembicara yang merencanakan apa yang akan dikatakan dalam bentuk tertulis dahulu sebelum disajikan secara lisan. Namun kegiatan berbicara dapat juga merupakn kegiatan untuk mencapai kesiapan menulis. Bahasa lisan dipelajari lebih dahulu oleh anak-anak dan pada umumnya mereka tidak mengutarakan secara tertulis hal-hal yang tidak mereka kuasai secara lisan. Menurut U. S. dan Arsjad (1988: 250) kemampuan berbicara tidak hanya mempunyai hungan timbal balik dengan kemampuan mendengarkan, tetapi juga berhungan dengan kemampuan menulis dan membaca. Seorang pembicara yang baik umumnya mempersiapakan persiapan tertulis. Sering seseorang yang akan berbicara, baik berbentuk pidato, diskusi atau seminar memerlukan persiapan tertulis.
31 Dalam hal ini setidaknya ia hendaknya sudah memiliki kemampuan dasar dasar menulis. c. Hubungan Antara Menyimak Dan Berbicara. Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seseorangpun yang mendengarkan dan meskipun mungkin kita dapat menyimak nyanyian, komunikasi yang diucapkan merupakan hal yang utama yang perlu disimak. Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan, keduanya membutuhkan penyandian dan penyandian kembali simbol-simbol lisan. Menurut Ross dan Roe dalam bukunya Slamet(2007: 84), pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan menirukan pembicaraan. Anak-anak tidak hanya menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini mengharuskan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik. Supaya anak-anak tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar. d. Hubungan Antara Menyimak Dan Membaca. Menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif. Keduanya memungkinkan seseorang menerima informasi dari orang lain.
Dalam
menyimak
maupun dalam
membaca dibutuhkan
32 penyandian simbol-simbol, menyimak bersifat lisan sedangkan membaca bersifat tertulis. Penyandian kembali simbol-simbol lisan (menyimak) hanya melibatkan satu tingkat pemindahan, yaitu dari bunyi ke pengalaman yang mejadi sumbernya. Misalnya ketika seseorang akan menyimak kalimat “Besok ayah belikan bola“ anak menghubungkan dengan alat permainan yang digunakan bermain sepak bola, sehingga dapat memahami arti kata-kata yang disimaknya. Penyandian kembali simbol-simbol tertulis (membaca) melibatkan dua tingkat pemindahan, yaitu dari simbol tertulis kesimbol lisan, selanjunya, selanjutnya pengalaman yang menjadi sumbernya. Ketika membaca kata bola, anak
mengucapkan
dalam
hati
kata
tersebut.
Setelah
itu
menghubungkannya dengan benda yang digunakan untuk bermain sepak bola. Oleh karena itu, keterampilan menyimak bagus untuk mengembangkan kesiapan membaca, karena menyimak memerlukan proses mental yang sama dengan membaca, kecuali pada tingkat penyandiannya (Slamet, 2007: 82-84) B. Pengembangan Keterampilan Berbicara 1. Cara Meningkatkan Keterampilan Berbicara Menurut Slamet (2007: 126) salah satu bentuk kemampuan berbicara adalah percakapan. Dalam pembalajaran percakapan ini sebenarnya dapat menggunakan tehnik percakapan terbimbing dan bebas. Percakapan terbimbing disini bukan berarti siswa diarahkan untuk
33 menghafal teks, melainkan dibimbing dengan sebuah kerangka petunjuk dan kerangka pola bahasa. Melalui tehnik ini siswa dapat menciptakan bahasanya sendiri. Para siswa mempelajari strategi dan keterampilan melakukan sosialisasi dan percakapan ketika mereka berpartisipasi dalam percakapan dikelompok kecil. Para siswa mempelajari cara memulai percakapan, berbicara
ketika
memperoleh
giliran,
menjaga
agar
percakapan
beerlangsung terus, mendukung komentar dan pertanyaan orang atau kelompok, mengatasi perbedaan pendapat dan mengakhiri percakapan. Mereka juga belajar tentang peranan kemampuan berbicara dalam mengembangkan pengetahuan. Untuk memulai percakapan, seorang siswa secara suka rela atau dengan ditunjuk guru membuka pembicaraan. Kadang-kadang guru menyampaikan pertanyaan untuk didiskusikan, kemudian seorang siswa mulai percakapan dengan mengulangi pertanyaan tersebut, sedangkan anggota kelompok menanggapinya. Para siswa secara bergiliran menyampaikan komentar atau mengajukan pertanyaan, mereka mendukung pendapat teman-teman kelompok dan memperluas komentar mereka. Lewat percakapan, para siswa menuju pada tercapainya suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa penyelesaian
suatu
(Slamet, 2007: 123-124).
tugas
atau
menanggapi
pertanyaan
34 Sementara
itu,
kesempatan
yang
baik
untuk
mengebangkan
kemampuan berbicara adalah pada tahap publikasi, dalam proses menulis. Anak diminta merubah karangannya dalam bentuk drama pendek yang diperankan dikelas. Pada kesempatan memerankan adegan inilah anak memperlihatkan dan mempelajari keterampilan berakting dari temantemannya. Didalam kegiatan dramatik memiliki kekuatan sebagai suatu tehnik pembelajaran bahasa karena melibatkan murid-murid dalam kegiatan berpikir logis dan kreatif, memberikan pengalaman belajar secara aktif dan memadukan empat keterampilan berbahasa khususnya apabila anak-anak diminta mengarang sendiri naskah drama sederhana yang akan dimainkan (Slamet, 2007: 126). Menurut Ellis dalam Human dalam bukunya Slamet(2007: 122), mengemukakan ada tiga cara untuk mengembangkan secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara: (1) menirukan pembicaraan orang lain, (2) mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai, (3) mendekatkan atau menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu betuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar. Kesulitan dalam berbicara, seperti halnya kesulitan dalam menyimak, disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang menimbulkan kesulitan berbicara adalah yang datang dari teman bicara. Seperti kita ketahui, dalam setiap kegiatan bicara teman berbicara
35 menafsirkan makna pembicaraan dan agar komunikasi dapat berlangsung terus sampai tujuan pembicaraan tercapai. Apabila teman bicara tidak dapat menangkap makna pembicaraan, maka komunikasi terputus atau dengan kata lain tujuan komunikasi tidak tercapai. Apabila teman bicara tidak dapat menangkap makna pembicaraan maka komunikasi terputus atau dengan kata lain tujuan komunikasi tidak tercapai. Berbagai jenis kegiatan dalam proses pembelajaran berbicara, yaitu: a.
Percakapan
b. Berbicara estetik (bercerita/mendongeng) c.
Berbicara untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi
d. Kegiatan dramatik (Slamet, 2007: 122-123). Menurut Broto (1988: 142), latihan lagu kalimat dan pengucapan kata daharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa lisan. Latihan-latihan cakapan (diskusi, dialog) serta latihan-latihan membuat laporan lisan juga dapat menambah keterampilan berbicara. Persoalan yang tidak kurang pentingnya agar siswa terampil berbicara
adalah
latihan-latihan
keberanian
berbicara.
Selain
bergantung pada sikap guru,tugas-tugas mengadakan komunikasi dengan oranng lain (selain guru kelas) dapat juga menimbulkan keberanian berbicara.
36 2.
Metode Pembelajaran Berbicara Slamet(2007: 32) menyebutkan bahwa metode pembelajaran berbicara yang baik selalu memenuhi kriteria. Berbagai kriteria yang harus dipenuhi oleh metode berbicara antara lain: a.
Relevan dengan tujuan.
b. Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran. c.
Mengembangkan butir-butir keterampilan proses.
d. Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang. e.
Merancang siswa untuk bisa belajar.
f.
Mengembangkan penampilan siswa.
g. Tidak menuntut peralatan yang rumit. h. Mengembangkan kreatifitas siswa. i.
Mudah melaksanakan.
j.
Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan. Metode-metode tersebut menurut Slamet (2007: 32-38) yaitu:
a. Metode ulang-ucap. Metode ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru. Model ucapan guru yang diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti. Materi diambil dari kurikulum/silabus yang relevan. Suara guru harus jelas, intonasinya tepat, dan kecepatan berbicara normal. Model ucapan diperdengarkan di muka kelas. Siswa menyimak dengan teliti, kemudian mengucapkan kembali sesuai model guru. Materi pembelajaran dapat beupa kata, kalimat sederhana, atau ucapan puisi sederhana, dan sebagainya.
37 Misalnya: Guru: “ini mama” Siswa: “ini mama” (bisa ditirukan secara individual, kelompok, atau klasikal) b. Metode lihat-ucap. Guru memperlihatkan gambar atau benda tertentu kemudian menyebut nama benda atau gambar tersebut. Benda atau gambar yang diperlihatkan atau dipilih guru harus cermat disesuaikan dengan lingkungan
dan
kebutuhan
siswa.
Penunjukan
gambar
dapat
dimaksudkan untuk mengganti benda yang sulit atau tidak mungkin dibawa ke dalam kelas. Misalnya: Guru: menunjukkan rambutan Siswa: “ini rambutan” Guru: memperlihatkan gambar kerbau Siswa: “ini kerbau” c.
Metode memerikan Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan , melukiskan, atau mendeskripsikan sesuatu. Siswa disuruh memperhatikan sesuatu benda atau gambar, kesibukan lalu lintas, pemandangan atau gambar yang lain. Selanjutnya, siswa diminta memerikan apa yang diperlihatkan guru kepada mereka. Tentu saja pemberian ini sesuai dengan kemampuan dan tingkat keterampilan berbahasa siswa.
