Analisis Kinerja Guru Matematika Dari Sudut Pandang Siswa (Penelitian Di Kabupaten Kerinci Prov. Jambi)
ANALISIS KINERJA GURU MATEMATIKA DARI SUDUT PANDANG SISWA (Penelitian Di Kabupaten Kerinci Prov. Jambi) Mhmd Habibi Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] Abstract This study aims to explore and analyze the problem from a different viewpoint. Exploring math teacher performance from the perspective of the students has their own urgency to do. As the subject of learners the
students’ have unique intellectual, the student must have a different viewpoint of the teachers who taught him. This study was conducted on 96 junior high school students in the district. Kerinci, Prov. Jambi people who obtain mathematical learning by one teacher only for more than one year in their school continuously. Students were asked to fill out questionnaires related to the performance of mathematics teachers have been developed. The results of questionnaires filled discripted then calculated and based on the questionnaires grains. The results showed that some performance indicators of math teacher was still considered less than his own students. This is expected to be a material reflection for teachers of mathematics in their task. Due to the limited things that could be revealed through this study, it is suggested to the researchers to explore the phenomenon in depth math teacher performance with a qualitative approach Keywords: performance analysis, math teacher, the student's perspective, teacher reflection
Pendahuluan Indonesia telah mengalami kemajuan pesat dalam pendidikan selama 10 Tahun terakhir (Samer Al-Samarrai, Daim Syukriyah, Imam Setiawan & The World Bank, 2013). Kalimat itulah yang pertama kali muncul dari sebuah naskah yang disusun kedalam naskah kebijakan (disampaikan pada workshop kebijakan BAPPENAS 18 Juli 2013). Pernyataan tersebut tidaklah salah. Terlebih jika mengamatinya dari aspek akses pendidikan. Berdasarkan data yang dirilis Programme for International Student Assesment (PISA) Tahun 2012 (Organisation for Economic Co-operation and Development [OECD], 2013), Indonesia berada di posisi “kedua” terbawah dari sejumlah negara yang berpartisipasi. Hasil survey Trends in International Matemathics and Science Study (TIMMS) tidak jauh berbeda, dengan memperlihatkan skor siswa Indonesia yang berada jauh di bawah rata-rata Internasional. Situasi ini jelas merupakan ironi yang menyedihkan. Padahal pemerintah telah mengucurkan dana yang tidak sedikit demi perbaikan pendidikan di Indonesia (Pedro Cerdan-Infantes, Yulia Makarova, Samer Al-Samarrai, Dandan Chen, Yus Medina, Imam EDUCATIONIST
Vol. VII, No. 1 January 2014 (63-69)
Setiawan, & Steisianasari Mileiva: 2013). Namun, hingga saat ini masalah pendidikan di Indonesia terus berlanjut mulai dari pengelolaan lembaga, transparansi anggaran, kinerja personil, hingga keberagaman latar belakang peserta didik. Menurut Zulkardi (2002), dua masalah utama dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa serta kurangnya minat mereka dalam belajar matematika. Matematika dianggap sulit dan diajarkan dengan metode yang tidak menarik, sedangkan siswa hanya mencatat. Hal tersebut merupakan salah satu indikasi yang nyata dari kurangnya kinerja guru matematika di Indonesia. Berbagai kalangan dari pemerhati pendidikan telah berusaha memecahkan satupersatu masalah yang dihadapi, dengan berbagai cara yang “ditawarkan”. Namun mengingat kompleksnya permasalahan dalam pendidikan khususnya pendidikan matematika, tentu hal ini masih menjadi fokus bersama untuk dipecahkan dari sudut yang berbeda. Sebagai bagian dari usaha komprehensif, peneliti mencoba untuk menggali dan menganalisis kinerja guru matematika dari sudut pandang siswa.
