MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS MENGGUNAKAN METODE JIGSAW Rasidi SMP Negeri 1 Siliragung Banyuwangi Email:
[email protected] Abstract Editing skill of their own writing or someone else for student of class 7 D SMPN 1 Siliragung is still low. This study aims to improve learning achievement of editing their own writing or someone else through Jigsaw method in Indonesian subjects for student of class 7 D SMPN 1 Siliragung. Source of research data were collected through observation activities of teachers and students in the process of learning activities, journals, and data analysis through qualitative data and quantitative data, as outlined in the form of tables and diagrams. The data obtained were analyzed by analysis of comparative description. The analysis result showed that the application of Jigsaw method can improve the performance of learning to edit their own writing or someone else for student of class 7 D SMPN 1 Siliragung, academic years 2013/2014. The analysis showed that students' ability to edit their own writing or someone else on the initial conditions has increased. Students who scored the same or higher than the Minimum Criteria for completeness (KKM) = 80 up 46.67% on the initial condition, after the implementation of first cycle becomes 70% and the implementation of the second cycle becomes 93.34%. Keywords: jigsaw method, writing ability, editing. Menulis merupakan salah satu kegiatan yang harus dihadapi siswa dalam proses pembelajaran, terutama dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Melalui kegiatan menulis diharapkan siswa dapat menuangkan ide-ide dan gagasan-gagasannya baik yang bersifat ilmiah maupun imajinatif dalam bentuk tulisan. Pembelajaran menulis dengan kompetensi dasar menyunting tulisan sendiri atau orang lain belum seperti yang diharapkan. Masih banyak siswa yang belum dapat menulis dengan baik, hal ini bisa dilihat dari penulisan ejaan, tanda baca, dan diksi yang kurang tepat. Sementara itu, hasil di lapangan juga menunjukkan fenomena yang hampir sama. Keterampilan menulis siswa SMP berada pada tingkat yang rendah. Keterampilan menulis dengan Kompetensi Dasar Menyunting tulisan sendiri atau orang lain pada Siswa Kelas 7 D SMP Negeri 1 Siliragung
masih rendah disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor dari guru dan faktor dari siswa. Faktor dari guru, yaitu bimbingan guru dalam proses pembelajaran sulit dipahami oleh siswa, teknik mengajar yang digunakan guru kurang menarik dan membosankan. Faktor dari siswa, yaitu siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia, hal ini dikarenakan siswa tidak memahami hakikat menulis yang sebenarnya, kurangnya latihan menulis, dan siswa bingung untuk mulai menulis. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Penerapan metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar menyunting tulisan sendiri atau orang lain pada siswa kelas 7 D semester I SMP Negeri 1 Siliragung Tahun Pelajaran 2013/2014? dan 2) Bagaimanakah hasil yang dicapai dalam menyunting tulisan sendiri atau orang lain setelah menggunakan model 900
901
Kolaborasi Volume: 1 Nomor: 9 Nopember 2015 Hal: 900-908
pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas 7 D semester I SMP Negeri 1 Siliragung Tahun Pelajaran 2013/2014? Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajarsiswa dalam menyunting tulisan sendiri atau orang lain melalui metode Jigsaw pada siswa kelas 7 D semester I SMP Negeri 1 Siliragung Tahun Pelajaran 2013/2014. Belajar merupakan suatu kegiatan yang bersifat universal dan multidimensia. Dikatakan universal karena dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Karena itu bisa saja peserta didik merasa tidak butuh dengan proses pembelajaran yang berlangsung dalam ruangan terkontrol atau lingkungan terkendali (Abdul Majid 2008:112). Menurut Sudjana ( 1989:28 ), belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Suryabrata (1993:249), faktorfaktor yang mempengaruhi belajar ada 2 yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor yang bersifat fisiologis dan psikologis. Faktor-faktor yang bersifat psikologis antara lain: intelegensi, bakat, dan emosi. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh dalam proses belajar anak. Faktor eksternal meliputi: faktor orang tua dan keadaan ekonomi keluarga. Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka tes yang diberikan oleh guru (Moeliono, 1988:700). Sedangkan Arifin (1988:2) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam, menyelesaikan suatu hal. Jadi prestasi belajar dapat diartikan belajar dalam jangka waktu tertentu.
