PDMBERHN ST]PLEMEN IilMIA DAT{ SIJPLEMEN MIKROBA PADA IX)MBA Oleh: Dian Agustinat)
c ABSTRACT The purpose of this experiment was to compare the effestiveness of feeding chemical supplement and microbial suppl€ment on the daily weight gain in sheep. Twenty four growing sheep were allreated in a randomized block design with 2x3 factorial arrangement. Factor A was soxual category (male vs female), and factor B was the ration (3 different rations). Low quality forage was used as the fibrous feed source. Intake and digestibility of feed dry matter, organic matter, protein, neural detergent fiber and acid detergent feed utilization were also determined. Rumen fiber were observed. Weight gain and the efficiency characteristics (pH, ammonia, VFA, protozoal and bacterial population cants) wctt evaluated. The results edicarcd that chemical sryple,me,nt (RS2:75.9 glhead/day) showed a greater daity weight gain as compared to soybean meal supplement (RSl:70.2 g/bead/day) and microbial supplement (RS3: 66.0 g/head/day). A greater digestibility of feed dry matter was observed RS2, a mort suitable characteristies of rumen fluid was also observed. The IOFC was Rp. 838,-/ head/day,
of
Key words: Supplement mirobial, chemicalo intake, digestibility
batran makanan lain; (2) diberikan secara bebas atau d libitwn secara terpisah dengan bahan-bahan makanan lain menjadi
PEITIDAET}LUAN
Kekurangan protein hewani di lndonesia masih merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian sscara khusus dari pemerintah. Anglca kecukupan protein ditetapkan sehsar 53 gramftapita/hari dimana protein hewani asal ternak mempunyai kontribusi 25-30olo yaitu sebesar 13-17 gram/kapita/hari dari toal konsumsi protein tersebut. Angka ini kelihatannya
masih jauh dari yang
diharapkan.
Ketersediaan pakan yang cukup jumlatr maupun mutunya secara berkesinambungan
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan ternak (Mathius et al. 1997). Pakan merupakan sarana produksi yang sangat penting untuk pertumbuhan ternak.
Suplemen adalah campuran batran
bsama dengan bahan makanan lain guna memperbaiki keseimbangan zat-zalt makanan atau penampilan hewan s€cara keseluruhan. Penggunaan suplcmen terscbut dapat dilakukan dengan cara: (l) anpa diencerkan terlebih datrulu sebelum dicampur dengan
pakan yang akan digunakan e
nansum. Suplementasi bertujuan
meningkatkan kecernaan maksimal dengan mengoptimalkan mikroorganisme pencerna serat. Suplementasi dengan bahan yang dapat mensuplai kebutuhan Nitnogen dan Energi, sehingga organisme nrmen dapat mensuplai kebuhrhan Nitrogen dan Energi, maka mikroorganisme rumen dapat meningkatkan laju degradasi serat kasar, selanjutnya akan meningkatkan konsumsi pakan. Untuk mcngatasi masalah tersebut di atas maka serangkaian penelitian telatr dilakukan untuk menguji beberapa produk pakan suplemen uiltuk memperbaiki dan dan
meningkatkan pertrrmbuhan ternak ruminansia. Suplemen kimia yang menggunakan sampuran gelatin sagu 98yo, amonium sulfat 2o/o, mineral Kobah 0.2 ppm dan Zink 35 ppm menunjukkan respon nyata
terhadap beb€rapa konsentrasi NH3, konsentrasi VFA btsl, kecernaan pakan dan perkembangan miknoba rum€,ll (LIhi 2005)
Suplenren mikroba yang umurnnya discbut probiotik scperti prrbion dan starbio adalatr menrpakan campuran mikroorganisme
'') Snf Pengajar pdaluttsan Peternakan Fafults Pertanian Uniwrsitu SWh Kuala, Banfu Aceh
llt
tt2 yang dapat membuat paltan berdaya cerna rendah, s€e€rti jerami kcring atau pucuk tebu bisa diiadikan pakan alternatif (Haryanto er aI. 2W2). Suplemen milroba berfungsi membawa baktcri-balcteri hidup ke dalam
saluran pencemaao yang
marnpu
memperbaiki komposisi miknoflora uslrs sehingga mengarah k€pada dominasi bakt€ribakteri yang menguntungkan kesehatan dan mengatur keseimbangnn milroba di dalaur saluran pencernaan t€rnak (Fuller 1997). Karena itu suplemen ini penting untuk
diproduksi untuk memacu
pertumbuhan
ternak dalam memperbaiki produksi ruminansia. Pemberian probiotik dapat berup" tepung (atau bubuk dalam kapsul), tablet, butiran atau pasta Probiotik tersebut diberikan langsrurg ke dalam mulut atau dimasulkan ke dalam malcanan atau air minum, Haryanto (1994) melaporkan bahwa
domba yang dibcri pnobiotik cenderung meningkatkan pertambahan berat badan dan persentase karkas sebesar 38o/o.
