2
Menurut Ribowo, B. (2006)
Pendahuluan Pada
kurikulum
berbasis
kompetensi siswa dituntut untuk aktif pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dalam hal ini siswa tidak lagi dituntut untuk terpaku pada buku atau sekedar mendengarkan saja ketika guru sedang menjelaskan suatu materi pelajaran. Melainkan siswa dituntut untuk lebih aktif berbicara
saat
mengajar
berlangsung.
siswa
dalam
mengajar melalui
ini
kegiatan
belajar Keaktifan
kegiatan dapat
seringnya
belajar
ditunjukkan siswa
dalam
mengajukan pertanyaan pada guru atau berpendapat di kelas ketika guru menjelaskan
materi
pada
siswa.
Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang kurang berani bertanya
atau
kegiatan berlangsung.
berpendapat
belajar
saat
mengajar
penggunaan
keberanian
bertanya
secara tepat adalah untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam suatu proses belajar mengajar di kelas, yaitu membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok
bahasan,
memusatkan
perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep, mendiagnosis kesulitan-kesulitan
khusus
yang
menghambat
siswa
belajar,
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
informasi
mengkritisi
yang
ia
suatu
dapatkan,
mendorong siswa mengemukakan pendapatnya dalam diskusi, menguji dan mengukur hasil belajar siswa. Pentingnya siswa bertanya di kelas juga untuk mendorong terjadinya interaksi antar siswa agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung
jawab
terhadap
3
pertanyaan yang diajukan. Dalam hal
kegiatan bertanya juga membutuhkan
ini
keberanian
bertujuan
agar
menciptakan
untuk
melakukannya.
sistem pembelajaran Student Centre
Oleh karena itu keberanian siswa
Learning, dimana siswa yang aktif di
dalam bertanya pada guru harus
dalam kelas sedangkan guru menjadi
segera dilatih supaya lebih berani.
fasilitator,
bukan
pemegang
kekuasaan penuh atas kelas. Sedangkan Parera (1993:15) mengatakan bahwa bertanya adalah untuk memperoleh jawaban yang lebih jelas atas sesuatu yang belum dimengerti atau belum dipahami. Dari kedua pendapat tersebut dapat diketahui mengenai sebab-sebab dan keuntungan bertanya, dapat dipahami bahwa bertanya merupakan hal yang sangat positif dan menguntungkan bagi siswa. Keuntungan tersebut yaitu siswa menjadi lebih mudah untuk dapat memahami secara lebih mendalam
tentang
pelajaran-
pelajaran yang kurang jelas bagi dirinya. Perlu juga diketahui bahwa
Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru
bimbingan
dan
konseling di SMP Negri I Babat Lamongan pada tanggal 19 Februari 2012
menunjukkan dari 30 siswa,
terdapat 6 siswa
yang mengalami
masalah
hal
dalam
keberanian
bertanya. Dari keterangan guru BK, masih ada siswa yang terkesan kurang berani dalam bertanya. Hal tersebut dapat dilihat ketika guru memberikan
kesempatan
untuk
bertanya, siswa tersebut hanya diam saja, menunduk, atau hanya sekedar menjawab “Tidak ada”. Padahal, maksud
guru
memberikan
kesempatan bertanya adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
4
siswa terhadap materi yang sudah
ingin
disampaikan.
mengalami
permasalahan
bertanya siswa dapat mendalami
berprilaku
asertif
pelajaran yang belum jelas bagi
menghambat
pada
dirinya.
psikis dan sosialnya, siswa yang
Selain
itu
dengan
Untuk meningkatkan keberanian bertanya diperlukan sikap asertif. Sikap asertif adalah ekspresi yang langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak tanpa kecemasan yang beralasan. Disamping itu perilaku asertif merupakan perilaku yang bertujuan mengungkapkan perasaan tentang kompetensi interpersonal dan kemampuan untuk mengekspresikan hak/ kepentingan pribadi. Orang yang bertindak tidak asertif dapat menjadi
pasif
dan
orang
yang
bertindak tidak asertif bisa menjadi agresif, karena sikap yang tidak asertif dapat menjadikan kurang bisa mengkomunikasikan perasaan yang
diutarakan.
mengalami
Siswa
ini
yang dalam akan
perkembangan
ketakutan
dalam
bertanya, berpendapat sesuai dengan apa
yang
diinginkannya
atau
berperilaku asertif ini akan sangat mengganggu
karena
perilakunya
tidak
dengan
apa
sesuai
yang
dinginkan atau melakukan dengan terpaksa. Ini membuat segalanya menjadi tidak nyaman karena adanya ketidaksesuaian antara apa
yang
dinginkan dengan perilaku yang nyata. Dalam menunjukkan
hal
ini
sikap
keberanian
yang untuk
bertanya belum tampak pada siswa kelas VIII-E di SMP Negeri I Babat. Berdasarkan
respon
siswa
yang
telihat diam,menunduk atau hanya
5
sekedar menjawab “ Tidak ada”,
untuk
ketika guru memberikan kesempatan
menunjukkan bahwa siswa tersebut
bertanya. Padahal mereka sebenarnya
kurang asertif, karena mereka tidak
juga belum begitu mengerti tentang
dapat mengungkapkan apa yang ada
materi yang disampaikan oleh guru,
dipikirannya secara langsung dalam
namun mereka tidak berani untuk
bentuk bertanya pada guru. Mereka
bertanya. Sebagian dari mereka juga
cenderung memendam pertanyaan-
mempunyai rasa ingin tahu yang
pertanyaan
tinggi terhadap suatu hal yang belum
dibenaknya dan tidak berani untuk
mereka mengerti, mereka memiliki
mengungkapkannya.
banyak pertanyaan yang muncul
bertanya.
yang
Permasalahan
Hal
sudah
ini
ini
ada
sebaiknya
dalam benak mereka, namun mereka
perlu segera ditangani oleh guru
tidak berani mengungkapkannya. Hal
mata pelajaran yang mengajar di
ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal
kelas tersebut, karena guru mata
antara lain yaitu rasa takut siswa
pelajaranlah
terhadap gurunya, takut ditertawakan
langsung dengan siswa saat kegiatan
oleh oleh teman-temannya, takut
belajar
kalau pertanyaan yang diajukan itu
Namun, karena pada kenyataannya
salah atau tidak sesuai dengan materi
guru mata pelajaran tidak melakukan
yang diajarkan, perasaan malu, dan
tindakan apapun untuk mengatasi
sebagainya. Namun dalam hal ini
permasalahan ini, maka konselor
juga terdapat beberapa siswa yang
harus turun tangan untuk membantu
memang tidak mempunyai minat
mengatasi permasalahan ini. Karena
yang
mengajar
berhubungan
berlangsung.