Pembelajaran merupakan suatu proses aktivitas belajar yang melibatkan perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai pembelajaran individu yang diharapkan mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kebutuhan belajarnya, sehingga terpenuhi dan membawa perubahan yang optimal. Pengertian pembelajaran menurut beberapa aliran psikologi: (1) Menurut Psikologi Behavioristik, pembelajaran adalah selalu memberi stimulus kepada siswa, agar pembelajaran menimbulkan respon yang tepat seperti yang kita inginkan. (2) Menurut Psikologi Kognitif, dengan mengaktifkan indra siswa agar memperoleh pemahaman dengan jalan menggunakan alat bantu belajar/media, misalnya media cetak, media elektronik, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan. (3) Menurut Psikologi Humanistik, guru sebagai pembimbing menjadi pengarah agar siswa mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensi-potensi yang ada (S.B. Simanjuntak, 1983:74). Menurut Anindito menyunting adalah “menyiapkan naskah siap cetak atau siap diterbitkan dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa menyangkut ejaan, diksi, dan struktur.” Termasuk di dalam kegiatan menulis ialah kegiatan menemukan kesalahan dalam menulis (tidak hanya ejaan dan tanda baca, tetapi kelengkapan atau kejelasan kalimat, bahkan pemilihan kata). Siswa tidak hanya dilatih untuk menemukan kesalahan sendiri, tetapi juga untuk memperbaiki dan membenahinya. Jika siswa belum bisa melakukan hal itu untuk tulisannya sendiri, mereka diminta untuk melakukan hal itu pada tulisan temannya. Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran.
Rasidi, Meningkatkan keterampilan menulis… 902
Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran. (Sudjana, 1989; 76). Metode mengajar merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan sesuatu pada saat berlangsungnya pembelajaran (Suryosubroto, 1997:43) Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari satu metode dapat ditutupi oleh metode lain. Oleh karena itu tidak ada metode mengajar yang paling baik. Dengan demikian guru dapat menggunakan lebih dari satu metode dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aroson, dkk. pada tahun 1978. Pada metode ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-6 atau 5-6 siswa. Setiap kelompok oleh Aroson dinamai kelompok Jigsaw/gigi bergaji, pelajaran dibagi dalam beberapa bagian/seksi, sehingga setiap siswa dalam satu kelompok mempelajari salah satu bagian dari pembelajaran tersebut. Kemudian semua siswa dengan bagian pelajaran yang sama belajar bersama dalam sebuah kelompok dan dikenal sebagai Counterpart Group (CG) kelompok ahli. Dalam kelompok CG ini siswa berdiskusi, mengklarifikasi bahan pelajaran dan menyusun rencana bagaimana cara mereka mengajar atau menerangkan kepada teman mereka dari kelompok lain. Jika sudah siap, siswa kembali ke kelompok jigsaw atau kelompok asal mereka dan mengajarkan bagaimana yang dipelajari masingmasing kepada temannya dalam kelompok jigsaw tersebut. Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw: (1) Guru menentukan suatu pokok bahasanyang akan disajikan kepada para peserta didiknya. (2) Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai siswa. (3) Guru menyampaikan informasi tentang metode jigsaw beserta tahaptahap kegiatan yang akan dilakukan. (4) Siswa secara individual mengambil undian kartu soal. Dalam soal tertulis huruf dan angka. (5) Guru membagi kartu soal sesuai kartu soal yang dipegang siswa. (6) Siswa secara individual mempelajari tulisan yang terdapat dalam soal. (7) Siswa yang mendapat soal sama membentuk kelompok. (8) Secara kelompok siswa mendiskusikan kesalahan yang terdapat dalam tulisan sekaligus memperbaiki. (9) Setelah selesai, anggota yang mendapat kartu soal dengan nomor sama membentuk kelompok baru. (10) Secara kelompok siswa menjelaskan hasil diskusinya kepada anggota lain. (11) Secara individual, wakil tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain memberi komentar. (12) Guru memberikan penguatan berupa pujian atau hadiah atas hasil presentasi yang bagus serta memberikan semangat kepada mereka yang belum mendapat pujian atau hadiah untuk berusaha lebih giat lagi. (13) Guru memberikan evaluasi sesuai kompetensi yang ditentukan. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara langsung tidak tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur kata, dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. (Tarigan 1986:3-4). Sujanto (1998:56) mengungkapkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dilandasi dengan pengetahuan kebahasaan, baiktentang kaidah-kaidah maupun laras-larasnya dan menulis juga
