Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG (Introduction of New Maize Varieties, as Border and Trap Plants for Potatoes to Incease Forage Supply for Ruminant) TANDA PANJAITAN, S. SUHARTINI dan PRISDIMINGGO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat, Jl. Peninjauan Narmada Kotak Pos 1017, Mataram 83010
ABSTRACT An introduction of new maize varieties, as a border and trap plants for potatoes were conducted in Sembalun in 2009. The aim of this study was to increase forage supply for cattle. The introduced varieties were Lamuru, Sukmaraga and Srikandi. Biomass production of new varieties was higher than local variety irrespective to planting season (P < 0.05). There was an increase in biomass dry matter production of new varieties to about 22 – 45% in dry season planting. However, the crude protein content was not different. Introduction of new varieties increased biomass production that increase forage supply for livestock in scarcity time in Sembalun. Key Word: Introduction, Corn, Feed Production ABSTRAK Pengkajian introduksi jagung unggul komposit sebagai border pada tanaman kentang menggantikan varietas Lokal telah dilakukan pada musim tanam tahun 2009 di Sembalun. Introduksi bertujuan meningkatkan produksi biomas jagung border untuk meningkatkan ketersediaan pakan ternak di Sembalun. Jagung yang diintroduksi adalah varietas Lamuru, Sukmaraga dan Srikandi. Introduksi jagung unggul terlepas dari musim tanam meningkatkan produksi biomas pertanaman. Produksi biomas pada umur 70 hari lebih tinggi pada varietas unggul dibandingkan dengan Lokal Sembalun (P < 0,05). Penanaman varietas unggul dimusim kering meningkatkan produksi bahan kering antara 22 – 45% per tanaman dibandingkan varietas Lokal Sembalun namun tidak terdapat perbedaan kandungan protein kasar pada semua varietas. Introduksi jagung varietas unggul berpotensi meningkatkan ketersediaan pakan pada musim kering di Sembalun. Kata Kunci: Introduksi, Jagung, Produksi Pakan
PENDAHULUAN Nusa Tenggara Barat Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS) merupakan salah satu program utama untuk memajukan perekonomian masyarakat petani ternak di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Program ini berbasis pada perbaikan produktivitas sapi untuk dapat memperbaiki pertumbuhan populasi dan memperbaiki produksi sapi di NTB (BLUE PRINT NTB-BSS, 2009). Pilihan-pilihan untuk memperbaiki produktivitas yang menunjang pertumbuhan dan produksi perlu dieksplorasi untuk dapat mendukung program NTB-BSS
200
tersebut. Salah satunya melalui integrasi sapikentang di Sembalun. Kentang bergerak menjadi komoditas utama setelah terbukanya kerjasama masyarakat dengan perusahaan swasta di Sembalun. Luas areal tanaman kentang tahun 2009 sebesar 257 Ha dan potensi area pertanaman kentang di Sembalun mencapai 1400 Ha (DINAS PERTANIAN NTB, 2009). Areal tanam kentang diperkirakan akan terus bertambah karena terbukanya akses terhadap sarana input produksi dan pemasaran. Organisma penggangu tanaman (OPT) sangat berpengaruh terhadap produksi kentang. Jagung dengan warnanya yang kekuningan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
sangat disukai OPT seperti Aphids sehingga cocok digunakan sebagai tanaman border dan perangkap hama (FOURIE, 2008). Jagung border pada musim kering sebagian besar dipanen muda untuk pakan ternak. Jagung yang ditanam adalah varietas lokal yang mempunyai keragaan pertumbuhan yang lambat dan relatif pendek sehingga produksi biomasnya tergolong rendah dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai umur produksi biomas optimal lebih lama. Pertumbuhan dan produksi biomas berpeluang ditingkatkan melalui pergantian varietas untuk meningkatkan ketersediaan pakan ternak. Introduksi jagung unggul komposit sebagai tanaman border bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan hijauan pakan ternak di Sembalun. MATERI DAN METODE