Lampiran 1. Praproses Citra 1. Perbaikan Citra Satelit Landsat Perbaikan ini dilakukan untuk menutupi citra satelit landsat yang rusak dengan data citra yang lainnya, pada penelitian ini dilakukan penggabungan antara citra satelit ETM Febuari 2012 dengan citra satelit ETM Maret 2010.
Citra Sebelum Diperbaiki
Citra Sesudah Diperbaiki
2. Koreksi Radiometrik dan Geometrik Koreksi radiometrik merupakan tahap awal pengolahan data sebelum analisis dilakukan untuk suatu tujuan yang diinginkan. Proses radiometrik mencakup koreksi efek-efek yang berhubungan dengan sensor untuk meningkatan kontras setiap piksel dari citra seperti tutupan awan yang paling umum menjadi kendala setiap pengolahan citra, sehingga objek yang terekam mudah diinterpretasikan atau dianalisis untuk menghasilkan data atau informasi yang benar sesuai dengan keadaan lapangan. Koreksi geometrik dilakukan untuk melakukan pemulihan (restoration) citra agar koordinat citra sesuai dengan koordinat geografi yang sebenarnya. Sistem koordinat yang digunakan dalam koreksi geometrik ini adalah proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) zone 48 N, dengan datum WGS 84. Titik kontrol lapangan yang dipilih diutamakan merupakan titik-titik yang permanen seperti perpotongan jalan, sungai, muara sungai, pulau kecil dan titik-titik lain yang dianggap tidak berubah posisi dalam jangka waktu yang lama. Menurut Purwadhi (2010) RMS error secara umum nilainya kurang dari 0,5 pada setiap pixel (Image cell). Pada koreksi citra landsat dibuat 30 titik GCP dengan nilai rata-rata RMS error 0,1684 (Lampiran 2). Nilai RMS error 49
50
menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.
Gambar 9. Posisi Ground Control Point pada Citra 3. Pemotongan Citra (Cropping) dan Kombinasi Band Cropping dilakukan untuk memfokuskan area penelitian sehingga memudahkan analisis citra dan lebih efektif pada daerah penelitian yang dikaji. Cropping dapat mempercepat pengolahan data karena mengurangi kapasitas memori citra yang sangat besar sebelum dilakukan cropping. Dalam penelitian ini citra dicropping dan difokuskan pada perairan Bintan Timur dan di bagi menjadi 4 lokasi penelitian yang secara visual terdeteksi terdapat padang lamun. Dalam penampakan citra visual yang lebih tajam digunakan komposit citra RGB (Red-Green-Blue) dengan pilihan kanal (band) 4-2-1 pada citra satelit Landsat ETM . Pemilihan ketiga kanal band ini dilakukan karena komposit band 4-2-1 paling sesuai untuk melihat penampakan dari penutupan lahan. Komposit red menggunakan band 4 yang sesuai untuk mendeteksi lahan/tanah kering. Semakin tinggi nilai digitalnya maka kenampakan di citra akan berwarna semakin merah. Komposit green menggunakan band 2 yang sesuai untuk mendeteksi klorofil pada vegetasi. Klorofil yang tinggi di daratan akan memberikan nilai digital pantulan yang tinggi dan ditunjukkan dengan warna hijau tua. Daerah yang berair dideteksi dengan menggunakan band 1 pada komposit blue sehingga daerah perairan digambarkan dengan warna biru. Biru muda menunjukkan perairan dangkal dengan kandungan sedimentasi yang cukup tinggi dan biru tua menunjukkan perairan yang lebih dalam dan cenderung lebih jernih.
