MENJADIKAN NILAI-NILAI KEMENTERIAN KEUANGAN MENYATU DALAM DIRI PEGAWAI NEGERI SIPIL Oleh : Sumaryo, Widyaiswara BDK Palembang Tanggal 16 Oktober 2012
I. PENDAHULUAN Mengawali tulisan ini penulis akan mengutip tulisan tentang hukum konsentrasi yang bersumber dari tulisan Adi W Gunawan dan Ariesandi Setyono (dalam bukunya yang berjudul Manage your Mind for Success, 2007 : 93), yang menyatakan bahwa : “Semakin anda memikirkan sesuatu, semakin besar kapasitas dan energi mental yang anda curahkan pada hal itu. Semakin kuat fikiran itu maka semakin kuat pengaruhnya terhadap perilaku anda”. Jika kita anggap bahwa Nilai-Nilai Kementerian Keuangan yang terdiri dari 5 (lima) nilai itu, yaitu : Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan, dan Kesempurnaan, sebagai sesuatu karakter yang ingin kita wujudkan menjadi suatu ciri yang melekat, menyatu pada diri pegawai negeri sipil di lingkungan kementerian keuangan, maka kita
harus memulai untuk memperhatikannya nilai-nilai tersebut,
mengenalinya, dan memahaminya, serta bertekad untuk melaksanakannya. Yang penting seluruh pegawai kementerian keuangan dapat mengenali dengan sekenal-kenalnya nilainilai kementerian keuangan tersebut, selanjutnya memahaminya dengan sungguhsungguh nilai-nilai itu, maka kelak kita akan memperoleh hasilnya, yakni berupa wujud Pegawai Negeri Sipil Kementerian Keuangan yang dalam dirinya tertanam nilai-nilai kementerian keuangan yang telah dikenali dan difahami itu dalam bentuk perilaku dalam tugas kedinasan dan dalam kehidupan sehari-hari. Key word : kenali, fahami, nikmati hasilnya.
II. STRATEGI IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEMENTERIAN KEUANGAN
Merujuk pada alur fikir di atas, maka untuk dapat mewujudkan pegawai negeri sipil kementerian keuangan, yang dalam dirinya tertanam nilai-nilai kementerian keuangan dan telah menjadi kesepakatan bersama, yang diharapkan kelak nilai-nilai tersebut terpancar pada perilaku PNS baik dalam kegiatan kedinasan pada khususnya
1
maupun dalam kegiatan sehari-hari pada umumnya, maka diperlukan langkah-langkah strategis untuk dilaksanakan. Secara garis besar langkah-langkah strategis dimaksud dapat dijelaskan pada uraian berikut ini.
II.1. Sosialisasi yang menarik
Sosialisasi yang menarik mengapa diperlukan? Hal ini dikarenakan untuk sampai pada tingkat action implementasi nilai-nilai kementerian keuangan, diperlukan suatu proses secara bertahap. Secara singkat proses tersebut dapat dituliskan dengan istilah AIDA ( A = Awareness, I = Interest, D = Desire, A = Action). Istilah ini penulis peroleh pada saat mengikuti kuliah Strategi Pemasaran oleh Bapak Rhenald Kasali di Universitas Bengkulu kurang lebih 11 tahun yang lalu. Bertolak dari istilah di atas, maka untuk mengimplementasikan nilai-nilai kementerian keuangan, yakni tahap Action, harus dimulai dengan bagaimana caranya agar nilai-nilai tersebut dikenal dan dapat menarik perhatian semua pegawai kementerian keuangan. Pada tahap ini dapat dilakukan sosialisasi kepada semua pegawai dan diharapkan dapat menarik perhatian mereka. Ibarat suatu produk, nilai-nilai kementerian keuangan tersebut secara menyeluruh dan utuh dapat dikenal dengan baik oleh para pegawai, sehingga akan sampai pada tahap berikutnya, yaitu tahap tertarik (Interest), setelah tertarik maka perlu dilanjutkan dengan upaya berikutnya agar PNS tersebut merasa dirinya membutuhkan (desire) nilai-nilai itu untuk masa depan karier dan kehidupannya. Untuk memunculkan Desire dapat dilakukan dengan pendekatan motivasi dan berbagai kebijakan yang sifatnya menunjang, sehingga sampai tahap berikutnya yaitu action atau implementasi. Untuk melengkapi kegiatan sosialisasi dapat ditambahkah dengan simulasi/ peragaaan,
dan
cerita
orang-orang
sukses
.
