METODE BIMBINGAN ISLAM BAGI LANJUT USIA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH DI RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh NUR APRIANTI NIM 107052000009
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
METODE BIMBINGAN ISLAM BAGI LANJUT USIA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH DI RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
NUR APRIANTI NIM 107052000009
Pembimbing
Prof. Dr. Hj. Ismah Salman, M. Hum NIP 194705151967082001
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
ABSTRAK Nur Aprianti 107052000009 Metode Bimbingan Islam Bagi Lanjut Usia dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar. Permasalahan penyandang masalah kesejahteraan sosial semakin lama kian meningkat. Banyak yang menjadi penyebab mengapa semua itu bisa terjadi. Masalah PMKS memang sangat beragam mulai dari anak jalanan, pemulung, PSK, dan lanjut usia terlantar. Sungguh sangat memperhatinkan bila hal tersebut semakin lama kian meningkat. Salah satunya adalah permasalahan lansia. Yang mana lansia adalah orang tua dan fisiknya pun sudah mulai menurun. Perlu adanya perhatian yang lebih kepada mereka. Untuk itu tepat sekali jika pemerintah menyediakan tempat bagi golongan-golongan lansia terlantar. Pada masa lansia perlu adanya kekuatan yang lebih dalam meningkatkan kualitas ibadah. Karena ketika tua seseorang akan mulai memikirkan masa depannya di akhirat nanti. Seperti yang telah dilakukan oleh salah satu Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar yang terletak di Jln. Jelambar Selatan 11/10 Jelambar Jakarta Barat. Rumah perlindungan lanjut usia ini telah memberikan bimbingan Islam kepada lansia dengan metode yang secara khusus diberikan oleh pihak panti yang berupa memberikan jalan yang dapat mempermudah lansia untuk bisa meningkatkan kualitas ibadahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan bimbingan Islam bagi lansia dalam meningkatkan kualitas ibadah dan metodemetode yang digunakan pada pelaksanaan bimbingan Islam bagi lansia dalam meningkatkan kualitas ibadahnya. Dimana bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu dapat memahami dirinya dan lingkungannya, dalam hal ini informan terdiri dari 3 pembimbing dan 3 lansia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun pengumpulan data penelitiannya dilakukan dengan wawancara dan observasi yang diperoleh langsung dari sasaran penelitian berupa catatan, rekaman, dan data-data dari sumber yang terkait dengan penelitian. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode bimbingan Islam yang diberikan kepada lansia dalam meningkatkan kualitas ibadahnya, yaitu dengan metode individu, kelompok, dan psikoanalisis. Metode-metode lain pun digunakan sesuai dengan kondisi dan keadaan lansia. Dalam hal ini berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan bimbingan Islam cukup baik dan lancar serta berdampak positif bagi lansia. Dan memang untuk meningkatkan kualitas ibadah lansia.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil karya tulis ini, sehingga terlaksana sesuai dengan harapan. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita yang ummi, Nabi Muhammad SAW, sang suri tauladan yang telah memberikan pembelajaran hidup yang begitu berharga bagi kita semua. Semoga curahan kebaikan selalu mengiringi keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga hari akhir kelak. Amin. Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mengalami berbagai halangan dan rintangan, mulai dari persiapan, pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan skripsi ini. Akan tetapi dengan bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada: 1. Jajaran dekanat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Yang terhormat Dr. H. Arief Subhan,MA selaku Dekan, Drs. H. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku pembantu Dekan bid. Administrasi Umum, dan Drs. Study Rizal LK, MA selaku pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan.
ii
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah banyak membantu kelancaran dalam skripsi penulis. 3. Drs. Sugiarto, MA selaku Sekretariat Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 4. Prof. Dr. Hj. Ismah Salman, M. Hum selaku dosen Pembimbing penulis yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, penulis mohon maaf jika selama bimbingan banyak merepotkan. 5. Drs. M. Lutfi, M. Ag, selaku Pembimbing Akademik Mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2007. Yang telah memberi arahan dan bimbingannya. 6. Seluruh Dosen pengajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi baik yang masih mengajar maupun yang sudah tidak mengajar. Yang telah memberikan Ilmu dan wawasan yang begitu banyak. 7. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bpk. Arifin dan Ibu Rohaeti yang selalu mendoakan penulis dalam menjalankan tugas skripsi ini, atas segala perhatian, kesabaran, dan semangat yang kalian berikan, mohon maaf jika penulis belum bisa memberikan yang terbaik. Akan tetapi, penulis akan berusaha untuk bisa lebih baik lagi. 8. Seluruh Staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas kerja sama dan bantuannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 9. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
iii
yang telah menyediakan buku dan fasilitas wi-fi untuk mendapatkan referensi dalam memperkaya skripsi ini. 10. Ibu Hj. Murni Dinsos DKI Jakarta, yang telah membantu penulis untuk bisa melaksanakan penelitian di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar. 11. Ibu Siti Murtofingah, S.AP yang telah membimbing penulis selama penelitian di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar. Dan kepada Ustadz Abdul Hakim, Bpk Suwarso dan Staf/ karyawan RPLU Jelambar yang telah membantu penulis dalam penelitian di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar. 12. Lansia RPLU Jelambar, kepada Bpk. Shaleh, Ibu Yuli, dan Bpk. Maman yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 13. Wahyudi yang telah banyak membantu dalam kelancaran skipsi ini, yang selalu setia menemani penulis dari awal penelitian sampai selesai atas doa, kesabaran, motivasi, dan semangatnya. 14. Adik tercinta Usniawati, Ayaturrokhman, dan M. Hafidz Fairuz Amrullah, yang telah membantu dan mendoakan penulis dalam perjalanan menyelesaikan skripsi ini. 15. Sahabat karib Melia, Ulfah, Najwa, Nova yang telah memberikan semangat, motivasi, dan berbagai masukan-masukan yang diberikan. Dan tumpangannya ke kostsan kalian.
iv
16. Teman-teman
seperjuangan
BPI
angkatan
2007,
yang
menjadi
penyemangat penulis dan kesetiaannya selama ini. Semoga kedepannya kita bisa menjadi seseorang yang dibanggakan. Buat keke, wiwin, aida, indah, najwa, fina, yang sama-sama berjuang dalam menyelesaikan skripsi atas semangat dan kerja samanya bersama demi menyelesaikan skripsi. Akhirnya, penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan juga bagi pembaca umumnya. Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis. Semoga apa yang telah diberikan menjadi amal sholeh di sisi Allah SWT. Amin.
Jakarta, 03 Mei 2011
Nur Aprianti
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitin ..............................................
8
D. Tinjaun Pustaka ..................................................................
9
E. Metodologi Penelitian ......................................................... 11 F. Sistematika Penulisan .......................................................... 16 BAB II
LANDASAN TEORI A. Bimbingan Islam 1. Pengertian Metode, Bimbingan, Islam ........................... 18 2. Metode Bimbingan Islam ............................................... 23 3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam .............................. 26 B. Ibadah 1. Pengertian Ibadah .......................................................... 28 2. Pembagian Ibadah ......................................................... 29 3. Kualitas Ibadah .............................................................. 32 C. Lansia 1. Pengertian ...................................................................... 34
vi
2. Pembagian ..................................................................... 37 B III
GAMBARAN UMUN RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR A. Sejarah Berdirinya ................................................................ 39 B. Visi, Misi, Fungsi, dan Tujuan ............................................. 40 C. Program Kerja dan Kegiatan ................................................ 44 D. Struktur Organisasi ............................................................... 48 E. Sarana dan Prasarana ............................................................ 50
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS A. Temuan 1. Pembimbing ................................................................... 51 2. Terbimbing ..................................................................... 54 3. Metode Bimbingan ......................................................... 56 B. Analisis Metode Bimbingan Islam 1. Metode Individu ............................................................. 65 2. Metode Kelompok .......................................................... 66 3. Metode Psikoanalisis ...................................................... 68
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 71 B. Saran ..................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 73 LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Kegiatan harian warga binaan sosial ......................................... 45 Tabel 2 Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Kesejahteraan Sosial WBS .............. 46
viii
ix
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam hidupnya, selalu ingin mendapatkan dan menikmati ketentraman batin, ketenangan hidup dan kebahagian diri. Hal tersebut merupakan tuntutan fisik maupun psikis, baik berasal dari internal maupun eksternal, dan manusia selalu berusaha mencarinya. Semua ini di sebabkan oleh bermacam-macam hambatan yang terjadi, yang merupakan problemaproblema kehidupan, sehingga banyak manusia yang tidak sanggup menghadapi dan menyelesaikan problema-problema itu dan akhirnya mengalami reaksi-reaksi fisiologis dan psikologis seperti cemas, gelisah, takut, merasa tidak puas dan merasa daya pikirnya menurun, hal inilah yang biasanya dialami oleh para lansia. Sepanjang rentang kehidupan, seseorang akan mengalami perubahan fisik dan psikologis. Dalam psikologi perkembangan disebutkan bahwa dalam diri manusia terjadi perubahan-perubahan fisik, bahkan sampai pada anggapan bahwa masa tua merupakan masa yang mudah dihinggapi segala penyakit dan akan mengalami kemunduran mental seperti menurunnya daya ingat, masa ini disebut dengan masa lansia.1 Menurut Sarlito Wirawan Sarwono bahwa pada masa lansia, maka seseorang akan merasa kehilangan kesibukan, sekaligus merasa mulai tidak 1
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1998), Cet. Ke-5,
h.30.
1
2
diperlukan lagi. Bertepatan dengan itu, anak-anak mulai menikah dan meninggalkan rumah. Badan mulai lemah dan tidak memungkinkan untuk berpergian jauh. Sebagai akibatnya, semangat mulai menurun, mudah dihinggapi penyakit dan segera akan mengalami kemunduran-kemunduran mental. Hal ini disebabkan oleh mundurnya fungsi-fungsi otak dan daya konsentrasi berkurang.2 Masa lanjut usia adalah masa di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Pada kenyataannya tidak semua lanjut usia mendapatkannya. Berbagai persoalan hidup yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti merasa dirinya tidak berguna, kurang
mendapat perhatian, merasa diasingkan, sehingga
mereka berpikir bahwa dirinya tidak ada gunanya lagi dan hanya menjadi beban bagi orang disekelilingnya.3 Pada usia senja ini, lazimnya sebagian besar manusia masih ingin memperoleh pengakuan kejayaan dan prestasi masa lalu yang pernah dicapainya. Pergulatan antara kejayaan dan ketidakberdayaan diri seperti itu merupakan situasi batin yang dialami manusia usia senja. Makin bertambah usia akan semakin tersiksa dirinya. Untuk mengatasi kendala psikologis seperti ini umumnya manusia usia lanjut ini menempuh berbagai jalan yang
2
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta:Bulan Bintang.2001), Cet ke-8, h. 35. 3 Akhmadi, “Permasalahan Lanjut Usia,” artikel diakses pada 01 Mei 2011 dari http://www.G:/326-permasalahan-lanjut-usia-lansia.html
3
diperkirakan dapat meredam gejolak batinnya.4 Di antara alternatif yang cenderung dipilih adalah ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan positif, baik dari segi agama, sosial, atau kesehatan. Sehingga dengan adanya banyak kegiatan yang positif memberikan kepercayaan yang penuh bahwa mereka masih bisa aktif dan berperan dalam hidupnya. Dan mereka pun harus bisa banyak bersyukur kepada Allah SWT karena di usia tua masih bisa diberikan kesehatan. Dan sudah seharusnya pada masa tua lansia bisa lebih meningkatkan amal ibadah mereka untuk bekal mereka di hari akhirat nantinya. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut ini menurut hasil penelitian psikologi agama ternyata meningkat M. Argle mengutip sejumlah penelitian yang dikemukakan
oleh Cavan yang mempelajari 1.200 orang sampel
berusia 60-100 tahun. Temuan menunjukkan secara jelas kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat pada umurumur ini. Sedangkan, pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat baru muncul sampai 100 persen setelah usia 90 tahun.5 Dan dengan realitas yang ada maka pada masa tualah seseorang bisa lebih memfokuskan hidupnya untuk kehidupan akhirat dan bisa lebih meningkatkan amal ibadahnya. Karena pada masa tua apa lagi yang harus di cari kecuali bekal untuk di akhirat nanti. Dan secara garis besarnya ciri-ciri keberagamaan pada lansia adalah bahwa tingkat keberagamaan pada lansia sudah mulai mantap dan mulai timbul rasa takut kepada kematian yang 4 5
h. 110.
Ibid Jalaluddin, Psikologi Agama, ( Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.2007 ), Cet. ke-10,
4
meningkat sejalan dengan pertambahan usia lanjutnya. Dan dengan perasaan takutnya kepada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keberagamaan dan kepercayaan terhadap kehidupan abadi (akhirat).6 Untuk itulah perlu adanya kegiatan keagamaan yang dapat mendukung para lansia dalam meningkatkan amal ibadah mereka menjadi lebih baik lagi sesuai dengan ajaran Islam. Salah satunya adalah dengan adanya kegiatan Bimbingan Islam bagi Lansia. Dalam buku “Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam” yang dikemukan oleh M. Lutfi, bimbingan adalah usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan cara memahami dirinya, mengenal lingkungannya, mengarahkan dirinya, mampu mengambil keputusan untuk hidupnya, dan dengannya ia akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik, berguna, dan bermanfaat di masa kini dan masa yang akan datang. 7 Menurut Abu Ahmadi dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam”, bahwa agama Islam adalah risalah yang disampaikan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara
6
Ibid., h. 108. M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah 2008 ), h. 6. 7
5
hidup nyata serta mengatur hubungan dengan sesama dan tanggung jawab kepada Allah SWT.8 Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia di dunia yang mengandung ketentuan-ketentuan ibadah, yang menentukan proses berpikir, merasa berbuat, dan proses terbentuknya kata hati. Penulis menyimpulkan bahwa bimbingan Islam adalah segala usaha dan kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana, sebagai upaya kerja keras mendidik dan mengarahkan objek jamaah lanjut usia yang beragama Islam agar mereka mampu mengadakan perubahan, perbaikan, peningkatan, dan pengamalan-pengamalan terhadap ajaran Islam sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits, khususnya dalam hal menjalankan akidah dan ibadah, serta telah ada kesesuaian dengan hukum Islam yang berlaku umum. Dengan adanya kegiatan bimbingan Islam diharapkan para lansia dapat menjadi lebih baik akan pemahaman ibadahnya sehingga mereka dapat mempersiapkan sisa-sisa hari tua mereka dengan melaksanakan ibadahibadah yang akan menjadi bekal amalan mereka di hari akhirat nanti. Kegiatan bimbingan Islam bagi lansia juga diterapkan di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar. Bimbingan tersebut diberikan kepada lansia guna bisa meningkatkan kualitas ibadah lansia. Yang mungkin dari yang pengamalannya sudah mantap bisa lebih ditingkatkan lagi dan dari yang 8
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Penndidikan Agama Islam, ( Jakarta : Grafika Offset, 2004), Cet. ke-4, h. 4.
