MENINJAU ASPEK DIMENSIONAL KONVERGENSI MEDIA DALAM TUBUH KOMPAS GRAMEDIA Paper Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Konvergensi Media
Muhammad Neil Imanurachman | 0906524671 | Komunikasi Media
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2011 i
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
ii
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
iii
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah YME, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya telah menyelesaikan paper yang berjudul “Meninjau Aspek Dimensional Konvergensi Media dalam Tubuh Kompas Gramedia.” Paper ini ditulis sebagai tugas akhir pada Mata Kuliah Konvergensi Mediayang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu Komunikasi, Program Sarjana Reguler, FISIP UI.
Dalam menyusun paper ini, beberapa pihak telah membantu saya sehingga paper Konvergensi Media ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, saya sebagai penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Irwansyah, M.A. yang merupakan dosen pengampu Mata Kuliah Konvergensi Media . Bimbingan dan arahan dari beliau amatlah besar dan sangat bermanfaat bagi saya. 2. Juli Bestian Nainggolan yang merupakan narasumber utama untuk penyusunan paper ini. Segala data dan informasi yang beliau berikan amat membantu saya dalam menyusun paper ini. 3. Teman-teman satu program studi Komunikasi Media. Terima kasih atas pertemanan serta saran dan masukannya terhadap paper yang saya susun ini.
Kami berharap paper ini dapat bermanfaat bagi khazanah ilmu pengetahuan di Indonesia serta bermanfaat pula bagi siapapun yang membacanya. Saya berharap dari paper saya ini akan terlahir karya akademis lainnya yang dikembangkan lebih jauh oleh siapapun yang merujuk pada paper ini. Meski demikian, saya sadar bahwa paper ini masih jauh dari sempurna. Saya pun mengharap kritik membangun dari berbagai pihak untuk kemudian menyempurnakan paper ini.
Depok, Februari 2013
Muhammad Neil Imanurachman
iv
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
v
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
ABSTRAK Kelompok Kompas Gramedia (KG) adalah perusahaan yang kini sedang menjalankan konvergensi media dalam perusahaannya. Di dimensi teknologi, KG telah menggunakan beberapa seri teknologi digital terbaru seperti smartphone yang terkoneksi internet untuk mendukung kinerja peliputan. Konten multimedianya pun beragam seperti Harian Kompas dan kompas.com yang menyediakan berita dalam format teks, gambar, hingga video. Kepemilikan KG pun banyak memiliki beragam jenis unit usaha dari media hingga nonmedia yang pemiliknya berasal dari dalam tubuh KG tersebut. Di sisi Kolaborasi dan koordinasi, KG dapat menerapkan strategi ruang berita yang terkonvergensi dalam kinerjanya sehari-hari. Penerapan konvergensi media di lingkungan KG tidak luput dari permasalahan. Seringkali ada karyawan yang keberatan dan kurang memahami mengenai teknologi canggih yang diharuskan untuk digunakan. Konten multimedia yang dimiliki KG pun sering mengalami permasalahan dalam peliputan di kalangan wartawannya. Dari segi kepemilikan, pemilik masing-masing unit usaha masih berselisih mengenai sistem kepemilikan yang menggunakan sistem perusahaan modern. Sisi kolaborasi dan koordinasi juga masih banyak diwarnai dengan kerasnya perdebatan para jurnalis mengenai transisi menuju konvergensi. Makalah ini mencoba melihat bagaimana KG menginternalisasi konvergensi media ke dalam cara kerja perusahaan media tersebut sekarang ini. Dengan pendekatan dimensional dari konvergensi media, yakni konvergensi teknologi, konten multimedia, kepemilikan, kolaborasi, dan koordinasi, penulis mencoba melihat bagaimana jatuh bangunnya KG menghadapi permasalahan menuju konvergensi. Data di dapat dengan cara melakukan wawancara mendalam dengan seorang petinggi KG yang kompeten akan hal ini. Hipotesis dari makalah ini adalah KG sedang melakukan transisi besar-besaran dari desintegrasi menuju konvergensi media yang terintegrasi. Di dalamnya banyak sekali masalah yang timbul akibat dinamika perubahan sistem yang menuju konvergensi media. akan tetapi, masalah tersebut lambat laun akan memberikan pelajaran tersendiri bagi KG sehingga dapat menyesuaikan diri menyambut konvergensi media sepenuhnya yang akan disongsong pada tahun 2013. Kata kunci: Konvergensi Media, Kompas Gramedia, Teknologi, Komunikasi, Dimensional vi
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
ABSTRACT Kompas Gramedia group is one of media company which applied media convergency over their activity. From technological dimension, Kompas Gramedia is using some of brand new digital technology like smartphone with internet connection for supporting its reporting activity. Kompas Gramedia has their own multimedia content, such as Harian Kompas, Kompas epaper, and Kompas.com that provides news in text, picture, and video. Besides of media, Kompas Gramedia has a nonmedia company too, like hotel and event organizer. In collaboration and coordination dimension, Kompas Gramedia able to apply the strategy of convergent newsroom in their daily activities. The application of media convergence in Kompas Gramedia isn‟t free of problem. Sometimes, there is a employee who can‟t operate the latest technology. Multimedia content of Kompas Gramedia often got a problem in case of reporting activities. In ownership, each owner of business unit still have a conflict about using modern company system. In collaboration and coordination too, Kompas Gramedia still has a matter about transition process towards convergence phase. This papers is trying to know how Kompas Gramedia internalize media convergence to their work method nowadays. With dimensional approach of media convergence, that is technological convergence, multimedia content, ownership, collaboration and coordination, we as a writer is trying to look further about the struggling of Kompas Gramedia face many problems towards convergence era. Data can be collected by doing a depth interview with one of influential person of Kompas Gramedia, who knows many thing about the journey of Kompas Gramedia. A hypothesis of this papers is Kompas Gramedia now in a phase of big transition from disintegration towards media convergence with total integration. There is a lot of problem inside as effect of system changing towards media convergence. Although, those problems slowly can give a learning for Kompas Gramedia so that they can adapt themselves to perfectly applied media convergence in 2013.
Keywords: Media convergence, Kompas Gramedia, Technology, Communication, Dimensional vii
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
KATA PENGANTAR
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB I
BAB II
BAB III
Pendahuluan
1
Latar Belakang
1
Sejarah Kompas Gramedia
2
Pembahasan
5
Permasalahan
5
Literature Review
7
Analisis Kasus
11
Penutup
19
Kesimpulan
19
Solusi
20
BIBLIOGRAPHY
21
LAMPIRAN
22
viii
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Konvergensi media merupakan sebuah fenomena yang sedang marak terjadi di dunia, termasuk di media-media di Indonesia. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat merupakan faktor pemicu utama dari fenomena konvergensi media ini. Bayangkan saja, teknologi sekarang sudah memungkinkan adanya sebuah hubungan komunikasi dari ruang dan waktu yang berbeda. Jarak bukan lagi penghalang dalam dalam melakukan komunikasi dan bukanlah sebuah masalah yang berarti dalam meliput dan menyebarkan informasi. Komputer dan internet menjadi sebuah alat yang wajib dimiliki oleh media dalam menerapkan konvergensi ditengah-tengah kinerja media tersebut. Hal tersebut menjadikan sebuah perusahaan media merasa lebih efektif dan efisien untuk mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi tersebut ke dalam aktivitas kerja perusahaan media.
Dikarenakan adanya teknologi yang canggih tersebut banyak peluang bisnis yang tercipta dan dilihat sebagai sebuah peluang yang menjanjikan dan menguntungkan. Kini sebuah perusahaan media memiliki lebih dari satu jenis media. Surat kabar, majalah, tabloid, radio, televisi, dan situs internet, semua jenis media tersebut dengan adanya konvergensi media semua dimungkinkan berada dalam satu grup media. Dengan kata lain, satu pemilik untuk beberapa jenis media.
Kondisi tersebut terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Konvergensi di indonesia umumnya terjadi diawali dengan diakuisisnya media yang lebih kecil dengan media yang lebih besar dan telah lebih lama beroperasi sehingga memiliki nama dan reputasi yang baik di kalangan masyarakat. Salah satu perusahaan media yang alur evolusi menuju konvergensinya dengan cara tersebut ialah Kompas Gramedia. Grup media terbesar di Indonesia ini sudah berdiri dari tahun 1960-an. Untuk itu menarik untuk melihat bagaimana rekam jejak Kompas Gramedia dalam perkembangannya menuju arah konvergensi media. Tentunya banyak sekali dinamika di dalamnya yang dapat dipelajari untuk kemudian menjadi pelajaran untuk melakukan konvergensi media dengan memaksimalkan kelebihannya dan meminimalisasi kekurangannya. 1
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
1. 2. Sejarah Kompas Gramedia Kompas Gramedia (KG) lahir dengan diawali oleh terbitnya majalah bulanan Intisari pada tanggal 17 Agustus 1963 oleh Petrus Kanisius (PK) Ojong dan Jakob Oetama (JO), bersama J. Adisubrata dan Irawati SH. Majalah bulanan Intisari bertujuan memberikan bacaan untuk membuka cakrawala bagi masyarakat Indonesia. Kemudian pada 28 Juni 1965, diterbitkan Surat Kabar KOMPAS, yang berawal dari ide menerbitkan koran untuk melawan pers komunis. Pada mulanya KOMPAS terbit sebagai surat kabar mingguan dengan 8 halaman, lalu terbit 4 kali seminggu, dan hanya dalam kurun waktu 2 tahun telah berkembang menjadi surat kabar harian nasional dengan oplah mencapai 30.650 eksemplar. Pada tanggal 2 Februari 1970 didirikan Toko Buku Gramedia untuk memperkuat penyebaran produk dan menjual buku-buku yang berasal dari luar negeri juga sebagai langkah diversifikasi usaha.
