TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Menurut Sharma (1993), tembakau dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio
: Spermatophyta
Sub division : Angiospermae Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Personatae
Famili
: Solananacea
Genus
: Nicotiana
Spesies
: Nicotiana tabaccum. L. Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas
pada tanah yang subur terkadang dapat tumbuh sepanjang 7,5 cm. Selain akar tunggang terdapat bulu-bulu akar dan akar serabut. Akar tanaman tembakau kurang tahan terhadap air yang berlebihan karena dapat mengganggu pertumbuhan akar bahkan tanaman dapat mati (Matnawi, 1997). Batang tanaman tembakau berbentuk agak bulat, batangnya agak lunak tetapi kuat. Makin ke ujung semakin kecil, ruas-ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun. Batang tanaman tidak bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun juga ditumbuhi tunas yang disebut tunas ketiak daun. Diameter batang sekitar 5 cm (Cahyono, 1998). Daun tembakau berbentuk lonjong atau bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya berbulat runcing, sedangkan berbentuk bulat ujungnya berbentuk tumpul. Daun memiliki tulang-tulang
Universitas Sumatera Utara
menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Ketebalan daun yang berbeda-beda, tergantung varietas budidaya. Daun tumbuh berselang-seling mengelilingi batang tanaman. Daun memiliki mulut daun yang terletak merata. Jumlah daun dalam satu tanaman 28 – 32 helai (Cahyono, 1998). Buah tembakau berbentuk lonjong dan berukuran yang kecil, didalamnya banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi 12000 butir biji. Tiap-tiap batang tembakau dapat menghasilkan rata-rata 25 gram biji. Kira-kira 3 minggu sesudah pembuahan, buah tembakau telah jadi masak, biji dari buah tembakau yang baru dipungut kadang-kadang belum dapat berkecambah bila disemaikan, sehingga biji-biji tembakau perlu mengalami masa istirahat atau dominasi kira-kira 2 – 3 minggu untuk dapat berkecambah. Untuk dapat memperoleh kecambah yang baik sekitar 95% biji yang dipetik harus sudah masak dan
telah
disimpan
dengan
baik
dengan
suhu
yang
kering
(Abdullah dan Soedarmanto, 1998). Jika diurutkan ke bawah, tembakau termasuk sub-famili Nicotianae dan genus Nicotiana. Dari sekian banyak species, yang mempunyai arti ekonomi paling tinggi diantaranya species Nicotianae tabacum dan Nicotiana rustica. Kedua species tembakau ini bisa dibedakan dari bentuk dan warna bunganya. Lebih teliti lagi, kedua spesies ini bisa dibedakan dengan menggunakan mikroskop. Walaupun keduanya dalam kedaan diploid mempunyai jumlah kromosom yang sama (48), tetapi di bawah mikroskop bentuknya mudah dibedakan. Beberapa spesies lainnya cukup dikenal baik, tetapi tidak mempunyai nilai ekonomi terlalu tinggi dan lebih banyak dikenal sebagai tanaman hias (Akehurst, 1991).
Universitas Sumatera Utara
Syarat Tumbuh Tanah Setiap jenis tembakau menghendaki jenis tanah yang berbeda, namun ada syarat khusus yang dikehendaki oleh setiap jenis tembakau. Tembakau cerutu dataran rendah seperti tembakau deli menghendaki tanah yang banyak mengandung humus.Cerutu dataran tinggi seperti besuki menghendaki tanah subur yang berasal dari gunung berasal dari gunung berapi. Tembakau Deli banyak di tanam pada tanah yang berwarna hitam berdebu dengan kandungan humus 16% dan pH 5-5,6. Ada juga yang ditanam pada tanah-tanah sendimenter dan
tanah
alluvial
yang
endapannya
mengandung
bahan
drastis
(Tim Penulis, 1993). Sifat fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah adalah liat berpasir dengan kandungan pasir 50% dengan tekstur debu. Struktur tanah yang baik untuk budidaya tembakau adalah gembur. Karena tanah yang demikian itu memudah pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman, meningkatkan peredaran udara di dalam tanah sehingga dapat mencegah menggenangnya air (Matnawi, 1997). Setiap jenis tembakau memiliki mutu yang khas dan menghendaki ketinggian tempat penanaman yang berbeda-beda. Jenis tembakau cerutu menghendaki daun yang tipis dan elastis. Daerah-daerah yang cocok untuk penanaman tembakau cerutu adalah daerah rendah. Misalnya, daerah Klaten dengan ketinggian tempat 120-300 m dpl., daerah Deli dengan ketinggian tempat 120-200 m dpl (Tim Penulis, 1993). Iklim