Kinerja merupakan terjemahan dari kata Performance yang didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan seseorang secara kesuluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas (Ismail 2010). Pandangan berbeda disampaikan oleh Aritonang (2005) Kinerja guru adalah persepsi guru terhadap prestasi kerja guru yang berkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama dan prakarsa. Tanpa mengurangi keumuman dari definisi kinerja, maka dapat dirumuskan bahwa: Kinerja guru adalah tampilan dari hasil karya yang bersumber pada prilaku serta kemampuan guru baik kuantitas maupun kualitas dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik (Nuchiyah, 2007; Ilyas, 1999). Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Yuliani Indrawati (2006) Deskripsi dari kinerja menyangkut 3 komponen penting yaitu : (1) Tujuan: Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi yang digunakan untuk meningkatkan kerja.; (2) Ukuran: Dibutuhkan ukuran apakah seorang personil telah mencapai kinerja yang diharapkan, untuk itu kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personel memegang peranan penting; (3) Penilaian: Penilaian kinerja secara reguler yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personil. Di Indonesia, Standar Guru beserta Kinerjanya diatur dalam beberapa aturan diantaranya: (a) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen; (b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; (c) Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 tantang Standar Guru; dsb. (Kemdikbud. 2013; Ismail. 2010). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Pemerintah melalui kebijakannya telah meningkatkan reward bagi setiap guru yang berkompeten dengan istilah tunjangan sertifikasi sejumlah satu kali gaji pokok (Pedro et al: 2013). Hal tersebut juga tidak memberikan dampak signifikan terhadap kinerja guru. Bahkan berdasarkan data yang disampaikan Pedro et al EDUCATIONIST
Vol. VII, No. 1 January 2014 (63-69)
Analisis Kinerja Guru Matematika Dari Sudut Pandang Siswa (Penelitian Di Kabupaten Kerinci Prov. Jambi) (2013) penambahan gaji guru melalui tunjangan sertifikasi pada beberapa aspek “menurunkan” kinerja guru itu sendiri. Ketidakefektivan dalam memebelanjakan “gaji tambahan” tersebut merupakan salah satu faktor penyebabnya. Padahal menurut Pedro et al (2013) tambahan gaji tersebut harusnya dapat meningkatkan kinerja guru jika dibelanjakan dengan baik termasuk untuk pembiayaan pengembangan diri guru. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah Quisioner, terdiri dari 20 butir pernyataan dan pertanyaan yang terkait dengan kinerja guru matematika. Populasi penelitian adalah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Kerinci. Dari 36 SMP yang ada, tiap sekolah diminta menentukan beberapa orang siswa-nya untuk mengisi quisioner yang diberikan. sampel penelitian berjumlah 98 orang. Siswa yang diminta mengisi quisioner tersebut merupakan siswa yang memperoleh pembelajaran dari seorang guru matematika selama lebih dari satu tahun. Data yang diperoleh dari angket tersebut selanjutnya dihitung secara sederhana untuk mencari skor dari masing-masing butir angket yang ada. skor dari masing-masing butir angket tersebut merupakan skor kinerja guru untuk setiap indikator kinerja guru matematika. Skor tersebut diinterpretasikan dengan membandingkannya pada klasifikasi skor yang telah ditetapkan. Klasifikasi tersebut ditetapkan setelah melalui pertimbangan teman sejawat. Adapun klasifikasi yang ditetapkan adalah: : Tabel 1 Klasifikasi Perolehan Skor Kinerja Guru Skor diperoleh
Interpretasi
m > 85 80 < m < 85 65 < m < 80 50 < m < 65 m < 50
sangat tinggi tinggi cukup rendah sangat rendah
m : Skor kinerja guru matematika Hasil dan Pembahasan Berdasarkan data angket yang diperoleh dapat di paparkan kinerja guru dari sudut pandang siswa. Di bawah ini akan dibahas satu persatu butir indikator angket yang sebelumnya disebar pada 96
siswa SMP di Kab. Kerinci, Prov Jambi, berkenaan dengan kinerja guru matematika: 1. Menjelaskan Materi Pelajaran Dengan Baik Berdasarkan data, menunjukkan bahwa siswa menyatakan bahwa guru matematika dapat menjelaskan materi dengan baik dan mudah dipahami dengan skor 78,3 (cukup). Matematika merupakan bidang studi yang dinilai sulit oleh sebagian siswa. Kemampuan guru dalam menjelaskan materi dengan baik dapat membantu siswa untuk mencerna materi matematka dengan baik pula. 2. Memberikan Ilustrasi atau Contoh dalam Menjelaskan Materi Pelajaran Dari penghitungan angket, diperoleh bahwa siswa menganggap guru dapat memberikan ilustrasi atau contoh-contoh dalam menjelaskan materi matematika dengan skor 76,1 (cukup). Mengingat karakteristik matematika yang sangat abstrak, guru harus mampu memberikan ilustrasi-ilustrasi kontekstual untuk memberikan pemahaman mendalam kepada siswa yang berkaitan dengan konteks matematika. Berbagai model dalam pembelajaran matematika seperti RME (Realistic Mathematics Education); CTL (contextual Teaching Learning) dan sebagainya, memberikan tekanan kepada guru matematika agar menggunakan ilustrasi yang kontekstual agar siswa dapat mengasah kemampuan matematisnya menjadi lebih baik. (Fauzan. 2002); (Zulkardi. 2002); (Hadi. 2002) 3. Bersemangat dalam Mengajar Salah satu kompetensi inti guru adalah Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri (Permen No 16 Tahun 2007). Mengacu pada pendapat Rivai dan Basri (dalam Ismail. 2010) menyatakan bahwa beberapa indikator “guru yang bersemangat” dalam mengajar adalah memiliki komitmen dan ketekunan dalam melakukan usahanya mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Jika melihat perolehan skor angket sebesar 82,6 (tinggi), hal ini menunjukkan bahwa semangat guru dalam melakukan aktivitas pembelajaran berada dalam kategori tinggi. Namun demikian, semangat saja tidak cukup, lebih dari itu, seseorang dituntut untuk menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab dengan menunjukkan komitmen dan kemampuannya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya tersebut (Ismail 2010).
