Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
METODE KERJA MENGGUNAKAN MOST UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI MUKENA 1)Program
Renny Septiari1) dan Umi Nurillah2) Studi Teknik Industri, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Nasional Jl. Bendungan Sigura-gura No.2, Malang, 65145, Indonesia e-mail:
[email protected] 2)Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional
ABSTRAK Penelitian ini membahas mengenai perbaikan metode kerja yang dilakukan pada proses produksi mukena di daerah Pakis Malang. Semakin meningkatnya pesanan, perusahaan mengalami kesulitan untuk memenuhinya karena dirasakan metode kerja yang dilaksanakan saat ini kurang efektif. Salah satu bukti akan hal ini adalah sering kalinya terjadi keluhan dari pelanggan karena pesanan yang tidak tepat waktu. Untuk itu, perlu diadakan perbaikan metode kerja dan penempatan fasilitas kerja agar didapat suatu metode kerja yang efektif dan penempatan fasilitas kerja yang efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbaikan Metode kerja yang dilakukan dengan menerapkan Metode MOST (Maynard Operation Sequence Technique) di beberapa elemen kerja. Adapun elemen-elemen kerja yang akan diteliti yang akan digunakan untuk perhitungan menggunakan Metode MOST adalah proses pengukuran kain, pemotongan, sablon, bordir, jahit, gunting tepi, solder, pembersihan, sortir, dan packing. Dari hasil perhitungan, terjadi peningkatan output sebesar 8,75 % antara kondisi awal dan kondisi setelah perbaikan. Dimana terjadi pengurangan gerakan-gerakan yang tidak perlu yang dilakukan oleh operator. Kata kunci: Metode Kerja, MOST, Peningkatan Output.
PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, masalah sistem kerja merupakan salah satu faktor utama yang perlu mendapat perhatian baik untuk perusahaan yang menghasilkan produk nyata maupun yang bergerak dalam bidang jasa. Masalah Metode kerja memegang peranan penting dalam suatu industri karena dengan Metode kerja yang baik diharapkan akan berdampak baik pula terhadap apa yang menjadi salah satu tujuan perusahaan. Suatu rancangan metode kerja dapat diperoleh dengan mengetahui dan mempelajari gerakan-gerakan kerja dalam penyelesaian suatu produk. Caranya dengan mengukur waktu kerja masing-masing elemen kerja yang termasuk dalam proses produksi, dimana nantinya waktu kerja ini akan digunakan untuk menghitung waktu baku. Perusahaan konveksi “SM” adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kain bordir, salah satunya adalah mukena bordir. Kondisi yang terjadi saat ini adalah pada proses pengerjaan mukena yang dilakukan oleh operator belum dilakukan dengan efektif dan efisien, sehingga menyebabkan waktu operasi yang lama. Adapun hal ini dikarenakan banyaknya gerakan-gerakan yang tidak memberi nilai tambah yang dilakukan oleh para operator. Untuk mengatasi hal tersebut akan dilakukan pengukuran waktu standart untuk metode kerja yang dipakai saat ini, kemudian akan dilakukan suatu perbaikan metode kerja yang baru dan selanjutnya akan diukur kembali waktu bakunya. ISBN: 978-602-70604-2-5 A-43-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Dengan diterapkannya metode MOST diharapkan dapat dicapai suatu keadaan yang optimal pada sistem kerja sehingga dapat memberi pengaruh terhadap waktu proses dan output yang nantinya dapat bermanfaat bagi karyawan dan perusahaan dengan meningkatnya output produksi serta keuntungan perusahaan. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (deskriptif research) yaitu penelitian noneksperimen yang berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah secara sistematis dan faktual berdasarkan keadaan obyek atau subyek sesuai dengan apa adanya. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik obyek dan subyek yang diteliti secara tepat. Yaitu mengamati dengan seksama setiap gerakan dari elemen kerja yang termasuk dalam proses produksi mukena apakah ada pengaruh sebelum dan sesudah diterapkannya metode MOST dalam sistem kerja. Data yang digunakan meliputi cara kerja, peralatan kerja, bahan baku yang digunakan, hasil produksi, dan data pengukuran waktu. Teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung dan wawancara terhadap pihak perusahaan. Pengukuran Waktu Kerja Adalah metode penetapan keseimbangan antara jalur manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Waktu baku yang dihasilkan sangat dibutuhkan terutama untuk : Penentuan maksimum kapasitas produksi Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja) Penjadwalan produksi dan penganggaran Perencanaan sistem pemberian bonus dan intensif bagi karyawan/pekerja yang berprestasi Adapun parameter yang digunakan dalam pengukuran waktu (time study)adalah : 1. Waktu Siklus (Ws) Adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan baku yang akan diproses pada tempat kerja atau jumlah waktu tiap-tiap elemen kerja. 2. Waktu Normal (Wn) Adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh operator dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata. 3. Waktu Baku (Wb) Adalah adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh operator dalam keadaan normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja terbaik saat itu. Teori dan konsep MOST Didalam metode MOST terdapat pemisahan model urutan kegiatan yang menggambarkan kerja manual. Hal ini dikarenakan untuk tiap gerakan terdapat urutan gerakan yang berbeda-beda sehingga dilakukan pemisahan model urutan kegiatan. Adapun urutan kegiatan dalam metode MOST terdiri dari tiga urutan, yaitu : 1. Urutan Gerakan Umum (The general move sequence) Urutan ini berlaku untuk pemindahan obyek secara bebas melalui ruangan/udara bebas. 2. Urutan Gerakan Kendali (The controlled move sequence) Urutan ini berlaku untuk pemindahan obyek, diamana obyek tersebut tetap bersentuhan dengan suatu permukaan atau digabingkan dengan obyek lain selama perpindahan. 3. Urutan Gerakan Kendali (The controlled move sequence)
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-43-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Urutan ini berlaku bagi gerakan yang memakai bantuan alat-alat tangan seperti gunting, kunci inggris, obeng dan alat-alat lain. Model dasar Urutan MOST Gerakan umum didefinisikan sebagai pemindahan obyek secara manual dari satu tempat ke tempat lain secara bebas melalui ruangan/udara bebas. Urutan gerakan dalam gerakan umum terdiri dari 4 sub kegiatan yaitu : A = jarak yang ditempuh (Action distance) B = gerakan badan (Body motion) G = pengendalian obyek (Gain control) P = menempatkan (Placement) Sub-sub kegiatan untuk model urutan gerakan umum terlihat dalam tabel 1. Tabel 1. Model Pengurutan Elemen Gerakan Metode MOST Manual Handling Sequence Model ABG ABP A
General Move
Sub Activite A = jarak yang ditempuh (Action distance) B = gerakan badan (Body motion) G = pengendalian obyek (Gain control) P = menempatkan (Placement)
Controlled Move
ABGMXIA
M = gerakan terkendali (Move controlled) X = waktu proses (Process Time) I = kesejajaran (Alignment)
Tool use
ABG / ABP / … / ABG / A
C = memotong (Cut) S = perlakuan permukaan (Surface treat) M = mengukur (Measure) R = mencatat (Record) T = berpikir (Think)
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran waktu kerja menggambarkan kondisi waktu kerja operator dalam menyelesaikan proses produksi sesuai langkah-langkah kerja yang diberikan. Tujuan pengukuran ini untuk mendapatkan waktu baku. Proses pengukuran waktu ini dilakukan oleh 10 operator dengan 10 unit kerja meliputi pengukuran kain, pemotongan kain, penyablonan, bordir, jahit, gunting tepi, solder, pembersihan, sortir, dan packing. Dimana waktu kerja dimulai pukul 08.00 – 16.00 atau 8 jam/hari dengan waktu istirahat 1 jam dimulai pukul.12.00 – 13.00. Langkah-langkah proses pembuatan mukena di perusahaan konveksi ‘SM’ konveksi Malang akan dijabarkan pada tabel 2. Tabel 2. Langkah-langkah Proses Pembuatan Mukena No 1
Proses Pengukuran kain
2
Pemotongan kain
3
Penyablonan
Deskripsi Kain diambil dari penyimpanan bahan, lalu diukur sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Kain ditumpuk diatas meja pemotong, lalu dipotong sesuai dengan ukuran Kain yang sudah dipotong, diletakkan diatas meja lalu patrun gambar diletakkan diatas kain pada bagian yang akan disablon
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-43-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
4 5
Bordir Jahit
6 7
Gunting tepi Solder
8
Pembersihan
9 10
Sortir Packing
Kain yang telah disablon dibordir sesuai dengan gambar Kain yang sudah dibordir, dijahit satu sama lain untuk menjadikannya berbentuk mukena Pengguntingan tepi sisa kain bordiran yang tidak terpakai Mukena yang tepinya telah digunting, disolder dengan tujuan supaya serat kain pada bagian yang digunting tadi tidak keluar Operator membersihkan serpihan-serpihan benang-benang yang menempel dan menggunting apabila ada benang yang timbul Memeriksa apabila ada kecacatan pada mukena Mukena dikemas ke dalam plastik-plastik yang telah disediakan
Sedangkan data permintaan dan produksi mukena selama satu tahun akan ditampilkan pada tabel 3. Tabel 3.Data Permintaan dan Produksi Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
Permintaan (buah) 10.300 12.700 11.400 12.600 13.850 14.000 14.240 14.350 14.600 14.800 14.950 15.000
Produksi (buah)
Kekurangan (buah)
10.300 12.700 11.400 12.600 13.850 14.000 14.000 14.000 14.000 14.000 14.000 14.000
240 350 600 800 950 1.000
Keterlambatan Waktu (hari) 1 1 2 2 2 2
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa keterlambatan waktu pengiriman yang selama ini menjadi masalah dari konveksi ‘SM’ dalam hubungannnya dengan pelanggan. Oleh karena itu akan dicoba diperbaiki metode kerja yang ada dengan metode MOST. Pada tabel 4 akan ditampilkan perhitungan waktu normal proses pembuatan mukena sebelum perbaikan. Tabel 4.Waktu Normal Produksi Mukena Sebelum Perbaikan No
Unit Kerja
1
Pengukuran
2
Pemotongan
3
Sablon
4 5 6
Bordir Jahit Gunting tepi
7 8 9 10
Solder Pembersihan Sortir Packing
Sub Unit Kerja
Model Urutan
Persiapan pengukuran Pengukuran kain Persiapan pemotongan Pemotongan 20 lembar Persiapan sablon Sablon Bordir Jahit Persiapan gunting tepi Gunting tepi Solder Pembersihan Sortir Packing
A16 B6 G3 A16 B6 P1 A0 A3 B10 G1 A1 B0 P3 M16 A6 B6 P6 A1 A10 B6 G3 A10 B3 P3 A0 A3 B6 G3 M6 X245 I16 A3 A10 B6 G3 A10 B3 P3 A0 A3 B3 G3 A3 B3 P3 S32 A3 B3 P1 A0 A10 B3 G6 M10 X I16 A10 A6 B3 G3 M10 X I16 A6 A16 B6 G3 A16 B3 P1 A0 A3 B10 G3 A1 B3 P1 C16 A3 B3 P3 A0 A3 B10 G1 M6 X220 I6 A3 A3 B3 G1 A1 B10 P3 C10 A3 B3 P3 A0 A3 B10 G1 A1 B10 P1 T10 A3 B3 P3 A1 A3 B10 G3 A1 B3 P16 A3
Σ TMU
Waktu (detik)
480 530 350 2820 350 570 550 440 450 460 2490 400 460 390 Total waktu
17,28 19,08 12,6 101,52 12,6 20,52 8719,8 141,84 16,2 16,56 89,64 14,4 16,56 14,04 9212,64
Note : waktu bordir = 8.700 detik dan waktu jahit = 126 detik
Dari tabel 4, dapat diketahui waktu proses yang dibutuhkan untuk mengerjakan mukena sampai dengan selesai (packing) sebelum perbaikan yaitu 9.212,64 detik atau sekitar 2,56 jam. Begitu lamanya waktu yang dibutuhkan sehingga akan dicoba memperbaiki metode kerja ISBN: 978-602-70604-2-5 A-43-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
yang ada sekarang dengan metode MOST dengan memperbaiki fasilitas kerja serta mengurangi gerakan-gerakan kerja yang tidak diperlukan. Dengan demikian diharapkan dapat mempercepat proses produksi yang ada sehingga akan dapat mengurangi masalah keterlambatan pengiriman yang selama ini dialami perusahaan. Pada tabel 5 akan ditampilkan perhitungan waktu normal proses pembuatan mukena dengan metode MOST sesudah perbaikan fasilitas kerja dan pengurangan gerakan kerja. Tabel 5.Waktu Normal Produksi Mukena Sesudah Perbaikan No
Unit Kerja
1
Pengukuran
2
Pemotongan
3
Sablon
4 5 6
Bordir Jahit Gunting tepi
7 8 9 10
Solder Pembersihan Sortir Packing
Sub Unit Kerja
Model Urutan
Persiapan pengukuran Pengukuran kain Persiapan pemotongan Pemotongan 20 lembar Persiapan sablon Sablon Bordir Jahit Persiapan gunting tepi Gunting tepi Solder Pembersihan Sortir Packing
A3 B6 G3 A3 B0 P1 A0 A1 B10 G1 A1 B0 P3 M16 A3 B3 P3 A1 A1 B6 G3 A6 B3 P3 A0 A1 B6 G3 M6 X245 I16 A1 A3 B3 G3 A3 B0 P3 A0 A1 B0 G1 A1 B0 P3 S32 A1 B0 P1 A0 A1 B0 G1 M3 X I3 A1 A1 B0 G1 M6 X I16 A1 A6 B3 G3 A6 B0 P1 A0 A1 B3 G1 A1 B10 P1 C16 A1 B0 P1 A0 A1 B0 G1 M6 X220 I6 A0 A1 B3 G1 A1 B10 P1 C10 A1 B3 P3 A0 A1 B10 G1 A1 B3 P1 T10 A1 B3 P3 A1 A1 B10 G1 A1 B3 P16 A1
Σ TMU
Waktu (detik)
160 420 210 2780 150 400 90 250 190 350 2340 340 350 270 Total waktu
5,76 15,12 7,56 100,08 5,4 14,4 8103,24 135 6,84 12,6 84,24 12,24 12,6 9,72 8524,8
Note : waktu bordir = 8.100 detik dan waktu jahit = 126 detik
Dari tabel 5, setelah perbaikan dapat diketahui waktu proses yang dibutuhkan untuk mengerjakan mukena sampai dengan selesai (packing) yaitu 8.524,8 detik atau sekitar 2,37 jam. Pada tabel 6 akan ditampilkan perbandingan output sebelum dan sesudah perbaikan untuk melihat hasil terbaik yang telah dilakukan. Tabel 6. Perbandingan Output Sebelum dan Sesudah Perbaikan Metode Kerja No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unit Kerja Pengukuran Pemotongan Sablon Bordir Jahit Gunting tepi Solder Pembersihan Sortir Packing
Output Sebelum Perbaikan (buah/jam) 99 203 108 0,41 25 109 40 250 217 256
Output Sesudah Perbaikan (buah/jam) 172 284 181 0,44 26 142 42 294 285 370
Dengan melihat perbandingan output sebelum dan sesudah perbaikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam suatu metode kerja yaitu : Penataan fasilitas kerja harusnya lebih mempermudah dalam proses produksi Terdapat beberapa gerakan kerja pada setiap proses yang seharusnya tidak perlu dilakukan Kedua hal tersebut merupakan salah satu syarat didalam memperbaiki metode kerja yang telah ada saat ini. Dan untuk menentukan kapasitas maksimum, diambilah proses bordir karena proses ini merupakan proses terpanjang dalam penyelesaian produksi mukena. ISBN: 978-602-70604-2-5 A-43-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Perusahaan konveksi ‘SM’ memiliki mesin bordir (juki) sebanyak 196 mesin. Dengan begitu hasil bordir yang diperoleh per jam nya sebelum dan sesudah perbaikan adalah : Tabel 7. Perbandingan Output Bordir Sebelum dan Sesudah Perbaikan No
Keterangan
1
Output sesuai jumlah mesin Output sesuai jam kerja Total output sebulan (26 hari kerja) Total peningkatan output selama satu bulan
2 3 4
Output Sebelum Perbaikan (buah/hari)
Output Sesudah Perbaikan (buah/hari)
196 x 0,41 = 80
196 x 0,44 = 87
7 x 80 = 560
7 x 88 = 609
26 x 560 = 14.560
26 x 602 = 15.834
1.274 buah/bulan = 8,75 %
Dari tabel 7 diketahui peningkatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan konveksi ‘SM’ dengan melakukan perbaikan pada metode kerja yaitu sebesar 1.274 buah mukena/bulan atau sebesar 8,75 %. Dengan peningkatan yang terjadi, dapat dijelaskan metode kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas seseseorang yang akhirnya berakibat pada peningkatan output produksi. Hal ini dikarenakan kenyamanan yang dirasakan operator akan perbaikan metode kerja sehingga mereka dapat melakukan aktivitasnya pada masing-masing unit kerja dengan gerakan-gerakan yang optimal. KESIMPULAN Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa penentuan kapasitas produksi didasarkan pada waktu baku terpanjang dengan output standar terkecil 2. Perbaikan metode kerja berdasarkan ouput standar dari metode MOST, didapatkan maksimum kapasitas produksi sebelum perbaikan sebanyak 14.560 buah/bulan dan sesudah perbaikan 15.834 buah/bulan. 3. Berdasarkan waktu baku dari metode MOST, dapat dibandingkan pengukuran kerja antara metode lama dengan metode baru dengan perbaikan yang telah dilakukan didapat peningkatan output mukena sebesar 1.274 buah atau sekitar 8,75%.
DAFTAR PUSTAKA Sritomo Wignjosoebroto,1978, Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja, ITS Surabaya Sritomo Wignjosoebroto, 1995, Ergonomi Study Gerak dan Waktu, PT Guna Widya Jakarta Sutalaksana, IZ,et al, 1979, Teknik Tata Cara Kerja, ITB Bandung Zandin, Kjell B, 1972, MOST Work Measurement System,HB.Maynard and Company New York AS
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-43-6