38 Misalnya: Guru: memperlihatkan tiga anak bermain kelereng di halaman sekolah Siswa: Ali, Tono, dan Joko bermain kelereng. Mereka bermain di halaman sekolah. Mereka bermain sebelum masuk kelas, dan seterusnya. d. Metode menjawab pertanyaan. Siswa-siswa yang mengalami kesalahan, kesulitan, atau merasa malu untuk berbicara atau bercerita dapat dibimbing atau dipancing dengan pertanyaan guru, sehingga yang bersangkutan menjawab pertanyaan guru. Pertanyaan ini bisa bermacam-macam sesuai dengan tema yang sedang diajarkan. Misalnya: untuk memperkenalkan diri siswa, guru dapat mengajukan sejumlah pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan mengenai:
nama
orang
tuanya,
alamatnya,
umurnya,
jumlah
keluarganya, dan sebagainya. e.
Metode bertanya. Melalui pertanyaan siswa dapat menyatakan keingintahuannya terhadap segala sesuatu yang didinginkan. Tingkat atau ragam pertanyaan yang diutarakan mengindikasikan tin gkat kematangan dan kecerdasan siswa. Dengan pertanyaan- pertanyaan yang sistematis siswa dapat menemukan apa yang diinginkannya. Anak kecil yang belajar mengenai lingkungannya sering bertanya berbagai hal. Anak
39 yang cerdas tidak hanya menamakan nama benda, tetapi menanyakan pula berbagai tentang hal tersebut. Misalnya: pertanyaan berbagai hal tentang benda tersebut diantarannya mengenai gunanya, cara membuatnya, dimana benda itu dijual, terbuat dari apa, dan sebagainya. Untuk contoh benda tersebut silahkan anda membuat sendiri. f.
Metode pertanyaan menggali. Salah satu cara agar siswa banyak dan terampil berbicara ialah dengan pertanyaan menggali. Jenis pertanyaan ini merangsang siswa banyak berbicara. Pertanyaan menggali juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui untuk keluasan dan kedalaman siswa terhadap suatu hal atau masalah. Misalnya: guru memperlihatkan sebuah tas kepada para siswa. Guru menanyakan sejumlah pertanyaan kepada siswa, sehubungan dengan tas tersebut, seperti namanya, gunanya, dibuat dari apa, bagaimana cara membuatnya, dan sebagainya.
g. Metode melanjutkan. Dua, tiga atau empat siswa bersama-sama membuat cerita secara spontan. Boleh juga, kalau diperlukan, guru melibatkan diri dalam kegiatan ini. Slah satu siswa, bila perlu guru, memulai cerita kemudian diteruskan oleh siswa kedua, ketiga, dan seterusnya sampai cerita selesai. Pada akhir kegiatan, cerita diperiksa apakah jalan cerita sistematis, logis, dan terpadu.
40 h. Metode menceritakan kembali. Guru mempersiapkan cerita atau bahan bacaan. Cerita tersebut dikomunikasikan kepada siswa, atau siswa disuruh membaca bacaan secara seksama. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menceritakan kembali isi cerita atau isi bacaan tersebut dengan kata atau kalimatnya sendiri. Siswa yang lain diminta untuk menyimak bila temannya sedang bercerita. Kegiatan ini bisa dilaksanakan secara bergantian. i.
Metode percakapan. Percakapan atau dialog merupakan pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu masalah antara dua atau lebih pembicara. Dalam dialog tersebut terkandung dua kegiatan, yaitu menyimak dan berbicara silih berganti. Suasana dialog biasanya berjalan akrab, spontan dan wajar. Topik dialog adalah hal yang diminati bersama. Topik dialog merupakan pengembangan keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan berbicara.
j.
Metode prafrasa. Prafasa merupakan alih bentuk, misalnya dari puisi ke prosa, atau sebaliknya. Dalam prakteknya, kegiatan memprosakan puisi ini lebih sering daripada mempuisikan prosa. Apabila seseorang siswa dapat memprosakan puisi dengan baik berarti siswa yang bersangkutan dapat mengapresiasi puisi tersebut dengan baik. Hasil apresiasi tersebut diungkapkan kembali dalam, bentuk lisan berupa prosa. Tentu saja puisi yang diekspresi disesuaikan dengan tingkat kemampuan
41 siswa. Guru dapat membantu membacakan puisi dengan suara dan intonasi yang jelas dan tepat, dalam kecepatan yang normal. k. Metode reka cerita gambar. Guru memperlihatkan sebuah gambar atau serangkaian gambar. Siswa disuruh memperhatikan dan menghayati gambar atau serangkaian gambar tersebut dengan cermat dan mereka-reka dalam benaknya peristiwa atau cerita tentang gambar tersebut. Hasil cerita anatara siswa yang satu dengan yang lain tentunya berbeda, sesuai dengan kemampuan berpikir mereka. Guru hendaknya bersikab toleransi terhadap cerita siswa sepanjang masih berkaitan dengan gambar yang disajikan. Berilah pujian dan bimbingan seperlunya. l.
Metode bercerita. Kegiatan bercerita menuntun siswa kearah perkembangan yang baik. Lancar bercerita berarti lancar berbicara. Dalam bercerita siswa dilatih berbicara jelas, intonasi tepat, urutan cerita sistematis, menguasai pendengar atau massa, dan berpenampilan menarik. Bahan cerita dapat berupa pengalaman, kenangan, peristiwa yang dilihat, dan sebagainya.
m. Metode memberi petunjuk. Memberi petunjuk adalah menjelaskan cara pengerjaan sesuatu, arah, proses, tempat, dan sebagainya. Petunjuk harus jelas dalam tepat. Hal ini akan tercapai bila memberi petunjuk terampil menggunakan bahasa lisan. Dengan kata lain memberi petunjuk akan
42 jelas bila dengan menggunakan berbicara. Siswa yang sering memberi petunjuk secara lisan akan terampil berbicara. Untuk itu guru hendaknya memberi kesempatan yang luas untuk memberi petunjuk kepada siswanya. n. Metode melaporkan. Melaporkan berarti menyampaikan gambaran, lukisan, atau peristiwa terjadinya sesuatu hal. Masalah yang dilaporkan dapat bermacam-macam atau beraneka ragam. Misalnya: upacara bendera, pertandinagan kasti, peresmian proyek, dan sebagainya. Melaporkan juga dapat berupa perjalanan, pembacaan buku. Bahasa laporan termasuk ragam jurnalistik yang singkat, jelas, sederhana, lugas, menarik, dan baku. o. Metode wawancara. Wawancara atau interview adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab. Pewawancara dapat seorang wartawan, mahasiswa, siswa, penyiar radio atau televisi, dan sebagainya. Orang yang diwawancarai adalah para ahli, tokoh, pakar, juara dalam bidangnya masing-masing. p. Metode bermain peran. Dalam bermain peran siswa berlaku, bertindak, dan berbahasa seperti peran orang yang dibawakannya. Dari segi bahasa, siswa harus mengenal dan menggunakan ragam-ragam bahasa. Bermain peran dan dramatisasi memang mirip, tetapi keduanya berbeda. Demikian pula
43 dengan bermain sosiodrama. Bermain peran lebih sederhana dalam segala hal dari pada dramatisasi dan sosiodrama. q. Metode diskusi. Diskusi merupakan kegiatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tertentu dengan cara tukar menukar informasi atau memcahkan masalah. Pada hakikatnya diskusi adalah bentuk percakapan dalam bentuk lanjut. Cara, isi dan bobot pembicaraan lebih kompleks dan lebih tinggi dari percakapan biasa. Diskusi merupakan sarana yang baik untuk mengembangkan keterampilan berbicara. r.
Metode bertelepon Bertelepon adalah percakapan dua arah atau pribadi dalam jarak jauh. Berbicara dengan telepon menggunakan bahasa yang jelas, singkat, dan lugas. Faktor waktu harus diperhitungkan dalam peristiwa ini, sebab akan mengganggu orang lain dan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu, bertelepon hanya digunakan dalam halhal yang penting. Misalnya:
berita
mendadak,
kebakaran,
kecelakaan,
perampokan dan sebagainya. Teknik bertelepon dapat dimanfaatkan sebagai teknik berbicara: singkat dan seperlunya. s.
Metode dramatisasi. Dramatisasi atau bermain drama adalah mementaskan lakon atau sandiwara. Dramatisasi memerlukan skenario yang telah
44 dipersiapkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, guru dan siswa mempersiapkan
naskah
perlengkapan
dan
sebagainya.
Seperti
dinyatakan di atas, bahwa dramatisasi lebih kompleks dari bermain peran. Lewat dramatisasi siswa dilatih dalam bentuk bahasa lisan, yang berarti melatih berbicara. 3.
Ragam Tes Kemampuan Berbicara Secara umum, bentuk tes yang digunakan dalam tes kemampuan berbicara adalah tes subyektif yang berisi perintah melakukan kegiatan berbicara, beberapa tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar. Bentuk tes ini berupa seperangkat gambar yang merupakan satu rangkaian cerita dan testi diminta untuk menjawab pertanyaan sehubungan
dengan
rangkaianatau
gambar
atau
menceritakan
rangkaian gamabar. b. Wawancara. Tes wawancara dipakai untuk mengukur kamampuan testi menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Testi harus memiliki kemampuan berbicara yang memadahi. Hal yang ditanyakan dalam wawancara bersifat umum disesuaikan dengan kondisi testi. c. Diskusi Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan testi menyampaikan
pendapat,
mempertahankan
pendapat,
serta
menanggapi atau pikiran yang disampaikan oleh peserta diskusi yang
45 lain scara kritis.-aspek yang dinilai berupa: ketepatan penggunaan struktur bahasa, ketepatan penggunaan kosa kata, kefasihan dan kelancaran
menyampaikan
gagasan
dan
mempertahankannya,
kekritisan menanggapi pikiran yang disampaikan peserta diskusi yang lain. d. Bercerita. Tes kemampuan bercerita yang berbentuk berceerita dilakukan dengan meminta testi untuk mengungkapkan sesuatu (pengalaman atau topik
tertentu).