EDUCATIONIST
Vol. VII, No. 1 January 2014 (63-69)
Analisis Kinerja Guru Matematika Dari Sudut Pandang Siswa (Penelitian Di Kabupaten Kerinci Prov. Jambi) 4. Memiliki Wawasan yang Luas dalam Materi Pelajaran Matematika Permen Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Guru mengamanatkan kepada guru agar senantiasa menambah dan mengembangkan khasanah keilmuan yang dimilikinya. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat melakukan tugas dan fungsinya dengan baik. Keprofesionalan guru dalam mengajar menuntut guru agar memiliki wawasan yang luas baik dalam materi yang diajarkannya maupun pada materi lain yang terkait. Dari perhitungan angket diperoleh bahwa siswa menyatakan guru memiliki wawasan yang luas terkait dengan materi matematika yang diajarkannya dengan skor 88 (sangat tinggi). 5. Memberikan Kesempatan Kepada Siswa untuk Bertanya Berkomunikasi secara efektif dengan siswa merupakan salah satu tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang guru (Permen No. 16 Tahun 2007). Disamping itu, dengan memberikan kesempatan bertanya, akan memberikan dampak pembelajaran yang lebih demiokratis. Selanjutnya guru dapat memanfaatkan komunakasi tersebut untuk menggali kemampuan siswa. Berdasarkan data angket diperoleh siswa menyatakan bahwa guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan dengan skor 80,4. Skor ini dikategorikan tinggi. Dengan demikian, guru telah menjalin komunikasi yang baik dengan siswanya. 6. Menghargai Pendapat atau Hasil Karya Siswa Hasil perhitungan angket menunjukkan bahwa siswa menyatakan guru menghargai hasil karya siswa dengan skor 78,3. Skor ini berada pada kategori cukup. Guru telah menjalankan kompetensi pedagogik yang dimilikinya dengan baik, Penghargaan terhadap hasil karya dan pendapat siswa merupakan salah satu sikap yang harus dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran (Permen No. 41 Tahun 2007) (Kemdiknas (b). 2013). 7. Membantu Memecahkan Masalah yang Dihadapi Siswa Dari perolehan skor angket siswa menyatakan guru mau membantu siswa dalam memecahkan maslah dengan skor 67,4. Meskipun berada pada kategori cukup, namun peran guru matematika dalam membantu siswa memecahkan masalah harus lebih ditingkatkan. Hal ini dikarenakan Guru memiliki 3 fungsi
yakni untuk mengajar, membimbing dan melatih. Fungsi tersebut hendaknya dilakukan guru secara seimbang dalam mengelola peserta didiknya. Valente dalam Ismail (2010) menyatakan guru harus memahami konsep pendidikan yang berguna untuk membantu peserta didik. Kondisi yang seimbang tersebut dapat mengantarkan siswa pada kapasitas maksimum yang dimilikinya. 8. Memberi Dorongan Kepada Siswa untuk Rajin Belajar Sebuah dorongan atau stimulus merupakan suatu yang sangat diperlukan oleh siswa dalam menjalani proses pembelajaran. Siswa menyatakan guru selalu memberikan dorongan kepada siswa untuk rajin belajar dengan skor 82,6 (tinggi). Hal tersebut telah sangat dengan salah satu fungsi guru sebagai pemberi dorongan kepada siswa untuk meningkatkan kualitas belajarnya. 9. Memberikan Nilai Secara Adil salah satu kompetensi inti guru mata pelajaran matematika adalah menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan asil belajar (permen No. 16 Tahun 2007). Berdasarkan data angket, diperoleh siswa menyatakan guru telah melakukan penilaian secara adil dengan skor 82,6 (tinggi). Penilaian yang adil akan memberikan gambaran pencapaian belajar lebih akurat, sehingga dapat dilakukan tindakan yang sesuai terhadap hasil belajar tersebut. 