H HA ASSIILL PPEEN NEELLIITTIIA AN N
MIGRASI, URBANISASI, DAN MASALAH KESEHATAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA Heru Santoso Staf Pengajar Bagian Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT The tendency of urbanization by reference on growth rate of urban population and rural population for 1990-2000 indicates that in urban area the growth rate of population was 3.6 % annually. And in rural area, it was 0.13 % annually. This described that the growth rate of urban population is much higher than that of rural. This phenomenon is largely due to the role of urbanization. Several factors affecting the urbanization flow, including larger economic chance in urban compared to rural. This situation will result in overurbanization. The condition also accelerated the population growth in cities of North Sumatra. The growth of urban population due to urbanization, of course, will bring both positive and negative effect. The positive effect includes the plenty of workforces as developmental capital, but in turn the urbanization flow will also result in the poverty in urban, and finally it will produce the poor pattern of urban life such as slums area and health issues. This situation is then worse following the economic crisis. The migration, urbanization and economic crisis have changed many aspects of living of community in North Sumatra Province. Beside increasing the number of the poor in this province; migration, urbanization and economic crisis has worsen the quality of health services by the local government on one side, and weakened the ability of people to access health services on the other side. The further impacts of migration, urbanization and economic crisis are the changes in the health-demographic pattern. It can be see from the data of health statistical vital of North Sumatra Province. Migration, urbanization and economic crisis tended to deteriorate the quality of people health status and the quality of health services provided by central and local government. Key words:
PENDAHULUAN Migrasi penduduk pada dasarnya perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan niatan untuk menetap. Pemahaman wilayah dalam hal ini menyangkut administrasi seperti provinsi, kabupaten, kecamatan, atau kelurahan/desa. Tetapi dengan adanya kemudahan dan perkembangan sarana, terutama sarana transportasi, maka berkembanglah migrasi yang bersifat nontransimigrasi atau migrasi mandiri, yakni
atas inisiatif sendiri karena faktor-faktor dan pertimbangan tertentu. Studi Mantra (1992), dengan acuan data sensus penduduk 1990 mengungkapkan meningkatnya arus migrasi penduduk antara provinsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah: 1. Perbaikan prasarana transportasi mempermudah gerak penduduk antarpulau dan antarprovinsi dan meningkatnya migrasi swakarsa terakhir ini.. 2. Pembangunan yang digalakkan di seluruh wilayah Indonesia meningkatkan jaring
167
3.
migrasi penduduk antara wilayah, karena alasan utama bagi migran adalah alasan ekonomi. Migrasi di beberapa suku di Indonesia, misalnya Suku Minang, Batak, Bugis, Madura tetap berjalan.
Kajian lain juga menunjukkan secara umum dapat dikatakan bahwa arus migrasi antara provinsi atau antarpulau di Indonesia tahun 1990 tidak banyak berubah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tujuan dan Manfaat Keilmuan
HASIL DAN PEMBAHASAN Angka dan Pola Migrasi Besarnya migrasi risen masuk ke Sumatera Utara berdasarkan tempat tinggal 5 tahun yang lalu adalah 197.446 orang atau sekitar 2,0% dari keseluruhan penduduk Sumatera Utara. Diamati perkembangan migrasi risen masuk periode 1975-1980 ditandai dengan angka migrasi risen masuk sebesar 1,3%, lalu turun menjadi 0,8% periode 1980-1985, dan naik menjadi 1,2% periode 1985-1990, dan menjadi 2,0% periode 1990-1995. Tabel 1.
Mendasarkan pada fenomena yang terjadi, kajian ini dilakukan dengan tujuan mengkaji pola dan arus migran. Pola dan arus ini menyangkut besarnya arus migrasi, urbanisasi, daerah asal, dan tujuan migran serta alasanalasannya. Hasil kajian ini diharapkan memberikan wawasan dan pemahaman akan pola migrasi yang telah terjadi dan konsekuensinya terhadap proses urbanisasi, kemiskinan kota, dan masalah kesehatan. METODOLOGI Data utama yang dipergunakan dalam kajian ini adalah data hasil Survai Penduduk Antarsensus 1995. Migrasi dalam hal ini menyangkut dinamika dari angka migrasi risen). Migrasi risen adalah seseorang di mana provinsi tempat tinggal sekarang berbeda dengan provinsi tempat tinggal 5 tahun yang lalu. Data di sini juga menggambarkan jumlah dari arah migrasi masuk dan keluar. Migrasi masuk diketahui dengan menelusuri jumlah orang yang tinggal di Sumatera Utara tetapi tidak lahir di Sumatera Utara, tempat provinsi kelahirannya inilah yang selanjutnya disebut sebagai daerah asal migran. Migrasi keluar adalah jumlah orang yang lahir di Sumatera Utara tetapi tidak tinggal di Sumatera, provinsi sebagai tempat tinggal sekarang inilah disebut sebagai tujuan migran. Analisis dilakukan secara deskriptifanalitik mengacu pada pola dan kecenderungan data. Terhadap faktor penyebab dilakukan dengan penelusuran secara mendalam sesuai dengan ketersediaan data dan studi empirik yang pernah dilakukan.
