kepada petani. Sehingga, tidak ada perembesan pupuk bersubsidi ke pasar pupuk non subsidi yang seringkali mengakibatkan kelangkaan pupuk. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2013. Produk Domestik Bruto. http://www.deptan.go.id/Indikator /tabe-13-PDB-konstan.pdf. Diakses pada 15 Januari 2014. BPTP. 2013. Program Peningkatan P2BN dan Penerapan Katam. http://jateng.litbang.deptan.go.id/i nd/index.php?option=com_conten t&view=category&layout=blog&i d=57&Itemid=157.Diakses pada 15 Januari 2014. Departemen Pertanian. 2007. Efektivitas Subsidi Pupuk. pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffil es/Anjak_2006_V_06.pdf. Diakses pada 20 Maret 2014. Handoko, Rudi dan Pandu Patriadi. 2005. Evaluasi Kebijakan Subsidi Non BBM. Kajian Ekonomi dan Keuangan (9)4:42-64. Rosmarkam, Afandie dan Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.Yogyakarta. Singarimbun, M dan Sofian Effendi. 1998. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Variabel bebas lainnya yaitu efektivitas harga pupuk Urea dan efektivitas harga pupuk NPK. Pada variabel efektivitas harga pupuk Urea nilai t-hitungnya sebesar 1,242 lebih kecil dari t-tabel, sehingga tidak ada pengaruh nyata antara efektivitas harga pupuk Urea terhadap produksi padi. Namun, pada variabel efektivitas harga pupuk NPK memiliki t-hitung lebih besar daripada t-tabel yaitu 3,990, sehingga terdapat pengaruh nyata antara efektivitas harga pupuk NPK terhadap produksi padi. Nilai koefisien regresinya sebesar 1,9401 dan bertanda negatif. Artinya jika efektivitas harga pupuk NPK naik sebesar 10% maka akan terjadi penurunan produksi padi di Kabupaten Kendal sebesar 19,401%. Jika tingkat efektivitas harga pupuk NPK melebihi 100% maka dikatakan tidak efektif. Oleh sebab itu, jika tingkat efektivitasnya naik 10% saja dan melebihi angka 100% maka yang terjadi dilapang adalah harga pupuk NPK lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET). Semakin jauh harga pupuk NPK dari HET, maka akan menurunkan daya beli petani, yang mana harga pupuk NPK itu sendiri sudah termasuk dalam kategori mahal bagi petani. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas subsidi pupuk dan pengaruh subsidi pupuk terhadap produksi padi di Kabupaten Kendal dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, kebijakan subsidi pupuk ditinjau dari dua indikator yaitu tepat harga dan tepat jumlah. Berdasarkan dua indikator tersebut
maka kebijakan subsidi pupuk di Kabupaten Kendal belum berjalan efektif dikarenakan penyaluran subsidi pupuk sampai ke tangan petani masih mengalami beberapa kekeliruan seperti harga yang tidak tepat dan penggunaan pupuk bersubsidi yang tidak sesuai anjuran pemupukan berimbang. Kedua, faktor produksi yang berupa luas lahan, penggunaan pupuk Urea, penggunaan pupuk NPK, penggunaan benih, dan efektivitas harga pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap hasil produksi padi. Sedangkan, faktor produksi lainnya yaitu penggunaan tenaga kerja dan efektivitas harga pupuk Urea tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi padi di Kabupaten Kendal. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka sebagai upaya untuk memperbaiki pelaksanaan subsidi pupuk, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut. Pertama, kebijakan subsidi pupuk perlu dikaji ulang. Nyatanya permintaan akan pupuk Urea bersifat inelastis. Maka subsidi harga tidak berpengaruh bagi petani. Pemerintah hanya perlu menjamin ketersediaan pupuk di tingkat pengecer saja, tanpa perlu mengatur harga ecerannya. Kedua, Jika subsidi pupuk masih dilanjutkan, maka perlu dilakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap penyaluran pupuk bersubsidi. Pihak-pihak terkait seperti Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3), Dinas Perdagangan, dan Dinas Pertanian setempat perlu meningkatkan pegawasan dan menjamin bahwa pupuk bersubsidi disalurkan secara benar baik dari distributor ke kios pengecer, maupun dari kios pengecer