10. Bertutur Kata Sopan Kepada Setiap Siswa Kompetensi Kepribadian dan sosial secara tidak tersirat memberikan amanat kepada para guru untuk bertutur kata sopan kepada setiap siswa tanpa memandang suku, agama, dan ras. Guru sebagai role mode haruslah merasa bertanggung jawab atas tindak tutur yang di ucapkannya, baik selama proses pembelajaran, maupun di tengah masyarakat. Data menunjukkan bahwa guru matematika di sekolah telah bertutur kata sopan kepada setiap siswa. Dengan skor 85,9 (sangat tinggi) 11. Berpakaian Bersih dan Rapi Guru harus berprilaku yang mencerminkan kearifan, kewibawaan, kemantapan dan kestabilan emosi (permen Nomor 16 Tahun 2007) (Kemdikbud 2013). Hal tersebut dapat direfleksikan pada cara guru berpakaian dan bersikap (body language). Dari angket kinerja guru diperoleh siswa menyatakan bahwa guru berpakaian rapih dan bersih dengan skor 84,8 (tinggi). Hal ini telah sangat sesuai EDUCATIONIST
Vol. VII, No. 1 January 2014 (63-69)
Analisis Kinerja Guru Matematika Dari Sudut Pandang Siswa (Penelitian Di Kabupaten Kerinci Prov. Jambi) dengan apa yang telah digariskan dalam Permen Nomor 16 Tahun 2007. 12. Menerapkan Metode Mengajar yang Bervariasi Matematika merupakan studi kajian yang kompleks. Mengingat banyaknya ragam materi matematika, diharapkan guru juga dapat menyesuaikan metode yang digunakan dengan karakteristik materi yang di ajarkan. Berbagai metode dengan pendekatan tertentu haruslah dikuasai guru, termasuk di dalamnya penggunaan media belajar dan teknologi (Wilson, J.W. 2000; Way, J. & Beardon, T. 2003) Berdasarkan perhitungan angket, siswa menyatakan bahwa guru menerapkan metode mengajar yang bervariasi dengan skor 76,5 (cukup). Skor ini menunjukkan guru matematika belum mengasah kemampuan mengajarnya dengan menguasai beragam pendekatan atau model dalam pemb. Matematika. Padahal memberikan metode/model mengajar yang bervariasi dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam mempelajari matematika. 13. Menjawab Pertanyaan Siswa Dengan Baik Guru tidak hanya dituntut untuk meberikan siswa kesempatan bertanya. Sebagai konsekwensi atas pertanyaan yang diberikan siswa, guru harus menjawab pertanyaan siswa dengan baik. Kesesuaian guru dalam kemauan menjawab pertanyaan siswa berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 80,4 . Hal ini menunjukkan kekonsistenan guru dalam menggali pertanyaan dari siswa dan menjawabnya. 14. Melibatkan Semua Siswa untuk Aktif Berdiskusi di Kelas Keterlibatan siswa secara aktif pada diskusi kelas menunjukkan ketertarikan siswa dalam pembelajaran. Selain itu, hal tersebut dapat berasal dari hasil usaha guru dalam mengorganisasi kelas, dengan komunikasi yang baik. Data angket menunjukkan siswa memandang bahwa guru telah melibatkan siswa dalam diskusi secara aktif dengan sesuai dengan skor 72,8 (cukup). 15. Memperhatikan Siswa yang Mempunyai Masalah Kemampuan guru dalam mengungkap masalah, merupakan salah satu indikator inti kompetensi guru (Permen No 16 Tahun 2007). Masalah yang dihadapi siswa jenisnya sangat beragam. Diperlukan kompetensi pedagogik yang baik bagi seorang guru dalam menggali
masalah-masalah siswa, baik yang menyangkut kesulitan pembelajaran maupun yang menyangkut gangguan prilaku. Berdasarkan perhitungan angket, diperoleh bahwa perhatian guru terhadap siswa ang memiliki masalah berada pada kategori rendah, yaitu sebesar 53,3. 16. Penggunaan Alat Peraga dalam Mengajar Ada banyak materi matematika yang membutuhkan alat peraga seperti geometri. Mengajar dengan pendekatan realistik disertai alat peraga dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar matematika (Fauzan. 