STUDI PENGGUNAAN METODE PENJADWALAN CRITICAL CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI KONVENSIONAL Amatya Pradhana, Bambang Setiadi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
ABSTRAK Penjadwalan merupakan hal penting dalam proses konstruksi,karena penjadwalan mempunyai pengaruh besar terhadap komponen lain seperti biaya dan kualitas. Pada tahun 1997, Dr Elihayu Goldart menemukan metode penjadwalan baru yaitu Critical Chain Project Management. Metode ini adalah modifikasi dari metode metode tradisional lainnya seperti Bar Chart dan Critical Path Method. Diperlukan semacam survey untuk mengetahui sebanyak dan selayak apa metode ini digunakan pada proyek konstruksi konvensional dengan menganalisis karakteristik dari metode critical chain. Kata kunci: Critical Chain Project Management; Bar Chart; Critcal Path Method. ABSTRACT Scheduling is an important thing in the construction process, because scheduling has a major influence on other components such as cost and quality. In 1997, Dr. Elihayu Goldart find a new scheduling method that is Critical Chain Project Management. This method is a modification of traditional methods such as Bar Chart and Critical Path Method. Such a survey is needed to determine how much and how can this method used in conventional construction projects by analyzing the characteristics of the critical chain method. . Keywords: Critical Chain Project Managemen;, Bar Chart; Critcal Path Method.
PENDAHULUAN Penjadwalan merupakan hal yang penting dalam proses konstruksi,karena penjadwalan mempunyai pengaruh yang besar terhadap komponen lain seperti biaya dan kualitas. Dalam persaingan di dunia konstruksi, tim proyek selalu berusaha membuat jadwal yang tepat waktu,menghemat budget seminimal mungkin,dan menjaga kualitas produksi. Namun hal ini tidaklah mudah, Ketidaksesuaian antara rencana dan hasil aktual yang ada dilapangan acap kali terjadi dikarenakan sifat proyek yang sangat peka terhadap perubahan antar kombinasi dan ketergantungan dari tiap pekerjaan.
Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
Berbagai macam metode telah ditemukan. Seperti metode bar chart, critical path method, presendence diagramming method, dan yang terakhir ditemukan crtical chain method. Semua tidak lain bertujuan untuk membuat suatu sistem monitor dan pengendalian proyek yang dapat dilakukan dengan evaluasi kinerja sebagai tolak ukur pencapaian sasaran awal sehingga dapat mengungkapkan terjadinya semacam penyimpangan [1]. Langkah penaggulangan itulah yang sering menjadi dilema dalam perencanaan proyek,di satu sisi ia memberikan peminimalisir keterlambatan jadwal,di lain sisi ia memberikan tambahan budget sebagai konsekuensi tindakan perbaikan. Semua tergantung dari orientasi proyek tersebut,apakah proyek tersebut Cost Oriented atau Schedule Oriented [2] Hampir semua proyek konstruksi dilaksanakan dengan waktu dan sumber daya yang terbatas. Waktu yang sempit membutuhkan sumber daya yang lebih banyak, sebaliknya sumber daya yang sedikit membutuhkan waktu yang lebih panjang. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode penjadwalan yang mampu mengakomodir kedua elemen tersebut. Metode penjadwalan tradisional yang biasa digunakan sering kali menerima kegagalan dalam mengatur jadwal dan sumber daya yang berakibat molornya waktu penyelesaian proyek dan terjadinya over budget. Metode tradisional yang telah ada seperti Earned Value Management hanya dapat mengkaji kinerja suatu kegiatan yang telah dilakukan dan akan dibandingkan dengan kegiatan yang direncanakan tanpa mengetahui dimana jalur kritis dan dimana sumber masalah keterlambatan4. Metode lain yang ditemukan oleh Dr Elihayu Goldart adalah metode Critical Chain Project Management yang ditemukan pada tahun 1997. Konsep dari metode ini adalah menganalisa sisa waktu yang tersedia sehingga diharapkan penggunaan metode ini lebih efektif dibandingkan metode yang telah ada. Dikarenakan tipe penjadwalan Critical Chain yang relatif baru dibandingkan metode yang lain diperlukan semacam survey untuk mengetahui sebanyak dan selayak apa metode ini digunakan di Indonesia dengan mempertimbangkan faktor kesesuaian metode ini dalam tahap eksekusi pada proyek konstruksi konvensional.