Universitas Sumatera Utara
Keadaan temperatur dan kelembapan udara berbeda-beda sesuai dengan jenis tanaman tembakau. Tembakau dataran tinggi memerlukan temperatur udara yang rendah. Tembakau dataran rendah memerlukan temperatur yang tinggi namun temperatur yang cocok untuk pertumbuhan tembakau pada umumnya berkisar antara 21-32,30C (Cahyono, 1998). Curah hujan yang dibutuhkan antara tembakau yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Masalah air berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Misalnya tembakau cerutu menghendaki curah hujan berkisar antara 1500-200 mm/tahun. Artinya untuk setiap tahunnya areal daerah tembakau harus mendapatkan siram air hujan sebanyak 1500-2000 mm. Untuk pengelolahan tembakau cerutu mulai pengolahan tanah sampai pemetikan daun yang diinginkan dibutuhkan 4 bulan kering. Jenis tembakau cerutu biasanya dipetik pada waktu musim hujan sedang pengolahan tanah dan penanamannya di usahakan pada waktu musim kemarau (Matnawi, 1997). Suhu optimal yang dikehendaki
adalah
270 C atau berkisar antara
220C-330C. Kelembaban udara baik untuk di ketahui guna memperhitungkan saat merajalelanya perkembangan cendawan seperti penyakit patik. Kelembaban udara yang baik berkisar antara 62-85% (Matnawi, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Penyakit Busuk Batang pada Tembakau (Pythium spp.) Biologi Penyakit Menurut Erwin (2000) penyakit rebah semai atau hangus batang (busuk batang) pada tembakau disebabkan oleh jamur Pythium spp. Jamur ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisio
: Mycota
Subdivisio
: Eumycotina
Kelas
: Phycomycetes
Ordo
: Peronosporales
Family
: Pythiaceae
Genus
: Pythium
Spesies
: Pythium spp. Jamur Pythium spp. Mempunyai miselium kasar, lebarnya kadang-kadang
sampai 7 µm. Selain membentuk sporangium yang biasa, (berbentuk bulat atau lonjong), jamur juga membentuk sporangium yang bentuknya tidak teratur seperti batang atau bercabang-cabang, yang dipisahkan dari ujung hifa. Bagian ini sering disebut presporangium dan ukurannya 800 x 20 µm, sedangkan Oospora memiliki dinding yang agak tebal dan halus, diameter 17-19 µm. Hifa Pythium spp. adalah hialin, tidak bersepta dan umumnya memiliki lebar 4-6 µm. Pada agar kentang jamur membentuk banyak klamidospora bulat yang berukuran 21-39 µm (Semangun, 2000). Untuk lebih jelasnya, gambar Pythium spp. dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Bentuk klamidospora pada jamur pythium spp. a.Klamidospora b.Miselium Sumber : Foto Langsung
Sporangia panjangnya bervariasi dari 50-1000 µm dan umumnya memiliki membedakan zoospore. Oorgonia berbentuk spherical dan terminal dengan diameter 22-27 µm (Erwin, 2000). Gejala Penyakit Di Deli selain di pembibitan jamur juga menyerang tanaman tembakau muda yang baru saja di pindah ke lapangan, dan menimbulkan penyakit yang disebut “batang terbakar parasite” (parasitaire Stengel verbranding, Bld.) (Semangun, 2000). Di kebun, penyakit timbul pada hari-hari pertama sesudah pemindahan. Pangkal batang berlekuk sepanjang 1-15 cm dan membusuk.Tanaman yang sakit “busuk batang” ini biasanya tidak menunjukkan gejala kelayuan yang jelas. Kulit batang sama sekali rusak dan empelur batang berlubang. Kalau batang belum berkayu tanaman akan rebab, karena batang yang terserang mudah sekali patah. Akhirnya tanaman busuk basah menjadi suatu massa berwarna gelap atau hitam (Semangun, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Akar tanaman yang terinfeksi akan berwarna coklat muda dan akan terlihat berair. Pengamatan mikroskopis dari jaringan korteks umumnya menunjukkan adanya jamur oospora dan beberapa tanaman akan mengalami penggulungan dan klorotik (Erwin, 2000).