168
Periode 1975/1980 1980/1985 1985/1990 1990/1995
Kecenderungan migrasi di Provinsi Sumatera Utara 1975-1995 (%) Migration Masuk 1,3 0,8 1,2 2,0
Migration Keluar 2,5 2,1 3,1 2,0
Provinsi Asal Migran Daerah asal pemasok migran risen masuk Sumatera Utara terbesar berasal dari D.I Aceh (25,4%). Keadaan ini masih sama jika dibandingkan dengan keadaan tahun 1990, yakni sebesar 23,5%.(BPS, 1993). Pemasok migrasi risen masuk Sumatera Utara kedua adalah Provinsi Riau, sebesar 17,4%. Provinsi Tujuan Migran Dilihat dari tipologi migrasi risen keluar, angka persentasenya sama dengan migrasi risen masuk, yakni sebesar 2,0%. Dilihat kecenderungannya juga tidak menunjukkan pola yang berbeda bila dibandingkan dengan kecenderungan pada migrasi risen masuk. Persentase migrasi risen keluar Sumatera Utara periode 1975-1980 2,5%, kemudian 2,1% periode 1980-1985, dan menjadi 3,1% 19851990, selanjutnya 2,0% periode 1990-1995. Dirinci menurut daerah tujuan, maka migran risen keluar Sumatera Utara sebagian besar menuju Provinsi Riau (27,7%). Daerah tujuan kedua, adalah DKI Jakarta (15,0%) dan berikutnya Jawa Tengah (14,7%). Urbanisasi, Kemiskinan Kota, dan Masalah Kesehatan Kecenderungan urbanisasi mengacu angka pertumbuhan penduduk kota dan desa 19902000 terlihat bahwa di daerah perkotaan angka pertumbuhan penduduk sebesar 3,67% setiap
Migrasi, Urbanisasi dan Masalah Kesehatan (167-171) Heru Santoso
tahun. Sebaliknya di desa sebesar 0,13% setiap tahun. Ini menunjukkan pertumbuhan daerah perkotaan jauh lebih tinggi dibanding pedesaan. Fenomena ini diduga karena peranan urbanisasi. Beberapa faktor penyebab urbanisasi adalah peluang ekonomi di kota lebih besar bila dibanding pedesaan. Keadaan ini akan menyebabkan membanjirnya arus pendatang ke kota-kota. Selanjutnya, dilihat migrasi masuk semasa hidup yang menuju kota dan desa data sensus penduduk 1990 menunjukkan di Sumatera Utara angka migrasi masuk kota 6,2% dan desa sebesar 3,6%. Kondisi ini juga mempercepat pertumbuhan penduduk di kota-kota Sumatera Utara. Pertumbuhan penduduk kota karena urbanisasi akan membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positif menyangkut banyaknya tenaga kerja sebagai modal pembangunan, sebaliknya urbanisasi juga dapat menimbulkan kemiskinan kota yang akhirnya memberikan konsekuensi terhadap pola kehidupan perkotaan yang jelek seperti pemukiman kumuh dan perilaku kesehatan. Keadaan ini semakin parah dengan adanya krisis ekonomi selama periode berikutnya. Gambaran ini cukup jelas bila di lihat secara khusus di Kota Medan sebagai ibukota Sumatera Utara. Urbanisasi dan krisis ekonomi menyebabkan pertumbuhan keluarga miskin di kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara. Selama masa krisis jumlah keluarga miskin (prasejahtera dan sejahtera I) naik dari 51.918 KK menjadi 105.028 KK. Kemiskinan ini juga ditunjukkan penurunan pendapatan
sebesar 13.53 % PDRB per kapita sebelum krisis dan sesudah krisis. Proses Urbanisasi dan krisis ekonomi ternyata juga menyebabkan bertambahnya daerah-daerah kumuh (slums) di Medan, dari 28 daerah slums sebelum krisis menjadi 39 daerah slums sesudah krisis. Penurunan kualitas lingkungan akibat krisis ekonomi juga menyebabkan pertambahan penularan prevalensi penyakit seperti ISPA, diare, dan penyakit kulit lainnya. Selama periode 1997-1998 (sebelum krisis) jumlah penderita ISPA 97.900 penderita. Itu naik menjadi 139,026 penderita periode 1998/1999 (sesudah krisis). Kecenderungan ini juga sama