TINJAUAN TEORITIS Metode Critical Chain Project Management (CCPM) peertama kali diperkenalkan oleh Dr Elihayu Goldart pada tahun 1997. Goldart menguraikan secara singkat bagaimana Theory of Constraint digunakan dalam proyek . Agar metode Critical Chain dapat berjalan sesuai rencana yang diharapkan ada beberapa persyaratan, seperti tidak adanya Multitasking 2 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
(mengerjakan beberapa pekerjaan secara bersamaan), Student’s Syndrome(mengerjakan pekerjaan di akhir batas waktu), Parkinson law(menunda pekerjaan yang bisa selesai lebih awal), dan Hidden Safety. Untuk waktu pengamanan dapat dipindahkan dalam bentuk proyek di akhir penjadwalan proyek. Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi Critical Chain Project Management dapat memberikan keuntungan yang tidak dimiliki oleh metode penjadwalan lainnya seperti:
Perlindungan terhadap rantai kritis melalui buffer proyek
Pekerjaan yang tidak mendesak bisa dipindahkan ke belakang (as late as possible) dengan memberikan feeder-feeder buffer.
Penggunaan buffer sumber daya dapat di monitor konsumsinya sehingga jadwal proyek dapat dikendalikan ketepatan waktunya [3].
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan kuisoner untuk mengetahui keadaan, kelayakan, dan kebutuhan kontraktor sebagai pelaku konstruksi dalam menggunakan metode critical chain. Dalam membuat kuisoner tentunya ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan, berikut tahapantahapan dalam membuat kuisoner [4]: Menentukan pertanyaan yang akan di ajukan Memilih tipe pertanyaan yang akan di ajukan dan memilih penggunaan kalimat yang tepat Merencanakan sistematika pengajuan pertanyaan dan penampilan pertanyaan secara keseluruhan. Kuisoner dibagi menjadi dua macam yaitu kuisoner untuk kontraktor yang telah menggunakan metode critical chain dan kuisoner untuk kontraktor yang belum menggunakan metode critical chain. `Penentuan pertanyaan yang diajukan berdasarkan dari faktor-faktor yang mendukung dan sesuai dengan karakteristik penggunaan metode critical chain dalam proyek konstruksi: 1. Orientasi Proyek 2. Ada tidaknya Multitasking 3. Pengawasan di lapangan 4. Keadaan dan lingkungan proyek 5. Kejelasan dalam kontrak perihal penambahan biaya pada kondisi tertentu 6. Kepuasan akan metode penjadwalan yang sudah ada 7. Adanya student syndrome dan parkinson law 3 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
8. Cukup tidaknya waktu pengaman yang dibuat estimator 9. Prioritas dalam penyelesain suatu item pekerjaan 10. Keefektifan aggressive estimate 11. Resources dalam proyek 12. Tingkat pemahaman tentang Critical Chain Berikut adalah variable-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel-variabel ini adalah berupa faktor-faktor yang mendukung penggunaan metode critical chain dalam proyek konstruksi: Tabel 1: Variabel-variabel penelitian Pernyataan Dalam menyelesaikan proyek, ketepatan waktu lebih utama walaupun pengeluaran over budget Tidak ada multitasking pada tiap item pekerjaan yang saya kerjakan Memonitor setiap pekerjaan sangat penting walau harus mengeluarkan biaya ekstra untuk pengawas Saat menyelesaikan proyek, faktor lingkungan jarang menjadi penghambat dalam upaya memenuhi ketepatan waktu penyelesaian Saat menyelesaikan proyek, faktor ketidaksesuaian standar kualitas material jarang menjadi penghambat dalam upaya memenuhi ketepatan waktu penyelesaian Saat menyelesaikan proyek, faktor transportasi jarang menjadi
Sumber Callahan (1992) Goldratt (1997) Raz, Barnes, Dvir (2001) Raz, Barnes, Dvir (2001) Raz, Barnes, Dvir (2001) Raz, Barnes, Dvir
penghambat dalam upaya memenuhi ketepatan waktu penyelesaian
(2001)
Dalam setiap kontrak selalu dibahas perihal siapa yang berwenang
Raz, Barnes, Dvir
apabila ada penambahan biaya Saya bersedia menanggung biaya untuk tindakan preventif akibat keterlambatan suatu item pekerjaan asal proyek yang saya kerjakan selesai tepat waktu Metode penjadwalan yang sekarang digunakan kurang baik dalam mengoptimasi ketepatan waktu Saat ini diperlukan sebuah metode penjadwalan baru