6
belum baik bisa menjadi baik. Dan dengan adanya bimbingan diharapkan dapat merubah adab dan tingkah laku yang buruk menjadi lebih baik. Yang mana tujuan pembimbing dengan adanya bimbingan adalah berupaya mengembalikan kembali lansia menjadi manusia yang mana dahulunya lansia hidup terlantar dan tidak dihargai dan bisa mendapatkan pengakuan dari banyak orang. Dengan keterbatasn yang dimiliki oleh lansia maka pembimbing berupaya memberikan cara yang mudah yang dapat dimengerti oleh lansia karena lansia butuh praktik bukan teori lagi. Maka pembimbing pun dengan adanya bimbingan Islam berharap lansia bisa memiliki cita-cita meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Tujuan diadakannya metode bimbingan islam tersebut adalah agar para lansia dapat melaksanakan pengamalan-pengamalan ibadah seperti shalat, puasa, mengaji, dan ibadah-ibadah lain. Dan diharapkan pula mereka dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dan dengan bimbingan tersebut memberikan dampak yang besar bagi perubahan hidup mereka. Contohnya terlihat dari perubahan ibadah shalat mereka dari yang tadinya tidak tepat waktu menjadi tepat waktu. Dari penelitian psikologi agama yang menyatakan bahwa pada masa tua adalah masa dimana kecenderungan menerima pendapat keagamaan meningkat dan mengapa pada masa usia-usia sebelumnya mereka tidak memikirkan agamanya dengan baik. Dan banyak juga terdapat faktor yang menyebabkan lansia tidak mampu melaksanakan ibadahnya secara maksimal
7
karena keterbatasan fisik dan menurunnya fungsi organ tubuh. Maka peneliti ingin bermaksud mengetahui cara (metode) apa yang digunakan oleh Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar dalam memberikan bimbingan kepada lansia agar mereka dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pengamalan ibadah dengan baik walaupun dengan segala keterbatasan secara fisik dan daya fikir yang dimiliki oleh lansia. Dengan paparan latar belakang dia atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti Metode Bimbingan Islam Bagi Lansia dengan judul: “Metode Bimbingan Islam Bagi Lanjut Usia Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar.” .
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas
maka
penulis
memfokuskan kajian serta membatasi masalahnya pada “Metode Bimbingan Islam bagi Lansia dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar Jakarta Barat.” Berdasarkan pembatasan masalah di atas dan untuk lebih memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana
Pelaksanaan
Bimbingan
Islam
bagi
Lansia
dalam
Meningkatkan Kualitas Ibadah di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar? 2.
Bagaimana Metode Bimbingan Islam bagi Lansia dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar?
8
3.
Apa Faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan Metode Bimbingan Islam bagi Lansia dalam meningkatkan Kualitas Ibadah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: a.
Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan bimbingan islam bagi lansia dalam meningkatkan kualitas ibadah di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar.
b.
Untuk mengetahui metode apa yang digunakan pada pelaksanaan bimbingan Islam bagi lansia dalam meningkatkan kualitas ibadah di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar.
c.
Untuk Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan bimbingan islam bagi lansia dalam meningkatkan kualitas ibadah di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar.
2. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis 1) Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran
ilmiah yang dapat menambah pengetahuan dalam
9
bidang ilmu dan bimbingan konseling serta pengetahuan tentang bimbingan Islam. 2) Dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam di bidang bimbingan Islam. b. Manfaat Praktis 1) Bagi Peneliti, dapat menambah pengalaman dan mengetahui cara metode bimbingan Islam yang dapat diterapkan bagi lansia. 2) Bagi Lembaga, dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk memberikan masukan-masukan terhadap metode yang digunakan. 3) Bagi Jurusan, penelitian ini dapat menambah koleksi kajian tentang metode bimbingan Islam bagi lansia. 4) Bagi Akademik, dapat menambah wawasan, informasi dan pengetahuan tentang metode bimbingan Islam bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi dan di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
D. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi satu karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis teliti adalah menelaah terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai judul yang hampir sama dengan yang akan penulis teliti.
10
Setelah penulis mengadakan kajian kepustakaan, akhirnya penulis menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul yaitu: 1. “Peran Pembimbing dalam Memberikan Motivasi Hidup Pada Lansia Di Pusaka Cengkareng Jakarta Barat”. Yang ditulis oleh Khayrul Mutta Qori Baini Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2009. Dalam skripsi ini lebih ditekankan mengenai bagaimana peran pembimbing dalam memberikan motivasi hidup pada lansia, harapan-harapan lansia dan kesesuaian antara harapan lansia dengan konseling yang diberikan oleh pembimbing. Akan tetapi di dalam penelitian penulis, membahas mengenai bimbingan Islam bagi Lansia yang mana pembimbing memberikan bimbingan keagamaan yang secara khusus guna untuk meningkatkan ibadah lansia. 2. “Bimbingan Islam dalam memberikan motivasi bershadaqah di kalangan siswa SMPN 254 Jagakarsa Jakarta Selatan”. Yang ditulis oleh Riri Fikriyati Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2006. Dalam skripsi ini menerangkan bagaimana bimbingan islam dapat memberikan motivasi bershadaqah bagi siswa. Akan tetapi dalam penelitian penulis bimbingan Islamnya diberikan kepada subyek yang berbeda yaitu lansia. 3. “Pelaksanaan bimbingan Islam dalam kecerdasaan spritual kaum dhuafa di yayasan Irtiqo kebajikan ciputat tangerang”. Yang ditulis oleh Atie Mutya Wulansari Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2008. Dalam penelitian ini bermaksud untuk mengembangakan kecerdasaan spiritual terhadap kaum dhuafa agar menjadi insan bertakwa. Materi yang diberikan
11
bersumber dari Al-Qur’an, Al-Hadits, dan pengetahuan umum lainnya. Akan tetapi dalam penelitian penulis, pelaksanaan bimbingan Islam yang diberikan kepada lansia menggunakan metode yang khusus agar dapat mempermudah lansia dalam mengamalkannya.
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Burhan Bungin metode deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur
pemecahan
masalah
yang
diselidiki
dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.9 Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang dikutif Lexy J. Moleong yaitu, “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.10 Dalam hal ini, penulis melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta disajikan dalam suatu
pandangan
yang
utuh.
Dan
penelitian
ini
bermaksud
mengungkapkan fakta-fakta yang tampak di lapangan dan digambarkan
9
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 63. 10 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rasta Karya, 2000), h. 3.
12
sebagaimana adanya dengan berupaya memahami sudut pandang responden dan konteks subyek penelitian secara mendalam, sehingga diperlukan metode deskiptif dan pendekatan kualitatif. Dan kegiatan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data yang erat hubungannya dengan metode bimbingan Islam bagi lansia dalam meningkkatkan kualitas ibadah berupa data apa adanya ketika penelitian dilakukan. 2. Penetapan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini bertempat di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, Jln.Jelambar Selatan II/ 10 Jelambar Jakarta Barat. Di mulai pada tanggal 27 Januari sampai 12 Mei 2011. Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah pertama, belum ada yang meneliti tentang bimbingan Islam bagi lansia dalam meningkatkan pengamalan ibadah. Dan di tempat penelitian pun belum ada yang meneliti tentang metode bimbingan Islam bagi lansia. Kedua, pihak panti bersedia untuk diadakan penelitian dan memberikan data dan informasi sesuai dengan permasalahan. Ketiga, lokasi penelitian tersebut cukup strategis, karena terletak dekat tempat tinggal peneliti sehingga mudah dijangkau dan lebih hemat energi dan biaya. 3. Subjek dan Objek Penelitian Adapun subjek penelitian ini adalah Penaggung jawab RPLU yaitu Siti Murtofingah, S.AP, 2 Staf RPLU yaitu Suwarso (Bag. Pembinaan dan perawatan PMKS) dan Abdul Hakim (Bag. Bimbingan & Penyuluhan
13
Islam ) dan 3 orang lansia yaitu M. Shaleh (68 tahun), Yuli (69 tahun), dan Maman (67 tahun). Kemudian objek dalam penelitian ini adalah metode bimbingan Islam bagi Lansia dalam meningkatkan pengamalan ibadah di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar. 4. Sumber Data Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari penelitian dimaksud.11 Adapun sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data Primer, yaitu berupa wawancara kepada penanggung jawab RPLU yaitu Siti Murtofingah, S.AP, dan 2 Staf RPLU yaitu Suwarso ( Bag. Pembinaan dan perawatan PMKS) dan Abdul Hakim (Bag. Bimbingan & Penyuluhan Islam ) dan 3 orang lansia yaitu M. Shaleh (68 tahun), Yuli (69 tahun), dan Maman (67 tahun). b. Data Sekunder, yaitu data tidak langsung yang berupa catatan-catatan, dokumen-dokumen, buku, rekaman suara dan sebagainya. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.12 Dalam penelitian ini teknik observasi yang dilakukan langsung ke tempat lokasi penelitian di RPLU Jelambar. Mengenai bimbingan Islam bagi lansia dalam meningkatkan kualitas ibadah. Dan selama observasi, penulis dibantu dengan alat-alat observasi seperti kamera, buku, catatan, dan alat tulis.
11 12
M. Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, ( Bandung : Pustaka Setia, 2005 ), h. 115. Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h.54
14
b. Wawancara yaitu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan
tujuan
tertentu.13. Dalam penelitian ini wawancara ditujukan kepada Penaggung jawab RPLU yaitu Siti Murtofingah, S.AP, 2 Staf RPLU yaitu Suwarso ( Bag. Pembinaan dan perawatan PMKS) dan Abdul Hakim (Bag. Bimbingan & Penyuluhan Islam ) dan 3 orang lansia yaitu M. Shaleh (68 tahun), Yuli (69 tahun), dan Maman (67 tahun). c. Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.14 Dan dalam hal ini penulis menyelidiki benda tertulis
seperti
buku,
dokumen-dokumen,
catatan-catatan
dan
sebagainya. Dan dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan datadata tertulis yang terdapat di RPLU Jelambar Jakarta Barat, dengan masalah yang diteliti. 6. Teknik Analisis Data Yang dimaksud dengan teknik analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar kemudian dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkan data yang ada. Hal ini disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.15
13
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2004), h. 180. 14 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 73 15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Bulan Bintang, 2003), Cet. Ke-9, h.11
15
Seperti penjelasan Murdiyatmoko dan Handayani yang dikutip oleh Upi Zahra16 tentang analisa data yakni secara garis besar, pengolahan data kualitatif memiliki tiga alur kegiatan, yakni: a.
Reduksi Data Pada bagian awal, proses analisa dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara dengan responden/informan observasi yang telah dituliskan dalam lembar observasi lapangan, dsb. Data-data tersebut tak lain adalah kesimpulan kata-kata mentah yang masih perlu dibaca, dipelajari dan ditelaah lebih lanjut. Untuk mengubah kata-kata mentah tersebut menjadi bermakna, maka peneliti kemudian mengadakan reduksi data. Reduksi data adalah suatu kegiatan yang berupa penajaman analisis, pengolongan data, pengarahan data, pembuangan data yang tidak perlu dan pengorganisasian sedemikian rupa untuk bahan penarikan kesimpulan.
b.
Penyajian Data Setelah ditemukannya hasil olahan data mentah hadir dalam bentuk kalimat yang mudah dicerna, selanjutnya peneliti menganalisa masing-masing kasus tersebut. Peneliti kembali melakukan analisa dengan mengombinasikan berbagai kasus, yang selanjutnya data tersebut dijadikan panduan untuk menjawab semua pertanyaan yang terdapat pada perumusan masalah dengan cara menganalisanya dalam
16
Upi Zahra, Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Kematangan Emotional Anak : Studi pada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Pusat. Skripsi, Ciputat; 2009
16
bentuk narasi yang bersifat deskriptif sehingga tujuan dari penelitian ini dapat terjawab. c.
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Sedangkan pada tahap akhir, data yang tersaji pada analisa antar kasus khususnya yang berisi jawaban atas tujuan penelitian kualitatif diuraikan secara singkat, sehingga mendapat kesimpulan mengenai pelaksanaan bimbingan Islam bagi lansia dalam meningkatkan pengamalan ibadah.
7. Teknik Penulisan Dalam penelitian ini penulis berpedoman dan mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Yang diterbitkan oleh CeQDA, April 2007, Cet. Ke-2.
F. Sistematika penulisan Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat rancangan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I :
PENDAHULUAN. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian
BAB II:
LANDASAN TEORI. Meliputi Pengertian metode, metode bimbingan Islam, tujuan dan fungsi bimbingan Islam, pengertian
17
ibadah, pembagian ibadah, kualitas ibadah, pengertian Lansia, pembagiannya BAB III : GAMBARAN UMUM RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR. Meliputi sejarah dan dan perkembangannya, visi, misi, tugas pokok dan fungsi, tujuan, program kerja dan kegiatan, struktur organisasi, sarana dan prasarana. BAB IV : TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA. Meliputi temuan lapangan (pembimbing, terbimbing, dan metode bimbingan), analisa metode bimbingan (metode 1, metode 2, dan metode 3) BAB V :
PENUTUP. lampiran
Meliputi kesimpulan, saran, daftar pustaka dan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Bimbingan Islam 1.
Pengertian Metode, Bimbingan, Islam a.
