ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
METODE KONVENSIONAL, KINESIOTAPING, DAN MOTOR RELEARNING PROGRAMME BERBEDA EFEKTIVITAS DALAM MENINGKATKAN POLA JALAN PASIEN POST STROKE DI KLINIK ONTOSENO MALANG Oleh : Dimas Sondang Irawan*, Nyoman Adiputra**, Muhammad Irfan*** *Prodi Fisioterapi, Universitas Muhammadiyah Malang **Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali ***Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta ABSTRAK Pasien dengan kondisi stroke akan mengalami banyak gangguan-gangguan yang bersifat fungsional. Kelemahan ekstremitas sesisi, kontrol tubuh yang buruk serta ketidakstabilan pola berjalan. Rehabilitasi pada stroke, efektif dan dapat memperbaiki fungsi. Latihan dapat memberikan pembelajaran aktivitas fungsional serta menerapkan premis dasar bahwa kapasitas otak mampu untuk reorganisasi dan beradaptasi, sehingga dengan latihan yang terarah dapat saja menjadi sembuh dan membaik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas metode Konvensional, aplikasi Kinesiotaping dan metode MRP dalam meningkatkan pola jalan pasien post stroke. Desain penelitian ini adalah pre and post test with control group design menggunakan 3 kelompok sampel. Jumlah sampel masing-masing kelompok adalah 10 orang. Kelompok I diberikan metode Konvensional, Kelompok II diberikan aplikasi Kinesiotaping, dan Kelompok III diberikan metode MRP dengan durasi latihan 3 kali dalam seminggu dengan waktu 60 menit selama 4 minggu. Data berupa pre test dan post tes pola jalan pasien post stroke menggunakan Wisconsin Gait Scale. Sampel berjumlah 30 dibagi ke dalam 3 kelompok. Pada Kelompok Konvensional memiliki usia rerata 62,3 tahun dengan jumlah laki-laki 5 orang, dan perempuan 5 orang. Pada Kelompok Kinesiotaping memiliki usia rerata 65,1 tahun dengan jumlah laki-laki 6 orang, dan perempuan 4 orang. Sedangkan pada Kelompok MRP memiliki usia rerata 62,6 tahun dengan jumlah laki-laki 6 orang, dan perempuan 4 orang. Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji Anova menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara rerata skor WGS setelah intervensi dari ketiga kelompok dengan nilai p < 0,05. Namun perbandingan rerata skor WGS pada setiap kelompok menunjukkan metode Kinesiotaping dan MRP memiliki perbedaan bermakna terhadap metode Konvensional, tetapi antara Kinesiotaping dengan MRP tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Dapat disimpulkan bahwa MRP tidak lebih efektif daripada Kinesiotaping tetapi lebih efektif daripada metode Konvensional, dalam meningkatkan pola jalan pasien post stroke.
Kata kunci: Konvensional, Kinesiotaping, Motor Relearning Programme, Stroke
72
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
CONVENTIONAL METHOD, KINESIOTAPING, AND MOTOR RELEARNING PROGRAMME HAS DIFFERENT EFFICACY ON IMPROVING GAIT PATTERN OF POST STROKE PATIENT IN CLINIC ONTOSENO OF MALANG By: Dimas Sondang Irawan*, Nyoman Adiputra**, Muhammad Irfan*** *Prodi Fisioterapi, Universitas Muhammadiyah Malang **Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali ***Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta
ABSTRACT Stroke patient would have impaired activities of daily living. One-sided weakness of extremities, poor body control, and gait instability. Rehabilitation in stroke patient, effective and can improve the function of the impaired limb. Exercise can provide the functional activity of learning and apply the basic premise that the capacity of the brain is able to reorganize and adaptable so with targeted exercises it can be improved. This study aimed to compare the efficiacy of conventional methods, applications kinesiotaping, and MRP method in improving the gait pattern of stroke patients. The study has pre and post test with control group design using 3 groups. There are 10 people in each group. The first group was given conventional intervention methods, group II given Kinesiotaping application, and the third group was given the intervention using the MRP with duration of exercise 3 times a week with a time of 60 minutes for 4 weeks. Data in the form of pre-test and post-test patterns of stroke patients analized by using Wisconsin Gait Scale. Samples were 30 divided into 3 groups. In the conventional group had a mean age of 62.3 years with a number of men 5 men and 5 women. At Kinesiotaping group had a mean age of 65.1 years with a number 6 men and 4 women. While the MRP group had a mean age of 62.6 years with a number 6 men and 4 women. Results of hypothesis testing using Anova showed a significant difference between the (average of the WGS scores after intevention of the three groups, with value of p<0,05. The comparison on each method showed that the Kinesiotaping application and MRP have significant difference, but the Kinesiotaping application showed no significally difference with MRP. The conclusions in this study that the conventional methods, Kinesiotaping application and MRP has different efficacy on improfing gait pattern of stroke patient. Keywords: Conventional, Kinesiotaping, Motor Relearning Programme, Stroke
73
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
kemungkinan
PENDAHULUAN Manusia adalah memerlukan
gerak
kecacatan
mayor adalah 35 – 40 persen.