Berdasarkan hasil analisis uji t pada Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa luas lahan mempunyai t-hitung lebih besar daripada t-tabel, sehingga terdapat pengaruh nyata antara luas lahan terhadap produksi padi pada selang kepercayaan 99%. Pada variabel luas lahan nilai koefisien regresinya sebesar 0,72662, menunjukkan setiap penambahan luas lahan sebesar 10% akan meningkatkan produksi padi sebanyak 7,2662%. Oleh sebab itu ekstensifikasi pertanian diperlukan dalam rangka meningkatkan produksi pangan, khususnya padi sebagai makanan pokok orang Indonesia. Variabel bebas berikutnya yaitu penggunaan pupuk Urea (X2). Nilai t-hitung penggunaan pupuk urea yaitu sebesar 2,854 dimana lebih besar daripada t-tabel. Sedangkan nilai koefisien regresi menunjukkan nilai sebesar 0,21149 dan bertanda negatif. Artinya jika dilakukan penambahan penggunaan pupuk Urea sebanyak 10% maka akan menurunkan produksi padi sebanyak 2,1149%. Hal ini disebabkan oleh penggunaan pupuk Urea yang berlebihan. Penggunaan pupuk yang berlebihan pada akhirnya hanya akan memberikan dampak negatif bagi tanaman yaitu tidak mampu berproduksi secara optimal. Hal ini sesuai dengan hukum deminishing increment. Variabel penggunaan pupuk NPK yang juga berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Nilai t hitung penggunaan pupuk NPK sebesar 2,277 lebih besar daripada t-tabel. Nilai koefisien regresi penggunaan pupuk NPK adalah 0,18780. Artinya jika dilakukan penambahan jumlah
pupuk NPK yang digunakan sebanyak 10% maka akan meningkatkan produksi padi di Kabupaten Kendal sebanyak 1,8780%. Hampir seluruh responden menggunakan pupuk NPK dibawah anjuran pemupukan berimbang yaitu 300 Kg/Ha. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), bila salah satu unsur hara dalam keadaan defisit, maka produksi tanaman dipengaruhi oleh unsur hara yang paling rendah harkatnya. Unsur hara yang paling rendah harkatnya disebut faktor pembatas. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan produksi padi salah satunya yaitu memperbaiki faktor pembatas itu terlebih dahulu. Variabel bebas selanjutnya yaitu penggunaan tenaga kerja. Berdasarkan hasil analisis diketahui, nilai t hitung penggunaan tenaga kerja yaitu 0,3262 lebih kecil dari t tabel, sehingga dinyatakan tidak signifikan. Umumnya tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani padi sawah adalah tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak, dan tenaga kerja mekanik. Sedangkan pada variabel penggunaan benih nilai koefisien regresinya sebesar 0,36065. Penggunaan benih ini masih berada pada tahap produksi yang rasional. Namun jika dilakukan penambahan jumlah benih maka akan memberikan hasil yang produksi yang tidak proporsional. Menurut Soekartawi (1993), jika nilai koefisiennya kurang dari 1 tetapi lebih dari 0 artinya berada pada tahapan decreasing rate. Pada awalnya penambahan benih sebanyak 10 % akan meningkatkan produksi sebanyak 3,6%, namun pada penmbahan selanjutnya akan mengalami penurunan produksi.