Pengkajian merupakan bagian dari gelar teknologi manajemen terpadu produksi sapi Bali di Sembalun melalui Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI). Introduksi jagung unggul komposit sebagai border dilakukan di lahan kering pada musim hujan dari bulan Maret sampai Juni dan dilahan sawah pada musim kering dari bulan Agustus sampai November tahun 2009. Jenis jagung unggul komposit yang diintroduksi adalah Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning (QPM) dan dibandingkan dengan varietas Lokal Sembalun. Pertanaman di lahan kering pada musim hujan dilakukan pada 4 hamparan berbeda dengan total luasan 1 ha. Border ditanam 21 hari setelah tanam (hst) kentang dengan cara ditugal sebanyak 3 biji/lubang. Jagung ditanam dua baris (double row) dengan jarak baris 75 cm dan jarak antar tanaman 30 cm. Pupuk kompos diberikan sebanyak 150 g/lubang yang sekaligus digunakan sebagai penutup lubang tugalan. Pemupukan pertama berupa urea dan SP-36 sebanyak 4,5 g/lubang diberikan pada 7 – 10 hst, pemupukan kedua berupa urea sebanyak 2,3 g/lubang diberikan pada 25 – 30 hst dan pemupukan ketiga sebanyak 2,3 g/lubang diberikan pada umur 40 – 45 hst. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan pada umur 7 – 10 hst dan 30 – 35 hst. Pertanaman di lahan basah dilakuan pada satu hamparan dengan total luas lahan 1,45 Ha.
Border ditanam 21 hst kentang sebanyak 3 biji//lubang. Jagung ditanam dipinggir bedengan sawah dan pada salah satu sisi gulutan tanaman kentang dengan jarak antar lubang tanam 50 cm. Pemupukan dan penyiangan sama dengan pertanaman pada lahan kering. Pengukuran dimensi tanaman meliputi tinggi tanaman, diameter batang, panjang canopi dan jumlah daun per batang dilakukan 15, 30, 45, 60 dan 70 hst dan 17, 35, 52 dan 70 hst masing-masing untuk musim hujan dan musim kering. Pengukuran dilakukan dengan mengambil sampel secara acak sebanyak 3 tanaman dalam satu baris tanam dan merupakan satu dari tiga tanaman yang tumbuh dalam satu lubang tanam. Sampel ditimbang kemudian dioven 60°C selama 56 jam untuk mendapatkan berat kering tanaman. Analisa kandungan protein kasar hijauan jagung pada fase berbunga (70 – 90 hst) dilakukan pada pertanaman musim kering. Data yang terkumpul kemudian ditabulasi untuk dianalisa statistik menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Perkembangan dimensi tanaman disajikan dalam bentuk grafik menggunakan sigmaplot. HASIL DAN PEMBAHASAN Terlepas dari waktu dan tempat tanam, varietas unggul komposit tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan varietas lokal. Dimensi tanaman meliputi tinggi, diameter batang dan canopi dari setiap varietas yang ditanam pada musim hujan dilahan kering disajikan pada Gambar 1. Lamuru memiliki dimensi tinggi, diameter batang dan canopi diatas varietas lainnya. Tinggi varietas Sukmaraga tidak berbeda dengan Lokal Sembalun dan keduanya berada diatas Srikandi. Diameter batang varietas Srikandi tidak berbeda dengan Lokal dan keduanya lebih rendah dari Sukmaraga. Canopi terpanjang kedua adalah Sukmaraga diikuti Srikandi dan Lokal. Jumlah daun per batang (70 hst) varietas Lamuru 13,6 ± 1,5, kemudian Sukmaraga 12,3 ± 1,5, Srikandi 12,1 ± 1,5 dan Lokal Sembalun 11,8 ± 1,6. Secara kumulatif Lamuru memiliki keragaan tumbuh yang terbaik. Produksi biomas basah dan kering (70 hst) lebih tinggi pada varietas unggul (P < 0,05),
201
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
pada tingkat populasi sedang yaitu 133.333 tanaman/ha diperoleh biomas basah 257 g/pohon dan pada tingkat populasi tinggi 200.000 tanaman/ha diperoleh biomas basah 171 g/pohon. Produksi biomas basah yang diperoleh pada pengkajian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan produksi biomas per pohon pada tingkat populasi rendah namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi biomas dari lamuru yang ditanam dengan tingkat populasi sedang dan tinggi.