51
4. Klasifikasi Algoritma Lyzenga dan Masking Setelah menggabungkan tiga band citra RGB 4-2-1 pada citra Landsat ETM dilakukan masking. Masking dalam penelitian ini dilakukan secara manual dengan menggunakan file vektor. Dalam penggunaan algoritma Lyzenga untuk mengetahui kondisi lamun diawali dengan pembuatan training area yang berjumlah minimal 30 region. Hasil pemotongan citra dilakukan penajaman citra dengan mengkombinasikan band 1 untuk mendeteksi daerah perairan dan band 2 untuk mendeteksi klorofil vegetasi yang berdasarkan algoritma penurunan standard exponential attenuation model yang menghasilkan persamaan yang disebut transformasi Lyzenga. Hasil dari proses ini didapatkan nilai rasio koefisien band 1 dan band 2 (ki/kj) yaitu 1.837267 (Lampiran 3). Nilai-nilai koefisien tersebut diterapkan pada algoritma Lyzenga (Y) = (log(b1))+(nilai ki/kj*log(b2)). Hasil dari transformasi Lyzenga berupa tampilan citra baru yang menampakkan kelas dasar perairan dangkal. Banyaknya kelas terlihat pada histogram yang diwakili oleh puncak-puncak nilai piksel yang dominan (Lampiran 4).
Setiap kelas habitat dasar perairan memiliki nilai spektral yang berbeda. Hasil algoritma lyzenga pada citra yang menunjukan perbedaan dasar perairan, daratan dan air (Lampiran 5).
52
Lampiran 2. Nilai Root Mean Square (RMS) titik koreksi geometrik citra Point 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
-----ACTUAL----Cell-X Cell-Y 3512995 4465911 3813095 5030203 3874063 5068257 2887294 4788946 2852771 4788946 3763994 5190602 5287544 5902731 5281682 5932491 3499044 5221985 2877430 4808674 3509480 5377061 2903883 4947217 2976518 4929283 3532289 5414666 2973827 4891172 3500049 5501736 2978759 4908210 3067534 5396473 3222667 5545776 883689 4686140 756807 4571323 774859 4582155 3265261 5522013 2951858 4661164 2897606 4850372 4321255 2884817 2990417 4503790 3246430 5455208 2924508 4560283 2896710 4619915
---PREDICTED--Cell-X Cell-Y 3512836 4465686 3812286 5030223 3874907 5068341 2887690 4788830 2853213 4788336 3763270 5190463 5287349 5902225 5281809 5932945 3498747 5222861 2876697 4808324 3509887 5376614 2903673 4947268 2976627 4929762 3532170 5415145 2974130 4890277 3499816 5501687 2979126 4908269 3068047 5396074 3222442 5545492 882929 4686713 757018 4570810 775173 4582409 3265915 5521992 2952155 4660865 2897681 4850305 4321128 2884666 2989638 4503417 3246430 5456020 2924677 4560407 2896193 4620390
RMS 0.2752 0.1089 0.2485 0.4132 0.0531 0.1372 0.2423 0.0712 0.1252 0.2125 0.104 0.0162 0.0912 0.2933 0.1452 0.2382 0.3722 0.3503 0.3628 0.0515 0.155 0.2039 0.3543 0.1212 0.1006 0.1975 0.2639 0.0122 0.2097 0.3024
53
Lampiran 3. Hasil Dari Nilai Ki/Kj Means
Summary
Report
for
Class/Region -----1 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 3 30 4 5 6 7 8 9
Band1 ----51 37 31.75 29.75 34.4 29.4 29.75 27.25 26.4 27.333 43 46.5 32.333 26 36 32.909 37.125 34.5 36.333 26.333 39.1 39.583 43 47.6 48.25 42.375 37 37.75 36.5 63.333
Band2 ----32.667 25 24 22.5 25.2 22.2 22.25 21.75 21 21.667 32 30 22.167 19 26.25 24.636 28 26.25 27.833 22.667 30.6 30.917 31 35.6 32.917 29.625 25.8 26.25 25 39.667
Band3 ----39.667 31 28.25 26.75 30 26.4 25.5 24.75 24.4 26 39 36 25.5 22.5 32.5 30.182 35.25 32.375 35.5 28.333 39.3 39.5 37 45.8 40 36 31.2 32.5 29.5 47.333
All var covar A Ki/Kj
Radiometrik,ers Band4 ----49 43 46.25 39.25 37.2 35 27 25.25 34.8 32.333 45 44.5 36.333 27 43 39.636 44 37.125 42.333 32 40.7 41.667 53 51 46.333 43.625 43 35.75 37.5 56.667
Band5 ----45 30 27.5 26 22.8 18 18.75 15.75 19.6 17 37 41.5 25.167 18 24.5 20.182 26.75 23.5 27.667 18.167 34.5 30.833 52 48.8 38.917 32.75 32.2 34 32.75 60.667
38.394 23.443 26.215 37.529 42.934 72.77487 23.45966 41.3527 55.86734 125.4388 38.14072 0.64649 1.837267
54
Lampiran 4. Histogram hasil algoritma Lyzenga dari Setiap Band
Band 1
Band 2
Band 3
Band 4
Band 5
55
Lampiran 5. Hasil Dari Klasifikasi Algoritma Lyzenga
Perairan Bintan Timur
Stasiun 2
Stasiun 4
Stasiun 1
Stasiun 3
56
Lampiran 6. Hasil Klasifikasi Unsupervised dan Warna Kelas
Perairan Bintan Timur
Stasiun 2
Stasiun 4
Stasiun 1
Stasiun 3
Edit Warna Pada Setiap Class
57
Lampiran 7. Penghitungan Persentase Jenis Lamun Koordinat
1° 8'0.41" LU 104°35'47.93" BT
Jenis Lamun Transek 1 Transek 2 Transek 3 Rata-rata No 1 2 3 4 5
Rata-rata Jumlah 31.67 18.67 11.33 5.667 3.333
STASIUN 1 Jumlah Jenis 1 42 32 21 31.67
2 18 16 22 18.67
Jumlah Persentasi Total % 70.67 44.81 70.67 26.42 70.67 16.04 70.67 8.019 70.67 4.717
Jumlah
3 14 13 7 11.33
4 5 3 9 5.67
5 3 0 7 3.33
KET: 1 2 3 4 5
Jenis Lamun Enhalus acoroides Thalasia hemprichi Cymodecea rotundata Syringodium isoetifolium Halophila spinulosa
82 64 66 70.7
STASIUN 2 Koordinat
1° 4'56.27" LU 104°38'20.78" BT
Jenis Lamun Transek 1 Transek 2 Transek 3 Rata-rata No 1 2 3 4 5
Rata-rata Jumlah 19.33 7.333 3 0 0
Jumlah Jenis Jumlah 1 24 19 15 19.33
2 9 5 8 7.333
3 2 5 2 3
Jumlah Total 29.67 29.67 29.67 29.67 29.67
Persentas i% 65.17 24.72 10.11 0 0
KET: 1 2 3 4 5
4 0 0 0 0
5 0 0 0 0
35 29 25 29.7
Jenis Lamun Enhalus acoroides Thalasia hemprichi Cymodecea rotundata Syringodium isoetifolium Halophila spinulosa
58
Koordinat
1° 3'2.94" LU 104°39'11.43" BT
Jenis Lamun
Jumlah 1 36 25 21 27.33
Transek 1 Transek 2 Transek 3 Rata-rata No
Rata-rata Jumlah
1 2 3
27.33 10.67 5.667
4 5
0 0
Koordinat
STASIUN 3 Jumlah Jenis
0°59'25.54" LU 104°38'20.53" BT
Jenis Lamun
Rata-rata No
Rata-rata Jumlah
1 2 3
6.667 1.667 0
4 5