Pengertian Metode Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari penggalan kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” berarti “jalan”. Bila digabungkan maka metode bisa diartikan “jalan yang dilalui”. Dalam pengertian yang lebih luas, metode bisa pula diartikan sebagai “segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”.1 Sedangkan menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” metode ialah “cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.2 Sedangkan menurut “Kamus Manajemen” metode ialah “cara melaksanakan pekerjaan”.3 Begitu pun yang diungkapkan oleh M. Arifin dalam bukunya
yang berjudul “Pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan Islam” 1
M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 120. 2 Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, edisi ke. 3, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 740. 3 B. N. Marbun, Kamus Manajemen, ( Jakarta : Pustaka Harapan, 2005), h.173.
18
19
bahwa metode adalah adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana yang tersebut bersifat fisik seperti alat peraga, alat administrasi, dan pergedungan dimana proses kegiatan bimbingan berlansung, bahkan pelaksana metode seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metode juga. Selain kata metode adapula kata “teknik” dan “pendekatan”, keduanya dipahami sebagai cara-cara ilmiah yang dipakai sebagai peralatan (instrument) dalam melakukan pekerjaan yang sifatnya lebih di fokuskan kepada subyek atau obyek yang dijadikan sasaran pelayanan. Sesungguhnya antara metode dan teknik secara subtansial, memiliki pengertian yang sama. Perbedaannya adalah pada sisi fungsionalisasinya, yaitu unsur-unsur dan penggunaan metode bersifat teoritis dan lebih luas sebagai bagian dari upaya ilmiah. Dalam pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling) pada umumnya penggunaan istilah metode dan teknik kadangkala dipakai berganti-ganti tergantung kepada obyek permasalahan yang sedang dilayani. Hal ini perlu dikemukakan untuk memberikan wacana yang lebih luas dan fleksibel mengenai berbagai metode dan teknik serta pendekatan yang digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling.4 Untuk itu penulis menyimpulkan bahwa metode adalah sebuah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan dan dengan adanya metode maka diharapkan apa yang 4
M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 121.
20
diinginkan dapat sesuai dengan harapan. Karena metode berupaya secara sistematis melakukan cara-cara atau tahapan-tahapan suatu tujuan yang diinginkan dapat dilakukan dengan baik. b. Pengertian Bimbingan Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah Guidance & Counseling dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan atau tuntunan.5 Pada prinsipnya bimbingan adalah pemberian pertolongan atau bantuan. Bantuan atau pertolongan itu merupakan hal yang pokok dalam bimbingan. Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya.6 Hal senada juga diungkapkan M. Umar bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.7
5
Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu, 1975), h. 25. Bimo Walgito, Bimbingan dan Koseling (studi & karier), (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), Cet. Ke- 3, h. 5. 7 M. Umar, Bimbingan dan Penyuluhan,( Bandung : CV Pustaka Setia, 2001), h. 9. 6
21
Sedangkan Prayitno memaknai bimbingan sebagai pemberian yang dilakukan orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuannnya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada, dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.8 Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa bimbingan adalah proses membantu seorang individu yang mengalami permasalahan yang berhubungan secara psikis, dimana dilakukan secara terus-menerus dan memiliki tujuan untuk membantu individu agar individu menemukan potensinya sehingga individu itu dapat hidup secara mandiri serta mampu beradaptasi dengan baik bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. c.
Pengertian Islam Kata Islam berasal dari bahasa arab, yaitu: Aslama, Yuslimu, Islaman, yang artinya patuh, tunduk, menyerahkan diri, selamat. Sedangkan menurut istilah, Islam yaitu agama yang mengajarkan agar manusia berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah. Yang dimaksud dengan tunduk atau menyerah diri adalah mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.9 Menurut Abul A‟la Islam itu adalah “tunduk dan patuh kepada perintah orang yang memberi perintah dan kepada larangannya tanpa
8
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta), Cet. Ke-1, h. 28. 9 Masan Alfat, Aqidah Akhlak, ( Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1997), h. 8.
22
membantah”. Agama kita telah diberi nama Islam, karena ia berarti taat kepada Allah dan tunduk kepada perintahNya tanpa membantah.10 Arti perkataan Islam adalah bahwa Islam kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah) berasal dari kata salama artinya patuh atau menerima. Kata dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari kata itu terbentuk kata masdar salamat (yang dalam bahasa Indonesia menjadi selamat).11 Demikianlah analisis makna perkataan Islam Intinya adalah berserah diri, tunduk, patuh, dan taat dengan sepenuh hati kepada kehendak Ilahi. Agama Islam sebagai wahyu yang memberi bimbingan kepada manusia mengenai semua aspek hidup dan kehidupannya, dapat diibaratkan seperti jalan raya yang lurus dan mendaki, memberi peluang kepada manusia yang melaluinya sampai ke tempat yang dituju, tempat tertinggi dan mulia.12 Dengan demikian, bimbingan Islam adalah pemberian bantuan secara sistematis kepada individu yang mengalami permasalahan menyangkut masa kini dan masa depan dimana bantuan ini dalam bentuk pembinaan mental spritual dengan pendekatan keagamaan melalui
10
Abul A‟la Al-Maududi, Prinsip-prinsip Islam,( Bandung: PT. Alma‟arif, 1988), Cet.
Ke-4, h.8. 11
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), Cet. Ke-1, h. 49. 12 Ibid., h. 50.
23
kekuatan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Sehinggga sasarannya adalah untuk membangkitkan daya rohaninya.
2.
Metode Bimbingan Islam Dalam bimbingan Islam banyak metode yang dapat dipergunakan: a.
Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan seseorang pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.
b.
Metode „group guidance‟ ( bimbingan secara kelompok ) Bilamana metode interview atau wawancara merupakan cara pemahaman tentang keadaan seseorang secara individual ( Pribadi ), maka bimbingan kelompok adalah sebaliknya, yaitu pengungkapan jiwa/batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar, dsb.
c.
Metode non-direktif ( cara yang tidak mengarah ) Cara lain untuk mengungkapkan segala perasaan dan pikiran yang tertekan sehingga menjadi lebih baik. Metode ini dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu: 1) „Client centered‟, yaitu cara pengungkapan tekanan batin yang dirasakan menjadi penghambat dengan sistem pancingan yang berupaya satu dua pertanyaan yang terarah. Selanjutnya client diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan segala uneg-uneg ( tekanan batin) yang disadari menjadi hambatan jiwanya. Pembimbing
24
bersikap memperhatikan dan mendengarkan serta mencatat pointpoint penting yang dianggap rawan untuk diberi bantuan. 2) Metode edukatif yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan yang menghambat perkembangan belajar dengan mengorek sampai tuntas perasaan/sumber perasaan
yang menyebabkan
hambatan dan
ketegangan dengan cara-cara „client centered‟, yang diperdalam dengan
permintaan/pertanyaan
yang
motivatif
dan
persuatif
(meyakinkan) untuk mengingat-ingat serta mendorong agar berani mengungkapkan perasaan tertekan sampai keakar-akarnya. d.
Metode Psikoanalitis ( penganalisahan jiwa ) Metode ini berasal dari psiko-analisis Freud yang dipergunakan untuk mengungkapkan segala tekanan perasaan yang sudah tidak lagi disadari. Untuk memperoleh data-data tentang jiwa tertekan bagi penyembuhan jiwa klien tersebut, diperlukan metode psiko-analitis yaitu menganalisis gejala tingkah laku, baik melalui mimpi atau pun melalui tingkah laku yang serba salah, dengan menitik beratkan pada perhatian atas hal-hal apa sajakah perbuatan salah itu terjadi berulang-ulang. Dengan demikian, maka pada akhirnya akan diketahui bahwa masalah pribadi klien sebenarnya akan terungkap dan selanjutnya disadarkan kembali (dicerahkan) agar masalah tersebut dianggap telah selesai dan tidak perlu dianggap suatu hal yang memberatkan, dan sebagainya. Disini perlu adanya nillai-nilai iman dan taqwa dibangkitkan dalam pribadi seseorang,
25
sehingga terbentuklah dalam pribadinya sikap tawakal dan optimisme dalam menempuh kehidupan baru yang lebih cerah lagi. e.
Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan) Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada klien untuk berusaha mengatasi kesulitan (problema) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada klien ialah dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi.13
f.
Teknik Rasional-Emotif Dalam istilah yang lain teknik ini disebut dengan “rational-emotif therapy”, atau model „RET‟ yang dikembangkan oleh Dr. Albert Ellis (ahli psikologi klinis). Dalam pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling), teknik ini dimaksudkan untuk mengatasi pikiran-pikiran yang tidak logis (tidak rasional) yang disebabkan dorongan emosinya yang tidak stabil. Pelayanan teknik dan pendekatan rasional-emotif merupakan bentuk terapi yang berupaya membimbing dan menyadarkan diri klien, sesungguhnya cara berpikir ynag tidak rasional itulah yang menyebabkan terjadinya gangguan-gangguan emosionalnya. Maka dalam layanan ini konselor membantu klien dalam membebaskan diri dari caracara berpikir atau pandangan-pandangannya yang tidak rasional, dan selanjutnya diarahkan ke arah cara-cara berpikir yang lebih rasional.
13
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1994), Cet. Ke-5, h. 44-49.
26
g.
Teknik Konseling Klinikal Pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling) dengan menggunakan teknik klinikal menitikberatkan pada pengembangan skill klien sesuai dengan latar belakang dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan teknik klinikal tidak semata-mata berorientasi kepada pengembangan intelektul, tetapi juga berorientasi juga kepada kemampuan personal secara keseluruhan, baik jasmani maupun rohani. Pada teknik ini, bantuan atau pelayanan yang diberikan tidak sebatas mengungkapkan masalah-masalah klien atau membimbing memecahkannya. Namun selanjutnya,
konselor
membantu
mengarahkan
klien
kepada
kemungkinan atau peluang-peluang yang bisa bermanfaat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.14
3.
Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam Tujuan dari adanya bimbingan Islam adalah dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar seseorang mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar seseorang mengenal lingkungannya secara obyektif, baik lingkungan keluarga, masyarakat, budaya, dan norma-norma yang ada. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar seseorang 14
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 131-134.
27
mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depannya.15 Di dalam buku bimbingan konseling islami (di Sekolah Dasar). Fungsi Bimbingan Islam dibagi menjadi tujuh, yaitu: a.
Bimbingan berfungsi preventif (pencegahan) adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada seseorang yang belum bermasalah agar orang tersebut terhindar dari kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.
b.
Bimbingan berfungsi kuratif (penyembuhan) adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada seseorang yang mengalami kesulitan (sudah bermasalah) agar setelah menerima layanan dapat memecahkan sendiri kesulitannya.
c.
Bimbingan berfungsi preservatif (pemeliharaan/penjagaan) adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada seseorang yang sudah dapat memecahkan masalahnya agar kondisi yang sudah baik tetap dalam kondisi yang baik.
d.
Bimbingan berfungsi developmental (pengembangan) adalah usaha bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar kemampuan yang mereka miliki dapat ditingkatkan.
e.
Bimbingan berfungsi distributif (penyaluran) adalah fungsi bimbingan dalam hal membantu seseorang menyalurkan kemampuan (kecerdasan, bakat, minat).
15
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 57-59.
28
f.
Bimbingan berfungsi Adaptif (pengadaptasian) adalah fungsi bimbingan agar seseorang bisa beradaptasi dengan orang yang lebih luas.
g.
Bimbingan berfungsi Adjustif (penyesuaian) adalah bimbingan dalam hal membantu seseorang agar dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam lingkungannya.16
B. Ibadah 1.
Pengertian Ibadah Kata ibadah berasal dari kata „abada, yu‟aabidu, „ibadatan, artinya menyembah, mempersembahkan tunduk, patuh, taat. Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina dihadapan yang disembah disebut „abid‟ (yang beribadah).17 Dalam “kamus Bahasa Indonesia” ibadah diartikan segala usaha lahir batin sesuai dengan perintah Tuhan untuk mendapatkan kebahagiaan dan keseimbangan hidup, baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, maupun terhadap alam semesta.18 Dan ulama tauhid mengartikan ibadah dengan “Mengesakan Allah,
menta‟dhimkanNya
dengan
sepenuh-penuh
ta‟dhim
serta
menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya ( menyembah Allah sendiri-Nya)”.19
16
Elfi Mu‟awanah, Bimbingan dan Konseling Islami (di Sekolah Dasar), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-1, h.71. 17 Zurinal Z, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), Cet. Ke-1, h. 26. 18 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 415. 19 Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, ( Jakarta: Bulan bintang, 1987), Cet. Ke-6, h. 4.
29
Adapun ibadah dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu ibadah mahdoh dan ibadah ghoiru mahdoh. Ibadah mahdoh adalah ibadah yang terbatas (khusus) contohnya adalah shalat, zakat, puasa dll. Sedangkan ibadah ghoiru mahdoh adalah ibadah yang luas (tidak terbatas) contohnya adalah menolong orang yang kesusahan, berzikir kepada Allah, berperang dll.20 Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa ibadah adalah segala kegiatan manusia sebagai wujud ketaatan dan kepatuhan kepada Allah baik berupa perbuatan yang diperintahkan Allah, juga perbuatan yang berhubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam lingkungan. 2.
Pembagian Ibadah Ibadah dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu ibadah mahdoh dan ibadah ghoiru mahdoh. Ibadah mahdoh adalah segala jenis ibadah yang tata caranya telah ditetapkan oleh Allah (khusus) atau terbatas. Contohnya shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya. Sedangkan ibadah ghoiru mahdoh adalah segala jenis ibadah kepada Allah akan tetapi semua perbuatan yang diperintahkan Allah baik perbuatan yang berhubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam lingkungan, misalnya berzikir kepada Allah, menolong orang yang kesusahan, menjaga lingkungan, bergaul dengan teman, dan menghormati orang lain. Adapun dari macam-macam bagian ibadah itu dapat di bagi menjadi beberapa bagian:
20
Ibid., h. 5.
30
a.
Ibadah Itiqodiyah Ibadah itiqodiyah adalah ibadah berupa keyakinan kepada Allah dan Nabi Muhammad. Adapun macam-macamnya adalah sebagai berikut: 1) Berkeyakinan tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah. 2) Cinta kepada Allah 3) Takut kepada Allah serta mengharapkan rahmatnya. 4) Tawakal dan minta pertolongan kepada Allah
b.