Bahan
cerita
sebaiknya
disesuaikan
dengan
perkembangan atau keadaan testi. Sasaran utama dapat berunsur linguistik (penggunaan bahasa dan cara bercerita) serta hal yang diceritakan, ketepatan, kelancaran dan kejelasannya. e. Ujian Terstruktur. Untuk menguji kemampuan testi dapat dilakukan dengan menggunakan ujian terstruktur, yang pelaksananya berupa: 1) Mengatakan kembali 2) Membaca kutipan 3) Mengubah kalimat, dan (dengan) membuat kalimat. Sasaran tes berbicara meliputi: (a) relevansi dan kejelasan isi pesan, masalah, atau topik, (b) kejelasan dan pengorganisasian isi, (c) penggunaan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan isi, tujuan wacana, keadaan nyata termasuk pendengar.
46 Tergantung pada kebutuhan dan hakikat penyelenggaraan suatu tes bicara yang diselenggarakan. Rincian sasarannya dapat berupa kriteria yang umum dan luas atau bersifat lebih khusus dan terinci. Yang penting diupayakan dalam penyelenggaraan tes berbicara yang baik atau penetapan titik berat sasaran tes dalam bentuk rincian kemampuan berbicara sebagai patokan dalam melakukan penilaian (Soenardi, 2008: 119). f. Penilaian kemampuan berbicara Penilaian kemampuan berbicara dapat dilakukan secaratual atau secara komprehensif. Penilaian secaratual dapat dibedakan menjadi aspektual idividual dan aspektual kelompok. Sedangkan kemampuan berbicara secara komprehensif juga dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penilaian komprehensif individual dan penilaian komprehensif kelompok (Slamet, 2007: 208). 4.
Faktor Penunjang Dan Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara a. Faktor Penunjang Keterampilan Berbicara 1) Ketepatan ucapan. 2) Penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai. 3) Pilihan kata. 4) Gerak-gerik. 5) Mimik yang tepat. 6) Kenyaringan suara. 7) Kelancaran. 8) Relevansi dan penalaran
47 9) Penguasaan
topik.
(http://lisdianakurniasih.blogspot.com
/2012/04/mengembangkan-ketrampilan-berbicara.html)
yang
diakses pada jam 11:16 WIB., tanggal 20 Juni 2012. Menurut U. S dan Arsjad (1988: 17) faktor-faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara adalah sebagai berikut: 1) Ketepatan Ucapan 2) Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai 3) Pilihan Kata (Diksi) 4) Ketepatan Sasaran Pembicaraan Selain faktor dari kebahasaan, ada juga faktor kenonbahasaan yang menunjang keefektifan pembicaraan yaitu: 1) Ikap yang wajar, tenang dan tidak kaku 2) Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara 3) Kesediaan menghargai pendapat orang lain 4) Gerak-gerik dan mimik yang tepat 5) Kenyaringan suara juga menentukan 6) Kelancaran 7) Relevansi atau penalaran 8) Penguasaan topik (U. S. dan Arsjad,1988: 20) b. Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara 1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada diri partisipan sendiri dan yang berasal dari luar partisipan.
48 2) Faktor media, yaitu faktor linguistik dan faktor non linguistik, misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh. 3) Faktor
psikologis,
kondisi
kejiwaan
partisipan
komunikasi,misalnya dalam keadaan marah, menangis dan sakit (http://lisdianakurniasih.blogspot.com/2012/04/mengembangkanketrampilan-berbicara.html) yang diakses pada jam 11:16 WIB., tanggal 20 Juni 2012. C. Metode Diskusi Kelompok 1. Pengertian Metode Diskusi Kelompok Menurut Sriyati (2003: 16) metode merupakan cara, tehnik yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran. Metode bisa menyangkut pendekatan dan strategi yang digunakan untuk menyampaikan materi yang mendukung tujuan pengajaran serta mampu memobilisasi anak. Metode diskusi kelompok menurut Usman (2005: 94) adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman dan informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Menurut Suryobroto dalam bukunya Taniredja dkk (2011: 23) metode diskusi kelompok adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah.
49 Gulo (2008: 126-128), menyebutkan beberapa cirri-ciri diskusi kelompok, yaitu: a. Interaksi: anggota suatu kelompok terikat pada suatu pokok pembicaraan tertentu. Keterikatan pada pokok pembicaraan, menimbulkan komunikasi, ini terjadi dlam bentuk tatap muka.Di dalam suatu kelompok seseorang berbicara yang lain mendengar, ada yang bertanya dan ada juga yang menjawab. Ada yang berbicara penuh emosi, ada juga yang mendebat yang lain dan sebagainya. Diskusi dalam kelompok berjalan lancar dan semakin bermutu jika ditunjang dengan sumber-sumber informasi. Kadang kala ada anggota kelompok yang berfungsi sebagai narasumber bagi kelompoknya, tetapi tak jarang juga terdapat anggota yang tidak berbicara, tidak menyumbangkan pendapat yang membuat kelompok tidak efisien. b. Tujuan: Suatu kelompok diskusi mempunyai tujuan bersama yang jelas, tanpa tujuan yang jelas, maka kelompok itu mengalami disintregasi. Tujuan yang samara menyebabkan kurangnya motivasi diantara anggota kelompok untuk berusaha mencapai tujuan.Ikatan kelompok menjadi kurang kukuh. Sifat pentingnya tujuan juga mewarnai kerja kelompok. Oleh karena itu, sebelum kelompok membahas permasalahan,
setiap anggoata harus
memahami secara jelas tujuan yang ditargetkan dalam diskusi.
50 c. Kepemimpinan: Fungsi kepemimpina ini tidak selalu ada pada diri seseorang tetapi dapat berpindah pindah dari satu kepada yang lain. Pada saat seseorang berbicara maka dialah pemimpin pembicaraan dalam kelompok. Perpindahan fungsi kepemimpinan ini berjalan dengan
sendirinya,
tanpa
mengganggu
kelancaran
arus
pembicaraan itu. Sering juga kepemimpinan suatu kelompok ditetapkan secar formal oleh anggota-anggota kelompok sendiri. Pada dasarnya diskusi kelompok memilliki langkah, manfaat, kelebihan dan kelemahan yang hampir sama dengan metode diskusi pada umumnya. 2.
Langkah-langkah Metode Diskusi Kelompok Hasibuan & Moedjiono (1995: 23-24) menyebutkan ada lima langkah penggunaan metode diskusi yaitu: a. Guru
mengemukakan
memberikan
masalah
pengarahan
yang
akan
seperlunya
didiskusikan
mengenai
dan
cara-cara
pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan besama-sama oleh guru dan siswa. Yang penting judul atau masalah harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa. b. Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana dan sebagainya. Pimpinan diskusi sebaiknya berada ditangan siswa yang: 1) Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan.
51 2) Berwibawa dan ditemani oleh teman-temannya. 3) Lancar berbicara. 4) Dapat bertindak tegas, adil dan demokratis. Tugas pimpinan diskusi antara lain: 1) Pengatur dan pengarah diskusi. 2) Pengatur lalu lintas pembicaraan. 3) Penengah dan penyimpul berbagai pendapat. c. Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu kekelompok yang lain (kalau ada lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan batuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota hendaknya tau persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama. d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi ulasan atau laporan terhadap laporan tersebut. e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi. Dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok. Sedangkan Usman & Setiawati (1993: 125) menyebutkan ada tujuh langkah pelaksanaan metode diskusi yaitu: a. Menemukan masalah yang layak didiskusikan.
52 b. Menjelaskan masalah tersebut. c. Mengatur giliran pembicaraan. d. Memberi kesempatan kepada orang-orang yang akan berbicara secara bergiliran. e. Mengembalikan penelitian pertanyaaan-pertanyaan yang akan diajukan siswa kepada peserta diskusi. f. Mengarahkan pembicaraan pada rel yang sebenarnya bila terjadi penyimpangan pembicaraan. g. Memimpin siswa dalam mengambil keputusan atau kesimpulan. 3.
Manfaat Metode Diskusi Kelompok Jamal Ma’mur Asmani (2010: 140) menyebutkan beberapa manfaat metode diskusi yaitu: a. Mendorong siswa berpikir kritis. b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas. c. Mendorong
siswa
menyumbangkan
bukti
pikirannya
untuk
memecahkan masalah bersama. d. Mengambil suatu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang saksama. Menurut
Setiyani
MoslemSquad
(http://www.slideshare.net/
eree/metode-diskusi) yang diakses pada jam 11:44 WIB., tanggal 20 Juni 2012, ada tujuh manfaat diskusi yaitu: a. Terangsang untuk lebih memahami
masalah dilingkungannya,
keluarga, masyarakat, organisasi dan lingkungan lainnya.
53 b. Menumbuhkan bakat, sifat dan sifat kepemimpinan. c. Latihan merumuskan buah pikirann yang jelas dan singkat. d. Melatih jiwa toleransi. e. Menumpuhkan jiwa toleransi. f. Membina dan melatih jiwa terbuka. g. Mengembangkan
kemantapan
pikiran,
kestabilan
emosi
dan
kedewasaan berpikir. Sedangkan menurut
Usman & Setiawati (1993: 124) ada lima
manfaat metode diskusi yaitu: a. Menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata. b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi, berbicara dan mengajukan pendapat sesuai dengan kemampuan. c. Mempertinggi rasa tanggung jawab untuk melaksanakan keputusan diskusi d. Membina sikap toleransi terhadap pendirian orang lain. e. Membina sikap berhati-hati terhadap pendirian sendiri. 4.
Kelebihan-Kelebihan Metode Diskusi Kelompok Reid (2009: 100) menyebutkan beberapa kelebihan metode diskusi yaitu: a. Merangsang berpikir. b. Kesempatan mengungkapkan pendapat, c. Dapat membantu berpikir mendalam dan berbagi sudut pandang lain.