Berdasarkan uraian tersebu! dalam
upaya meningkatkan bobot badan dan memaksimalkan produksi ternak yang berkualias, pemberian zuplemen pada pakan ternak sangat penting diperhatikan. Dengan demikian dilakukan penelitian untuk menguji
produk suplemen kimia dan suplemen mikroba pada domba jantan dan betina. Penelitian ini dirancang
denngan
hrjuan untuk
membandingkan efeldifitas penambahan suplemen kimia dan suplernen mikroba pada pertambahan bobot badan domba.
Bahan Penelitirrn
Ternak domba yang digunakan sebanyak 24 ekor (12 jantan dan 12 betina) bobot badan 12-15 kg. Pemberian pakan secara individu untuk setiap perlakuan,
diawali
dengan
pemberian bungkil kedelai/kontnol positif (kelompok RSl),
t
pemberian suplemen kimia (kelompok RS2), dan suplemen mikroba/probiotik ( kelompok RS3) dan ditambahkan hijauan tiap
kelompok. Pakan ftijauan) perlakuan yang digunalan terdiri dari rumput raja umur > I 10 hari (berkualitas rendatr) sebagai nansum basal.
Faktor A merupakan jenis kelamin domba terdiri dari :Dl = Domba betina; D2 = Domba jantan Faktor B adalah 3 (tiga) perlakuan ransum suplemen (RS) terdiri dari: RSI = Hijauan + Bungkil kedelai 60 gram/ekor/hari); RS2 =
Hijauan
+
Suplemen
kimia
40
grarn/ekor/hari);
:
Hijauan + Suplemen mikroba (starbio) 0.5 gramlekor/hari).
RS3
Panmeter yeng Iliemeti Peubah yang diamati adalah konsumsi dan kecernaan Oahan kering bahan organik, protein, ADF), efesiensi penggunaan pakan, konsentrasi NH3, konsentrasi VFA total dan pH cairan rumen,
NDF dan
alantoin urin, pertambahan bobot badan harian; populasi Oakteri dan protozoa) dan income overfeed cost flOFC).
Metode Pengukuren
BAHAN DAI\[ METODE Tempat den Waktu
di kadang Pusat Penelitian Dan
Penelitian dilakukar
percobaan
Metode pengukuran parameter
sebagai
berikut:
l.
Bahan Kering
Pengembangan Peternakan Bogor, Laboratorium Nutrisi Ternak Daging dan
rumus:
Kerja Fakultas Peternakan Instihrt Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan dimulai Nopember 2004 sampai Maret 2005.
Kadar air (W):
Kadar bahan kering dihitung
X +Y-Z Y
Kadar bahan kering %
(BK)
=
x 100
dengan
t00%
-
W
g
ll3 2. Bahan Organrlg penentuan bahan organik
3.
dilakukan dengan menggunakan analisa
proksimat (AOAC 1984).
Koefisien cerna bahan kering dihitung dengan rumus:
Perhitungannya yalari % batran organik 100 - Kadar Abu
: 0
KcBK:
Kecornaan Batran Kering (KcBK) dan Kecernaan Bahan Organik (KcBO)
BK awal - (BK residu - BK blanko)
x l0O% BK awal
dimana : KcBK
=
kecernaan bahan kering;
BK=
Koefisien cerna bahan organik dihitung dengan mmus BO awal - (BO residu
KcBO =
bahan kering
:
- BO blanko)
x 100%
BO awal dimana : KcBo
4.
:
kecernaan bahan organik;
Bo
-
batran organik
Pengukuran Konsentrasi VFA Total, perhitungan konsentrasi VFA dalam sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagal berikut : Ar€a sampel C (mM) = X konsenhasi standar Area standar dimana: Q = konsentasi asam lemak mudatr terbang yang diukur
/l 5. Pengukuran Konsentrasi NH3, konsentrasi
NH3 diukur
menggunakall teknik microdifus i C orntay (General laboratory Procedure 1966). Kadar N-NHr dapat dihitung dengan rumus :
N-NI{3 (mM): (Va - Vo) x NHCI x 1000
:
dimana Va = Volume titrasi sampel; Vo = Volume titrasi sampel cairan rumen tanpa sampel (blanko) 6.