220
40
190
35 30
160
Diameter batang (mm)
Tinggi Tanaman (cm)
tetapi tidak berbeda antara Lamuru (359 dan 136 g/pohon) dan Sukmaraga (367 dan 134 g/pohon) dan keduanya diatas Srikandi (332 dan 115 g/pohon) dan Lokal Sembalun (314 dan 75 g/tanaman). AKIL et al. (2004) yang disitasi oleh MASHUR dan KAHARUDIN (2004) melaporkan untuk jagung varietas Lamuru yang ditanam di lahan sawah tadah hujan dan dipanen pada umur 65 hst pada tingkat populasi rendah yaitu 66.667 tanaman/ha diperoleh produksi biomas basah 513 g/pohon,
130 100 70
Lamuru Sukmaraga Srikandi Lokal
40
25 20 15 10
Lamuru Sukmaraga Lokal Srikandi
5
10
0 10
20
30
40
50
60
70
80
10
20
30
Hari Setelah Tanam
50
60
70
80
Hari Setelah Tanam
400
160 Lamuru Sukmaraga Srikandi Lokal
120
300
Berat segar (g/batang)
140
Canopi (cm)
40
100 80 60 40
200
100 Lamuru Sukmaraga Srikandi Lokal
0
20 0 10
20
30
40
50
Hari Setelah Tanam
60
70
80
20
30
40
50
60
70
80
Hari Setelah Tanam
Gambar 1. Dimensi tanaman (tinggi, diameter batang dan canopi) dan berat segar masing-masing varietas jagung yang ditanam di lahan kering pada musim hujan di Sembalun
202
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
turut adalah Lamuru (727 dan 162 g/pohon), Sukmaraga (642 dan 146 g/pohon), Srikandi (538 dan 134 g/pohon) dan Lokal Sembalun (427 dan 105 g/tanaman). Kelembapan tanah yang lebih konsisten karena ditanam di lahan sawah yang memiliki suplai air cukup dan kecukupan sinar matahari selama pertumbuhan pada musim kering diduga merupakan faktor yang menyebabkan produksi biomas untuk setiap varietas jagung border yang ditanam di lahan sawah pada musim panas lebih tinggi (10 – 30%) dibandingkan dengan yang di lahan kering pada musim hujan.