makhluk yang
4
berpindah
Masalah-masalah yang ditimbulkan
tempat. Aktivitas pergerakan normal
oleh stroke bagi kehidupan manusia
sangat diperlukan dalam menunjang
sangat kompleks. Adanya gangguan-
kegiatan sehari-hari. Pergerakan yang
gangguan
dilakukan baik secara volunter maupun
gangguan
involunter dipengaruhi oleh interaksi
keseimbangan, gangguan kontrol postur,
organisme dengan sekitarnya. Gangguan
gangguan sensasi, gangguan refleks
gerak pada manusia dapat disebabkan
gerak akan menurunkan kemampuan
oleh beberapa penyakit dimana salah
aktivitas fungsional individu sehari-
satunya adalah stroke.
hari.5 Akibat adanya gangguan vital otak,
Stroke
dan
mengalami
adalah
penyakit
maka
fungsi
vital
otak
koordinasi,
penderita
seperti
gangguan
stroke
melakukan
multifaktorial dengan berbagai penyebab
aktivitas berjalan dengan pola yang
disertai manifestasi klinis mayor, dan
abnormal.6
penyebab utama kecacatan dan kematian
Fokus dari rehabilitasi stroke,
di negara-negara berkembang.1 WHO
khususnya
mendefinisikan stroke sebagai suatu
memperbaiki permasalahan gerak yang
tanda klinis yang berkembang cepat
terkait dengan fungsional pada kondisi
akibat gangguan otak fokal (atau global)
stroke,
dengan gejala-gejala yang berlangsung
kemandirian
selama 24 jam atau lebih dan dapat
dengan kekuatan anggota gerak bawah.7
vaskuler.
lain
yang
jelas
seperti
halnya
dalam
adalah
permasalahan
berjalan
terkait
Menurut Sullivan8 terapi latihan
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab
fisioterapi
selain
adalah
2
metode
yang
paling umum
digunakan untuk mengatasi masalah 3
Menurut Riset Kesehatan Dasar ,
mobilitas fisik setelah kerusakan otak.
prevalensi stroke di indonesia pada tahun
Terapi latihan dengan ROM exercise
2007 mencapai angka 8,3 per 1.000
dapat meningkatkan kekuatan kekuatan
penduduk dan pada tahun 2011 stroke
otot,
menjadi penyebab pertama kematian di
(spastisitas) lower extremity sehingga
indonesia.
dapat meningkatkan gait function pada
Kemungkinan
meninggal
dan
mengurangi
pasien post stroke.9
akibat stroke adalah 30 – 35 persen, dan
129
tonus
otot
ISSN : 2302-688X
Aplikasi mampu
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
Kinesiotaping
meningkatkan
juga
Potensi fisioterapi
kemampuan
serta
dalam
kontribusi
proses
pemulihan
stroke.