Ibadah Qouliyah Ibadah qauliyah adalah ibadah yang terdiri atas perbuatan atau ucapan lidah. Adapun macam-macamnya sebagai berikut: 1) Mengucapkan syahadat 2) Dzikir kepada Allah, tasbih dan istigfar 3) Berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah 4) Amar Ma‟ruf nahi munkar
c.
Ibadah Amaliyah Ibadah amaliyah adalah ibadah yang sudah terinci baik perkataan maupun perbuatannya. Adapun macam-macamnya sebagai berikut: 1) Mendirikan shalat Shalat menurut pengertian bahasa adalah doa, sedangkan menurut istilah adalah ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
31
salam. Shalat hukumnya fardu‟ain atas setiap orang beriman laki-laki dan wanita yang mesti didirikan pada waktu-waktu yang telah ditentukan. 2) Menunaikan Zakat Zakat adalah sebagian harta yang mesti diberikan kepada fakir miskin
yang
merupakan
suatu
kewajiban
syariah
dengan
menggunakan syarat-syarat tertentu. Zakat difardhukan pada setiap muslim yang memiliki nisab, yaitu suatu kadar yang bila seseorang memilikinya dan sampai satu tahun ia wajib mengeluarkan zakatnya. 3) Puasa Ramadhan Puasa menurut syariah adalah menahan dari makan, minum, bersetubuh, dan segala yang membatalkan, mulai dari terbit fajar sampai tenggelam matahari, dengan niat taqorrub (mendekatkan diri kepada Allah Ta‟aala. Puasa ramadhan adalah fardu „ain bagi setiap muslim yang baligh, berakal, dan mampu berpuasa. 4) Haji ke Baitullah Haji menurut syariah adalah menuju Baitullah al-Haram untuk melakukan amalan-amalan tertentu yang dijelaskan dalam Al-qur‟an dan Sunnah. Haji adalah satu rukun islam yang diwajibkan kepada setiap muslim muslimah yang sanggup satu kali seumur hidup.
32
5) Berjihad di jalan Allah 6) Thawaf di Baitullah.21 3.
Kualitas Ibadah Menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” kualitas diartikan sebagai tingkat buruknya sesuatu, kadar, derajat atau taraf ( kepandaian, kecakapan, dan sebagainya), bisa juga diartikan mutu, sangat dibutuhkan tenaga, tenaga terampil yang tinggi.22 Ibadah merupakan hal penting yang akan selalu ada ketika kita mencoba menggali lebih dalam mengenai agama Islam. Kita sebagai seorang muslim dituntut untuk mengetahui, melaksanakan atau mengamalkan apa-apa saja yang kita punya dan sudah kita ketahui bahwa ibadah berupaya agar menjadi insan-Nya yang taqwa. Sebelum kita bahas lebih dalam mengenai bagaimana dan upaya apa saja yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kualitas ibadah kita, kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian ibadah itu sendiri. Menurut Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:
21
Yulian Mirza, “Makna ibadah dalam Islam,” artikel diakses pada 11 April 2011 dari http://www.G:/makna-ibadah-dalam-islam.html. 22 Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, edisi ke. 3, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 603.
33
“Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepadaKu. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat : 56-58]. Berdasarkan pengertian dari ibadah tadi, hubungannya dengan manusia adalah bahwa ibadah secara tidak langsung berarti ketundukkan kita sebagai seorang hamba serta sarana hubungan vertikal manusia kepada Tuhan pencipta alam semesta, Allah SWT. Sekarang bagaimana kita sebagai seorang manusia memaksimalkan atau meningkatkan kualitas-kualitas dari ibadah tadi. Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah mengevaluasi diri sendiri sejauh mana ibadah-ibadah yang telah kita lakukan apakah sudah baik, sudah sesuai aturan-Nyakah atau belum. Setelah mengevaluasi, kita bisa buat suatu perencanaan apa-apa saja yang bisa mendukung untuk meningkatkan kualitas ibadah kita. Sebagai contoh, kalau sebelumnya kita hanya melakukan ibadah wajib saja seperti sholat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, dan lainnya, tetapi setelah melakukan evaluasi, kita bisa menambah rangkaian ibadah kita dengan ibadah-ibadah sunnah lainnya yang mempunyai nilai-nilai keutamaan seperti shalat sunnah dhuha, tahajud, dan lain sebagainya. Membuat form mutabaah yaumiah pun dapat memotivasi kita untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah kita.
34
Begitupun untuk aktifitas kita sesama manusia, kita juga harus mengevaluasi diri kita, apakah selama ini dalam menjalin hubungan dengan orang lain kita sudah menyakitinya, atau perbuatan yang selama ini kita lakukan tanpa kita sadari telah melanggar aturan yang sudah ditetapkan AlQuran dan Hadist. Sehingga apabila kita sudah mengetahui kesalahankesalahan kita selama ini, kedepannya kita tidak mengulanginya lagi. Mungkin cara untuk meningkatkan kualitas ibadah kita dengan cara memperbanyak membaca buku-buku pengetahuan umum, Islam, dan sejarah-sejarah umat terdahulu dalam melaksanakan hubungannya sesama manusia. Jadi, untuk meningkatkan kualitas ibadah sangat bergantung dari manusianya itu sendiri. Semuanya pun membutuhkan niat dan tekad yang kuat untuk selalu memotivasi diri agar menjadi insan yang lebih baik di hadapanNya. Metode-metodenya pun disesuaikan atau tergantung dari manusia itu sendiri.23
C. Lansia 1.
Pengertian Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang 23
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, “Pengertian Ibadah dalam Islam”, artikel diakses pada 15 Juni 2011 dari http://salafiunsri.blogspot.com/2009/06/pengertian-ibadah-dalam-islam1.html
35
menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.24 Menurut
Elizabeth
Hurlock
dalam
bukunya
“Psikologi
Perkembangan” masa lansia adalah masa dimana seseorang mengalami perubahan fisik dan psikologis. Bahkan ketika masa tua disebut sebagai masa yang mudah dihinggapi segala penyakit dan akan mengalami kemunduran mental seperti menurunnya daya ingat, dan pikiran.25 Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi kemunduran.26 Memasuki masa lanjut usia merupakan periode akhir di dalam rentang kehidupan manusia di dunia ini. Banyak hal penting yang perlu diperhatikan guna mempersiapkan memasuki masa lanjut usia dengan sebaik-baiknya.
24
Akhmadi, “Permasalahan Lanjut Usia,” artikel diakses pada 01 Mei 2011 dari http://www.G:/326-permasalahan-lanjut-usia-lansia.html 25 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1998), Cet. Ke5, h.30. 26 Akhmadi, “Permasalahan Lanjut Usia,” artikel diakses pada 01 Mei 2011 dari http://www.G:/326-permasalahan-lanjut-usia-lansia.html.
36
Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah 60 tahun ke atas. Perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi organ merupakan indikator utama yang tampak jelas, guna membedakan periode ini dengan periode-periode sebelumnya.27 Adapun tugas-tugas perkembangan usia lanjut adalah sebagai berikut: 1. Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan kesehatan yang semakin menurun. 2. Menyesuaikan diri dengan situasi pensiun dan penghasilan yang semakin berkurang. 3. Menyesuaikan diri dengan kematian dari pasangan hidup. 4. Membina hubungan dengan sesama usia lanjut. 5. Memenuhi kewajiban-kewajiban sosial dan kenegaraan secara luwes. 6. Kesiapan menghadapi kematian.28 Jadi masa tua adalah masa dimana seseorang telah mengalami kemunduran-kemunduran dalam hidupnya baik fisik, daya tahan tubuh, pikiran yang sudah mulai menurun. Untuk itulah perlu adanya perhatian yang khusus kepada lansia agar mereka bisa hidup dengan nyaman dan batinnya bisa merasa tenang tanpa harus berpikir bahwa mereka sudah tidak berdaya guna. Dan dengan adanya motivasi yang diberikan diharapkan lansia bisa lebih aktif dalam menjalani sisa-sisa hidupnya dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang kesehatannya baik jasmani maupun
27
Zahrotun, Psikologi Perkembangan ( Tinjaun psikologi barat dan psikologi islam), (Jakarta: UIN Jakarta press, 2006), Cet. Ke-1, h. 126. 28 Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, ( Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press, 2005), Cet. Ke-1, h. 84.
37
rohani. Dan bisa mempersiapkan amal ibadah yang lebih baik lagi untuk bekal mereka di akhirat nanti. 2. Pembagian Oleh karena usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi-bagi ke dalam dua subbagian, yaitu : a) Usia Madya Dini (antara usia 40 hingga 50 tahun). Pada usia madya dini adalah bahwa usia ini merupakan masa transisi. Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja dan kemudian dewasa, demikian pula usia madya dini merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciriciri jasmani dan perilaku dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. Transisi senantiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru. Pada usia madya dini, cepat atau lambat, semua orang dewasa harus melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai perubahan jasmani dan harus menyadari bahwa pola perilaku pada usia mudanya harus diperbaiki secara radikal. b) Usia Madya Lanjut (antara usia 50 tahun sampai 60 tahun keatas). Umumnya pada masa usia madya lanjut ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Walaupun dewasa ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan
38
tersebut lebih lambat dari pada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatkan kecenderungan untuk pensiun pada usia enampuluhan sengaja ataupun tidak sengaja usia enampuluhan tahun dianggap sebagai garis batas antara usia madya dini dengan usia madya lanjut.29
29
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1998), Cet. Ke5, h. 320-321
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA
A. Sejarah Berdirinya Jakarta sebagai kota metropolitan dalam perkembangannya saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu internal dan eksternal. Di samping itu tingkat mobilitas penduduknya yang tinggi membuat jakarta berbeda dengan daerah lain. Dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi sedangkan daya dukung lingkungan sangat rendah menjadikan beban Jakarta semakin bertambah,
hal
ini
mengakibatkan
jumlah
Penyandang
Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) semakin meningkat, salah satu diantaranya adalah Lanjut Usia Terlantar. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya Panti yang khusus menampung Lanjut Usia terlantar agar dapat hidup layak dan normatif. Tahun 1994 secara bertahap Pemda DKI Jakarta membangun Panti Werdha 05 Jelambar hasil dari alih fungsi Panti Sosial 01 Jelambar yang menangani para Tuna Wisma, kemudian dengan SK Gubernur DKI Jakarta No.163 tahun 2002 nama Panti berubah menjadi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar.1 Dasar hukum : 1. UUD No.13 tahun 1998 tentang Lanjut Usia.
1
Data Dinas Bina Mental Spritual dan Kesejahteraan Sosial RPLU Jelambar, 2010.
39
40
2. Perda No.3 tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat. 3. SK Gubernur No.41 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Bina Mental Spritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta. 4. SK Gubernur No. 163 tahun 2002, tentang Organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis dilingkungan Dinas Bina Mental Spritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta.2
B. Visi, Misi, Fungsi, dan Tujuan Visi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah memberikan pembinaan dan penyantunan kepada para lanjut usia terlantar agar dapat hidup layak. Misi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah agar para lanjut usia terlantar dapat terbina dan tersantuni, sehinggga mampu melaksanakan fungsi sosialnya. Tugas Pokok Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lanjut usia terlantar. Fungsi : 1.
Mengadakan pendekatan. Motivasi dan observasi calon klien serta penerimaan.
2.
Pengungkapan dan pemahaman masalah (Assesment).
2
Data Dinas Bina Mental Spritual dan Kesejahteraan Sosial RPLU Jelambar, 2010.
41
3.
Penyusunan rencana intervensi.
4.
Intervensi, meliputi: a.
Social Treatment (penyembuhan sosial). Antara lain : penampungan, pelayanan, penyantunan, dan perawatan.
b.
Social Development ( Pengembangan sosial), antara lain: bimbingan sosial individual, kelompok maupun masyarakat dengan kegiatannya pembinaan fisik, mental, bimbingan keterampilan dan rujukan.
5.
Melakukan kegiatan pembinaan lanjut.
Tujuan Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah terbina dan tersantuninya PMKS lanjut Usia terlantar, sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya.3 Dari tujuan tersebut pihak panti berupaya bisa menjadikan lansia bisa hidup dengan baik dari yang dulunya terlantar dan bisa melaksanakan tugas-tugas dan perannya sebagai individu yang lebih baik lagi. Sasaran dan garapan 1.
PMKS lanjut usia terlantar.
2.
Rawan kondisi sosial ekonomi.
Pesyaratan 1.
Laki-laki/ Perempuan.
2.
Tidak menderita gangguan jiwa.
3.
Tidak menderita penyakit menular.
4.
Mampu mengurus diri
3
Data Dinas Bina Mental Spritual dan Kesejahteraan Sosial RPLU Jelambar, 2008.
42
Prosedur Pelayanan 1.
2.
3.
4.
Penyerahan dari kepolisian a.
Menyerahkan langsung ke sasana
b.
Surat penyerahan
Penyerahan dari Institusi Sosial ( Pemerintah/ Swasta ) a.
Surat pengantar penyerahan
b.
Laporan sosial ( Case Study ) PMKS ybs.
Penyerahan dari keluarga/ masyarakat a.
Menyerahkan langsung ke sasana
b.
Membuat surat pernyataan tertulis diatas materai yang cukup
Penyerahan dari rumah sakit a.
Menyerahkan ke sasana dengan surat Rekomendasi dari Dinas Sosial setempat.
b.
Kelengkapannya: 1) Surat penyerahan. 2) Berita acara penyerahan. 3) Case Study.
Fasilitas Pelayanan 1. Penampungan dan perawatan. 2. Pelayanan Kesehatan. 3. Usaha Kesejahteraan Sosial, Mental dan Spritual bagi lansia binaan. 4. Kegiatan Rekreatif dan Rekreasi. 5. Pembinaan lanjut.