Pada tahun 1971 perusahaan mendirikan Percetakan Gramedia di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta yang dalam perkembangannya kemudian diciptakan sebuah sistem cetak jarak jauh (remote printing) sebagai terobosan baru teknologi percetakan untuk mempercepat distribusi koran harian KOMPAS di daerah. Beberapa tahun setelah Percetakan Gramedia lahir, didirikan unit bisnis Radio Sonora, berkedudukan di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat. Radio Sonora didirikan oleh para pendiri Kompas Gramedia untuk memberikan layanan informasi bagi masyarakat melalui media elektronik, selain melalui media tertulis. Selain itu, untuk mengisi kekosongan bacaan khusus anak-anak, diterbitkanlah majalah anak-anak Bobo pada tanggal 14 April 1973. Majalah Bobo terdiri dari 16 halaman kertas koran, dengan oplah mencapai 50.000 eksemplar, dan menjadi majalah anak-anak pertama yang berwarna di Indonesia. Usaha di bidang majalah ini kemudian semakin berkembang dan merambah ke segmen remaja, wanita, pria, otomotif, pengetahuan, teknologi dan umum, yang semuanya tergabung dalam unit bisnis Kelompok Majalah.
Pada tahun 1974 didirikan unit bisnis PT Gramedia Pustaka Utama (GPU) sebagai penerbit buku umum dan pada tahun1985 didirikan unit usaha khusus untuk menerbitkan buku-buku elektronik, buku komputer, yang kemudian juga merambah ke buku-buku komik, yaitu PT Elexmedia Komputindo. Khusus untuk buku-buku ajar, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah, 2
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
didirikan penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo), dan kemudian pada 1 Juni 1996 juga didirikan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), kemudian Penerbit Buku Kompas, yang antara lain mendaur ulang tulisan-tulisan yang pernah dimuat di harian KOMPAS. Pada tahun 1976, Kompas Gramedia mendirikan unit bisnis PT Gramedia Film namun sayangnya tidak berumur panjang. Selanjutnya barulah pada 1981 Perusahaan juga melakukan diversifikasi usaha di luar core business dengan membangun unit bisnis perhotelan, yang dimulai dengan didirikannya PT Grahawita Santika (PT GWS) yang telah hadir di berbagai kota besar di Indonesia.
Pada bulan April 1988, Kompas Gramedia mendirikan Tabloid BOLA yang cikal bakalnya merupakan sebuah rubric dalam harian KOMPAS. Dalam perkembangannya, BOLA menambah bauran produk dalam bentuk buku dan majalah. Tidak hanya terpaku pada dunia olahraga, BOLAmerambah juga ke bidang kesehatan, dengan diterbitkannya Tabloid SENIOR, dan kemudian berubah menjadi Tabloid Gaya Hidup Sehat. KOMPAS pun memiliki perusahaan pers daerah (Persda) yang terbit hampir di seluruh propinsi dengan brand Tribun. Melihat perkembangan perekonomian dan dunia bisnis di Indonesia, pada tahun 1996 Kompas Gramedia mendirikan PT. Grahanusa Mediatama yang menerbitkan Tabloid KONTAN.
Perjalanan bisnis Kompas Gramedia tiba pada perkembangan tren di masyarakat yang menunjukkan fenomena meningkatnya penggunaan jaringan internet untuk mendapatkan informasi, maka Harian KOMPAS membuat versi online dari harian KOMPAS cetak yang disebut Kompas Online dengan alamat http://www.kompas.com dibawah asuhan PT. Kompas Cyber Media. Pada tahun 1999, dengan tujuan memberikan informasi yang lebih khas bagi warga Jakarta dan sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), diterbitkanlah Harian Warta Kota.
Upaya diversifikasi kembali dilakukan pada tanggal 25 November 2005, dengan mendirikan Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang dikelola oleh Yayasan Media Informasi Kompas Gramedia.. Selanjutnya, seiring dengan perkembangan teknologi dan situasi lingkungan bisnis di media, bisnis media cetak diarahkan untuk melakukan transformasi menuju era digital. Dengan 3
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
demikian sosok media selanjutnya ditampilkan melalui multi media, multi channel, dan multiplatform (MMM). Maka pada 2011 lahirlah KOMPAS TV yang memproduksi program acara yang memberikan value added kepada pemirsa, sehingga program-program yang akan ditayangkan
mengandung
nilai-nilai
kemanusiaan,
nilai
sosial
dan
(http://www.kompasgramedia.com/aboutkg/history, 2011)
4
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
pendidikan
BAB II PEMBAHASAN 2. 1. Permasalahan Konvergensi media tentunya bukan merupakan sebuah hal yang mudah untuk diterapkan. Banyak penyesuaian disana sini yang kadangkala menjadi sebuah permasalahan. Seperti halnya mengadopsi budaya baru, konvergensi media membawa sebuah kultur tersendiri yang mengharuskan perusahaan media tersebut menyesuaikan nilai-nilai perusahaan yang dimiliki hingga kepada nilai-nilai dan otonomi yang dimiliki sebelumnya dengan apa yang disyaratkan oleh konvergensi media. Kompas Gramedia sebagai salah satu grup media terbesar di Indonesia juga mengalami banyak dinamika dalam transisi menuju konvergensi media sepenuhnya.
Kompas Gramedia mengadopsi teknologi baru untuk dapat menerapkan konvergensi media dalam seluruh kinerja perusahaan. Pengadaan peralatan peliputan khusus seperti kamera dan beragam gadget lainnya diwajibkan untuk digunakan kepada para jurnalis Kompas Gramedia untuk mendukung kinerja peliputan. Dalam pengolahan berita, dibuat juga sebuah Digital Assests Management yang merupakan sebuah database berita-berita yang telah diliput oleh seluruh wartwawan Kompas Gramedia. Di dalam pengoperasiannya, banyak ditemukan kasuskasus yang menyangkut hal teknologi ini yang berada kebanyakan pada level wartawan. Wartawan sulit untuk beradaptasi dengan teknologi baru tersebut. Hal tersebut juga dikarenakan wartawan yang bekerja di Kompas Gramedia sudah berumur cukup tua sehingga mereka lebih cocok dan lebih terbiasa dengan teknologi sederhana yang sebelumnya telah mereka gunakan dalam peliputan sebelumnya. Hal ini merupakan sebuah permasalahan yang berada pada lingkup konvergensi teknologi Kompas Gramedia. Untuk itu, perlu diketahui bagaimana sebenarnya Kompas Gramedia melewati dan memberikan jalan keluar terhadap permasalahan ini.
Dalam konten multimedia, Kompas Gramedia memiliki beberapa jenis penyajian konten. Di cetak ada Harian Kompas, Warta Kota, Tribun, dan aneka majalah dan tabloid. Dalam Penyiaran, ada radio Sonora, Motion Radio, hingga Kompas TV. Juga dalam internet ada Kompas epaper dan kompas.com yang menyediakan berbagai macam jenis media dari teks, foto, audio, dan video. Permasalahan yang terjadi adalah ketika pengaturan mengenai pengelolaan berita yang 5
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
masuk. Di era konvergensi ini, memungkinkan bahwa adanya pemutasian berita dari yang telah diliput oleh wartawan harian Kompas tapi kemudian dimuat di platform media yang lain, kompas.com misalnya. Nah apakah hal ini menjadi sebuah permasalahan juga di Kompas Gramedia atau tidak mengingat bahwa konvergensi media menghendaki hal tersebut.
Kepemimpinan Kompas Gramedia kini merupakan contoh kepemimpinan yang sistemnya mengikuti kaidah perusahaan modern yang ditandai dengan adanya jabatan seperti Corporate Executive Organization (CEO) di tampuk jajaran atas kepemimpinan. Tentu saja sekarang Kompas Gramedia masih dipimpin oleh pendiri sekaligus pemiliknya, yakni Jacob Oetama. Di bawah Jacob Oetama barulah susunan kepemilikan dan kepemimpinan berbagai jenis unit usaha seperti majalah, tabloid, radio, tv, hotel, dan event organizer. Dalam kepemilikannya yang begitu besar dan banyak dalam memiliki berbagai jenis usaha baik media dan nonmedia, timbul pertanyaan apakah Kompas Gramedia memonopoli pasar media di indonesia atau tidak. Kemudian dalam UU Telekomunikasi terkait kepemilikan media, apakah Kompas Gramedia melanggar tata aturan mengenai kepemilikan tunggal berbagai macam media atau tidak. Selanjutnya mengenai bagaimanakah kepemilikan dan kepemimpinan Kompas Gramedia dalam era konvergensi ini sehingga berujung pada sebuah keberhasilan dalam menerapkan konvergensi media adalah sebuah hal yang perlu untuk diketahui.
Di dimensi kolaborasi dan koordinasi yang merupakan dua dimensi mengenai pengelolaan ruang berita, Kompas Gramedia telah membuat sebuah aturan tata laksana peliputan dan pengelolaan berita. Hal tersebut telah diubah secara cukup luas dari lingkup ideologi dan lingkup teknis. Lalu timbul pertanyaan mengenai apakah sistem kolaborasi dan koordinasi tersebut telah mampu menghadirkan sebuah kemajuan dalam tubuh Kompas Gramedia atau belum. Disamping itu, apakah nilai-nilai dan budaya peliputan dalam Kompas Gramedia ikut serta mengalami benturan dengan konvergensi media yang ingin diterapkan atau justru tidak.