meski terjadi perubahan harga menjadi lebih mahal. Tabel 3. Hasil Analisis Pengaruh Harga terhadap Total Permintaan Pupuk Urea Model Variabel Ln Harga Pupuk Urea Ln Harga Pupuk NPK Ln Harga Jual Gabah Ln Luas Lahan Konstanta R2 Adj. R2 F-hit
OLS Koef. Reg. -0,73706 0,06157 0,08983 0,77709 9,5164 0,5689 0,5375 18,143
t-hit -0,6357 0,05893 0,4098 3,343*** 0,7216
Depvar Koef. Reg. t-hit 0,17639 1,678* 0,09662 1,588ns 0,9432E-05 2,059** 240,56 2,901*** -541,92 -2,119
Sumber: Analisis Data Primer Keterangan: ***) = nyata pada α = 1% (2,662) **) = nyata pada α = 5% (2,001) *) = nyata pada α = 10% (1,671) Pengaruh Subsidi Pupuk terhadap Produksi Padi di Kabupaten Kendal Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan adanya penyakit heteroskedastisitas. Model Mult, Varlin, dan Stdlin dapat
memperbaiki model OLS. Model Varlin memberikan hasil terbaik dengan 5 koefisien regresi nyata. Selanjutnya model tersebut dipergunakan untuk menjelaskan model regresi.
Tabel 4. Hasil Analisis Pengaruh Efektivitas Subsidi Pupuk terhadap Produksi Padi di Kabupaten Kendal. Model Variabel Ln Luas Lahan Ln Penggunaan Pupuk Urea Ln Penggunaan Pupuk NPK Ln Penggunaan Tenaga Kerja Ln Penggunaan Benih Ln Efektivitas Harga Urea Ln Efektivitas Harga NPK Konstanta R2 Adj. R2 F-hit
OLS Koef. Reg. t-hit 1,0836 6,438*** -0,15403 -1,304 0,015044 0,1111 -0,33586 1,348 0,51991 3,500*** 0,62459 0,7390 -1,0194 1,380 16,426 3,159 0,8344 0,8121 37,428
Varlin Koef. Reg. t-hit 0,72662 7,799*** -0,21149 -2,854*** 0,18780 2,277*** -0,04900 -0,3262ns 0,36065 4,273*** -0,23004 -1,242ns -1,9401 -3,990*** 17,705 7,325
Sumber: Analisis Data Primer Keterangan: ***) = nyata pada α = 1% (2,662) **) = nyata pada α = 5% (2,001) *) = nyata pada α = 10% (1,671)
Berdasarkan Tabel 4 diatas diketahui bahwa terdapat lima variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi di
Kabupaten Kendal yaitu luas lahan, penggunaan pupuk urea, penggunaan pupuk NPK, penggunaan benih, dan efektivitas harga pupuk NPK.
penggunaan pupuk NPK. Alasannya, dikarenakan harga pupuk NPK yang lebih mahal daripada pupuk Urea. Penggunaan pupuk yang tidak sesuai anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petani akan hal tersebut, dan juga kebiasaan yang telah dijalankan sejak lama oleh petani. Efektivitas subsidi pupuk dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan persentase efektivitas tiap indikator yaitu tepat harga dan tepat jumlah. Rata-rata dari kedua indikator persentase yang tepat dan tidak tepat yaitu sebesar 9,58% dan 90,42%. Hasilnya persentase yang menyatakan tidak tepat jauh lebih besar daripada yang tepat. Bahkan tingkat ketidakefektivan subsidi pupuk ini lebih dari 90%. Ketidakefektifan ini lebih banyak disebabkan oleh ketidaktepatan jumlah pupuk bersubsidi yang digunakan dalam budidaya. Hanya 1,67% saja responden yang menggunakan pupuk sesuai dengan anjuran. Sedangkan, dari segi harga tingkat ketepatannya lebih tinggi dari tingkat ketepatan jumlah yaitu sebanyak 17,5%. Meskipun tingkat ketidaktepatan harga juga sangat tinggi yaitu 82,5%. Artinya, sebagian besar responden tidak mendapatkan pupuk bersubsidi sesuai HET. Dengan presentase ketidaktepatan mencapai 90,42% maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan penyaluran pupuk bersubsidi di Kabupaten Kendal masuk kedalam kriteria kurang efektif.