(2001) Raz, Barnes, Dvir (2001) Rand (2000) Shou, Yeo (2000)
4 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
Saat suatu item pekerjaan sudah hampir selesai namun masih banyak waktu yang tersisa saya merasa lebih rileks Di fase awal suatu item pekerjaan akselerasi penyelesain relatif lambat karena masih dalam masa persiapan
Goldratt (1997) Goldratt (1997)
Dalam kebayakan proyek yang saya kerjakan, Estimator jadwal penyelesaian proyek memberikan lebih dari cukup waktu pengaman
Goldratt (1997)
pada tiap item pekerjaan Aktifitas yang berada di jalur kritis harus lebih di prioritaskan
Raz, Barnes, Dvir
dibanding aktifitas yang memiliki denda keterlambatan besar
(2001)
Masa Deadline yang singkat memberikan tekanan yang dapat membuat penyelesain suatu pekerjaan lebih efektif Saya lebih suka menggunakan durasi aktifitas aggressive(optimis) estimate dibandingkan pesimistic estimate Tenaga Kerja yang ada sanggup mengerjakan optimistic estimate Ketersedian Resource di dalam proyek selalu mencukupi guna mendukung ketepatan penyelesaian pekerjaan Metode Critical Chain bisa saya pahami (Prosedur dan cara kerja lihat di lampiran)
Goldratt (1997) Goldratt (1997) Meijer (2002) Meijer (2002) Lechler, Ronen, Stohr (2005)
Saya sudah terbiasa menggunakan metode baru,baik itu metode kerja ataupun metode penjadwalan
Lechler, Ronen, Stohr (2005)
Untuk merangking variable-variabel diatas digunakan Skala Likert dengan skala 1-5. HASIL PENELITIAN Pengumpulan data berupa pemberian kuisoner berisi testimonial dan wawancara kepada responden dalam hal ini staff dan karyawan kontraktor-kontraktor yang dianggap mengerti tentang scheduling dan ruang lingkup proyek. Kuisoner yang terkumpul berjumlah 32 buah yang terdiri dari beberapa proyek konstruksi yang sedang berlangsung. Untuk menggambarkan statistik deskriptif dapat menggunakan tendensi sentral. Tendensi sentral adalah nilai rata-rata dari setiap distribusi data seperti mean (rata-rata), median (nilai tengah), modus (nilai yang sering muncul). Berikut hasil analisa statistik deskriptif menggunakan SPSS versi 17: 5 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
Tabel 2: Hasil uji analisa deskriptif
Dari tabel di atas dapat kita urutkan faktor apa saja yang dapat mendukung penggunaan metode critical chain. Berikut urutan faktor-faktor yang mendukung metode critical chain berdasarkan rataan sebaran kuisoner: Tabel 3: Urutan faktor-faktor yang mendukung penggunaan metode critical chain
Variabel 7 12 16 11 3 14 13 10 17 18 9 20 15 19 2 5 6 4 8 1
Mean 3.78 3.53 3.50 3.47 3.44 3.41 3.38 3.31 3.25 3.25 3.16 3.13 3.06 3.06 3.03 2.94 2.84 2.78 2.47 2.44 6
Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
Data diatas akan dikombinasikan dan di analisis dengan hasil wawancara dan testimonial responden. Berikut ringkasan hasil wawancara dan testimonial responden: 1. Staff, pelaksana proyek, dan pekerja belum tentu satu tujuan dengan pembuat schedule plan 2. Penjadwalan tidak semata-mata waktu namun juga cost, dua-dua nya sama penting dan saling berkaitan 3. Tidak ada Multitasking memang memberikan fokus sehingga waktu penyelesain bisa lebih cepat, namun kurang efektif dari segi upah perhari untuk perorangan. 4. Pemotongan atau penghilangan waktu keamanan memang bisa membuat pekerja lebih fokus dan juga memungkinkan menghilangkan student syndrome namun juga menimbulkan efek stress yang berlebihan yang malah bisa mengurangi produktifitas. 5. Walaupun kita memiliki sumber daya yang tidak terbatas, tetap saja kita memilki suatu batasan, salah satunya menunggu semen kering yang tidak pasti waktu pengeringannya. 6. Dalam menggunakan metode baru tentunya tenaga pengawas paling berperan disini karena ia kunci penyambung antar jajaran. 7. Student syndrome memang sering terjadi untuk menghindarinya bisa dengan mempelajari design, metode dan lokasi sehingga pengerjaan di awal proyek tidak terlalu lama dikarenakan kesalahan metode awal.