903
Kolaborasi Volume: 1 Nomor: 9 Nopember 2015 Hal: 900-908
merupakan suatu proses yang tidak mungkin datang tanpa adanya latihan. Menurut Supriadi (dalam Wagiran dan Doyin 2005:4) menulis merupakan suatu proses kreatif yang lebih banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat). Dari definisi di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa menulis merupakan sebuah kegiatan menyampaikan ide kepada orang lain dalam bentuk lambang atau simbol grafik. Kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan menghasilkan sesuatu yang maksimal apabila terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa. Peran aktif dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan apabila pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, kondisi awal pembelajaran bahasa Indonesia berupa transformasi ilmu dari guru ke siswa. Kegiatan pembelajaran belum menampilkan eksplorasi, yakni suatu kegiatan menggali potensi diri siswa. Siswa hanya berperan sebagai penerima ilmu. Guru menjadi pusat pembelajaran di kelas. Dominasi guru dalam pembelajaranmenyebabkan siswa pasif. Kegiatan pembelajaran juga berpusat pada buku. Keadaan pembelajaran seperti ini jika terus
berlanjut akan menjadikan siswa tidak terlatih menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. METODE PENELITIAN Subjek penelitian adalah peserta didik kelas 7 D (12 putra dan 18 putri) SMP Negeri 1 Siliragung semester I tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dimana tiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yang masingmasing pertemuan dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Oktober 2013 dan Kamis, 24 Oktober 2013. Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Oktober 2013 dan Kamis, 31 Oktober 2013. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Awal. Kondisi awal dalam penelitian ini adalah kondisi siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran melalui metode jigsaw. Kondisi awal yang terjadi pada subjek penelitian yaitu kelas 7 D SMP Negeri 1 Siliragung adalah rendahnya keterampilan menulis yang diketahui dari hasil tes awal atau prasiklus. Gambaran ini disajikan dalam tabel perolehan nilai siswa.
Tabel 1. Analisis Data Nilai Siswa pada Kondisi Awal No 1 2 3 4 5
Skala Nilai Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Sangat Kurang Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah siswa yang mencapai nilai 80 ke atas sebanyak 14 siswa dari 30 siswa. Artinya ketuntasan klasikal di kelas 7 D baru dapat dicapai 46,67%. Jadi pada
Nilai
Frekuensi
Persentase
90-100 80-89 70-79 60-69 0-59
1 13 4 10 2
3,33 43,33 13,33 33,33 6,68
30
100
pelaksanaan awal tindakan dinyatakan tidak tuntas karena ketuntasan yang ditetapkan 80%. Nilai rata-rata kondisi awal 75,00 sedangkan jumlah yang diperoleh nilai 80 ke atas sebanyak 14
Rasidi, Meningkatkan keterampilan menulis… 904
siswa dari 30 siswa, berarti ketuntasan klasikal 46,67 %. Deskripsi Siklus I: (1) Perencanaan. Tahap perencanaan meliputi menyiapkan skenario pembelajaran, menyiapkan materi, menyusun RPP, membentuk kelompok yang heterogen, menyiapkan soal beserta kunci jawabannya, menyiapkan lembar pengamatan, butir soal dan kunci jawaban tes formatif. (2) Pelaksanaan: Pertama guru menyampaikan materi tentang menyunting tulisan sendiri atau orang lain ditinjau dari ketepatan ejaan, tanda baca, pilihan kata, keefektifan kalimat, dan keterpaduan paragraf. Kedua, guru membagi para peserta didik menjadi 6 kelompok yang beranggotakan 5 peserta didik. Kelompok dibuat heterogen
tingkat kepandaiannya. Ketiga, diskusi masalah. Dalam kerja kelompok setiap peserta didik berpikir bersama untuk mendiskusikan kesalahan yang terdapat dalam tulisan sekaligus memperbaiki. Keempat, melalui kerja kelompok siswa menjelaskan hasil diskusinya kepada kelompok lain. Kelima, Siswa wakil tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. (3) Pengamatan: Hal-hal yang diamati meliputi perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru, aktivitas peserta didik dalam mengerjakan tugas pada diskusi kelompok, aktivitas peserta didik dalam mengambil tanggung jawab kelompok (menjelaskan temannya yang belum/tidak bisa), kemampuan peserta didik mengemukakan pendapat, dan kemampuan peserta didik memanfaatkan waktu.