54 Sedangkan Asmani (2009: 141) menyebutkan beberapa kelebihan metode diskusi yaitu: a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah bisa di pecahkan dengan berbagai jalan. b. Menyadarkan anak didik bahwa bahwa dengan berdiskusi mereka bisa saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik. c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan sikap toleransi. Menurut Suryobroto dalam bukunya Taniredja dkk (2011: 24) keuntungan metode diskusi sangat banyak yakni (1) melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar, (2) setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing, (3) dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir
dan
sikap
ilmiah,
(4)
dengan
mengajukan
dan
mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri, (5) dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa. Kelebihan metode-metode diskusi menurut Rikez Cybercheeze (http://nesaci.com/metode-diskusi-dalam-proses-belajar-di-sekolah/) yang diakses pada jam 11:35 WIB., tanggal 20 Juni 2012 yaitu:
55 a. Suasana kelas hidup, sebab murid-murid mengarahkan pemikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Partisipasi moral dalam metode ini lebih baik. b. Murid-murid berlatih kritis untuk mempertimbangkan pendapat temantemannya, kemudian menentukan sikap, menerima, menolak atau tidak berpendapat sama-sekali. c. Dapat menaikkan prestasi kepribadian individual seperti toleransi, sikap demokratis, sikap kritis, berpikir sistematis dan sebagainya. d. Berguna dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam alam demokrasi. e. Merupakan latihan untuk memenuhi peraturan dan tata terib yang berlaku dalam musyawarah. 5.
Kelemahan-kelemahan Metode Diskusi Kelompok Kelemahan-kelemahan metode diskusi menurut Suryobroto dalam bukuya Taniredja dkk (2011: 34), adalah sebagai berikut: a. Tak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung pada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggotaanggotanya. b. Memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya. c. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol. d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
56 e. Diskusi yang banyak memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak boleh
merasa
dikejar-kejar
waktu.
Perasan
dibatasi
waktu
menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat. f. Apabila situasi diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, biasanya sulit membatasi pokok masalahnya. g. Sering terjadi saat diskusi murid kurang berani mengemukakan pendapatnya. h. Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Sedangkan menurut Sriyono (1992: 112) kelemahan metode diskusi yaitu: a. Hasil diskusi tidak bisa dicapai dengan baik, sebab diskusi menyimpang dari pokok bahasan b. Diskusi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya jika peserta tidak mempunyai latar belakag pengetahuan tentang masalah yang didiskusikan. c. Diskusi tidak menjamin prestasi. d. Diskusi tidak akan melibatkan segenap peserta bila pimpinan kurang kerja sama. e. Diskusi mungkin dikuasai atau diambil alih oleh orang-orang tertentu. Asmani (2009: 141-142) menyebutkan kelemahan-kelemahan dalam metode diskusi yaitu:
57 a. Tidak dapat dipakai dalam kelompok besar. b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas. c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara. d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal. Reid (2009: 100) juga menyebutkan kelemahan metode diskusi yaitu: a. Mungkin meninggalkan diskusi. b. Mungkin tidak memahami topik atau tugas. c. Dapat mengurangi keterampilan. Menurut Yamin (2005:70) diskusi memiliki keterbasaan, yaitu: a. Menyita waktu lama dan jumlah siswa harus sedikit b. Mempersyaratkan siswa memiliki latar belakang yang cukup tentang topik atau masalah yang didiskusikan c. Metode ini tidak tepat digunakan pada tahap awal proses belajar bila siswa baru diperkenalkan kepada bahan pembelajaran baru d. Apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum D. Kaitan Keterampilan Berbicara Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Metode Diskusi Kelompok Sebagai warga Indonesia yang baik maka kita harus mampu berbahasa yang baik dan benar. Bentuk berbahasa ada dua yaitu lisan dan tulisan, dan kita harus menguasai dan mampu berbahasa yang sesuai dengan kaidah yang benar.
58 Dalam kaitannya dengan berbahasa lisan seperti keterampilan berbicara dibutuhkan metode yang menunjang keterampilan berbicara itu sendiri. Metode tersebut adalah metode diskusi kelompok. Alasan peneliti memilih metode diskusi kelompok antara lain sebagai berikut: a. Dengan menggunakan metode diskusi kelompok siswa akan lebih berinteraki intensif dengan siswa yang lain, sehingga memacu keberanian berbicara siswa. b. Metode diskusi kelompok memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bicara mengemukakan pendapat serta ide-idenya. c. Dengan metode diskusi kelompok melatih siswa berpikir kritis, bekerja sama secara nyata dalam memecahkan suatu peroalan. d. Metode diskusi kelompok memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran. e. Dengan metode diskusi kelompok siswa akan berlatih menanggapi atau mengomentari pendapat orang lain secara baik. f. Melatih siswa menghadapi masalah secara kelompok, berpikir bersama memecahkan masalah yang mereka hadapi
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Setting (Tempat Dan Waktu) Penelitian 1. Gambaran Umum Madrasah. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah yang tepatnya terletak di Dusun Gayam RT 05 RW XII Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo ini berada dibawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU. Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo merupakan salah satu dari dua madrasah yang ada di Desa tersebut. Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah terletak disebuah dusun, dimana warga sekitar sangat kooperatif terhadap perkembangan madrasah tersebut, dengan cara selalu berusaha mendukung kegiatan yang ada baik kegiatan yang terkait dengan pembelajaran maupun pembangunan. Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo berdiri di atas tanah dari Bapak Suwiryo (alm) dan Bapak Sudin (alm), dengan luas tanah 410 m2 dan halaman 1,260 m2. Tokoh yang mempelopori pendirian Madrasah ini adalah Bapak Sukemi (alm) dan Bapak Abdurrohman (alm). Kemudian Seksi Pembangunan Madrasah ini adalah Bapak Ishom (Alm) dan Bapak Imron (alm). Sehubungan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah ini merupakan Sekolah Diniyyah, kemudian pada tahun 1954 diganti menjadi MWB 59
60 (Madrasah Wajib Belajar). Pada tahun 1962 MWB kemudian diganti menjadi SRI (Sekolah Rakyat Islam), baru sekolah itu pada tahun 1967 menjadi Madrasah Ibtidaiyah Kadirejo 01. Pada awalnya Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo ini, bangunannya sangat sederhana, hanya terbuat dari anyaman-anyaman bambu. Namun dari tahun ketahun Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo ini mengalami perkembangan. Bangunannya selalu mengalami renovasi, sarana prasarananya semakin berkembang. Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo bangunannya bersebelahan tepat dengan RA Miftahul Falah. Sarana dan prasarananya yang dimiliki antara lain yaitu enam ruang kelas, satu ruang kantor guru, satu ruang perpustakaan, lapangan sepak bola yang juga digunakan untuk upacara, satu ruang untuk bermain tenis meja, satu gudang penyimpanan peralatan sekolah, musholla, dua kamar mandi satu kantin kejujuran yang berada satu ruang dengan kantor guru. Selain itu, Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo juga memiliki satu laptop, satu LCD, tiga balas meja guru, empat belas kursi guru, delapan puluh lima meja siswa, tujuh puluh satu kursi siswa, enam papan tulis, dua speaker aktif, satu mesin ketik, lima unit komputer yang menunjang pembelajaran siswa dan guru. Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo ini, telah diakreditasi sebanyak 4 kali, yakni pada bulan Juni 1993, bulan Februari
61 1999, bulan Agustus 2003 dan bulan Juni 2005, dan semuanya terakreditasi B. Jumlah siswa saat Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo berdiri adalah sebanyak 10 orang. Namun dari tahun ke tahun selalu bertambah walau tidak begitu banyak. Tahun Ajaran 2011/2012 jumlah siswa siswi di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo adalah 59 orang, yang terdiri dari 28 laki-laki dan 31 perempuan. Sedangkan tenaga pendidik di Madrasah Ibtidaiyah Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo berjumlah 8 orang termasuk Kepala Sekolah. Selain itu juga memperkerjakan seorang warga sebagai karyawan. Rinciannya sebagai berikut: Tabel 3.1 Data Jumlah Siswa MI Miftahul Falah Desa Kadirejo
No
1 2 3 4 5 6
Kelas
I II III IV V VI Jumlah Total Siswa
Jumlah Siswa L P 2 6 8 5 4 9 3 7 5 5 5 28 31
Jumlah 8 8 9 12 12 10 59
62 Tabel 3.2 Data Tenaga Pendidik MI Miftahul Falah Desa Kadirejo
No
Nama Guru
L/P
1 2 3 4 5 6 7 8
Dimyati, S.Pd.I Titik Arifah, S.Pd.I Muqodriyah, A.Ma Budiyono, A.Ma Siti Fitriyani, S.Pd M. Aries Nugrohanto, S.Pd.I Nur Zaini Siti Qomariyah, S.Pd.I
L P P L P L L P
Pendidikan Terakhir S1 S1 D2 D2 S1 S1 SMK S1
Jabatan Kepala Madrasah Guru Mapel Guru Kelas 2 Guru Mapel Guru kelas 1 Guru Mapel Guru Mapel Guru Kelas 3
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan dan berusaha menjadi Madrasah favorit dengan cara mengadakan bimbingan belajar, mengikuti akreditasi dan bekerja sama yang baik dengan warga sekitar. a. Visi, Misi dan Tujuan MI Miftahul Falah Kadirejo 1) Visi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Kadirejo Terwujudnya layanan pendidikan agama islam yang berkualiatas dan mampu mengantarkan peserta didik menajadi manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia serta unggul dalam prestasi. 2) Misi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Kadirejo a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya pendidikan. b) Menciptakan peserta didik yang berkualitas, bertaqwa dan berintektual.
