Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
Meningkatkan Keterampilan Siswa Menulis Surat Dinas Melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas V SD Inpres 12 Bajawali Ni Luh Putu Sri Artamiati, Efendi, dan Yusdin Gagaramusu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan di SD Inpres 012 Bajawali. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan siswa menulis surat dinas di kelas V SD Inpres 12 Bajawali dengan menerapkan metode pemberian tugas. Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode pemberian tugas dapat meningkatkan keterampilan siswa menulis surat dinas. Penelitian ini dilakukan bersiklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Inpres 12 Bajawali berjumlah 20 orang yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Data dikumpulkan melalui lembar aktivitas siswa dan guru (observasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa dan guru mengalami peningkatan yang cukup berarti dari siklus I ke siklus II. Tes hasil tindakan siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 55% dan pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan pada ketuntasan belajar yaitu 95%, hal ini menunjukkan persentase peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 40%. Hasil daya serap klasikal pada siklus I adalah 68,6% dan siklus II daya serap klasikal adalah 85,4%, hal ini menunjukkan persentase peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dari siklus I ke siklus II sebesar 16,8%. Berdasarkan indikator kinerja, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pemberian tugas menulis surat dinas yang diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan pada siswa kelas V SD Inpres 12 Bajawali. Kata kunci: Keterampilan Siswa, Menulis Surat Dinas, Metode Pemberian Tugas. I.
PENDAHULUAN Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menunjukkan fenomena yang
cukup
memprihatinkan
diantaranya
ketidakmampuan
proses
pendidikan
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melihat kenyataan ini, pemerintah dan praktisi pendidikan tidak berpangku tangan, berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan telah dilakukan antara lain pengembangan dan perbaikan kurikulum, pengembangan metode pembelajaran dan sistem penilaian, perbaikan sarana pendidikan, penyediaan fasilitas belajar. Namun usaha itu belum mencapai 91
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
hasil yang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya keterampilan siswa terhadap mata pelajaran tertentu. Guru sebagai faktor utama berperan dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan penentu keberhasilan proses pembelajaran tersebut dituntut agar selalu mencari inovasi, cara baru untuk membuat para siswa dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman terhadap pelajaran dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai baik secara khusus yang menyangkut keterampilan siswa menulis, maupun secara umum untuk pemahaman siswa terhadap materi ajar. Sabaruddin Ahmad (1999:23) mengemukakakan: “surat dinas merupakan surat dengan segala formalitasnya, misalnya kop surat, bagian surat, nomor surat, bahasa surat, dan cap dinas. Kop surat memuat informasi tentang nama lembaga/instansi; alamat lengkap, tetapi secara umum, isi surat dinas adalah bagian pembukaan, bagian inti, dan bagian penutup. Surat dinas dibagi: Kepala surat (kop surat dinas), nomor surat; lampiran; perihal; tanggal surat; alamat yang dituju; salam pembuka; isi surat; salam penutup; tanda tangan”. Masalah yang sering dihadapi siswa SD Inpres 12 Bajawali khususnya kelas V adalah siswa tidak bisa menulis surat dinas dan hasil ulangan tidak memuaskan padahal guru telah memberikan remedial, pujian, pekerjaan rumah (PR) yang telah dipelajari, namun kenyataan yang terjadi siswa tetap saja tidak memahami konsep tersebut dan hasil ulangannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan guru. Sehingga hal ini membuat pelajaran Bahasa Indonesia menjadi membosankan karena tidak adanya perhatian dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar SD Inpres 12 Bajawali Kecamatan Lariang Kabupaten Mamuju Utara diperoleh data hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas V tergolong rendah pada semester I tahun pelajaran 2013/2014 yaitu rata-rata 62,48% yang masih jauh dari nilai rata-rata ketuntasan kriteria minimal yaitu 65%. Upaya mengatasi permasalahan tersebut dapat diterapkan metode pemberian tugas agar siswa secara aktif mencari sendiri pengetahuan-pengetahuan yang belum mereka dapatkan sebelumnya. Pembelajaran ini memberi kesempatan 92
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