6
jika
masalah
segera
orang lain merongrong dirinya, tidak
ditangani oleh konselor siswa dapat
mampu mengekspresikan amarahnya
mengalami
dengan benar dan cepat tersinggung.
tidak
hambatan
memahami tentang
ini
secara
lebih
pelajaran-pelajaran
untuk dalam
Menurut Setyafi ( 2009), asertif
yang
itu sendiri berarti kemampuan untuk
dirasa kurang jelas bagi siswa, yang
mengekspresikan/mengungkapkan
pada akhirnya akan merugikan diri
perasaan, pendapat, keinginan dan
mereka sendiri yaitu mereka tidak
kebutuhan secara langsung, terbuka
dapat memahami materi sehingga
serta terus terang dengan tetap
dapat berpengaruh pada hasil belajar
menghargai perasaan dan hak-hak
siswa nantinya.
orang lain. Sehingga dapat dikatakan
Salah
satu
layanan
dalam
jika sikap asertif ini terletak diantara
Bimbingan
dan
Konseling
yang
submisif dengan agresif. Oleh karena
dapat digunakan untuk membantu
itu perilaku asertif biasanya terdiri
meningkatkan
siswa
dari beberapa tingkat agresif tetapi
dalam bertanya di kelas yaitu dengan
juga mengandung unsur ramah, kasih
memberikan konseling dengan teknik
sayang,
latihan
ketidakcemasan
keberanian
asertif.
merupakan
Latihan
latihan
asertif
dan
berbagai pikiran
macam yang
keterampilan
memicu tingkah laku kecemasan.
sosial yang diberikan pada individu
Sehingga dapat dipahami pelatihan
yang diganggu kecemasan, tidak
asertif
mampu
pemberian
mempertahankan
hak-
haknya, terlalu lemah, membiarkan
merupakan ijin
suatu
teknik
seseorang
untuk
belajar menyatakan perilaku yang
7
sesuai
dan
efektif,
dimana
mengajar di kelas tanpa adanya
sebelumnya dilarang oleh kecemasan
pikiran-pikiran negatif yang selama
atau pengetahuan yang salah atau
ini
suatu teknik yang digunakan untuk
bertanya pada guru. Siswa dibantu
melatih individu bersikap asertif.
agar berani bertanya dan yakin
Corey, (1995: 87) menyatakan bahwa asumsi dasar dari pelatihan
menghambat
Oleh karenanya penelitian ini dimaksudkan
mempunyai
penerapan
mengungkapkan
untuk
untuk
dengan pertanyaan yang diajukan.
asertifitas adalah bahwa setiap orang hak
mereka
untuk
latihan
menguji
asertif
untuk
perasaannya,
meningkatkan keberanian bertanya
pendapat, apa yang diyakini serta
pada siswa kelas VIII-E di SMP
sikapnya terhadap orang lain dengan
Negeri 1 Babat Lamongan.
tetap menghormati dan menghargai
Ringkasan Teoritik
hak-hak orang tersebut. 1. Keberanian Bertanya Dengan asertif
memberikan
kepada
diharapkan
siswa,
latihan siswa dapat
meningkatkan keberanian bertanya di dalam kelas. Dalam hal ini siswa dibantu agar dapat menuangkan ide, pendapat, serta rasa ingin tahu mereka dengan bertanya kepada guru saat berlangsungnya kegiatan belajar
Keberanian
adalah
sikap-
sikap yang ada pada siswa sebagai bagian dari individu. Keberanian juga
diperlukan
siswa
untuk
bertanya tentang hal-hal yang tidak
diketahui
kepada
guru
sekaligus untuk memperoleh nilai partisipasi di kelas khususnya dalam partisipasi bertanya. Sikap
8
yang menunjukkan keberanian,
dapat diartikan sebagai pondasi
misalnya
maju
yang mendasari dan memberi
mencoba meminta keterangan dan
realitas pada semua kebajikan dan
memperoleh jawaban yang lebih
nilai-nilai pribadi.
berani
untuk
jelas atas sesuatu yang belum dimengerti.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keberanian
Menurut
dkk
adalah pondasi yang ada pada
Besar
Bahasa
setiap individu yang ditunjukan
Indonesia,1995:105)
pengertian
dengan adanya kemauan untuk
keberanian adalah keadaan (sifat-
maju, memiliki rasa percaya diri,
sifat)
kegagahan
dan memiliki kemampuan untuk
mempunyai hati yang mantap dan
mengatasi rasa takut. Orang yang
rasa percaya diri yang besar dalam
memiliki keberanian adalah orang
menghadapi
kesulitan
yang mempunyai kemauan yang
dsb: tidak tahu (gentar,kecut).
untuk menghadapi rasa takut dan
Sedangkan lebih lanjut menurut
diubah menjadi berani. Hal ini
Contesa Diane (dalam Masrur
akan memberi realitas pada semua
MH.2000)
bahwa
kebajikan dan nilai-nilai pribadi
keberanian adalah kemenangan
yang dimiliki serta keberanian
dan
yang ditunjukan dengan kemauan
(Kamus
Moeliono,
berani:
bahaya,
berpendapat
kemauan
yang
akan
menghadapi rasa takut dan untuk diubah menjadi berani. Menurut May (1976:3) keberanian juga
bertindak. Dalam
penelitian
ini,
keberanian akan dikaitkan dengan
9
bertanya.