63 3) Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Kadirejo a) Mengoptimalkan
pembelajaran
dengan
menggunakan
Pendekatan Pembelajaran Aktif. b) Mengembangkan potensi akademik, minat dan bakat siswa melalui layanan bimbingan konseling dan ekstrakurikuler. c) Membiasakan perilaku Islami dilingkungan madrasah. d) Meningkatkan prestasi akademik siswa. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu yang diperlukan peneliti untuk melakukan penelitian. Penelitian survei tempat, kondisi dan keadaan siswa dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2012. Penelitian siklus I pada tanggal 30 Mei 2012. Penelitian siklus II pada tanggal 31 Mei 2012. B. Data Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Pada penelitian ini subyeknya adalah siswa kelas V yang berjumlah 12 orang, terdiri dari 7 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Berikut di sajikan data siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
64 Tabel 3.3 Data Siswa Kelas V MI Miftahul Falah Desa Kadirejo
No
Nama Siswa
Jenis Kelamin
1
Citra Amanda Putri
2
Gilang Ifan Y.
L
3
Faqih Izul H.
L
4
Ina Eliyana
5
Gilang Sutopo
6
Ira Apri SH.
P
7
Umi Kartika Sari
P
8
M. Isroj R.
L
9
Aziz Maulana
L
10
Siti Zubaedah
11
Safriyanto R.
L
12
Ryan Eko S.
L
P
P L
P
A. Deskripsi Penelitian Tindakan Penelitian ini dilakukan atas empat kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dengan rincian sebagai berikut: 1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti membuat suatu rancangan yaitu menentukan waktu, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat instrument penelitian, yang berupa lembar observasi dan soal tes. Pada siklus I ini peneliti mempersiapkan sebuah rancangan yang dibuat atas hasil dari keadaan kondisi awal (kelemahan dan kelebihan). Sesuai tujuan bahwa penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa, maka peneliti menggunakan metode diskusi karena dianggap sesuai.
65 b. Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti melaksanakan hal-hal yang telah dirancang sebelumnya. Melaksanakan RPP yang telah di sesuaikan dengan tujuan penelitian. Tindakan pelaksanaan ini merupakan perbaikan, pengembangan dan peningkatan dari kondisi awal. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan keberhasilan dari keadaan kondisi awal. Untuk
mengetahui
tingkat
keberhasilan
siswa
dalam
pembelajaran digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, yakni, jika nilai siswa tidak atau belum memenuhi KKM tersebut, dinyatakan belum tuntas. Sebaliknya, jika nilai siswa sama atau diatas KKM yang telah ditentukan dinyatakan tuntas. c. Observasi Observasi merupakan tahap pengamatan pada yang di fokuskan dakam penelitian. Dalam penelitian ini,-aspek yang di amati adalah motivasi belajar dan perhatian siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Indikator motivasi belajar siswa sebagai berikut: 1) Menunjukkan minat terhadap materi pelajaran yang diberikan. 2) Senang dan bersemangat mengikuti pelajaran. 3) Menyampaikan ide atau gagasan terkait pembelajaran. 4) Menyelesaikan tugas dengan baik.
66 Indikator perhatian belajar sebagai berikut: 1) Memperhatikan penjelasan guru. 2) Konsentrasi pada pembelajaran. 3) Mengajukann pertanyaan terkait materi pelajaran. 4) Menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Ranah afektif adalah ranah yang membicarakan tentang sikap dan minat, alat ukur yang dapat digunakan adalah non-tes berupa skala likert (Martinis Yamin,2005:158). Atas dasar tersebut, maka peneliti membuat skala untuk mengukur motivasi dan perhatian siswa saat kegiatan belajar berlangsung, dengan kategori sebagai berikut: 1) T = Tinggi 2) S = Sedang 3) R = Rendah 4) SR= Sangat Rendah d. Refleksi Refleksi merupakan tahap evaluasi dan perbaikan kegiatan yang dilakukan sebelumnya. Pada tahap refleksi dapat diketahui kelemahan dan kelebihan atas kegiatan yang telah dilakukan,sehingga apat menjadi acuan untuk melakukan kegiatan selanjutnya.
67 2.
Deskripsi Pelaksanaan Siklus II. Seperti pada siklus sebelumnya, siklus II ini merupakan perbaikan, pengembangan dan peningkatan belajar mengajar yang didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I yang telah dilakukan. Pada siklus dua ini diperoleh hasil yang menunjukkan peningkatan yang baik dari siklus sebelumnya. Dan peneliti merasa hasil yang diperoleh cukup memuaskan, sehingga penelitian hanya dilaksanakan sampai pada siklus II saja
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Kondisi Awal Pada tahap ini peneliti hanya mengumpulkan data hasil pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sebelumnya yaitu tanpa menggunakan metode diskusi. Data tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini: Tabel 4.1 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama siswa Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
Nilai 50 60 60 70 50 65 70 65 60 80 80 65
Keterangan BT BT BT T BT BT T BT BT T T BT
Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa pada kondisi awal siswa yang mendapatkan nilai sama dengan atau diatas nilai KKM adalah 4 orang dari seluruh siswa yang berjumlah 12 orang atau jika dipersentase 33,33%.
68
69 Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Motivasi Belajar Siswa
No Kategori SR 1 R 2 S 3 T 4 Jumlah Total
Jumlah 4 1 6 1 12
Persentase 33,34 8,33 50 8,33 100
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Perhatian Belajar Siswa
No Kategori SR 1 R 2 S 3 T 4 Jumlah Total
Jumlah 6 3 3 12
Persentase 50 25 25 100
Berdasarkan data hasil keterampilan berbicara, minat belajar siswa dan perhatian siswa diatas maka peneliti dapat menemukan kelemahan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru tersebut yaitu: a. Adanya kejenuhan dari siswa yang nampak saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dikarenakan metode yang digunakan guru kurang menyenangkan. b. Perhatian yang masih sangat kurang. c. Metode
yang
pembelajaran.
digunakan
guru
tidak
menunjag
tercapainya
70 Dari tiga kelemahan atau
masalah diatas, hal-hal yang akan
peneliti perhatikan dan melakukan perbaikan pada siklus I adalah: a. Mencoba membuat kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan, tidak membosankan, dan tidak menjenuhkan dengan melakukan metode diskusi dalam menyampaikan materi selanjutnya. b. Mengaktifkan kegiatan pembelajaran, membuuat kegiatan belajar mengajar lebih santai dan tidak terlalu tegang, sehingga siswa akan merasa tidak tertekan, dengan sendirinya akan mau memperhatikan pelajaran dan motivasinya meningkat. c. Menerapkan metode diskusi guna menunjang tercapainya peningkatan keterampilan berbicara. 2. Siklus I Tahapan dan langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan ini, mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Penyiapan bahan atau materi pelajaran yang akan disampaikan dengan menggunakan metode diskusi. 2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan pokok bahasan atau materi dan instrument pengumplan data seperti membuat soal untuk menguji hasil belajar (keterampilan
71 berbicara) siswa dan lembar pengamatan selama kegiatan belajar berlangsung. b. Pelaksanaan Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Guru mengucapkan salam. 2) Guru meminta salah satu siswa memimpin do’a. 3) Guru melakukan presensi siswa. 4) Guru melakukan appersepsi. 5) Guru menyampaikan materi yang akan diajarakan. 6) Guru menyampaikan suatu persoalan, kemudian bertanya kepada siswa guna memancing siswa agar bertanya atau mengungkapkan ide. 7) Guru memfasilitasi siswa untuk bekerja sama dengan membagi siswa menjadi tiga kelompok secara acak. 8) Guru menjelaskan kepada siswa bahwa saat diskusi siswa perlu memiliki karakter bersahabat dan komunikatif, toleransi, dan kerja keras. 9) Siswa berdiskusi tentang materi sesuai waktu yang telah ditentukan. 10) Siswa saling mengajukan pertanyaan antar kelompok sesuai materi yang dibahas. 11) Siswa saling memberikan pendapat dan saran dengan alasan yang logis terhadap persoalan.
72 12) Siswa mengumpulkan pokok-pokok persoalan yang dikemukakan masing-masing kelompok. 13) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. 14) Guru meluruskan kesalahfahaman, memberikan penguatan dan kesimpulan. 15) Guru meminta siswa untuk selalu mencoba dan berlatih mengemukakan ide atau pendapat. 16) Guru dan siswa berdo’a bersama. 17) Guru mengucapkan salam. Adapun hasil keterampilan bebicara melalui tes lisan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama siswa Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
Nilai 60 65 70 75 60 70 75 65 60 80 85 70
Keterangan BT BT T T BT T T BT BT T T T
Pada tabel 4.4 diatas diketahui bahwa hasilnya meningkat dibanding dengan hasil pada kondisi awal yang dilakukan oleh guru, yaitu dari seluruh siswa yang berjumlah 12 orang, siswa yang mencapai nilai sama dengan atau diatas nilai KKM adalah 7 orang siswa dan apabila
73 dipersentase adalah 58,33%, sedangkan pada kondisi awal hanya 4 orang siswa atau 33,33%. c. Observasi Observasi ini dilakukan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung yakni pada motivasi belajar siswa dan perhatian siswa, disesuaikan
dengan
tujuan
pembelajaran
yaitu
keterampilan berbicara siswa melalui metode diskusi. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Pengamatan Motivasi Belajar Siswa
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
T
Kategori S R √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
SR
meningkatkan
74 Selanjutnya dari data diatas akan dipaparkan lebih jelas pada tabel 4.6 dibawah ini. Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Motivasi Belajar Siswa
No Kategori SR 1 R 2 S 3 T 4 Jumlah Total
Jumlah 4 4 4 12
Persentase 33,33 33,33 33,33 100
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa meningkat, dari kondisi awal masih ada yang menunjukkan motivasi sangat rendah, tetapi pada siklus I ini sudah tidak ada yang memilliki nilai motivasi sangat rendah. Untuk hasil pegamatan perhatian siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Pengamatan Perhatian Siswa
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
T
Kategori S R √
SR √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
75 Untuk mempermudah mengetahui peningkatan dari hasil pengamatan perhatian belajar siswa akan disajikan pada tabel 4.8 dibawah ini: Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Perhatian Siswa
No Kategori SR 1 R 2 S 3 T 4 Jumlah Total
Jumlah 4 3 5 12
Persentase 33,33 25 41.66 100
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa perhatian siswa pada tingkat sedang meningkat dari kondisi awal hanya 3 orang kemudian pada siklus I meningkat menjadi 5 orang. d. Refleksi Pada siklus I yang telah dilaksanakan ini, menurut hasil yang diperoleh sudah meningkatnya keterampilan berbicara siswa, serta meningkatnya motivasi belajar siswa dan perhatian siswa. Tetapi dalam penelitian ini, peneliti belum merasa puas akan hasil yang didapat.