terjadi untuk jenis penyakit diare. Demikian juga dengan penyakit diare, selama krisis ini terjadi kenaikan dari 22.695 penderita 1997/1998 menjadi 28.815 penderita atau sekitar 23,87 persen pada 1998/1999. Memburuknya lingkungan sosial selama krisis juga telah menciptakan kantong-kantong wabah demam berdarah (DBD). Namun demikian, walaupun secara faktual telah terjadi kenaikan penderita penyakit (ISPA, Diare, dan DBD), ternyata prevalensi kunjungan tidak terjadi kenaikan, bahkan justru terjadi penurunan. Fenomena ini didukung gejolak di Kabupaten Langkat, yakni terjadinya penurunan kunjungan menurut 10 jenis penyakit dari 65.293 pada tahun 1997 (kondisi sebelum krisis) menjadi 18.222 pada tahun 1998 (kondisi saat krisis). Keadaan ini menunjukkan terjadinya penurunan akses pelayanan kesehatan.
Tabel 2. Jumlah dan pertumbuhan penduduk menurut kota dan desa Provinsi Sumatera Utara 1990-2000 Daerah Urban Rural
Jumlah Penduduk 1990 2000 3.638.800 5.257.400 6.613.500 6.698.500
Pertumbuhan (% per tahun 90-00) 3,67 0,13
Tabel 3. Kasus DHF selama Januari-Desember 1998 di Provinsi Sumatera Utara Daerah Jumlah Kasus Medan 490 Deli Serdang 64 Pematang Siantar 19 Binjai 23 Langkat 28 Labuhan Batu 15 Tapanuli Utara 1 Total 640 Source: Dinas Keserhatan Provinsi Sumatera Utara, 1999
Migrasi, Urbanisasi dan Masalah Kesehatan (167-171) Heru Santoso
Jumlah Meninggal 8 1 1 1 11
169
Urbanisasi dan krisis ekonomi ternyata juga menyebabkan penurunan konsumsi makan penduduk kota, khusus keluarga miskin. Hasil penelitian Siregar 1999, tentang pengaruh krisis moneter dan ekonomi terhadap belanja konsumen sekitar 5-78 %). Akhirnya, urbanisasi dan krisis ekonomi ternyata juga telah merubah pola makan penduduk. Dengan mengacu pada hasil penelitian Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi di Provinsi Sumatera Utara 1999 dengan mengambil sampel di beberapa daerah tingkat II (Kabupaten Tanjung Balai, Asahan, dan Tapanuli Tengah), terungkap bahwa sejak dilanda krisis telah terjadi perubahan kebiasaan pola makan, baik dari kuantitas maupun kualitasnya. Perubahan pola makan tersebut terlihat: • beras 3 kali sehari menjadi 2 kali sehari • beras 3 kali sehari menjadi beras 1 kali dan ubi 2 kali sehari • beras 3 kali sehari menjadi beras 2 kali dan ubi 1 kali sehari • beras 3 kali sehari menjadi ubi 2 kali sehari Perubahan pola makan ini tentunya akan membawa pada perubahan nilai intake gizi yang dampak pengaruhnya sangat besar terhadap asupan nilai gizinya yang selanjutnya akan memberikan konsekuensi pada ketahanan tubuh terhadap penyakit. Tidak dapat dipungkiri bahwa kecenderungan ini tentunya akan memberikan akibat pada kasus-kasus kekurangan gizi dan busung lapar. Sebagai contoh, di Kodya Medan selama krisis, dijumpai penderita busung lapar sebanyak 75 balita yang tergolong maramus dan 8 balita yang tergolong kwashiorkor. KESIMPULAN Migrasi, urbanisasi, dan krisis ekonomi di Provinsi Sumatera ternyata telah merubah aspek-aspek kehidupan masyarakat. Di samping menambah jumlah keluarga miskin, migrasi, urbanisasi, dan krisis ekonomi ternyata juga telah menurunkan status kesehatan masyarakat di satu sisi, dan kemampuan akses serta pelayanan kesehatan pemerintah di sisi lain. Selanjutnya, migrasi, urbanisasi, dan krisis ekonomi ternyata membawa dampak perubahan pola demografi-kesehatan. Ini dapat dilihat pada perubahan data vital statistik kesehatan di Provinsi Sumatera Utara. Yang jelas migrasi,
170