Pertumbuhan jagung border di lahan sawah pada musim kering memiliki keragaan yang lebih seragam untuk setiap varietas. Tinggi tanaman, diameter batang dan panjang canopi dari yang tertinggi berturut-turut adalah Lamuru, Sukmaraga, Srikandi dan Lokal Sembalun (Gambar 2). Jumlah daun perbatang pada varietas Lamuru 15,2 ± 0,6, Srikandi 14,6 ± 0,5, Sukmaraga 14,3 ± 0,5 dan Lokal Sembalun 12,9 ± 0,3. Produksi biomas basah dan kering 52 dan 70 hst cenderung mengikuti pola dimensi tanaman. Produksi biomas basah dan kering 70 hst varietas unggul lebih tinggi dari varietas Lokal Sembalun (P < 0,05). Produksi biomas basah dan kering berturut-
220
60
Lamuru Sukmaraga Srikandi Lokal
200 180
Lamuru Sukmaraga Srikandi Lokal
40
160
Canopi (cm)
Diameter batang (cm)
50
30
20
140 120 100 80 60 40
10
20 0
0 10
20
30
40
50
60
70
80
Hari Setelah Tanam
10
20
30
40
50
60
70
80
Hari Setelah Tanam
350
Tinggi Tanaman (cm)
300 250 200 150 100
Lam uru S ukm araga S rikandi Lokal
50 0 10
20
30
40
50
60
70
80
H ari Setelah Tanam
Gambar 2. Dimensi tanaman (tinggi, diameter batang dan canopi) masing-masing varietas jagung yang ditanam di lahan sawah pada musim kering di Sembalun
203
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Kandungan protein kasar dari jagung yang ditanam di lahan sawah pada musim kering yang dipotong pada saat berbunga 70 – 90 hst disajikan pada Tabel 1. Kandungan proteinnya berkisar antara 6,2 – 7,4% dan tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara varietas (P > 0,05). Hasil yang diperoleh lebih rendah dari yang dilaporkan HARTADI et al. (1997) dimana kandungan protein kasar jagung yang dipanen 57 – 112 hst berkisar antara 8,0 – 8,8%. Tabel 1. Kandungan protein masing-masing varietas jagung border yang ditanam di lahan sawah pada musim kering dan dipanen dipotong pada fase berbunga (70 – 90 hst) di Sembalun Varietas
Protein kasar (%)
Lamuru
6,81 ± 1,4
Sukmaraga
6,60 ± 2,0
Srikandi
6,20 ± 1,1
Lokal Sembalun
7,41 ± 2,2
Peranan jagung border cukup penting sebagai penyedia hijauan pakan musim kering di Sembalun. Penanaman varietas unggul dimusim kering meningkatkan produksi bahan kering antara 22 – 45% per tanaman dibandingkan varietas Lokal Sembalun. Produksi biomas jagung dari varietas lokal rata-rata sebanyak 2,5 t BK/Ha. Penggunaan varietas unggul memberikan pertambahan biomas antara 0,5 sampai 1 ton/Ha. Introduksi jagung varietas unggul sebagai border pada tanaman kentang pada luasan tanam kentang 257 Ha berpotensi meningkatkan produksi biomas kering sebesar 129 sampai 257 ton yang memberi ruang terhadap peningkatan jumlah ternak sebanyak 260 sampai 500 ekor lagi yang dapat dipelihara dengan cara dikandangkan dari bulan Agustus sampai November.
204
KESIMPULAN Produksi biomas dapat ditingkatkan melalui introduksi jagung varietas unggul sebagai border tanaman kentang. Pertanaman jagung border varietas unggul pada musim kering meningkat produksi biomas 22 – 45% lebih tinggi dari varietas Lokal Sembalun. Keragaan tanaman terbaik berturut-turut adalah Lamuru, Sukmaraga, Srikandi dan Lokal Sembalun. Kandungan protein kasar tidak berbeda diantara varietas. Potensi peningkatan biomas melalui pergantian varietas sebagai border tanaman kentang cukup untuk pakan sedikitnya 260 ekor sapi dewasa pada waktu paceklik pakan dari bulan Agustus sampai November. DAFTAR PUSTAKA BLUE PRINT NTB-BSS. 2009. Nusa Tenggara Barat Bumi Sejuta Sapi. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. DINAS PERTANIAN NTB. 2009. Program Unggulan Dinas Pertanian Tananaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Nusa Tenggara Barat. FOURIE, M.L. 2008, The Potential of Wheat, Maize, Lucerne, and Soybean as Plant Borders to Reduce Aphid-Transmitted Virus Incidence in Seed Potatoes. MSc. Dissertation. University of Pretoria, Pretoria. HARTADI, H., S. REKSOHADIPROJO dan A.D. TILLMAN. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah mada University Press, Yogyakarta. MASHUR dan KAHARUDIN. 2004. Biomas jagung cacah sebagai pakan ternak pada musim kemarau dilahan kering. BPTP NTB.