Pengaruh Efektivitas Subsidi Pupuk terhadap Produksi Padi di Kabupaten Kendal Ketersediaan pupuk teramat penting dalam pertanian untuk meningkatkan produksi hasil pertanian. Kedudukan pupuk yang penting itulah yang mendorong pemerintah untuk mengatur produksi maupun tataniaga pupuk. Oleh sebab itu, jalannya subsidi pupuk ini harus berjalan secara efektif. Efektivitas subsidi pupuk itu di tingkat usahatani itu sendiri ditentukan oleh pengaruh harga terhadap penggunaan pupuk dan pengaruh pupuk terhadap produksi padi. Pengaruh Harga terhadap Permintaan Pupuk Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan adanya penyakit heteroskedastisitas. Untuk mengatasi pelanggaran terhadap kaidah heteroskedastisitas tersebut dilakukan perbaikan dengan menggunakan regresi model yang lain. Model Depvar dan arch dapat memperbaiki model OLS. Jika dilihat dari nilai koefisien regresi diketahui bahwa harga pupuk Urea bersifat inelastis, dimana nilainya sebesar 0,17639 yang mana ˂ 1. Artinya, persentase perubahan permintaan pupuk urea lebih kecil dari persentase perubahan harga pupuk itu sendiri. Atau dengan kata lain, petani cenderung memilih untuk tidak mengurangi jumlah pupuk Urea yang digunakan meskipun terjadi kenaikan harga pupuk. Hasil analisis regresi ini sejalan dengan fakta yang diperoleh dilapang, dimana seluruh petani menyatakan tetap membeli pupuk sejumlah yang dibutuhkan
yang diterima petani adalah Rp 1.903/Kg. Artinya terdapat selisih yang lebih mahal sebesar Rp 103/Kg. Begitu pula yang terjadi pada pupuk NPK. Harga pupuk NPK sesuai HET adalah Rp 2.300/Kg, namun pada kenyataannya petani harus membayar sebesar Rp 2.493/Kg untuk mendapatkan pupuk NPK. Disana terdapat selisih sebesar Rp 193/Kg. Responden yang membeli pupuk Urea sesuai dengan HET ada 10 orang, sedangkan yang tidak sesuai HET ada 50 orang. Sebanyak 50 orang ini membeli pupuk bersubsidi dengan harga diatas harga eceran tertinggi. Artinya 83,33% petani tidak mendapatkan pupuk Urea sesuai dengan HET. Hanya 16,67% saja petani yang membayar sesuai HET untuk mendapatkan pupuk Urea. Perbedaan harga pupuk yang diterima petani ini salah satunya disebabkan oleh perbedaan tempat pembeliaan, dimana masingmasing pedagang mengambil laba yang berbeda-beda. Hal serupa juga terjadi pada pupuk jenis NPK. Terdapat 49 responden yang mendapatkan pupuk tidak sesuai HET dan hanya 11 responden saja yang sesuai HET. Jika dipersentasekan sebanyak 81,67% petani harus membayar lebih dari HET untuk mendapatkan pupuk NPK. Sisanya 18,33% adalah petani yang membayar pupuk NPK sesuai HET. Secara umum, sebanyak 82,5% petani harus membayar lebih mahal ketika membeli pupuk di kios pengecer. Sedangkan 17,5% sisanya bisa mendapatkan pupuk sesuai HET. Artinya, ditinjau dari segi harga maka penyaluran pupuk bersubsidi ini tidak efektif.