Misalnya
bagaimana
integritas,
profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan baik secara parsial atau menyeluruh dapat diperagakan/ disimulasikan dihadapan peserta sosialisasi, agar mereka menjadi perhatian dan fokus. Melalui sosialisasi yang menarik yang dilengkapi dengan peragaan dan cerita tentang kesuksesan, diharapkan para peserta sosialisasi disamping memperoleh informasi yang lengkap mengenai isi dari sosialisasi yang diikuti, juga mereka terdorong untuk
2
memikirkannya, sehingga diharapkan mereka akan merasa tertarik (memiliki interest), lalu muncul untuk memenuhinya sebagai suatu kebutuhan (desire) dan akhirnya implementasi (action).
II.1.1. Tips Menyosialisasikan Nilai Integritas
Integritas yang didefinisikan sebagai ”befikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar, serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral”. Bahasa sederhananya kata integritas adalah satu kata dan perbuatan, artinya orang berintegritas itu adalah orang yang jujur, konsisten, tidak mudah terpengaruh oleh situasi apapun yang dihadapi. Ilustrasi yang dapat diberikan sebagai berikut. Umpamanya satu lembar uang kertas senilai 50 ribu rupiah yang masih baru, baunya wangi lagi. Jika dibelanjakan untuk membeli sate kambing muda plus lontong akan dapat satu porsi, dan pasti tukang sate tidak akan menolak saat kita membayar dengan uang pecahan 50 ribuan yang masih baru dan wangi tersebut. Jika pecahan uang 50-ribuan itu sebelum dibayarkan kepada tukang sate kita remas-remas dulu hingga lecek kemudian baru kita bayarkan kepada tukang sate. Apakah tukang sate itu akan menolak? Tidakkan. Atau uang pecahan 50-ribuan yang sudah lecek itu kemudian kita injak-injak hingga kotor lalu kita buang ditong sampah sehingga bau, kemudian kita ambil lagi dan kita bayarkan kepada tukang sate untuk satu porsi sate yang kita beli, apakah tukang sate itu akan menolak uang itu? Tidakkan. Lalu pertanyaannya, mengapa tukang sate itu tidak menolak uang 50-ribuan yang lecek, kotor dan bau itu? Ya karena benda atau uang itu bernilai. Artinya sesuatu yang bernilai itu sangat berguna, demikian halnya dengan integritas sebagai salah satu nilai-nilai kementerian keuangan yang sangat strategis dan bernilai tinggi. Dikatakan demikian karena intensitas nilai integritas sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai yang lainnya. Oleh karena itu kita harus menciptakan nilai itu dalam diri kita masing-masing, dan nilai itu disamping sebagai pembeda antara diri kita dengan orang lain, juga merupakan suatu yang sangat berharga karena akan dapat memunculkan suatu perilaku yang juga bernilai.