76 Berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus I ini, peneliti menemukan adanya kelemahan-kelemahan dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut: 1) Pelaksanaan metode yang kurang maksimal, hal itu dikarenakan pada pembagian kelompok peneliti menggunakan cara acak, sehingga siswa merasa tidak nyaman dan tidak leluasa saat pelaksanaan diskusi. 2) Aspek perhatian siswa dan motivasi belajar siswa kurang maksimal. 3) Saat pelaksanaan diskusi, dirasa oleh peneliti para siswa terlalu banyak bercanda, karena pembagian kelompok yang terlalu besar. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, maka peneliti akan melakukan perbaikan agar hasil yang diperoleh pada siklus berikutnya lebih memuaskan. Perbaikan-perbaikan itu antara lain: 1) Membagi kelompok dengan cara membiarkan siswa memilih teman yang dianggap bisa diajak kerjasama (menentukan anggota kelompok sesuai pilihan sendiri). 2) Memaksimalkan kegiatan belajar mengajar sehingga siswa menjadi merasa mempunyai kesadaran untuk lebih bertanggung jawab saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. 3) Membagi kelompok diskusi dengan jumlah anggota yang lebih kecil dari pada sebelumnya.
77 4) Mengajak siswa untuk keluar kelas (berdiskusi diluar kelas) guna mengatasi kejenuhan siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsusng. 3. Siklus II Tahapan dan langkah-langkah adalah sebagai berikut: a. Perencanaan. Dalam tahapan ini hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1) Penyiapan bahan atau materi belajar. 2) Penyusunan perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan pokok bahasan, merancang atau membuat soal dan lembar pengamatan. b. Pelaksanaan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Guru mengucapkan salam 2) Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa 3) Guru melakukan presensi siswa. 4) Guru melakukan appersepsi. 5) Guru menyampaikan materi yang akan diajarakan. 6) Guru menyampaikan suatu peristiwa, kemudian bertanya kepada siswa guna memancing siswa agar bertanya atau mengungkapkan ide. 7) Guru memfasilitasi siswa untuk bekerja sama dengan membagi siswa menjadi empat kelompok sesuai pilihan mereka sendiri.
78 8) Guru mengajak siswa belajar (diskusi di luar kelas) 9) Guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada saat diskusi, siswa harus memiliki karakter bersahagat/komunikatif, toleransi dan kerja keras. 10) Siswa berdiskusi sesuai waktu yang telah ditentukan. 11) Siswa antar kelompok saling memberikan pertanyaan terkait materi. 12) Siswa antar kelompok saling menanggapi dan berpendapat terkait materi. 13) Siswa menyimpulkan pokok-pokok peristiwa yang dikemukakan oleh masing-masing kelompok. 14) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui poleh siswa. 15) Guru meluruskan kesalahpahaman jika ada, dan memberikan penguatan dan penyimpulan. 16) Guru menyuruh siswa untuk selalu mencoba dan berlatih mengemukakan pendapat. 17) Berdo’a bersama 18) Guru mengucapkan salam Dari tes yang diberikan kepada siswa, peneliti memperoleh hasil yang cukup memuaskan dibandingkan dengan hasil dari siklus-siklus sebelumnya.
79 Adapun hasil tes lisan pada siklus II ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Hasil Keterampilan Berbicara Siswa
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama siswa Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
Nilai 75 75 80 80 65 75 80 70 65 85 85 80
Keterangan T T T T BT T T T BT T T T
Pada tabel 4.9 diatas, diketahui bahwa dari jumlah siswa yaitu 12 orang, yang nilainya sama atau lebih dari KKM berjumlah 10 orang, dan jika dipresentase adalah 83,33%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari kondisi awal dan siklus I yakni dari jumlah siswa yang tuntas sebanyak 4 orang (33,33%) kemudian menjadi 7 orang (58,33%) dan meningkat lagi menjadi 10 orang (83,33%). c. Observasi. Seperti pada siklus-siklus sebelumnya, observasi ini difokuskan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
80 Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Pengamatan Motivasi Belajar Siswa
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
T √
Kategori S R
SR
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Untuk mempermudah pembaca maka disajikan tabel berikut ini: Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Motivasi Belajar Siswa
No Kategori SR 1 R 2 S 3 T 4 Jumlah Total
Jumlah 1 5 6 12
Persentase 8,33 41.66 50 100
Berdasarkan pada tabel 4.11 diatas, maka dapat dikatakan bahwa pada siklus II ini tingkat motivasi belajar siswa saat kegiatan belajar
mengajar
memuaskan.
berlangsung
mengalami
peningkatan
yang
81 Berikutnya akan di sajikan hasil pengamatan perhatian siswa saat belajar mengajar, dalam bentuk tabel dibawah ini: Tabel 4.12 Pengamatan Perhatian Siswa
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
T
Kategori S R √ √ √ √ √ √ √ √
SR
√ √ √ √
Untuk mempermudah memahami hasil dari pengamatan perhatian siswa maka peneliti menyajikan tabel dibawah ini: Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Perhatian Siswa
No Kategori SR 1 R 2 S 3 T 4 Jumlah Total
Jumlah 1 3 8 12
Persentase 8,33 25 66.66 100
Berdasarkan pada tabel 4.13 tersebut dapat dilihat bahwa perhatian siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung mengalami peningkatan yang bisa dikatakan sangat memuaskan.
82 d. Refleksi. Pelaksanaan siklus II ini merupakan siklus tambahan untuk mengupayakan perbaikan pembelajaran dari hasil yang diperoleh dari kondisi awal dan siklus I. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus dua ini, peneliti masih menemukan kelemahan yakni tingkat perhatian siswa, dimana masih ada siswa yang tatiannyingkat perhatiannya sangat rendah dan rendah. Akan tetapi, pembelajaran siklus II ini, menurut peneliti telah menunjukkan perubahan atau peningkatan lebih baik dari kondisi awal dan siklus sebelumnya, yakni dalam hal: 1) Minat
siswa
dalam
mengikuti
kegiatan
belajar
mengajar
(pembelajaran). 2) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar lebih meningkat, ditunjukkan dengan keseriusan siswa saat diskusi. 3) Siswa lebih berani mengungkapkan ide atau gagasannya, ditunjukkan dengan aktifnya kegiatan diskusi. 4) Keterampilan berbicara siswa lebih meningkat dibandingkan pada kondisi awal dan siklus I. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa penggunaan metode diskusi mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa, motivasi belajar dan perhatian siswa.
83 Pembahasan mengenai hasil penelitian tindakan dari siklus-siklus yang telah dilaksanakan akan dipaparkan sebagai berikut: Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Keterampilan Berbicara Siswa
Siklus Kondisi Awal Siklus I Suklus II
Kategori BT T BT T BT T
Jumlah 8 4 5 7 2 10
Persentase 66,66 33,33 41,66 58,33 16.66 83,33
Dari tabel 4.14 dapat dijelaskan bahwa keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang menerapkan metode diskusi dalam penyampaian materinya mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada tahap siklus I meningkat sebesar 24,67% dari presentase kondisi awal dan kemudian pada tahap siklus II mengalami peningkatan lagi sebesar 25% dari persentase pada siklus I. Tabel 4.15 Perbandingan Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa
Siklus Kondisi Awal
Siklus I
Suklus II
Kategori SR R S T SR R S T SR R S T
Jumlah 4 1 6 1 4 4 4 1 5 6
Persentase 33,33 8,33 50 8,33 33,33 33,33 33,33 8,33 41.66 50
84 Dari tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa adanya peningkatan motivasi belajar siswa dari tiap siklusnya, hal ini membukitkan adanya hasil yang diperoleh setelah menggunakan atau menerapkan metode diskusi. Pada kondisi awal hanya 1 orang siswa yang tergolong dalam kategori tinggi motivasi belajarnya atau jika di persentase adalah 8,33%. Pada siklus I siswa yang motivasinya tinggi ada 4 orang siswa atau 33,33%, ini berarti meningkat 25% dari kondisi awal. Kemudian pada tahap siklus II, siswa yang motivasi belajarnya tinggi ada 6 orang siswa atau 50%, ini berarti meningkat 16,67% dari tahap siklus I. Tabel 4.16 Perbandingan Hasil Observasi Perhatian Siswa
Siklus Kondisi Awal
Siklus I
Suklus II
Kategori SR R S T SR R S T SR R S T
Jumlah 6 3 3 4 3 5 1 3 8 -
Persentase 50 25 25 33,33 25 41,66 8,33 25 66,66 -
Dari tabel 4.16 diatas dapat diketahui bahwa adanya peningkatan perhatian siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa ada keberhasilan peningkatan setelah menggunkan metode diskusi, walaupun dalam hasilnya tidak ada yang menujukkan perhatian yang berkatagori tinggi.