Bertanya
yang
dilakukan siswa di kelas sangat membutuhkan keberanian, karena tanpa
keberanian
kegiatan
jelas atas sesuatu yang belum dimengerti atau belum dipahami. Dari
kedua
kesimpulan
tentang pengertian keberanian dan
bertanya pada guru di kelas sangat
pengertian
mengalami
hambatan.
Adapun
diartikan
pengertian
bertanya
menurut
bertanya adalah keadaan atau
kamus
sifat-sifat yang ada pada setiap
besar bahasa Indonesia,1990:901)
individu yang ditunjukan dengan
adalah
keterangan
adanya kemampuan untuk maju
(penjelasan dsb): meminta supaya
mencoba dengan rasa percaya diri
diberitahu (tentang sesuatu), kalau
dan mampu untuk mengatasi rasa
tidak tahu. Selain itu bertanya
takut ketika meminta keterangan
adalah
memperoleh
dan memperoleh jawaban yang
jawaban yang lebih jelas atas
jelas atas sesuatu yang belum
sesuatu yang belum dimengerti
dipahami.
Moeliono,dkk
(dalam
meminta
untuk
atau belum dipahami. Dapat
disimpulkan
bertanya bahwa
Menurut bahwa
bertanya adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk meminta keterangan dan untuk memperoleh jawaban yang lebih
indikator
yang
dapat
keberanian
King
(2007),
mempengaruhi
keberanian untuk bertanya adalah: a. Berani untuk menatap wajah orang yang ditanyai. b. Memiliki rasa percaya diri untuk memulai bertanya pada
10
orang lain (mendahului dengan
tata cara/ etika ketika akan
beberapa tindakan, misalnya
bertanya)
mengacungkan tangan)
Menurut Masrur (2000), hal-
c. Memiliki keberanian untuk mencoba
meminta
keterangan dan memperoleh
hal
yang
keberanian adalah : a. Memiliki tekad dan kemauan
jawaban yang lebih jelas
untuk
atas sesuatu yang belum
(dicela,
dimengerti
penolakan)
(mencoba
menanyakan
secara
mempengaruhi
b. Tidak
mengambil
resiko
mendapat
ejekan,
memiliki
perasaan
langsung, misalnya maju ke
gemetar,jantung berdebar,malu
depan
dan cemas.
langsung
untuk
menanyakan kepada guru)
c. Tidak
d. Memiliki kemampuan untuk meminta
keterangan
dan
membesar-besarkan
masalah yang kecil d. Memiliki pikiran yang positif
memperoleh jawaban yang
e. Menghargai diri sendiri
lebih jelas atas sesuatu yang
f. Memiliki rasa keyakinan yang
belum
dimengerti
(
memiliki kemampuan dari pengetahuan
dan
pengalaman secara nyata, misalnya sudah mengetahui
kuat g. Memiliki
kemauan
untuk
bertindak dan berbuat h. Memiliki sikap percaya diri sendiri
11
i. Memiliki
kemauan
untuk
mencoba
yang beralasan. Langsung artinya pernyataan
2. Latihan Asertif Alberti
hak-hak seseorang tanpa kecemasan
dan
Emon
tersebut
dapat
(dalam
dinyatakan tanpa berbelit-belit dan
Nursalim 2005:126) menyatakan
dapat terfokus dengan benar. Jujur
bahwa
berarti
perilaku
mengembangkan
asertif
perasaan
hak
pernyataan
diarahkannya.
memungkinkan
cemas,
bebas untuk
tempatnya berarti perilaku tersebut
tanpa
merasa
juga memperhitungkan hak-hak dan
mengekspresikan
perasaan orang lain serta tidak
untuk menggunakan hak pribadi
sendiri.
tanpa mengganggu hak orang lain. asertif
strategi
pendekatan
pada
untuk
melulu
suatu
Sedangkan
individu
perasaan dengan tenang dan jujur
Latihan
gerak-
geriknya sesuai dengan apa yang
dalam hubungan manusia yang
bertindak
dan
merupakan
konseling perilaku
dalam
mementingkan
Merujuk
pada
dirinya
berbagai
pengertian di atas, maka latihan asertif merupakan salah satu strategi
yang
bantuan
dari
digunakan untuk mengembangkan
perilaku
yang
perilaku asertif
direkomendasikan untuk mengurangi
pada
klien.
pendekatan digunakan
menghilangkan
terapi atau
Menurut Corey (2007) perilaku
dan
asertif adalah ekspresi langsung,
kecemasan
jujur, dan pada tempatnya dari
kemampuan interpersonal individu.
pikiran, perasaan, kebutuhan, atau
Latihan asertif merupakan suatu
serta
gangguan meningkatkan
12
strategi konseling dalam pendekatan
yang tidak mampu mengungkapkan
perilaku
yang
digunakan
untuk
kemarahan
perilaku
asertif
tersinggung,
mereka
yang
Sikap
asertif
menunjukkan
kesopanan
yang
banyak
segi
berlebihan dan membiarkan orang
Orang yang asertif
lain mengambil keuntungan, mereka
cenderung memiliki konflik yang
yang kesulitan mengatakan tidak,
lebih sedikit dengan orang lain,
mengalami
artinya stres dalam hidup mereka
mengungkapkan
berkurang.
Mereka mendapatkan
positif lainnya dan mereka yang
apa yang mereka inginkan dan juga
merasa tidak mempunyai hak untuk
menolong
mengungkapkan
mengembangkan pada
klien.
mempengaruhi kehidupan.
orang
lain
untuk
apa
yang
mereka
mendapatkan inginkan.
perasaan
kesulitan
untuk
respon-respon
pikiran
secara
bebas.
memiliki
Lazarus (dalam Nursalim,
hubungan yang saling mendukung,
2005) tujuan latihan asertif adalah
orang yang asertif memiliki orang-
untuk mengoreksi perilaku yang
orang yang dapat ia andalkan. Hal ini
tidak
menjauhkan
stres
respon-respon
sehingga tubuh dan jiwa mereka juga
mengeliminasi
menjadi lebih sehat.