Gejala Serangan
Gambar 2. Gejala serangan Phytium spp. Sumber : foto langsung dari tembakau BPTD PTPN II Sampali (2010)
Daur Hidup Temperatur optimum untuk Pythium spp. yang menyerang tanaman tembakau bervariasi cukup besar yaitu 24-350C, pH optimum yang diinginkan adalah
5,5.
mempunyai
Jamur beberapa jenis
ini
bersifat
tanaman
inang
polifag antara
sehingga lain
dapat lamtoro
(Leucana leucocephala), bayam (Amaranthus sp.), kucingan (Mimosa pudica), kerokot (Portulaca oleracea) (Erwin, 2000). Pythium spp. terdapat di dalam tanah sebagai saprofit atau dalam bahanbahan lemah dan dapat bertahan untuk masa waktu tertentu tanpa adanya makanan. Sporangium akan berfungsi sebagai struktur survival jangka panjang (Erwin, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Faktor Yang Mempengaruhi Pada tanah yang mengandung air tinggi dan bibit yang rapat merupakan hal yang tidak dikehendaki untuk proses pertumbuhan yang cepat dari jaringan tembakau. Demikian halnya pH tanah antara 5,4 sampai 7,5 mendukung atau meransang untuk berkembangnya rebah semai. Di samping itu factor-faktor lain seperti bibit yang lambat tumbuh atau yang terluka oleh kadar garam tinggi dan infeksi mematoda dapat meningkatkan kerusakan pada tanaman tembakau oleh pathogen ini (Lucas et al.1985). Beberapa faktor lingkungan seperti kelembaban, aerasi, suhu, derajat keasaman tanah mempengaruhi penyebaran penyakit ini. Air dalam tanah membantu penyebaran penyakit baik langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, kebanyakan air menyebabkan kurangnya aerase, sehingga berpengaruh kurang baik terhadap tanaman tembakau, dengan akibat pertumbuhan yang lemah. Sehingga, air yang tergenang sangatlah tidak cocok dalam pertumbuhan tembakau untuk mencegah keberadaan jamur ini. Jamur Pythium ini mempunyai
toleransi
yang
cukup besar terhadap suhu antara 15-300C
(Mehrotra, 1983).
Pengendalian Beberapa
upaya
yang
dilakukan
untuk
mengendalikan penyakit
Pythium spp. sebagai berikut : 1. Untuk media pembibitan diusahakan tanah yang mudah meluluskan air, agar kelembaban tanah tidak terlalu tinggi, terutama pada musim hujan.
Universitas Sumatera Utara
2. Sanitasi,dengan membuang bibit yang sakit untuk menghindari penularan lebih lanjut, juga membuang bibit disekitar pembibitan yang sakit dengan radius 1 m atau lebih. 3. Jarak tanam bibit agar tidak terlalu rapat untuk mengurangi kelembaban di pembibitan. 4. Penyemprotan dengan fungisida terutama yang mengandung bahan aktif metalaxyl. Rekomendasi penggunaan fungisida harus diikuti dengan benar. (Erwin, 2000). Untuk mengurangi busuk batang di kebun-kebun yang selalu mendapat serangan, di Deli dianjurkan untuk menanam bibit yang agak berkayu. Bibit ditanam dalam lubang-lubang,hanya akar dan leher akar saja yang ditutup dengan tanah,karena bagian ini lebih rentan terhadap infeksi. Lubang baru diisi penuh dengan tanah lebih kurang 7 hari sesudah penanaman.Juga cara ini dilakuakan pada penyulaman tanaman yang mati (Semangun, 2000).