Tepat Jumlah Indikator efektivitas subsidi pupuk selanjutnya adalah tepat jumlah. Tepat jumlah yang dimaksud disini adalah penggunaan pupuk bersubsidi sesuai dengan anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi. Berdasarkan penelitian dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah (BPTP) bekerjasama dengan PT. Petrokimia Gresik pada tahun 2012 menganjurkan waktu dan dosis pemupukan yang tepat berdasarkan status hara tanah di Kabupaten Kendal. Anjuran pemupukan yang benar yaitu dosis pupuk urea sebanyak 200 Kg/Ha, pupuk NPK 300 Kg/Ha, dan Petroganik 500 Kg/Ha. Hasilnya menunjukkan seluruh responden tidak menggunakan pupuk Urea sesuai anjuran. Penggunaan pupuk Urea oleh responden berada diatas maupun dibawah anjuran. Terdapat 6 responden dengan pemupukan dibawah anjuran dan 56 responden dengan pemupukan diatas anjuran. Sedangkan, pada penggunaan pupuk NPK terdapat 2 responden yang menggunakan pupuk sesuai anjuran yaitu 300 Kg/Ha. Sisanya sebanyak 58 responden memilih menggunakan pupuk NPK tidak sesuai anjuran. Berbeda dengan penggunaan pupuk Urea, pada penggunaan pupuk NPK sebanyak 49 responden memilih menggunakan pupuk dibawaah atau lebih sedikit dari anjuran. Sedangkan, 9 responden lainnya menggunakan pupuk diatas anjuran. Fakta dilapang menunjukkan bahwa responden lebih memilih menambah penggunaan pupuk Urea dan mengurangi
Jumlah rata-rata anggota keluarga petani yaitu 3 orang, dan 2 orang diantaranya yang aktif dalam usahatani padi. Anggota keluarga yang aktif tersebut adalah ayah dan ibu. Sebagian besar anak petani memilih bekerja di sektor non pertanian, seperti menjadi buruh pabrik, TKI, maupun karyawan swasta. Biasanya tenaga kerja luar ditambahkan saat pembajakan, penanaman, dan saat panen saja. Rata-rata luas lahan garapan petani padi di Kabupaten Kendal adalah 0,72 Ha. Namun 0,72 Ha tersebut rata-rata bukan hanya sawah milik sendiri namun juga mengusahakan sawah milik orang lain, biasanya dengan sistem sakap atau bagi hasil. Kebijakan Subsidi Kabupaten Kendal
Pupuk
mengakses pupuk bersubsidi setiap saat ketika membutuhkan. Oleh sebab itu perencanaan kebutuhan pupuk yang diajukan kepada pemerintah harus sesuai dengan keadaan dilapang. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah tidak sesuai dengan rencana kebutuhan pupuk yang diajukan pada tahun 2013. Akibatnya realisasi sampai dengan bulan November 2013 mengalami kekurangan. Sehingga pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian Kabupaten Kendal mengajukan penambahan kuota pupuk bersubsidi pada bulan Desember 2013. Pengurangan alokasi pupuk bersubsidi yang dilakukan oleh Pemerintah ini bertujuan untuk melepaskan ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik secara perlahanlahan.