3
Untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara nilai (value) dan perilaku dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Gambar 1
Behavior Self Talk Rule Belief
Value
Value adl : apa yang kita yakini atau percayai sebagai sesuatu yang sangat berharga, bernilai, penting, atau signifikan dalam hidup kita. Belief adl : sesuatu yang kita Yakini sebagai hal yang benar Menurut pemikiran kita
Lingkungan Rule adl : belief dalam bentuk seperangkat aturan yang menentukan apakah kita merasa telah mencapai value atau hal yang penting Self Talk adl : dialog internal yang terjadi dalam diri kita. Self Talk selalu kita alami saat kita berinteraksi dengan lingkungan
Behavior. Jika diibaratkan gunung es, behavior adalah puncak gunung es yang tampak oleh mata kita. Apa yg kita ucapkan, lakukan, cara kita berbicara, bersikap, berinteraksi, reaksi/respon kita dalam menghadapi masalah saat berinteraksi dengan dunia di luar diri kita. Sumber : Adi W Gunawan dalam The Secret of Mindset (2007:62)
Terkait dengan nilai integritas sebagai bagian dari nilai-nilai kementerian keuangan, seperti yang pernah dimuat pada Tempo.Co, Sabtu 8 September 2102, Menteri Keuangan pernah mengatakan seusai test kompetensi CPNS di BPPK, beliau mengatakan “Sebagai pegawai negeri sipil integritas dan pengetahuan adalah hal yang utama. Begitu juga dengan karakter, kalau ahli dan pintar tetapi karakternya buruk juga percuma”. Pada acara tersebut Menteri Keuangan pun berharap semua calon pegawai negeri sipil (CPNS) kementerian keuangan mempunyai kompetensi yang baik. Dan pegawai negeri kementerian keuangan tidak hanya punya pengetahuan memadai soal bidang kerjanya, juga harus punya integritas.
4
II.1.2. Tips menyosialisasikan Nilai Profesionalisme
Profesionalisme sebagai salah satu nilai-nilai kementerian keuangan diartikan sebagai ”Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggungjawab dan komitmen yang tinggi”. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa orang yang profesional adalah merupakan tipe orang sukses (winners) dan bukan orang gagal (losers). Pertanyaan yang bakal muncul dari nilai profesionalisme kemungkinan adalah : kalau memiliki sifat profesionalisme atau menjadi seorang yang profesional, kira-kira manfaat apa yang akan bisa diperoleh yang dapat memberi kontribusi yang besar dalam menunjang keberhasilan karier dan kehidupannya sebagai PNS? Untuk memberikan jawaban yang meyakinkan atas pertanyaan di atas tidaklah mudah, karena ada unsur kepercayaan (trust) di dalamnya, dan kepercayaan yang menimbulkan suatu keyakinan untuk bertindak dengan cara yang benar. Terkait dengan nilai profesionalisme, penulis pernah membaca sebuah buku karangan Muchlas Suseno (dalam bukunya berjudul Power of Words, Seni Memotivasi Diri dan Orang lain, 2012 : 131). Dalam buku tersebut dikemukakan bahwa Adam Khoo, seorang penulis buku Master your mind, design your destiny, mengatakan kurang lebih begini : ”Bahwa orang sukses (Winners) dan orang gagal (losers) berbeda dalam hal memaknai suatu kegagalan”. Orang sukses melihat kegagalan sebagai suatu pelajaran bahwa dia tidak atau belum bekerja maksimal. Saat dia gagal maka dalam dirinya akan muncul pertanyaan : ” Saya gagal karena belum bekerja dengan maksimal, bila saya terus mencoba tentu akan berhasil”. Artinya disini muncul kesadaran dalam dirinya bahwa dia belum berusaha dan bekerja atas dasar kompetensi terbaik yang dia miliki. Sementara orang gagal selalu berkeluh kesah dan mencari-cari kesalahan orang atau pihak lain pada saat mengalami suatu kegagalan. Dalam menghadapi pekerjaan yang sulit, seorang pemenang akan berkata : ”Mungkin sulit tetapi hal itu dapat diselesaikan”. Sedangkan orang gagal akan berkata :”Mungkin dapat diselesaikan tetapi sulit. Sebagai seorang PNS kementerian keuangan mestinya menginginkan menjadi tipe orang sukses, dan bukan menginginkan dirinya dicap sebagai tipe orang gagal yang hanya bisa menyalahkan orang lain.