43
Proses Pelayanan Untuk kelancaran pelaksanaan program penanganan PMKS lanjut usia di dalam Sasana, pelaksanaannya melalui tahapan sebagai berikut: 1. Pendekatan awal/intake process, terdiri dari: a. Orientasi dan Konsultasi b. Identifikasi c. Motivasi d. Seleksi 2. Penerimaan, terdiri dari: a. Registrasi b. Penelaahan dan pengungkapan masalah c. Penempatan pada program 3. Bimbingan Sosial dan Keterampilan 4. Pembinaan lanjut a. Supervisi bagi lanjut usia binaan yang telah mampu melaksanakan fungsi sosialnya. b. Bimbingan sosial (Home Visit) terhadap lanjut usia binaan yang kembali ke keluarganya/wali. Himbauan Peran Serta (Partisipasi) Masyarakat 1. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral 2. Social Action dari masyarakat sekitar berupa kunjungan sosial maupun sebagai Volenter.4
4
Data Dinas Bina Mental Spritual dan Kesejahteraan Sosial RPLU Jelambar, 2008.
44
C. Program Kerja dan kegiatan Program kerja 1. Mengembalikan kembali menjadi manusia (tidak ada gembel, orang terlantar). 2. Memberikan pembinaan-pembinaan, yang mana dengan adanya pembinaan-pembinaan maka dibentuk adanya kegiatan-kegiatan dana pembinaan-pembinaan seperti : Kegiatan 1. Pembinaan Fisik/senam kesehatan. 2. Bimbingan Islam/ mental spritual. 3. Bimbingan Keterampilan. 4. Check Kesehatan/konsultasi.5
5
2011.
Wawancara dengan Abdul Hakim ( bag. Bimbingan & Penyuluhan), Jakarta, 04 April
45
Tabel 1 Jadwal kegiatan harian warga binaan sosial RPLU6 No
Hari
Pukul
Kegiatan
1.
Senin - Minggu
03.00 – 04.00
Shalat Tahajud
2.
Senin - Minggu
04.00 – 05.00
Bangun Pagi, Mandi
3.
Senin - Minggu
05.00 – 05.30
Sholat Subuh berjamaah
4.
Rabu & Sabtu
05.00 – 06.00
Olahraga (senam) / pemeriksaan kesehatan
5.
Jum’at
06.00 – 06.45
Kebersihan
6.
Senin - Minggu
06.45 – 07.30
Minum Teh
7.
Senin - Minggu
07.30 – 08.30
Makan Pagi
8.
Senin - Minggu
08.30 – 10.00
Shalat Dhuha
9.
Selasa & Kamis
08.30 – 12.30
10.
Senin - Minggu
12.30 – 13.00
Pembinaan Agama & Sholat Dzuhur berjamaah Makan Siang
11.
Senin - Minggu
13.00 – 15.00
Tidur siang
12.
Senin - Minggu
15.00 – 15.30
Extra Fooding
13.
Senin - Minggu
15.30 – 16.00
Sholat Ashar berjamaah
14.
Senin - Minggu
16.00 – 17.00
Makan sore
15.
Senin - Minggu
17.00 – 18.00
Kegiatan Pribadi
16.
Senin - Minggu
18.00 – 18.30
17.
Senin - Minggu
18.30 – 19.30
Shalat Maghrib berjamaah dan Tadarus bersama Istirahat
18.
Senin - Minggu
19.30 – 21.30
Shalat Isya berjamaah
19.
Senin - Minggu
21.30 – 04.00
Tidur
6
Data Dinas Bina Mental Spritual dan Kesejahteraan Sosial RPLU Jelambar, 2010.
46
Tabel 2 Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Kesejahteraan Sosial WBS7 No
Jenis Kegiatan
Volume
1.
Bimbingan Mental
4 Kali
Spritual Islam
Keluaran / Hasil / Manfaat - Diharapkan WBS dapat lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Bimbingan Mental
4 Kali
Spritual Kristen
- Manfaatnya dapat mendalami ajaran Agama yang dianutnya.
3.
Bimbingan Sosial
2 Kali
Perorangan dan Kelompok
- Diharapkan WBS dapat beradaptasi dengan lingkungan selama berada didalam panti. - Manfaatnya dapat membagi perhatian sesama WBS lainnya dan hidup mandiri.
4.
Bimbingan Keterampilan
2 Kali
- Diharapkan WBS dapat mengisi waktu luangnya dan terampil dalam menyulam, membuat keset dan menjahit serta
7
Data Dinas Bina Mental Spritual dan Kesejahteraan Sosial RPLU Jelambar, 2010.
47
membuat bunga. - Manfaatnya WBS dapat menyalurkan Hobby dan bakatnya. 5.
Senam Kesegaran Jasmani
4 Kali
( SKJ )
- Diharapkan WBS dapat hidup sehat. - Manfaatnya bagi para WBS untuk kesegaran tubuh dan kebugaran tubuh.
6.
Pemeriksaan Kesehatan secara rutinitas dilaksanakan oleh tenaga Medis Puskesmas Kec. Grogol Petamburan
2 Kali
- Diharapkan kesehatan WBS dapat terkontrol dengan baik. - Manfaatnya bagi para WBS dapat terdeteksi secara dini jika ada penyakit yang dideritanya.
48
D. Struktur Organisasi Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng
Kepala Panti KkKkp Ahmad Dumyani, SE, MM
Sub bagian tata usaha Haryanto SH, Msi
Seksi Perawatan Dra. Hj. Misliati
Seksi Bimbingan & Penyaluran Dra. Basaria Ritonga
Kelompok Jabatan Fungsional
Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
49
Rumah Perlindungan lanjut Usia Jelambar Penanggung Jawab Siti Murtofingah, S.AP
Seksi Perawatan
Bag. Administrasi
Bimbingan & Penyuluhan
Suwarso
Ferry Hermawan
Abdul Hakim
Wasri Sumantri
Selamet Riyadi Rasini
WBS
Agus Romansyah
50
E. Sarana dan Prasarana 1. Ruang Kantor 2. Mushalla 3. Aula 4. Kamar tidur 5. Barak 6. Tempat terapi 7. Televisi 8. Persediaan obat-obatan 9. Peralatan keterampilan 10. Lapangan parkir.8
8
Data Dinas Bina Mental Spritual dan Kesejahteraan Sosial RPLU Jelambar, 2008.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA
A. Temuan 1. Pembimbing Pembimbing adalah seseorang yang bertugas memberikan arahan dan masukan kepada kliennya agar masalah yang ada pada klien tersebut dapat terpecahkan dan berupaya agar seseorang dengan arahan pembimbing dapat memahami dirinya dan lingkungannya. Secara akademis pembimbing harus memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas, serta mempunyai kemampuan dalam bidangnya dan dalam melayani berbagai permasalahan dari setiap kliennya. Dan dapat melayani berbagai permasalahan masyyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang di masyarakat. Dan dalam hal ini pembimbing terutama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar meliputi Penanggung Jawab, Seksi Keperawatan, Bagian Administrasi, dan Bagian Bimbingan dan Penyuluhan Islam. adapun nama-nama pembimbing yang dimaksud disini adalah Siti Murtofingah S.AP (Penanggung Jawab RPLU), Abdul Hakim (Staff bagian Bimbingan dan Penyuluhan Islam), Suwarso ( Staff bagian Seksi Keperawatan).
51
52
a. Siti Murtofingah, S.AP Beliau lahir di Kebumen tanggal 12 Juni 1967 dan lulusan Sekolah Tinggi Administrasi Mandala Indonesia, dan diangkat menjadi PNS pada tahun 1989. Beliau bergabung di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar sejak tanggal 1 desember 2010. Dan jabatan yang diduduki di RPLU Jelambar adalah sebagai Penanggung Jawab. Adapun alasan beliau dijadikan sebagai informan karena beliau adalah yang bertanggung jawab di RPLU Jelambar, dan sebagai pembimbing penulis selama melaksanakan penelitian di RPLU Jelambar. Beliau memberikan arahan kepada penulis untuk mendapatkan informasi lainnya baik mengenai data, lansia, ataupun pembimbing lain yang harus penulis ketahui. Dan beliau pun mengetahui banyak perkembangan yang ada dari adanya bimbingan islam yang diberikan pembimbing agama kepada lansia, dan sebab itu penulis juga merasa perlu adanya informasi dari beliau selaku penanggung jawab di RPLU Jelambar.1 b. Bapak Suwarso Beliau lahir di Jakarta tanggal 26 Mei 1964 dan luluan SMA/A3 Ilmu Sosial di Tanggerang. Awalnya sejak tahun 1996 beliau bertugas di Panti Sosial Bina Grahita Cacat Ganda Kalideres dan masih menjadi Pramu. Dan pada tahun 2003 beliau bergabung di RPLU Jelambar masih menjadi pramu. Dan tahun 2007 menjadi 1
2011.
Wawancara Pribadi dengan Siti Murtofingah. ( Penanggung Jawab), Jakarta, 28 Maret
53
CPNS dan baru tahun 2010 dingkat menjadi PNS. Tugas beliau di RPLU Jelambar adalah sebagai Staf Pembinaan dan Perawatan PMKS. Yang mana beliau bertugas bagi masuk dan keluarnya lansia, untuk data-data mengenai lansia beliau pulalah yang mengetahuinya dan mengurusinya. Alasan beliau dijadikan informan adalah beliau membantu penulis dalam proses pendataan baik jumlah lansia, keadaaan panti, struktur kepegawaian, serta pembinaan dan perawatan lansia lainnya.2 c.
Ustadz Abdul Hakim Beliau lahir di Jakarta tanggal 06 Agustus 1974, beliau lulusan Darul ulum Jombang. Beliau diangkat menjadi PNS sejak tahun 2007 dan sebelumnya beliau bertugas di PSTW Cengkareng. Dan tahun 2003 beliau bergabung di RPLU Jelambar. Yang mana beliau bertugas melayani dan membantu binaan sosial, dengan tugasnya di bagian bimbingan dan penyuluhan. Alasan beliau dijadikan informan karena beliau banyak membantu penulis dalam mendapatkan informasi, beliau juga merupakan pembimbing agama dan sekaligus staf di RPLU. Dan untuk bimbingan agamanya memang beliau yang membimbing baik kelompok maupun individu di RPLU serta beliau mengetahui bentuk-bentuk perkembangan yang ada bagi lansia dengan adanya bimbingan islam tersebut.3
2
Wawancara Pribadi dengan Suwarso. ( Staf Pembinaan dan Peraawatan PMKS), Jakarta, 28 Maret 2011. 3 Wawancara Pribadi dengan Abdul Hakim ( Bag. Bimbingan & Penyuluhan), Jakarta, 04 April 2011.
54
2. Terbimbing Ialah seseorang yang mendapatkan bimbingan, pengarahan dan pembinaan untuk lebih meningkatkan kualitas ibadahnya. Dan terbimbing ini perlu adanya bimbingan yang lebih dan khusus yang bisa memberikan mereka kemudahan dalam menerima arahan dari pembimbing. Disinilah peran pembimbing yang dapat memberikan bimbingan dengan cara dan metode yang tepat bagi lansia meningat lansia yang sudah tua perlu adanya metode secaaara praktik bukan teoritik lagi. Adapun terbimbing di sini ialah Bapak Shaleh, Pak Maman, dan Ibu Yuli. a. M. Shaleh ( Lansia 1) Beliau lahir di Surabaya pada tanggal 10 Mei 1943 dan sudah tiga tahun berada di RPLU Jelambar. Beliau adalah seorang kontraktor dan mempunyai istri dan 2 orang anak. Latar belakang beliau berada di RPLU karena pernyerahan masyarakat kepada panti. Beliau yang hidup serba berkecukupan memilih untuk berada di panti dibandingkan dengan hidup bersama keluarganya dengan alasan beliau ingin melatih dirinya untuk hidup mandiri dan bisa memperbanyak belajar mengenai agama dan mengamalkannya dengan baik. Karena beliau merasa masa lalunya penuh dengan kesibukan duniawi dan melupakan ibadah. “Mencari uang dan mencari uang” itu sebutan bagi beliau. Akan tetapi beliau menemukan titik kejenuhan dengan apa yang dilakukannya, untuk itulah beliau memilih untuk bisa hidup dipanti dengan teman-teman sebayanya dan bisa
55
memperdalam agamanya karena ketika sudah tua apa lagi yang dicari kecuali bisa meningkatkan amal ibadah untuk bekal diakhirat, tutur beliau.4 b. Yuli ( Lansia 2 ) Beliau seorang nenek yang kuat dan tangguh, lahir pada tanggal 17 Juli 1942. Sudah 4 tahun beliau berada di RPLU Jelambar. Beliau sebatang kara tidak mempunyai anak dan suaminya sudah meningggal. Beliau merupakan hasil penertiban dari petugas dan awalnya beliau di tangkap ketika menyapu di jalanan di depan Rumah makan. Beliau sangat bersyukur bisa berada di panti karena beliau sudah tidak punya siapa-siapa lagi dan hanya disisa-sisa hidupnya beliau bisa hidup dengan tenang, dan bisa mendapat banyak bimbingan terutama bimbingan ibadahnya. Meskipun sudah tua beliau masih bisa mengamalkan ibadah-ibadahnya dengan baik dan masih mau mengikuti bimbingan-bimbingan yang ada di panti. 5 c. Maman ( Lansia 3 ) Pak maman adalah seorang lansia yang merupakan penyerahan dari rumah sakit ke panti. Awalnya beliau kecelakaan sampai kakinya lumpuh dan karena ketidakberdayaan itu pak maman akhirnya di tempatkan di panti. Tetapi pak maman tidak ingin pulang ke rumahnya atau ke keluarganya di tasikmalaya dikarenakan faktor ekonomi yang sangat rendah. Beliau tidak mau menyusahkan istri dan anak-anaknya, dan beliau berharap dengan hidup di panti bisa lebih baik lagi. Karena menurut pembimbing pak maman memang sudah punya basic agama yang mantap 4 5
Wawancara dengan M. Shaleh ( Lansia RPLU Jelambar ), Jakarta, 04 April 2011. Wawancara dengan Yuli ( Lansia RPLU Jelambar ), Jakarta, 07 Apri 2011.