Semua dimensi konvergensi media di atas digunakan untuk menjelaskan keadaan Kompas Gramedia sebagai sebuah perusahaan media yang sedang menerapkan konvergensi media. Dimensi-dimensi tersebut juga sekaligus digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang ada 6
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
dalam tubuh Kompas Gramedia dalam perjalanan konvergensi medianya. Masalah-masalah tersebut selanjutnya akan dibahas dan lebih diuraikan pada bagian analisis kasus yang di dalamnya sudah disertakan berbagai analisis yang telah mengacu dengan hasil wawancara dengan narasumber yang kompeten di dalamnya.
2. 2. Literature Review 2. 2. 1. Definisi Konvergensi Dari sisi definisi global, Badan Pengawas Konvergensi di Inggris menyebutkan bahwa konvergensi adalah kemampuan konsumen untuk mendapat banyak layanan dalam satu platform/device atau mendapat layanan di banyak platform/device. Dalam konteks Indonesia sendiri, Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, dalam Draft Roadmap Konvergensi Infrastruktur Teknologi Komunikasi dan Informasi tahun 2007, menyebutkan bahwa Konvergensi adalah bersatunya layanan telekomunikasi,
teknologi
informasi
dan
penyiaran,
dimana
penyelenggaraan
jasa
telekomunikasi merupakan kegiatan penyediaan atau pelayanan jasa telekomunikasi yang memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi melalui media apa saja, termasuk TV, siaran, radio dan multimedia (Ditjen Postel, Kemenkominfo, 2007)
Selanjutnya adalah Dailey et al. (2005) dan Gordon (2003). Keduanya menitikberatkan pada Konvergensi Media. Dailey et al. (2005) mengusulkan “kontinum konvergensi” dari organisasi berita yang mulai dengan lintas promosi, dan kemudian mengalami kemajuan untuk kloning atau penggandaan, coopetition atau kolaborasi, berbagi konten, dan terakhir untuk mewujudkan konvergensi. Di sisi lain, Gordon (2003), menjelaskan adanya lima dimensi dari konvergensi media, yakni Kepemilikan, Taktik, Struktur, Pengumpulan Informasi, dan Presentasi. Dari dua sumber di atas, kita dapat melihat adanya perbedaan perspektif, yakni bahwa pada penjelasan Dailey et al. (2005), menggambarkan secara ilustratif mengenai progress atau perkembangan kemajuan dari sebuah proses untuk menuju keadaaan konvergensi. Sementara dari penjelasan Gordon (2003), ia membaginya ke dalam beberapa dimensi yang berbeda. Hal ini memfasilitasi kita untuk menganalisis cakupan dari aktivitas konvergensi, khususnya dikarenakan aktivitas ini terjadi di banyak kombinasi yang berbeda-beda. Grant (2009) kemudian mencoba 7
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
mengkombinasikan definisi-definisi dua ilmuwan komunikasi tersebut dan kemudian meramu sebuah perspektif dimensional yang membagi istilah konvergensi media ke dalam lima dimensi, yakni Konvergensi Teknologi, Konten Multimedia, Kepemilikan, Kolaborasi, dan Koordinasi.
2. 2. 2. Lima Dimensi dalam Konvergensi Media Seperti yang dijelaskan oleh yang mencetuskan lima dimensi konvergensi ini, August Grant, kelima dimensi konvergensi ini yang berisikan Konvergensi Teknologi, Konten Multimedia, Kepemilikan, Kolaborasi, dan Koordinasi, dimaksudkan untuk menjadi sebuah pisau analisis guna mengkaji sebuah fenomena konvergensi media yang tengah terjadi. Dalam penjelasan lima dimensi konvergensi ini juga akan kita lihat secara lebih spesifik pada konteks Indonesianya, baik itu dari latar belakang terjadinya, permasalahan, dan serta proses-proses yang ada di dalamnya. A. Konvergensi Teknologi Tak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi yang semakin mutakhir menyebabkan terjadinya konvergensi media. Hal ini lazim juga disebut Konvergensi Teknologi. Konvergensi Teknologi merupakan dimensi konvergensi media yang merupakan pokok dan pemicu dari konvergensi media tersebut. Hal itu dikarenakan banyak sekali definisi konvergensi yang menitikberatkan pada teknologi. Orang-orang secara langsung memfokuskan diri pada konvergensi di aspek teknologi yang dengan serta merta akan mengiringi media tersebut. Burnett dan Marshall (2003), mengungkapkan konvergensi sebagai proses penggabungan antara media, industry teknologi informasi dan komunikasi serta komputerisasi, dan penyatuan segala bentuk komunikasi yang termediasi dalam bentuk digital. Grant dan Wilkinson (2009) memperlengkap pernyataan Burnett dan Marshall yang kemudian mereka mengemukakan bahwa ada dua fitur yang secara signifikan mempengaruhi perkembangan teknologi serta merupakan inti dari terwujudnya konvergensi media, yakni teknologi digital dan jejaring komputer.
Digitalisasi
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa analog adalah dunia yang terwujudkan secara fisik, karena tiap impuls pesan mempunyai jalur khususnya sendiri-sendiri. Sinyal analog dapat berupa teks, gambar, maupun suara. Contohnya saja radio, televisi, Koran atau surat kabar, dan mikrofon dan speakernya. Benda-benda tersebut adalah teknologi lama yang phanya punya satu 8
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
fungsi spesifik. Radio hanya dapat kita gunakan untuk menangkap sinyal radio dan memperdengarkannya kepada kita, televisi hanya dapat menangkap sinyal siaran telvisi dan kemudian menyiarkannya di layar kaca, Koran atau surat kabar hanya dapat berfungsi untuk kita membaca huruf-huruf dan angka yang tercetak di atasnya, serta mikrofon hanya dapat menerima suara kita yang kemudian dikeluarkan melalui speaker. Mereka hanya punya satu fungsi saja. Dengan kedatangan komputer dengan teknologi digitalnya, keadaan menjadi berubah. Sinyalsinyal yang tadinya berupa cahaya dan suara, kini diubah menjadi sebuah kode unik yang dinamakan kode binary (angka 0 & 1). Dengan begini, teknologi digital dapat memanipulasi dan mentransmisikan konten media dengan cara yang lebih mutakhir. Mirabito dan Morgensterm menyebutkan keuntungan yang didapat dengan menerapkan teknologi digital, yakni kemampuan perangkat digital dalam menghubungkan diri dengan perangkat digital lainnya (Mirabito, 2004). Ini dimaksudkan dalam kegiatan pentransferan data digital. Komputer dengan akses internetnya baik melalui kabel ataupun tidak menyediakan kita banyak sekali pilihan media yang kita inginkan.
Jejaring Komputer
Jejaring komputer merupakan elemen selanjutnya yang menopang konvergensi teknologi. Dalam aspek ini, komputer-komputer diseluruh dunia saling terhubung melalui internet sehingga memungkinkan aliran arus informasi yang sedemikian mudah dan derasnya. Batasan ruang dan waktu kini bukan lagi masalah besar. Perlu diingat bahwa bukan hanya komputer personal saja yang ada di dalamnya, namun meliputi handphone atau yang lebih canggihnya smartphone serupa komputer kecil nan portable dengan kecerdasan yang mumpuni. Konvergensi memungkinkan satu benda dapat menjalankan berbagai macam fungsi sekaligus. Dengan alat kelahiran dari konvergensi tersebut yang dipersenjatai sinyal digital dan jejaring komputer di dalamnya, kita dapat membaca Koran online, menonton televisi, mendengar radio, chatting, bermain social media, dan lain sebagainya hanya dengan menggunakan satu alat tersebut. B. Konten Multimedia Konten Multimedia merupakan salah satu implikasi dalam konvergensi media. Dalam hal ini, media-media yang telah ada sebelumnya yakni media tradisional seperti TV, Radio, dan surat kabar, mencoba merambah ke dunia digital untuk memperluas bisnis dan cakupan publikasinya. Hal lainnya ialah mengulang dalam memasang konten-konten dari media tradisional ke dalam 9
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
website. Mengulang memuat konten untuk dipasang di website dapat menghemat waktu, meminimalisasi biaya, serta dapat menguatkan branding dari media tersebut. Tak hanya media tradisional yang kemudian melakukan ekspansi ke ranah digital, melainkan ada pula mediamedia online yang tumbuh awal sekali di ranah digital dan kemudian banyak memuat kontenkonten multimedia dalam proses operasionalnya. Dengan strategi tersebut, media-media tradisional di atas menjadi media yang konvergen serta tergolong kepada Jurnalisme Konvergen dimana di dalamnya terdapat konvergensi ruang berita yang dapat memproduksi banyak berita dengan tak hanya berupa teks, namun juga audio, video dan gambar yang diunggah ke situs mereka. C. Kepemilikan Tak hanya fungsi dari berbagai alat elektronik yang kemudian melebur menjadi satu dalam sebuah gadget modern yang dapat mengakomodasi banyak fungsi dari piranti lama tersebut, ternyata konvergensi media dampaknya jauh lebih dari pada itu. Mengerucutnya hak kepemilikan dari beberapa media menjadi di bawah naungan satu pihak kepemilikan menjadi satu dari lima dimensi konvergensi media. Fenomena tersebut lazim juga disebut sebagai kepemilikan silang. Kepemilikan silang dari dua media atau lebih dapat berguna dalam hal menyediakan konten yang sama di dalam pasar. Kepemilikan silang atau cross-ownership ini berawal dari tindakan merger dan akuisisi yang dilakukan pihak media yang mempunyai modal lebih besar kepada media yang sedang dilanda krisis dengan alas an umumnya adalah untuk menyelamatkan media tersebut agar tetap bertahan dan beroperasi. Namun tentunya setelah dilakukan proses merger dan akuisisi, kepemilikan dan manajemennya menjadi berubah dan disesuaikan dengan pihak yang membeli saham media yang lemah tersebut. D. Kolaborasi Dalam dimensi kolaborasi ini, media dapat berbagi konten dengan media lainnya. Sesuai dengan ciri dari konvergensi media, yakni sharing contents (berbagi konten), media-media dapat melakukan kolaborasi dengan berbagi konten satu dan lainnya.
