MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI BACAAN CERITA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI PENDEKATAN AREA ISI Suhartiningsih1) 1)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP Universitas Jember e-mail:
[email protected]
Abstract: In general, the objective of this research was to develop the fifth year students' ability in appreciating the story reading at the elementary school through the content area approach. Specifically, the research objectives were to know the students' abihty in finding the elements that form the story, the students' ability in finding the values that contain in the story, and the students' ability in giving the responses in the written form about the content of the story. After the actions were done by applying the content area approach in the teaching of literary appreciation, the result obtained were as follows : (1) 80% of the students' could find the elements that form the story correctly, (2) 75% of the students' could find the values that contain in the story correctly, and (3) 80 % of the students' could give written responses about the content of the story with the chronological language that was easily understood. Abstrak: Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas V dalam mengapresiasi bacaan cerita di sekolah dasar melalui pendekatan isi. Tujuan khusus penelitian ini untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menemukan unsur-unsur yang membentuk cerita, nilai-nilai yang terkandng dalam cerita dan memberikan tanggapan tertulis tentang isi cerita. Setelah tindakan dilakukan dengan menerapkan pendekatan area isi dalam pembelajaran apresiasi sastra, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) 80% dari siswa bisa menemukan unsur-unsur yang membentuk cerita dengan benar, (2) 75% dari siswa dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita dengan benar, dan (3) 80% dari siswa bisa memberikan tanggapan tertulis tentang isi cerita dengan bahasa kronologis yang mudah dipahami Kata kunci: apresiasi sastra, bacaan cerita, pendekatan area isi
PENDAHULUAN Secara umum tujuan pembelajaran sastra sebagaimana tertuang dalam kurikulum Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah agar siswa mampu menikmati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Secara khusus pembelajaran sastra di sekolah dasar tekait dengan tataran kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Pada tataran kebahasaan, pembelajaran sastra diarahkan agar siswa mengenal dan mampu membedakan bentuk prosa, puisi, dan drama serta mampu membedakan ragam bahasa sastra dengan ragam bahasa yang lainnya. Pada tataran pemahaman, pembelajaran sastra diarahkan agar siswa memiliki kegemaran
132
_____________________________ © Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 1 No 2 hal 131-142, September 2012
membaca
dan
mendengarkan
karya
sastra
untuk
meningkatkan
kepribadian,
mempertajam kepekaan perasaan, dan memperluas wawasan kehidupan, sedang pada tataran penggunaan, pembelajaran sastra diarahkan agar siswa mampu memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan dari karya sastra untuk kegjatan berbicara dan menulis. Berdasarkan pernyataan di atas maka pembelajaran sastra hendaknya kegiatan apresiasilah yang menjadi tujuan utama, s edangkan perangkat pengetahuan sastra diperlukan guna mendukung kegiatan apresiasi. Dengan kata lain, dalam pembelajaran sastra kegiatan apresiasilah yang diutamakan dan bukan pemberian materi yang bersifat teoririk. Hal ini sejalan dengan pendapat Huck (1987), yang mengatakan bahwa pembelajaran sastra di sekolah harus memberi pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada empat tujuan, yakni (1) mencari kesenangan pada buku, (2) menginterpretasi bacaan sastra, (3) megembangkan kesadaran bersastra, dan (4) mengembangkan apresiasi. Dari hasil pengamatan di beberapa sekolah dasar, diperoleh kenyataan bahwa pembelajaran sastra belum berjalan sebagaimana mestinya, guru lebih banyak memberi materi yang bersifat teoririk dan kurang memberi latihan pada kegiatan apresiasi. Padahal sebagimana dikemukan oleh Effendi (1983), bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghayatan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Dengan kata lain, bahwa apresiasi sastra bukanlah pengetahuan sastra yang harus dihafalkan melainkan suatu bentuk kegiatan aktivitas jiwa. Dari aktivitas jiwa inilah diharapkan tumbuh respon emosional dan respon intelekrual pada diri siswa. Mengembangkan apresiasi siswa, pada hakikatnya adalah membina dan mengembangkan
respon
emosional
dan
intelekrual
siswa.