PEMBAHASAN Nilai kesesuaian yang rendah tidak dikehendaki yaitu nilai rata-rata tiap aspek yang nilainya berkisar dibawah nilai 3,00. Jadi, nilai yang berkisar dibawah 3,00 dapat diartikan aspek tersebut tidak sesuai dengan karakteristik metode critical chain. Selain itu hasil wawancara dan testimonial responden akan turut dipertimbangkan. Berikut bobot nilai rataan pada setiap aspek beserta analisisnya :
Orientasi Proyek Tabel 1: Nilai rata-rata aspek orientasi proyek No 1
Butir Pernyataan Dalam menyelesaikan proyek, ketepatan waktu lebih utama walaupun pengeluaran over budget
Nilai Kesesuaian 2.438
7 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
Saya bersedia menanggung biaya untuk tindakan 8
preventif akibat keterlambatan suatu item pekerjaan asal proyek yang saya kerjakan selesai
2.469
tepat waktu Aktifitas yang berada di jalur kritis harus lebih di 14
prioritaskan dibanding aktifitas yang memiliki
3.406
denda keterlambatan besar Rata-Rata
2,771
Tindakan preventif akibat konsumsi buffer menimbulkan biaya yang tak terduga, semakin banyak buffer yang dikonsumsi semakin tinggi biaya akibat tindakan preventif seperti penambahan sumber daya, penambahan jam kerja, dan penyempurnaan metode kerja. Namun langkah preventif tersebut bisa melindungi ketepatan waktu dengan segera. Dari tabel 4. dapat terlihat bahwa butir pernyataan 1 dan 8 rataannya dibawah dari rataan harapan yang sesuai dengan karakteristik critical chain yang lebih menggaransikan waktu. Ini menunjukkan bahwa pihak kontraktor tidak berorientasi sepenuhnya pada ketepatan waktu. Menurut hasil wawancara responden yang mewakili kontraktor mengatakan bahwa penjadwalan tidak semata-mata waktu namun juga cost, dua-dua nya sama penting dan saling berkaitan. Untuk butir pernyataan 14, rataan sudah melebihi rataan harapan, ini berarti kontraktor sudah sesuai dengan karakteristik critical chain yang lebih memprioritaskan aktifitas dalam jalur kritis dibandingkan aktifitas yang memiliki denda keterlambatan besar. Hal ini dikarenakan jalur kritis pada critical path memiliki waktu tunggu yang paling sedikit sehingga apabila item pekerjaaan pada jalur kritis mengalami keterlambatan, tidak hanya item pekerjaan yang memiliki denda besar, item pekerjaan lainnya pun akan ikut terlambat pula. perlu perhatian khusus agar tidak terjadi keterlambatan yang sangat lama dan tentu berpegaruh juga pada jumlah denda. Dalam critical chain jalur kritis sangat dilindungi bentuk konkritnya dengan penempatan buffer proyek. Dalam metode critical path yang kesemua responden memakai metode ini, jalur kritis juga menjadi prioritas namun tidak ada bentuk konkrit perlindungan khusus. Hal yang menjadi perhatian khusus dalam aspek ini adalah persepsi responden dalam biaya preventif yang harus ia keluarkan sendiri, akan berbeda apabila yang mengeluarkan biaya preventif ialah owner. 8 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
Metode ini bisa coba digunakan untuk menekan keterlambatan waktu penyelesaian guna mengurangi denda akibat keterlambatan penyelesaian. Untuk meyakinkan kefektifannya perlu dilakukan studi lanjutan guna mengetahui perbandingan biaya preventif dengan denda yang dibayar akibat keterlambatan penyelesaian. Ada tidaknya multitasking Tabel Error! No text of specified style in document.. Nilai rata-rata aspek Multitasking No 2
Butir Pernyataan
Nilai Kesesuaian
Tidak ada multitasking pada tiap item pekerjaan pada proyek yang saya kerjakan
3.031
Multitasking dalam metode critical chain dihindari guna meminimalisir ketidakfokusan dan pembagian energy pada setiap pekerjaan. Multitasking terjadi apabila dalam waktu yang bersamaan tenaga pekerja mengerjakan dua atau lebih suatu item pekerjaan. Dari tabel 5. terlihat rataan hampir tepat berada di angka 3 (titik netral) yang bisa diartikan ada tidaknya multitasking di dalam proyek bobotnya seimbang. Hasil wawancara kepada responden yang berpendapat bahwa multitasking tidak ada dalam proyek yang ia kerjakan bahwa tenaga kerja dan alat berat sudah memiliki tugas dan porsi masing-masing jadi ia hanya akan diberikan tugas selanjutnya apabila tugas tersebut sesuai dengan kemampuan dia dan pekerjaan yang sebelumnya sudah selesai dia kerjakan. Sementara responden yang terdapat multitasking di dalam proyeknya menjawab bahwa tidak ada multitasking memang dapat meningkatkan keefisienan kerja tetapi upah biaya harian perorang total pasti bertambah yang tentunya akan terjadi penambahan biaya apabila jumlah tenaga kerja bertambah. Hal tersebut bisa berdampak signifikan apabila terjadi suatu item pekerjaan yang sejenis dan membutuhkan tenaga kerja yang sama dalam waktu yang bersamaan. Di dalam critical chain, menghindari multitasking dalam tahap planning bukan dengan menambah tenaga kerja namun dengan memisahkannya serta melindunginya dengan feeding buffer.