85 Pada kondisi awal, siswa yang memiliki tingkat perhatian sedang beerjumlah 3 orang siswa atau jika dipersentase adalah 25%. Pada tahap siklus I mencapai 5 orang siswa atau jika dipersentase 41,66%, ini membuktikan adanya peningkatan sebesar 16% dari kondisi awal. Kemudian pada tahap siklus II siswa yang perhatiannya terkatagorikan sedang berjumlah 8 orang siswa atau 66,66%. ini membuktikan adanya peningkatan sebesar 25% dari siklus I.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh, peneliti akan memaparkan perbandingan hasil penelitian antara sebelum dan setelah menerapkan metode diskusi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada tiap siklus: 1. Penerapan atau penggunaan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, saat kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu dari 8,33% pada kondisi awal, 33,33% pada siklus I (meningkat 25%) dan 50% pada siklus II ( meningkat 16,67%). 2. Penerapan atau penggunaan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan perhatian siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu dari 25% pada tahap kondisi awal, 41,66% pada tahap siklus I (meningkat 16,66%) dan 66,66% pada tahap siklus II (meningkat 25%). 3. Penerapan atau penggunaan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa (hasil belajar), yaitu dari 4 orang siswa atau 41,66% pada tahap kondisi awal, meningkat menjadi 7 orang siswa atau 58,33% pada siklus I (meningkat 16,67%) dan meningkat menjadi 10 orang siswa atau 83,33% pada siklus II (meningkat 25%) . 86
87 Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan atau menggunakan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar, perhatian dan keterampilan berbicara siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. B. Saran Berdasarkan hasil yang perhatian diperoleh, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka seyogyanya dalam penyampaian materi menggunakan metode yang relevan agar siswa aktif dan situasi kelas tidak monoton dan siswa dapat termotivasi. 2. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, maka guru seyogyanya selalu memberikan kesempatan kepada siswa dalam penyampaian ide atau gagasannya, memberikan kesempatan berlatih kepada siswa dalam cara penyampaiannya secara baik dan benar. 3. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, maka seyogyanya guru lebih teliti dalam memilih metode yang mendukung peningkatan keterampilan tersebut. 4. Dalam penyampaian materi kaitannya dengan pembelajaran, seorang guru harus bisa mensiasati agar kegiatan belajar mengajar tidak membosankan, seperti mengajak siswa belajar diluar kelas guna menghindari kebosanan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arsjad, Maidar G. & Mukti U. S. .1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. Tips Menjadi Guru Inspiratif Kreatif Dan Inovatif. Jakarta: Diva Press. Broto, A. S. 1980. Pengajaran Bahasa indonesia Sebagai Bahasa Kedua Di Sekolah Dasar Berdasarkan Pendekatan Linguistik Kontrastif. Jakarta: Bulan Bintang. Cybercheeze, Rikez. 2011. Metode Diskusi dalam Proses Belajar di Sekolah, (Online), (http://nesaci.com/metode-diskusi-dalam-proses-belajar-disekolah/). Darling, Linda dkk. 2009. Guru Yang Baik Di Setiap Kelas. trj. Ida Kusuma Dewi dan Bayu Budiharjo. Jakarta: PT Indeks. Departemen Agama RI. 2004. Kurikulum Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta. Djiwandono. 2008. Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT. Indeks. Erdi.
2009. Metode Diskusi, (http://kuliahme.blogspot.com/2009/05/metode-diskusi.html).
(Online),
Fakhrudin, Asef Umar. 2009. Menjadi Guru Favorit. Jakarta: Diva Press. Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. Hasibuan, J.J. & Moedjiono. 1995. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Kurniasih, Lisdiana. 2012. Mengembangkan Keterampilan Berbicara Untuk Siswa Sekolah Dasar, (Online), (http://lisdianakurniasih.blogspot.com/2012/04/mengembangkanketerampilan-berbicara.html).
88
89 MoslemSquad, Setiyani. 2011. Metode (http://www.slideshare.net/eree/metode-diskusi)
Diskusi,
(online),
N.K., Roestiyah & Yumiati Suharto. 1985. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Partin, Ronald L.. 2009. Kiat Nyaman Mengajar Di Dalam Kelas. Jakarta: PT Indeks. Poerwadarminta, W.J.S.. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Reid, Gavin. 2009. Motivasi Siswa Dikelas Gagasan Dan Strategi. Jakarta: PT Indeks. Slamet, St. Y.. 2007. Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS (Universitas Sebelas Maret). Sriyanti, Lilik. 2003. Psikologi Pendidikan. Salatiga: STAIN Salatiga. Sriyono, dkk. 1992. Tehnik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sugihharto. 2011. Pengertian Metode Diskusi, (Online), (http://id.shvoong.com/social-siences/education/2157181-pengertianmetode-diskusi/#1zzLyD077CAD). Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Taniredja, Tukiran, Faridli, Harmianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. Usman, Uzer Moh. & Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Uzer, Moh. Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Yamin, Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Ciputat: Gaung Persada Press.
90
LAMPIRAN - LAMPIRAN
91 Lampiran 1: Tabel Data Siswa MI Miftahul Falah
No
Kelas
I II III IV V VI Jumlah Total Siswa
1 2 3 4 5 6
Jumlah Siswa L P 2 6 8 5 4 9 3 7 5 5 5 28 31
Jumlah 8 8 9 12 12 10 59
92 Lampiran 2: Tabel Data Tenaga Pendidik MI Miftahul Falah
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Guru Dimyati, S.Pd.I Titik Arifah, S.Pd.I Muqodriyah, A.Ma Budiyono, A.Ma Siti Fitriyani, S.Pd M. Aries Nugrohanto, S.Pd.I Nur Zaini Siti Qomariyah, S.Pd.I
L/P L P P L P L L P
Pendidikan Terakhir S1 S1 D2 D2 S1 S1 SMK S1
Jabatan Kepala Madrasah Guru Mapel Guru Kelas 2 Guru Mapel Guru kelas 1 Guru Mapel Guru Mapel Guru Kelas 3
93 Lampiran 3: Tabel Data Siswa Kelas V MI Miftahul Falah
No
Nama Siswa
Jenis Kelamin
1
Citra Amanda Putri
2
Gilang Ifan Y.
L
3
Faqih Izul H.
L
4
Ina Eliyana
5
Gilang Sutopo
6
Ira Apri SH.
P
7
Umi Kartika Sari
P
8
M. Isroj R.
L
9
Aziz Maulana
L
10
Siti Zubaedah
11
Safriyanto R.
L
12
Ryan Eko S.
L
P
P L
P
94 Lampiran 4: Hasil Keterampilan Berbicara Siswa
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama siswa Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
Nilai 50 60 60 70 50 65 70 65 60 80 80 65
Keterangan BT BT BT T BT BT T BT BT T T BT
95 Penilaian Siklus I
No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Critra Amanda P Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
Ketepatan Jawaban (10-20) 20 15 20 20 20 20 20 20 15 20 20 20
Lafal (EYD) (10-20) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 15 10
Kriteria Kelancaran Keaktifan Kosa kata berbicara saat diskusi yang (10-20) (10-20) digunakan (10-20) 10 10 10 10 10 20 10 20 10 20 10 15 10 10 10 20 10 10 15 10 20 15 10 10 10 10 15 20 15 15 20 10 20 20 10 10
Jumlah 60 65 70 75 60 70 75 65 60 80 85 70
96 Hasil Keterampilan Berbicara No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama siswa Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
Nilai 60 65 70 75 60 70 75 65 60 80 85 70
Keterangan BT BT T T BT T T BT BT T T T
97 Penilaian Siklus II
No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Critra Amanda P Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
Ketepatan Jawaban (10-20) 20 20 20 20 20 20 20 20 15 20 20 20
Lafal (EYD) (10-20) 10 10 10 15 10 10 10 10 10 10 10 10
Kriteria Kelancaran Keaktifan Kosa kata berbicara saat diskusi yang (10-20) (10-20) digunakan (10-20) 10 15 15 10 15 20 20 20 10 10 20 15 10 10 15 20 10 15 20 10 20 20 10 10 10 15 15 20 15 20 20 15 20 20 10 20
Jumlah 70 75 80 80 65 75 80 70 65 85 85 80
98 Hasil Keterampilan Berbicara No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama siswa Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
Nilai 75 75 80 80 65 75 80 70 65 85 85 80
Keterangan T T T T BT T T T BT T T T
99 Lampiran 5: Lembar Observasi Motivasi Belajara Siswa Motivasi Belajar Siswa Siklus I
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
T
Kategori S R √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
SR
100 Motivasi Belajar Siswa Siklus II
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
T √
Kategori S R √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
SR
101 Lampiran 6: Pedoman Observasi Perhatian Siswa Perhatian Siswa siklus I.
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
T
Kategori S R √ √ √ √ √ √ √ √
SR
√ √ √ √
102 Perhatian Siswa Siklus II
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Citra Amanda Putri Gilang Ifan Y. Faqih Izul H. Ina Eliyana Gilang Sutopo Ira Apri SH. Umi Kartika Sari M. Isroj R. Aziz Maulana Siti Zubaedah Safriyanto R. Ryan Eko S.
T
Kategori S R √
SR √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
103 Lampiran 7: Lembar Pengamatan Guru
No 1 2 3 4 5 6
Nama Cara mengajar Penguasaan materi Penilaian RPP Cara penyampaian materi Penampilan Penguasaan kelas
T
√ √
Kategori S R SR √ √ √ √
104 Lampiran 8: Dokumentasi Foto
Gambar Siklus I
105
Gambar Siklus II
106
Gambar Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
107 Lampiran 9: Riwayat Hidup A. Identitas Diri 1. Nama
: Dwi Prihatiningsih
2. Tempat/Tangal Lahir : Semarang, 17 Oktober 1988 3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Alamat
: RT 06 RW 01 Dusun Gayam Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
5.