di
Ketersediaan pupuk di tingkat pengecer harus dikelola dengan baik. Hal ini bertujuan agar petani dapat Tabel 2. Rencana, Alokasi, dan Realisasi Pupuk Bersubsidi Tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Pupuk Urea SP-36 ZA NPK Organik
Rencana 2013 30.040 11.022 10.056 10.947 4.436
Alokasi 2013 26.550 5.020 8.000 10.295 3.975
(Ton) Realisasi Sisa s/d Nov Alokasi 26.549 1 5.103 -83 8.017 -17 10.816 -521 3.973 2
(%) Real vs Alokasi 100 102 100 105 100
Sumber: Dinas Pertanian Kab. Kendal, 2014 Penyaluran pupuk bersubsidi dikatakan efektif apabila memenuhi enam tepat (6T) yaitu tepat harga, tepat jumlah, tepat tempat, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat mutu. Namun pada penelitian ini dibatasi hanya dua tepat yaitu tepat harga dan tepat jumlah. Berikut ini efektivitas pelaksanaan subsidi pupuk di Kabupaten Kendal pada tahun 2013:
Tepat Harga Ketepatan harga dapat dilihat dari kesenjangan harga antara harga pupuk bersubsidi yang diterima oleh petani dengan harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pada pupuk urea, harga sesuai HET adalah Rp 1.800/Kg. Namun fakta dilapang menunjukkan bahwa rata-rata harga pupuk urea
Selanjutnya, persamaan regresi linear berganda juga digunakan untuk melihat pengaruh penggunaan pupuk terhadap produksi padi. Persamaan regresi tersebut yaitu sebagai berikut: LnY= 0 + 1LnX1 + 2LnX2 + 3LnX3 + 4LnX4 +5LnX5 + 6LnX6 + 7LnX7 +Ei… (2) Dimana: Y: Rata-rata Produksi Padi (Kg); X1: Luas Lahan (Ha); X2: Penggunaan Pupuk Urea (Kg); X3: Penggunaan Pupuk NPK (Kg); X4: Penggunaan Tenaga Kerja (HKO); X5: Penggunaan Benih (Kg); X6: Efektivitas Harga Pupuk Urea (%); X7: Efektivitas Harga Pupuk NPK (%); i: Dugaan parameter koefisien regresi (intersep); Ei: Simpangan atau perbedaan antara total produksi padi sesungguhnya dengan nilai dugaan untuk penggunaan pupuk dengan jumlah-i.
meningkatkan hasil produksi. Selain itu, petani yang masih tergolong dalam usia produktif diharapkan dapat menerima maupun mengadopsi adanya teknologi maupun pengetahuan baru yang berkaitan dengan budidaya padi maupun pengelolaan usahatani. Jika dilihat dari segi pendidikan, sebagian besar petani padi di Kabupaten Kendal tergolong sebagai penduduk dengan pendidikan rendah. Sebanyak 47 orang dari 60 responden hanya tamat sekolah dasar. Sedangkan petani padi dengan lulusan SMP maupun SMA berturutturut sebanyak 8 orang dan 2 orang. Petani yang dapat meneruskan pendidikan hingga SMA merupakan petani yang memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan dan secara ekonomi tergolong sebagai orang yang mampu. Latar belakang pendidikan petani akan berpengaruh terhadap kemampuan mereka dalam menyerap ilmu baru maupun menerima teknologi baru.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani adalah 54 tahun dan tergolong sebagai penduduk usia produktif. Pada rentang usia yang produktif ini, secara fisik mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam mengelola usahtani padi sehingga dapat Tabel 1. Karakteristik Petani Responden Pengguna Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Kendal No. 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Uraian Jumlah Petani Responden (orang) Rata-rata umur (th) Pendidikan a. Tidak Sekolah (orang) b. SD (orang) c. SMP (orang) d. SMA (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif di usahatani (orang) Rata-rata Luas Lahan Garapan
Sumber: Analisis Data Primer, 2014
Keterangan 60 54 3 47 8 2 3 2 0,72