urbanisasi, dan krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas kesehatan penduduk serta kemampuan pemerintah baik tingkat pusat maupun lokal dalam pemberian akses dan pelayanan kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Abidinsyah Siregar, DR,DHSM, 1999. Paparan Informasi Dinas Kesehatan Dati II Simalungun Periode Oktober 1998 – Juni 1999. Dati II Simalungun. Arthur Haupt and Thomas T.Kane, 1984. Population Handbook. Washington, DC: The Population Reference Bureau. Central Bureau of Statistics,1993. Population Projetion of Indonesia by Province 19902000. Jakarta: Central Bureau of Statistics. Central Bureau of Statistics, 1971, 1980, 1990. The 1971, 1980 and 1990 Population census. Jakarta: Central Bureau of Statistics. Central Bureau of Statistics, 1997. The Enter Census of Population Survey 1985. Jakarta: Central Bureau of Statistics. Central Bureau of Statistics of Sumatera Utara Province, 2000. Sumatera Utara in figures 2000. Medan: Central Bureau of Statistics of Sumatera Utara Province David C Korten and Rudi Klauss, 1984. People centered Development (contributions toward theory and planning frameworks). Connecticut: Kumarian Press. Dinas Kesehatan Dati II Deli Serdang, 1999. Evaluasi Dampak Krisis Bagi Perumusan Kebijaksanaan Kesehatan Di Kabupaten Dati II Deli Serdang Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah Tingkat II Langkat, 1999. Dampak Krisis Dalam Bidang kesehatan Di Kabupaten Dati II Langkat Harian Analisa. Jumlah Penduduk Miskin Di Aceh Utara Mencapai 62 Persen. Medan: Harian Analisa, Selasa 10/8/1999 Halaman 7. Harian Analisa, 1999. Jumlah Pengungsi Di Aceh Mencapai 111.468 Orang. Medan Harian Analisa, Jum’at 13/8/1999 Halaman 1. Kantor Menteri Negara Kependudukan/ BKKBN, 1995. Transisi Demografi,
Migrasi, Urbanisasi dan Masalah Kesehatan (167-171) Heru Santoso
transisi pendidikan, dan transisi Kesehatan di Indonesia. Kanwil Departemen Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 1998. Paparan Ka. Kanwil Depkes RI Provinsi Sumatera Utara Dalam Rangka Kunjungan Kerja Fraksi ABRI DPR RI di Provinsi Sumatera Utara Kanwil Departemen Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 1999. Pertemuan Regional Evaluasi Dampak Krisis Bagi Perumusan Kebijaksanaan Kesehatan Kasto and Henry Sembiring, 1996. The profile of Indonesian population. Yogyakarta: Population Studies Center, Gadjah Mada University. Mantra,IB.1992/1993. Population Development Analysis according to the 1990 population census: Mobility Dinamics. Yogyakarta: Population Studies Center, Gadjah Mada University. Nurhayati Siregar,Dra, 1998. Pengaruh krisis moneter dan ekonomi terhadap belanja konsumen di Kota Medan. Medan: Lembaga Penelitian USU.
Migrasi, Urbanisasi dan Masalah Kesehatan (167-171) Heru Santoso
Pemerintah Provinsi Dati I Sumatera Utara (BAPEDAL), 1998. Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Tahun 1998 Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Buku I,II,III. Medan: Pemerintah Provinsi Dati I Sumatera Utara (Bapedal). Siswo Poerwanto,MSc, MPH dkk, Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya (position paper). Jakarta. Sjahrial R. Anas, DR,MHA. 1998. Dampak Krisis dan Kebijaksanaan Kesehatan Dalam Upaya Penanggulangannya Di Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara United Nations, 2001. Replacement Migration: Is it a solution to declining and ageing populations ?. New York: United Nations: Departement of Economic and Social Affairs Population Division.
171