Perhitungan Populasi Bakteri Rumen, penghitungan poprlasi hkteri dengan Metode Hitung Coloni. 8. Perhitungan Populasi hotozoa Rumen Populasi protozoa nrmen dihitung berdasarkan teknik pewarnaan dengan menggunakan Tr5pan Blue Formalin Salin (TBFS) menunrt Ogimoto dan Imai (1981), Pencacatran jumlah 7.
, e
Pengukuran pH Cairan Rurnen, pengukuran pH dilalnrkan dengan menggunakan alat pH meter.
protozoa dilakukan dengan menggunakan mikroskop pada pembesaran 100 kali. Cacahan protozoa per ml cairan rumen (P) dihitung dengan rumus berikut : P = [(0.2 x 0.0625 x 16 x 16] x 1000 x
CxF.
C=
Jumlah protozoa yang terhitung
dalam counting chamber,
F =
Faktor
pengenceran 9. Penentuan Alantoin Urin, analisis kadar alantoin urin dilakukan berdasarkan
metode kalorimetri. I l. Pertambahan Bobot Badan Harian
Penimbangan domba dilakukan setiap
minggu, mulai dari minggu pertama
sampai
akhir penelitian.
Rumus
pengukuran pertambahan bobot badan harian:
PBBH
=
WZ' WI
h-tr
AGRTPLUS, voluae 19 Nomor 02 Mci 20(8, rssM Qgwrug
tt4
Ket
Dimana PBBH
=
pertambahan
bobot badan per hari, W2 : bobot badan domba pada akhir penelitian (g), W1 : bobot badan domba pada awal minggu (g), h = walCu akhir minggu (hari) t1= woktu awal minggu (hari) 12. Efisiensi Penggunaan Pakan, efisiensi
# H#:
Anarisis menssunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola fbktorial 2x3, dengan 4 ulangan. Faktor A adalah 2 jenis kelamin domba (iantan dan betina) sedangkan faktor B adalatr jenis nansum penelitian (RSl, RS2, dan RS3). Data dianalisis menggunakan program general Iines model (GLM) (SAS Institute 1999).
penggunaan pakan dihitung sebagai nilai pertambahan bobot badan harian dibagi konsumsi pakan harian @arakkasi 1999) 13. Income Over Feed Cost QOFC) lncome Over Feed Cost (IOFC) dihitung dengan melakukan pendekatan penerimaan dari nilai pertambahan bobot badan ternak dengan biaya pakan yang
HASIL DAIY PEMBAHASAI{ Konsumsi Pakln
Nilai rataan konsumsi pakan domba dalam penelitian ini disajikan pada Tabel I
dikeluarkan.
Tabel
I
o
Pen
Jenis Ransum Suplemen RSr
Konsums i
M.t BK BO Protein
39.8 3.7a 39.8 23.4
RS2
BT
*lt
39.0 35.2 3.5a 34.6 20.7
4t.6
38.
37.s 3.6a 37.2 22.0
7
NDF ADF
rr 34. 9
t.7
BT
TOTAL X
RS3
XRS
BT
2
42.7 40.6 38.5 36.7 1.9b l.8b 38.5 36.7 22.6 21.5
39.2 36.9
40.5 36.6
r
l.8b
.7b 2t.7
34.4 3;4-9 20.6
XRS J
BT
40.7 40.7 40.7 36.7 37.2 36.7 l.7b 2.4 2.4 34.7 36.0 36.0 2l.r 2t.9 2r .3
ft
b
34. 9
20. 5
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5o/o. XT: Jantan, BN: Betinq X: rab-rata, RSI: Suple,men Bungkil kedelai; RS2: Suplemen Kimia, RS3: Suplemen Mikroba.
Pada data Tabel I menunjukkan batrwa konsumsi batran kering bahan organilc, NDF dan ADF setiap perlakuan menunjukkan nilai yang bervariasi, hasil analisis ragam menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p<0.05) penganrtr perlakuan pada ternak domba. Dan hanya konsumsi protein menunjukkan perbedaan yang nyata, yalmi perlakuan bungkil kedelai
GSD dengan perlalcuan suplemen kimia (RS2) dan suplemen miknoba (RS3).
