CERMAT BERBAHASA INDOIIESIA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENGGUNA BAHASA INDONESIA OIeh : Hari Wahyono
Abstract Language is a tool communication. Language has an important role as a' tool of communication. It is impossible for us to communicate without language.
"Berbahasa Indonesialah dengan Baik dan Benqr" slogan has been announced by the government at 20 Mei 199g. The aim is of Indonesian language must be able to use as the standard of Indonesian Language. In order to be able to use standard Indonesian language we need to use it carefully and
accurately.
Accuracy in using language show quality of using the language. The mistakes are usually accured *L.n he oi she doesn't have enough knowledge of the language rule.
Key words: Indonesian Language, language rule, accuracy, quality
A.
Pendahuluan untuk menyampaikan maksud, pikiran, dan perasaan kepada orang lain, dapat dilakukan dengan menggunakan suatu sarana, yaitu bahasa. Bahasa dapat dijadikan sebagai salah safu sarana komunikasi. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi, harus memenuhi kriteria. Adapun kriteria bahasa yang dipakai adalah saling diketahui, dipahami, ian {ite1ima. Dengan menggunakan bahasa yang sudah saling diketahui, dipahami, dan diterima, komunikasi antar individu dapat berjalan lancar.
Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi yang sangat penting. Tanpa bahasa, manusia tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik. Komunikasi 49
antarmanusia mampu membawa perubahan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak mungkin ada bahasa tanpa masyarakat, demikian juga masyarakat tidak akan dapat saling berkomunikasi tanpa bahasa (Badudu 1989: 3). Bahasa yang merupakan sarana komunikasi antarsuku di Indonesia, adalah bahasa Indonesia (BI). Dengan demikian, BI dapat juga dikatakann sebagai bahasa persatuan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dinyatakan pada ikrar Sumpah Pemuda pada 28 oktober 1928. Ikrar para pemuda yarlgberkaitan dengan pengukuhan BI sebagai bahasa persatuan tertuang pada butir ketiga yang berbunyi "Kami Putra dan Putri Indonesia menjuniung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Kedudukan BI selain sebagai bahasa persatuan, juga sebagai bahasa resmi negafa. Ketetapan tersebut termuat dalam Pasal 36 UUD 1945. Sebagai warga negara Indonesia, kita wajib menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Makna kata menjunjung, seperti yang teduang dalam butir ketiga Sumpah Pemuda dilandasi oleh sikap ke-Indonesiaan. Sikap tersebut 1928, mengisyaratkan bahwa semua warga negara Indonesia diharapkan untuk menghormati, memelihara, dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
B.
Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar Slogan gunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dicanangkan oleh Kepala Negara Republik Indonesia, saat itu Soeharto, tepatnya pada 20 Mei L995. Pencanangan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar karena keberadaan bahasa Indonesia yang baku sebagai pedoman bagi penutur bahasa Indonesia. Hal tersebut juga bertujuan agar meningkatkan mutu sumber daya (SDM) penutur BI. Dalam upaya meningkatkan SDM penutur BI, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, mencanangkan "Gerakan Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan" pada 2 Mei 2002 dan disertai dengan gerakan " Pengembangan Perpustakaan" oleh Menteri Pendidikan Nasional. Pencanangan "Gerakan Nasional
Peningkatan Mufu Pendidikan" dan "pengembangan perpustakaan,,, ditindak lanjuti oleh Ikatan penerbit Indonisia gr-9. ltatan penerbit Indonesia menindaklanjuti dengan pencanangan ..Hari Buku Nasional,, pada 17 Mei 2002. Dalam upaya menindaklanjuti berbagai upaya kebijakan seperti tersebut di atas, pusat Bairasa pun berupaya menerbitkan hasil hasil pengembangan bahasa untuk menyediakan bahan rujukan. Hal tersebut dilakukanjuga dalam rangka p.ningkutun mutu pengguna BI.