stroke menjadikan prinsip-prinsip MRP
meningkatkan
berupa : pelatihan kembali kontrol
sehingga
motorik berdasarkan pemahaman tentang
menghasilkan posisi tubuh yang benar,
kinematika dan kinetika gerakan normal
hal ini menjadi hal yang sangat dasar
(biomekanik),
yang diperlukan ketika latihan untuk
motorik (motor control and motor
mengembalikan fungsi dari extrimitas
learning),
dilakukan.10,11
kognitif, ilmu perilaku dan psikologi,
sensomotoris
pasien
post
Kinesiotaping
dapat
propioseptif
feedback
kontrol
yang
dan
melibatkan
latihan
proses
pelatihan, pemahaman tentang anatomi
Kinesiotaping melalui reseptor di cutaneus dapat memberikan rangsangan
dan
pada
berdasarkan pada teori perkembangan
sistem
neuromuskuler
dalam
fisiologi
saraf,
serta
tidak
normal (neurodevelopmental).12
mengaktivasi kinerja saraf dan otot saat melakukan suatu gerak fungsional.12
Latihan
tersebut
Kinesiotaping juga akan memfasilitasi
memberikan
mechanoreseptor untuk mengarahkan
aktivitas fungsional serta menerapkan
gerakan yang sesuai dan memberikan
premis dasar bahwa kapasitas otak
rasa
mampu
nyaman
dipasangkan.
pada
area
yang
13
proses
dapat
untuk
pembelajaran
reorganisasi
dan
beradaptasi (kemampuan plastisitas otak)
Fisioterapist
dapat
dan dengan latihan yang terarah dapat
lain
saja menjadi sembuh dan membaik,
seperti metode Rood, metode Johnstone,
selain itu sebagai relearning kontrol
metode brunnstrom, metode bobath,
motorik sehingga dapat mengeliminasi
metode Propioceptive Neuromuscular
gerakan yang tidak diperlukan dan
Facilitation (PNF) dimana menggunakan
meningkatkan kemampuan pengaturan
pendekatan reflek dan teori hierarki
postural dan gerakan.5,14
motor control, sedangkan metode yang
Rumusan
memberikan
lain
seperti
berbagai
metode
masalah
dalam
Relearning
penelitian ini adalah : Apakah Metode
menggunakan
Motor Relearning Programme (MRP)
pendekatan motor control dan motor
lebih efektif dalam meningkatkan pola
learning.
jalan pasien post stroke dibandingkan
Programme
Motor
juga
(MRP)
130
ISSN : 2302-688X
dengan
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
Metode
Aplikasi
Konvensional
Kinesiotaping
di
dan
dilaksanakan pada bulan Maret hingga
Klinik
Mei 2013. Penelitian ini berjenis quasi eksperimental
Ontoseno Malang?
penelitian
membandingkan
ini
adalah
efektifitas
rancangan
penelitian pre test and post test with
Yang menjadi hipotesis utama dalam
dengan
control group design. Penelitian ini
untuk
dilakukan
metode
untuk
melihat
pengaruh
Kinesiotaping
pemberian latihan menggunakan Metode
dan metode MRP dalam meningkatkan
Konvensional, Aplikasi Kinesiotaping,
pola jalan pasien post stroke.
dan Metode MRP terhadap peningkatan
Konvensional,
aplikasi
Manfaat dari penelitian ini adalah
pola jalan pasien post stroke. Penilaian
(1) Memberikan wawasan ilmiah tentang
pola jalan pasien post stroke diukur dan
penggunaan Kinesiotaping pada pasien
dievaluasi menggunakan Wisconsin Gait
post
Scale.
stroke.
(2)
Memberikan
pengetahuan dan pengalaman tentang
B. Populasi dan Sampel
exercise,
Populasi dalam penelitian ini
Kinesiotaping, dan metode MRP dalam
adalah semua pasien post stroke di
meningkatkan pola jalan pasien post-
Klinik Ontoseno Malang. Pengambilan
stroke. (3) Sebagai bahan referensi bagi
sampel diambil secara acak sesuai
mahasiswa
dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
tingkat
efektivitas
ROM
yang
membutuhkan
pengetahuan lebih terhadap penanganan
Berdasarkan
dan intervensi Fisioterapi pada pasien
penelitian berjumlah 30 orang dan dibagi
post stroke. (4) Sebagai bahan informasi
menjadi tiga kelompok perlakuan. Setiap
dan
kelompok perlakuan terdiri dari 10
referensi
tambahan
terhadap
rumus
Pocock
penanganan dan intervensi fisioterapi
orang.
untuk meningkatkan kemampuan pola
Kelompok perlakuan I
sampel
Kelompok perlakuan I diberikan
jalan pasien post stroke, dan memberikan solusi mengenai rehabilitasi pasien post
latihan
stroke.
Konvensional, yaitu menggunakan ROM
frekuensi 3x seminggu dan
A. Ruang Lingkup Penelitian
menit setiap sesi.