Tabel 2. Analisis Data Nilai Siklus I No 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Sangat Kurang
Dari tabel di atas dapat diketahui siswa yang mendapat nilai baik atau nilai 80 ke atas sebanyak 21 siswa. Berarti ketuntasan klasikal pada siklus I
Nilai 90-100 80-89 70-79 60-69 0-59
Frekuaensi 3 18 6 3 0
Persentase 10 60 20 10 0
baru dicapai 70 %, karena KKM dengan nilai 80. Hasil pengamatan dan analisis nilai siswa pada tindakan siklus I dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 2. Diagram Batang Nilai Siswa Siklus I Jadi pada pelaksanaan tindakan siklus I dinyatakan tidak tuntas karena
ketuntasan yang ditetapkan 80%. Hal ini dapat dilihat data histogram yang
905
Kolaborasi Volume: 1 Nomor: 9 Nopember 2015 Hal: 900-908
mencapai ketuntasan hanya 70% (dipencapaian yang diperoleh dari penjumlahan kategori sangat baik 10%, dan kategori baik 60%). Sebaiknya ketidaktuntasan menunjukkan 30 % (dari hasil kategori 20% dalam kategori kurang. Refleksi Siklus I: Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar karena mereka telah menerapkan materi yang telah disampaikan guru penggunaan ejaan yang tepat, sehingga baik dan benar, mudah dipahami, penggunaan tanda baca yang tepat sesuai dengan indikator pembelajaran, diksi atau pilihan kata yang digunakan mudah dipahami, keefektifan kalimat yang tepat dan benar sehingga mudah dipahami serta keterpaduan paragraf yang benar dan tepat. Siswa tersebut juga memperhatikan aspek penilaian sehingga memaksimalkan kemampuan mereka. Oleh karena itu, pada pembelajaran siklus II guru harus tetap menyampaikan dan mengingatkan materi yang akan disampaikan berkenaan dengan menyunting tulisan sendiri atau orang lain ditinjau dari segi ejaan, tanda baca, pilihan kata, keefektifan kalimat, dan keterpaduan paragraf.
Siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan karena siswa tidak konsentrasi saat pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, terdapat nilai yang rendah pada aspek menyunting ejaan. Siswa tersebut masih kesulitan dalam menerapkan penggunaan ejaan. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan buruk mereka dalam menulis ejaan, membuat singkatan, dan menulis huruf kapital. Padahal, guru telah memberikan contoh menulis ejaan dan huruf kapital yang benar. Pada siklus I masih ada siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar dan masih ada pula siswa yang menunjukkan perilaku yang kurang memuaskan, maka pembelajaran harus diperbaiki pada siklus II. Deskripsi Siklus II: Perencanaan Siklus II. Perencanaan tindakan kelas siklus II ini merupakan penyempurnaan untuk memperbaiki tindakan kelas siklus I. Pada siklus I masih ada siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar dan masih ada pula siswa yang menunjukkan perilaku yang kurang memuaskan, maka pembelajaran harus diperbaiki pada siklus II agar dapat mencapai sasaran yang optimal
Pelaksanaan Siklus II No 1
Kegiatan Pra KBM Guru mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran
2
Pendahuluan / Kegiatan awal Guru menjelaskan tentang kompetensi dasar yang akan dipelajari siswa, yaitu menyunting tulisan sendiri atau orang lain ditinjau dari ketepatan ejaan, tanda baca, pilihan kata, keefektifan kalimat dan keterpaduan paragraf. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menyunting tulisan sendiri atau orang lain . Guru menyampaikan informasi tentang metode jigsaw beserta tahaptahap kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam pembelajaran menyunting tulisan sendiri atau orang lain
3
Kegiatan Inti Siswa secara individual mengambil undian kartu soal. Dalam soal tertulis huruf dan angka. Guru membagi kartu soal sesuai dengan kartu soal yang dipegang siswa.