Membina
dan
mengembangkan emosi siswa merupakan hal yang cukup penting untuk dilakukan karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa pakar, di antaranya adalah Goleman (1995), menyebutkan bahwa kesuksesan seseorang bukan hanya terletak pada kecerdasan intelekrual semata. Banyak orang yang memiliki IQ tinggi yang gagal dalam hidupnya karena tidak memiliki keceredasan emosional, sebaliknya orang yang biasa-biasa saja namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi banyak mencapai kesuksesan. Kegiatan
apresiasi
sebagai
wahana
yang
dapat
membina
dan
mengembangkan kecerdasan emosi siswa perlu ditata secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan apresiasi sastra dengan pendekatan area isi (content area). Pembelajaran apresiasi sastra dengan pendekatan area isi ini adalah
Suhartiningsih: Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Bacaan Cerita………….. __________________________
133
sebuah pendekatan yang mengarahkan siswa untuk dapat mencari, menggali, dan menemukan sendiri hal-hal yang berkaitan dengan unsur-unsur pembentuk dan isi yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Untuk dapat melakukan kegiatan pencarian, penggalian, dan penemuan tersebut siswa perlu diakrabkan dengan karya sastra baik melalui kegiatan menyimak maupun kegiatan membaca sastra. Pendekatan area isi dalam pelaksanaannya berakar pada padangan whole languange. Holdaway (1986), mengatakan bahwa pendekatan whole language adalah sebuah pendekatan yang padu (unitied approach), yakni memandang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sebagai bagian dari keutuhan yang padu. Sementara itu, Robb dalam Knape (1992), mengemukakan prinsip dasar pengajaran bahasa dengan pendekatan whole language berpijak pada (1) keterampilan
berbahasa
seperti
menyimak, berbicara, membaca dan menulis diajarkan secara terpadu, (2) belajar dimulai dari keseluruhan ke bagian-bagian, (3) materi pembelajaran didasarkan pada teks (literature centered), dan (4) belajar dilakukan secara kolaboratif yang lebih menekankan pada proses. Menurut Aminuddin (1995), pembelajaran bahasa yang berwawasan whole language memiliki keterpaduan antara a) kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan, b) isi pembelajaran sesuai dengan pengetahuan siswa, dan c) perolehan pengalaman belajar sesuai dengan kenyataan penggunaan bahasa dalam kehidupan siswa. Berangkat dari paparan di atas, pembelajaran apresiasi sastra dengan pendekatan area isi ini dirancang sebagai berikut. Pertama, siswa diarahkan pada kegiatan mengakrabi karya sastra dengan sungguh-sungguh, yakni melalui kegiatan menyimak atau membaca karya sastra. Dari kegiatan mengakrabi ini diharapkan tumbuh pemahaman, baik pemahaman akan unsur-unsur pembentuk karya sastra maupun pemahaman akan nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra (unsur isi). Kedua, hasil pemahaman selanjutnya dipertajam melalui kegiatan diskusi dan curah pendapat. Dalam hal ini, kegiatan diskusi dapat dilakukan antara siswa dengan siswa, atau antara guru dan siswa. Dari hasil diskusi dan curah pendapat ini diharapkan selain dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, juga dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan bernalar siswa. Ketiga, dari hasil pemahaman selanjutnya dapat dituangkan dalam bentuk laporan tertulis. Melalui kegiatan ini diharapkan kemampuan menulis siswa juga meningkat. Dengan demikian, apa yang dituntut dalam pendekatan whole language sebagai wawasan pendekatan area isi telah terpenuhi, yakni pembelajaran dimulai dari menyuruh siswa menyimak atau membaca, dilanjutkan dengan kegiatan berbicara, dan
134