Bahan rujukan bagt para penutur BI, sebenarnya sudah drupayakan oleh'Pusat bahasa. Beberapa rujukan yang diterbitkan dan diseyogyakan untuk penutur BI, antara iain peaoman uLum Ejaan yang Disempurnakan, Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, ramus Besar Bahasa Indonesia. Tahun 1989, pusat Bahasa menerbitkan buku "Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia" dalam rangka peringatan kepada perin gatan ke-62-sumpah pemuda, 91 Hqi Sumpah Pemuda. dilakukan cetak ulang buku " petunjuk-praktis Berbahas) Indonesia,,. upaya menyediakan buku-buku rujukan selalu ditingkatkan. pada tahun 2003, Pusat Bahasa menerbitkan Buku praktis Bahaia Jilid ldanJilid 2. Pengadaan buku rujukan bagi para penutur tersebut bertujuan agar harapan penutur BI berbahasa Indonesia dengan baik dan benar aaf,at diwujudkan. Pemakaian BI dikatakan dengan baik dan benar, apabila tuturan sesuai dengan kriteria. Kriteria yang dimaksud aialah tuturan, .r"{u!. baik lisan maupun tulis, telah sesuai dengan situasi kebahasaan yanj dihadapi. Kriteria pemakaian BI dikatakan dengan benar jika ielah sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kaidah bahasa yang harus diperhatikan oleh para pemakai mencakupi lima aspek, yaitull) tata bunyi (fonologi), (2) tata bahasa (kata dan talimat),'(3) kosa' kata (termasuk istilah), (4) ejaan, dan (5) makna. Kriteria sesuai dengan situasi kebahasaan memiliki pengertian bahwa bahasa yang baik harus cocok dengan situasi pemakaiannya. Ada dua macam situasi kebahasaan yang dimaksud, yaitu situasi resmi dan sifuasi tidak resmi atau situasi santai. Situasi kebahasaan resmi adalah situasi yang berkaitan dengan masalah-masalah kedinasan atau keilmuan. - Mlngajar, ceramah, khotbah, pidato kenegaraan merupakan beberapa .onion komunikasi 5l
lisan yang termasuk dalam situasi resmi. Bentuk tuturan tulis yang termasuk dalam situasi resmi, di antaranya surat menyurat resmi, skripsi, tesis, disertasi , laporan resmi. Bentuk tuturan tulis lainnya yang juga termasuk dalam situasi resmi, antara lain tuturan di kain rentang (spanduk), papan nama, papan pengumuman. Suatu informasi tertulis yang disampaikan pada khalayak (umum), dipasang di tempat umum, termasuk bentuk resmi. Kain rentang, papan nama (papan nama usaha, praktik dokter, pengacara) adalah sarana informasi untuk umum, sehingga diseyoryakan bahasa yang digunakan bahasa yang baik dan benar. Masalah-masalah yang bersifat keseharian mengisyaratkan untuk memakai bahasa yang tidak baku, karena situasinya tidak resmi. Komunikasi yang terjadi di pos kamling, warung kopi, pasar (pada saat tawar-menawar). dalam lingkungan keluarga, adalah beberapa contoh komunikasi tidak resmi. Dalam situasi tidak resmi, bahasa berperan semata-mata sebagai alat komunikasi saja. Apabila lawan berbicara sudah memahami maksud penutur, menunjukkan bahasa yang dipakai telah memadai, tidak perlu mempertimbangkan pada kaidah. Sikap menghormati, memelihara, dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diwujudkan penutur dengan taat asas atau taat pada kaidah berbahasa yang berlaku. Bagaimanakah kenyataan di lapangan? Apakah para penutur sudah seperti yang diharapkan, yaitu taatpada kaidah bahasa Indonesia yang berlaku?
