MESIN TEKNOLOGI TEPAT GUNA SABUT KELAPA DI UKM SUMBER REJEKI KABUPATEN KEDIRI Soeparno Djiwo1, Eko Yohanes Setyawan2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional Malang 1,2 Jl. Sigura-gura No. 2 Malang.
[email protected],
[email protected]
Abstrak Potensi alam yang dimiliki Kabupaten Kediri sangat memungkinkan untuk menjadikan masyarakatnya sejahtera dari segi finansial. Rendahnya pengetahuan masyarakat untuk mengangkat potensi alam disekitar sehingga potensi yang seharusnya dapat mendatangkan hasil yang cukup besar tapi kurang dimanfaatkan secara optimal. Contohnya melalui pemanfaatan sabut kelapa yang sekarang ini sudah ditekuni oleh masyarakat Desa Payaman Kecamatan Plemahan yang masih menggunakan proses produksi secara tradisional yang sudah turun-temurun dari para orang tua pengrajin sabut kelapa, sehingga banyak waktu yang terbuang dan hasilnya kurang maksimal untuk proses produksi ini. Tujuan dari program ini adalah memperbaiki kualitas dan kuantitas sabut kelapa dari para pengrajin di Desa Payaman, selain itu juga sebagai upaya menyelesaikan berbagai kendala yang dihadapi UKM dan pengrajin diantaranya dari segi manajemen; financial dan sumber daya manusianya. Salah satu pemanfaatan sabut kelapa yang dilakukan pada penelitian ini yakni dengan pendekatan teknologi sebagai pengganti cara tradisional dalam proses produksi. Mengingat banyaknya produk hasil pemanfaatan sabut kelapa maka kualitas dan kuantitas produk-produk dapat di tingkatkan lagi melalui pengolahan dengan teknologi tepat guna hingga menjadi kualitas ekspor. Hasil analisa menunjukkan bahwa dengan menggunakan mesin teknologi tepat guna dapat meminimalisir waktu proses produksi yang sebelumnya membutuhkan waktu dua hari sekarang menjadi satu hari. Dan adanya peningkatan kualitas produk sabut kelapa yang lebih halus serta kuantitas produk meningkat 50% dalam satu kali proses. Sehingga dengan adanya mesin teknologi tepat guna dapat meningkatkan produktivitas sabut kelapa. Dalam proses menggunakan mesin dipengaruhi oleh rpm mesin. Untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas produk yang maksimal pada rpm 400 dengan hasil sabut kelapa 82%. Kata Kunci: Produktivitas, Sabut Kelapa, Teknologi Tepat Guna. 1. PENDAHULUAN Pemanfaatan limbah berupa sabut kelapa masih terbatas karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pemanfaatan limbah yang mempunyai nilai jual tinggi, contohnya kerajinan rumah tangga yang hanya memanfaatkan serabut kelapa sebagian kecil saja, padahal kebutuhan serabut kelapa sangat tinggi contohnya sebagai tempat tidur, bantal, guling, sapu dan yang terbaru ini bisa digunakan sebagai komposit sebagai pengganti kayu, dll. Untuk aplikasi bidang teknik yang besar kita membutuhkan teknologi yang modern yang perlu banyak perubahan, keuntungan menggunakan serabut kelapa sebagai aplikasi teknik ialah bisa terurai oleh tanah sehingga tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Sabut kelapa sendiri merupakan bagian terbesar dari buah kelapa. Sabut kelapa jika diolah dengan optimal akan menghasilkan serat sabut kelapa dengan kualitas yang baik, memberikan nilai tambah dari sebuah sapu dan keset karena mempunyai daya tarik tersendiri berbahan serat alam. Karena sifat fisika dan kimia dari lignoselulosa yang dimiliki oleh sabut kelapa ini sesuai dengan kebutuhan manusia [1] (Sudarsono, dkk., 2010). Bahwa serat kelapa lebih murah dibandingkan serat lain dan ramah lingkungan [2] (Subiyanto dkk.,2003).