_____________________________ © Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 1 No 2 hal 131-142, September 2012
terakhir kegiatan menulis. Dengan menerapkan pendekatan area isi dalam pembelajaran apresiasi sastra diharapkan pemahaman siswa akan unsur-unsur pembentuk karya sastra, nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, dan kemampuan berbahasa siswa meningkat.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Model penelitian tindakan kelas dipilih dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pembelajaran apresiasi sastra di sekolah dasar pada umumnya belum berjalan sesuai dengan
harapan,
yakni
pembelajaran apresiasi belum menekankan pada kegiatan apresiasi, sebingga perlu diupayakan suatu tindakan guna memecahkan permasalahan tersebut. Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral sebagaimana dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (1988), dengan langkah-langkah (1) persiapan, (2) pelaksanaan, (3) pemantauan, dan (4) refleksi yang dilakukan dalam dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Patrang I Jember. Dipilihnya SDN Patrang I Jember sebagai tempat penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa SDN Patrang I Jember sebagai salah satu SD mitra lembaga FKIP Universtias Jember dalam mempersiapkan tenaga pengajar bagi lulusan mahasiswa
PGSD sebingga upaya
pembenahan pembelajaran apresiasi sastra di SDN Patrang I Jember akan berdampak positif bagi pembentukan calon guru sekolah dasar yang berlangsung pada saat pelaksanaan kegiatan PPL. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas IV SDN Patrang I Jember. Siswa kelas IV SDN Patrang I Jember berjumlah 40 orang siswa. Mereka dipantau sebagai peserta pembelajaran apresiasi sastra. Guru kelas dipantau sebagai pelaksana pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini guru berpedoman pada satuan rencana pembelajaran (RP) yang telah disusun secara kolaboratif antara dosen sebagai peneliti dan guru sebagai pelaksana tindakan penelitian. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara observasi. Observasi dilakukan terhadap proses berlangsungnya pembelajaran apresiasi sastra. Dalam observasi ini dicatat hal-hal penting berkaitan dengan rumusan dan tujuan penelitian. Observasi dilakukan sebanyak dua kali, yakni pada siklus pertama dan siklus kedua. Dalam pengumpulan data ini, peneliti bertindak sebagai pengamat penuh. Peneliti tidak terlibat dalam proses pembelajaran.
Suhartiningsih: Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Bacaan Cerita………….. __________________________
135
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan analisisis kualitatif, yaitu suatu teknik pemaparan data sesuai dengan hasil temuan di lapangan yang dinyatakan dalam pernyataan verbal. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan berpedoman pada hal-hal sebagai berikut: (1)
Untuk mengetahui kemampuan siswa memahami unsur-unsur pembentuk cerita indikatornya adalah :
a.
siswa dapat menyebutkan unsur-unsur pembentuk cerita yang meliputi : tema, alur, setting, tokoh dan penokohan, dan cara pandang pengarang dengan menunjukkan kalimat-kalimat yang mendukung pernyataannya;
b.
sebagian besar siswa (75%) telah dapat menyebutkan unsur-unsur pembentuk cerita dengan menunjukkan kalimat-kalimat yang mendukung pernyataannya.
(2)
Untuk
mengetahui
kemampuan
siswa
memahami
nilai-nilai
yang
terkandung dalam bacaan cerita indikatornya adalah : a.
siswa dapat menyebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan cerita dengan menunjukkan kalimat-kalimat yang mendukung pernyataannya;
b.
sebagian besar siswa (75%) telah dapat menyebutkan nilai -nilai yang terkandung dalam bacaan cerita dengan menunjukkan kalimat -kalimat yang mendukung pernyataannya.
(3)
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan indikatornya adalah :
a.
siswa dapat memberikan tanggapan secara tertulis terhadap isi cerita beserta alasannya;
b.
siswa dapat menuliskan tanggapannya dengan bahasa yang runtut dan mudah dipahami. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan : (I) persiapan, (2) pelaksanaan,
(3) pemantauan, dan (4) refleksi. Keempat tahap tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1.
Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah. Masalah diidentifikasi di
sekolah pada saat pembimbingan praktik pengalaman lapangan bagi mahasiswa PGSD dan wawancara dengan guru pamong. Hasil identifikasi adalah sebagai berikut:
136 (a)
______________________________ © Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 1 No 2 hal 131-142, September 2012
ditemukakan kenyataan bahwa siswa kelas IV belum dapat memberikan tanggapan pada cerita yang dibaca;
(b)
pembelajaran
sastra kurang menekankan
pada
kegiatan apresiasi sastra.
Dari hasil identifikasi masalah, selanjutnya disusun rancangan perbaikan perabelajaran apresiasi sastra dengan pendekatana area isi. Rancangan tersebut dibuat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a)
rancangan pembelajaran diperuntukkan bagi siswa kelas IV SD dengan demikian tujuan pembelajaran harus berpedoman pada GBPP kelas IV pula;
(b)
dalam pelaksanaannya, pembelajaran diawali dengan menyuruh siswa membaca sebuah
cerita
anak-anak,
mengarahkan
siswa
menemukan
unsur-unsur
pembentuk cerita, mengarahkan siswa menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan cerita, dan mengarahkan siswa untuk dapat memberi tanggapan secara tertulis atas isi cerita. (c)
satuan rencana pembelajaran (RP) apresiasi sastra dengan pendekatan area isi disusun bersama-sama antara peneliti dan guru kelas.
2.
Tahap Pelaksanaan Setelah rencana perbaikan pembelajaran disepakati oleh guru dan peneliti,
selanjutnya dilaksanakan
tindakan
sebagai upaya pemecahan masalah. Tahap
pelaksanaan ini dilakukan dalam konteks pembelajaran di kelas. Rincian kegiatannya adalah sebagai berikut: (a)
guru
membuka
penjelasan
pelajaran
tentang
dengan
kegiatan
menyampaikan yang
tujuan pembelajaran dan
akan dilakukan oleh siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan tersebut meliputi : kegiatan membaca cerita, kegiatan pencarian unsur-unsur pembentuk cerita, kegiatan pencarian nilai-nilai yang terkandung dalam cerita, dan kegiatan member tanggapan secara tertulis atas isi cerita. (b)
guru membimbing dan mengarahkan siswa dalam menemukan unsur-unsur pembentuk
cerita,
nilai-nilai
yang terkandung dalam cerita, dan memberi
tanggapan secara tertulis atas isi cerita; (c)
guru
mengajukan
beberapa
pertanyaan
berkaitan
dengan kegiatan
yang
telah dilakukan siswa, meliputi kegiatan pencarian unsur-unsur pembentuk cerita, kegiatan pencarian nilai-nilai yang terkandung dalam cerita, dan kegiatan member tanggapan tertulis isi cerita;
Suhartiningsih: Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Bacaan Cerita………….. __________________________
(d)
137
guru menyimpulkan pelajaran dan memberi tugas untuk melakukan kegiatan apresiasi bacaan cerita sesuai dengan minat siswa.
3.
Tahap Pemantauan Pemantauan dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala dan kekurangan-
kekurangan yang muncul selama berlangsungnya proses pembelajaran apresiasi sastra dengan pendekatan area isi. Juga untuk mengetahui apakah hal-hal yang sudah berjalan telah sesuai dengan semestinya.
4.
Tahap Refleksi Tahap ini dimaksudkan untuk mencari upaya perbaikan dari kekurangan-
kekurangan yang muncul dalam proses pembelajaran apresiasi sastra dengan pendekatan area isi. Dari refleksi ini dilakukan kegiatan terapi ulang. Melalui kegiatan terapi ulang diharapkan diperoleh gambaran kegiatan pembelajaran apresiasi yang dapat meningkatkan kemampuan apresiasi siswa terhadap karya sastra di sekolah dasar. Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa alat pemandu pengumpul data dan pemandu analisis data. Alat tersebut berupa pedoman analisis data dan hasil catatan pengumpulan data.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan disajikan per siklus. 1.