2002). Berdasarkan hasil perhitungan angket menunjukkan kesesuaian guru dalam menggunakan alat peraga berada pada kategori rendah yaitu sebesar 47,8 (sangat rendah). Hal ini tentu bukan sesuatu yang menggembirakan. Berbagai kendala perlu diungkap agar guru dapat meningkatkan intensitas penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika. 17. Memiliki Sikap Humoris Berdasarkan data angket diketahui kesesuaian sikap humoris guru berada pada kategori sangat rendah yaitu 48,9. Padahal, Sikap humoris seorang guru matematika dapat meningkatkan antusias siswa dalam belajar (Darmansyah dalam Habibi, 2012). Sikap humoris guru dapat dituangkan dalam gambar, bahan ajar, maupun cerita lucu yang mendidik dan permainan yang menggugah (Habibi. 2012; Anton Jaelani, Ratu dkk, 2013). 18. Memperhatikan Kebersihan dan Ketertiban Kelas Lingkungan belajar yang bersih dapat memberikan dampak yang positif terhadap proses pembelajaran. Selain itu, pengelolaan kelas seperti setting tempat duduk juga perlu dilakukan sebagaimana diatur dalam Permen Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikbud (b). 2013). Dari data angket yang digunakan siswa menganggap guru telah memperhatikan kebersihan dan ketertiban kelas dengan skor 78,3 (cukup). 19. Menegakkan Tata Tertib di Kelas Keadaan Kelas yang tertib dan nyaman harus diupayakan oleh seorang guru seperti termuat di dalam Permen No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan dasar dan Menengah (Kemdikbud (b). 2013). Hal ini dikarenakan adanya hubungan antara kenyamanan dan ketertiban dengan prestas belajar siswa. Berdasarkan data angket yang diperoleh menunjukkan bahwa guru telah EDUCATIONIST
Vol. VII, No. 1 January 2014 (63-69)
Analisis Kinerja Guru Matematika Dari Sudut Pandang Siswa (Penelitian Di Kabupaten Kerinci Prov. Jambi) menegakkan tata tertib kelas dengan sesuai dengan skor 78,8 dengan kriteria cukup. 20. Datang ke Kelas Tepat Waktu Guru Merupakan sosok yang diharapkan jadi teladan bagi peserta didiknya. Ketepatan waktu guru dalam mengajar (memulai dan mengakhiri pembelajaran) (permen No.41 Tahun 2007) (Kemdikbud (b). 2013) diharapkan pula dapat diteladani oleh siswa dalam kehidupan mereka. Berdasarkan skor angket diketahui bahwa kesesuaian guru dalam menepati waktu berada pada kategori cukup dengan skor 64.1. Perolehan tersebut tidak buruk, namun masih perlu ditingkatkan. Hal ini tentu melibatkan pimpinan sekolah sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap guru di sekolahnya. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan paparan dari dua puluh butir angket yang dirumuskan, beberapa butir menunjukkan bahwa guru telah melakukan tugasnya dengan baik dalam pembelajaran di kelas. Namun masih terdapat beberapa butir pada indikator kinerja yang belum dipenuhi oleh guru menurut “penilaian” yang diberikan siswa. Analisis kinerja dari sudut pandang siswa ini merupakan ungkapan apa adanya dari segenap siswa SMP yang ada di Kab. Kerinci secara jujur apa adanya. Hal ini diharapkan dapat menjadi cermin diri kepada guru matematika khususnya yang berada di wilayah administratif Kab. Kerinci untuk berbenah. Mengingat beratnya tantangan kompetensi yang harus dipersiapkan untuk generasi mendatang, maka pengembangan diri bagi guru khususnya guru matematika mutlak harus diperhatikan. Terdapat berbagai sumber yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan kompetensi diri bagi guru, seperti: Jurnal, media cetak dan elektronik, serta rujukan lain yang tersedia pada lembaga-lembaga pemerintah. Selain itu pendidikan, diklat dan seminar juga menjadi jurus ampuh bagi pengembangan diri guru dimasa yang dinamis sekarang ini. Terdapat garis penghubung yang nyata antara kompetensi guru, kinerja guru, dan pencapaian belajar siswa. Akhirnya semoga penelitian yang sederhana ini dapat memberi dampak yang signifikan terhadap pengembangan kompetensi dan kinerja guru, sehingga dapat membelajarkan peserta didik lebih maksimal. Penelitian ini hanyalah penjabaran dari “sederet” angka yang bisa saja mengandung kekeliruan. Disarankan kepada para peneliti untuk menelusuri fenomena kinerja guru matematika