pada siswa untuk berlatih mandiri dan percaya pada keterampilan mereka sendiri sehingga akan berdampak pada hasil pembelajaran yang berkualitas tinggi. Adapun pembaharuan yang terjadi dewasa ini seperti pembaharuan tentang konsep pendidikan. Pembaharuan ini membawa pula perubahan dalam cara belajar mengajar di sekolah. Kajian Pustaka Keterampilan Menulis Menurut Saleh Abbas (dalam Siti Rukiyah 2006:125) “keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata dan gramatikal dan penggunaan ejaan”. Menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (2008:159) “keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan keinginan, atau pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahas tulis”. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah agar menulis sebagaimana berbicara, merupakan keterampilan yang produktif dan ekspresif. Perbedaannya, menulis merupakan komunikasi tidak bertatap muka (tidak langsung), sedangkan berbicara merupakan komunikasi tatap muka (langsung). Untuk itu jika Anda engan berkomunkasi langsung maka tulisan dapat dijadikan sarana berkomunikasi. Menurut Henry Guntur (dalam Tarigan 2008:3)” keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain”. Sedangkan menurut Byrne (dalam Haryadi dan Zamzani, 2006:77) “keterampilan menulis adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat yang dirangkai secara utuh dan jelas sehingga dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil”. Menurut pendapat Burhan Nurgiyantoro (dalam Mustasia 2001:273) “menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif sehingga penulis harus 93
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
memiliki kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata tulis, dan struktur bahasa”. Atar Semi (1993:47) “mengartikan keterampilan menulis sebagai tindakan memindahkan pikiran dan perasaan ke dalam bahasa tulis dengan menggunakan lambang-lambang”. Senada dengan pendapat tersebut, menurut Harris (dalam Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi, 1999:276) “keterampilan menulis diartikan sebagai kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan ide, pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunaan bahasa tulis”. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan itu sendiri. Artinya, seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia terampil. Sementara untuk dapat terampil dalam menulis, maka dia harus melakukannya secara langsung atau melatih dirinya sehingga terampil. Dengan demikian, maka dapat dikatakan pengertian keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara intens, khusus dalam bidang menulis. Untuk dapat melakukan kegiatan menulis secara intens, maka Anda harus melakukan secara sadar dan tidak ada keengganan. Anda harus membuang jauh-jauh rasa enggan dalam hati. Karena menulis itu sebuah keterampilan, maka semua orang mempunyai kesempatan untuk dapat memiliki keterampilan tersebut. Untuk mengkondisikan hal tersebut, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melatih diri. Mereka menerapkan pengertian keterampilan menulis secara langsung dengan melakukan kegiatan menulis dan mempublikasikanya tanpa rasa enggan. Mereka tidak takut gagal sebab mereka yakin telah berlatih secara intens dan pasti berhasil, kenyataannya mereka memang berhasil. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 2008:21). Menurut Djibran (2008:17) menyatakan bahwa “menulis adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan hasil bacaan dalam bentuk tulisan, bukan dalam bentuk tutur. Menulis dipergunakan sesorang untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan 94
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
mempengaruhi orang lain. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, dan pemakaian kata-kata yang jelas dan baik”. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan seseorang dalam mengungkapkan ide, gagasan atau buah pikiran melalui tulisan. Buah pikiran tersebut dapat berupa pendapat, pengetahuan, pengalaman, keinginan, atau pun perasaan seseorang. Menulis tidak hanya mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis melalui media bahasa tulis saja tetapi meramu tulisan tersebut agar dapat dipahami pembaca. Setiap penulis harus mempunyai tujuan yang jelas dari tulisan yang akan ditulisnya. Menurut Suriamiharja (1997:10) “tujuan dari menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami dengan benar oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan”. Keterampilan menulis seperti halnya keterampilan berbahasa yang lain perlu dimiliki oleh siswa. Keterampilan menulis sudah mulai dilatihkan di tingkat Sekolah Dasar. Sebelumnya, pada kelas rendah ditanamkan dasardasar menulis. Jika dasarnya sudah kuat dan dikuasai dengan benar maka siswa dapat menulis dengan baik dan benar. Sabarti Akhadiah (1993:64) mengemukakan bahwa “keterampilan menulis sangat kompleks karena menuntut siswa untuk menguasai komponen-komponen di dalamnya, misalnya penggunaan ejaan yang benar, pemilihan kosakata yang tepat, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang baik. Membelajarkan menulis harus memperhatikan perkembangan menulis anak. Perkembangan anak dalam menulis terjadi secara perlahan-lahan. Anak perlu mendapatkan bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran ke dalam tulisan”. Abbas (dalam Rukiyah 2006:127-137) upaya yang dapat dilakukan guru agar siswa senang menulis adalah dengan memberi kebebasan kepada siswa untuk menulis apa yang disenanginya sesuai dengan tema pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dalam pembelajaran keterampilan menulis ini guru harus menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif. Di samping itu guru juga harus
