BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Asmat adalah suku terbesar di Irian Jaya yang terkenal dengan seni pahatan kayunya. Uniknya, ketika mereka membuat ukiran tersebut, mereka tidak membuat sketsa atau gambar kerja layaknya para seniman, namun, mereka membuatnya dengan cara berkomunikasi dengan arwah leluhurnya. Seni pahat yang mereka hasilkan, dibuat untuk menghormati para leluhurnya yang telah tiada. Mereka percaya jika daerah mereka terkena musibah, hal itu disebabkan karena arwah leluhur mereka yang marah, oleh karena itu, mereka membuat pahatan untuk dipersembahkan pada leluhur mereka sehingga tidak marah sehingga menurunkan musibah bagi mereka. Masih banyak masyarakat Jakarta yang menganggap gaya hidup suku Asmat sangat primitif, hal ini disebabkan karena mereka sangat bergantung pada alam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun, inilah yang menarik dari suku Asmat, di tengah kemajuan teknologi yang modern ini, mereka tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam kehidupan mereka, dengan tidak memusuhi unsur modernitas yang ada. Mereka tetap membuka diri dengan komunitas sekitar mereka, mereka ingin kebudayaan mereka dikenal dunia, namun mereka tetap kukuh memegang adat-istiadat yang melatari seluruh kehidupan mereka. Di tengah segala keterbatasan dalam kehidupan mereka, ironisnya karya seni pahat mereka dinilai berseni tinggi di mata internasional.
1
Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka .1 Dalam membuat suatu Museum Asmat yang dapat menarik perhatian masyarakat, tentu saja ada beberapa aspek yang harus diperhatikan seperti kesesuaian citra Suku Asmat dengan desain interior bangunan, sirkulasi agar tidak terjadi kepadatan pengunjung, maupun menarik minat pengunjung dengan penataan display yang informatif agar pengunjung tertarik dan ingin mengetahui lebih banyak tentang suku ini. Satu hal yang tidak kalah penting adalah kenyamanan pengunjung ketika berada dalam bangunan tersebut, sehingga pengunjung dapat memperoleh informasi dan pengetahuan dalam suasana yang mendukung. Selain memberikan fasilitas yang memadai untuk sebuah Museum Asmat, menciptakan citra ruang yang sesuai dengan tuntutan masing – masing ruang dengan mempertimbangkan aspek pengguna dan aspek teknis juga tidak kalah pentingnya. Serta Museum Asmat ini harus dapat memberikan kepuasan kepada pemakainya baik itu pihak pengunjung dan pengelola. Maka dengan sendirinya Museum Asmat ini akan mengangkat kebudayaan Suku Asmat yang belum dikenal oleh masyarakat banyak.2
1
Homepage Online. Available from http://www.sinarharapan.co.id/berita/0404/22/nas07.html; internet accessed 10 Oktober 2011 2
“Museum Indonesia”. Homepage Online. Available from
http://www.museumindonesia.net/index.php?option=com_content&task=view&i=2&Itemid=1; internet accessed 10 Oktober 2011.
2
1.2 Rumusan Masalah Ada beberapa permasalahan umum yang dapat di angkat dalam Museum Asmat
Masyarakat Indonesia kurang tertarik dan kurang menghargai terhadap kebudayaan Asmat dan museum itu sendiri, sehingga Museum Asmat kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat.
Kesulitan untuk menemukan strategi penyampaian yang informatif kepada pengunjung mulai dari awal sejarah hingga benda – benda hasil kebudayaan Suku Asmat.
Tidak ada wadah yang dilengkapi fasilitas, lokasi, dan signifikansi yang memadai untuk mewakili kebudayaan Suku Asmat sebagai hasil kebudayaan Indonesia.
Kurangnya lembaga yang mampu untuk menjaga, memelihara, dan melestarikan kebudayaan Indonesia yang sangat beragam salah satunya yaitu kebudayaan Suku Asmat.
Selain permasalahan umum ada juga permasalahan khusus yang ada di Museum Asmat
Bagaimana merancang suatu solusi ruang yang optimal untuk sebuah Museum Asmat, menggabungkan fasilitas – fasilitas yang mendukung kegiatan dan aktifitas pengunjung yang memenuhi semua tuntutan dari segi psikologis, keamanan dan sirkulasi pengunjung?