576
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Kulit Kelapa
Gabus (cocopeat)
Sabut Kelapa (cocofiber)
Sapu
Keset Kerajinan Lain
Media Tanam
Pupuk Kegunaan Lain
Gambar 1. Pohon Industri Kulit Kelapa di Kabupaten Kediri.
Komoditi unggulan Kabupaten Kediri, salah satunya yaitu sektor perkebunan kelapa. Limbah kelapa di Kediri secara garis besar kurang dimanfaatkan secara maksimal karena pada umumnya masyarakat masih menggunakan cara tradisional dalam pembuatanya. Contohnya pengolahan sabut kelapa di Desa Payaman Kabupaten Kediri kebanyakan digunakan sebagai sapu dan keset dengan proses secara tradisional yang hasilnya masih kurang memenuhi keinginan konsumen. Kerajian sabut kelapa itu sendiri sebenarnya sudah lama di produksi di Desa Payaman, sudah ditekuni secara turun - temurun dari orang tua para pengrajin. Dalam proses produksi langkah awal yang dilakukan yaitu kulit buah kelapa diproses dengan memisahkan antara sabut kelapa (cocofiber) dan gabus (cocopeat) yang menempel pada sabut kelapa dengan cara memukul-mukulkan besi ke kulit kelapa. Kemudian dirangkai menjadi sapu dan keset. Untuk menghasilkan produksi yang maksimal, baik dari segi kualitas maupun kuantitas maka diperlukan suatu teknologi yang dapat meningkatkan mutu ssabut kelapa.
Gambar 2. Proses Tradisional Pemisahan Sabut Kelapa (cocofiber) dengan Gabus (cocopeat).
Pengrajin sabut kelapa telah membentuk kelompok yang didirikan pada tahun 2011. Kelompok ini didirikan bertujuan untuk tempat berbagi informasi dan bisa mendapatkan bahan baku sabut kelapa setengah jadi yang sudah siap untuk di produksi menjadi sapu dan keset oleh para pengerajin. Tetapi beberapa pengrajin sabut kelapa menilai bahwa hasil sabut kelapa dari UKM Sumber Rejeki kurang sesuai bila digunakan untuk sapu, sehingga pengrajin lebih memilih mengolah sabut kelapa secara tradisional di rumah masing-masing. Penelitian ini dilakukan untuk tujuan mendapatkan mesin pengurai sabut kelapa yang modern dan teknologi tepat guna untuk menghasilkan kualitas sabut kelapa yang baik dan bisa diaplikasikan sesuai kebutuhan pengrajin.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
577
2. METODE A. Proses Produksi Sabut Kelapa. Masyarakat Desa Payaman setempat dapat membuat sapu dan keset dengan teknologi berbasis home industry. Home Industry dalam hal ini tidak perlu membutuhkan mesin-mesin dan peralatan yang canggih dalam mengolahnya. Kelayakan teknis pengolahan sabut kelapa sangat memungkinkan bila ditinjau dari kondisi produktifitas masyarakat. Kajian awal tentang program pemanfaatan sabut kelapa ini telah dilakukan dengan mensurvei kondisi aktual lapangan. Dengan adanya home industry tersebut diharapkan akan menjadi salah satu upaya meningkatkan pendapatan Desa Payaman dan meningkatkan nilai tambah sabut kelapa sampai menjadi produk bernilai tinggi akan memberikan umpan balik bagi masyarakat setempat. Seperti didaerah lain proses pengolahan dan pemanfaatan sabut kelapa sudah menggunakan teknologi yang hasilnya jauh lebih bagus dibanding dengan menggunakan cara tradisional. Oleh karena itu dengan menggunakan mesin teknologi tepat guna nantinya mampu bersaing dengan daerah lain dengan memanfatkan limbah sabut kelapa menjadi industri karpet, jok, dashboard kendaraan, kasur, bantal, dan hardboard yang tidak hanya di pasarkan dalam negeri saja tetapi mampu bersaing di pasar internasional. Karena memiliki daya tarik tersediri yaitu bahan baku yang dimanfaatkan dari serat alam yang ramah lingkungan.