95
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
melakukan penilaian proses yang bertujuan untuk mengetahui perkembanga belajar siswa, kesulitan yang dialami dan pola strategi belajar yang tepat. Surat dinas merupakan surat yang dikeluarkan oleh lembaga atau instansi untuk diberikan kepada lembaga atau instansi lain/perorangan. Menurut Agus Sugiarto (2005:2) “surat dinas adalah surat yang bersifat resmi yang kegunaannya adalah untuk menyampaikan informasi tentang kedinasan, surat jenis ini dibuat oleh pejabat dalam sebuah organisasi atau instansi pemerintah”. Sedangkan menurut Sabaruddin Ahmad (1999:23) “surat dinas merupakan surat dengan segala formalitasnya, misalnya kop surat, bagian surat, nomor surat, bahasa surat, dan cap dinas. Kop surat memuat informasi tentang nama lembaga/instansi; alamat lengkap, tetapi secara umum, isi surat dinas adalah bagian pembukaan, bagian inti, dan bagian penutup. Surat dinas dibagi: Kepala surat (Kop surat dinas), nomor surat; lampiran; perihal; tanggal surat; alamat yang dituju; salam pembuka; isi surat; salam penutup; tanda tangan. Bentuk dan susunan surat dinas adalah sebagai berikut. 1) Kepala atau Kop surat dinas terdiri atas nama instansi diikuti nama unit eselon I yang menerbitkan surat”. Surat sebagai suatu sarana komunikasi yang digunakan
untuk
menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada pihak lain. Dengan lebih jelasnya “surat adalah alat komunikasi tertulis untuk menyampaikan pesan kepada pihak lain yang memiliki persyaratan khusus yaitu penggunaan kertas, model/bentuk, penggunaan kode dan notasi, pemakaian bahasa yang khas, serta pencantuman tandatangan” (Agus Sugiarto, 2005:5). Metode pemberian tugas adalah suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian pekerjaan atau tugas. Biasanya guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pekerjaan rumah dan pemberian tugas seperti halnya yang dikemukakan. Roestiyah (1996:75). mengatakan: “Untuk pekerjaan rumah, guru menyuruh membaca dari buku di rumah, dua hari lagi memberikan pertanyaan di kelas. Tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh membaca. Juga menambah tugas (1) cari buku lain untuk membedakan (2) pelajari keadaan orangnya.
96
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
Roestiyah juga mengatakan teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan keterampilan yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi. Pekerjaan rumah atau yang lazim disebut PR dalam bahasa Inggris “Homework” yang artinya mengerjakan pekerjaan rumah. Dalam hasil penelitian ini yang dimaksudkan dengan PR adalah sebuah tugas atau pekerjaan tertentu baik tertulis atau lisan yang harus dikerjakan di luar jam sekolah
(terutama di rumah) berkaitan dengan pelajaran yang telah
disampaikan guru untuk meningkatkan keterampilan atau keterampilan dan sekaligus memberikan pengembangan serta kemandirian. Pemberian tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggungjawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, atau di rumah atau di tempat lain yang kiranya dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau kelompok. Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Lingkup kegiatannya adalah tugas guru bidang studi di luar jam pelajaran tatap muka. Menurut Roestiyah (1996:76) dalam memberikan tugas keadaan siswa, guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini: a). tujuan penugasan b). bentuk pelaksanaan tugas c). manfaat tugas d). bentuk Pekerjaan e). tempat dan waktu penyelesaian tugas f). memberikan bimbingan dan dorongan g). memberikan penilaian Menurut Roestiyah (1996:76) adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa untuk dapat membantu berlangsungnya proses belajar mengajar: a). tugas membuat rangkuman b). tugas membuat makalah c). menyelesaikan soal d). tugas mengadakan observasi e). tugas mempraktekkan sesuatu f). tugas mendemonstrasikan observasi. Pendapat Roestiyah dapat disimpulkan bahwa Pemberian tugas kepada siswa dilatih untuk belajar, mengerjakan tugas dan melaksanakan kegiatan belajar siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dari pemberian tugas 97
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
ini adalah resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari. Jadi metode pemberian tugas merupakan suatu metode mengajar dimana guru memberikan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggung jawabkan hasil tugas tersebut. II.
METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Inpres 12 Bajawali Kecamatan
Lariang Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dua siklus secara berkelanjutan. Setiap siklus dilakukan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi untuk mengetahui efektifitas
tindakan.
Pelaksanaan
tindakan
terintegrasi
melalui
proses
pembelajaran. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:1) Observasi Langsung; 2) Tes; dan 3) Analisis Dokumen. Prosedur yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi tentang menulis surat dinas maka diadakan evaluasi dengan menggunakan tes. Tes yang digunakan berupa menulis surat dinas yang dilaksanakan pada awal pembelajaran maupun akhir pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif. Model analisis interaktif mempunyai 3 komponen yaitu: (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, (3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif selama proses pengumpulan data masih berlangsung. Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator proses dan hasil dalam menggunakan media visual untuk meningkatkan hasil belajar siswa memahami tentang kebebasan berorganisasi. Kriteria yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami materi adalah sesuai dengan kriteria standar yang diungkapkan
di SD Inpres 012
Bajawali. Seorang siswa dikatakan tuntas belajar secara individu bila diperoleh
98
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
persentase daya serap individu sama dengan 65% dan tuntas belajar secara klasikal bila diperoleh persentase daya serap klasikal lebih dari atau sama dengan 80%. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil tes pra tindakan menunjukkan bahwa dari 20 orang siswa, sebanyak 13 siswa memperoleh nilai di bawah 65% dan 7 siswa memperoleh nilai di atas 65. Nilai rerata 62,8% dengan tingkat ketuntasan klasikal sebesar 35%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran dikelas belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian pada kondisi awal pembelajaran ini, dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan. Penyebabnya hasil belajar siswa kurang yaitu kurang terjadi interaksi antara guru dan siswa atau sebaliknya karena hanya menggunakan metode ceramah. Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan bahwa masih ada siswa yang kurang memperhatikan yang di ajarkan guru di kelas. Ketika guru menjelaskan pembelajaran kepada siswa banyak yang tidak memperhatikan karena metode yang digunakan masih kurang, siswa terlihat kurang aktif terhadap pembelajaran yang disampaikan guru. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan guru, hasil analisis tes formatif dan hasil wawancara pada siklus I dan siklus II tampak terjadi peningkatan yang cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pemberian tugas cukup efektif diterapkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan daya nalar siswa, kreatifitas dan kemampuan mengkaitkan satu konsep dengan konsep yang lain sehingga berdampak pada hasil belajar yang baik. Pada pembelajaran yang menggunakan metode pemberian tugas, siswa dilatih
untuk
mengingat
mengerjakan
tugas,
mengungkapkan
kembali
pengetahuan, membandingkan dan mengambil keputusan. Dalam proses belajar mengajar siswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas melalui kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Siswa dapat menulis surat dinas sesuai tugas yang diberikan . Siswa menemukan konsep-konsep baru sehingga mereka menjadi
99
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
lebih paham dan bersemangat
dalam belajar karena mereka mengalaminya
sendiri. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan guru, hasil analisis kemampuan siswa menulis surat dinas pada siklus I dan siklus II tampak terjadi peningkatan yang cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pemberian tugas cukup efektif diterapkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan siswa siswa dalam menulis surat dinas, sesuai dengan isi surat, kop surat, lamp, hal, salam pembuka dan penutup dan tanda tangan yang tepat sehingga berdampak pada hasil belajar yang baik. Pembelajaran siswa siklus I terdapat sembilan orang siswa yang tidak tuntas, penyebabnya adalah siswa masih banyak yang bingung dan tidak mengerti dengan tahap-tahap pembelajaran. pemanfaatan metode pemberian tugas belum optimal sehingga siwa belum sepenuhnya memperhatkan pelajaran dengan baik. Adapun hal lain yaitu dalam menulis surat dinas masih kurang tepat pada isi surat, kop surat, lamp, salam pembuka dan penutup, dan tanda tangan siswa. Pembelajaran siklus II terdapat 1 orang siswa yang tidak tuntas Hal ini disebabkan karena siswa tersebut sulit untuk memahami pelajaran atau materi yang diajarkan walaupun pada setiap pertemuan guru sudah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses pembelajaran namun hal tersebut belum mampu meningkatkan keterampilan dan pemahaman terhadap materi menulis surat dinas. Guru telah berusaha memberikan waktu tambahan untuk membimbing siswa tersebut (I Nyoman Prayoga) dengan berbagai keterampilan menulis dan pertanyaan-pertanyaan secara lisan, diberikan pekerjaan rumah tetapi belum berhasil karena terbatasnya waktu penelitian dan persentase ketuntasan belajar klasikal telah memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal di sekolah. Pembelajaran yang menggunakan metode pemberian tugas, siswa dilatih untuk mengingat, mengungkapkan kembali pengetahuan, membandingkan dan mengambil
keputusan.