Berbeda dengan dimensi
kepemilikan, kolaborasi hanya merupakan kerja sama yang dalam kegiatannya hanya bertukar konten saja antara media satu dan media lainnya. Hal ini dimaksudkan agar adanya promosi silang yang dapat memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak media yang melakukan kolaborasi. Misalnya saja berita mengenai Ramalan Cuaca yang pada tengah malam hari 10
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
disiarkan oleh sebuah TV dan kemudian paginya ada Koran yang mengambil sumber dari TV tersebut kemudian memuatnya pada pagi harinya. E. Koordinasi Dimensi terakhir yang menjadi bagian dari konvergensi media ialah koordinasi. Dimensi koordinasi dalam pengertiannya ialah langkah yang ditempuh oleh media untuk mengoptimalkan kinerjanya dengan pengkoordinasian deskripsi pekerjaan dalam hal berbagi informasi. Koordinasi biasanya sangat erat kaitannya dalam pengaturan ruang berita yang sudah terkonvergensi. Dengan koordinasi, selain berbagi konten, sumber daya manusia juga dapat dimaksimalkan jumlah dan fungsinya. Contohnya saja, ketika ada sebuah kejadian besar seketika, TV langsung dapat menyiarkan dan meliput kejadian tersebut. Kemudian Koran dengan awak jurnalisnya, dapat menemukan bahan pemberitaan yang harus diliput secara mendalam untuk kemudian dimuat pada keesokan paginya. Begitupun sebaliknya. Dalam koordinasi, para wartawan saling bertukar informasi yang di dapat. Hal ini menjadikan minimnya ongkos liputan dan terciptanya koordinasi yang efektif dalam operasional peliputan sebuah berita.
2. 3. Analisis Kasus Kelompok Kompas Gramedia merupakan sebuah grup media besar yang lahir dengan diawali munculnya harian Kompas. Baru kemudian seiring berjalannya waktu sambil melihat adanya peluang untuk melakukan sebuah langkah diversifikasi usaha, dibuatlah beberapa unit usaha secara berturut-turut. Mulai dari toko buku Gramedia, kemudian percetakannya, majalahnya, tabloidnya, radionya, portal beritanya, hingga kemudian televisinya, hotelnya, dan event organizernya, Kompas Gramedia menjelma sebagai sebuah grup media yang sangat besar. Kompas Gramedia mencoba menerapkan konvergensi media untuk mengoptimalkan diversifikasi usahanya dimulai pada jelang abad ke 21 dimana kala itu perkembangan teknologi semakin canggih dan tenggat waktu inovasinya semakin cepat.
Menurut narasumber, Juli Bestian Nainggolan, M. Si, seseorang peneliti di Kompas Gramedia juga pernah menjabat sebagai Manajer di Kompas Gramedia, ada beberapa tahapan dalam perjalanan media menuju kondisi konvergensi media yang sempurna. Berikut adalah tahapantahapan tersebut. 11
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
1. Disintegrasi Dalam tahapan ini, beberapa jenis media saling lepas dan tidak saling berhubungan satu sama lainnya. Masing-masing media punya jenis otonom atau independensinya sendiri-sendiri. Selain itu mereka juga punya nilai-nilai, kebiasaan, dan kultur khas masing-masing media. Tidak ada yang dapat mempengaruhi isi media lainnya karena mereka semuanya independen dan juga karena dimiliki oleh pemilik yang berbeda pula. Konten yang dihasilkan juga beragam sesuai dengan identitas dam kapasitas masing-masing media.
2. Negosiasi Dalam tahapan ini, telah ada beberapa media yang lebih kecil telah diakuisisi oleh media yang lebih besar. Dengan metode pembelian saham yang merupakan sebuah metode bisnis yang modern, membeli sebuah perusahaan lain untuk dimiliki adalah suatu hal yang sah-sah saja untuk dilakukan. Dalam negosiasi ini, beberapa media juga telah ada dalam satu kepemilikan. Akan tetapi, kebijakan news roomnya masih belum disatukan atau diintegrasikan satu sama lain. Hanya saja ketika ada teman dari media lain yang ingin meliput, wartawan koran misalnya, kemudian ingin mengajak temannya dari media lain yang masih satu perusahaan, wartawan tv misalnya, wartawan koran tersebut bisa saja mengajak wartawan tv tersebut, namun wartawan tv dapat menerimanya maupun menolaknya. Hal tersebut dikarenakan belum adanya sebuah peraturan khusus yang mengikat. Kemudian juga permasalahan honor, wartawan tv tentunya tidak mau melakukan apa yang tidak diperintahkan oleh kepala redaksi tv. Mereka para wartawan tv karena merasa tidak akan dibayar mereka berpikir untuk mengambil tawaran tersebut. Ia tidak mau bekerja untuk dua tuan namun dibayar satu, ibaratnya. Permasalahan honor ini menjadi sebuah persoalan yang mendasari tahap negosiasi ini. Selain memang dari peraturannya belum ada yang mengikat, peliputan bersama antarwartawan sifatnya luwes saja dan menurut kemauan dari wartawan pribadi itu sendiri.
3. Koordinasi Bentuk ini merupakan bentuk yang hampir mengarah kepada konvergensi sepenuhnya. Dalam koordinasi, semua pimpinan redaksi dari masing-masing jenis media mulai dari cetak, online, 12
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
radio, majalah, dan televisi duduk bersama membicarakan mengenai sebuah hal yang akan menjadi target peliputan bersama dalam kurun waktu tertentu. Dalam pertemuan itu dibicarakan mengenai apa-apa saja yang akan diliput, namun masing-masing unit media masih mengedepankan identitasnya, seperti kemasan dan penyajian berita yang khas antara tv, cetak, radio, dan online. Maka dari itu, dalam koordinasi ini konvergensi sudah hampir tercapai namun hanya dalam penentuan visi yang sama dan editorial policy yang serupa pula. Mengenai target yang akan diliput dan angle peliputan sudah ditentukan ketika rapat kepala redaksi masingmasing unit media dan hal tersebut mengikat ke bawah. Namun pada kenyataan di lapangan, masih terdapat perbedaan yang khas antara masing-masing unit usaha. Koordinasi memang hanya sebatas penentuan agenda media secara bersama dan penetuan angle, atau ibaratnya menyamakan visi dan editorial policy. Akan tetapi, karena masing-masing unit media orangnya berbeda, latar belakangnya beda, dan kultur di unit medianya masing-masing sudah berbeda, masih terjadi keberagaman isi walaupun persentasinya cenderung kecil.
4. Integrasi (Konvergensi Media) Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana konvergensi sudah mencapai titik sempurnanya. Disini, pimpinan redaksi sudah seperti organ yang kesemua aturannya mengikat ke bawah hingga tataran wartawannya. Disini pemilik menjadi penguasa yang mutlak. Pemilik bisa menentukan apa-apa saja yang akan di-brief untuk semua pemimpin redaksi dan editor yang kemudian mereka menyampaikannya ke bawahannya, yakni jurnalis. Setiap jurnalis membawa nama grup perusahaannya dan kemudian ia membuat berita untuk bermacam-macam unit media. Disini semua harus tunduk pada pemilik dan sistem yang ada. Jurnalis dituntut menjadi multitasking untuk membuat berita yang ditujukan untuk berbagai macam unit media sehingga lebih efektif dan efisien. Masalah honor tentunya mereka akan dibayar sebanyak berita yang jurnalis tersebut hasilkan. Editor dan redaksi memilah-milih apa saja yang cocok untuk dimuat di media cetak, penyiaran, online atau lainnya. Tahap inilah yang merupakan konvergensi media yang telah mencapai tahap paripurna.
Kompas Gramedia menurut pemaparan narasumber kini sedang berada di tahap koordinasi dan sedang menuju ke arah integrasi konvergensi media sepenuhnya. Kompas Gramedia menerpakan 13
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
strategi koordinasi dimana pimpinan masing-masing redaksi dari Harian Kompas, kompas.com, radio Sonora, Kompas TV dan unit media lainnya dikumpulkan untuk rapat bersama dalam membicarakan mengenai editorial policy dan kesamaan visi saja dan hanya mengikat sampai tingkat ini saja tidak sampai ke lapisan jurnalis-jurnalis di lapangan.
Kompas Gramedia mulai melakukan konvergensi pada akhir abad ke 20 yakni sekitar tahun 1998-1999. Hal tersebut dikarenakan adanya fasilitas internet yang memungkinkan menyebarkan informasi lewat internet. Maka dari itu, mulai dari tahun tersebut dibuatlah portal berita online milik Harian Kompas yang juga merupakan milik grup Kompas Gramedia juga yakni kompas.com. Kemajuan teknologi juga menghadirkan perubahan pada cara peliputan wartawan Kompas Gramedia yang menggunakan gadget-gadget canggih. Kamera dengan fitur-fitur khusus untuk merekam dan memungkinkan untuk menyiarkan peristiwa secara langsung, smartphone yang berfungsi untuk melakukan komunikasi dan juga diperbantukan dalam peliputan dan pengiriman berita, dan Digital Assets Management yang merupakan sebuah database besar yang berbasis digital. Semua itu dipergunakan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat dari teknologi tersebut dalam membantu kinerja perusahaan.