9 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
Gambar 1. Pemisahan resource dalam tahap planning Setelah dipisahkan resources yang tidak berada di jalur kritis diberikan perlindungan buffer berupa feeding buffer guna memberikan asuransi ketepatan penyelesaian seperti terlihat dalam gambar dibawah ini.
Gambar 2. Feeding buffer pada jalur tidak kritis Namun akan timbul masalah apabila di dalam gambar 5.3 item pekerjaan C1 terjadi keterlambatan, apabila tidak ada tindakan preventif maka item pekerjaan B3 tidak akan bisa dimulai karena resources masih ada di C1. Jika ini terjadi, item pekerjaan B3 harus mendatangkan resources baru agar tidak terjadi keterlambatan. Untuk menghidari itu C1 tidak boleh terlambat dengan melakukan tindakan preventif sesuai dengan konsumsi buffer. Biaya preventif tersebut kembali harus dibandingkan dengan denda keterlambatan kerja, apakah lebih besar biaya preventifnya atau lebih besar denda yang harus dibayarkan akibat keterlambatan.
Pengawasan di lapangan Tabel 2. Nilai rata-rata aspek pengawasan No
Butir Pernyataan
Nilai Kesesuaian 10
Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
3
Memonitor setiap pekerjaan sangat penting walau harus mengeluarkan biaya ekstra untuk pengawas
3.438
Critical chain merupakan metode yang relatif baru dibandingkan metode lainnya seperti bar chart atau cpm. Oleh karena itu pengawasan merupakan hal penting, karena merekalah yang melaporkan seberapa besar keterlambatan yang nantinya akan berpengaruh kepada konsumsi buffer. Di dalam tabel 6. terlihat nilai rataan untuk aspek pengawasan sudah melebihi nilai rataan harapan. Sehingga dalam penggunaan critical chain faktor pengawasan tidak akan menjadi masalah karena responden yang mewakili kontraktor memberi perhatiaan khusus pada aspek ini.
Keadaan dan lingkungan proyek Tabel 3. Nilai rata-rata aspek keadaan dan lingkungan proyek No
Butir Pernyataan
Nilai Kesesuaian
Saat menyelesaikan proyek, faktor lingkungan 4
jarang menjadi penghambat dalam upaya
2.781
memenuhi ketepatan waktu penyelesaian Saat menyelesaikan proyek, faktor 5
ketidaksesuaian standar kualitas material jarang menjadi penghambat dalam upaya memenuhi
2.938
ketepatan waktu penyelesaian Saat menyelesaikan proyek, faktor transportasi 6
jarang menjadi penghambat dalam upaya
2.844
memenuhi ketepatan waktu penyelesaian Rata-rata
2.854
Metode critical chain telah banyak sukses diaplikasikan [5]. Namun sebagian besar pengaplikasian metode ini adalah pada bidang manufaktur yang aspek keadaan lapangan dan lingkungan proyek tidak sekompleks proyek konstruksi. Oleh karena itu perlu ditinjau sesering apakah faktor penghambat itu ada di proyek konstruksi [6]. 11 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
Di dalam tabel 7. terlihat rataan kurang dari rataan harapan yang artinya pernyataan aspekaspek di dalam butir pernyataan ditolak oleh responden. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan, ketidaksesuaian standar kualitas material, dan transportasi sering menjadi penghambat dalam penyelesaian waktu. Hal yang menjadi perhatian khusus adalah penyebaran kuisoner dilakukan pada periode Oktober-November dimana pada saat itu sudah memasuki musim hujan [7]. sehingga isiian responden terpengaruh oleh keadaan aktual di dalam proyek yang ia sedang kerjakan. Hasil wawancara mengungkapkan faktor transportasi dan kualitas standar material berkaitan, contoh kasus saat menunggu campuran beton slump yang diijinkan tidak memenuhi standar, hal ini dikarenakan truk pengangkut beton terjebak macet sehingga beton sudah mulai mengeras. Solusinya ialah dengan mempelajari traffic menuju lokasi proyek dan pemaksimalan jam kerja malam.