Penelitian dilakukan di Klinik Malang.
Metode
Exercise selama 4 minggu, dengan
MATERI DAN METODE
Ontoseno
menggunakan
Kelompok perlakuan II
Penelitian
131
45 – 60
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
penilaian, sedangkan yang lain memiliki
Kelompok perlakuan II diberikan otot
3 kriteria penilaian. Sehingga dalam
postural dan area ankle selama 4
pengukuran pola jalan menggunakan
minggu, dengan frekuensi penggantian
WGS, untuk mendapatkan nilai total
Kinesiotaping setiap 3 hari.
WGS digunakan perhitungan: jumlah
Kelompok perlakuan III
nilai no 2 hingga 10, dan 12 hingga 15,
Aplikasi
Kinesiotaping
pada
III
ditambah dengan 3/5 dari nilai nomor 1,
diberikan latihan menggunakan Metode
ditambah 3/4 dari nilai nomor 11. Nilai
MRP,
minimal
Kelompok
selama
perlakuan
4
minggu,
dengan
frekuensi 3x seminggu dan
WGS
adalah
13,35
dan
maksimal 42, dimana semakin besar
45 – 60
menit setiap sesi.
nilai WGS maka semakin bermasalah
C. Cara Pengumpulan Data
pola jalan pasien post stroke.
Sebelum
diberikan
perlakuan
D. Analisis Data
baik Kelompok I, Kelompok II, dan
Data yang diperoleh dianalisa
Kelompok III dilakukan analisa pola
menggunakan SPSS versi 16, langkah-
jalan
langkah sebagai berikut:
menggunakan
Wisconsin
Gait
1. Statistik deskriptif digunakan untuk
Scale (WGS) untuk mengetahui nilai total WGS (nilai total WGS sebelum
mengetahui
perlakuan),
penelitian yang meliputi usia dan
dan
4
minggu
setelah
karakteristik
subjek
jenis kelamin
perlakuan dilakukan analisa pola jalan
2. Dilakukan uji normalitas data skor
menggunakan WGS (nilai total WGS setelah Perlakuan).
WGS sebelum dan setelah intervensi
Prosedur Pengukuran Pola Jalan
pada setiap kelompok perlakuan menggunakan Saphiro Wilk Test.
Pengamatan dilakukan melalui video recording terlebih dahulu dari sisi
3. Untuk mengetahui peningkatan pola
anterior, posterior, dan lateral kemudian
jalan pasien post stroke, dilakukan
dilakukan
menggunakan
uji beda rerata skor WGS sebelum
Wisconsin Gait Scale (WGS). WGS
dan setelah intervensi pada setiap
memiliki
kelompok perlakuan menggunakan
observasi
14
item
penilaian
yang
Paired t-test.
diobservasi secara visual. Untuk item
4. Uji
nomor 1 memiliki 5 kriteria penilaian,
homogenitas
data
untuk
kelompok data usia, skor WGS
item nomor 11 memiliki 4 kriteria
132
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
sebelum perlakuan dan selisih skor
Malang dengan usia responden berkisar
WGS sebelum dan setelah intervensi
antara 50 – 73 tahun. Pada kelompok
menggunakan Levene’s test.
perlakuan Konvensional berkisar antara
5. Untuk mengetahui apakah Metode
55 – 72 tahun dengan rerata 62,3±5,78
Konvensional, Kinesiotaping, dan
tahun.
Motor
Programme
Kinesiotaping berkisar antara 50 – 72
memiliki perbedaan efektifitas dalam
tahun dengan rerata 65,1±6,69 tahun.
meningkatkan pola jalan pasien post
Pada kelompok perlakuan MRP berkisar
stroke, dilakukan Uji Anova untuk
antara 55 – 73 tahun dengan rerata
skor WGS setelah intervensi antar
62,6±6,16
kelompok perlakuan
menunjukkan bahwa Cerebro Vascular
6. Untuk
Relearning
mengetahui
metode
yang
jalan
pasien
post
kelompok
tahun.
perlakuan
Deskripsi
tersebut
Accident memiliki keterkaitan resiko
paling efektif dalam peningkatan pola
Pada
usia pada kategori tua.