Tingginya konzumsi protein
pada
perlakuan RSI disebabkan karena kandungan
protein bungkil kedelai yang tinggi yaitu sebesar 44.1 o/o. Dan konsumsi terendah terdapat pada perlakuan RS3: 1.7 dke BB/hari. Meirunrt Meacham et al. (1989) bahwa semakin rendah kandungan protein dalam pakan maka tingkat konsumsinya. semakin menurun. Sifat dari suplemen rnikroba dapat membuat pakan berdaya cerna rendah menjadi tinggi dan bisa di cerna oleh
ruminansia" suplemen mikroba berupa
.t 3
ll5
o
probiotik merupakan mikroorganisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan
masing-masing perlakuan yakni RSI RS2: 64.6 dan RS3:56.1 (Tabel 2).
efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya pnoses p€nyerapan komponen probiotik dalam tubuh rcrnalq schingga tidak terdapat residu (I{aryanto 2002). Manfaat probiotik sebagai bahan aditif ditujukkan dengan peningkatan ketersediaan lemak dan protein bagi ternd disamping itu probiotik juga meningkatkan kandungan vitamin B
Tingkat kecernaan bahan kering yang tinggr pada perlakuan RS2, ini disobabkan karena suplcmar kimia berpenganrh sangat baik pada aktivitas mikrobial rumen. B€rbagai organisme
kompleks melalui fermentasi
memerlukan mineral rurtuk pertunbuhannya, termasuk pula miknoorganisme dalam rumen.
Church (1988) melaporkan batrwa Zn dm beberapa minemal mikro lainnya dibutrrhkan oleh miknoba rumetL dan Co yang terdapat
makanan
(Fuller 1997).
pada suplemen kimia juga merupakan mineral esensial untuk perkembangbiakan
Keerneen Pekan Nilai kecernaan bahan kering merupakan salah satu indikator dan cara
mikroba nrmen. Hasil analisis Tabel 2 menunjukkan bahwa penganrh perlakuan pada kecernaan protein b€rbeda nyata antar jenis kelamin
mengukur adanya aktivitas mikroba rumen. Hasil analisis ragam menunjukkan batrwa nilai rataan kecernaan bahan kering bahan organilq NDF dan ADF antar jenis kelamin
tidak berbeda nyat4 tetapi
: 58.0,
(P<0,05). Rataan kecernaan protein jenis kelamin domba jantan lebih tinggi (43.3%)
pengranrh
dibandingkan dengan domba betina (35.6%). Dan antara perlahran tidak menunjukkan penganrh yang nyata. Rataan nilai kecernaan
perlakuan terhadap kecernaan batran kering pada rumen domba berbeda nyata (p<0,05). Rataan kecernaan bahan kering berbeda pada
protcin pads pcrlakuan RS2: 43.1o/o, RSI:35.9olo dan perlakuan RS3: 39.4%.
4
Tabel 2 Pengaruh perlakuan tertradap kecernaan pakan Jenis Ransum Su Kecernaa
n(%')
RS2
JT BT T' JT 58.0 62.2
BK BO
4t.9 7l .8
Protein
55.5
NDF ADF
58.0
6r.6 29.8 63.7
s5.9
58.0a
bl
67.
61.9
69.
35.9
7
67.8 rl
55.7
BT
TOTAL X
RS3
XRS 2
62.2 64.6a
JT 57.6
65.1 67.4 67.0 39.2 43.1 4l.l 67.8 70.0 66.5 56.4 60.2 58.4
BT
xRs 3
54.s s6.lb 60.9 63.7 65.3 a 37.7 3g.4 66.9 68.2
72.
)
63.s
60.2
:
u yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5o/o, JT: Jantan, BN: Betina, X: rata-rata
lngt
AGRIPLUS, Yolume 19 Nomor
a
63.3 70.2 65.9 59.3
I
Ket
q
58.2
66.2 66.4 43.3a 35.6 b
64.
T
BT
02
Mei AUn,
ISSN
(W&US
l16
Nilai kecernaan proGin domba betina dan jantan tertinggi pada perlakuan RS2 masing-mas rng 39.2o/o dan 47.07o, sedangkan
nilai
kecernaan protein terendatr pada RSI: 29.8o/o unhrk domba betina dan perlakuan RS3: 41.ff/o untuk domba jantan. Meningkatnya kecernaan protein akibat pcrlakuan suplemen kimia karena meningkatnya aktivitas proteolitik mikroba perlakuan
kecernaan, metabolisme dan penyerapan zat-
zr;t
makanan dalam tubuh temak. Penambahan mineral Co dan Zn dalarn suplemen kimia memberikan nilai kecernaan yang lobih tinggi dari suplemen yang lain. Efisiend Penggunren Prkan Efisiensi ponggunaan pakan dihinrng sebagai nilai p€rtambahan bobot badan
harian dibagi konsumsi pakan
nrmen dan protease usus.