Kinerja metode yang sedang digunakan Tabel 4. Nilai rata-rata aspek kinerja metode yang sedang digunakan No
Butir Pernyataan
Nilai Kesesuaian
Metode penjadwalan yang sekarang digunakan 9
kurang baik dalam mengoptimasi ketepatan
3.156
waktu 10
Saat ini diperlukan sebuah metode penjadwalan baru Rata-rata
3.313 3.234
Metode critical chain dicetuskan dengan tujuan penyempurnaan dan perbaikan dari metode yang sudah ada [8]. Semenjak ditemukan tahun 1950 Critical Path belum pernah diubah secara signifikan [9]. Dibutuhkan suatu pendekatan baru dalam manajemen proyek karena berdasarkan fakta, critical path sering gagal dan bahkan perangkat lunak mahal sekalipun tidak mampu memperbaiki situasi ini [10]. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan seiring berjalannya waktu, teori atau metode lama akan tergantikan oleh metode baru apabila kinerja dan keefektifan metode yang lama tidak sebaik metode yang baru. Dalam aspek ini penulis ingin melihat seberapa besar kinerja metode penjadwalan yang sudah ada dan bagaimana kebutuhan terhadap metode penjadwalan baru. 12 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
Dari tabel 8. rataan aspek kinerja metode yang sedang digunakan sudah melebihi rataan harapan, artinya responden menilai bahwa metode yang sekarang ada belum mampu mengoptimalisasi ketepatan waktu dan dibutuhkan suatu metode baru. Sehingga metode critical chain bisa dicoba pengaplikasiannya dikarenakan ada keinginan dan kebutuhan kontraktor untuk mengganti metode yang sedang dikerjakan. Dari data sebaran kuisoner semua responden menggunakan metode critical path yang dimonitor ketepatan waktu penyelesaiannya menggunakan barchart dan s-curve. Hal ini sesuai dengan metode kerja critical chain yang merupakan modifikasi dari metode critical path.
Student Syndrome & Parkinson Law Tabel 5. Nilai rata-rata aspek student syndrome & parkinson law No
Butir Pernyataan
Nilai Kesesuaian
Saat suatu item pekerjaan sudah hampir selesai 11
namun masih banyak waktu yang tersisa saya
3.469
merasa lebih rileks Di fase awal suatu item pekerjaan akselerasi 12
penyelesain relatif lambat karena masih dalam
3.531
masa persiapan Rata-rata
3.5
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab tinjauan pustaka, metode critical chain memiliki prinsip kerja as late as possible, hal ini bertujuan untuk menghilangkan Student’s Syndrome (mengerjakan pekerjaan di akhir batas waktu) dan Parkinson law (menunda pekerjaan yang bisa selesai lebih awal). Fenomena ini perlu dikaji keberadaan dan seberapa banyak yang mengalaminya. Dari tabel 9. nilai rataan aspek student syndrome & parkinson law sudah melebihi nilai rataan harapan. Ini berarti fenomena student’s syndrome dan Parkinson law memang terjadi. Oleh karena itu metode critical chain diharapkan dapat menghilangkan fenomena tersebut agar keefektifan kerja menghasilkan hasil yang maksimal. Dari hasil wawancara dan testimonial, responden mengungkapkan bahwa student syndrome memang sering terjadi, namun untuk menghindarinya bisa dengan mempelajari design, 13 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
metode, dan lokasi sehingga pengerjaan di awal proyek tidak terlalu lama dikarenakan kesalahan metode awal. Masukan lainnya adalah perihal Parkinson law, untuk proyek yang kompleks apabila ada suatu item pekerjaan yang bisa diselesaikan lebih cepat, pekerja memakainya untuk mengurangi beban kerja atau seperti menghemat tenaga agar pada item pekerjaan selanjutnya bisa lebih maksimal.