stroke
Faktor resiko kejadian stroke
dilakukan uji LSD pada skor WGS
meningkat seiring bertambahnya usia,
setelah intervensi antar kelompok
dan menjadi dua kali lipat setelah usia 55
perlakuan.
tahun. Setiap tahun 28% terserang stroke dengan usia dibawah 65 tahun, dan 72%
HASIL PENELITIAN DAN
pasien stroke berusia lebih dari 65
PEMBAHASAN
tahun.4 Usia juga salah satu faktor yang
Karakteristik Subyek
mempengaruhi plastisitas. plastisitas di
Kelompok
Tabel 1
korteks motorik berkurang pada lansia
Karakteristik Sampel
(usia 60-79) tapi tidak di paruh baya
Rentang Usia
Usia
(usia 40 - 59).15
Jenis
Dari 30 total sampel, 17 orang
Kelamin Rerata
SB
L
P
Konvensional
55 – 72
62,3
5,79
5
5
Kinesiotaping
50 – 72
65,1
6,69
6
4
MRP
55 – 73
62,6
6,16
6
4
sampel
laki-laki
dan
13
sampel
perempuan. laki-laki cenderung lebih tinggi untuk terkena stroke dibandingkan perempuan,
dengan
perbandingan
1,3:1.16,17 Tetapi dalam penelitian ini jenis
Sampel penelitian berjumlah 30 pasien post stroke di Klinik Ontoseno
133
kelamin
bukanlah
salah
satu
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
pertimbangan yang mempengaruhi aspek
Berdasarkan uji beda rerata skor
penilaian dalam penelitian.
WGS sebelum dan setelah intervensi pada
Distribusi Hasil Nilai Total Skor WGS
setiap
kelompok
perlakuan
didapatkan nilai p < 0,05. Sehingga Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Data Skor WGS Kelompok Konvensional
Kinesiotaping
MRP
dapat
bahwa
terdapat
perbedaan yang bermakna antara skor
n
Rerata
SB
Sebelum 10
29,73
1,56 0,525
Setelah
10
25,48
2,36 0,220
Sebelum 10
28,93
1,88 0,207
Setelah
10
20,68
2,43 0,226
Sebelum 10
27,75
2,42 0,354
Setelah
20,68
1,60 0,835
10
dikatakan
P
WGS sebelum dan setelah intervensi. Pada
kelompok
perlakuan
metode Konvensional terjadi penurunan rerata skor WGS sebesar 4,25 (14,28%), pada kelompok perlakuan Kinesiotaping terjadi penurunan rerata skor WGS sebesar 8,25 (28,51%), dan kelompok
Berdasarkan normalitas
data,
hasil
pengujian
Skor WGS
perlakuan MRP terjadi penurunan rerata
untuk
skor WGS sebesar 7,07 (25,48%),
Kelompok data sebelum dan setelah
sehingga dapat dikatakan bahwa metode
intervensi pada Kelompok perlakuan
Konvensional, Kinesiotaping, dan MRP
Konvensional, Kinesiotaping, dan MRP,
sama-sama meningkatkan pola jalan
didapatkan nilai p > 0,05 yang berarti
pasien post stroke di Klinik Ontoseno
data berdistribusi normal untuk setiap
Malang.
kelompok perlakuan.
Metode Konvensional, Kinesiotaping,
Peningkatan Pola Jalan Pasien Post Stroke
dan MRP Meningkatkan Pola Jalan Pasien Post stroke
Tabel 3 Hasil Uji Beda Rerata Skor WGS Sebelum dan Setelah Intervensi Kelompok
Rerata
SB
Konvensional
25,48
2,36
Kinesiotaping
20,68
2,43
MRP
20,68
1,60
Sebelum F
p
Pasien stroke akan mengalami defisit neurologis yang menyebabkan hilangnya kekuatan pada tungkai dan
Setelah F
gangguan
p
keseimbangan
dimana
keduanya memiliki peran penting dalam 2,504
0,101
16,357
0,000
kemampuan
berjalan.18
Untuk
meningkatkan gait function pasien post stroke,
fokus
utamanya
adalah
meningkatkan kekuatan kekuatan otot, 134
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
praktek
lower extremity.9
Pendekatan metode motor relearning 8
Menurut Sullivan terapi latihan adalah
metode
yang
secara
berulang-ulang.20
dan mengurangi tonus otot (spastisitas)
programme
membantu
mencapai
paling umum
kemampuan motorik normal dengan
digunakan untuk mengatasi masalah
feedback yang tepat dan partisipasi aktif
mobilitas fisik setelah kerusakan otak.