latihan asertif yang dikemukakan
Corey
Dengan
atau
mereka
dari
(2007:217)
menyatakan bahwa latihan asertif dapat membantu bagi orang-orang
layak
dengan
mengubah
emosional pemikiran.
dan Tujuan
oleh Surya (2003) adalah untuk melatih
klien
mengekspresikan
dalam
perilaku-perilaku
13
tertentu yang diharapkan melalui
mengoreksi perilaku yang tidak layak
latihan bermain peran rehersial atau
dengan
latihan, dan serial modelling atau
emosional
meniru model-model sosial.
pemikiran yang irasional dengan
Latihan
asertif
bertujuan
untuk
ekspresi
perasaan
maupun
negatif
juga
mengembangkan baik dan
positif perasaan-
mengubah dan
respon-respon
respon-respon mengeliminasi
baru
yang
sesuai
melalui ekspresi diri. Tahapan Asertif
Penerapan Untuk
Latihan
Meningkatkan
perasaan kontradiktif. Hal ini sesuai
Keberaian Bertanya Siswa
dengan pendapat Joice & Weill
Corey
(dalam
bahwa
kelompok asertif ditandai dengan
tujuan latihan asertif adalah sebagai
struktur yang mempunyai pimpinan,
berikut:
sistem terstrukturnya sebagai berikut:
Nursalim,
2005)
a. mengembangkan
ekspresi
perasaan baik positif maupun
(2003)
menerangkan
Tahap I: Pembinaan Hubungan dan Rasionalisasi latihan asertif
negatif b. mengekspresikan
perasaan-
perilaku
atas
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan latihan yaitu
untuk
dilakukan
dalam
a. Konselor memperkenalkan diri pada konseli kemudian masing-
dasar prakarsa sendiri
asertif
yang
tahapan ini yaitu:
perasaan kontradiktif, c. mengembangkan
Kegiatan
membantu
masing siswa memperkenalkan diri. b. Mengadakan permainan kentang panas. Kentang panas merupakan
14
suatu permainan sambung kata
Tahap
yang menggunakan media bola
keadaan
kertas.
persoalan.
Setiap
konseli
yang
menerima atau menangkap bola kertas menyebutkan satu kata kemudian
melemparkan
ke
anggota lain secara acak. Anggota yang mendapatkan bola kertas selanjutnya
menyambung
kata
kemudian melempar lagi secara acak, Permainan
begitu ini
seterusnya. hanya
untuk
mencairkan suasana agar lebih akrab. c. Konselor
menjelaskan
tentang
latihan asertif. kepada
konseli apakah mereka bersedia untuk asertif,dan
melakukan
latihan
mereka
bersedia
melaksanakannya.
terhadap
menimbulkan
Konselor meminta kepada masingmasing konseli untuk menceritakan keadaan khusus yang menimbulkan permasalahan pada konseli yang menyebabkan mereka takut atau enggan untuk bertanya pada guru di kelas.
Dalam
hal
ini
konselor
meminta konseli untuk menyebutkan hal-hal apa saja yang membuat konseli merasa takut untuk bertanya. :Membedakan
perilaku tepat dan tidak tepat serta mengeksplorasi target. Kegiatan
menawarkan
Identifikasi yang
Tahap III
pengertian, tujuan, dan manfaat
d. Konselor
II:
yang
dilakukan
dalam
tahapan ini yaitu: a. Konselor meminta konseli untuk membedakan perilaku tepat serta tidak tepat yang diketahui oleh konseli.
15
b. Setelah
membedakan
perilaku
dilakukan
oleh
masing-masing
tepat dan tidak tepat selanjutnya
konseli yang dilakukan secara
konselor memberikan masukan
bergantian.
tentang kedua perilaku tersebut
2. Umpan balik secara verbal positif
serta menjelaskan perilaku yang
dan pemberian model perilaku
seharusnya diubah melalui latihan
yang lebih baik serta penguat
asertif
dengan penghargaan.
c. Konseli dengan bantuan konselor mengeksplorasi
target
Dalam
hal
ini
konselor
perilaku
memberikan umpan balik secara
yang diharapkan untuk mengganti
positif dengan memberikan pujian
perilaku yang salah.
pada konseli yang telah bersedia
Tahap IV :Bermain peran, umpan balik,
serta
memberikan
contoh
mempraktekkan berani konselor
model perilaku yang lebih baik.
tentang Kegiatan
yang
dilakukan
dalam
tahapan ini yaitu:
permasalahan
memberikan bagaimana
tata
contoh cara
bertanya yang baik.
praktek Kegiatan
pelaksanaannya
kemudian
yang
dihadapi. Dalam
bertanya
untuk
Tahap V : Melaksanakan latihan dan
1. Konseli bermain peran sesuai dengan
latihan
nanti
konseli berperan sebagai seorang siswa yang ingin mengajukan pertanyaan pada gurunya. Hal ini
yang
dilakukan
dalam
tahapan ini yaitu: a. Konseli
mendemonstrasikan
perilaku yang tepat sesuai dengan target perilaku yang diharapkan.
16
Dalam
hal
ini
konseli
Dalam
hal
ini
konseli
mengungkapkan bahwa perilaku
mempraktekkan tata cara bertanya
yang tepat yaitu ketika mereka
dengan langkah-langkah sebagai
berani bertanya tanpa ada rasa
berikut:
takut dan gugup, tegas dalam
1. Konseli mengacungkan tangan
mengungkapkan
pertanyaannya,
berani menatap wajah orang yang ditanya,
serta
tidak
memiliki
terlebih
dahulu
sebelum
bertanya 2. Konseli
mengajukan
perasaan takut jika ditertawakan
pertanyaan yang ingin diajukan
oleh teman-temannya. Sedangkan
3. Konseli mengucapkan terima
perilaku yang tidak tepat dalam
kasih
bertanya yaitu jika mereka takut
pertanyaannya.
untuk
mengacungkan
setelah
mengajukan
tangan
b. Konselor kembali memberikan
ketika ingin bertanya, gugup,
umpan balik dengan memberikan
tidak tegas dalam mengungkapkan
pujian pada konseli yang telah
pertanyaannya, serta takut untuk
berlatih bertanya agar konseli
menatap
dapat
wajah
orang
yang
ditanya.
terus
termotivasi
mengembangkan perilakunya.