Siklus Pertama Pelaksanaan tindakan kelas dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
mengapresiasi bacaan cerita siswa kelas IV SD, diawali dengan penyajian pembelajaran apresiasi sastra di kelas dengan menerapkan pendekatan area isi. Setelah dilakukan tindakan berupa penerapan pendekatan area isi dalam pembelajaran apresiasi sastra dengan bacaan cerita berjudul "Amelia" (1997) karya Norma R.V. Z diperoleh hasil sebagai berikut. a.
Kemampuan Siswa dalam Menemukan Unsur-Unsur Pembentuk Cerita Kemampuan isiswa dalam menemukan unsur-unsur pembentuk cerita, setelah
dilakukan tindakan pada siklus I, pada umumnya siswa dapat me nyebutkan siapa tokohnya, bagaimana watak masing-masing tokohnya, dimana settingnya, bagimana alur ceritanya , dan bagaimana sudut pandang pengarangnya. Siswa pada umumnya
138
_____________________________ © Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 1 No 2 hal 131-142, September 2012
belum dapat menyebutkan salah satu unsur pembentuk cerita, yaitu tema. Hal ini tampak pada salah satu hasil pekerjaan siswa berikut ini. Unsur-unsur pembentuk cerita "Amelia" adalah : 1)
Tokohnya
:
a.
Amelia
b.
Susi
c.
Arini
2)
Watak Tokohnya
a.
Amelia berwatak baik
b.
Susi berwatak jahat
c.
Arini berwatak baik
3)
Setting cerita
a.
Sekolah Amelia
b.
Rumah Amelia (Malang)
c.
Jakarta
4)
Alur Cerita
-
Maju
-
Dimulai dengan perseteruan antara Amelia dan Susi
-
Susi meninggal dunia karena sakit
-
Amelia menemukan pengganti Susi pada diri Arini
5)
Sudut Pandang Pengarang : Pengarang ada di luar cerita
6)
Tema Cerita : .....? (siswa tidak dapat menjawab)
:
:
:
Dari data tersebut, diperoleh kenyataan bahwa siswa belum dapat menemukan tema cerita, hal ini terjadi pada hampir sebagian besar siswa. b.
Kemampuan Siswa dalam
Menemukan Nilai-Nilai yang Terkandung
dalam Bacaan Cerita. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, pada umumnya sebagian besar siswa belum dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita "Amelia". Ketidakmampuan siswa dalam menemukan nilai-nilai dalam cerita "Amelia" ini, diduga siswa tidak memahami istilah "nilai" sehingga hasil pekerjaan siswa untuk tugas menyebutkan nilai-nilai ini kosong. c.
Kemampuan Siswa Memberi Tanggapan Tertulis Pada Bacaan Cerita Pada umumnya siswa dapat memberi tanggapan tertulis pada bacaan cerita yang
telah dibacanya. Namun demikian tanggapan tersebut hanya dinyatakan dalam kalimat-
Suhartiningsih: Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Bacaan Cerita………….. ___________________________
139
kalimat pernyataan yang sangat sederhana, boleh dikatakan berupa pernyataan singkat, seperti tampak pada hasil pekerjaan siswa berikut ini. a.
"Ceritanya bagus"
b.
"Ceritanya sangat menegangkan"
c.
"Saya menyukai tokoh Amelia"
d.
"Saya kurang menyukai tokoh Susi". dsb Dari data tersebut, nyata sekali bahwa kemampuan menuliskan tanggapan perlu
dibenahi agar siswa dapat membuat pernyataan/tanggapan dengan kalimat yang agak lengkap.
HASIL ANALISIS DAN REFLEKSI SIKLUS I Hasil pelaksanaan tindakan siklus I, dianalisis dan direfleksi dengan guru kelas yang hasilnya adalah sebagai berikut: (1)
siswa belum dapat menyebutkan tema cerita, hal ini diduga karena siswa
belum/tidak
memahami
istilah
"tema".