dari pasien.21
Somatosensory stimulation, dan
Homogenitas Varian Penelitian
muscle activity feedback exercise efektif dalam
peningkatan
fungsi
Tabel 4
berjalan
Hasil Analisis Uji Homogenitas Data
pasien post stroke.19 Kinesiotaping dapat meningkatkan sensitivitas perceptualmotor
propioception.
yang diperlukan dalam informasi motor control, sehingga akan meningkatkan motor output dan movement respon. Motor
premis
Skor WGS sebelum
10 1,520 0,237
10 1,332 0,281
sebelum dengan setelah intervensi
bahwa Berdasarkan
kapasitas otak mampu untuk reorganisasi
WGS sebelum
terarah dapat membaik. Metode Motor Relearning
Programme
dapat
mengeliminasi
gerakan
tidak
diperlukan
dan
hasil
pengujian
homogenitas data pada usia sampel, skor
dan beradaptasi, dan dengan latihan yang
yang
10 0,024 0,976
Selisih Skor WGS
Relearning
dasar
Usia
intervensi
pembelajaran aktivitas fungsional serta
intervensi, dan selisih
skor WGS sebelum dengan setelah intervensi didapatkan nilai p > 0,05 yang berarti data bersifat homogen, sehingga
meningkatkan
data dapat dikatakan comparable.
kemampuan pengaturan postural dan gerakan.14 Motor bagaimana
learning
pola-pola
p
11
Programme dapat memberikan proses
menerapkan
F
propioceptif
merupakan salah satu sensory feedback
Metode
n
Kelompok
menjelaskan
motorik
Komparibilitas Hasil Skor WGS
dapat Setelah Intervensi
dimodifikasi melalui pengamatan dan
135
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
Tabel 5 Hasil Analisa Uji Anova Skor WGS Sebelum dan Setelah Intervesi Sebelum
Kelompok
Rerata
SB
Konvensional
25,48
2,36
Kinesiotaping
20,68
2,43
MRP
20,68
1,60
Setelah
F
p
F
p
2,504
0,101
16,357
0,000
Berdasarkan hasil uji Anova di
bermakna. Sehingga dapat dikatakan
atas menunjukkan bahwa ada perbedaan
bahwa penurunan skor WGS terjadi
skor WGS yang tidak bermakna pada
karena intervensi yang diberikan.
kelompok
data
sebelum
Untuk mengetahui metode yang
intervensi,
dimana didapatkan nilai p = 0,101
paling
efektif
antara
metode
(p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
Konvensional, Kinesiotaping, dan MRP
data skor WGS sebelum intervensi
dalam peningkatan pola jalan pasien post
comparabel. Pada kelompok data setelah
stroke di Klinik Ontoseno Malang, maka
intervensi didapatkan nilai p = 0,000
dilakukan uji Least Significant Different
(p<0,05) sehingga kelompok data setelah
(LSD)
intervensi menunjukan perbedaan yang Tabel 6 Hasil Analisis Skor WGS Setelah Intervensi Antar Kelompok Kelompok
Beda Rerata
P
Konvensional – Kinesiotaping
4,801
0,000
Konvensional – MRP
4,796
0,000
Kinesiotaping – MRP
0,005
0,996
Berdasarkan hasil analisis skor
Metode Konvensional, terbukti dari hasil
WGS setelah intervensi antar kelompok
uji LSD dimana menunjukkan hasil p <
perlakuan dapat dilihat bahwa Metode
0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa
Kinesiotaping dan MRP menghasilkan
metode MRP dan Kinesiotaping lebih
perubahan pola jalan yang lebih besar
efektif daripada Metode Konvensional.
secara signifikan dibandingkan dengan
130
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
Untuk kelompok perlakuan MRP
bagaimana
pola-pola
motorik
dapat
dengan Kinesiotaping didapatkan nilai p
dimodifikasi melalui pengamatan dan
sebesar 0,996 (p>0.05) sehingga dapat
praktek secara berulang-ulang20.
dikatakan
bahwa
perbedaan
yang
tidak
ditemukan
signifikan
Seperti yang diungkapkan oleh Chan-Dora,20
dalam
Motor
relearning
peningkatan pola jalan pasien post
Programme lebih efektif dari Metode
stroke.