C. Sikap Positif Berbahasa Indonesia Sejak ditetapkan selagai bahasa persatuan, pada saat ini BI berusia 82 tahun. Di usia ke-82 ini, sepantasnyalah BI dikatakan sebagai bahasa yang sudah dewasa. Kedewasaan BI ini membangkitkan penulis untuk mengajukan dua pertanyaan yang jawabannya ada dalam benak kita masing-masing. Apakah kedewasaan bahasa Indonesia tersebut juga didukung oleh kedewasaan pemakaiannya? Apakah kita sudah berbahasa Indonesia taat pada kaidah yang berlaku? Kedewasaan pemakai BI mengandung makna bahwa pemakai BI sudah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar pada berbagai kesempatan. Seiring dengan perkembangan BI, tampaknya belum disertai dengan sikap positif para pemakainya. Sikap positif yang 52
dimaksud adalah sikap setia, bangga terhadap bahasa Indonesia, dan taat pada kaidah Bahasa Indonesia.
Tuturan penutur BI dalam situasi resmi dapat dikatakan bermutu jika hasil tuturannya sudah sesuai dengan kaidai yang berlaku. Mutu penutur BI semakin pada sikap yang dimiliki para penutur. _tampak Seperti disebutkan bahwa penutur Et bersikap positif jika .di _atas penutur tersebut setia dan bangga terhadap BI, taat pada kaidah yang _
berlaku. Namun sebaliknya, penutur dikatakan bersikap negatif jika penutur menujukkan sikap tidak setia dan bangga terhadaf, BI dan tuturan tidak sesrlai dengan kaidah BI. Fakta tuturan yang menunjukkan bahwa para pemakai belum menunjukkan sikap positif terhadap bahasa IndjonesL, terlihat pada papan nama usaha, papan informasil petunjuk (praktik dokter, rambu lalu lintas, WC umum, dll), gapura, (tugu ,rrurrri gang, perkampungan, atau desa) kain rentang. Ketidaktaatan pada kaidah ,.p"rti hal tersebut di atas, terjadi sudah bertahun-tahun. Keadaan ini diperparah dengan
tidak
adanya upaya perbaikan atau pembetulan oleh puru pemakai/penutur. Ketidaktaatan pada kaidah yang bersifat pernanen, menunjukkan bahwa belum adanya kaulitas p.iggunu BI. Kualitas terlihat jika para penutur cermat berbahasa. D. Cermat Berbahasa Untuk berbahasa dengan baik dan benar, butuh kecermatan.
Kecermatan menunjukkan bahwa penutur memahami
dan
menggunakan kaidah sebagai pedoman tuturan. Kecermatan juga menghasilkan tuturan yang benar. Kekurangcermatan tuturan menghasilkan kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa merupakan salah satu wujud tidak dipahaminya kaidah bahasa yang berlaku. Berdasarkan paparan di atas, untuk melihat fenyataan apakah para pengguna BI sudah cermat atau belum, berikut ini dipaparkan sebagian kecil dari kekurangcermatan penutur BI. Kekurangcermatan berbahasa Indonesia tampak terlihat di terbagal wltayan ai Indonesia. Kenyataan ini terlihat dari tuturan, terutama tuturan tulis. Berikut disajikan beberapa contoh.
53
1. HARI ULANG TAHI]N KEMERDEKAAN
RI KE.64
Bentuk tulisan HARI ULANG TAHW KEMERDEKAAN RI KE-64 dapat kita lihat di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di gapura-gapura. Hal tersebut merupakan wujud tulisan yang kurang cermat. Dikatakan kurang cermat karena dapat ditafsirkan bahwa negara Republik Indonesia sekurang-kuranglya ada 64. Penyusunan kata yang cermat, kata ke-64 sebaiknya diletakkan setelah kata ulang tahun, karena ke-64 untuk menyatakan ulang tahunnya, bukan Republik Indonesia. Jadi, tulisan yang benar adalah: ,HARI ULANG TAHUN KE-64 REPUBLIK INDONESIA' 2.