Bio VA-Mikoriza Mikoriza merupakan jamur yang hidup secara bersimbiosis dengan system perakaran tananaman tingkat tinggi. Walau ada juga yang bersimbiosis dengan rizoid (akar semu) jamur. Mikoriza secara umum terbagi atas 2 (dua) golongan, yaitu : ektonikoriza dan endomikoriza.Pembagian ini didasarkan pada tempat mikoriza yang bersimbiosis pada akar. Eltomikoriza : merupakan mikoriza yang menginfeksi permukaan luar tanaman dan di antara sel-sel apeks akar. Endomikoriza : merupakan mikoriza yang menginfeksi bagian dalam akar tanaman di dalam dan diantar sel-sel apeks akar (Anonimus, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Mikoriza (Glomus sp.) Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/mikoriza (Diakses tanggal 11 September 2007)
Bio
VA-Mikoriza adalah jamur
yang
hidup bersimbiosis saling
menguntungkan dengan akar tanaman. Bio VA-Mikoriza ini dirancang untuk membantu dan mempermudah akar tanaman menyerap mineral dan unsure hara dari dalam tanah khususnya fosfat dan air. Tanaman yang berasosiasi dengan VAMikoriza lebih tahan terhadap kekeringan. Ada 4 manfaat mikoriza yaitu : 1. Berfungsi melarutkan mineral tanah khususnya fosfat yang sangat dibutuhkan tanaman. 2. Membantu proses penyerapan mineral dan air kedalam akar tanaman. 3. Menghasilkan hormone pertumbuhan tanaman antimicrobial. 4. Digunakan cukup hanya sekali pada saat tanaman disemai, jumlah Bio VaMikoriza terus bertambah seiring dengan pertumbuhan tanaman. (Anonimus, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Pemberian
inokulum
mikoriza
dapat
meningkatkan
pertumbuhan
tumbuhan dan kemampuan tanaman memamfaatkan nutrisi yang ada dalam tanah, terutama P, Ca, N, Cu, Mn, K, dan Mg. Kolonisasi jamur MVA dapat memperluas bidang serapan akar, berkat adanya hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang melebihi jangkauan bulu akar. Selain itu MVA dapat juga meningkatkan kandungan klorofil, penyerapan air, dan perangsang tumbuh. Terpacunya produksi substansi-substansi zat perangsang tumbuh, menjadikan tanaman lebih toleran terhadap shock, terutama untuk tanaman yang dipindahkan ke lapangan (Rompas,1997). Jamur MVA mempunyai pengaruh fisiologis pada inang uga dapat melindungi akar serabut yang tidak bersuberin terhadap serangan patogen. Perbaikan status hara akibat asosiasi jamur MVA menunjukkan toleransi tanaman lebih tinggi terhadap keracunan logam berat, kekeringan, suhu, pH tanah, dan serangan beberapa patogen tular tanah (Soenartiningsi dan Talanea, 1997). Akar tanaman yang terbungkus oleh mikoriza akan menyebabkan akar tersebut terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi akar akan terhambat,disamping itu mikoiza akan menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eskudat akar lainnya,sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi pertumbuhan patogen. Dipihak lain, jamur mikoriza ada yang dapat melepaskan antibiotik yang dapat mematikan patogen. Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jamur mikoriza dapat menghasilkan hormon seperti sitokinin,giberalin dan vitamin (Anonimus, 2007). Peingkatan ketahanan tanaman terhadap patogen juga dipengaruhi oleh adanya beberapa jamur MVA yang dapat menghasilkan antibiotik,misalnya
Universitas Sumatera Utara
fenol,quinone dan berbagai phytoalexine. Tanaman yang terinfeksi jamur MVA dapat memproduksi bahan atsiri yang bersifat fungistatik jauh lebih banyak dibanding dengan yang tidak terinfeksi MVA. Juga
mengandung asam amino
3-10 kali lebih banyak dibanding tanaman yang tidak terinfeksi MVA. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan ketahanan melalui eksudat akar. Eksudat akar yang terinfeksi jamur MVA berbeda dengan eksudat akar yang tidak terinfeksi jamur MVA. Perubahan eksudat akar sangat mempengaruhi mikroorganisme dalam rhizosfer dan bentuk perubahannya dapat mengakibatkan peningkatan ketahanan tanaman, sehingga dapat menguntngkan tanaman karena tanaman dapat terhindar serangan patogen tanah. Dosis yang umum digunakan adalah sebesar 20 gram/tanaman (Soenartiningsih dan Talanea, 1997).
Arang Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon,dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. ketika pemanasan berlangsung,diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon
tersebut
hanya
terkarbonisasi
dan
tidak
teroksidasi
(Tryana dan Sarma, 2007). Sekam padi merupakan limbah pertanian yang belum dimamfaatkan secara luas dan secara umum jumlahnya cukup banyak,diberbagai daerah pertanian. Sekam padi mengandung 11,5% air, 20,03% abu dan 44,31 selulosa. Bio VAMikoriza dapat memamfaatkan selulosa sebagai sumber karbon dan energi untuk kebutuhan hidupnya (Winarsih dan Syafrudin, 2008).
Universitas Sumatera Utara