Tentu saja dari penerapan konvergensi tersebut muncul adanya kelebihan dan kekurangan di dalamnya. Kelebihannya tentunya akan sangat membantu bagi jurnalis dan seluruh jajaran redaksi untuk mengelola berita. Smartphone saja dapat digunakan untuk memfoto maupun merekam sebuah peristiwa yang tengah terjadi, membuat beritanya, dan kemudian mengirimkannya via email dari smartphone itu sendiri. Semuanya dapat dikerjakan dengan alat tersebut. Wartawan Kompas Gramedia pun acap kali mengetik dan mengirimkan berita via Blackberry Messenger, sebuah aplikasi chat yang sedang populer karena banyak fitur yang mendukung hal tersebut. Kelemahan dari penerapan teknologi canggih terletak pada sumber daya manusia yang belum siap dalam menggunakan perangkat canggih tersebut. Terlebih di Kompas Gramedia kebanyakan dari wartawannya adalah mereka yang sudah berumur cukup tua sehingga sulit dan keberatan untuk pindah menggunakan alat yang baru. Untuk menyelesaikan hal persoalan tersebut, Kompas Gramedia perlu untuk mengadakan sebuah pelatihan khusus untuk para wartawan dan pekerja lainnya menggunakan teknologi yang baru. Disamping itu, Kompas 14
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
Gramedia juga mengadakan rekrutmen untuk menjaring tenaga-tenaga muda yang lebih familiar dengan teknologi sehingga mengirit ongkos pelatihan.
Konvergensi yang dijalankan oleh Kompas Gramedia kemudian menghadirkan banyak diversifikasi media-media lainnya sebagai unit bisnis. Kompas.com, Tribun, Warta Kota, Majalah-majalah dan Tabloid-tabloid, radio-radio dan Kompas TV adalah merupakan produk dari diversifikasi unit usaha akibat kemampuan teknologi yang sudah memungkinkan itu semua terjadi dan berjalan lebih mudah. Unit bisnis itu pun menjadikan adanya variasi bentuk konten yang disebut konten multimedia. Tak hanya teks saja, kini Kompas Gramedia telah menyajikan konten informasi dalam bentuk foto, audio, dan video serta streaming. Ini menjadikan Kompas Gramedia sebagai media yang multiplatform juga.
Hal ini tentunya menghadirkan banyak keuntungan namun juga ternyata ada pula kekurangan yang dialami oleh Kompas Gramedia. Keuntungan yang didapat ialah dengan adanya konten multimedia yang ada di multiplatform yang telah dibentuk akan memberikan sebuah efektivitas dan efisiensi pada tubuh Kompas Gramedia. Sebuah berita akan dapat dimuat di beberapa unit media, yang hal itu sekaligus dapat menjadi sebuah bentuk promosi antara unit media satu dengan unit media lainnya tanpa dikenakan biaya. Sejauh ini, di Kompas Gramedia persoalan yang terjadi adalah sekitar pengelolaan berita. Sebenarnya dalam Kompas Gramedia, wartawan cetak punya kewajiban mutlak untuk menulis berita untuk cetak juga, dan tidak mempunyai kewajiban untuk mengirim berita ke unit media lainnya, kompas.com misalnya. Semua masih sendiri-sendiri. Data yang dikirimkan kini tidak lagi tumpang tindih di meja editor namun sudah menyatu ke dalam sebuah Digital Assets Management.
Kepemilikan Kompas Gramedia sekarang ialah Jacob Oetama yang merupakan salah satu pendiri Kompas Gramedia yang masih hidup dan belum lama berulang tahun yang ke-80. Jacob Oetama yang merupakan pemimpin tertinggi Kompas Gramedia pada awalnya sangat sederhana dalam membuat sebuah struktur pimpinan perusahaan. Namun sekarang, Kompas Gramedia telah mengadopsi sistem organisasi perusahaan modern dengan instrumen dan jabatan serta fungsifungsi yang modern. Dengan begitu pembagian hak dan kewajiban menjadi jelas dan hubungan 15
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
antara satu dan yang lainnya juga jelas dan terarah. Jacob Oetama sebagai petinggi Kompas Gramedia cenderung bersikap untuk mengakomodasi berbagai kepentingan di dalam perusahaannya. Sosoknya kurang begitu menonjol namun ia sukses membuat sistem dimana semua bawahannya patuh akan sistem tersebut. Sistem inilah yang kemudian akan menjadi sebuah mesin untuk melakukan regenerasi terhadap pimpinan Kompas Gramedia kelak. Sistem ini akan berusaha menyeleksi dengan sendirinya mengenai siapa yang akan menjadi pemimpin selanjutnya di Kompas Gramedia.
(Kompas Gramedia, 2011)
Susunan kepemimpinan yang seperti ini mengakibatkan adanya persaingan di antara unit bisnis yang ada. Hal tersebut karena orientasi Kompas Gramedia di era konvergensi ini ialah target. Pada sebuah rapat besar seluruh pimpinan unit bisnis, akan diketahui perkembangan masingmasing unit bisnis, mana yang sedang berkembang, mana yang selalu terpuruk, mana yang selalu tinggi pencapaiannya, semua terlihat disitu. Gengsi dan reputasi dari tiap unit bisnis teruji disitu. Dalam Kompas Gramedia, hanya sebatas itu saja hawa panas berupa kompetisi dan gengsi antara unit bisnis yang satu dengan yang lainnya. 16
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
Ketika menyinggung mengenai peraturan mengenai kepemilikan media, narasumber menyatakan bahwa semua media telah mengetahui aturan tersebut dan telah melakukan perhitungan untuk tidak melanggar hal tersebut. Hal untuk membuktikan adanya monopoli juga cenderung sulit hanya bisa mengendusnya saja dari permukaan. Kompas Gramedia pun dinyatakan tidak memiliki 50% total belanja iklan. Untuk ukuran itu saja, sudah terindikasi bahwa Kompas Gramedia tidak melakukan monopoli. Kompas Gramedia juga merupakan sebuah perusahaan yang terbuka sehingga ada berbagai pihak yang memiliki saham Kompas Gramedia. Juga di media lain, ada pula mereka yang memiliki saham disampin si pemiliknya itu sendiri. Kepemimpinan yang dalam hal ini merupakan sebuah peran yang dijalankan oleh seorang pemilik merupakan sebuah kunci penting maju tidaknya sebuah konvergensi media. Dengan kepemimpinan yang kuat, perusahaan akan mudah menjalankan konvergensi karena konvergensi sebenarnya adalah integrasi. Integrasi yang didukung dengan kepemimpinan pemilik yang kuat akan menimbulkan kesatuan irama gerak yang minim akan tekanan dari dalam tubuh perusahaan.
Kompas Gramedia dalam kinerjanya sudah dapat berdiri sendiri sebagai sebuah grup media besar. Hal itu menjadikan Kompas Gramedia tidak melakukan kerja sama dengan perusahaan media lain. Kompas Gramedia dengan berbagai macam unit media yang dimiliki sudah merasa dapat beroperasi sendiri tanpa bantuan perusahaan media lain. Kompas Gramedia dalam melakukan kolaborasi selalu dengan unit bisnis yang dimilikinya. Harian Kompas mengiklankan sebuah untuk mengklik kompas.com, di kompas.com ada iklan untuk menonton acara di kompas tv. Bentuk-bentuk cross-promotion itu merupakan implementasi dari kolaborasi yang sifatnya internal perusahaan.
Dalam berkolaborasi antara satu unit media dengan unit media lainnya, Kompas Gramedia telah memiliki tata aturan untuk saling bertukar konten antara satu unit media dengan unit media lainnya. Hal tersebut tentunya untuk menghindari permasalahan yang berpotensi untuk muncul. Itu juga ditujukan supaya wartawan yang bertugas di sebuah unit media mengetahui dimana tempat berita yang ia buat dimuat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Kompas Gramedia mengakui bahwa dalam urusan pembagian honor atau administrasi di masa perjalanan 17
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
konvergensi ini tidak ada permasalahan yang timbul. Narasumber yakin akan hal tersebut bahwa aspek administrasi di Kompas Gramedia cukup baik dan tidak memunculkan sebuah masalah.
Terakhir adalah dimensi koordinasi. Koordinasi dilakukan oleh para pimpinan redaksi masingmasing uniyt bisnis Kompas Gramedia dalam sebuah momen tertentu. Misalnya saja, ketika pada masa pemilihan presiden atau ada sebuah kasus politik maupun hukum yang terjadi, masingmasing pimpinan redaksi tiap unit media duduk bersama untuk merundingkan editorial policy yang akan disepakati mengenai peristiwa tersebut. Harian Kompas, kompas.com, Warta Kota, Tribun, Radio Sonora, Kompas TV, dan unit media dari Kompas Gramedia kemudian menyepakati apa editorial policy yang akan diambil dan disepakati, angle yang dipilih serta visi yang akan dicapai. Akan tetapi, walaupun targetnya sama, tiap unit media bekerja secara terpisah, pun kalau ingin bersama-sama itu bukan merupakan sebuah kewajiban, hanya inisiatif dari wartawan semata. Perbedaan pun terdapat pada pengemasan yang memang menjadi ciri khas dari masing-masing unit media. Cetak dengan format dan kaidah cetaknya, tv dengan gambarnya yang bervariasi khas tv, online dengan kecepatan dan ringkas serta padatnya, dan begitu seterusnya. Kompas Gramedia juga mempunyai sebuah segmen liputan khusus yang dinamakan Ekspedisi. Untuk keperluan ini, barulah beberapa wartawan dari unit media yang berbeda melakukan liputan secara bersama-sama. Edisi Ekspedisi yang terakhir ialah Ekspedisi Cincin Api yang beritanya dimuat di berbagai unit media Kompsa Gramedia mulai dari harian Kompasnya hingga Kompas TV.
Kebijakan koordinasi tersebut dinilai sudah cukup baik dalam penerapannya di KG. Akan tetapi, hal tersebut bukannya luput dan bebas dari masalah begitu saja. Koordinasi yang kurang jelas arahannya membuat wartawan kebingungan. Wartawan yang dipaksakan untuk membuat berita di dua unit media sekaligus juga sering merasa keberatan. Namun, untuk mengehemat sumber daya dan memaksimalkan wartawan, manajemen Kompas Gramedia telah berhasil untuk membuat sebuah reward tersendiri bagi wartawan yang mengirimkan artikel berita ke unit media yang lain, yang tentunya berupa uang. Misalnya saja, ketika ada wartawan Kompas ingin mengirimkan sebuah berita ke kompas.com, dia akan dibayar juga oleh kompas.com. Dengan begitu, permasalahan mengenai koordinasi wartawan-wartawan akan dapat berjalan lancar. 18
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
BAB III PENUTUP 3. 1. Kesimpulan Kompas Gramedia sebagai salah satu grup media tertua dan terbesar di Indonesia sedang melakukan konvergensi media yang ia mulai di tahun-tahun penghujung abad ke-20 yang sekarang masih berada di tataran koordinasi menuju sebuah kondisi konvergensi sepenuhnya. Dalam perjalanan menuju konvergensi media sepenuhnya, Kompas Gramedia mengalami dinamika di dalam internal perusahaan baik yang positif maupun negatif. Hal tersebut juga berdampak pada keuntungan dan kekurangan yang dihasilkan dari perjalan menuju konvergensi media yang sepenuhnya atau disebut dengan integrasi.
Kompas Gramedia telah banyak menerapkan teknologi-teknologi canggih di dalam perusahaannya yang dapat mengakomodasi banyak kebutuhan. Ini menjadikan Kompas Gramedia terdepan dalam masalah teknologi. Konten multimedia di Kompas Gramedia cukup banyak dan bervariasi. Ini dibuktikan dengan adanya beragamnya jenis informasi yang disajikan dalam bentuk teks, gambar, foto, audio, dan video. Sisi kepemilikan Kompas Gramedia cukup baik dan dapat membuat sebuah sistem yang handal untuk menopang kinerja perusahaan. Kompas Gramedia pun disinyalir luput dari ancaman jeratan peraturan yang mengatur mengenai kepemilikan media dikarenakan banyak pula saham Kompas Gramedia yang dimiliki oleh pihak luar Kompas Gramedia. Kolaborasi di Kompas Gramedia tergolong baik dengan pendistribusian konten yang teratur. Koordinasi dalam Kompas Gramedia juga berada pada kondisi yang jelas dengan diaturnya kebijakan editorial di kalangan pemimpin redaksi masing-masing unit media yang tidak terlalu mengikat sampai ke jajaran bawah atau di ranah para wartawan.
Dinamika naik turun, pasang surut, terbit tenggelam, dan saling tarik menarik dalam perjalanan menuju konvergensi media yang dialami oleh Kompas Gramedia dapat diambil sebuah pelajaran yang berarti untuk berlaku lebih baik. Menuju konvergensi media bukanlah tanpa hambatan, penyesuaian nilai yang telah mengakar yang digantikan dengan nilai-nilai yang baru tentulah bukan hal yang mudah. Akan tetapi, itu semua harus dijalani oleh Kompas Gramedia hingga akhirnya mencapai keadaan konvergensi media seutuhnya pada tahun 2013 nanti. 19
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
3. 2. Solusi Dalam hal ini, penulis mengajukan beberapa solusi yang dapat dijadikan sebuah alternatif untuk mempercepat laju Kompas Gramedia ke kondisi konvergensi media sepenuhnya.
1. Perkembangan teknologi yang sangat cepat menjadikan banyaknya teknologi baru yang memungkinkan untuk dipakai dalam kinerja perusahaan. Hal ini seharusnya dicermati secara lebih mendalam supaya Kompas Gramedia tidak terlalu technological deterministic dengan teknologi baru yang ada. Ini juga untuk menghemat keuangan perusahaan dalam membeli mana yang benar-benar dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja.
2. Kepemimpnan merupakan kunci penting dalam sebuah institusi organisasi, begitu pula di dalam Kompas Gramedia. Perlu ada pemimpin yang memiliki sosok yang tegas dan sedikit bertangan besi. Hal ini berguna untuk meredam dengan cepat ketegangan yang tarik-menarik di dalam tubuh perusahaan.
3. Kompas Gramedia memang harus melewati tarik-menarik yang ada di dalam perusahaan terutama di news roomnya. Hal tersebut karena Kompas Gramedia yang melakukan konvergensi secara bertahap dengan mengakuisisi dan mendirikan unit-unit media yang beragam. Hal tersebut dikarenakan konvergensi media dapat berhasil dengan cepat jikalau perusahaannya merupakan perusahaan baru yang dari kemunculannya sudah menerapkan konvergensi media.
20
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
Bibliography Bestian, J. (2012, Januari 6). Konvergensi Media di Tubuh Kompas Gramedia. (M. N. Imanurachman, Interviewer) Ditjen Postel, Kemenkominfo. (2007, September 2007). Draft Roadmap Konvergensi Infrastruktur TIK. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia. Dwyer, T. (2010). Media Convergence: Issues in Cultural and Media Studies. London: McGrawHill. Grant, A. d. (2010). Understanding Media Convergence: The State of The Field. New York: Oxford University Press. http://www.kompasgramedia.com/aboutkg/history. (2011). Retrieved Januari 5, 2012, from www.kompasgramedia.com: http://www.kompasgramedia.com/aboutkg/history Kompas Gramedia. (2011). http://kompasgramedia.com/aboutkg/ourmanagement/businessunit. Retrieved Januari 7, 2012, from www.kompasgramedia.com: http://kompasgramedia.com/aboutkg/ourmanagement/businessunit Mirabito, M. A. (2004). New Communication Technology: Applications, Policy, and Impact, Fifth Edition. UK: Focal Press.
