27
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi penelitian adalah salah satu lembaga pendidikan Islam modern yang sudah cukup lama dan terkenal serta memiliki santri yang berasal dari daerah dengan latar belakang keluarga dan budaya yang beraneka ragam. Dalam proses belajar mengajarnya, pondok pesantren mengkombinasikan sistem pendidikan umum Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional) dengan sistem pendidikan pesantren. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2009. Cara Pemilihan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah santri yang telah belajar di pondok pesantren, minimal 1 tahun, sehingga dirasa cukup memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang kehidupan di pondok pesantren. Pemilihan contoh diawali dengan memberikan kuesioner kepada seluruh santri kelas VII-VIII sejumlah 178 santri. Dari kuesioner yang dibagikan, kuesioner yang diisi dan dikembalikan sejumlah 116 buah. Kemudian dipilih lagi berdasarkan kelengkapan dan ketepatan pengisian, sehingga akhirnya diperoleh 63 kuesioner dengan 32 contoh laki-laki dan 31 perempuan (Gambar 2).
Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren
Laki-laki
Perempuan
n = 32
n = 31
Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh
28
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer (Tabel 2) yang dikumpulkan meliputi (1) kecerdasan emosional santri (2) kepatuhan santri , (3) kemandirian santri, (4) persepsi santri terhadap pola asuh emosi, (5) karakteristik santri, dan (6) karakteristik keluarga, adapun data sekunder meliputi karakteristik pondok pesantren seperti sistem pendidikan, jumlah santri, peraturan dan sanksi yang berlaku. Data dikumpulkan dari penyebaran kuesioner yang diisi oleh masing-masing santri kelas VII dan VIII dengan penjelasan yang diberikan langsung selama proses pengisian kuesioner tersebut. Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data Jenis Data Primer
Sekunder
Variabel
Sumber Instrumen Ginting (2005) dan Arisandi (2007)
Kecerdasan emosional santri Kesadaran akan emosi diri Kemampuan mengelola emosi diri Motivasi dalam memperkuat emosi Kemampuan dalam berempati Keterampilan dalam membina hubungan Kepatuhan santri Kepatuhan santri terhadap peraturan yang ada di pondok pesantren Ruhidawati (2005) Kemandirian santri Kemandirian emosi Kemandirian perilaku Kemandirian nilai Hastuti (2008) Persepsi pola asuh emosi Pola mengabaikan Pola tidak menyetujui Pola Laissez Faire Pola pelatih emosi Karakteristik santri Usia contoh Jenis kelamin Urutan lahir Karakteristik keluarga Usia orangtua Besar keluarga Karakteristik keluarga Pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua Pendapatan keluarga Karakteristik pondok pesantren Peraturan, sanksi, jumlah santri
Alat Ukur Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Data pondok pesantren
29
Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan diolah melalui proses editing, koding, scoring, entry data ke komputer, cleaning dan analisis data. Selanjutnya data diolah secara komputerisasi dengan menggunakan Program Microsoft Excel 2007 dan Program SPSS 13 for Windows. Analisis statistik yang digunakan yaitu analisis deskriptif, dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman dan Uji Sebaran Hubungan Chi-Square untuk melihat hubungan antar variabel yang diteliti, Uji Cronbach Alpha untuk melihat reliabilitas dari kuesioner yang digunakan (Lampiran 1), dan Uji beda t-test untuk melihat perbedaan beberapa variabel berdasarkan jenis kelamin. Tabel 3 Variabel dan cara pengkategorian Data Primer Variabel
Dasar Pengukuran
Kategori
Jenis Data
karakteristik santri Usia santri
Sebaran contoh
12-15 tahun (remaja awal)
Rasio
Jenis kelamin
Sebaran contoh
1. Laki-laki
Nominal
Urutan kelahiran
Sebaran contoh
2. Perempuan Ordinal
karakteristik keluarga Usia orang tua
Sebaran contoh
Besar keluarga
Sebaran contoh
Pendidikan orangtua
Sebaran contoh
Pekerjaan orangtua
Sebaran contoh
Kepatuhan
Standar deviasi
Kemandirian Kemandirian emosi Kemandirian perilaku Kemandirian nilai
Standar deviasi
1. 18-40 tahun (dewasa muda) 2. 40-60 tahun (dewasa madya) 1. Keluarga kecil (≤4 orang) 2. Keluarga sedang (5-6 orang) 3. Keluarga besar (≥ 7 orang) 1. SD/sederajat 2. SMP/sederajat 3. SMA/sederajat 4. Akademi/Diploma 5. Sarjana 1. PNS 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta 4. ABRI/Polisi 5. Ibu rumah tangga Rendah (0-4) Sedang (5-8) Tinggi (9-12) Kurang (0-5) Sedang (6-10) Baik (11-15)
Rasio Rasio Ordinal
Nominal
Ordinal
Ordinal
30
Tabel 3 (lanjutan) Variabel Kecerdasan emosional Kesadaran akan emosi diri
Dasar Pengukuran
Standar deviasi
Mengelola emosi diri
Standar deviasi
Motivasi
Standar deviasi
Empati
Standar deviasi
Membina hubungan
Standar deviasi
Persepsi terhadap pola asuh emosi Pelatih emosi Pengabai emosi Tidak menyetujui Laissez Faire Pendapatan keluarga
Standar Deviasi
Kategori
Jenis Data
Kurang (0-9) Sedang (10-18) Baik (19-27) Kurang (0-10) Sedang (11-20) Baik (21-30) Kurang (0-10) Sedang (11-20) Baik (21-30) Kurang (0-7) Sedang (8-14) Baik (15-21) Kurang (0-7) Sedang (8-14) Baik (15-21)
Ordinal
Kurang (1-26) Sedang (27-53) Tinggi (54-80)
Ordinal
Data Sekunder 1. < 500 ribu Sebaran contoh 2. 500.001 – 1.000.000 3. 1.000.001 – 3.000.000 4. 3.000.001 – 5.000.000 5. > 5.000.001
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ket : dilakukan invers nilai
Kecerdasan emosi Kecerdasan emosi contoh terdiri dari 43 pernyataan yang dikombinasi dari Ginting (2005) dan Arisandi (2007), yaitu 9 pernyataan mengenai kesadaran akan emosi diri, 10 pernyataan mengenai kemampuan dalam mengelola emosi diri, 10 pernyataan mengenai motivasi dalam memperkuat emosi, 7 pernyataan mengenai
kemampuan
dalam
berempati
dan
7
pernyataan
mengenai
keterampilan dalam membina hubungan sosial. Skor jawaban tiap-tiap pernyataan yaitu 3 (selalu), 2 (kadang-kadang), dan 1 (tidak pernah) untuk pernyataan positif maupun negatif.