56
dan tinggal meningkatkannya, serta pembimbing berharap pak maman bisa menjadi contoh dan panutan bagi lansia-lansia yang lain.6 3. Metode Bimbingan Islam dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah. Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah. Maka
metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dan dalam hal ini bimbingan dibagi dalam tiga hal yaitu: 1. Metode Invidual Adalah salah satu cara atau teknik yang digunakan untuk mengungkapkan dan mengetahui mengenai fakta-fakta mental/kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing atau klien. Untuk itu, dalam teknik ini jalannya wawancara setiap pembimbing atau konselor melakukan pencatatan atau mungkin pula direkam agar bimbingan berjalan dengan kemudahan.7 Pembimbing mempunyai peranan penuh dalam mengarahkan sesuai dengan masalah yang dihadapi lansia ini biasanya dilakukan secara personal. Dalam metode individu ini pembimbing berusaha melakukan pendekatan yang lebih kepada lansia. Menanyakan apa yang sedang dialami dan dirasakan. Ketika seorang lansia mempunyai semangat yang besar dalam beribadah maka pembimbing memprioritaskan dirinya untuk 6
Wawancara dengan Maman ( Lansia RPLU Jelambar ), Jakarta, 07 April 2011. M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah 2008 ), h. 122 7
57
bisa dibimbing secara personal. Ataupun sebaliknya jika lansia membutuhkan bimbingan dan perlu akan adanya seorang pembimbing maka pembimbing pun membantu dalam permasalahannya itu. 2. Metode Kelompok Metode yang digunakan oleh pembimbing, selain metode individual adalah metode kelompok, dimana pembimbing mengumpulkan para lansia untuk mengikuti kegiatan bimbingan dan bersama-sama mendapatkan pelajaran dan bimbingan dari pembimbing. Yang sifatnya diskusi, ceramah, dan berbincang-bincang sambil santai. Dan biasanya dilakukan dengan teknik persuasive yaitu berupa dorongan-dorongan yang positif, bersifat santai, dan hiburan yang mendidik. Disana mereka menjadi satu dari yang pengamalan ibadahnya yang sudah mantap sampai yang baru belajar dan untuk bisa meningkatkan kualitas ibadahnya, maka bersama-sama mengikuti kegiatan bimbingan islam tersebut.8 3.
Metode Psikoanalisis Adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap peristiwa dan pengalaman kejiwaan yang pernah dialami sejak kecil. Misalnya perasaan tertekan, perasaan takut, trauma dan merasa rendah diri bila berada dalam situasi tertentu yang ada kaitannya dengan peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Bisa jadi hal ini kadang-kadang dianggap tidak rasional bagi orang lain yang ada disekitarnya, tetapi bagi diri klien mungkin menjadi masalah karena tanpa 8
wawancara pribadi dengan Abdul Hakim ( pembimbing Agama ), Jakarta, 04 April 2011. (Lampiran 2)
58
disadarinya peristiwa kejiwaan itu dapat menggangu pikirannnya atau mungkin pula bisa mempengaruhi keyakinan, sikap dan perilakunya sehari-hari.9 Metode psikoanalisis pun diterapkan pembimbing kepada WBS guna mengetahui kejiwaan yang ada pada diri lansia. Mengetahui bahwa lansia yang ada sebagian besar dari jalanan dan terlantar serta memiliki kehidupan masa lalu yang berbeda-beda. Untuk itu pembimbing pun memberikan bimbingan dengan mengetahui terlebih dahulu kejiwaan yang ada pada diri WBS. Karena di panti lansia beragam-ragam ada yang sehat, sakit-sakitan, defresi, gangguan tidur dan dengan penyakit atau gangguan yang lain. Untuk itu perlu adanya metode psikoanalisis yang diberikan kepada lansia. Dan beberapa teknik yang diterapkan pada matode individu dan kelompok adalah sebagai berikut : 1) Metode Individual Menurut Ustadz Abdul Hakim dalam metode ini biasanya dilakukan pada setiap permasalahan-permasalahan kecil yang tidak berdampak besar dengan keadaaan panti. Sehingga masih dapat ditangani oleh masingmasing pimpinan unit. Dan terlebih dahulu pembimbing melakukan
9
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah 2008 ), h. 122
59
assesment awal dalam menjalankan metode ini.10 Dan metode individual ini dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu : a. Non Direktif Teknik ini pertama kali dikembangkan oleh Carl Rogers yang dikenal dengan “Clien Centered Counseling” dan pada teknik ini yang menjadi pusat ialah terbimbing. Pembimbing hanya membantu memberikan dorongan dalam memecahkan masalah klien, dan keputusan terletak pada terbimbing. Dan dalam teknik ini mengaktifkan diri terbimbing dalam mengungkapkan dan memecahkan masalah dirinya, serta tugas pembimbing berupaya mendorong tumbuhnya tanggung jawab pada diri WBS. b. Teknik direktif Adalah salah satu teknik yang diberikan dan digunakan bagi karyawan yang mengalami kesulitan dalam memahami dan memecahkannya. Maka pengarahan yang diberikan pembimbing ialah memberikan secara lansung jawaban-jawaban terhadap faktor-faktor yang dianggap menjadi penyebab timbulnya masalah pada diri terbimbing. Namun selanjutnya, pembimbing membantu mengarahkan karyawan kepada kemungkinan atau peluang-peluang yang bisa bermanfaat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
10
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hakim ( Bag. Bimbingan & Penyuluhan), Jakarta, 04 April 2011. (Lampiran 2)
60
2) Metode Kelompok Teknik bimbingan yang digunakan melalui kegiatan bersama. Seperti kegiatan ceramah, diskusi, seminar, pelatihan, dan sebagainya. Pada bimbingan kelompok pembimbing memberikan bimbingan Islam melalui metode yang simple, praktis, dan mudah ditangkap oleh lansia, salah satunya dengan zikir. Pembimbing pun tidak mengaharuskan lansia
bisa
berzikir
yang
menurutnya
bisa
menyulitkan
lansia.
Pembimbing memberi arahan agar para WBS berzikir setiap waktu untuk mengingat Allah di mana pun dan kapan pun. Pembimbing pun tidak mengharuskan banyaknya amalan seberapa banyak dan zikir apa yang harus dipakai. Tetapi mengarahkan untuk berzikir sesuai kemampuannya. Dan pembimbing pun menerangkan dengan metode pengibaratanpengibaratan, seperti apa bentuk tubuh kita, untuk apa kita mempunyai tangan, kaki, mulut dan sebagainya itu hanya untuk beribadah kepada Allah.
Ini
merupakan
bentuk
pengibaratan
pembimbing
untuk
mempermudah lansia menangkap apa yang dijelaskan oleh pembimbing karena lansia memiliki keterbatasan fisik baik kesehatan, pendengaran, maupun daya tangkap. Adapun materi yang diberikan pembimbing dalam bimbingan kelompok adalah sebagai berikut : Dalam bimbingan islam yang diberikan pembimbing kepada lansia adalah dengan materi zikir, yang mana zikir tersebut adalah cara yang praktis, dan mudah diterapkan kepada lansia menurut pembimbing. Karena lansia itu memang sudah tua dan mereka perlu adanya bimbingan
61
yang membuat mereka tidak sulit untuk bisa mengamalkannya. Dan di mula
dengan
zikir
maka
lansia
bisa
mengamalkannya
dan
menerapkannnya untuk ibadah-ibadah yang lainnya seperti shalat, mengaji, dan sebagainya. Untuk pertama yang diterapkan pembimbing adalah bahwa kita sebagai manusia harus : 1. Mengenal diri sendiri WBS harus mengenal dirinya sendiri, untuk apa kita hidup dan diciptakan, dan akan kemana kita hidup nantinya. Pembimbing memberikan arahan kepada lansia untuk bisa mengenal dirinya sendiri terlebih dahulu. Dan pada akhirnya kita berpikir dan merenunginya. 2. Dan setelah kita bisa mengenal diri kita dan untuk apa kita, maka kita akan mengetahui bahwa kita hidup semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. 3. Dan setelah ibadah, maka pembimbing mengajarkan bagaimana caranya beribadah yang benar, bagaimana cara bersyukur kepada Allah akan nikmat yang telah diberikannya. 4. Dan ketika dia bersyukur maka timbul rasa terimakasih. 5. Dengan rasa terima kasih tersebut maka mereka dapat mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. 6. Setelah itu prioritas utama pembimbing adalah menggali wudhu apa manfaat wudhu serta setelah wudhu mereka akan mengerjakan shalat,
62
pembimbing mengutamakan ini karena menurutnya shalat itu adalah amal ibadah yang pertama kali dihisab. 7. Dan dari adanya manfaat wudhu dari niat, berkumur-kumur, membasuh wajah, tangan, kaki dan sbg. Maka akan berdampak pada adab, tata cara berbicara, akhlak, dan sopan santun.11 Lafazh-lafazh zikir yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut: 1) Basmalah, lafazh basmalah ialah:
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. 2) Hamdalah atau juga disebut Tahmid, lafazhnya ialah:
Artinya : “Segala puji bagi Allah”. 3) Takbir, lafadznya ialah :
Artinya: “Allah Maha Besar”. 4) Tahlil, lafazhnya ialah :
Artinya : “Tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah”. 5) Ta’awwuzh, lafazhnya ialah:
11
Wawancara pribadi dengan Abdul Hakim ( Pembimbing Agama ), Jakarta, 04 April 2011. ( Lampiran 2 )
63
Artinya : “Saya berlindung kepada Allah dari godaan Syaitan yang terkutuk”. 6) Istigfar, lafazhnya ialah:
Artinya: “Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung”. 7) Tasbih, lafazhnya ialah:
Artinya : “Maha Suci Allah”. 8) Hauqalah, lafazhnya ialah :
Artinya : “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah”. 9) Shalawat, lafazhnya ialah :
Artinya: “Ya Allah berikanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad dan keluarganya dan para sahabatnya semua”. 10) Membaca Ayat-ayat Al-Qur’an Di dalam melakukan zikir dengan ucapan, hati kita hendaknya selalu ingat kepada makna yang terkandung dalam ucapan-ucapan (lafazh-lafazh) yang sedang kita ucapkan itu. Oleh sebab itu kita harus mengetahui makna dari lafazh-lafazh itu.
64
Adapun dalam pelaksanaannya pada bimbingan kelompok adalah sebagai berikut :12 1. Materi bimbingan Islam Materi yang di sampaikan pembimbing adalah hal-hal yang berkaitan dengan bimbingan mental dan spritual seperti : membaca AlQur’an, Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih, akhlak dan pengetahuan lainnya. Pokok-pokok
materi
yang
disampaikan
oleh
pembimbing
bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits Nabi karena kedua sumber ini merupakan pedoman hidup bagi manusia. 2. Media bimbingan Islam Media yang digunakan dalam proses bimbingan ini adalah ayatayat Al-Qur’an Hadits Nabi dan pengetahuan umum yang berkaitan dengan pengetahuan agama. Dan didukung dengan adanya tempat yang nyaman untuk dilaksanakannya bimbingan, adanya pengeras suasa, microfont, dan alat-alat bantu lainnya. 3. Waktu bimbingan Islam Pelaksanaan bimbingan Islam di Rumah Perlindungan lanjut Usia Jelambar dilaksanakan setiap hari selasa dan kamis pukul 09.00-10.30 WIB. Ini merupakan bimbingan islam yang dilaksanakan secara kelompok atau bersama-sama. Sedangkan untuk bimbingan secara personal tidak dijadwalkan dan sesuai dengan kondisi yang ada. 12
Wawancara Pribadi dengan Siti Murtofingah dan Abdul Hakim, Jakarta, 28 Maret 2011. (Lampiran 1 dan 2 )
65
4. Tempat bimbingan Islam Tempat merupakan komponen yang paling mendasar dari suatu aktivitas atau kegiatan bimbingan dan pembinaan. Adapun tempat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan bimbingan islam di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar yaitu di Aula. Dan untuk bimbingan secara personal tergantung dengan kondisi dan situasi bisa di kamar, mushalla, kantor, ataupun tempat-tempat lainnya yang membuat lansia bisa merasa nyaman ketika melaksanakan bimbingan.
B. Analisis Metode Bimbingan Islam Bagi Lansia dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, metode bimbingan islam yang dilakukan pembimbing di RPLU ini, menggunakan tiga metode yaitu metode secara individual, kelompok, dan psikoanalisis yang didalamnya terdapat teknik direktif, non-direktif, dan zikir yang diterapkan dalam bimbingan kelompok. 1. Metode Individu Yang mana metode individu ini dilakukan pembimbing dengan cara mendekatkan diri kepada lansia dan mewawancarai lansia, yang mana penulis mewawancarai 3 orang lansia yaitu Bapak Shaleh, Ibu Yuli, dan Bapak Maman. Sehingga penulis mengetahui permasalahan apa yang lansia alami, pembimbing mewawancarai lansia dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dengan kesopan santunan.