21
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
LAMPIRAN Transkrip Wawancara dengan Juli Bestian Nainggolan (7 Jan 2011) Keterangan:
Interviewer - Narasumber
Nih, konvergensi itu tidak seindah warnanya. Oke, practical kan, ini kita lihat dua ekstrim dalam konteks konvergensi. Pertama yang namanya integrasi, dan yang satunya yang namanya disintegrasi. Artinya, dalam disintegrasi kepemilikannya sudah sendiri-sendiri nggak ada hubungan satu sama lainnya dan nggak ada kerja sama di dalamnya, semua saling lepas. Nah kalo integrasi, ini total dia ada dalam satu grup, menyatu. Ini semua di dalam ikatan satu badan usaha, jadi satu ikatan hukum yang mengikat mereka. Nah disini di dalam model integrasi, dalam hal redaksinya, news roomnya, mereka diikat oleh satu kepemimpinan, satu komando. Nggak mau tau saya yang menjadi pemimpin disini, kamu pimpinan redaksi cetak, kamu pimpinan redaksi tv, kamu pimpinan redaksi radio, kita harus sekarang berbicara masalah A, misalnya. Ini semuanya A semuanya, ya. Satu komando. Nggak ada variasi dari masing-masing area. Ini terjadi hanya sebatas pada kamu tuh televisi, kamu punya format televisi, kamu cetak, kamu formatnya cetak. Itu kan bedanya disitu. Tapi muatannya semuanya sama. Hanya masalah kemasan yang berbeda. itu yang namanya integrasi. Kalau di model disintegrasi nggak, mau buat A, mau buat B, mau buat C, terserah. Nah di antara itulah ada yang namanya konvergensi lagi mulai. Konvergensi kan mau meniadakan disintegrasi. Dia mau mengarah kepada integrasi. Tetapi di dalam newsroom ternyata tidak semudah apa yang dibayangkan disini, menjadi integrasi. Karena masing-masing dari redaksi punya semacam otonom wilayah sendiri dimana pemilik tidak bisa menyentuh langsung terhadap si kebijakan editorialnya. Dan jadi tidak hanya berbeda dalam urusan kemasan, berbeda juga dari editorial policynya. Nggak boleh kalau disini integrasi nggak boleh, komandonya satu. Nah dalam kenyataannya, nggak bisa seperti itu. Terutama kepada perusahaan-perusahaan media yang munculnya dari awal itu sudah berdiri sendiri. Korannya sudah hidup, ada lagi dia muncul televisinya belakangan, itu nggak bisa disatukan, ribut di dalamnya, kenapa karena mereka merasa saya bekerja untuk satu tuan. PT saya tuh satu, PT kamu sendiri juga satu. Pemiliknya satu memang, tetapi kita berbeda. Kalau saya kerja untuk dia juga berarti kamu mesti memberikan ke saya ini, konsekuensi ke saya. Nah disitu, itu terjadi ketika perusahaan itu sudah berdiri sendiri dari awal. Apalagi dalam perusahaan itu ada perusahaan yang memang sudah hebat, sudah menjadi yang paling besar. Katakanlah kompas. Lah kemudian muncul TV, ngapain aku berkonvergensi? Kamu membebani saya aja. Cuma model begini terjadi di tingkat dalam news room konvergensi. Makanya dalam konteks konvergensi ini ketika diarahkan dia menjadi konvergensi, itulah muncul yang pertama model kerja sama news room yang disebut dengan nama negosiasi. Negosiasi ini model paling dasar. Kamu memang berdiri sendiri, kompas. Kamu memang berdiri sendiri, kompas TV. Kamu 22
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
memang berdiri sendiri kompas.com. tetapi kamu punya kebijakan editorial sendiri. Hanya kadangkala kita saling bela. Wah ini ada suatu momen penting, mari menyatukan barisan untuk bisa bekerja sama. Tapi kerja sama itu tidak mengikat sampai ditingkatan bawah. Dia hanya ditingkatan di atas saja. Nah ini yang namanya negosiasi. Saya bernegosiasi pimpinan-pimpinan editor itu. Oke ada liputan tuh disana, kamu kejar dong tolong. Nah itu model negosiasi. Ada hal yang mengikat nggak dalam hukum? Nggak ada. Hanya saya kenal kamu aja. Nah itu yang terjadi. Dengan cara ini menghilangkan hambatan yang namanya integrasi tadi. Menyatukan yang namanya editorial policy. Dengan cara negosiasi ini, kamu suka, oke. Kalo nggak ya nggak apa-apa. Nah itu banyak terjadi negosiasi di tahap editor-editor saja. Pimpinan-pimpinan redpel yang saling kerja sama dan saling tidak mengikat sampai tingkat bawah. Kalau mau kerja sama kalau nggak ya nggak apa-apa. Karena nggak ada konsekuensi disana. Nah itu yang namanya negosiasi. Lebih maju dari itu, ada yang namanya koordinasi. Nah kalau ini, tingkatannya sudah pimpinan redaksi duduk bersama tapi masih punya independensi masing-masing. Dia atur kebijakan disitu. Oke kita sekarang ada di masa pemilu. Oke sekarang kita sama-sama merapatkan barisan. Kita ambil anglenya ini. kita setuju ya. Oke ya. Tetapi dalam pengerjaanya otonom masing-masing editorial policynya digabung. Sama, bukannya digabung. Mengikat? Tidak mengikat seutuhnya, tetapi mengikat di dalam sebuah kesamaan visi saja. Koordinasi ini lebih kuat dari negosiasi. Baru yang terakhir ya itu tadi yang namanya integrasi. Semuanya mengikat ke bawah. Nah sekarang bicara kompas ada dimana. Nah menurut saya kompas tuh mengalami dalam perjalanan mengalami ini semuanya, dipaksakan menuju ke integrasi nanti nih, 2013. Disitu nanti namanya hanya ada karyawan kompas yang meliput untuk Koran, untuk tv. Tapi sekarang masih karyawan cetak. Sekarang kompas masih ada dalam tahapan koordinasi saja. Jadi namanya level ini, wah ini menyatukan semua. Tantangannya banyak. Editor gampang dikunci, semuanya gampang. Redaksi jelas harus tunduk sama pemilik. Sudah beres. Tapi di level wartawan itung-itungan. Lah aku bekerja untuk yang lain kok. Makanya ada kebijakan atau kompensasi saya kepada media lain, saya dibayar juga. Jadi integrasi itu lebih ga ada independensinya kurang banget ya? Bukan kurang ko integrasi dari independensi lagi semuanya total di dalam kelolaan sebuah institusi yang kuat. Foldingnya, yang membedakan itu hanya platformnya saja atau kemasannya saja yang berbeda-beda, kalau untuk tv tulisannya sedikit, kalo untuk cetak tulisannya lebih banyak hanya kalau pada TV kemasan gambar lebih banyak. Tapi visi, misi, isi, kebijakan editorial dan pengerjaannya sama. Nah itu yang namanya didambakan integrasi konvergensi media, dan sekali lagi saya katakan bahwa media di Indonesia ini munculnya dari surat kabar terlebih dahulu, tiba tiba ada teknologi yang mengharuskan untuk konvergensi supaya efisien dan lain-lain. Nah, problem di newsroomnya terjadi seperti ini „tarik menarik‟ tetapi sekali lagi kalo kita berpedoman pada ujung-ujungnya itu adalah komersialisasi yang terjadi semuanya diarahkan kesini, dipaksa kesini. Tarik menarik itu semuanya kalah tetap saja ujung-ujungnya mengarah kepada kepentingan integrasi dan itu terjadi di semua media dan mendekati kesini 23
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
semua. Kompas juga 2013 nanti berintegrasi. Gak semudah itu konvergensi, teknologi mendrive supaya konvergensi, its ok. Namun pada kerjanya sebuah institusi surat kabar ributnya disitu.. gak ada yang mau, logikanya tidak ada yang mau bekerja di dua tuan. Bayar kalo mau. Ditambah lagi dengan kepemimpinan di tempat kami yang tidak seperti kepemimpinan surya paloh. Kalo surya paloh bilang A ya A semua selesai, tapi kalo disini terlalu demokrasi banget jadi dibiarkan saja. Nah jadi faktor kepemimpinan yang menentukan di dalam konvergensi. Jadi gini, ada faktor-faktor yang menentukan keberhasilan konvergensi, pertama kepemimpinan. Gimana kalo orangnya tidak bertangan besi, kan?. Kalo di kompas sendiri itu gimana? Kalo di kompas kan pimpinannya figurnya figur jawa, sangat toleran, tidak pernah membuat sebuah konflik dari konflik ya jadinya berjalan saja terus, kebetulan lagi kaya juga. Orang kalo miskin baru marah-marah ngamuk, itu adalah sebuah keharusan tapi kan ini enggak prusahaannya dipandang masih prospektif segala macam, ya disarankan ke konvergensi. Tapi dalam hal ini, tidak ada tendensi ke arah politik? Kalau dalam hal ini tidak pernah ada. kalau mau jadi menteri pun dari dulu jamannya harmoko ya sudah mau sampai 4 kali dikasih-kasih namun ya dia sadar diri kalau dia adalah seorang wartawan, jadi dia menjaga jarak dengan semua itu. dan ini yang membuat surat kabar ini menjadi eksis dari berapa jaman sampai sekarang. kepandaian dalam menjaga jarak dengan penguasa. Siapapun kepemimpinan negaranya selalu semuanya tidak pernah bisa menguasai dan katakanlah dikuasai koleh kelompok. Kita sama-sama tau lah posisi masing-pasing. Karena itu jadi berita-berita kompas juga gak keras terhadap pemerintah? Nah itu ada karakter lain bahwa memang karakter dari surat kabar ini adalah karakter memang orang-orang yang itu tadi budaya jawa yang kuat gak pernah orang itu menyakiti orang sampai dengan langsung. Ibaratnya kalo orang sudah jatuh tidak perlu disoraki ya model-model seperti itu lah jadi humanismenya itu sebenernya kuat. Mana ada coba? Saya selama bekerja di kompas tidak pernah melihat di dalam tulisan-tulisan yang pernah saya ketahui ibaratnya ketika orang yang sudah luka dikasih jeruk nipis dan garam dan hal itu sudah tidak ada lagi. Coba cek saja kompas itu tidak pernah menyerang sampai sebagai sisi pribadi, yang dilihat itu sistem. Itu yang sampai sekarang masih bisa saya banggakan dari kompas. Bagaimana dengan struktur kepeimpinan atau hirarki yang berada di kompas gramedia itu? Apakah orang-orangnya dari kalangan profesional atau diambil dari keluarganya Pak Jacob atau gimana? Jadi waktu awalnya, awal tahun 65 katakanlah sampai era 80an atau 90an bahwa memang seperti ada semacam kesepakatan bahwa keluarga tidak boleh masuk ke dalam perusahaan. Tapi 24
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
sekarang itu kelihatannya terbentur oleh kondisi yang bersifat alamiah juga. Orang yang sudah 80 tahun bagaimana kedepannya untuk selanjutnya? Dia adalah pemilik saham. Terus siapa lagi yang harus meneruskan? Kamu kalo melihat di surat kabar, selalu ada sosok. Contohnya New York Times, dia punya nama disitu yang diturunkan, kalo ini siapa? Gak ada. Terjebak disitu. Yang kedua, surat kabar terbiasa berkepemimpinan berdasarkan sosok bukan berdasarkan sistem, itu dari jaman dulu hingga sekarang. sekarang ini era berubah ketika secara ilmiah, katakanlah dia harus tersingkir secara alamiah karena sudah tua. Dia harus menyiapkan, dan yang dia siapkan itu adalah sistem. Maka dari itu sekarang terjadi perubahan-perubahan terhadap sistem yang mengarah kepada sistem kepemimpinan berdasarkan sistem yang disertai dengan perangkat-perangkat modern. Disitulah ada yang namanya CEO dan model-model manajemen dengan istilah dan perangkat-perangkatnya yang modern itulah. Tapi itu apakah jajaran direksi yang sudah di atas juga berawal dari bawah? Selama ini tidak pernah dari luar. Kompas itu orang-orang nya itu dari saya masuk sampai dengan sekarang orangnya, turn overnya rendah.