Gambar 3. Perbandingan Hasil Pengolahan Sabut Tradisional dengan Berbasis Teknologi.
Mesin sabut kelapa merupakan suatu mesin yang berfungsi untuk memisahkan gabus dari serat kelapa dengan cara memutar as roll yang sudah tehubung dengan puli yang digerakkan oleh motor listrik dan di transfer oleh v-belt. Dengan bagian utama yaitu : 1. As roll yang di lengkapi jeruji sebagai penekan dan pemisah gabus yang ada di sabut kelapa. 2. Rumah mesin roll yang digunakan sebagai penutup untuk keamanan saat di jalankan. 3. Sistem transmisi dan dudukannya yang terdiri dari poros, puli, sabuk v-belt, penutup sabuk v-belt dan puli, rangka dudukan bearing dan bearing. 4. Saluran pengeluaran gabus yang digunakan menampung gabus agar tidak tercecer, bisa menumpuk di satu tempat yang sudah disediakan. 5. Rangka penyangga digunakan untuk menyangga komponen yang digunakan didalam mesin. Mesin ini menggunakan sumber tenaga penggerak berupa motor listik 3 fase dengan daya 1 hp dan tegangan yang digunakan adalah 380 volt serta mempunyai kecepatan putar poros sebesar 1425 rpm dengan transmisi pulley belt. Sedangkan untuk mengetahui putaran menggunakan alat tachometer. Dalam menentukan kualitas dan kuantitas sabut kelapa, dengan cara mevariasikan putaran kemudian mengukur kulit kelapa sebelum diproses dan sesudah diproses menggunakan timbangan. 578
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Gambar 4. Tachometer
Gambar 5. Timbangan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil mesin serabut Kelapa Mesin teknologi sabut kelapa ini menggunakan penggerak motor listrik dengan spesifikasi motor 3 phase, daya 1 hp dan putaran 1425 rpm. Penggerak ini dihubungkan dengan as roll sabut kelapa dengan penghubung v-belt dan dilengkapi dengan transmisi pully yang digerakan dengan cara manual yaitu ditekan dengan kaki. Untuk mengatur putaran as roll sabut kelapa melalui trasmisi dengan menekan transmisi kemudian lengan transmisi dikunci menggunakan baut. Penguncian transmisi ini bertujuan agar mendapatkan putaran as roll sabut kelapa yang konstan. Untuk ukuran pully yang digunakan yaitu pully motor diameter 14 cm, pully as roll sabut kelapa diameter 14 cm dan pully transmisi diameter 9 cm, sedangkan untuk v-belt menggunakan ukuran 59 inchi.
Gambar 6. Mesin serabut kelapa
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
579
Bahan baku kulit kelapa didapat dari limbah yang ada dipasar. Kemudian kulit kelapa direndam kedalam air selama 1 jam yang bertujuan agar hasil serat kelapa dapat maksimal.