Estimasi agresif (aggressive estimate) Tabel 6. Nilai rata-rata aspek estimasi agresif No
Butir Pernyataan
Nilai Kesesuaian
Dalam kebayakan proyek yang saya kerjakan, 13
Estimator jadwal penyelesaian proyek memberikan lebih dari cukup waktu pengaman pada tiap item
3.375
pekerjaan Masa Deadline yang singkat memberikan tekanan yang 15
dapat membuat penyelesain suatu pekerjaan lebih
3.063
efektif Saya lebih suka menggunakan durasi aktifitas 16
aggressive(optimis) estimate dibandingkan pesimistic
3.500
estimate 17
Tenaga Kerja yang ada sanggup mengerjakan optimistic estimate Rata-rata
3.250 3.297
Karakter dari metode critical chain ini adalah estimasi agresif agar seluruh resources mampu efektif digunakan dan ketepatan waktu penyelesaian mampu dicapai. Estimasi agresif dibentuk dari penghilangan asuransi keterlambatan waktu yang diakumulasi pada buffer. Konsumsi buffer inilah yang akan menjadi alat monitoring dan kontrol keterlambatan. Dari tabel 10. nilai rataan aspek estimasi agresif sudah melebihi rataan harapan. Di dalam rataan butir pernyataan nomor 13 terlihat bahwa estimator dirasa cukup dalam memberi waktu pengaman, sehingga metode cut and paste 50% dari durasi dalam distribusi buffer bisa efektif dilakukan. Bila dilihat butir pernyataan lainnya dapat terlihat bahwa jawaban responden sangat cocok dengan karakteristik responden. 14 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
Hal yang menjadi perhatian khusus dalam aspek ini yaitu yang mengisi kuisoner ini adalah responden yang kesemuanya adalah unit organisasi pelaksana. Jadi dalam perhitungannya aspek ini hanya meminta tanggapan dari para unit organisasi pelaksana, sedangkan untuk eksekusinya yang menjadi pelaku adalah para tenaga kerja dalam proyek tersebut. Disini dituntut perubahan kebiasaan dari metode cpm yang menggunakan estimasi pesimis (asuransi keterlambatan di masukkan pada setiap item pekerjaan) ke metode critical chain yang menggunakan estimasi agresif (asuransi keterlambatan pada tiap item pekerjaan dihilangkan dan di akumulasikan dalam bentuk buffer). Tidak mudah merubah suatu kebiasan dan disiplin kerja yang sudah bertahun-tahun dikerjakan, perlu dilakukan lagi semacam sosialisasi, pelatihan, dan kontrol yang intensif dalam pelaksanaannya guna mengantisipasi kesalahpahaman paradigma.
Ketersedian Resources Tabel 7. Nilai rata-rata aspek ketersedian resources No
Butir Pernyataan
Nilai Kesesuaian
Ketersedian Resource di dalam proyek selalu 18
mencukupi guna mendukung ketepatan
3.250
penyelesaian pekerjaan Ketersediaan resources dalam critical chain sangat dibutuhkan guna menunjang kebutuhan akan tidak adanya multitasking. Dari tabel terlihat bahwa nilai rataan ketersedian resources sudah melebihi nilai rataan harapan. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan resource dapat mencukupi dan mendukung ketepatan penyelesaian waktu. Hal yang menjadi perhatian khusus ialah kembali berpulang kepada masalah biaya dalam pemanfaatan resources tersebut. Semakin banyak resources yang digunakan semakin besar juga biaya yang dikeluarkan. Seperti pada bahasan aspek orientasi proyek dan aspek multitasking yang sudah dibahas, bahwa diperlukan studi lanjutan efisiensi biaya pemanfaatan resources.
Pemahaman tentang metode critical chain Tabel 8. Nilai rataan aspek pemahaman metode critical chain No
Butir Pernyataan
Nilai 15
Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
Kesesuaian 19
Metode Critical Chain bisa saya pahami (Prosedur dan cara kerja lihat di lampiran)
3.063
Saya sudah terbiasa menggunakan metode 20
baru,baik itu metode kerja ataupun metode
3.125
penjadwalan Rata-rata
3.094
Pemahaman tentang metode baru oleh para pelaksana sangat dibutuhkan, karena merekalah yang mengontrol dan melaporkan segala kejadian di dalam proyek. Selain itu para pelaksana juga berfungsi sebagai penyambung informasi ke tenaga kerja ataupun mandor. Dari tabel 12. terlihat rataan sudah melebihi rataan harapan. Namun pada butir pernyataan nomor 19 nilai rataan mendekati batas netral yang bisa diartikan bobotnya seimbang antara yang bisa memahami dan tidak. Hal ini dikarenakan sebagian responden hanya mendapat info dari informasi yang ada di lampiran kuisoner sehingga tidak semua responden bisa mengerti cara kerja dan karakteristik dari metode critical chain. Konsekuensinya penulis meminta responden untuk memberikan testimonial kritik, saran, dan tanggapan pada halaman khusus yang disediakan di dalam kuisoner. Untuk responden yang tidak sedang sibuk dengan tugasnya di proyek metode tanya-jawab dan wawancara bisa dilakukan. Hasil testimoni dan wawancara sudah tertera di pokok bahasan sebelumnya. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan ketidaksamaan paradigma perlu diadakan sebuah sosialisasi dan pelatihan untuk penggunaan metode critical chain. KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Metode critical chain yang memfokuskan aspek waktu penyelesaian tidak cocok terhadap kontraktor di Indonesia yang lebih berorientasi kepada aspek biaya walaupun aspek waktu tetap diperhatikan.
Dalam hal eksekusinya metode critical chain akan menghadapi faktor-faktor penghambat yang sering terjadi seperti faktor lingkungan, ketidaksesuaian standar material, dan faktor 16 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
transportasi, sehingga konsumsi buffer pada proyek konstruksi akan lebih banyak dibandingkan konsumsi buffer pada proyek manufaktur yang sebelumnya telah sukses diaplikasikan menggunakan metode critical chain.
Fenomena perilaku students syndrome, parkinson law, dan multitasking memang ada di dalam pekerjaan proyek konstruksi. Metode kerja critical chain dapat menghilangkan fenomena tersebut dengan pendekatan psikologis dan manajemen. Namun diperlukan semacam sosialisasi, pelatihan, dan kontrol intensif dalam pelaksanaanya guna mengantisipasi kesalahpahaman paradigma.
SARAN Berdasarkan atas kesimpulan yang telah dikemukakan maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
Dikarenakan orientasi kontraktor yang tidak hanya semata mengutamakan segi waktu namun juga segi biaya, perlu dilakukan studi guna mengetahui perbandingan biaya preventif dengan besar denda yang harus dibayarkan akibat keterlambatan penyelesaian.
Metode ini sebaiknya digunakan untuk proyek yang mengutamakan ketepatan waktu dengan pengawasan dan rapat kontrol yang intens.
REFERENCES
[1]
Iman Soeharto, Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional,Erlangga, Jakarta, 1995,hal.264
[2]
Michael T.Callahan, Daniel G. Quackenbush,and James E.Rownings; Construction Project Scheduling, Mcgraw Hill,Inc,New York,1992,page 271
[3]
Leach L.P.,Critical Chain Project management, Artech House, London,2000
[4]
Thomas F. Burgess: A general introduction to design of questionaires for survey. Information system service. University Leeds. 2001.
[5]
Leach L.P.,Critical Chain Project management, Artech House, London,2000
[6]
T.Raz, R.Barnez,D.Dvir,A Critical Look at Critical Chain Project Management, Project Mangement Journal,2001 17 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013
[7]
Antaranews.com,
BMKG
prakirakan
awal
musim
hujan
mulai
Oktober,
http://www.antaranews.com/berita/326834/bmkg-prakirakan-awal-musim-hujanmulai-oktober, di akses 24 Desember 2012 [8]
Goldratt, E.H, Critical Chain, North River Press , 1997
[9]
Shou,Y., and K.T. Yeo, “Estimation of Project Buffers in Critical Chain Project Management,” CMIT, 2000, page 162-167.
[10]
Rand, G.K., “Critical Chain: The Theory of Constraint Applied to Project Management,” International Journal of Project Management, 2000, page 173177.Funahashi, K. On the Approximate Realization of Continous Mappings by Neural Networks. Neural Networks 2, 183-192. 1989
18 Studi Penggunaan..., Amatya Pradhana, FT UI, 2013