(Paral*asi 1999). Hasil
o
harian
penelitian menunjuklcan bahwa nilai rataan efisiensi penggunaan pakan tertinggi pada perlakuan RS2:0.14 dan yang terendah pada perlakuan RS3:0.12. Artinya perlakuan RS2 lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain, dan perlakuan ini efisien dalam penggunaan pakan dan mernberikan nilai PBBH yang
Pertambahan Bobot Badan
F E o
b
tinggl.
t o,
Aktifites Fementatif Milgobe Ferme,ntasi lgrbohidrat dalam rumen menghasilkan VFA sebagai produk utama unhrk menyediakan energr dan lcarbon untuk
Prrleluen
Gambar
I
pertumbuhan
Pengartrh perlakuan terhadap p€rtambahan bobot badan
harian Pada gambar
I menunjukkan
bahwa
pemberian suplemen pada ruminansia
dan
mempertatrankan
kehidupan komunitas mikroba. Jumlatr VFA
rr
yang terbenhrk sangat dipengaruhi oleh kecernaan serta kualitas nansum yang
difermentasi (Newton dan Orr lgSl). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai r:ataan total produksi VFA lebih
tingi dengan perlakuan
l94mM, bila RSI: 180.9 RS3: 171.5 mM. VFA total RS2:
memberikan penrbatran pertambatran bobot harian yang bervariasi. Pertambatran bobot harian yang tertinggi pada pemberian RS2: 7 5 .9. Nilai ini lebih baik dibandingkan dengan perlakuan RSI: 70,2 dan RS3: 66.1 Peningkatan ini lcarena penganrh nilai kecernaan perlakuan suplemen kimia yang terbuat dari gelatin sagu, amonium sulfat dan mineral esensial pcnting (Co dan Zn) yang dibutuhkan untuk meningkatkan laju pertumbuhan mikroba rumen, sehingga meningkatkan pula prduk fermentasi dan
menunjukkan aktivitas fermentasi yang lebih baik. Produksi VFA total penelitian ini lebih tinggi dari kisaran produksi VFA total
pasokan nutrien rmtuk induk somang. Penambahan mineral esensial makro dan mikro dalam pakan dapat meningkatkan pertambatran bobot badan secara nyata. Siregar (2004) melaporkan pertambahan bobot badan merupakan suatu refleksi atau manifestasi dari akumulasi konsumsi,
probiotik dan selubiosa pada rumen domba pada waktu inkubasi yang berbeda (invitro dan invivo: 52.35-75.30 mM). Tingginya. produksi VFA total hasil penelitian ini diduga karena suplemen yang diberikan cukup tersedia nutrien antara lain nitrogen
dibandingkan dengan perlakuan
mM, dan
tinggi dengan pemberian suplemen kimia
penelitian Kardaya (2000)
dengan
suplementasi mineral organik (Zn-proteinat dan Cu-proteinat) dan ammonium molibdat
pada domba lolcal (32.49-61.52 mM); Dwiranti .(1999) dengan penggunaan
dan mineral sulfur yang merupakan sumber
S
-,f
3
ll7
untuk pembenfirkan asam-asam
amino bonsulfur (sistoin, sistin dan motionin), yang mana merupakan nutrien penting bagi bakteri rumen (Hrmgate 1966; LJhi 2005).
0
Konscntrrsi
n[
3
Rataan konse'ntrasi NH3 terendah pada perlakuan RS2:5,8 Rendahnya
konsentrasi
ml\,i. NHI &lan nrmen ini
menandakan kemampuan milcroba dalam menggunal
saliva yang rendah yang menyebabkan jumlah N menjadi r€Ndah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Waldo (1968) hhwa sumber N yang masuk ke dalam nrmen berasal dari : l) @ein dan nitrogen bukan
protein; 2) N-urea dalam saliva yang berasal dari darn ulang N dan; 3) NH3 daratr yang ke rumen melalui diftsi pada dinding rumen.