Untuk
itu,
perlu
diberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa agar siswa dapat menemukan tema cerita; (2)
siswa yang tidak dapat menyebutkan
nilai-nilai
yang terkandung
dalam cerita, diduga juga karena siswa tidak memahami istilah "nilai". Untuk itu,
perlu adanya penjelasan
yang mendetail berkaitan dengan
istilah kepada siswa, sehingga siswa dapat
memahaminya
dan
dapat
isi
cerita,
menemukan nilai-nilai cerita pada bacaan yang diceritanya. (3)
siswa
yang telah dapat
mengemukakan
tanggapannya
atas
perlu dijelaskan bahwa tanggapan akan lebih baik bila disertai alasan, karena dengan demikian siswa telah diarahkan untuk dapat
membuat
pemyataan lebih lengkap dan ini jauh lebih baik di samping juga dapat melatih kemampuan mengungkapkan gagasan. Dari hasil analisis dan refleksi ini, akan dipakai sebagai pedoman perbaikan pada tindakan siklus II.
2.
Siklus Kedua Pelaksanaan tindakan siklus II ini, urutan-urutan kegiatannya tidak jauh berbeda
dengan urutan-urutan tindakan yang dilakukan pada siklus I, hanya saja ada tambahan penjelasan mendetail berkaitan dengan istilah "tema" dan istilah "nilai" yang perlu
140
______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 1 No 2 hal 131-142, September 2012
dipahamkan kepada siswa sehingga siswa benar-benar dapat memahaminya dan dapat melakukan pencarian tema dan nilai-nilai pada bacaan cerita yang dibacanya. Di samping itu, perlu juga dijelaskan pada siswa agar dapat memberikan alasan pada tanggapan tertulisnya atas isi cerita yang dibacanya, karena dengan demikian akan dapat melatih kemampuan berbahasa siswa. Hasil selengkapnya setelah dilakukan tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut: a.
Kemampuan Siswa Dalam Menemukan Unsur-Unsur Pembentuk Cerita Setelah dilakukan tindakan pada siklus II dengan cara memberi penjelasan yang
lebih mendalam berkaitan dengan istilah "tema", sebagian besar siswa (80%) telah dapat menyebutkan unsur-unsur pembentuk cerita secara lengkap : ada tema, tokoh, perwatakan, setting, alur, dan sudut pandang pengarang. Masing-masing unsur pembentuk cerita yang disebutkan didukung oleh kalimat-kalimat dalam bacaan yang menyatakan gambaran masing-masing unsur cerita. Hal ini dapat dilihat pada salat satu hasil pekerjaan siswa berikut ini. Contoh : Tema cerita "Amelia" adalah persahabatan. Kalimat pendukung tema tersebut adalah : "Sus, kamulah sebenarnya yang pantas disebut sahabat. Kamu telah mampu membangkitkan aku dari kerapuhan dan rasa minder. Kamu dengan olok-olokmu dan ejekanmu, sebenarnya justru mengajari aku untuk menghadapi hidup ini" (Amelia, 1997:47). Dari data tersebut siswa telah dapat menemukan unsur-unsur pembentuk cerita beserta alasannya. b.
Kemampuan Siswa dalam Menemukan Nilai-nilai yang Terkandung dalam
Bacaan Cerita. Sama halnya kemampuan menemukan tema cerita, kemampuan siswa dalam menemukan nilai-nilai cerita dapat dilakukannya setelah mendapat penjelasan mendetail berkaitan dengan apa yang dimaksud dengan nilai. Sebagian besar siswa (75%) telah dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita disertai dengan kalimat-kalimat yang mendukung pemyataannya. Contoh : Salah satu hasil pekerjaan siswa. Nilai yang terkandung dalam cerita "Amelia" adalah : (1)
"Hidup adalah perjuangan"
Suhartiningsih: Meningkatkan Mengapresiasi Kemampuan Bacaan Cerita………….. ___________________________
141
perjuangan Susi melawan penyakitnya perjuangan Arini melawan keserakahan tantenya perjuangan Amelia dalam melawan ketidakberdayaannya (2)
"Hidup harus disertai dengan kasih sayang" kasih sayang Susi pada Amelia walau dengan cara yang tidak lazim, yaitu dengan mengejek, mengolok-olok guna membakar semangat hidup Amelia kasih sayang Amelia pada Arini
dsb
Dari data tersebut siswa telah dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita beserta alasannnya.
c.
