MENINGKATKAN HASIL DAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA KELAS VII DENGANPEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN ALAT PERAGA Munadi, Halini, Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Untan Email:
[email protected] Abstract: The purpose of this research was to determine the extent to which the cooperative learning assisted teaching props to improve student learning outcomes and student Learning activities in the Seventh Grade Students of SMP Negeri 4 Galing. The method used in this research is the method of classroom action research with data collection techniques such as observation and tests. The results showed an increase in result and learning activities. Learning activities of students in the second cycle by 66, 1 % has increased by 9.7 % from the first cycle by 56, 4 %. A total of 20 students or 58 % of the 31 students have finished with an average value of 66, 3. Quantity completeness and the average value of the learning outcomes of students compatible with indicator research meets the learning outcomes of students said to increase when reaching the KKM by 65 or more. It can be concluded that through cooperative learning assisted teaching props on material set may improve outcomes and student learning activities in the Seventh Grade Students of SMP Negeri 4 Galing. Keywords: cooperative, props, activities, learning outcomes Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana model pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 4 Galing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dengan teknik pengumpulan data berupa observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil dan aktifitas belajar. Aktifitas belajar siswa pada siklus kedua sebesar 66, 1 % telah mengalami peningkatan sebesar 9,7 % dari siklus pertama sebesar 56, 4%. Sebanyak 20 siswa atau sebesar 58% dari 31 siswa telah tuntas dengan nilai rata-rata 66, 3. Jumlah ketuntasan dan nilai rata-rata tersebut memenuhi indikator penelitian yaitu hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila mencapai nilai KKM sebesar 65 atau lebih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui pembelejaran kooperatif berbantuan alat peraga pada materi himpunan bagian dapat meningkatkan hasil dan aktifitas belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 4 Galing. Kata kunci: kooperatif, alat peraga, aktifitas, hasil
1
T
ujuan pembelajaran dapat tercapai bilamana ditunjang oleh lingkungan belajar yang kondusif, strategi dan model mengajar yang tepat dan ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana dalam belajar. Selain itu, adanya interaksi positif baik diantara guru dengan siswa maupun antar siswa menjadi syarat utama terlaksananya proses pembelajaran yang ideal. Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, tidak selamanya mampu mencapai tujuan pembelajaran serta tidak selamaya tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Hal ini disebabkan karena kemampuan peserta didik dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, berbeda-beda. Hal itu juga disebabkan tidak tepatnya pemilihan model, metode, maupun strategi oleh guru dalam menyampaikan informasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang kurang aktif serta kurang menarik juga pernah terjadi di SMP Negeri 4 Galing tempat penulis menjadi guru mata pelajaran matematika. Kondisi pembelajaran tersebut adalah siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran dengan tidak berani bertanya, enggan menjawab pertanyaan dan malu mempesentasikan hasil kerja sehingga berdampak pada hasil belajar siswa tidak memiliki peningkatan yang diharapkan dari tahun ke tahun. Hal ini terbukti pada tahun 2011 persentase ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika sebesar 56, 62 % dan pada tahun 2012 persentase ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika sebesar 58, 20 %. Peningkatan ketuntasan belajar dari tahun 2011 sampai tahun 2012 hanya sebesar 1,58 %. Hal tersebut di akibatkan karena pembelajaran yang dilakukan guru cenderung menggunakan metode ceramah, sehingga siswa sulit memahami materi yang disampaikan, diam saat ditanya dan tidak bertanya saat mengerti akibatnya banyak siswa yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Pembelajaran masih didominasi guru dan kurang melibatkan siswa yang mengakibatkan siswa tidak aktif.Guru jarang menggunakan alat peraga, sehingga kegiatan belajar mengajar yang dilakukan kurang menarik, berlangsung monoton dan membosankan, serta interaksi yang terjadi hanya satu arah karena guru yang dominan aktif. Dalam