Proses
belajar
mengajar
siswa
dibantu
untuk
mengungkapkan idenya secara jelas melalui tugas-tugas berupa penyelesaian soal. Pengetahuan Siswa dibentuk berdasarkan interaksi dengan pengalamanpengalaman, salah satunya adalah dengan melakukan penyelidikan (eksperimen), 100
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
dengan cara beberapa orang siswa dan siswa lainnya diminta untuk memperhatikan dengan baik. Hasil dari penyelidikan ini menjadi suatu beban bagi siswa dan guru dalam menyusun kesimpulan menjadi sebuah konsep. Proses pembelajaran siswa dibimbing untuk menemukan jawaban yang tepat kemudian dimasukkan kedalam lembar kerja siswa yang telah disediakan dengan memperhatikan keterkaitan antar soal. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 diperoleh hasil dalam kategori cukup. Hal ini disebabkan karena motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang sehingga siswa masih terihat pasif dan belum berani untuk menyampaikan kesulitan-kesulitan pada lembar kerja yang di bagikan. Pada pertemuan 2 diperoleh kategori baik, dan mengalami peningkatan dari pertemuan sebelumnya. Peningkatan aktivitas siswa disebabakan siswa sedikit lebih aktif dibanding pertemuan sebelumnya walaupun secara keseluruhan proses pembelajaran masih didominasi oleh guru. Siklus II pertemuan 1 diperoleh persentase nilai rata-rata aktivitas siswa dalam kategori baik. Hal ini disebabkan karena siswa sudah mulai termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran. Pada pertemuan 2 diperoleh persentase nilai ratarata aktivitas siswa dalam kategori sangat baik. Peningkatan aktivitas siswa dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 disebabkan karena siswa lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini terlihat pada saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti, siswa lebih aktif dalam proses pengambilan data dan dalam menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKS. Selain itu, siswa menjadi lebih paham bagaimana cara mengambil keputusan dan menyimpulkan pembelajaran sesuai dengan tujuan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 diperoleh kategori baik dan pertemuan 2 diperoleh peningkatan dari pertemuan sebelumnya, ini menunjukkan aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I terjadi peningkatan pada tiap pertemuan. Pada siklus II pertemuan 1 diperoleh kategori baik dan pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata aktivitas guru dengan kategori sangat baik, ini menunjukkan kenaikan aktivitas guru pada tiap pertemuan. Berdasarkan persentase nilai rata-rata aktivitas guru siklus I dan siklus 101
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
II menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan aktivitas guru dari siklus I ke siklus II disebabkan karena guru terus berusaha untuk meningkatkan motivasi dan bimbingan kepada siswa dengan berbagai perlakuan agar siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hasil analisis tes formatif siklus I diperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 68,6. Analisis tes formatif diperoleh ketuntasan siswa secara klasikal sebesar 55% dan daya serap klasikal 68,6% dengan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 orang. Persentase ketercapaian siswa ini masih jauh dari indikator keberhasilan yaitu sebesar 70%. Rendahnya persentase daya serap klasikal pada siklus I ini disebabkan karena kemampuan siswa dalam pembelajaran masih kurang sehingga pemahaman siswa terhadap tugas yang diberikan belum maksimal. Berdasarkan hasil evaluasi siklus I dilakukan perbaikan pada siklus II dengan penggunaan metode pemberian tugas dan bimbingan kepada siswa. Perlakuan ini memberikan dampak yang baik, ini terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II dengan persentase ketercapaian siswa mencapai 95% dengan 19 siswa yang tuntas dari 20 siswa. Persentase peningkatan keterampilan siswa menulis surat dinas pada tiap siklus dapat dilihat dari persentase ketercapaian siswa yang diperoleh pada siklus I dan siklus II. persentase ketercapaian siswa yang diperoleh pada siklus I sebesar 55 dan persentase ketercapaian siswa yang diperoleh pada siklus II sebesar 95 dengan menggunakan persamaan diperoleh persentase peningkatan kemampuan belajar sebesar 40%. Ini menunjukkan terjadinya peningkatan keterampilan menulis surat dinas siswa pada tiap siklus. Penerapan metode pemberian tugas