5
Permasalahannya adalah bagaimana menanamkan nilai profesionalisme dalam bekerja, tentu yang akan dipertimbangkan salah satunya adalah benefit yang akan diperoleh pihak yang bersangkutan. Disinilah pentingnya diberikan suatu pencerahan bagi setiap orang khususnya PNS, bahwa bersikap profesional pasti ada sesuatu manfaat yang dapat kita raih yaitu Trust (kepercayaan) dari pihak lain. Penulis dalam hal ini berpendapat bahwa trust (kepercayaan) pihak lain sangat dibutuhkan oleh setiap orang apapun profesinya. Perlu diingat bahwa Trust adalah merupakan salah satu unsur dari Social Capital selain Net Working. Jika kita mendapatkan kepercayaan maka pintu keberhasilan akan terbuka lebar, asalkan tidak menyalahgunakan kepercayaan itu, artinya jaga kepercayaan yang telah diraih dengan tanggungjawab dan komitmen yang tinggi. Oleh karena itu dalam menyosialisasikan nilai-nilai kementerian keuangan kiranya perlu dilengkapi dengan cerita orang-orang sukses agar dapat memberikan inspirasi bagi peserta. Ingat bahwa Profesionalisme akan mendatangkan kepercayaan pihak lain, dan jika kepercayaan pihak lain kita peroleh maka pintu keberhasilan akan terbuka. Bagaimana inspirasi berperan dapat dilukiskan sebagai berikut. Gambar 2.
BAGAIMANA INOVASI TUMBUH
1. MUNCULNYA IDE /GAGASAN
ide
inovasi
2. INSPIRASI BERSINERGI DENGAN IDE ; 3. BERANI MENCOBA DAN TERUS MENCOBA… MENCOBA….
inspirasi
tindakan
4. MUNCUL SESUATU YANG BARU… BARU….……INOVASI ……INOVASI
Sumber : Ardiansyah Parman “MEMPERKUAT PEREKONOMIAN DAERAH DARI PRESPEKTIF PERDAGANGAN Departemen Perdagangan, Jakarta, 3 Nopember 2008
6
II.1.3. Tips menyosialisasikan Nilai Sinergi dan Pelayanan
Sebelum menjelaskan lebih lanjut tips menyosialisasikan tentang sinergi dan pelayanan, terlebih dahulu dikemukakan tentang pengertian dari kedua nilai tersebut., agar dicapai suatu kesamaan persepsi. Pengertian sinergi diadalah membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas. Sedangkan pengertian pelayanan adalah : memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman. Beranjak dari dua pengertian di atas, maka jika kita amati keduanya berkaitan dengan pihak lain yaitu pemangku kepentingan, artinya diperlukan suatu keahlian khusus untuk mampu berhubungan dengan fihak lain secara efektif, yaitu interpesonall skills (keahlian interpersonal). Menurut Howard Gardner, seorang pakar psikologi dari Harvard, terdapat 7 (tujuh) jenis intelegensi (Intelegence), diantaranya adalah keahlian intra personal dan keahlian interpersonal. Keahlian intrapersonal merupakan kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupan dirinya sendiri secara efektif. Dalam konteks nilai-nilai kementerian keuangan, maka nilai integritas, profesionalisme, dan kesempurnaan lebih mengarah pada keahlian intrapersonal. Sedangkan keahlian interpersonal merupakan kecerdasan dalam hubungan dan memahami orang lain di luar dirinya.
Dengan keahlian interpersonal akan dapat
terbentuk kemampuan yang baik dalam mengorganisir orang, menjalin kerjasama dengan orang lain, ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok. Atas dasar pengertian pengertian di atas, maka dalam rangka implementasi nilai sinergi dan pelayanan perlu kiranya PNS Kementerian Keuangan dibekali dengan kemampuan interpersonal karena akitivitas mereka dalam menerapkan sinergi dan pelayanan akan bersentuhan dengan pemangku kepentingan atau pihak lain di luar dirinya. Terdapat banyak definisi mengenai kemampuan interpersonal, yang pada intinya kegiatan interpersonal sangat terkait erat dengan komunikasi. Dengan kata lain
7
komunikasi merupakan unsur utama dalam segala kegiatan manusia, termasuk kita sebagai PNS dalam mengimplementasikan nilai sinergi dan pelayanan. Dalam tulisan ini tidak dibahas interpersonal skills secara mendalam, namun penulis meyakini bahwa kemampuan tersebut sangat dibutuhkan bagi PNS khususnya dilingkungan kementerian keuangan sebagai suatu sarana untuk mengimplementasikan nilai sinergi dan pelayanan. Sedikit tips yang ingin penulis sampaikan sehubungan masalah komunikasi dalam hubungannya dengan penerapan nilai sinergi dan pelayanan, yakni tentang kata-kata ajaib dan kata-kata membunuh. Menurut Inge Hutagalung, dalam bukunya berjudul Pengembangan Kepribadian (2007 : 68), dalam berkomunikasi selain perlu memperhatikankan etika dalam berkomunikasi, juga perlu difahami kata-kata ajaib (magig words) dan kata-kata yang membunuh (Killer Words), seperti uraian berikut ini.