subsidi pupuk ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kebijakan subsidi pupuk berdasarkan dua indikator keberhasilan subsidi pupuk di Kabupaten Kendal dan mengetahui pengaruh efektivitas kebijakan subsidi pupuk terhadap produksi padi di Kabupaten Kendal. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian ini yaitu metode deskriptif analitis dengan teknik survey. Lokasi penelitian terpilih yaitu berada di Kabupaten Kendal. Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memproporsikan penggunaan tanahnya untuk tanah sawah. Penggunaan tanah untuk sawah pada tahun 2010 sebesar 26,10% dari seluruh luas tanah yang ada. Selain itu, pada tahun 2012 diketahui produktivitas padi di Kabupaten Kendal mencapai 57,21% dan tergolong cukup tinggi, meski dengan luas panen yang menurun dari tahun sebelumnya. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Multistage Cluster Random Sampling atau pengambilan sampel gugus bertahap. Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap berdasarkan wilayah - wilayah administratif, yaitu diawali pemilihan kabupaten, kecamatan, lalu desa (Singarimbun dan Effendi, 1998). Populasi sampling pertama, terdiri dari semua kecamatan yang ada di Kabupaten Kendal. Kemudian, diambil secara acak 3 (tiga) kecamatan dan disebut sebagai sampel pertama. Kecamatan terpilih yaitu Kecamatan Rowosari, Kecamatan Cepiring, dan Kecamatan
Kaliwungu Selatan. Selanjutnya, diambil beberapa desa tiap kecamatan dan disebut sebagai sampel kedua. Desa yang terpilih adalah Desa Sendang Sikucing dari Kecamatan Rowosari, kemudian Desa Korowelangkulon dari Kecamatan Cepiring, dan terkahir Desa Protomulyo dari Kecamatan Kaliwungu Selatan. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menggunakan kerangka sampel yang berisi nama-nama petani. Sampel yang diambil sebanyak 60 petani. Data yang digunakan adalah data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pendukung. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan pencatatan. Efektivitas subsidi pupuk di tingkat usahatani ditentukan oleh dua aspek, yaitu pengaruh harga terhadap penggunaan pupuk dan pengaruh penggunaan pupuk terhadap produksi padi. Subsidi pupuk efektif bila intensitas penggunaan pupuk pada usahatani ditentukan oleh harga pupuk di tingkat petani dan intensitas penggunaan pupuk berpengaruh nyata terhadap hasil (produktivitas) usahatani (Deptan, 2007). Pada penelitian ini menggunakan regresi linear berganda yang menggambarkan pengaruh harga terhadap penggunaan pupuk urea. Persamaan regresi tersebut yaitu sebagai berikut: LnQd= 0 + 1LnP1 + 2LnP2 + 3LnP3 + 4LnX1 + ei ....(1) Dimana: Qd: Total Permintaan Pupuk Urea (Kg); P1: Harga Urea (Rp/Kg); P2: Harga NPK (Rp/Kg); P3: Harga Jual Gabah (Rp); X1: Luas Lahan (Ha).
PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mempunyai kekayaan alam yang berlimpah dan sesuai untuk budidaya pertanian. Berdasarkan data BPS (2013), kontribusi sektor pertanian bagi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 653.796,10 milliar rupiah atau 15,01% pada tahun 2013. Disamping itu, berdasarkan data BPS (2013), pada tahun 2010 sebanyak 38.699.043 jiwa membudidayakan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Melalui sektor pertanian pula kebutuhan pangan kita dapat tercukupi. Sektor pertanian memiliki kaitan yang sangat erat dengan isu ketahanan pangan. Terlebih adanya fenomena dimana pertumbuhan jumlah penduduk menuntut ketersediaan pangan yang semakin tinggi pula. Namun, satu hal yang perlu diingat juga dimana pertambahan jumlah penduduk juga menambah kebutuhan akan pemukiman. Akibatnya terjadi perebutan penggunaan lahan untuk produksi pangan dan pemukiman. Sehingga, ketersediaan lahan untuk produksi pangan semakin sempit. Bahkan dengan lahan pertanian yang tersisa menurut BPTP (2013), masih terdapat kesenjangan antara potensi hasil (Potential Yield) dengan hasil di lapangan (Actual Yield). Penyebab kesenjangan tersebut antara lain, (i) penggunaan benih unggul varietas potensi tinggi masih rendah yaitu sekitar 53%, (ii) penggunaan pupuk yang belum berimbang dan efisien, (iii) penggunaan pupuk organik belum popular, dan (iv) budidaya spesifik lokasi belum berkembang.