Dalam tahap ini konselor meminta
c. Konseli diberi kesempatan untuk
konseli untuk mendemonstrasikan
mempraktekkan
bagaimana
tata
cara
serta
diinginkan
berperilaku
yang
tepat
saat
konselor.
bertanya.
untuk
perilaku
tanpa
yang
bantuan
17
Tahap VI Kegiatan
: Mengulang latihan yang
dilakukan
dalam
Konseli diberi kesempatan untuk mengulang kembali latihan yang dilakukan
tugas rumah yaitu konseli harus mempraktekkan
tahapan ini yaitu:
telah
2. Selanjutnya konselor memberikan
pada
pertemuan
sebelumnya, tujuannya yaitu agar konseli benar-benar mengerti dan memahami tentang perilaku yang diinginkan.
sehari-hari baik di sekolah atau di rumah dan mencatat semua yang telah dilakukan. Tahap VIII :Evaluasi dan memberi penguat
dilakukan
dalam
tahapan ini yaitu: 1. Konseli diberi kesempatan untuk mengulang kembali latihan yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya, tujuannya yaitu agar konseli benar-benar mengerti dan
keberanian
telah
mempraktekkan bertanya
kehidupan nyata.
dalam
dalam
diberikan
kepada
konseli di rumah. b. Konselor
mampu
dilakukan
tahapan ini yaitu:
yang yang
yang
a. Konselor memeriksa tugas rumah
memberikan tugas rumah Kegiatan
yang
telah dipelajari dalam kehidupan
Kegiatan
Tahap VII : Mengulang latihan dan
perilaku
memeriksa
apakah
perilaku yang diharapkan telah benar-benar
berjalan
dalam
kehidupan sehari-hari. c. Konselor menanyakan hambatanhambatan yang mungkin dialami konseli pada waktu latihan. d. Konselor
memberikan
penguat
yaitu dengan memberikan pujian
18
terhadap
apa
dilakukan
yang
serta
sudah
memberikan
adalah
pengukuran
(pre-test),
kemudian dilakukan perlakuan dalam
masukan kepada konseli agar
jangka
waktu
terus melakukan latihan asertif.
selanjutnya
tertentu,
yang
diteruskan
dengan
e. Konselor memberikan tambahan
pengukuran kembali (post-test) untuk
bahwa sikap asertif dapat dilatih
melihat ada tidaknya peningkatan
secara berkala dan perubahan
skor keberanian bertanya setelah
perilaku akan tampak dengan
diberi perlakuan.
sendirinya.
Instrumen
pengumpul
data
yang digunakan dalam penelitian ini
Metode Sesuai dengan judul penelitian
berupa angket keberanian bertanya.
“ Penerapan Latihan Asertif Untuk
Angket
Meningkatkan Keberanian Bertanya
mengungkap tentang tinggi, sedang,
Pada Siswa Di Kelas VIII-E SMP
rendah tentang keberanian bertanya.
Negeri I Babat Lamongan”, maka dalam
digunakan
untuk
Dalam penelitian ini data yang
peneliti
ingin diperoleh adalah data tentang
menggunakan jenis penelitian pre
keberanian bertanya siswa. Data
eksperiment. Bentuk rancangan pre
tersebut dapat diperoleh melalui
test
angket yang telah dipinjam dari
dan
kelompok.
penelitian
ini
post
test
Dalam
dalam
satu
penelitian
ini
peneliti
Putri
Diyanti
peneliti
(2011).
digunakan satu kelompok subyek
Penyebab
menggunakan
saja tanpa kelompok pembanding.
angket tersebut adalah variabel dan
Langkah pertama yang dilakukan
indikator yang akan diteliti sama,
19
namun angket akan diuji kembali
rhitung
=
0,428
yang
kemudian
karena subyek dan tempat penelitian
dikonsultasikan dengan rtabel dengan
yang berbeda.
subyek N = 60 taraf signifikan 5%
Analisis data yang digunakan
batas penolakan sebesar 0,254 (tabel
dalam penelitian ini menggunakan
nilai product moment). Sehingga
analisis
rhitung lebih besar dari rtabel (0,428
Uji
Wilcoxon
yang
merupakan penyempurnaan dari uji
0,254),
tanda.
implementasi strategi latihan asertif
Hasil Penelitian
untuk
Uji coba angket keberanian bertanya
bertanya siswa pada butir nomor 6
dilakukan pada tanggal 10 Juli 2012.
dapat dikatakan valid atau signifikan.
Setelah
Dari
penyebaran
dilakukan angket
uji
coba
maka
data
meningkatkan
hasil
angket
keberanian
perhitungan
secara
keberanian
keseluruhan, dapat dijelaskan bahwa
bertanya, maka selanjutnya yaitu
dari 36 butir soal terdapat 30 butir
menghitung validitas dan reliabilitas
yang valid dan 6 butir yang tidak
angket keberanian bertanya.
valid atau dinyatakan gugur. Adapun
Rumus yang digunakan dalam uji
butir-butir yang valid terdiri dari
validitas adalah korelasi product
butir 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
moment yang dikemukakan oleh
16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,
Karl Person dengan taraf signifikansi
26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, dan
5%. Dari hasil perhitungan validitas
35. Sedangkan untuk 6 butir yang
butir angket nomor 6 maka dapat
dinyatakan tidak valid atau gugur
diketahui bahwa untuk butir nomor 6
yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 36.