MAGIG WORDS Akan saya coba…. Saya akan tanya ke bagian ybs Akan memakan waktu, akan saya coba…. Maksud saya…. Maaf, boleh pindah kesini Terima kasih…. Silahkan…. Tentu…. Mari saya bantu…. Tolong….
KILLER WORDS Tidak bisa…. Tidak tahu…. Tidak mungkin…. Wah susah…. Bukan saya…. Jangan…. Terserah…. Salah sendiri…. Kan saya sudah bilang…. Cepetan dong….
Disadari atau tidak, saat individu menyebut kata-kata ajaib, maka ekspresi wajah, suara dan tatapan matapun akan menyelaras dengan dengan kata-kata tsb dan membentuk sikap diri yang bersahabat. Dan sebaliknya.
8
Dalam berkomunikasi selain perlu menggunakan kata-kata ajaib dan mengindari katakata membunuh, juga perlu memperhatikan pula gerakan-gerakan tertentu dalam berkomunikasi. Dalam kontek ini ada istilah Magig Gestures yang perlu dilaksanakan, dan Killers Gestures yang perlu dihindari.
MAGIG GESTURES
KILLER GESTURES
Bersidekap Berdiri tegak Duduk dengan tangan Duduk bermalasan terbuka Senyum dan antusias Menunjuk menggunakan satu jari Berbicara sambil Menunjuk dengan makan seluruh jari Eye Contact
Berkacak pinggang
II.1.4. Tips menyosialisasikan Nilai Kesempurnaan
Kesempurnaan diartikan sebagai ”Senantiasa melakukan perubahan disegala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik”. Dari pengertian tersebut secara eksplisit terdapat suatu pesan tentang perlunya melakukan suatu perubahan baik secara individu selaku PNS maupun secara kelembagaan dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik sesuai tupoksinya. Dalam konteks perubahan, maka pertanyaannya apakah melakukan suatu perubahan itu mudah?. Jawabannya bisa bermacam-macam, ada yang bilang mudah, ada yang bilang sulit, atau jawaban yang diplomatis ”ya tergantung situasi dan kondisinya”.
9
Fakta menunjukkan banyak orang yang sungguh-sungguh ingin berubah, namun tetap tidak bisa berubah, kalaupun bisa perubahan itu hanya bersifat temporer dan tidak permanen. Mengapa demikian....? Karena hal ini tergantung pada Mindset seseorang. Adi W Gunawan, dalam bukunya yang berjudul “The Secret of Mindset” (2007 : 14), menyatakan bahwa, mindset is beliefs that affect somebody’s attitude ; A set of beliefs or a way of thinking that determine somebody’s behavior and outlook (Kepercayaankepercayaan yang mempengaruhi sikap seseorang ; Sekumpulan kepercayaan atau suatu cara berfikir yang menentukan perilaku & pandangan sikap dan masa depan seseorang ). Belief adalah apa yang kita pelajari sejak kecil hingga saat ini dan kita yakini sebagai hal yang benar, dan hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Karena belief merupakan sesuatu yang dipelajari, maka belief ini bisa diubah, diganti, dimodifikasi, atau bahkan di tanggalkan. Untuk melakukan suatu perubahan (adanya perilaku untuk berubah) dalam rangka mengimplementasikan nilai kesempurnaan, maka mindset seseorang harus juga berubah, baik melalui perubahan : behavior, perception, self talk, emosion, state, dan belief. Jika ingin mengubah Mindset, maka sebenarnya yang harus diubah adalah belief atau kumpulan belief kita (Adi.W.Gunawan, 2007 : 15). Namun perlu disadari, meskipun kita sangat ingin merubah belief, prosesnya tidak semudah membalik telapak tangan. Beliefbelief itu akan mempertahankan diri dengan segala cara. Semakin ingin mengubah belief, maka semakin kuat belief itu melawan upaya tersebut, dan resistensi yang dialami adalah “Perasaan tidak enak”. Resistensi adalah konflik di antara apa yang kita rasakan (emosi : pikiran bawah sadar) dan apa yang kita pikirkan secara logis (pikiran sadar). Jika emosi berupa perasaan tidak enak tersebut menguasai diri kita, maka kita akan dipaksa untuk menghentikan
proses
perubahan.