DIRGAHAYU HUT KEMERDEKAAN RI KE 64 Tuturan Dirgahayu HUT Kemerdekaan RI ke 64 memiliki makna ganda, bahkan berlebihan. Selain itu, dalam tutran tersebut terdapat beberapa kesalahan. Kata dirgahayu memlliki arti berumur panjang. Jika tuturan menggunakan kata dirgahqtu, cukup ditulis seperti berikut:
,DIRGAHAYU REPUBLIK INDONE SIA'
Dari tuturan tersebut mengandung arti bahawa yang diberi ucapan selamat berumur panjang adalah Republik Indonesia, bukan kemerdekaan. Haltersebut dikaitkan dengan kenyataan bahwa yang berulang tahun adalah Republik Indonesia. 3. BEBAS
PARKIR
Tulisan BEBAS PARKIRjuga merupakan wujud tulisan yang kurang cermat. Kata bebas .parkir diartikan orang 'dibebaskan dari pernbayaran parkir. Dalam arti yang sebenarnya, bebas parkir adalah dilarang parkir (no parking), atau areal tanpa ada yang parkir. Untuk menyatakan arti dibebaskan dari beaya parkir sebaiknya dipakai PARKIR GRATIS.\
4. JAM atau PUKUL Persoalan pemakaian kata jam, terutama yang tercantum dalam surat
undangan, tidak tepat. Kata jam dan pukul, masing-masing mempunyai makna sendiri. Kata jam, menunjuk makna 'masa atau jangka waktu', sedangkan pukul mengandung pengertian 'waktu 54
atau saat'. Karena dalam surat undangan yang dimaksud waktu atau saat, maka kata y angtepat dipak ai adalah pukul.
5.
GT]NAKAN SABUK KESELAMAT
Tulisan 'GUNAKAN SABUK ?ENGAMAI\r pada kain rentang di atas, mengandung makna bahwa sabuk keselamatan dapat menjamin keselamatan pemakainya. orang yang memakai sabuk, seperti yang dimaksud di atas, pada saat terjadi kecelakanan pasti selamat. Selamat yang dimaksud dalam hal ini tidak mati. Dalam hal yang sesungguhnya, orang yang sudah memakai sabuk pada saat mengalami kecelakaan tidak selamat/mati. Sabuk yang dipakai sebenarnya berfungsi sebagai pengaman. Sabuk mampu mengamankan pemakai dari terlempar akibat benturan keras ataupun mengamankan.dari guncangan. Berdasarkan paparan tersebut, tuturan yang tepat adalah 'GUNAKAN |ABUK PENGAMAN'. Tuturan tersebut sejalan dengan satuan pengaman,
j,aring pengaman, helm pengaman, kursi pengaman. Kekurang tepatan lain yang terpampang pada kain rentang di atas, adalah kata DISAMPING. Kata disamping tidak tepat, karena samping merupakan keterangan tempat. Dengan demikian penulisan yang benar adalah di samping.
55
6.
STANDART atau STANDARD
Penulisan kata STANDART pada kain rentang di atas tidak tepat. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia penulisannya adalah STANDARD. Kata standard diserap utuh dari bahasa Inggris standard.
Dokter atau Doktor
Kekurangcermatan penulisan, dapat juga ditemukan di teks papan nama usaha praktik dokter. Penulisan singkatan dokter di papan nama praktik, banyak yang tidak taat pada kaidah penulisan. Singkatan 56
yang tertulis di papan nama menggunakan ld/kapital (Dr, DR), padahal dokter tersebut belum atau bukan Doktor. Dokter adalah sarjana lulusan s-1, sedangkan doktor adalah sarjana lulusan S-3. penulisan singkatan dokter yang benar adalah'dr'.