20
Butir-butir yang tidak valid tersebut
Babat Lamongan yang disusun dalam
dihilangkan atau tidak dipakai lagi,
penelitian ini dinyatakan reliabel.
karena semua indikator keberanian
Berdasarkan hasil uji coba
bertanya siswa telah terwakili oleh
angket keberanian bertanya juga
butir-butir yang valid.
dapat diketahui siswa yang terjaring
Untuk
mencari
koefisien
menjadi subyek dalam penelitian.
kolerasi dalam penelitian digunakan
Dari hasil perhitungan skor angket
rumus
Brown.
keberanian bertanya diperoleh 6
hasil
perhitungan
siswa yang masuk dalam kategori
reliabilitas diperoleh
rhitung sebesar
Spearman
Berdasarkan
0,779
kemudian
kurang
berani
bertanya
dan
dikonsultasikan
memperoleh skor yang rendah serta
dengan rtabel dengan jumlah subyek
dari hasil pre-test ini menunjukkan
N= 60 dengan taraf signifikan 5 %
kondisi awal sebelum responden
batas penolakan hipotesis nol (Ho)
mendapat perlakuan yaitu konseling
yaitu
kelompok dengan latihan asertif
0,254 (tabel nilai r Product
Moment). Sehingga rhitung lebih besar
dapat
rtabel
siswa berada pada kategori memiliki
(0,779
>
0,254),
dapat
dilihat
sebelum
disimpulkan bahwa instrumen angket
keberanian
keberanian bertanya siswa dalam
dikategorikan rendah.
perlakuan
bertanya
yang
yang
implementasi latihan asertif untuk
Siswa
meningkatkan keberanian bertanya
keberanian
siswa di kelas VIII-E SMP Negeri I
perlakuan berupa konseling dengan
rendah
memiliki ini
skor
diberikan
latihan asertif. Perlakuan latihan
21
asertif ini dilakukan 8 kali pertemuan
mendapatkan
dan
latihan
berdasarkan
hasil
proses
perlakuan
asertif
dalam
konseling
konseling latihan asertif terdapat
kelompok,
peningkatan
sebesar 107 termasuk dalam kategori
keberanian
bertanya
pada siswa-siswa tersebut. Berikut adalah hasil analisis individual siswa yang menjadi subyek penelitian:
termasuk
ELD
adalah
kategori
89
rendah.
Berdasarkan angket pre-test indikasi keberanian
bertanya
di
kelas
diantanya: takut ditertawakan teman ketika bertanya, sering memainkan jari dan benda-benda di sekitarnya untuk menghilangkan rasa nervous saat bertanya, merasa takut untuk memulai bertanya, ragu-ragu untuk memulai bertanya serta takut jika bahasa bertanya ditujukan
yang itu
digunakan salah.
untuk
indikasi-indikasi
untuk
Perlakuan menurunkan
tersebut.Setelah
ELD
2. ZSAF ZSAF adalah 87
termasuk
pre-test
post-test
tinggi.
Skor pre-test
1. ELD Skor
skor
strategi
kategori
rendah.
Berdasarkan angket pre-test indikasi keberanian diantanya:
bertanya merasa
mengacungkan
di
kelas
takut
untuk
tangan
ketika
bertanya, gemetar ketika bertanya, sering memainkan jari dan bendabenda disekitarnya ketika bertanya, ragu-ragu untuk memulai bertanya, merasa malu ketika bertanya, belum mampu
bersikap
tenang
ketika
bertanya, serta merasa ragu saat memulai mengajukan pertanyaaan. Perlakuan
ditujukan
menurunkan tersebut.
untuk
indikasi-indikasi Setelah
mendapatkan
22
perlakuan strategi latihan asertif
Setelah mendapatkan perlakuan
dalam konseling kelompok, skor
strategi
latihan
asertif
dalam
post-test ZSAF sebesar 115 termasuk
konseling kelompok, skor post-test
dalam kategori tinggi.
MFF sebesar 105 termasuk dalam kategori tinggi.
3. MFF Skor pre-test
MFF adalah 87
termasuk
kategori
rendah.
4. MS Skor pre-test
MS adalah 87
Berdasarkan angket pre-test indikasi
termasuk
keberanian
Berdasarkan angket pre-test indikasi
bertanya
di
kelas
kategori
diantanya: merasa tidak memiliki
keberanian
kemampuan yang sama dengan orang
diantanya: merasa belum memiliki
lain dalam hal bertanya, merasa takut
kemampuan yang sama dengan orang
mengacungkan bertanya,
bertanya
rendah.
di
kelas
tangan
ketika
lain dalam hal bertanya, gemetar
menundukkan
kepala
ketika
bertanya,
takut
bertanya
ketika bertanya, takut menatap lawan
tentang hal-hal yang belum jelas
bicara ketika bertanya, takut menatap
baginya,
mata lawan bicara ketika bertanya,
kemampuannya untuk memperoleh
belum terbiasa bertanya tentang hal
keterangan
yang belum jelas baginya, serta lebih
bertanya, ragu-ragu untuk memulai
suka duduk saat bertanya. Perlakuan
bertanya,
ditujukan
bertanya, lebih suka duduk ketika
untuk
menurunkan
indikasi-indikasi tersebut.
belum
yang
merasa
puas
jelas
malu
dengan
dengan
ketika
bertanya, serta merasa takut apabila bahasa
yang
digunakan
untuk
23
bertanya kurang baik. Perlakuan
kemampuan yang sama dengan orang
ditujukan
lain dalam hal bertanya, belum
untuk
indikasi-indikasi mendapatkan latihan
menurunkan
tersebut. perlakuan
asertif
dalam
Setelah
mampu
strategi
bertanya,
konseling
bersikap ragu
mengajukan
tenang untuk
ketika memulai
pertanyaan,
belum
kelompok, skor post-test MS sebesar
terbiasa untuk memperbaiki cara
110 termasuk dalam kategori tinggi.
menyampaikan
serta
lebih suka duduk daripada berdiri
5. FAI Skor pre-test termasuk
FAI adalah 86
kategori
rendah.
Berdasarkan angket pre-test indikasi keberanian diantanya:
pertanyaan,
bertanya takut
bertanya
lebih
diminta
untuk
di
kelas
untuk
memulai
dahulu
sebelum
bertanya,
sering
memainkan jari dan benda-benda disekitarnya saat bertanya, merasa
saat bertanya. Perlakuan ditujukan untuk menurunkan indikasi-indikasi tersebut.