Kemampuan Siswa Memberi Tanggapan Tertulis Pada Bacaan Cerita Setelah dilakukan tindakan siklus II, sebagian besar siswa (80%) telah dapat
menuliskan tanggapannya dalam bentuk pernyataan yang lebih lengkap dengan pemberian alasan mengapa ia berpendapat demikian. Contoh : Salah satu hasil pekerjaan siswa. Cerita "Amelia" bagus, menegangkan dan mendebarkan. Lebih-Iebih pada saat Arini disekap perampok. Wah,Seru! Aku baru dapat bernafas lega manakala Arini dapat membebaskan dirinya pada saat perampok itu telah pergi ............. dsb. Dari data tersebut siswa telah dapat menuliskan tanggapannya dalam bentuk kalimat yang lebih lengkap, dan ini akan sangat membantu melatih kemampuan berbahasa siswa.
HASIL ANALISIS DAN REFLEKSI SIKLUS II Setelah dilakukan analisis dan refleksi siklus II dengan guru kelas hasilnya adalah sebagai berikut: (1)
penjelasan guru tentang tema pada siswa dengan bahasa yang mudah dipahami berdampak pada kemampuan siswa menemukan tema cerita;
(2)
penjelasan mudah
guru
dipahami
tentang nilai-nilai berdampak
pada
positif
siswa
dengan
pada
kemampuan
pemberian
alasan
bahasa siswa
yang dalam
menemukan nilai-nilai cerita; (3)
penjelasan siswa,
guru
berdampak
akan
pentingnya
positif
pada
kemampuan
pada
berbahasa
dapat memberi alas an dengan bahasa yang lebih lengkap.
pernyataan
siswa.
Siswa
142
______________________________© Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar Vol 1 No 2 hal 131-142, September 2012
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal sesuai dengan rumusan dan tujuan masalah penelitian sebagai berikut: (1)
pembelajaran apresiasi bacaan cerita dengan pendekatan area isi yang menekankan pembentuk
pada cerita
secara
pemahaman/'penjelasan mendalam
dapat
akan
unsur-unsur
meningkatkan
siswa pada unsur-unsur pembentuk cerita sampai
pemahaman
80% dari
total
jumlah siswa; (2)
pembelajaran apresiasi bacaan cerita dengan pendekatan menekankan meningkatkan
pada
penjelasan
pemahaman
akan siswa
nilai-nilai pada
secara
nilai-nilai
area isi yang
mendalam yang
dapat
terkandung
dalam bacaan cerita hingga 75% dari total jumlah siswa; (3)
pembelajaran apresiasi bacaan cerita dengan
pendekatan area isi yang
menekankan pada pentingnya pemberian alasan pada tanggapan (4)
tertulis isi cerita dapat meningkatkan kemampuan bahasa tulis siswa hingga 80% dari total jumlah siswa. Berdasarkan hasil temuan di lapangan dapat disarankan kepada guru untuk
menggunakan pendekatan area isi dalam pembelajaran apresiasi sastra, tentu dengan memperhatikan hal-hal mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak. Sehingga dapat diperoleh kemampuan apresiasi sastra secara baik dan benar.
DAFTA PUSTAKA Aminuddin. 1995. Pemahaman dan Penikmatan Bacaan Sastra bagi Anak SD. Malang: PPS IKIP Malang Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar: GBPP SD. Jakarta: Depdikbud Effendi, S. 1993. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta: Tangga Pustaka Alam Goleman, D. 1995. Emotional Intelegence (Kecerdasan Emosional). Terjemahan Hermaya, T. 1996. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Holdaway, D. 1986. Independece in Reading. Sydney: Ashton Scolastic Huck, C., dkk. 1987. Children Literature in the Elementary School. Chicago: Rand McNally Colledge Publishing Company