1
Hasil analisis renunjukkan
konsentrasi NH3 tertinggi domba betina dan jantan pada perlakuan RSI:9.0 mM dan 7,6 mM. Sedangkan konsentnasi NH3 terendah unhrk domba betina pada perlakuan RS2 : 6.0 mM dan 5.6 mM. Agnstin et al. (1991) melaporkan konsentnasi NH3 cairan rumen yang optimal untuk pertumbuhan mikroba rumen dan yang relevan dengan produksi ternak adalah sebesar 8 mM. Keseluruhan konsentrasi NHr dalam penelitian ini masih berada dalam kisaran normal. Menurut Sutardi ( 1979) kadar amonia yang dibutuhkan untuk menunjang perhrmbuhan mikroba rumen yang maksimal antara 412 mM.
pH Rumen Dombe
c
bahwa
Nilai pH ini relatif
sama dengan nilai pH cairan nrmon )Nmg dllaporkan olch Sircgar (2004) berkisar antara 6.18-6.68. Hasil penelitian ini jugn dapat dikatakan masih berada dalam kisaran normal untuk aktifitas milrroba rumen, lcarcna menurut Czerkawski (19E6) nilai rahan pH nrm€n yang normal berada pada kisuan lingkungan antara G7, s€dangkan kisaran pH yang ideal untuk pencemaan selulosa antara 6.4{.8 (Erdman r
9E8).
Populesi Bekileri (r lOe seUml) Dombe Pengaruh palon pada jenis kelamin domba terhadap populasi bakteri rumen berbeda (P<0.05) antar perlakuan. Nilai
rataan populasi bakteri tertinggi pada perlakuan RS2: 6.1 x lOe seVml. Nilai
ini lebih tinggi perlatuan
dibandingkan dengan
RSI:5.6 x lOe seVml
dan
perlakuan RS3: 5.4o/ox lOe seVml.
Tingginya populasi bakteri dalam penelitian ini didukung juga dengan kenormalan pH pada perlakuan RS2: 6,6. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rihani er al. (1993) yang melaporkan batrwa pengaruh
p€nggunaan level unea dan serat tinggi terhadap karakteristik pencernaan domba menghasilkan pH berkisar antara (6,51-6,60). Kondisi lingkungsn rumen yang kondusif akan mendukung pcrtumbuhan mikroba yang
maksimal, dengan demikian
populasi
mikro6a menjadi besar sehingga bakteri pencerna serat (bakt€ri selulolitik) tersebut dapat meningkatkan kecernaan ransum yang pada gilirannya akan meningkatkan konsumsi batran kering bahan organik dan zat nutrien lainnya, ltarena laju pengosongan isi rum€n lebih cepat berlangsung (Arorq
1989). Tingginya populasi bakteri rumen
pada perlakrran RS2 diduga
pH
Besarnya nilai cairan rum€n memegang peranan pcnting dalam mengatur beberapa pros€s dalam rutnen, baik dalam mendukung pertumbuhan mikroba rumen maupun dalam menghasilkan produk berupa asam lemak atsiri (yFA) dan amonia (NH:). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rataan pH terendah pada perlakuan RS3: 6.4 dan yang tertinggi perlakuan RS I : 6.9. AGRIPLUS, Yolume 19 Nomor
karena penyediaan lorbohi&at, amonium sulfat serta mineral Co dan Zn yang kesemuanya sangat menunjang pertumbuhan bakteri dalam proses fermentssi dan sintesa protein.
Populesi Prctome (x l05seVmt) Domba Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah populasi protozoa terendah pada perlakuan RS2: 2.6 x 106 seVml, A2
lrtci
2W
ISS/II
M*0128
il8 sedangkan populasi tertinggi pada perlakuan 3.9 x l0o soUml, Ponurunan populasi protozoa ini sejalan dengan adanya suplemen kimia. Suplemen kimia dapat meningkatkan populasi bakteri, peningkatan karena tersedianya amonia yang cukup dan peran mineral Co dan unhrk mendukung pertumbuhan bakteri, sehingga protozoa kalah bersaing dengan bakteri, menyebabkan
RS3:
ini
7fi
pemangsaan bakteri oleh protozoa menjadi
berkurang (LJhi 2005). Populasi protozoa tertinggi domba betina dan jantan (4.4 x 106 seUml dan 3.5 x 106 seVml) pada perlakuan RS3, sedangkan terendah domba betina dan jantan (3.0 x 106 seUml dan 2.2 x t06 seVml) pada perlakuan RS2
Alentoin Urin Dombn (mlVl/teri) Nilai rataan alantoin urin domba tertinggi pada perlakuan RS2: 3.0 mlvl/hari, sedangkan alantoin urin terendah pada perlakuan RSI: 2.95 mlvl/trari. Hasil Analisis data pada menunjulckan bahwa terdapat interaksi perlalaran RS2 pada jenis kelamin domba terhadap jumlatr alantoin urin. Jumlatr alantoin urin tertinggi domba betina dan jantan (2.8 ml\,I/hari dan 3.2 mM/hari) pada perlakuan RS2, sedangkan terendah domba betina (2.76 mlv{/hari) pada perlakuan
RS2 dan domba jantan pada perlakuan RSI: 3.1 mNfhari.