dapat menghidupkan suasana
belajar karena siswa terlibat aktif dalam setiap proses belajar mengajar. Suasana belajar yang mendukung merupakan salah satu motivasi siswa dalam belajar. Metode pemberian tugas, bukan saja membelajarkan siswa tapi juga membelajarkan guru. Guru dituntut untuk bisa sabar dan peka terhadap kesulitankesulitan yang berbeda dari setiap siswa. Guru harus menguasai bahan secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih fleksibel menyusun soal dan dapat menerima gagasan siswa yang berbeda. Pembelajaran ini cukup efektif untuk meningkatkan 102
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
hasil balajar karena dapat mangubah kebiasaan siswa belajar yang hanya mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir. IV.
PENUTUP
Kesimpulan Penerapan metode pemberian tugas dapat meningkatkan keterampilan siswa menulis surat dinas pada siswa kelas V SD Inpres 12 Bajawali. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya indikator kinerja dari siklus I diperoleh persentase ketuntasan klasikal 55% dan ketuntasan klasikal pada siklus II sebesar 95%. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan ketuntasan belajar pada siklus I ke siklus II sebesar 40%. Daya serap klasikal siklus I mencapai 68,6% dan siklus II sebesar 85,4%. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan daya serap klasikal pada siklus I ke siklus II sebesar 16,8%. Hasil observasi aktivitas siswa dan guru mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II mencapai kategori sangat baik. Saran Upaya meningkatkan keterampilan siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan metode pemberian tugas disarankan; melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam kelas dan mampu mengembangkan penyusunan tugas agar siswa tidak merasa bosan. Guru hendaknya menempatkan dimana saatnya siswa diberi kebebasan berargumen untuk mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya (tugas) dan dimana guru lebih dibutuhkan untuk membuka wawasan siswa.
103
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 6 ISSN 2354-614X
DAFTAR PUSTAKA Abas
Saleh, 2006. Membina Keterampilan Pengembangannya. Bandung:Angkasa.
Menulis
Paragraf
dan
Depdiknas, 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional. Haryadi, Zamzani, 2006. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bina Aksara. Milles dan Huberman, 1992. Analisis Data kualitatif. Terjemahan Rohendi Rohidi. Jakarta:Universitas Indonesia. Nurgiantoro, 2001. Psikolog Pendidikan. Bandung:Remaja Rosda Karya. Rofiuddin Ahmad, dkk, 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rosidi, 2009. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: CV.Tarsito. Sabaruddin Ahmad, 1999. Pembelajaran Surat Dinas. Bandung:Remaja Rosda Karya. Sugiarto Agus, 2005. Pembelajaran Bahasa untuk SD/MI. Bandung:Remaja Rosda Karya. Suriamiharja, 1997. Media pengajaran (Penggunaan dan Pembuatannya). Bandung:Sinar Baru Algensindo. Suwarto, 2012. Meningkatkan Hasil Belajar pada Pelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas III SDN 10 Palu. Skripsi tidak dipublikasikan. Palu: Universitas Tadulako. Tarigan, 2008. Manajemen Bahasa. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama. The
Liang Gie, 2002. Keterampilan Dasar Menulis. (http://www.lianggie.go.id/.htm, diakses 16 Maret 2014).
(Online),
104