Setelah
mendapatkan
perlakuan strategi latihan asertif dalam konseling kelompok, skor post-test FAI sebesar 108 termasuk dalam kategori tinggi. 6. MAA Skor pre-test MAA adalah 85
takut untuk bertanya sendiri atas hal-
termasuk
hal yang belum jelas baginya, belum
Berdasarkan angket pre-test indikasi
puas dengan kemampuannya untuk
keberanian
memperoleh keterangan yang jelas
diantanya:
dengan bertanya, merasa malu ketika
mengacungkan
bertanya,
bertanya, gemetar ketika bertanya,
belum
memiliki
kategori
bertanya merasa
rendah.
di
kelas
takut
untuk
tangan
ketika
24
sering memainkan jari dan benda-
Wilcoxon. Berdasarkan tabel nilai
benda disekitarnya ketika bertanya,
kritis T untuk uji jenjang Wilcoxon
ragu-ragu untuk memulai bertanya,
dengan taraf signifikan 5 % dan N =
merasa malu ketika bertanya, belum
6
mampu
ketika
Thitung lebih kecil Ttabel (2 > 0) berarti
bertanya, serta merasa ragu saat
Ho ditolak dan Ha diterima, maka
memulai mengajukan pertanyaaan.
hipotesis
Perlakuan
untuk
diterima yaitu latihan asertif dapat
indikasi-indikasi
meningkatkan keberanian bertanya
mendapatkan
pada siswa di kelas VIII-E SMP
bersikap
ditujukan
menurunkan tersebut.
tenang
Setelah
perlakuan strategi latihan asertif
diperoleh Ttabel = 2 sehingga
yang
diajukan
dapat
Negeri I Babat Lamongan.
dalam konseling kelompok, skor
Dalam penelitian ini, hal yang
post-test MAA sebesar 106 termasuk
dianggap
menakutkan
adalah
dalam kategori tinggi.
bertanya pada guru di kelas. Siswa
Peningkatan skor antara pre test
kurang memiliki keberanian bertanya
dan post test menunjukkan adanya
di kelas saat pelajaran, hal ini
peningkatan
disebabkan oleh beberapa sebab dari
keberanian
bertanya
pada siswa. Setelah data pre test dan
diri
post
langkah
perasaan takut ditertawakan teman
menganalisis
ketika bertanya, takut jika pertanyaan
data.metode yang digunakan untuk
ditanyakan dianggap tidak berkaitan
menganalisi data dalam penelitian ini
dengan
yaitu
diajarkan, takut kalau bahasa yang
test
selanjutnya
terkumpul, adalah
dengan
menggunakan
Uji
siswa
diantaranya
pelajaran
yang
adanya
sedang
25
digunakan untuk bertanya tidak baik,
d. Memiliki
kemampuan
untuk
belum terbiasa untuk mengajukan
meminta
keterangan
dan
pertanyaan di kelas, dan tidak tahu
memperoleh jawaban yang lebih
bagaimana
yang
jelas atas sesuatu yang belum
yang
dimengerti (memiliki kemampuan
untuk
dari pengetahuan dan pengalaman
cara
cerdas.
bertanya
Indikator
mempengaruhi
keberanian
secara
bertanya adalah : a. Berani
untuk
menatap
wajah
b. Memiliki rasa percaya diri untuk memulai bertanya pada orang lain dengan
beberapa
tindakan, misalnya mengacungkan
mengetahui tata cara/ etika ketika
Dari hasil pembahasan yang telah disajikan diatas, maka dapat dibenarkan bahwa latihan asertif dapat digunakan untuk meningkatkan
VIII-E keberanian
untuk
mencoba meminta keterangan dan memperoleh jawaban yang lebih jelas atas sesuatu yang belum dimengerti (mencoba menanyakan secara langsung, misalnya maju ke
depan
sudah
keberanian bertanya pada siswa kelas
tangan) c. Memiliki
misalnya
akan bertanya).
orang yang ditanyai.
(mendahului
nyata,
langsung
menanyakan kepada guru)
untuk
SMP
Lamongan.
Negeri
I
Seperti
Babat yang
diungkapkan oleh Alberti (dalam Gunarsa 1992 : 216) latihan asertif adalah
prosedur
latihan
yang
diberikan kepada klien untuk melatih perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dari perasaan, sikap, harapan,
pendapat,
dan
haknya.
26
Dalam pelaksanaan latihan asertif,
tersebut dapat dijelaskan
subjek penelitian (siswa) akan di
berikut :
latih
1. Pembinaan
sebagaimana
bahasa
verbal
menunjukkan
menggunakan
yang bahwa
baik
dan
berperilaku
asertif, yaitu mengandung bentuk
sebagai
hubungan,
rasionalisasi latihan asertif. 2. Identifikasi
terhadap
keadaan
yang menimbulkan persoalan.
pesan dengan kontak mata, postur,
3. Membedakan perilaku tepat dan
berdiri, suara, ekspresi wajah, gerak
tidak tepat serta mengeksplorasi
isyarat tubuh, jarak fisik, waktu,
target.
kelancaran berbicara, mendengarkan.
4. Bermain peran, umpan balik.
Setelah siswa mampu menunjukkan
5. Melaksanakan
perilaku asertif dengan
secara non verbal
menolak
menggelengkan
latihan
praktek. 6. Mengulang latihan.
kepala atau hanya menggerakkan
7. Memberikan tugas rumah.
tangan ketika menolak sesuatu hal,
8. Evaluasi
maka siswa dilatih secara verbal
penguat.
yaitu
mengandung
(perasaan,
isi
fakta,
pesan
pendapat,
Adapun langkah – langkah latihan asertif dapat dilaksanakan 8
kali
pertemuan.
dan
Dalam
memberikan
pelaksanaannya
penelitian ini berjalan dengan lancar, karena pihak sekolah sangat terbuka,
permintaan, keterbatasan).
dengan
dan
Hal
pihak guru BK dan mata pelajaran memberikan
waktu
dan
izin
dispensasi kepada subyek penelitian untuk
mengikuti
pelaksanaan
27
konseling
kelompok
dengan
menggunakan stategi latihan asertif,
Simpulan dan Saran a. Simpulan
subyek penelitian juga terlihat sangat
Berdasarkan
antusias dengan kegiatan konseling
menggunakan
yang diberikan oleh peneliti.