Menurut Mehrez et aL (1977\, bahwa semakin tinggi populasi bakteri rumen semakin banyak produksi alantoin yang dihasilkan, karena itu alantoin urin dapat dijadikan sebagai p€qiuk pasokan protein
t,
asal mikroba untuk tcrnak induk semang.
Income Over Fcod Cost OOFC) Data pada Tabel 5 menunjukkan batrwa total biaya pakan dari tiga perlakuan bervariasi, antara kisaran Rp. 215,- .480,-. Pada perlakuan RSI yang menunjukkan nilai tertinggi (Rp. 480,-) dibandingkan dengan perlakuan RS2 sebesar Rp. 300,- dan
suplemen mikroba sebesar Rp. 215,-. Besarnya biaya tidsk selalu signifikan dengan pertrmbahan bobot badan harian @BBlt), hal ini dapat dilihat PBBH pada perlakuan RS2 yang memiliki biaya pakan lebih rendah daripada perlakuan RS I tetapi menunjukkan PBBH yang tertings (75.9 g) dibandingkan dengan perlakuan RSI sebesar 70.2 gdan perlakuan RS3 sebesar 66.0 g.
Hasil penelitian pengartrh perlakuan suplemen kimia, milaoba dan bungkil kedelai terhadap IOFC dapat dilihat pada Tabel 3,
Tabel 3 Pendapatan di atas biaya pakan terhadap penampilan domba Perlaliuan
Uraian
A. Biaya pakan : - Hijauan (Rp) - Suplemen Kimia (Rp) - Suplemen Mikroba
(Rp)
(Rp)
- Bungkil kedelai Total biaya pa\qn (Rp) B. Penerimaan PBBH (g)
RSI
RS2
RS3
210
210
2t0
,:
5
270 480
300
70.18
75.86'
1.053
1.138
zis
:
Nilai PBBH IoFc (A - B) (Rp)
573
c
It9 Chrnch DC. 1988. The Ruminant Animal Digcstive Phyiolory and Nutrition.
KESIMPT'LAI\I
Prcntice Hall. Englewood. New Jersey.
o
Berdasarkan hasil pembahasan disimpulkan: (a) peurbcrian bungkil kedelai (RSl), suplemen kimia (RS2) dan milroba (RS3) b€rpengaruh pda pertambahan bobot badan harian pada domba; (b) psrtambahan bobot harian yang t€rtinggi fda pemberian suplemen kimia @S2: 75.9 g). Nilai ini lebih baik dibandinglen denpn pcrlalcuan ransum bungkil kedelai (RSl: 70.2 g) dan ransum suplemen mikroba (R^S3: 66.0 g); (c) perlakuan suplernen kimia (RS2) menghasilkan nilai kecsnaan balran kering, bahan organik, protein, NDF dan ADF yang baik, sehingga memberikan dampak yang nyata terhadap konsentrasi VFA, konsentrasi NH3, kenormalan pH rumen, alantoin dan peningkatan populasi mikrobq (d) perlakuan suplemen kimia (RS2) t€rbaik dengan nilai Income Over Feed Cost sebesar Rp 83E,/ekor/trari.
Czerkawski
JW. 19t6. An Introduction to Rl ke-I. Pergamon
Rumen Sndtes. Press. New York.
Dwiranti F. 1999. Manfrat penggunaan probiotik dan selubiosa tcrhadap firngsi nrmen domba pads waktu inkubasi berbeda : Kajian invltro dm fn viuo [tesisJ. Bogor: Pnogran Pascasarjana Instiart Pertanian Bogor. Er&nan RA. 19E8. Dietary buffering requirement of the lactating dairy cows. A Review. "/. Dairy Sci. 7l:3246.
Fuller, R. 1997. Pnobiotics 2. Applications and practical aspects. Capman &, Hall. Britain by T. J. International Ltd. Edited by R. Fuller. Chapman & Hall. London.
(GLP) General Laboratory hocedure.
Haryanto
B,
1994. Respons
podr*si
domba terhdap strategi Penelitian Ternak.