Konvensional Sebuah
gerakan
fungsional
untuk
meningkatkan
kemampuan fungsional pasien stroke.
merupakan sebuah rangkaian interaksi
Aplikasi Kinesiotaping tidak ada
dari kontrol motorik pada otak dan
intervensi
untuk
mengkoreksi
feedback dari somatosensoris, visual,
gerakan
dan vestibular.22 Kinesiotaping dapat
terbentuk.
memfasilitasi mechanoreceptor untuk
appropriate
afferent
mengarahkan gerakan yang sesuai dan
menggunakan
task-specific
memberikan rasa nyaman pada area yang
menghasilkan peningkatan yang lebih
dipasangkan.13 Kinesiotaping juga dapat
besar
meningkatkan propioseptive feedback
sendiri.24
sehingga menghasilkan posisi tubuh
intervensi yang dilakukan kemungkinan
yang benar. 10
masih belum menunjukkan perubahan
kompensasi
yang
pola sudah
Mengkombinasikan
dibandingkan Dari
stimulation training
dengan waktu
latihan intensitas
23
pada pola jalan pasien post stroke,
bahwa penambahan Kinesiotaping pada
mengingat aktivitas fungsional berjalan
ankle joint memberikan hasil yang lebih
merupakan sebuah rangkaian gerakan
efektif daripada fisioterapi Konvensional
yang kompleks
Seperti yang diungkapkan Kim
dalam meningkatkan keseimbangan dan
SIMPULAN DAN SARAN
kemampuan berjalan pasien stroke.
Berdasarkan hasil analisis data
Latihan aktivitas motorik harus dilakukan
dalam
bentuk
dan
aktivitas
disimpulkan
fungsional karena tujuan dari rehabilitasi
Kinesiotaping
tidak hanya sekedar mengembalikan suatu
pergerakan,
akan
tetapi
Learning
bahwa paling
efektif
dapat Metode dalam
stroke di Klinik Ontoseno Malang, di
mengembalikan fungsi. Dalam metode Motor
maka
meningkatkan pola jalan pasien post
5
MRP,
pembahasan
ikuti oleh Motor Relearning Programme,
menjelaskan
dan kemudian metode Konvensional.
130
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
Oleh karena itu peneliti menyarankan (1)
Kesehatan
untuk
RI.
aplikasi
klinis
dilakukan
Kementrian
Kesehatan
dengan
4. Wolf PA, Albers G, Higashida RT,
Kinesiotaping untuk hasil yang lebih
Grotta J, 2000. Stroke In New
optimal,
penelitian
Mileniumm. 73rd Scientific session of
lanjutan dengan jangka waktu lebih
the American Heart Association,
panjang dan responden yang lebih
Plenary session VII: New Orleans,
spesifik dari segi usia, onset, jenis
Lousiana, November 12-1
kombinasi
metode
(2)
MRP
Dilakukan
stroke, dan tingkat kerusakan otak, (3)
5. Irfan, Muhammad. 2010. Fisioterapi
Untuk pengembangan pola jalan pasien
bagi insan stroke. Yogyakarta. Graha
post stroke yang meiliki komplikasi
Ilmu
masalah
muskuloskeletal memerlukan
6. Leonard, Charles T. 1998. The
pendekatan muskuloskeletal yang dapat
Neuroscience of Human Movement.
membantu proses perbaikan tersebut.
USA. Mosby. 7. Jorgensen Raaschou
DAFTAR PUSTAKA
8. Sullivan,
Impairment
Aldosterone System 11: 180.
editors.
http://
Mobility
and
Motor
Skill
Brain
Injury
Medicine:
Demos. p. 931-942.
5
9. Pang M, Eng J, Dawson A. 2005.
Oktober 2012].
Relationship
3. Riskesdas. 2008. Riset Kesehatan Jakarta:
Pengembangan
for
Principles and Practice. New York :
www.who.int/entity/chp/steps/Sectio
Dasar.
Therapy
N.D., Katz, D.I., Zafonte, R.D.,
STEP Stroke Surveillance. Available
[Accessed
2007.
Acquisition After TBI. In : Zasler,
2. World Health Organization, 2006.
n1_Introduction.pdf
K.J.