Bagaimana memecahkan permasalahan perencanaan ruang yang terkait dengan karakteristik kebudayaan Suku Asmat yang sangat beragam?
Bagaimana merancang desain display museum secara spesifik, yang dapat mendukung penuh kebutuhan hasil kebudayaan Suku Asmat itu sendiri?
3
Menghasilkan suatu perencanaan interior dan perencanaan ruang, yang mampu
menjawab
mengakomodasikan
kebutuhan semua
fasilitas
aktifitas
dan –
lokasi
aktifitas
terpadu
yang
memperkenalkan,
mengapresiasikan, memposisikan kebudayaan Suku Asmat dengan Baik. Mencoba mempelajari kebutuhan, kegiatan, dan peraturan peraturan di dalam museum dengan menerapkan desain yang sesuai dengan kebudayaan Suku Asmat. Sehingga menghasilkan desain museum yang yang baik, informatif dan dapat menarik minat masyarakat untuk datang ke Museum Asmat ini. Penerapan desain awal sebuah museum harus sesuai dengan kebutuhan pokok dari museum dan juga disesuaikan dengan kebudayaan Suku Asmat yang akan dipamerkan. Keseimbangan proporsi antara desain ruang dan koleksi – koleksi barang hasil kebudayaan Suku Asmat yang akan dipamerkan harus diperhatikan, sehingga akan menghasilkan suatu desain yang modern tetapi tetap ada unsur – unsur dasar kebudayaan Suku Asmat didalamnya.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dilakukan untuk :
Merencanakan interior Museum Asmat yang dapat menggabungkan konsep citra dan budaya Asmat itu sendiri
Mendapatkan informasi yang benar dalam perencanaan interior yang akan digunakan oleh penulis dalam perencanaan interior Museum Asmat
Merencanakan interior Museum Asmat yang dapat mengundang minat para pengunjung
4
1.4 Kontribusi Penelitian Penelitian ini dikontribusikan bagi beberapa bidang, antara lain : a. Di bidang seni dan budaya Dengan adanya suatu pengkajian terhadap perencanaan interior Pusat Kebudayaan Suku Asmat, masyarakat Indonesia khususnya Jakarta dan sekitarnya, memiliki kesempatan untuk mengenal dan mempelajari tentang kebudayaan Asmat. Hal ini dilakukan dengan cara mengunjungi pameran maupun kegiatan seni lainnya yang diselenggarakan secara berkala. Setelah mereka mengenal Budaya Asmat ini, diharapkan mereka akan terpacu untuk melestarikan dan menjaga salah satu kekayaan budaya bangsa ini. b. Di bidang ilmu pengetahuan Dengan adanya suatu pengkajian terhadap perencanaan interior Pusat Kebudayaan Suku Asmat, dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat akan perkembangan peradaban suku Asmat, mulai dari masyarakat primitif, lalu mengembangkan dirinya dengan membuka diri terhadap kebudayaan luar, sehingga peradaban mereka pun sekarang lebih maju. Selain itu kita juga dapat belajar bahwa dengan peradaban yang primitif tersebut, mereka tetap dapat menghasilkan suatu hasil karya yang membanggakan Indonesia di mata dunia. Dari sinilah masyarakat dapat dibuka dan diperluas wawasannya mengenai teknologi dan pola pikir sederhana yang dipergunakan Suku Asmat untuk mempertahankan hidupnya sampai saat ini. Dengan demikian, Pusat Kebudayaan Suku Asmat dapat menjadi sarana tukar pikiran yang akan memperkaya wawasan masyarakat Indonesia akan situasi yang terjadi di salah satu daerah di Indonesia ( Papua ).