Waktu 5 menit
15 menit
45 menit
Rasidi, Meningkatkan keterampilan menulis… 906
4
5
Siswa secara individual mempelajari tulisan yang terdapat dalam soal. Siswa yang mendapat soal sama (huruf sama) membentuk kelompok. Secara kelompok siswa mendiskusikan kesalahan yang terdapat dalam tulisan sekaligus memperbaiki Setelah selesai, anggota yang mendapat kartu soal dengan nomor sama membentuk kelompok baru Secara kelompok siswa menjelaskan hal diskusinya kepada anggota lain Secara individual, siswa wakil tiap-tiap kelompok menyajikan / mempresentasikan hal diskusi dan kelompok lain memberi komentar jika terdapat perbedaan hasil akhir Kegiatan Akhir Guru dan siswa sama-sama membuat kesimpulan Guru mengadakan evaluasi Kegiatan Tindak Lanjut Jika hasil evaluasi siswa yang mendapat nilai batas tuntas minimal di atas 85% maka diadakan pengayaan. Seandainya yang mendapat nilai batas tuntas minimal kurang dari 80% maka perlu diadakan perbaikan / remedial.
15 menit
10 menit
Pengamatan Siklus II. Observasi hasil pengamatan tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Analisis Data Nilai Siswa Tindakan Siklus II No 1 2 3 4 5
Skala Nilai Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Sangat Rendah Jumlah
Dari tabel 3 hasil nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 88,23%. Secaraklasikal siswa telah memperoleh hasil yang baik. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 80 ke atas sebanyak 28 siswa. Ketuntasan pada siklus II sudah mencapai 93,34%. Persentase 93,34%. Secara klasikal siswa telah memperoleh hasil yang baik. Terlihat bahwa siswa yang memperoleh nilai dengan rentang 0-59 dalam kategori sangat kurang tidak ada. Begitu juga siswa yang memperoleh nilai dengan rentang nilai berbagai dalam kategori kurang baik juga tidak ada. Siswa yang memperoleh 70-79 dalam kategori cukup baik sebanyak 2 siswa atau 6,66%. Sisanya 28 siswa atau 93,34% memperoleh nilai dalam kategori baik dan sangat baik.
Nilai 90-100 80-89 70-79 60-69 0-59
Frekuensi 8 20 2 0 0 30
Persentase 26,67 66,67 6,66 0 0 100
Peningkatan nilai pada siklus II sangat berarti bila dibandingkan dengan siklus I. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan pada setiap aspek penilaian, terutama pada aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam menyunting tulisan sendiri atau orang lain . Berdasarkan hasil tes, nilai hasil menyunting tulisan sendiri atau orang lain disajikan dalam diagram batang nilai siklus 2 berikut ini:
907
Kolaborasi Volume: 1 Nomor: 9 Nopember 2015 Hal: 900-908
Dari diagram nilai rata-rata kelas pada siklus II adalah 88,23. Siswa yang memperoleh nilai 80 ke atas atau sesuai KKM=80 ada 28 siswa dari 30 siswa. Jadi ketuntasan klasikal pada pelaksanaan tindakan siklus II mencapai 93,34%. Hasil observasi pada siklus II dapat dideskripsikan bahwa 1) Pembelajaran bahasa Indonesia dengan KD Menyunting tulisan sendiri atau No 1
2
3
Tahap Pembelajaran Melalui Metode Jigsaw Kegiatan pembuka kelompok dibentuk oleh guru
Kegiatan Inti Menyunting tulisan sendiri atau orang lain dengan berpedoman pada ejaan, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana hasil metode jigsaw memuaskan Kegiatan Akhir Pelaksanaan evaluasi menyunting paragraf
orang lain sudah sesuai yang diharapkan karena penjelasan penerapan metode Jigsaw sudah dapat diterima dengan jelas. 2) Interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru sudah terjalin dengan baik karena guru membimbing dan memperhatikan. 3) Metode Jigsaw telah membantu siswa sehingga siswa berperan aktif, kreatif, dan menyenangkan
Kilas Balik
Tindak Lanjut