Kesenjangan ini sangat terlihat pada produksi padi sawah. Output yang dihasilkan masih dibawah potensial hasil dan cenderung menurun. Hasil produksi padi nasional ini tidak mampu mengimbangi kenaikan konsumsi beras nasional sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi beras per kapita. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas komoditas pangan adalah melalui penerapan teknologi budidaya secara tepat dengan penggunaan sarana produksi. Oleh karenanya untuk mendukung upaya tersebut, maka pemerintah menyalurkan bantuan input kepada petani melalui subsidi pupuk. Tujuan utama subsidi pupuk seperti yang dikutip dari Handoko dan Patriadi (2005) adalah agar harga pupuk di tingkat petani dapat tetap terjangkau oleh petani, sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas petani, dan mendukung program ketahanan pangan. kebijakan subsidi pupuk yang selama ini diterapkan telah menimbulkan beberapa masalah seperti distribusi yang tidak adil dan tidak tepat sasaran, dualisme pasar, penggunaan pupuk yang berlebihan, biaya subsidi lebih besar dari manfaat, serta menghambat pengembangan industri pupuk nasional. Disisi lain, subsidi pupuk memberi dampak positif dalam meningkatkan modal petani, mendorong adopsi teknologi, serta meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Mengingat pentingnya peranan pupuk dalam mendukung ketahanan pangan nasional, maka perlu diketahui bagaimana implementasi kebijakan
PENGARUH EFEKTIVITAS SUBSIDI PUPUK TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN KENDAL F. Candrawati Suci H., Kusnandar, Agung Wibowo Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457 e-mail:
[email protected] Telp.: +6285290322436 Abstract: This study aims to determine the effectiveness of the fertilizer subsidy policy is based on two indicators of the success of the subsidy and determine the effect of the effectiveness of the fertilizer subsidy policy on rice production in Kendal. The basic method of this study is a descriptive analysis with survey technique. The location of this study is Kendal. The sampling using multistage cluster random sampling as much as 60 samples. The data used are primary data and secondary data. The results showed that the level of effectiveness of the fertilizer subsidy in Kendal at 9,58% means that the distribution of fertilizer subsidy has not been effective. The cause of this ineffectiveness is the distribution of fertilizer subsidy to the farmers' hands are still experiencing some errors like improper prices and excessive use of subsidized fertilizer. Regression analysis showed that the land area, Urea fertilizer usage, NPK fertilizer usage, labor usage, seed usage, the effectiveness of the price of Urea, and the effectiveness of the price of NPK significantly affect the rice production jointly. Individually variable land area, Urea fertilizer usage, NPK fertilizer usage, seed usage, and effectiveness of NPK fertilizer prices significantly affect the rice production. While variable labor usage and effectiveness of Urea fertilizer prices did not significantly affect the rice production. Keyword: Fertilizer Subsidy, Effectiveness, Rice Production Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas kebijakan subsidi pupuk berdasarkan dua indikator keberhasilan subsidi pupuk dan mengetahui pengaruh efektivitas kebijakan subsidi pupuk terhadap produksi padi di Kabupaten Kendal. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan teknik survey. Lokasi penelitian ini yaitu Kabupaten Kendal. Pengambilan Sampel menggunakan metode multistage cluster random sampling sebanyak 60 sampel. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas subsidi pupuk di Kabupaten Kendal sebesar 9,58% artinya penyaluran subsidi pupuk belum berjalan efektif. Penyebab ketidakefektifan ini yaitu penyaluran subsidi pupuk sampai ke tangan petani masih mengalami beberapa kekeliruan seperti harga yang tidak tepat dan penggunaan pupuk bersubsidi yang berlebihan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa luas lahan, penggunaan pupuk Urea, penggunaan pupuk NPK, penggunaan tenaga kerja, penggunaan benih, efektivitas harga pupuk Urea, dan efektivitas harga pupuk NPK secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Secara individu variabel luas lahan, penggunaan pupuk Urea, penggunaan pupuk NPK, penggunaan benih, dan efektivitas harga pupuk Urea berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Sedangkan variabel penggunaan tenaga kerja dan efektivitas harga pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Kata Kunci: Subsidi Pupuk, Efektivitas, Produksi Padi