31
Kepatuhan Kepatuhan dalam penelitian ini terbagi menjadi 12 pernyataan dengan pilihan jawaban pertama yaitu pernah (nilai 0) atau tidak (nilai 1), pilihan jawaban kedua yaitu alasan yang disesuaikan dengan pernyataan berkaitan dengan apakah contoh pernah mengalami peristiwa tersebut atau tidak, dan yang terakhir adalah pilihan jawaban terkait apakah contoh merasa bersalah atau tidak setelah melakukan hal tersebut (alasan yang dipilih). Jawaban atas perasaan bersalah karena telah melakukan hal-hal tersebut terdiri dari pilihan jawaban tidak (nilai 0) dan ya (nilai 1). Kemandirian Pernyataan untuk melihat kemandirian contoh dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga aspek yang dimodifikasi dari Ruhidawati (2005) yaitu 5 pernyataan tentang emosi, 5 pernyataan perilaku, dan 5 pernyataan nilai. Pilihan jawaban untuk setiap pernyataan dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama, jawaban pernah (nilai 1) atau tidak (nilai 0) dan kedua, pilihan atas hal yang dilakukan contoh ketika mengalami peristiwa tertentu yang telah disesuaikan dengan pernyataan. Pola asuh emosi Kuesioner pola asuh dalam penelitian ini terdiri dari 20 pernyataan dengan 4 pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju. Instrumen tersebut terdiri dari 5 pernyataan yang diacu dari Hastuti (2008) untuk setiap jenis pola asuh (mengabaikan, tidak menyetujui, Laissez Faire dan pelatih emosi). Untuk mengetahui kecenderungan setiap jenis pola asuh tertentu dilakukan skoring yaitu skor 4 untuk pernyataan sangat setuju, skor 3 untuk setuju, skor 2 untuk kurang setuju dan skor 1 untuk tidak setuju. Selanjutnya skor dijumlahkan sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 20. Semakin tinggi skor pola asuh tertentu maka semakin kuat kecenderungan pengasuh terhadap pola asuh tersebut. Melihat baik tidaknya pola asuh yang dilakukan pengasuh terhadap contoh dilakukan skoring sebagai berikut : untuk yang terkait dengan tiga jenis pola asuh (mengabaikan, tidak menyetujui dan Laissez-Faire) diberi skor 4 untuk pernyataan tidak setuju, skor 3 untuk kurang setuju, skor 2 untuk setuju dan skor 1 untuk sangat setuju, sedangkan untuk pola asuh pelatih emosi yaitu skor 4 untuk pernyataan sangat setuju, skor 3 untuk setuju, skor 2 untuk kurang setuju dan skor 1 untuk tidak setuju. Hasil skoring selanjutnya dijumlahkan sehingga
32
diperoleh skor minimum 0 dan maksimum 80. Semakin tinggi skor pola asuh maka semakin baik pula pola asuh yang diterapkan pengasuh terhadap santri. Definisi Operasional Santri adalah seluruh contoh berusia 13-16 tahun yang sedang menuntut ilmu dan minimal sudah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan agama Islam yang diasuh oleh seorang kiai atau yayasan atau organisasi dengan sistem asrama, pengajarannya berlangsung dalam bentuk sekolah atau madrasah dengan masa belajar disesuaikan dengan jenis dan tingkatan sekolah atau program kitab yang ingin dicapai. Karakteristik contoh adalah identitas contoh yang terdiri dari jenis kelamin, usia, dan urutan kelahiran dalam keluarga. Karakteristik keluarga adalah identitas seluruh anggota keluarga yang terdiri dari usia orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga. Pendidikan adalah lama pendidikan formal yang pernah ditempuh, mulai dari SD, SLTP, SLTA sampai Perguruan Tinggi. Pekerjaan adalah jenis kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga yang meliputi pekerjaan utama dan sampingan. Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh keluarga dan dinyatakan dalam rupiah per bulan. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dalam satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak atau yang lainnya yang penghidupannya berdasarkan pengelolaan dari sumberdaya yang sama. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam hal kesadaran diri, pengaturan diri, mengelola motivasi, berempati dan keterampilan sosial. Persepsi terhadap pola asuh emosi adalah cara pandang santri terhadap interaksi yang terjadi antara kiai/ustad/ustadzah dengan santri dalam hal pola asuh secara emosi. Kepatuhan adalah sikap mengikuti aturan yang ada di pondok pesantren berdasarkan disiplin dan kesadaran diri sendiri.
33
Kemandirian adalah kemampuan untuk tidak terlalu tergantung dengan orang lain, membuat keputusan sendiri dan melaksanakannya, dan memiliki prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting dalam memandang suatu tugas.