D. Gagalkah Pembelajaran Bahasa Indonesia? Berdasarkan paparan beberapa contoh kekurangcermatan seperti tersebut di atas, apakah pembelajaran bahasa Indonesia, dari sekolah dasar hingga perguruan tingg, dikatakan gagal? Melihat kenyataan yang menunjukkgn bahwa kaum intelektual pun memiliki pemahaman yang kurang terhadap kaidah BI, tentunya para guru, dosen, terutama pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia maupun mata kuliah bahasa Indonesia di perguruan tinggr, perlu memikirkan bagaimana cara memanamkan kaidah bahasa Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar kaidah BI selalu menjadi pedoman atau anutan siswa maupun mahasiswa saat bertutur. Dengan tertanamnya kaidah BI sebigai pedoman bertufur pada diri siswa maupun mahasiswa, nasib kaidah -BI tidak akan seperti saat ini. Kaidah bahasa Indonesia tak berdaya di negerinya sendiri. Marilah kita yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kelestarian bahasa Indonesia, selalu berupaya agar bahaJa Indonesii tetap jaya di negara Indone.sia tercinta.. Semoga dengan selalu diperingatinya Bulan Bahasa di bulan oktober, pemakaiin bahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diwujudkan. Dari waktu ke waktu mutu pengguna BI semakin meningkat. peningkatan mutu pengguna BI merupakan salah satu wujud uapaya melestarikan BI. Pelestarian bahasa Indonesia merupakan usaha mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, bahasa negara, dan jati diri bangsa. Sikap menghormati, memelihara, dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar tercermin pada penutur yang taat asas atautaat pada kaidah berbahasa yang berlaku. Ketaatan pada kaidah BI yang berlaku sudah sepatasnyalah jika ditunjukkan oleh kaum intelektual. Kaum intelektual harus dapat menjadi contoh penutur lain, karena kaum intelektual dianggap mempelajari BI lebih kurang 12 s.d 1,5 tahun. Janganlah alasan melayani orang asing, tuturan tido| sesuai kaidah tetapi pembaca tahu maksudnya, dan alasan yang lain, /?"5!" kita harus mengorbankan kaidah BI tercinta
8S
'requlesec 0I -6 e^re[ u€p ege1u,(8oa elv\eurr]sl gereupes 'ege4edEoa 'qeEuel IILAX erseuopul erlses uup eseq€q q"Fu[ uenureged uped uu>pedtuusrp qele{€N 'rouag uDp 4!og Suot osoqog uDrmpuad DqDSn rc8oqas 3u1sy osDqDg osoqag uDt1I .9661 .,{rua11 ,o1ue1sn1 'sseJd dlrsrerrrun
eu€cel6 elnq : ege4ufSoa 'uasoe uop 'uotto;"to14 '.fi1nt1an1g '4oqo[ua4 o"rod opuV Tong 3ur7ua4 &uotr .i66I .l? ]E .r1ulleqpa16
'I p!1f DrsauopuJ 't002'urDl€lsnl sltyD.td rupg I iuJIrV leueez i.(pueq ,ouoEng
'l?uoISeN u€Tplpued ueuregedeq :uire>I€I DSDqog
'l?uorsuN uuTprpuod uauregedeq :rye{ef 'l plllt Dwauopul Dsoqog slplDrd mpg '8002'uDlulsnl4l lugpry leuaez tfpueq 'ouo8ng '3J31Y\S
: elre4eyrouag
udsn4 uo8uap D*auopuJ DsoqDq.tag 'V66I 'f,pueq 'ouo8ng
'lutrrqv : Sunpueg'DsauopuJ
ourquary'rg6I'elsv'urpeorgeg 'leWO IpuV: uye1ed8o1 'rouag 8uo[ uop qops Suot orsauopuJ Dsoqog .L66I .yq.ueprea 'ueefepnqe) uep ue{rprpued ueuregedeq : epe>l?f '8utrsy DtoX uop DMDN undo4 uDDrsauapufiua4 uouopad '966I 'uee,{epnqe;,1 uep ueTprpuod ueruegudeq DSDqDg
'oprrrsseJd
osDqDqDg
{ruep€{v : EuEIe[' otsauopul
pMnJ 's66l'res€I uurruv's uep ,1euee7.E .ulJlrv
{rurepu{V : u,,e.nef 'Drsauopul Dsoqog ,rqnlnnuo]\:;;X osoqDqDg uDqDpsax [00[ 'E661 .lp€H prrec uep \euee7.g\rFty '?)l€lsnd releg : wele['D$auopuJ osoqog nTDg osDqDg DtoJ.000z.p.tif,uese11 1tr1y .e1e.(y16
epentr : Euereure5 'tDuag uo8uap DrsauopuJ DSDqoqDg lnrun sltTotd uonrv DSDqDg plx'z66l.ouosrqr^\ u?1r\€unD,olpoureprpy
YXYISNd UVIdYO