5
c. Bagi bagi desainer Interior yang membuat Pusat Kebudayaan Asmat, serta almamater dan adik-adik kelas adalah: Memberikan data dan kajian lebih dalam mengenai Suku Asmat yang meliputi beberapa aspek, seperti bahasa, sistem kemasyarakatan, kesenian dan budaya, peradaban, ilmu pengetahuan, tradisi, teknologi, dan kehidupan religi mereka.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian Museum Asmat yaitu meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Museum, dimulai dari sistem museum, tata cara mendirikan museum, peraturan – peraturan museum, struktur organisasi museum hingga kaidah kaidah lain yang ada di museum. Ruang lingkup dan batasan pada perencanaan interior Museum Asmat adalah : •
Ruang pamer tetap
•
Ruang serbaguna
•
Ruang diskusi
•
Kantor administrasi
•
Perpustakaan
•
Restoran / Coffee Shop
•
Community centre
•
Toko souvenir
•
Ruang kuratorial
•
Gudang penyimpanan
6
1.6 Kerangka Pikir Perancangan Interior Museum Asmat
Pendalaman Tentang Suku Asmat
Fungsi Museum
Sejarah
Mengumpulkan Benda – Benda Peninggalan
Budaya
Memamerkan benda koleksi dan memasyarakatkan
Koleksi
Pusat penyaluran ilmu untuk umum
Penerapan Kepada Elemen Interior Museum
Permasalahan Interior
Khusus
Umum
Ambience
Sirkulasi
Pencahayaan
Hangat Nyaman Senang Tenang
Memaksimalk an ruang yang tersedia
Indirect Lighting Warm Light Spot Light Pencahayaan alami di site
Kenyamanan antar pengunjung terjaga
Meningkatkan mutu dan kenyamanan museum 3 Element Interior
Lantai Dinding Plafon
Bentuk Warna Pola Tekstur Material Proporsi
7
1.7 Rencana Jadwal Kerja
8
1.8 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan Menjabarkan latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, dan metodemetode perancangan yang akan digunakan.
BAB II Tinjauan Umum Menjabarkan teori-teori mengenai judul, dapat berupa sejarah agama Buddha, ajaran-ajarannya, dan elemen teori mengenai Buddha lainnya.
BAB III Tinjauan Khusus Menjabarkan tentang studi lebih lanjut dari apa yang akan dibuat. Mulai dari fungsi, program ruang, program aktifitas, dan penjabaran struktur organisasi.
BAB IV Analisis Masalah Menjabarkan permasalahan yang muncul, dan pendekatan pemecahan masalah secara rinci.
BAB V Konsep Perencanaan dan Penerapan Menjabarkan
mengenai
konsep
yang
melatarbelakangi
dibuatnya
perencanaan interior, dan pengaplikasiannya.
BAB VI Kesimpulan & Saran Menjabarkan kesimpulan & saran bagaimana selanjutnya TA yang dibuat dapat dikembangkan ke arah yang lebih baik.
9
Daftar Pustaka Menjabarkan daftar sumber-sumber data yang diperoleh sebagai bukti keaslian Tugas Akhir.
Lampiran
1.9 Metode dan Prosedur Penelitian
Metode Analisis Data diambil dari berbagai buku, website, majalah, tabloid, dan surat kabar mengenai museum asmat yang sudah ada serta arti dari museum dan asmat itu sendiri.
Data Lapangan Menggunjungi dan menggulas secara tuntas tentang berbagai aspek dalam sebuah Museum baik dalam negeri maupun luar negeri. Survei lapangan dilakukan dalam bentuk : a.
Observasi atau pengamatan detail – detail khusus dengan ornament dekoratif pada bagunan.
b.
Dokumentasi atau pengambilan foto detail – detail khusus dan ornamen.
c.
Dialog singkat dengan pemilik dan karyawan dari sebuah wine house tersebut.
Wawancara Proses tanya jawab ini dilakukan dengan masyarakat yang gemar mengunjungi museum untuk memperoleh data dalam hal : 10
a.
Museum yang ada di luar negeri
b.
Museumyang ada di Indonesia
Konsultasi dengan Pembimbing Tugas Akhir Dimaksudkan untuk memperoleh bimbingan dan arahan dalam penetapan konsep, pembuatan layout, potongan, detail dan mendapat arahan dalam melakukan presentasi.
1.10 Pendekatan Pemecahan Masalah Pendekatan pemecahan masalah yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan multi pendekatan desain yang berarti usaha menuju optimalisasi desain dengan menerapkan beberapa pendekatan desain dalam suatu perancangan. Pendekatan yang dimaksud diantaranya adalah dengan berorientasi pada penguasaan material dan teknologi, psikologi dan perilaku, keseimbangan lingkungan, serta harmonisasi gaya hidup. Optimalisasi desain tersebut diharapkan mewujud dalam menjawab berbagai permasalahan desain.
11