Tempa Penelitian
: Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
B. Pendidikan 1. Formal a. TK Miftahul Falah, Gayam Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun 1994 2. MI Miftahul Falah Gayam Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2000 3. SMP N 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2003 4. SMA N 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2006 5. S1 STAIN Salatiga tahun 2012 6. Non Formal (diniyah) a. TPQ Bustanuth Tholibin, Gayam Kadirejo Kecmatan Pabelan Kabupaten Semarang 1998
108 b. Madrasah Islamiyah Daarussalaamah, Sempon Ds. Kadirejo Kec. Pabelan Kab. Semarang tahun 2005 Ustadzah Madrasah Islamiyah Daarussalaamah (MIDA), Sempon Ds. Kadirejo Kec. Pabelan Kab. Semarang, hingga sekarang.
109 Lampiran 10: RPP Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
: Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: 5 (lima)/2 (dua)
Materi Pokok
: Industri
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dan bermain drama. B. Kompetensi Dasar Mengomentari
persoalan
disertai
alasan
yang
mendukung
dengan
memperhatikan pilihan kata dan satuan berbahasa. C. Indikator 1. Mampu menjelaskan persoalan yang diajukan. 2. Mampu memberikan komentar terhadap persoalan dengan alasan yang masuk akal dan bahasa yang santun. D. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui diskusi, siswa mampu menjelaskan persoalan yang terjadi dengan benar. 2. Melalui diskusi, siswa mampu memberikan komentar terhadap persoalan dengan alasan yang masuk akal dan bahasa yang santun dengan benar.
110 E. Materi Ajar Persoalan Industri F. Metode Pembelajaran 1. Metode Ceramah 2. Metode Diskusi. G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan a. Guru mengucapkan salam. b. Berdo’a. c. Absensi. d. Appersepsi. e. Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan. 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Guru menyampaikan suatu persoalan, kemudian bertanya kepada siwa guna memancing siswa agar bertanya atau mengungkapkan ide. 2) Guru Memfasilitasi siswa untuk bekerja sama dengan membagi siswa menjadi 3 kelompok secara acak. 3) Guru menjelaskan kepada siswa bahwa saat diskusi siswa perlu memiliki karakter bersahabat komunikatif, toleransi dan kerja keras.
111 b. Elaborasi 1) Siswa berdiskusi tentang materi sesuai waktu yang diberikan. 2) Siswa saling mengajukan pertanyaan antar kelompok sesuai materi yang dibahas. 3) Siswa saling memberikan pendapat dan saran dengan alasan yang logis terhadap persoalan. 4) Siswa mengumpulkan pokok persoalan yang dikemukakan masingmasing kelompok. c. Konfirmasi 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. 2) Guru meluruskan kesalahfahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. 3. Kegiatan Akhir a. Guru
menyuruh
siswa
untuk
selalu
mencoba
mengemukakan ide/pendapat. b. Do’a dan salam. H. Alat/Bahan/Sumber Belajar Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD/MI Kelas V. I. Penilaian 1. Tehnik penilaian: Tes Lisan, observasi. 2. Kriteria penilaian tes lisan: a. Ketepatan jawaban (10-20)
dan
berlatih
112 b. Lafal (EYD) (10-20) c. Kelancaran berbicara (10-20) d. Keaktifan saat diskusi/pembelajaran (10-20) e. Kosa kata yang digunakan (10-20) Ø
Skor total : Jumlah dari nilai kriteria
Ø
Soal: 1. Jelaskan persoalan yang ada ! 2. Pokok-pokok dari persoalan tadi, menurutmu apa ? 3. Berikan komentar/saranmu terhadap persoalan yang ada ! 4. Berikan kesimpulanmu tentang masalah yang kamu bahas !
Rabu, 30 Mei 2012
Guru Mapel
Peneliti
(Budiyono, A.Ma.) NIP.
(Dwi Prihatiningsih) NIM. 11508023
Mengetahui Kepala Madrasah
(Dimyati, S.Pd.I.) NIP.
113 Lampiran 11: RPP Siklus II RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
: Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: 5 (lima)/2 (dua)
Materi Pokok
: Kesehatan
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dan bermain drama. B. Kompetensi Dasar Menanggapi cerita tentang peristiwa dengan memperhatikan pilihan kata dan satuan berbahasa. C. Indikator 1. Mampu menjelaskan peristiwa yang diajukan. 2. Mampu menaggapi peristiwa yang diajukan. D. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan tentang peristiwa yang diajukan. 2. Melalui diskusi, siswa dapat menanggapi peristiwa yang diajukan dengan benar. E. Materi Ajar Peristiwa Kesehatan
114 F. Metode Pembelajaran 1. Metode Ceramah 2. Metode Diskusi. G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan a. Guru mengucapkan salam. b. Berdo’a. c. Absensi. d. Appersepsi e. Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan. 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Guru menyampaikan suatu peristiwa, kemudian bertanya kepada siswa guna memancing siswa agar mengungkapkan ide. 2) Guru Memfasilitasi siswa untuk bekerjasama dengan membagi siswa menjadi 4 kelompok sesuai pilihan mereka sendiri. 3) Guru mengajak siswa keluar kelas, belajar diluar kelas. 4) Guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada saat diskusi siswa harus memiliki karakter bersahabat/komunikatif, toleransi dan kerja keras. b. Elaborasi 1) Siswa berdiskusi tentang materi sesuai waktu yang ditentukan.
115 2) Siswa antar kelompok saling memberikan pertanyaan terkait materi. 3) Siswa antar kelompok saling menanggapi dan berpendapat terkait materi. 4) Siswa menyimpulkan pokok peristiwa yang dikemukakan masingmasing kelompok. c. Konfirmasi 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. 2) Guru meluruskan kesalahfahaman jika ada, dan memberikan penguatan dan penyimpulan. 3. Kegiatan Penutup a. Guru
menyuruh
siswa
untuk
selalu
mencoba
mengemukakan pendapat. b. Do’a dan salam. H. Alat/Bahan/Sumber Belajar Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD/MI Kelas V. I. Penilaian 1. Tehnik penilaian: Tes Lisan, observasi. 2. Kriteria Penilaian Tes Lisan: a. Ketepatan Jawaban (10-20) b. Lafal (EYD) (10-20) c. Kelancaran berbicara (10-20)
dan
berlatih
116 d. Keaktifan saat diskusi/pembelajaran (10-20) e. Kosa kata yang digunakan (10-20) Ø
Skor total: Jumlah dari nilai kriteria
Ø
Soal: 1. Jelaskan kembali peristiwa yang sudah dibahas tadi ! 2. Apa tanggapanmu tentang peristiwa yang diajukan tadi ? 3. Menurutmu apa saja penyebab banjir ? 4. Menurutmu, apa yang harus dilakukan jika banjir terjadi ?
Kamis, 31 Mei 2012
Guru Mapel
Peneliti
(Budiyono, A.Ma.) NIP.
(Dwi Prihatiningsih) NIM. 11508023
Mengetahui Kepala Madrasah
(Dimyati, S.Pd.I.) NIP.
117 Lampiran 12: Lembar Konsultasi
118 Lampiran 13: SKK SURAT KETERANGAN KEAKTIFAN
Nama
: Dwi Prihatiningsih
Progdi
: PGMI
Jurusan
: Tarbiyah
PA
: Prof. Dr. H.
NIM
:11508023
No
1
2
Budihardjo, M.Ag
Kegiatan
Pelaksanaan
Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus
25-27
(OPSPEK)
Sekolah
Tinggi
Agama
Islam
Status
Poin
Peserta
3
Peserta
5
Peserta
6
Peserta
3
25 Juli 2011
Peserta
3
26 Mei 2012
Peserta
3
Peserta
4
Agustus
Negeri(STAIN) Salatiga
2008
Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar
25-31
(KMD) Kwartir Cabang Kota Salatiga Tahun 2009
Januari 2009
Seniloka Nasional Penulisan Ilmiah “Peningkatan Mutu Guru Melalui Pengembangan Karya Ilmiah
3
Berkualitas Dan Bermartabat” yang diselenggarakan
14 Maret
Oleh Smart Teacher Development Institute (STDI)
2010
Kerjasama
Dengan
Jurnal
Ilmiyah
Pedagogik
Universitas Negeri Semarang
4
Praktikum Pelatihan Toefel Bagi Mahasiswa Jurusan Tarbiyah dan Syariah 2008
31Juli 22Agustus 2010
Public hearing dengan tema “Meningkatkan Tatanan
5
Birokrasi Kampus Yang Berbasis Pada PrinsipPrinsip Integritas” DMS (Dauroh Mar’atus Sholehah)Ldk”Darul Amal”
6
Stain
Salatiga
Dengan
Tema
“Unbrekable
Muslimah” Seminar Regional yang diselenggarakan oleh IPNU
7
Kab. Semarang dan PMII Kota Salatiga dengan Tema “ Negara Islam dalam Tinjauan Islam Indonesia Dan NKRI”
22 November 2011
119 Pelatihan
8
Ustadz-Usatadzah
TPA/TPQ/MADIN
Sekelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga
17 Maret
Peserta
3
27 Mei 2012
Peserta
3
01 Juli 2012
Peserta
6
09 Juli 2012
Peserta
6
Guru
15
Guru
15
2012
Pelatihan Jurnalistik yang diselenggaarakan oleh
9
Unit Pers dan Bahasa (UPB ) Pondok Pesantren Edi Mancoro
10 11 12 13
Sarasehan Nasional Dengan Tema Talk how “Peran Mahasiswa dalam Realita dan Idealita Bangsa” Seminar Nasional yang
bertajuk “Kesenian yang
Terlupakan” oleh Teater Getar STAIN Salatiga SK mengajar Pondok Pesantren.Daarussalaamah Sempon Kadirejo Pabelan
sekarang
SK mengajar Madin Daarussalaamah Sempon Kadirejo Pabelan
2006-
2006sekarang
Jumlah Total
75
Salatiaga, 17 Juli 2012 Mengetahui, Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan
H. Agus Waluyo, M.Ag. NIP.19750211 200003 1 001
120 Lampiran 14: Surat Permohonan Izin Penelitian
121 Lampiran 15: Surat Keterangan Madrasah