66
Sehingga dengan adanya metode ini pembimbing akan mengetahui sejauh mana kualitas ibadah lansia. Apakah ibadahnya meningkat atau justru menurun dengan adanya bimbingan Islam. Ternyata bimbingan individu sangat efektif bagi lansia mengingat lansia yang sudah tua dan perlu bimbingan secara intensif dan khusus dengan cara-cara yang mudah dimengerti oleh mereka. Hal ini dapat terlihat dari WBS di panti yaitu Bapak Shaleh yang mengalami peningkatan atas kualitas Ibadahnya. Bapak shaleh mesara sangat bahagia dan bersyukur bisa berada di panti karena menurutnya ia bisa meningkatkan ibadahnya dari bimbingan Islam yang sering ia ikuti di Panti oleh bimbingan dari Ustadz. Menurutnya banyak yang perlu ia pelajari lagi dan perlu ditingkatkan karena mengetahui umurnya yang sudah tua dan sering sakit-sakitan. Maka perlu motivasi dan semangat yang lebih kepadanya untuk bisa meningkatkan kualitas amal Ibadahnya menjadi lebih baik lagi. Pak Shaleh yang memiliki latar belakang yang jauh dari ibadah, bahkan terlalu sibuk dengan urusan dunia kini bisa bersyukur karena keberadaannya di panti memebuat ia jauh lebih baik dari sebelumnya.13 2. Metode Kelompok Dan dengan adanya metode kelompok pun, maka pembimbing berusaha bisa menyatukan para lansia untuk berkumpul bersama, 13
Wawancara dengan M. Shaleh ( Lansia RPLU Jelambar ), Jakarta, 04 April 2011. (lampiran 4)
67
beribadah bersama, bisa bersosialisasi dengan baik. Bergaul dengan teman, bisa berdoa dan bersyukur bersama-sama. Dari metode yang diterapkan oleh pembimbing di RPLU Jelambar yaitu metode individu dan kelompok. Sesuai dengan metode Islam yang dikemukakan oleh M. Arifin dalam bukunya pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama yaitu terdapat beberapa metode bimbingan islam yang yang mana disebutkan: 1. Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan seseorang pada saat tertentu yang memerlukan bantuan. 2. Metode „group guidance‟ ( bimbingan secara kelompok ) Bilamana metode interview atau wawancara merupakan cara pemahaman tentang keadaan seseorang secara individual ( Pribadi ), maka bimbingan kelompok adalah sebaliknya, yaitu pengungkapan jiwa/batin serta pembinaanya melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar, dsb.14 Dari ke tiga WBS yaitu Bapak Shaleh, Ibu Yuli, dan Bapak Maman memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Akan tetapi dengan adanya bimbingan Islam ketiganya terlihat banyak perubahan dari kualitas Ibadahnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan bagi Bapak Maman yang Ibadahnya sudah mantap bahkan sering jadi 14
M. Arifin, Pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1994), Cet. Ke-5, h.44.
68
imam dan memimpin doa serta diharapkan Bapak Maman bisa menjadi panutan di panti bagi WBS yang lain. Bisa lebih meningkatkan kualitas ibadahnya menjadi lebih baik. Dan ketiganya pun rajin dalam kegiatan bimbingan kelompok. 3. Metode Psikoanalisis Dan terdapat pula metode-metode yang lainnya seperti psikoanalisis, metode direktif, non-direktif, serta metode RET yang dikemukakan pula oleh Prof. H. Arifin dalam bukunya pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama yang juga diterapkan di RPLU.15 Metode psikoanalisis yaitu pembimbing berupaya mendekatkan lansia dan mengetahui kondisi jiwa lansia sehingga pembimbing
mengetahui
permasalahan
memberikan
solusi
jalan
dan
keluar
lansia
dan
yang terbaik.
berupaya Metode
Psikoanalisis ini diterapkan kepada seluruh lansia yang memiliki kejiwaan yang berbeda-beda. Dan setelah itu pembimbing baru bisa menerapkan cara apa yang tepat yang dapat diberikan kepada lansia melalui bimbingan tersebut. Metode direktif dan non-direktif dilakukan sesuai dengan kondisi dan keadaan lansia. Biasanya lansia ada yang merasa malu dan tidak mau mengungkapkan permasalahannya untuk itu mereka perlu diberikan metode non-direktif yang bersifat tidak mengarahkan kepada lansia. Dan menunggu sampai lansia bisa mengeluarkan uneg-
15
Ibid
69
unegnya atau permasalahannya sendiri kepada pembimbing. Dan sebaliknya metode direktif yang berupaya mengarahkan lansia untuk bisa keluar dari permasalahan yang sedang dihadapinya. Misalnya untuk bimbingan ibadahnya bagi lansia yang sakit dan merasa kesulitan untuk shalat, maka pembimbing membimbing lansia untuk shalat, dan kalau lansia tidak bisa berwudhu maka pembimbing mengajarkan untuk bertayamum. Materi yang diberikan pembimbing kepada lansia adalah materi yang berhubungan dengan bimbingan mental dan spritual seperti : membaca Al-Qur’an, Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih, akhlak dan pengetahuan lainnya. Pokok-pokok materi yang disampaikan oleh pembimbing bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits Nabi karena kedua sumber ini merupakan pedoman hidup bagi manusia. Di dalam bimbingan Islam ini, pembimbing memberikan metode yang praktis dan mudah dimengerti oleh lansia, dikarenakan lansia itu memiliki keterbatasan dalam menangkap apa yang diberikan oleh
pembimbing,
untuk
itulah
pembimbing
mengggunakan
bimbingan zikir sebagai bimbingan utama untuk memudahkan lansia dalam melaksanakan ibadahnya. Karena zikir merupakan ibadah yang berupaya agar kita selalu ingat dengan Allah dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya dan dapat dilakukan kapan pun dan dimana pun kita berada.
Dan
dalam
bimbingan
Islam
tersebut
pembimbing
memberikan jalan yang mudah kepada lansia yaitu agar lansia ketika
70
sulit untuk menghafal doa maka pembimbing mengarahkan agar lansia setiap melakukan apapun harus diawali dengan “bismillah” dan diakhiri
dengan
“alhamdulillah”.
Pada
intiya
pembimbing
memberikan arahan yang mudah dimengerti dan dipahami oleh lansia, agar dalam pengamalannya lansia tidak merasa kesulitan, karena Allah tidak menyulitkan kita, jika kita mau dan berusaha insyaAllah kita bisa menjalaninya. Dari ketiga metode yang diterapkan kepada lansia maka dapat dikatakan pelaksanaan bimbingan Islam dalam meningkatkan Ibadah lansia sudah cukup bagus dan efektif dengan metode-metode yang digunakan oleh pembimbing, akan tetapi masih perlu untuk ditingkatkan supaya lansia dimasa tuanya memiliki kualitas ibadah yang lebih baik lagi.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian skripsi yang berjudul metode bimbingan Islam bagi lansia dalam meningkatkan kualitas ibadah di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Bimbingan Islam adalah bimbingan yang berupa arahan dan dorongan kepada seseorang dengan tujuan agar ada peningkatan dalam amal ibadah kita kepada Allah SWT, bimbingan yang dilakukan kepada lansia memang berbeda dengan bimbingan yang diberikan kepada orang-orang yang masih muda, mengetahui karena sudah tua perlu ada metode khusus dan mudah yang dapat diterapkan kepada lansia dan dalam Pelaksanaannya bimbingan Islam dalam meningkatkan kualitas ibadah lansia RPLU Jelambar, merupakan bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing agama yaitu Ustadz Abdul Hakim yang juga merupakan STAF RPLU di bidang bimbingan dan penyuluhan Islam. bimbingan dilaksanakan di Ruang Aula setiap hari selasa dan kamis yang merupakan bimbingan secara kelompok. Materi yang disampaikan bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits dan pengetahuan-pengetahuan umum laninnya. Seperti shalat, zikir, mengaji, dll. 2. Metode yang di gunakan dalam bimbingan ini adalah metode bimbingan individu, kelompok, dan psikoanalisis yang mana pada metode individu,
71
72
pembimbing memberikan bimbingan secara personal dan perlu adanya pendekatan secara khusus, lansia perlu diwawancarai dan dilakukan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh lansia. Dan metode yang kedua
adalah
bimbingan
kelompok,
yang
mana
pembimbing
mengumpulkan lansia bersama-sama, berzikir bersama, belajar bersama, agar para lansia meskipun sudah tua bisa bersosialisasi dengan baik di lingkunganya. Dan dilakukan dengan cara yang mudah pula yang dapat dimengerti oleh lansia. Serta psikoanalisis yang juga diterapkan di RPLU guna mengetahui kejiwaan lansia. 3. Dan dari ketiga metode yang diterapkan kepada lansia sudah banyak berdampak baik dan berjalan dengan lancar. Dari metode-etode tersebut sudah mewakili bahwa metode tersebut tepat dilakukan untuk lansia B. Saran Dari pemahaman yang penulis dapatkan, mengenai bimbingan Islam bagi lansia dalam meningkatkan kualitas ibadah di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Penanggung jawab panti dapat menambah sumber daya manusia di bidangnya masing-masing terutama di bimbingan agamanya lebih ada yang membimbing lagi. 2. Kegiatannya lebih terprogram lagi, agar lansia tidak banyak waktu kosongnya. 3. Pembimbing lebih disiplin lagi melakukan kegiatan yang ada sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
73
Lampiran 1 Pedoman pertanyaan Tanggal Interview
: 28 Maret 2011
Tempat
: Kantor
Nama
: Siti Murtofingah, S.AP
Data Demografi
: Jln. Vila Jati Rasa, gang duku 4 kebantenan rt02/07 no.46 Jati Asih Bekasi
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 43 Tahun
Asal
: Kebumen
Jabatan
: Penanggung Jawab RPLU Jelambar
Gelar tertinggi
: S.AP
Pukul
: 10.35 WIB
Wawancara dengan penganggung jawab 1. Bagaimana latar belakang berdirinya RPLU ? Jawab : latar belakang, karena banyak orang terlantar di provinsi DKI Jakarta, dan dengan keadaan seperti itu maka Dinas Sosial mendirikan panti yang khusus menangani permasalahan-permasalahan bagi orang-orang terlantar yah
salah satunya adalah panti yang menangani lansia. Awalnya RPLU bernamakan PTW (Panti Tresna Werda) dan kemudian berubah menjadi STW Budi Mulia (Sasana Tresna Werdha) dan terakhir menjadi RPLU (Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar). Trus bu apa ada perbedaaan dari ke-3 nama tersebut? Jawab: iya, kalau awalnya PTW itu kan panti yang mana kalau panti itu ada pejabat strukturalnya tapi kalau untuk sekarang RPLU itu tidak ada pejabat strukturalnya hanya penanggung jawab saja. Kenapa bu namanya bisa berubah-ubah? Jawab: iya, itu sudah peraturan Gubernur No 57 2010. 2. Apa visi dan misi RPLU ini? Jawab: visinya adalah memberikan pembinaan dan penyantunan kepada para lanjut usia terlantar agar dapat hidup layak. Sedangkan misinya adalah agar para lanjut usia trelantar dapat terbina dan tersantuni, sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya. 3. Bagaimana kondisi panti ? Jawab: maksudnya kondisi apa nih? Maksudnya apakah panti ini aman dan nyaman dengan sarana dan prasarana yang ada? Jawab : oh... yah... amantentram yah sangat baguslah untuk keadaan lansia. Kalau untuk satpam atau penjaga disini memang tidak ada tapi disini sistemnya piket dari pegawaipegawai yang ada saja. Oh begitu bu, ada berapa jumlah pegawai disini bu? Jawab: ada 14 orang dan 9 orang PNS, 5 honorer.dan untuk sarana dan prasaranya disini ada mushala, aula, kantor, kamar, dsb. 4. Bagaimana pendapat Ibu dengan adanya bimbingan Islam diRPLU ini?
Jawab : Bagus sekali yah,(sambil mengangguk-angguk), sangat mendukung untuk meningkatkan amal ibadah mereka kepada ALLAH SWT. Untuk yang sehat sangat bagus sekali mereka terbimbing dengan adanya bimbingan islam tersebut. Bagi yang sakit juga bisa koq bimbingan itu dilaksanakan. Dengan pendekatan individu dari pembimbing. 5. Materi apa yang disampaikan oleh Pembimbing ? Jawab : seperti membaca Al-Qur’an, Dzikir, shalat berjamaah, dll 6. Waktu dan tempat Bimbingan kapan dan dimana bu / Jawab : pelaksanaan bimbingan Islam dilaksanakan setiap hari selasa dan kamis dan di laksanakan di Aula. 7. Jawab : kalau penghambatnya itu WBS kita itu harus diingatkan, harus kita jemput, kadang-kadang sampai kita rayu-rayu dulu baru mau ke aula buat ikut bimbingan/ngaji kata mereka. Dan faktor pendukungnya tempat yah nyaman, pengeras suara juga ada, dan ustadz/pembimbingnya juga datang tepat waktu. Yang ikut serta dalam bimbingan tersebut banyak tidak bu? Jawab: yah, cukup banyak koq. 8. Upaya apa yang belum dilakukan dalam memajukan bimbingan Islam ? Jawab : Alhamdulillah bimbingan yang ada memang sudah berjalan dengan lancar, apalagi dampaknya ada ya buat mereka. Kalau yang ingin kami lakukan ya bekerja sama, saling membantu untuk kemajuan semuanya, bukan bimbingan islamnya saja. Karena yang dari ibadahnya mereka itu seperti puasa, mereka kadang-kadang lupa kalau mereka puasa, ya kita perlu doong ingatkan mereka yah paling ga tidak harus dari pembimbing agamanya, tapi dari
pembimbing-pembimbing yang lainnya juga. Jadi bagaimana kita bersamasama saling mengingatkan. 9. Bagaimana respon lansia dari adanya bimbingan Islam tersebut? Jawab : Semangat mba, kalau sudah tau jadwal, mereka nanya: “bu hari ini ngaji yah?
TTD
( Siti Murtofingah, S.AP )
Lampiran 2 Tanggal Interview
: 04 April 2011
Tempat
: Kantor
Nama
: Abdul Hakim
Data Demografi
: Kp. Wadas rt 01/06 pegadungan kalideres
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 37 Tahun
Asal
: Jakarta
Jabatan
: Staf (bag. Bimbingan & Penyuluhan Islam)
Gelar tertinggi
:
Pukul
: 11.30
Wawancara dengan Pembimbing Agama 1. Apa yang di maksud dengan bimbingan Islam ? Jawab : bimbingan yang mengajak dan menuntun manusia agar lebih baik, agar manusia bisa hidup bahagia dunia dan akhirat. 2. Materi apa yang Bapak berikan ? Jawab : materi yang saya samapaikan adalah hal-hal yang berkaitan dengan bimbingan mental dan spritual seperti: membaca Al-Qur’an, Dzikir, kegiatan
berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih, akhlak dan pengetahuan lainnya. 3. Kapan dan dimana pelaksanaan bimbingan dilakukan ? Jawab : bimbingan dilakukan setiap hari selasa dan kamis pukul 09.00-10.00 WIB, di Aula. 4. Media yang digunakan dalam proses bimbingan apa saja pak ? Jawab : media yang digunakan dalam proses bimbingan ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an, Hadits Nabi dan pengetahuan umum yang berkaitan dengan pengetahuan agama. 5. Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan Islam ? Jawab : metodenya di sini kami lakukan 3 yaitu bimbingan secara Individu, kelompok dan metode Psikoanalisia. Yang mana untuk bimbingan individu kami melakukan assesment kepada lansia. Permasalahan apa yang sedang dialaminya mengenai ibadah mereka. Untuk bimbingan kelompoknya kami kumpulkan mereka di Aula bersama-sama mengikuti pengajian/bimbingan. Saya menekankan kepada mereka dengan materi yang mudah dimengerti yaitu dengan zikir, karena ibadah zikir itu adalah ibadah yang mudah dan praktis bisa dilakukan kapan saja dan dalam keadaan apapun. Karena lansia itu kan sudah tua butuh cara/metode yang khusus yang tidak membuat mereka merasa ribet sehingga nantinya timbul semangat pada mereka dalam menjalankan ibadahnya, akan tetapi saya juga tidak mengabaikan ibadah yang lain terutama shalat kami pun membimbing mereka.