secara kualitatif pada kesempatan lain, baik dari sudut pandang siswa maupun dari pihak lain yang selama ini luput dari jangkauan para peneliti. DAFTAR PUSTAKA Anton Jaelani, Ratu Ilma Indra Putri, Yusuf Hartono (2013). Students’ Strategies of Measuring Time Using Traditional Gasing Game in Third Grade of Primary School. IndoMS J.M.E. 4(1), 29-40 Aritonang, K. (2005). Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta. Jurnal Pendidikan Penabur, 4(4), 1-16 Fauzan, A. (2002). Applying Realistic Mathematics Education (RME) in Teaching Geometry in Indonesian Primary Schools. Disertasi. Belanda: University of Twente, Enschede. Habibi, Mhmd (2012). Pengembangan Modul Pecahan Berbasis Konstruktivisme dengan Sisipan Karikatur Untuk Kelas IV Sekolah Dasar. Tesis. Tidak diterbitkan. Padang: Universitas Negeri Padang. Hadi Sutarto (2002). Effective Teacher Professional Development For The Implementation Of Realistic Mathematics Education In Indonesia. Disertasi. Belanda: University of Twente, Enschede Ilyas, Y., (1999). “Kinerja”, Cetakan pertama, Penerbit: Badan Penerbit FKM UI, Depok. Ismail, M.I, (2010). Kinerja dan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran. Jurnal Lentera Pendidikan. 13(1). 44-63. Joppe De Ree, Samer Al-Samarrai & Susiana Iskandar, (2013). Sertifikasi Guru di Indonesia: Peningkatan Pendapatan atau Cara untuk Meningkatkan Pembelajaran (naskah kebijakan) Jakarta: Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan; Kemdikbud Intermasa (a) (Layanan Hukum & Organisasi)(2013). Peraturan Menteri No 13 Tahun 2007 Tenatang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Kemdikbud Intermasa (b) (Layanan Hukum & Organisasi)(2013). Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
EDUCATIONIST
Vol. VII, No. 1 January 2014 (63-69)
Analisis Kinerja Guru Matematika Dari Sudut Pandang Siswa (Penelitian Di Kabupaten Kerinci Prov. Jambi) Kemdikbud. Intermasa (c) (Layanan Hukum & Organisasi) (2013). Peraturan Menteri No 16 Tahun 2007. Tentang Standar Guru Nuchiyah, N. (2007). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Dasar, 5(7), 44-48 OECD (2013). PISA 2012 Results in Focus “What 15-year-olds know and what they can do with what they know” OECD. Pedro Cerdan-Infantes, Yulia Makarova, Samer AlSamarrai, Dandan Chen, Yus Medina, Imam Setiawan, & Steisianasari Mileiva (2013). Belanja Lebih Banyak atau Belanja Lebih Baik: Memperbaiki Pembiayaan Pendidikan di Indonesia. (naskah kebijakan). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Samer
Al-Samarrai, Daim Syukriyah, Imam Setiawan & The World Bank, (2013). Mendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik (naskah kebijakan). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan;
Way, J. & Beardon, T. (2003). Digital Technologies + Mathematicas Education = Powerful Learning Environment. Dalam J.Way & T. Beardon (Ed.). ICT and Primary Mathematics. (h.1-6). Philadelphia: Open University Press. Wilson, J.W. (2000). Technology In Secondary School Mathematics. [online]. Di : http://jwilson.coe.uga.edu /TiMER/TiMER.S.html. Yuliani Indrawati (2006). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru Matematika Dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) Pada Sekolah Menengah Atas Kota Palembang. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya. 4,(7). 4158 Zulkardi (2002). Developing A Learning Environment On Realistic Mathematics Education For Indonesian Student Teachers. Belanda: University of Twente.
Analisis Kinerja Guru Matematika Dari Sudut Pandang Siswa (Penelitian Di Kabupaten Kerinci Prov. Jambi)
EDUCATIONIST
Vol. VII, No. 1 January 2014 (63-69)