0 0
3 5 9 3 5.67
4 0 0 0 0
5 0 0 0 0
54 45 32 43.67
Jumlah Persentasi Total % KET: Jenis Lamun 43.67 62.6 1 Enhalus acoroides 43.67 24.43 2 Thalasia hemprichi 43.67 12.98 3 Cymodecea rotundata Syringodium 43.67 0 4 isoetifolium 43.67 0 5 Halophila spinulosa STASIUN 4 Jumlah Jenis Jumlah 1 10 4 6 6.667
Transek 1 Transek 2 Transek 3
2 13 11 8 10.67
2 1 1 3 1.667
3 0 0 0 0
4 0 0 0 0
5 0 0 0 0
11 5 9 8.333
Jumlah Persentasi Total % KET: Jenis Lamun 8.333 80 1 Enhalus acoroides 8.333 20 2 Thalasia hemprichi 8.333 0 3 Cymodecea rotundata Syringodium isoetifolium 8.333 0 4 8.333 0 5 Halophila spinulosa
59
Lampiran 8. Penghitungan Biomassa Lamun STASIUN 1 Berat kering (g) Luas frame (m2) 25.45 0.04 27.37 0.04 34.43 0.04 Rata-rata
Biomassa (m2)-1 636.25 684.25 860.75 727.0833333
Transek 1 2 3
STASIUN 2 Berat kering (g) Luas frame (m2) 17.67 0.04 14.17 0.04 12.64 0.04 Rata-rata
Biomassa (m2)-1 441.75 354.25 316 370.6666667
Transek 1 2 3
STASIUN 3 Berat kering (g) Luas frame (m2) 22.13 0.04 15.64 0.04 19.72 0.04 Rata-rata
Biomassa (m2)-1 553.25 391 493 479.08333
Transek 1 2 3
STASIUN 4 Berat kering (g) Luas frame (m2) Biomassa (m2)-1 9.34 0.04 233.5 7.62 0.04 190.5 6.71 0.04 167.75 Rata-rata 197.25
Transek 1 2 3
60
Lampiran 9. Presentase Penutupan Lamun Transek 1 2 3 Rata-Rata Sisa Penutupan
Transek 1 2 3 Rata-Rata Sisa Penutupan
Transek 1 2 3 Rata-Rata Sisa Penutupan
Transek 1 2 3 Rata-Rata Sisa Penutupan
Nilai Tengah ( Mi ) 75 75 75 75 75
Nilai Tengah ( Mi ) 75 37.5 37.5 50
Nilai Tengah ( Mi ) 37.5 75 75 62.5
Nilai Tengah ( Mi ) 18.75 9.3 18.75 15.6
STASIUN 1 Frekuensi Jumlah SubKemunculan ( fi ) Transek ( ∑f ) 21 25 23 25 22 25 22 25
STASIUN 2 Frekuensi Jumlah SubKemunculan ( fi ) Transek ( ∑f ) 20 25 11 25 10 25 13.66666667 25
STASIUN 3 Frekuensi Jumlah SubKemunculan ( fi ) Transek ( ∑f ) 12 25 18 25 15 25 15 25
STASIUN 4 Frekuensi Jumlah SubKemunculan ( fi ) Transek ( ∑f ) 5 25 3 25 6 25 4.666666667 25
Persen Penutupan Lamun % ( c ) 63 69 66 66 34
Persen Penutupan Lamun % ( c ) 60 16.5 15 30.5 69.5
Persen Penutupan Lamun % ( c ) 18 54 45 39 61
Persen Penutupan Lamun % ( c ) 3.75 1.116 4.5 3.122 96.878
61
Lampiran 10. Data Parameter Perairan STASIUN 1 Arus Kedalaman (m/s) (m)
Suhu (°C )
Salinitas (‰)
Kecerahan (%)
DO (mg/l)
pH
Awal
29.5
34.7
100
0.15
0.65
7.2
7.8
Akhir
30.4
35.6
100
0.11
1.9
6.9
7.6
Utara
30.6
35.8
100
0.14
1.2
6.1
7.6
Selatan
31.7
34.2
100
0.13
1.13
6.2
7.7
Rata-rata
30.55
35.08
100
6.6
7.68
Suhu (°C )
Salinitas (‰)
Kecerahan (%)
0.133 1.22 STASIUN 2 Arus Kedalaman (m/s) (m)
DO (mg/l)
pH
Awal
32.3
35.1
100
0.12
0.42
5.8
7.1
Akhir
31.7
34.2
100
0.13
2.22
4.9
7.4
Utara
33.4
33
100
0.11
1.45
5.4
7.1
Selatan
31.8
35
100
0.12
1.3
6.2
6.9
Rata-rata