Interventions
Renin-Angiotensin-
from:
ofwalking
Med Rehabil; 76: 27–32.
Ischemic Stroke in Tunisian Arabs. of
Olsen
Copenhagen Stroke Study.Arch Phys
Promoter
Polymorphism as a Risk Factor for
Journal
HO,
H,
function of stroke patients: the
W.Y. 2010. Aldosterone Syntase (CYP11B2)
Nakayama
TS.1995.Recovery
1. Saidi, S., Mahjoub T., and Almawi,
Gene
HS,
dan
between
ambulatory
capacity and cardiorespiratory fitness
Badan Penelitian
131
ISSN : 2302-688X
in
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
chronic stroke:
Effects of Aging on The Human
influence of
Motor Cortical Plasticity Studied by
stroke-spesific impairment. Chest
Paired
10. Ewa J and Carol L. 2006. Kinesio Taping
in
Stroke:
Functional
Use
of
Stimulation.
Clinical Neurophysiology, 121
Improving the
Associative
16. Junaidi,
Upper
I.
Extremity in Hemiplegia. Thomas
Pengenalan,
Land publisher. Inc.
Pengobatan,
2008.
Stroke
A-Z
Pencegahan, Rehabilitasi
Stroke,
Serta Tanya Jawab Seputar Stroke.
11. Cowderoy GA, Lisle DA, O’connel
Jakarta. PT Buana Ilmu Populer.
PT. 2009. Overuse and Impigement in
17. Pinzon, Rizaly, Asanti, Lakasmi,
Athlete. Magnetic resonance imaging
Sugianto, Widyo, Kriswanto. 2010.
clinics of north America.
Awas Stroke: Pengertian, Gejala,
Syndromes
of
The Shoulder
Tindakan,
12. Yasukawa A, Patel P, Sisung C.
Perawatan
&
2006. Pilot study: investigating the
Pencegahan. Yogyakarta: penerbit
effects of Kinesio Taping in an acute
ANDI.
pediatric
rehabilitation
18. Collen
setting.
F.M,
Wade
D.T.
1990.
Rehabilitation Institute of Chicago,
Assesory Motor Impairment After
Illinois, USA.
Stroke,
journal
of
neural,
neurosurgery, and psychiatry.
13. Kase K, Jim W, Tsuyoshi K. 2003. Clinical Therapeutic Applications of
19. Geurts A.C, de Haart M, van Nes I.J.
The Kinesio Taping Method. Ken
2005. A Review of Standing Balance
Ikai Co. Ltd. Tokyo. Japan
Recovery From Stroke, Gait posture. 20. Chan C.C.H, Lee T.M.C, Fong
14. Susanti J dan irfan. 2010. Pengaruh Penerapan
Motor
Programe
(MRP)
K.N.K, Lee C, Wong V. 2002.
Relearning
Cognitive
Terhadap
Profile
For
Chinese
Peningkatan Keseimbangan Berdiri
Patient With Stroke. Brain Injury;
Pada Pasien Stroke Hemiplegi, jurnal
16. 21. Dean C.M, Shepherd R.B. 1997.
penelitian sains & teknologi vol II
Task-Related
No 2: 126-143
S.,
Nagamine,
Improves
Performance of Seated Reaching
15. Fathi, D., Ueki, Y., Mima, T., Koganemaru,
Training
Tasks After Stroke: A Randomized
T.,
Controlled Trial. Stroke 28
Tawfik, A., & Fukuyama, H. 2010.
132
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 72 – 133, Maret 2014
22. Haim, A. 2011. Plasticity of Gait Patterns
Via
Noninvasive
Biomechanical Stimulation. Israel Institute of Technology 23. Kim Y.R, Kim J.I, Kim Y.Y, Kang K.Y, Kim B.K, Park J.H, An H.J, Min K.O. 2012. Effects of Ankle Joint Taping on Postural Balance Control
in
Stroke
Patients.
Department of Physical Therapy, Yongin University, 470 Samga-dong, Cheoingu, Yongin, Korea. 24. Donnell, M. 2006. Human Motor Cortical
Plasticity
and
Upper
LimbPerformance. Research Centre for
Human
Movement
Control
Discipline of Physiology. School of Molecular and Biomedical Science. The University of Adelaide.
133