Kalo yang nonmedia seperti EO, hotel? Kecuali kalau hotel, yang punya itu anaknya. itu yang mungkin dikader. Tapi hotel dan segala macem itu karyawannya dari dalam semua. Itu bedanya perusahaan kita. Bedakan antara Media Indonesia dengan kompas, kalo media Indonesia itu gak pernah melahirkan wartawan mereka itu berasal dari wartawan yang sudah pernah punya karya, mereka selalu mengambil wartawanwartawan yang sudah ada. Media Indonesia tidak pernah melahirkan wartrawan. Dia itu mengambi wartawan yang sudah ada. Beda dengan kompas, wartawan di kompas benar-benar dari nol semua dan istilahnya kompas itu melahirkan wartawan karena memang wartawannya mulai dari nol sampai pensiun. Terus mas setelah sistemnya dirubah seperti ini, pernah ada gak clash nggak gitu antarpemimpin dari masing-masing unit bisnis? Kalo perebutan kekuasaan kelihatannya tidak pernah saya dengar atau mungkin saya tidak tahu. Tetapi yang saya lihat itu lebih pada bagaimana sistem target lebih kuat sekarang dibandingkan dengan yang mungkin tidak pernah mengenal target dalam bekerja. Nah akibatnya dengan target tersebut terlihat prestasi dari masing-masing. Nah itu akibat dari sebuah sistem, dan sistem itu tidak hanya sistem organisasi dan segala macem tapi ada sistem yang namanya pencapaian. Dengan begitu ketahuan, siapa yang majalahnya ancur-ancuran sampe sekarang, siapa yang jadi berhasil, siapa yang tetap berhasil. Disitu menurut saya yang menurut saya membuat lebih berwarna. Dulu tuh maunya, kita tuh memiliki, pada awal mula tahun 1999 saya mulai terlibat di konvergensi dulu itu, kita mau membentuk suatu… logikanya gini. Ada yang namanya persda di 25
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
daerah-daerah, ada yang namanya Kompasnya, ada yang namanya radio, itu kan kalo misalnya masuk sebuah digital assets management kan bisa menjadi sebuah keuntungan bagi siapapun. Nah artinya ada sebuah mekanisme yang secara teknis menampung itu semua. Dan secara teknis memungkinkan karena konvergensi tuh juga seperti itu mulainya. Di drive oleh faktor teknik. Itu teknologi memungkinkan. Sudah menyediakan sampai alat kerja wartawan yang multitasking itu, itupun juga sudah dimungkinkan secara teknologi. Tetapi, dulu ya, berjalannya tidak semudah yang dibayangkan. Itu tadi… ngapain aku bekerja-bekerja untuk dua tempat? Satu saja sulit. Nah sekarang wartawannya, dengan BBM begini, mereka mengirim berita. Wartawan cetak loh ngirim berita untuk dotcom, itu terjadi. Tapi kan intinya maish sukarela-sukarela, masih dalam tahap negosiasi, masih dengan kesadaran sendiri. Bukan sebuah perintah yang harus, target, nah ini nggak. Dibayar lagi. Karena ada itunya, jadi itung-itungan orang semuanya. Terus ada yang belum bisa beradaptasi dengan gadget baru gitu nggak? Ada, apalagi pada kalangan orang-orang tua. Terjadilah pada kalangan laggard itu pasti terjadi pada jalan adopsi teknologi. Jadi ga ada sebuah keharusan kamu menulis untuk tv dan untuk dotcom. Kalau kamu urusannya di cetak ya di cetak aja nggak ada urusan sama saya. Kecuali kalo kamu punya kemampuan disana kamu kirim saja kesana dinilai dan dihargai juga kok uangnya. Jadi di konten multimedia itu, itu bagaimana? Kan converged newsroomnya itu di kompas itu dinamikanya tuh gimana? Koordinasi, kolaborasinya gimana? Kalo kolaborasi tuh misalnya berita di kompas tv tuh membacakan berita di harian Koran kompas. Ada cross-promotion antarplatform gitu. Di Kompas Gramedia gimana mas? Nah begini, ini kan ketika kompas tv masuk langsung direkturnya tuh orang kompas. Pinter juga. Langsung pimpinannya orang kompas cetak karena mereka tahu kompas cetak ini memegang peran. Nah itu terjadi, tapi tidak semuanya bisa berlangsung seperti apa yang di tv akan dipindahkan ke unit lain, nggak juga. Ada memang, dipilih-pilih. Nah itu lebih baik daripada dulu, yang nggak mau sama sekali. Mekanisme tadi, negosiasi, koordinasi, integrasi, kompas sekarang sedang ada di area koordinasi menuju integrasi konvergensi. Nah sekarang pada rapat redaksi sudah ada orang tv, cetak, dll. Terus dalam paket-paket editorial bersama, misalnya ekspedisi-ekspedisi itu sudah bersama menjadi satu. Sudah lebih ideal lah dari pada negosiasi. Kalo kolaborasi dengan media lain ada nggak mas? Seperti kemitraan dengan MNC? Kalau itu tidak ada sama sekali. Terus kalo koresponden di daerah-daerah itu masih ada?
26
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
Sebenernya namanya bukan koresponden, mereka wartawan. Kita nggak mengenal istilah koresponden. Mereka sama dengan wartawan nasional yang ditempatkan di daerah. Status kepegawaiannya sama. Tapi pasti dimuat? Mereka tuh punya target sehari buat beberapa berita, berita apa. Pemuatan itu lain soal. Itu tugas editor. Tetapi punya target sebulan harus berapa. Sekarang si koresponden atau wartawan nasional yang ada di daerah di bawah nama Kompas Gramedia atau masih sendiri-sendiri? Nah ini dia. Kalo integrasi semuanya menjadi satu. Kalo ini kan nggak, masih nametagnya kompas atau kompas.com. tapi ketika kita mengirim berita ke nasional tuan saya adalah editornya. Kemudian saya bisa juga ngirim ke KCM. Nah itu diitung disitu. Tapi itu bukan merupakan keharusan. Tapi nantu di editornya dilempar-lempar gak harus ke unit media yang mana? Oh nggak. Gini, kalo integrasi tuh news roomnya satu, wah ini kayanya bagus untuk tv,ini untuk cetak. Nah kalo kompas gramedia nggak, kalau cetak yang untuk cetak. Tetapi yang ingin mengirim ke dotcom juga bisa. Tapi pernah ada masalah nggak sih mas masalah pembayaran? Nggak ada lah itu. Untuk urusan manajemen administrasi kita nggak ada masalah, udah top lah. nggak ada problemlah disitu. Jadi bisa dirangkum bagaimana mas konvergensi media di tubuh kompas gramedia? Menuju kepada integrasi. Memang semuanya menuju kepada integrasi. Hanya di dalam perjalanan menuju kesana yang saya ketahui tidak semulus yang diharapkan. Selalu ada tarik menarik di dalam newsroomnya. Tetapi lama kelamaan itu kan tidak selalu menjadi tidak ketemu… bisa ketemu. Nah ketemunya itu mulai dari negosiasi,koordinasi, nah tinggal selangkah nanti kedepan nih baru integrasi. Tapi menurut saya itu dibutuhkan kepemimpinan yang kuat. Karena kalau masih seperti ini kepemimpinannya, mengakomodasi apa saja, masih kuat tarik-menarik untuk tidak menjadi integrasi. Keberhasilan sebuah konvergensi tuh ada dua hal. Yang pertama adalah faktor kepemimpinan. Yang kedua faktor perusahaan itu, kalau baru mau membentuk sebuah perusahaan konvergensi, nah itu baru berhasil. Oh kamu saya rekrut dan saya didik jadi multitasking ya. Mengirim untuk tvnya, untuk apanya,itu nggak ada masalah. Nah itu faktor yang mempercepatlah berjalan baik atau tidaknya sebuah konvergensi. Konvergensi kan baik bisa lebih efisien, apalah… tetapi faktor ke-SDM-an itu hati-hati. 27
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013
Jadi untuk menuju ke konvergensi itu yang penting kepemimpinan ya? Trus kalo di Kompas Gramedia itu si anaknya yang punya hotel santika itu ya? Nggak tau tuh kalo itu, kalo saya nggak terlalu banyak berhubungan. Tetapi paling tidak kamu punya sebuah bayangan tentang konvergensi. Semua harus kuat kepemimpinannya supaya tidak ada nyempal-nyempal. Itu kunci pentingnya disana. Soalnya saya base on practice nih, ya. Dan aku udah melalui dari awal jadinya tau semua. Isu konvergensi sebaiknya udah gausah dilihat dari kepemilikan itu tadi, semuanya udah jago-jago orang media dalam mengatur untuk ngga ngelanggar. Atau jangan-jangan orang media yang mencampuri pembuatan undang-undang itu sendiri? Ooh bisa jadi. Kalau kompas gramedia gitu juga ya? Wah nggak tau. Saya nggak bisa melihat. Karena begini, coba lihat dari pasal-pasal undangundangnya. Ada yang melanggar nggak, nggak ada! Mereka pinter. Tv juga begitu, buat aja tv jaringan. Itung berapa iklannya,nggak ada di atas 50%. RCTI nggak ada. Udah jago itu mereka semuanya ngitung-ngitung. Mau dicek pemiliknya satu? Oh ternyata nggak juga. Ternyata di dalam situ pemiliknya si A , si B, si C. Apa pemiliknya memiliki seratus persen, nggak kan, ada yang lain juga yang memiliki sahamnya. (Bestian, 2012)
28
Meninjau aspek ..., Muhammad Neil Imanurachman, FISIP UI, 2013