Agustin FS, Widyawui, Sutardi T. l99l . Penggunaan ssrat dan lumpur sawit
(AOAC) Association of Official Analytical Chemist. 19E4. Aflicial method of Analysis. Ed ke-14. Washington. D.C.
Arora SP. 1989. Pencernaan Miboba
no:2.
B, Supriyati, Thalib A, Sumanto K. 2002. Penggunaan probiotik dalam
upaya peningkatan fermentasi mikrobial
rumen. Prariding Seminar Nasional Telmologi Petqnakan do, Yeteriner. Pusat Penelitian dan Pengernbangan
Balihalq Pusat Penelitian Peternakan Ciawi lGl I Agustus, Bogor. hlm 228236.
vol:l
Haryanto
dalam ransum sapi peratr. Prosiding Agrolndustri Petermahan di Pedesaan.
PeternakarU Bogor. hbn 206-208.
Hungate RE. 1966. Tlre Runen ond lts Microbes. United Kingdom Edition. published by Academic Press, London. hlm 8-330.
Kardaya D. 2000.
pada
Pengamh suplementasi
mineral orgnnik (Zn-proteinat dan Cu-
Ruminansia, Murwani
Retno,
Penerjemah; Srigandono
proteinat) dan amonium molibdat
editor.
tcrhadap performans domba lokal [rcsis].
B,
Gadjah Mada University
0
karkas pemberian
protein by-pass Rumen. Jurnal Ilmiah
DAFTAR PUSTAI(A
s
1966.
Repon of Dairy Science. University of Wisconsin. Madison, USA.
Bogon hogram Pascasarjana lnstitut
Press.
Yogyakarta. Tedemahan dari: Microbial D igest ion in Ruminants.
Briggs MH. 1961. Urea ar a
Pertanian Bogor,
Mathius
lW, Lubis D, Wina E, Nurhayati Dp,
Protein Supplement. Pergamon press, Oxford, London, Edinburg, New York, Toronto, Sy&rey, Paris, Drauerschwery. hlm 3-
Budiarsana IGM. 1997. Penambahan kalsium karbonat dalam konsentrat untuk domba yang mendapat silasc rumput rqia sebagai pakan dasar. IImu Ternak
I 83.
Veteriner 2:l&-169.
J
Meacharn, and
TJ. C\mha 1989. Influence of low
protein rations on gfowth and
AGRTPLU$ Yolume 19 Nomor
02
h{ai
2W r#N Mrtt-htzs
semen
120
Melnez
characteristic of young beef bulls, J. Anim.Sci.67 (l l): 185-196
SAS Institute. 1999. SAS Proprietary Software
AZ,
Siregar Z.
E& McDonald I. 1977. fermentation in relation to ammonia concentation. J Nutr 38: Rate 437
Orskov
of
Verslon 8 (3S MO). SAS Inc. USA.
lokal melalui suplementasi hidrolisat
443.
tepung bulu ayam dan mineral esensial dalam ransurn berbasis limbah perkebunan [dis€rtasil. Bogor: Program Pascasarjang Institut Pertanian Bogor.
Newton JE, Orr RI. lgEl. The intake of silage and grased herbage by masham ewes
with single or twin lambs and
its
repeatability during pregnancy, lactation and after weaning. Anim Prod 33:l2l-
Sutardi
Microbiologt JSSP.
N, Garett WN, Zinn RA. 1993. lnfluence of level of unea and method of supplementation on characteristics of digestion of high-fiber diets by sheep. J Anim Sci 7l: 1657-1665.
sOme essential
USA: University of
LIhi HT. 2005. Suplemen katalitik berbahan dasar
gelatin sagu, NPN dan mineral mikro untuk ruminansia di daerah marginal
lndonesia Pness, Jakarta. Rihani
of
Wisconsin, Madison.
Press Tokyo.
A. 1999. Ilnu Nurisi don Maksnan Ternak Ruminsrcia. Universitas
1978. Metabolism
[disertasiJ.
Rumen
Parakkasi
T.
rt
amino acids by rumen microbes with special references to alpha-keto acids
t27.
Ogimoto K, Imai S. 1981. Atlas of
20o4'. Peningkatan kinerja domba penilangan dan
pertumbuhan
[dis€rtasi]. Bogor:
Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Waldo
DR
1968. Nitrogen utilization by the ruminant nitrogen metabolism in the RuminantSynposirmr. 265.
J Dairy Sci 5l-
/-$
o c