nonparametrik
Kekurangan dari penelitian ini
analisis
dengan ststistik
dengan diperoleh
wilcoxon
uji ρ
adalah hanya menggunakan metode
(kemungkinan harga di bawah H0)
pengumpulan data angket, untuk
= 0,016. Pada
mencari data informasi perubahan
kesalahan) sebesar 5% = 0,05,
tingkah
maka harga 0,016 lebih kecil dari
laku
menggunakan
siswa
metode
bisa
observasi,
pada
0,05.
taraf α (taraf
Dengan
demikian
namun kendalanya adalah peneliti
hipotesis yang diajukan dalam
tidak mempunyai waktu yang intens
penelitian
untuk mengobservasi perilaku sehari-
“penerapan latihan asertif dapat
hari subyek penelitian di sekolah.
meningkatkan
Berdasarkan hasil penelitian
ini
yang
berbunyi
keberanian
bertanya pada siswa di kelas VIII-
yang telah dilakukan, maka dapat
E
menjadi implikasi bagi konselor
Lamongan” dapat diterima.
sekolah dalam membuat program
b. Saran
bidang pribadi sosial dengan layanan
1. Bagi
konseling kelompok dengan latihan asertif
untuk
meningkatkan
keberanian bertanya siswa.
SMP
Negeri
Konselor/
I
Babat
Guru
Pembimbing Penelitian
ini
menyatakan bahwa konseling
28
kelompok
dengan
tehnik
latihan
asertif
dapat
diinstruksikan
keberanian
pada tahap ini.
meningkatkan
asertif, maka siswa harus dapat dengan
baik
bertanya pada siswa di kelas
2.
Bagi Peneliti Lain
VIII-E SMP Negeri I Babat
a.
Bagi peneliti lain diharapkan
Lamongan, maka konselor atau
dapat
guru pembimbing hendaknya
experiment
dapat
meningkatkan
menggunakan kelompok kontrol
dalam
sebagai kelompok pembanding
tehnik latihan
artinya hasil yang diperoleh
Guru pembimbing
dapat diketahui keterandalannya
dapat
jika diberikan pada kelompok
kemampuan menerapakan asertif. diharapkan melaksanakan
tahapan
lain
menggunakan
true
design
yang
juga
yaitu
diberikan
konseling kelompok dengan
konseling kelompok
tehnik latihan asertif dengan
latihan
tepat, dan lebih difokuskan
kelompok eksperimen ini dapat
pada
dibandingkan
tahap
konseli
dan
mengatasi
pengeksploran perencanaan
masalah
konseli
kelompok dapat
pengaruh yang signifikan pada
penelitian.
kelompok
konseling tehnik
latihan
sehingga
apakah
hasil
penelitian akan sama dengan
karena tahap ini membawa
keberhasilan
asertif,
tehnik
pembanding memperkuat
b. Penelitian menggunakan
ini angket
yang hasil
hanya sebagai
29
alat pengumpul data yang belum
pembelajaran , diakses pada 17 Januari 2012
dapat mengidentifikasi perilaku siswa secara langsung,
bagi
peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian
serupa
dapat menambah alat pengumpul
Brown, George dan Wragg, EC. 1997. Bertanya ( Anwar Jasin, Penerjemah). Jakarta : PT.Raja Grafindo Perkasa. Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama.
data misalnya observasi karena dengan observasi peneliti dapat mengamati perubahan perilaku dari konseli secara langsung. Daftar Pustaka Ahmadi, abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineke Cipta. Arikunsto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Astuti, Puji. 2011. Studi Tentang Kecemasan Siswa ( Menumbuhkan Keberanian Siswa Untuk Aktif Dalam Pembelajaran ). ( Online ) http://poojetz.wordpress.co m/2011/01/13/studi-tentangkecemasan-siswamenumbuhkan-keberaniansiswa-untuk-aktif-dalam-
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga Darminto, Eko. 2007. Teori-Teori Konseling Teori dan Praktek Konseling Dari Berbagai Orientasi Teoritik dan Pendekatan. Surabaya: Unesa University Press. Djarwanto,
2003. Statistik Non Parametrik. Yogyakarta: BPFE.
Hidayah,Endah Dwi Nurul. 2002. Penggunaan Latihan Assertif Untuk Mengurangi Ketidakberanian Mengemukakan Pendapat Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 16 Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : BK FIP UNESA. Hadi, Sutrisno. 2002. Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset. Jati, Asrur MH, Abdullah. 2000. Membina Keberanian. Jatim: Putra Pelajar.
30
Kartika Sari, Eni. 2009. Penggunaan Latihan Asertif Untuk Menangani Perilaku Agresif Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Bojonegoro. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : BK FIP UNESA. Khotijah. 2008. Penggunaan Latihan Asertif Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa Kelas X-2 Di SMA Khadijah Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : BK FIP UNESA. King, Larry dan Gilbert, Bill. 2007. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja. Jakarta: PT Gramedia Pustakan Utama. Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press. M Moetodipuro, Sumantri. 1978. Keberanian Hiasan Pribadi. Jakarta: Gunung. Mukhid, Abdul. 2009. Bertanya Atau Menjadi Keledai. Yogyakarta: Pinus Book Publisher. Moeliono dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka. Parera,
Josh Daniel.1993. Keterampilan Bertanya dan Menjelaskan. Jakarta: Erlangga.
Setyafi.
2009. Assertive Training.( Online ) http://setyafi.multiply.com/j
ournal/item/11/Assertive_Tr aining?&show_interstitial=1 &u=%2Fjournal%2Fitem diakses pada 17 januari 2012 Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suradi. 1994. Masalah-masalah dan Diagnostik Kesulitan Belajar. Surabaya : Unesa University Press Surya, Muhammad. 2003. Teori-teori Konseling. Bandung : Pustaka Bumi Quraisy. Virgin, miss. 2010. Tehnik Konseling Asertif Training. ( Online ) http://misscounseling.blogsp ot.com/2011/03/tehnikkonseling-asertiftraining.html diakses pada 17 Januari 2012 Winkel, W. S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.