Gambar 7. Bahan baku serabut kelapa kering dan basah
Gambar 8. Hasil serabut kelapa menggunakan mesin serabut kelapa
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengujian dapat dihitung hasil dan produktifitas dari alat tersebut sebagai berikut dengan menggunakan persamaan rumus : Hasil = Berat serat panjang + Serat pendek Berat bahan baku
x 100% (1)
Tabel 1. Hasil uji alat pemisah sabut kelapa
No 1 2 3
Berat sabut (kg) 1 1 1
580
Serat panjang rpm (g) 400 700 800 530 1200 440
serat pendek (g) 120 110 100
Cocopeat Hasil serat (g) (%) 120 82 180 64 220 54
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Panjang Serat (cm) 34 25 19
HASIL SERAT KELAPA (%)
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 400
800
1200
PUTARAN (RPM)
PANJANG RATA - RATA SERAT (CM)
Gambar 9. Grafik hasil uji mesin sabut kelapa 40 35 30 25 20 15 10 5 0 400
800
1200
PUTARAN (RPM) Gambar 10. Grafik putaran terhadap panjang rata – rata serat
3.2 Pembahasan Hasil Penelitian Pada dasarnya penelitian sabut kelapa ini bahan utama beratnya sama yaitu 1kg. Dengan kecepatan putaran 400 rpm, serat panjang dan pendek yang dihasilkan 82% sisanya limbah (cocopeat 28%). Untuk kecepatan putaran 800 rpm, serat panjang dan pendek yang dihasilkan 64% sisanya limbah (cocopeat) 36%. Untuk kecepatan putaran 1200 rpm, serat panjang dan pendek yang dihasilkan 54% sisanya limbah (cocopeat) 46%. Dari hasil yang didapat produktivitas yang maksimal pada putaran as roll 400 rpm, hal ini dikarenakan pada putaran rendah, penguraian serat kelapa dengan cocopeat tidak sampai merusak serat kelapa, karena serat kelapa yang bersih mudah rusak sehingga serat kelapa yang dihasil dengan panjang serat rat – rata 34 cm. Apabila as roll menggunakan putaran tinggi maka serat kelapa tersebut akan mengikuti as roll berputar sehingga lama kelamaan akan putus dan bercampur dengan cocopeat serta panjang serat yang dihasilkan pendek dengan panjang 19 cm. Kualitas yang dihasilkan oleh mesin pengurai sabut kelapa nantinya dapat diproses kembali menjadi produk sesuai dengan jenis serat. Hasil produk dari sabut kelapa sesuai dengan kualitas serat adalah sebagai berikut: A. kualitas serat panjang sedang digunakan untuk sapu B. kualitas serat panjang jelek digunakan untuk keset dan pot bunga C. kualitas serat bagus untuk tempat tidur matras, bantal dan furniture Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
581
D. kualitas cocopeat untuk media tanam pengganti tanah 4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dengan menggunakan mesin sabut kelapa dapat meningkatkan produktivitas sabut kelapa sebesar 50% dari proses produksi dengan cara tradisional. Selain itu juga dapat meminimalisir waktu pengerjaan dari 2 hari menjadi 1 hari. Untuk putaran as roll yang maksimal menggunakan putaran 400 rpm dengan hasil serat kelapa 82 % dan cocopeat 28% serta panjang serat 34 cm. DAFTAR PUSTAKA [1] Sudarsono, Rusianto, T., dan Suryadi, Y., 2010. Pembuatan Papan Partikel Berbahan Baku Sabut Kelapa Dengan Bahan Pengikat Alami (Lem Kopal). Jurnal Teknologi Akprind. [2] Subiyanto, B. dkk. 2003. Pemanfaatan Serbuk Kelapa Sebagai Bahan Penyerap Air dan Oli Berupa Panel Papan Partikel. Journal of Tropical Wood Science and Technology 1:26-34 [3] Faisal Ariff., 1987. Teknik Penjualan. Penerbit Angkasa, Bandung [4] Hani handoko.,1986. Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen. Dari Liberty, Yogyakarta [5] Haryanto, T. dan Suheryanto, D, 2004. Pemisahan Sabut Kelapa Menjadi Serat Kelapa Dengan Alat Pengolah ( Defibring Machine ) Untuk Usaha Kecil. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2004 [6] Wildan, A., Abdullah, dan Priyanto S., 2010. Studi Proses Bleaching Serat Kelapa sebagai Reinforced Fiber. Prosiding Seminar Rekayasa Kimia dan Proses, FT Undip, Semarang [7] Bahtiar, A. D. M., 2012. Aplikasi Serat Serabut Kelapa Bermatrik Sagu dan Gliserol Sebagai Pengganti Kemasan Makanan Dari Sterofoam. [Online]. From: http://www.poltek-kediri.ac.id [Acessed on 2012.] [8] Hutagalung, F. D., 2010. Perbaikan Fasilitas Kerja Pada Proses Penjalinan Untuk Meningkatkan Produktivitas di UD. Pusaka Bakti. [Online]. From: http://www. repository.usu.ac.id. [Acessed on 2010.] [9] Rustamiaji T., 2009. Mobil Terbuat dari Sabut Kelapa. [Online]. From: http://www.chemistry.org. [Acessed on 2019.]
582
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk