Business Conference (BC) 2012 Yogyakarta, 6 Desember 2012
MENUMBUHKEMBANGKAN JIWA WIRAUSAHA PADA BIROKRASI KASUS DI BBP BARONGAN KABUPATEN BANTUL Teguh Kismantoroadji Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, UPN ”Veteran” Yogyakarta Jalan Lingkar utara Condongcatur Sleman Yogyakarta 55283 e-mail :
[email protected]
Abstract The research objective was to determine whether the entrepreneurial spirit has appeared on BBP Barongan personnel associated with the business for the purposes of farmers and seed production. The research methodology used is a combination of qualitative and quantitative research, qualitative and quantitative dominant - less dominant, with the BBP staff interviewed in depth Barongan. The results showed that BBP staff Barongan able menumbuhkembangan rice seed development of an entrepreneurial spirit, BBP staff Barongan Dunn was able to translate the message of mewirausahakan bureaucracy so that they can enter the PAD for Bantul and established business relationships between local government Bantul, BBP Barongan, breeders and farmers to meet the needs of rice seeds. Keywords: flower-growing, entrepreneurial, bureaucratic, PAD.
I.Pendahuluan Wirausaha, satu kata, namun begitu banyak makna. Jika hanya dikaitkan dengan individu, “agak” lebih sederhana dibandingkan dengan sebuah institusi, apalagi institusi pemerintah. Sama persis dengan lembaga Bulog, sebagai lembaga pemerintah, satu tangan dipakai untuk pelayanan yang berarti nonprofit, namun di tangan yang lain, menjadi lembaga profit. Di Kabupaten Bantul, ada institusi pemerintah daerah yang demikian, yaitu Balai Benih Pertanian (BBP) Barongan. Institusi ini di bawah Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, diawaki oleh PNS, namun harus berkreasi agar mampu menyediakan benih padi untuk masyarakat Kabupaten Bantul. Dalam realisasi di lapangan untuk penyediaan benih (padi), BBP Barongan tidak bekerja sendiri. Harus bekerjasama bermitra dengan petani penangkar. Pasang-surut
bermitra
dengan
petani
penangkar
sangat
mempengaruhi
ketersediaan benih yang ada. Karena diterapkan benar-benar dalam suasana bisnis sehingga transaksi menjadi bermakna.
Meminjam teori kebijakan publik dari Dunn (2000), maka model rasional Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, FISIP, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-17067-0-1
22- 1
Business Conference (BC) 2012 Yogyakarta, 6 Desember 2012
komprehensif, sepertinya bisa dipakai untuk pendekatan terhadap relasi birokrasi dan wirausaha. Sangat rasional memandang bahwa benih pasti dicari oleh petani karena terkait dengan produksi, di sisi lain BBP Barongan melihat dari segi keuntungan yang diperoleh. Karena itulah peneliti tertarik untuk mengangkat menumbuhkembangkan jiwa wirausaha pada personil BBP Barongan Kabupaten Bantul. Tujuan penelitian adalah untuk melihat apakah sudah muncul jiwa wirausaha pada personil BBP Barongan terkait dengan bisnis benih untuk keperluan petani dan produksi? II.Kajian pustaka Meredith, et. al. (2002), mengemukakan nilai hakiki penting dari wirausaha adalah percaya diri (self confidence), berorientasi tugas dan hasil, keberanian mengambil risiko, kepemimpinan, berorientasi ke masa depan, dan keorisinilan : kreativitas dan inovasi. Alma (2003), mengemukakan bahwa jalan menuju wirausaha sukses adalah mau kerja keras, bekerjasama, penampilan yang baik, yakin, pandai membuat keputusan, mau menambah ilmu pengetahuan, ambisi untuk maju, dan pandai berkomunikasi. Proses kreatif dan inovatif (Suryana: 2003) hanya dilakukan oleh orangorang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan yaitu percaya diri (yakin, optimis dan penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan), suka tantangan. Faktor pribadi yang mempengaruhi kewirausahaan adalah motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai pribadi, pendidikan dan pengalaman. Sedangkan dari faktor lingkungan adalah peluang, model peran, dan aktivitas. Tahap-tahap kebijakan publik menurut Dunn (1981) adalah penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi/legitimasi kebijakan, dan penilaian/evaluasi kebijakan. Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder. Dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, FISIP, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-17067-0-1
22- 2
Business Conference (BC) 2012 Yogyakarta, 6 Desember 2012
sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu, di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung pemerintah. evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan. III.Metodologi Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Mengacu pada Creswell (1994), model penggabungan pendekatan kuantitatif-kualitatif yang digunakan adalah dominant - less dominant design, dengan pendekatan kualitatif sebagai pendekatan utama (qualitative dominant) dan pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan pendukung (quantitative less dominant). Pendekatan kualitatif berposisi dominant karena digunakan pada uraian
spesifik
berupa
wawancara
mendalam
guna
menangkap
makna
kewirausahaan, serta memberikan eksplanasi secara kualitatif yang tidak tergambarkan dengan pendekatan kuantitatif. Penggunaan pendekatan kuantitatif yang didukung pendekatan kualitatif, dibenarkan secara metodologis (Cresswell, 1994; Brannen, 1997). Pendekatan kuantitatif berposisi less dominant karena fokus penelitian ini adalah untuk menampilkan data riil di lapangan. Pendekatannya adalah melakukan wawancara mendalam terhadap pengurus BBP Barongan sehingga diperoleh gambaran pengembangan wirausaha dan peran birokrasi. IV.Hasil dan Pembahasan Dalam realisasinya, staf BBP Barongan memiliki sikap kreatif dan inovatif karena melihat peluang bisnis benih. Kesungguhan ini memunculkan motif berprestasi, memunculkan jiwa kepemimpinan, berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan. BBP Barongan tidak bekerja sendirian, namun berdialog dengan setiap petani atau kelompok tani yang ingin melakukan kemitraan dengan Balai Benih Pertanian Barongan dan wajib mengajukan proposal dalam bermitra. Apabila telah memenuhi persyaratan seperti mempunyai lahan minimal satu hektar, adanya
Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, FISIP, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-17067-0-1
22- 3
Business Conference (BC) 2012 Yogyakarta, 6 Desember 2012
kesesuaian lahan, pihak Balai Benih Pertanian Barongan akan melakukan persetujuan dengan kelompok tani tersebut. Kelompok tani tersebut harus sudah merencanakan kapan akan mulai tanam. Pihak Balai Benih Pertanian Barongan akan memberi bantuan modal sebesar Rp 5.000.000,00/ hektar dan dari nilai tersebut sebesar 10% diberikan kepada petani untuk pembiayaan. Setelah menjalin kerjasama dengan Balai Benih Pertanian Barongan, kelompok tani tersebut diberi bantuan teknologi dengan sistem PTT (Pengelola Tanaman Terpadu) yaitu dengan membuat benih dengan waktu tanaman muda maksimal 12 hari dan sistem iwir dengan tanam dua menggunakan pupuk urea 200 kg dan ponska 200 kg, tidak banyak pengairan (periode seminggu sekali) dan seleksi. Melalui kerjasama ini, produktivitas petani yang awalnya ± 6 ton/hektar, setelah mengikuti penangkaran menjadi 8 ton/hektar serta penjualan di atas harga umum. Apabila harga umum setiap kilogramnya Rp 2.200,-, maka setelah mengikuti penangkaran ini dapat mencapai Rp 2.500,-/kg dengan sistem timbang bayar yaitu pembayaran yang dilakukan setelah penimbangan atau saat ini juga. Selain itu, keuntungan mengikuti kegiatan penangkaran benih lainnya adalah biaya produksi dapat ditekan, petani diberi motivasi dan kepastian harga. Bagi kelompok tani yang tidak dapat memenuhi target produksi yang telah ditentukan yaitu dua kali produktivitasnya kurang dari 7,5 ton per hektar, maka akan dilakukan pemberhentian kerjasama. Untuk benih sumber Balai Benih Pertanian Barongan bekerja sama dengan Balipa Sukamandi, BBU Wijilan, dan BBU Tegalgando Jawa Tengah. Data tentang penjualan hasil bermitra sebagai berikut :
Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, FISIP, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-17067-0-1
22- 4
Business Conference (BC) 2012 Yogyakarta, 6 Desember 2012
Tabel 1. Data penjualan benih bermitra dengan petani penangkar Tahun
Kelas
Varietas BD
Ciherang 2004 IR. 64 Kalimas Ciherang 2005 IR. 64 Ciherang IR. 64 2006 Batang Gadis Cimelati Ciherang IR. 64 Code Legowo Situ Bagendit Mekongga 2007 Sarinah Mira I Pepe Cigeluis Angke Situ Patengga Batu Tegi Ciherang Situ Patengga IR. 64 Situ Bagendit 2008 Pepe Code Cimelati Sintanur Ciherang Cibogo 2009 Pepe IR 64 IR 64 2010* Pepe Code
12.200 5.300 18.920 12.902 450 9.500 110 511 175 155 150 135 155 320 320 400 670 5.758 6.070 6.070 5.758 945
BP 29.940 14.980 600 14.920 14.000 27.303 19.446 1.215 19.090 41.195 160 145 60 128.995 8.495 1.450 2.160 34.200 4.715 87.947 114.861 114.861 87.947 1.450
Jumlah (kg)
BR 2.960 -
29.940 14.980 600 27.120 19.300 46.223 32.348 450 1.215 19.090 50.695 110 160 511 175 145 155 150 135 155 320 60 95.545 320 131.955 400 8.495 1.450 2.160 34.870 4.715 93.705 120.931 120.931 93.705 2.395
Jumlah Per Tahun/kg 45.520
2.800
46.420
3.500
80.236 3.800
71.861
4.200
240.325
4.200
254.221
4.700
251.901
5.000
Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, FISIP, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-17067-0-1
Penjualan Benih (Kg)
22- 5
Business Conference (BC) 2012 Yogyakarta, 6 Desember 2012
Ciherang 670 34.200 - 34.870 Total 87.644 804.335 2.960 990.484 Sumber: BBP Barongan, 2011 Ket.: BD = Benih Dasar; BP = Benih Pokok; BR = Benih Sebar
990.484
Data tersebut menunjukkan, kesungguhan staf BBP Barongan untuk terus melakukan bisnis benih padi, karena melihat peluang yang sangat besar. Kebutuhan untuk Kabupaten Bantul sendiri belum terpenuhi, sehingga langkah kerja keras, berinovasi, dan berkarya, tetap terus dilakukan. Kesungguhan ini dipandu dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, untuk terus melakukan pengadaan benih secara mandiri, sesuai dengan tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder yang mendukungnya. Ujung-ujungnya bagaimana BPP Barongan bisa memberikan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari sisi penjualan benih. Membalik paradigma lama bahwa instansi pemerintah tidak boleh berbisnis, dibantah dengan realitas di BBP Barongan. Artinya, dengan suntikan dana dari APBD Kabupaten Bantul, bisa memasukkan PAD. Bertahun-tahun semakin banyak benih padi yang dihasilkan oleh BBP Barongan, sehingga konsekuensi ikutannya adalah pemasukan. Inilah jiwa kewirausahaan yang dengan kemampuan kreatif dan inovatif sebagai dasar, kiat dan sumberdaya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan inovatif (Suryana, 2003) V.Kesimpulan 1.
Staf
BBP
Barongan
mampu
menumbuhkembangan
jiwa
wirausaha
pengembangan benih padi. 2.
Staf
BBP
Barongan
mampu
menerjemahkan
pesan
Dunn
tentang
mewirausahakan birokrasi sehingga mampu memasukkan PAD bagi Kabupaten Bantul. 3.
Terjalin hubungan bisnis antara Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, BBP Barongan, dan petani penangkar untuk memenuhi kebutuhan benih padi.
Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, FISIP, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-17067-0-1
22- 6
Business Conference (BC) 2012 Yogyakarta, 6 Desember 2012
VI.Daftar Pustaka Alma, Buchari. 2003. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta Ardhanari, Margaretha, et. al. (2007). Analisis Personal dan Struktural Pumik (Perempuan Pengusaha Mikro) Di Surabaya dalam Upaya Pengembangan Keberhasilan Usaha Bidang Ritel. Makalah disampaikan pada Lokakarya Regional : “Pengembangan Kewirausahaan Perempuan dalam Usaha Mikro & kecil”, Bali, 29-30 November 2007 Brannen, Julia. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Creswell, J.W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. London: SagePublications. Dunn, Willliam. 1981. Public Policy Analysis : An Introduction. Englewood Cliffs, Prentice Hall, N.Y. Meredith, Geoffrey G. 2002. Kewirausahaan: Teori dan Praktik. Jakarta : PPM Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat
Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, FISIP, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-17067-0-1
22- 7
Business Conference (BC) 2012 Yogyakarta, 6 Desember 2012
Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, FISIP, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-17067-0-1
22- 8