Dan
hasilnya
bisa
ditebak,
upaya
untuk
mengimplementasikan nilai kesempurnaan akan terhambat. Untuk lebih jelasnya akan diilustrasikan pendekatan berupa kubus perubahan sebagai berikut.
10
KUBUS PERUBAHAN •
•
•
Sumber : Adi W Gunawan, dalam The Secret of mindset (2007:17)
Untuk mempengaruhi, menggoyahkan, atau merontokkan sisi atas kubus, dapat dilakukan dengan cara menggoyang, mempengaruhi, atau menghancurkan satu, dua, tiga, atau semua sisi kubus, Pada gambar di samping nampak bahwa : untuk mengubah perilaku (behavior) dapat dilakukan dengan mengubah self talk, persepsi, state, emosi, dan terutama belief. Dan cara yang termudah untuk mengubah perilaku adalah dengan menghancurkan dasar kubus, yaitu belief-nya.
II.2. Peningkatan Kecerdasan Spitual secara periodik dan berkelanjutan
Kecerdasan spiritual sangat diperlukan dalam rangka membentengi diri seseorang terhadap hal-hal yang negatif. Normalnya setiap orang mempunyai sesuatu yang diyakini yang berfungsi sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan agar nyaman dan bahagia, yaitu agama. Ajaran agama apapun pasti mengajarkan kebaikan untuk dilaksanakan dan perintah menjauhi larangan. Contohnya dalam konteks nilai integritas. Bagi penganut agama islam, kurang lebih 1400 tahun yang lalu telah diperkenalkan bahayanya orang munafik, yang cirinya : berkata dusta, dipercaya berhianat, dan berjanji mungkir. Umumnya orang tidak suka dijuluki sebagai munafik. Kalau kata munafik itu merupakan sesuatu yang dipercaya jelek (menjadi belief-nya) yang tersimpan dalam memori fikiran bawah sadarnya, maka itu menjadi kekuatan luar biasa untuk menolak setiap perilaku/ perbuatan yang memenuhi unsur ciri-ciri munafik itu, dan ini merupakan perilaku yang sejalan dengan menegakkan nilai integritas.
11
III. Kesimpulan Upaya mengimplementasikan nilai-nilai kementerian keuangan dapat dilakukan dengan beberapa cara ;
1. Sosialisasi yang menarik perhatian bagi semua pegawai, karena dengan mereka menaruh perhatian terhadap materi yang disosialisasikan (awareness), maka akan memunculkan interest, selanjutnya desire, dan akhirnya action (implementasi) ;
2. Peningkatan Kecerdasan Spitual secara periodik dan berkelanjutan, misalnya ceramah agama, dan lain-lain sesuai dengan targetnya pesertanya berdasarkan keyakinan masing-masing, sangat diperlukan untuk lebih memudahkan dalam mengimplementasikan nilai-nilai kementerian keuangan, diantaranya integritas.
Daftar Pustaka : 1. Soemarno Soedarsono (2005), Hasrat untuk berubah, Elex Media Komputindo ; 2. Inge Hutagalung (2007), Pengembangan Kepribadian, PT Indeks, Jakarta. 3. Muchlas Suseno (2012), Power of Words, Seni Memotivasi Diri dan Orang Lain, PT.Komodo Books, Jakarta; 4. Adi W Gunawan, Ariesandi Setyono (2007), Manage yout mind for success, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 5. -----------------------------------------------(2007), The Secret of Mindse, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sumaryo,Widyaiswara BDK Palembang
12