32.3
34.33
100
5.575
7.13
Suhu (°C )
Salinitas (‰)
Kecerahan (%)
0.12 1.348 STASIUN 3 Arus Kedalaman (m/s) (m)
DO (mg/l)
pH
Awal
35.1
33
100
0.09
0.54
5.4
7.8
Akhir
34.2
34.5
100
0.08
1.82
5.9
7.6
Utara
35.4
34.8
100
0.08
1.16
5.4
7.9
Selatan
35.2
34.4
100
0.09
0.95
6.1
7.8
Rata-rata
34.98
34.18
100
5.7
7.78
Suhu (°C )
Salinitas (‰)
Kecerahan (%)
0.085 1.118 STASIUN 4 Arus Kedalaman (m/s) (m)
DO (mg/l)
pH
Awal
26.3
26
100
0.32
0.92
4.2
6.2
Akhir
29.9
24.6
50
0.31
3.2
4.3
6.3
Utara
27.7
25.4
100
0.3
1.7
4.5
6.4
Selatan
28.4
27
100
0.29
1.4
4.6
6.2
Rata-rata
28.08
25.75
87.5
0.305
1.805
4.4
6.28
Koordinat 1° 8'0.41" LU 104°35'47.93" BT 1° 8'17.41" LU 104°36'27.23" BT 1° 8'32.45" LU 104°35'55.84" BT 1° 7'36.55" LU 104°36'26.00" BT
Koordinat 1° 4'56.27" LU 104°38'20.78" BT 1° 5'6.13" LU 104°38'36.37" BT 1° 5'20.05" LU 104°38'24.34" BT 1° 4'47.19" LU 104°38'42.43" BT
Koordinat 1° 3'2.94" LU 104°39'11.43" BT 1° 3'10.33" LU 104°39'25.91" BT 1° 3'17.63" LU 104°39'11.30" BT 1° 2'57.10" LU 104°39'29.15" BT
Koordinat 0°59'25.54" LU 104°38'20.53" BT 0°59'20.26" LU 104°38'36.44" BT 0°59'37.99" LU 104°38'40.22" BT 0°59'16.61" LU 104°38'27.16" BT
62
Lampiran 11. Penghitungan Kondisi Ekosistem Lamun Stasiun 1
2
3
4
Parameter Jumlah jenis Biomassa Persen Penutupan Jumlah jenis Biomassa Persen Penutupan Jumlah jenis Biomassa Persen Penutupan Jumlah jenis Biomassa Persen Penutupan
Total Nilai
IKL (%)
Kondisi Lamun
11
73.333333
Baik
5 3 3
7
46.666667
Sedang
1 3 3
7
46.666667
Sedang
1 1 1
3
20
Buruk
Nilai 3 3
1
63
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian
Foto 1. Lokasi Stasiun 1
Foto 2. Lamun Di Stasiun 1
Foto 3. Lokasi Stasiun 2
Foto 4. Lamun Di Stasiun 2
Foto 1. Lokasi Stasiun 3
Foto 4. Lamun Di Stasiun 3
Foto 1. Lokasi Stasiun 4
Foto 4. Lamun Di Stasiun 4
64
RIWAYAT HIDUP Berry Akbar lahir di Bandar Lampung pada tanggal 7 Oktober 1990, anak dari Zulfahmi dan Desmi Sasra. Anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan penulis mulai dari Taman Kanak-kanak Al - Masyitah Batam yang diselesaikan tahun 1996, lulus dari SD Kartini II Batam yang diselesaikan tahun 2002, lulus dari SMP Negeri 4 Batam tahun 2005 dan lulus dari SMA Negeri 1 Batam tahun 2008. Pada tahun 2009 diterima di Program studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Selama kuliah, Untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan penulis menyusun skripsi dengan judul “Pemetaan Sebaran dan Kondisi Ekosistem Lamun di Perairan Bintan Timur Provinsi Kepulauan Riau” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H. Otong Suhara Djunaedi, MS dan Syawaludin Alisyahbana Harahap, S.Pi.,M.Sc., ( Kontak penulis yang dapat dihubungi : 085668610112, email :
[email protected] )