6. Apa alasan metode tersebut digunakan ? Jawab : agar mereka mengenal Tuhan dan dirinya, agar mereka melaksanakan ibadah dalam kehidupan sehari-hari, mereka dapat mengetahui bahwa gerakgerik hidup kita itu ibadah, dapat menyederhanakan keinginan, dan agar mereka memiliki cita-cita meninggal khusnul khatimah. 7. Apakah ada pengaruhnya bagi lansia dengan metode yang diterapkan ? Jawab : ada pengaruhnya contohnya pak shaleh itu yang saya kenalkan kepada kamu, dulunya dia itu dengan agama sangat jauh, dia mengerti tetapi tidak diamalkan. Ibadahnya sering bolong-bolong karena kesibukannya itu, terlalu banyak
memikirkan
pekerjaan/dunia
sehingga
lupa
ibadah.
Tetapi
alhamdulillah dengan tinggal di sini dan dengan adanya bimbingan yang kami berikan memberikan pengaruh yang besar terhadap pak shaleh terutama dalam mengamalkan ibadahnya. 8. Apa tujuan diberikannya bimbingan Islam bagi lansia ? Jawab : seperti yang telah saya jelaskan tadi bahwa tujuan adanya bimbingan islam ini adalah agar merubah pola hidup yang tadinya tidak ada aturan menjadi ada aturan dengan metode-metode yang diterapkan, dan kemudian agar mengangkat derajatnya lagi sebagai manusia. Dan berupaya mereka dapat mengamalkan ibadah mereka dengan baik dan benar dan kami berharap mereka memiliki cita-cita meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. 9. Apa hambatan-hambatan dari pelaksanaan metode bimbingan Islam tersebut ? Jawab : kalau untuk hambatan yah palingan hanya dari segi fisik saja yah, karena lansia sering sakit kemudian mereka tidak dapat mengikuti bimbingan,
daya tubuhnya juga sudah mulai menurun, daya pikir, tangkap, dan dengar. Jadi kita harus sabar dan perlu adanya metode yang khusus kepada lansia. 10. Bisa Bapak jelaskan, materi yang bapak sampaikan kepada lansia ketika melaksanakan bimbingan ? Jawab : pertama lansia harus mengenal dirinya terlebih dahulu untuk apa ia hidup dan kewajiban-kewajuban apa yang harus dijalankan sebagai manusia di muka bumi ini, setelah itu mereka harus bisa mengenal dirinya dan untuk apa mereka hidup yaitu mereka hidup hanya untuk beribadah kepada Allah. sehingga timbul rasa syukur didalam dirinya maka mereka bersyukur. Baru saya gali wudhu mereka karena wudhu sangat penting, sehingga dari wudhu banyak manfaat yang mereka dapat dan berdampak kepada adab dan akhlak mereka sehari-hari.
TTD
( Ustadz Abdul Hakim )
Lampiran 3 Tanggal Interview
: 28 Maret 2011
Tempat
: Kantor
Nama
: Suwarso
Data Demografi
: Jln. Hanila 1 no.21 rt 01/07 no.2 Tanggerang
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 47 Tahun
Asal
: Jakarta
Jabatan
: Staf (bag. Pembinaan & Perawatan PMKS)
Gelar tertinggi
: A3 Ilmu sosial
Pukul
: 13.30 WIB
Wawancara dengan Staf RPLU Jelambar 1. Berapa banyak Lansia yang berapa di RPLU Jelambar ? Jawab
: di sini kapasitas daya tampungnya 72 0rang, akan tetapi disini
overloud mba, sampai 96 orang untuk bulan ini, dan itu akan bertambah untuk setiap bulannya. 2. Bagaimana prosedur untuk bisa masuk ke panti ini pak ? Jawab : di sini lansia yang kebanyakan adalah lansia terlantar yang merupakan penertipan dari satpol-pp, sebelum di tempatkan disini, mereka di tempatkan di
kedoya terlebih dahulu, setelah diklasifikasikan untuk mereka yang lansia terlantar masuk lah ke panti lansia seperti RPLU Jelambar ini, selain itu pun mereka ada yang penyerahan dari keluarga atau masyarakat dan ada pula yang merupakan penyerahan dari rumah sakit. Setelah masuk kesini mereka di Identifikasi
terlebih
dahulu,
dan
memasuki
tahap-tahap
berikutnya,
sebagaimana dijelaskan pula dalam buku panduan RPLU Jelambar. 3. Kegiatan apa saja yang ada di RPLU Jelambar ini ? Jawab : kegiatan di sini meliputi kegiatan fisik seperti senam dan olahraga bersama, bimbingan keterampilan seperti membuat bunga, keset, bimbingan rohani Islam dan Check kesehatan. 4. Bagaimana dengan Bimbingan dan kegiatan yang diterapkan di sini ? Jawab : Alhamdulillah lancar, karena memang sudah terjadwal WBS semangat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada, dari pada mereka bengong dan waktu luangnya sia-sia. 5. Bagaimana dengan Bimbingan Islam yang ada di RPLU Jelambar ? Jawab : sangat mendukung untuk meningkatkan kualitas dan pengamalan ibadah lansia, dan perlu adanya bimbingan kepada mereka secara khusus. 6. Apa dampak yang ada dari kegiatan bimbingan Islam yang diterapkan ? Jawab : kalau yang saya amati memang berdampak besar sekali, jika tidak ada bimbingan islam maka hidup mereka tidak terarah apalagi lansia sudah tua, daya tahan tubuhnya juga sudah berkurang, jadi perlu adanya bimbingan yang khusus kepada mereka.
7. Bagaimana dengan pengamalan ibadah lansianya pak ? Jawab : sudah cukup bagus, ada yanag sudah mantap, dan ada juga yang perlu bimbingan khusus sehingga mereka lebih bisa mengamalkannya lebih mudah, jadi yah..... tugas kami semua selaku pembimbing disini.
TTD
( Suwarso )
Lampiran 4 Nama
: M. Shaleh
Hari/Tanggal : Senin, 04 April 2011 Pukul
: 13.11
Interviewer
: Nur Aprianti
Wawancara dengan Lansia 1. Bagaimana menurut bapak mengenai metode bimbingan Islam ? Jawab : alhamdulillah bimbingan yang ada disini membuat saya banyak belajar tentang agama, mulai dari shalat, mengaji, zikir, puasa. Karena dulunya saya jauh dari agama sering meninggalkan shalat karena urusan dunia. Cari uang, cari uang lagi. 2. Metode apa yang diterapkan di RPLU ? Jawab : metode individu dan kelompok mba, alhamdulillah cukup mengena, cukup terguga saya dengan bimbingan yang ada. Metode ibadah juga diterapkan disini, saya diajarkan cara-cara shalat, dan mengaji yang benar. 3. Kapan dan dimana bimbingan Islam dilakukan? Jawab : di Aula setiap hari selasa dan kamis 4. Siapa yang melakukan bimbingan tersebut ? Jawab : Ustadz hakim.
5. Apa manfaatnya bagi bapak ? Jawab : banyak mba, alhamdulillah shalat saya jalan trus, puasa senin dan kamis saya jalankan, tapi karena sekarang sering sakit-sakit yah kadang-kadang saja. pokoknya secara rohani dan jasmani banyak manfaatnya. 6. Adakah permasalahan atau keluhan yang pernah dialami oleh bapak ? Jawab : permasalahan pada saya yah paling masa lalu saya saja yang dulunya saya hanya memikirkan kerja, kerja dan kerja sampai saya lupa ibadah. Tapi setelah saya masuk ke panti, saya banyak dapat bimbingan dan masukan terutama dari ustadz. 7. Bimbingan Islam apa saja yang sudah bapak dapatkan selama di RPLU ? Jawab : ibadah shalat, mengaji, zikir, puasa, zakat, dan banyak lagi mba. 8. Apakah dengan metode yang ada di panti, kualitas ibadah bapak meningkat ? Jawab : alhamdulillah meningkat, karena saya dulu kurang sama ibadah, jadi dengan metode yang ada banyak pengaruhnya, saya juga zikir kalau lagi ada waktu senggang, karena ustadz yang mengajarkan saya. 9. Apa faktor penghambat bagi bapak dalam bimbingan tersebut ? Jawab : paling dari fisik saja, karena saya sakit mungkin.
TTD
( Shaleh )
Lampiran 5 Nama
: Yuli
Hari/Tanggal : Senin, 04 April 2011 Pukul
: 13.34
Interviewer
: Nur Aprianti
Wawancara dengan Lansia 1. Bagaimana menurut Ibu mengenai metode bimbingan Islam ? Jawab : saya mengikutinya banyak manfaatnya, saya lebih serius lagi ibadahnya, karena sudah tua banyak-banyak ibadah saja. Bicara juga bisa lebih hati-hati lagi. 2. Metode apa yang diterapkan di RPLU ? Jawab : Individu, kejiwaan juga mba. 3. Kapan dan dimana bimbingan Islam dilakukan? Jawab : di Aula bareng-bareng hari selasa dan kamis 4. Siapa yang melakukan bimbingan tersebut ? Jawab : Ustadz Abdul hakim 5. Apa manfaatnya bagi ibu ? Jawab : lebih dari ada sudah bisa diamalkan dan motivasi buat saya. 6. Adakah permasalahan atau keluhan yang pernah dialami oleh Ibu ? Jawab : tidak ada
7. Bimbingan Islam apa saja yang sudah Ibu dapatkan selama di RPLU ? Jawab : ibadah shalat, mengaji, zikir, puasa, zakat, shalat sunah. 8. Apakah dengan metode yang diterapkan di panti, kualitas ibadah Ibu meningkat ? Jawab : yah, kalau ada waktu senggang ibu zikir, habis shalat juga zikir. 9. Apa faktor penghambat bagi Ibu dalam bimbingan tersebut ? Jawab : paling kalau lagi sakit aja.
TTD
( Yuli )
Lampiran 6 Nama
: Maman
Hari/Tanggal : Senin, 04 April 2011 Pukul
: 14.01
Interviewer
: Nur Aprianti
Wawancara dengan Lansia 1. Bagaimana menurut Bapak mengenai metode bimbingan Islam ? Jawab : bagus, ceramah, shalat, zikir, keyakinan kepada Allah itu yang diajarkan ustadz 2. Metode apa yang diterapkan di RPLU ? Jawab : individu, kelompok, dan psikoanalisis 3. Kapan dan dimana bimbingan Islam dilakukan? Jawab : di Aula hari selasa dan kamis 4. Siapa yang melakukan bimbingan tersebut ? Jawab : Ustadz Abdul hakim 5. Apa manfaatnya bagi Bapak ? Jawab : yang lupa jadi ingat lagi. 6. Adakah permasalahan atau keluhan yang pernah dialami oleh bapak ? Jawab : tidak ada 7. Bimbingan Islam apa saja yang sudah bapak dapatkan selama di RPLU ? Jawab : ibadah shalat, mengaji, zikir, puasa, zakat, shalat sunah.
8. Apakah dengan metode yang diterapkan di panti, kualitas ibadah bapak meningkat ? Jawab : yah, alhamdulillah ada peningkatannya. 9. Apa faktor penghambat bagi bapak dalam bimbingan tersebut ? Jawab : sakit saja, jadi ga bisa ke masjid, shalat di kamar.
TTD
( Maman )
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA A, Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Abyan, Amir dkk, Fiqih, Semarang: Toha Putra, 1994. Ahmadi, Abu dan Noor Salimi, Dasar-dasar Penndidikan Agama Islam, Jakarta : Grafika Offset, 2004. Akhmadi, Permasalahan Lanjut Usia, http:///G:/326-permasalahan-lanjut-usialansia.html, di akses pada tanggal 01 Mei 20011. Alfat, Masan, Aqidah Akhlak, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1997. Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998. Al- Maududi, Abul A’la, Prinsip-prinsip Islam, Bandung: PT. Alma’arif,1988. Arifin, M, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1994. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Bulan Bintang, 2003), Cet. Ke-9, h.11. Ash Shiddieqy, T.M. Hasbi, Kuliah Ibadah, Jakarta: Bulan bintang, 1987. Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Data Dinas Bina Mental Spritual dan Kesejahteraan Sosial RPLU Jelambar, 2010. Data Dinas Bina Mental Spritual dan Kesejahteraan Sosial RPLU Jelambar, 2008. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, 2003. Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, edisi ke. 3. Jakarta : Balai Pustaka, 2002. Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, Bandung: CV ILMU, 1975. Hurlock, Elizabeth B, Psikilogi Perkembangan, Jakarta : Erlangga, 1998. Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
73
74
Lutfi, M, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta:Uin Syarif Hidayatullah, 2008. Maleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rasta Karya, 2000. Marbun, B. N, Kamus Manajemen, Jakarta : Pustaka Harapan, 2005. Mu’awanah, Elfi, Bimbingan dan Konseling islami (di sekolah dasar). Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. ke-1. Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Prayitno, dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. Ke-1. Rochmah, Elfi Yuliani, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press, 2005, Cet. Ke-1. Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 2001. Subana, M, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung : Pustaka Setia, 2005.
Umar, M, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung : CV Pustaka Setia, 2001. Usman, Husaini, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta : Bumi Aksara, 2000. Walgito, Bimo, Bimbingan dan Koseling (studi & karier, Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2010, Cet. Ke- 3. Yazid bin Abdul Qadir Jawas, “Pengertian Ibadah dalam Islam”, http://salafiunsri.blogspot.com/2009/06/pengertian-ibadah-dalam-islam1, diakses pada 15 Juni 2011 Yulian Mirza, Makna ibadah dalam Islam, http:///G:/makna-ibadah-dalamislam.html, diakses pada tanggal 11 April 2011. Z, Zurinal, Fiqih Ibadah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008, Cet. Ke-1.
75
Zahrotun, Psikologi Perkembangan ( Tinjaun Psikologi Barat dan Psikologi Islam, Jakarta: UIN Jakarta press, 2006, Cet. Ke-1 Zahra, Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Kematangan Emotional Anak : Studi pada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Pusat. Skripsi, Ciputat; 2009.