Hasil kerja kelompok sangat optimal. Aktifitas siswa terlihat dengan baik. Pembelajaran menunjukkan peningkatan Siswa melaksanakan diskusi sesuai indikator ketercapaian
Tidak perlu tindak lanjut karena mencapai target Tidak perlu tindak lanjut karena siswa sudah memahami konsep belajar
Siswa dapat menyunting tulisan sendiri atau orang lain dengan berpedoman pada penulisan ejaan, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragrap, dan kebulatan wacana dengan benar
Pelaksanaan lebih cepat dari waktu yang ditentukan
Hasil menyunting tulisan sendiri atau orang lain siklus II mencapai ratarata 88,23. Rata-rata nilai siswa sudah melampaui target ketuntasan belajar, sehingga pembelajaran pada siklus II dinyatakan berhasil, maka tidak perlu melaksanakan ke siklus berikutnya. Pembahasan antarsiklus dimaksudkan untuk mengetahui
perbedaan pelaksanaan tindakan antarsiklus dengan memaparkan perkembangan yang terjadi dan membandingkan hasilnya. Perbedaan tindakan setiap siklus berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Hasil perolehan itu dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Perbandingan Hasil Pelaksanaan Tindakan No 1 2 3
Hasil Belajar Siswa Rata-rata nilai Jumlah siswa yang tuntas KKM Persentase Ketuntasan Klasikal
Kondisi Awal 75,00 14 46,67%
Siklus I 79,87 21 70%
Siklus II 88,23 28 93,34%
Rasidi, Meningkatkan keterampilan menulis… 908
Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Awal Tindakan, Siklus I, dan Siklus II Kegiatan Awal tindakan Siklus I Siklus II
Sangat Baik 1 3 8
Kategori penilaian Baik Cukup Kurang 13 4 10 18 6 3 20 2 0
Sangat Kurang 2 0 0
Ratarata 75,00 79,87 88,23
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Peningkatan Antarsiklus No 1 2
Awal tindakan 75 Siklus I 79,87
Diagram di atas menunjukkan bahwa kemampuan menyunting tulisan sendiri atau orang lain dengan berpedoman pada ejaan, diksi, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana dari kondisi awal ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 4,87% dari siklus I ke II sebesar 8,36%. SIMPULAN Berdasarkan landasan teori bahwa metode Jigsaw dapat diterapkan pada KD Menyunting tulisan sendiri atau orang lain , sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis data penelitian di kelashasil yang diperoleh nilai rata-rata pada siklus I 79,87dengan peningkatan 4,87 % dan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 88,23 dengan peningkatan 8,36%. Pencapaian indikator keberhasilan hasil belajar siswa ialah nilai rata-rata siswa ≥ 80. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan menyunting siswa kelas 7 D semester I SMP Negeri 1 Siliragung. SARAN Mengingat penerapan metode Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan menyunting tulisan sendiri atau orang lain maka disarankan: 1) Guru bahasa Indonesia dapat
Nilai Rata-rata Siklus I 79,87 Siklus II 88,23
Peningkatan 4,87 Peningkatan 8,36
menerapkan metode jigsaw karena metode ini mampu melibatkan aktivitas siswa dalam pengalaman belajar, 2) bagi instansi hendaknya memberikan dukungan baik moril maupun materiel. DAFTAR PUSTAKA Anita. 2002. Coorperative Learning. Jakarta : Grasindo. Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru. Sujanto. 1998. Keterampilan Berbahasa Membaca dan Menulis untuk Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jayapura: FKP Uncen. Suryandaru, Anindito. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia 2 untuk SMP Kelas VIII.Semarang: Aneka Ilmu. Suryobroto, Sumadi. 1993. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Suryosubroto B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Wagiran dan Doyin. 2005. Curah Gagasan Pengantar Karya Ilmiah. Semarang: Rumah Indonesia. Lia,