beberapa kesempatan pembelajaran di kelas, penulis pernah mencoba menerapkan model pembelajaran selain ceramah, misalnya diskusi kelompok, namun hasil yang didapat belum seperti yang diharapkan. Kegagalan pembelajaran kelompok tersebut disebabkan karena siswa sendiri yang memilih anggota kelompoknya yang cenderung homogen, misalnya siswa yang pintar memilih berkelompok dengan siswa yang sama pintarnya, demikian juga sebaliknya. Berdasarkan gambaran di atas penulis memilih model pembelajaran kooperatif yang berbantuan alat peraga untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang terdiri dari hasil dan aktifitas belajar siswa. Menurut Rusman(2010: 202), model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
2
siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dengan membagi siswa menjadi kelompok kecil (5-6 orang) dan anggota kelompoknya bersifat heterogen. Setiap kelompok diberikan tugas masing-masing untuk kemudian menjadi dasar dilakukannya diskusi kelas. Dalam pembelajaran kooperatif ini, alat peraga juga digunakan untuk mempermudah guru menjelaskan materi sehingga siswa juga akan mudah memahami materi tersebut.Skenario pembelajaran ini sebagai berikut, 1) Mengaitkan materi pembelajaran menggunakan alat peragaberasal dari lingkungan dan alat peragabuatan, 2) Membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dan membimbing siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) sebagai tindak lanjut, 3) Memfasilitasi siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, 4) Membimbing siswa mengulas kembali tentang materi yang baru dipelajari dan memberikan umpan balik serta penguatan dalam bentuk lisan, isyarat ataupun hadiah, 5) Memberikan soal latihan sebagai tindak lanjut dari pembelajaran. Pada penelitian ini, materi yang diteliti ini adalah materi himpunan kelas VII yang mencakup himpunan bagian, irisan himpunan, gabungan himpunan, komplemen himpunan dan penggunaan diagram venn untuk irisan dan gabungan himpunan.Menurut Dwi Astuti (2011: 18) bahwa himpunan adalah kumpulan obyek yang mempunyai syarat tertentu dan jelas. Kumpulan itu dapat berupa daftar, koleksi, atau kelas. Obyek-obyek dalam kumpulan itu dapat berupa benda konkrit atau benda abstrak, seperti bilangan, abjad, orang, judul-judul buku, dan lain-lain.Menurut Estiningsih (dalam Agus Suharjana, 2009:3), “Alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari”. Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep yang abstrak, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut (Agus Suharjana, 2009:3). Alat peraga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah media pembelajaran yang bentuk, ciri atau sifatnya dapat menggambarkan atau menjelaskan keadaan yang sesungguhnya sesuai materi yang dipelajari.Alat peraga untuk materi himpunan berupa benda-benda yang ada di sekitar siswa. Misalnya tas, sepatu, buku dan balpoin untuk mencontohkan anggota himpunan perlengkapan sekolah siswa. Dapat juga menggunakan siswa sebagai alat peraga misalnya himpunan siswa yang gemar bermain sepak bola, gemar bermain kasti atau gemar keduanya untuk menjelaskan dan menggambarkan diagram venn dalam irisan dan bagian himpunan. Menurut Sardiman (dalam Saminanto, 2010:97), “yang dimaksud aktifitas belajar adalah keaktifan yang bersifat fisik maupun mental”.Dalam kegiatan pembelajaran, kedua aktifitas tersebut harus saling menunjang agar diperoleh hasil
3
yang maksimal. Aktifitas belajar siswa dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kegiatan siswa untuk mencari informasi secara mandiri melalui partisipasi mental dan fisik dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas yang di ukur dengan menggunakan lembar obeservasi aktifitas siswa. Menurut Rahayu dkk (2012: 24), siswa dikatakan aktif antara lain dalam hal; a) bertanya/ meminta penjelasan; b) mengemukakan gagasan; dan, c) mendiskusikan gagasan orang lain dan gagasannya sendiri. Sedangkan menurut Uzer Usman (dalam Florensiana, 2011:18), aktifitas siswa dapat digolongkan dalam, 1) Aktifitas visual, meliputi: membaca, mengamati, eksperiman, demonstrasi. 2)Aktifitas lisan, meliputi: mengajukan pertanyaan, menjawab, diskusi. 3) Aktifitas mendengar, meliputi: mendengar penyajian materi, pengarahan. 4) Aktifitas menulis, meliputi: menulis laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes membuat angket. Adapun indikator meningkatkanya aktifitas siswa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, a) Jumlah siswa yang mengamati penjelesan guru atau temannya saat menggunakan alat peraga, meningkat, b) Jumlah siswa yang bertanya kepada temannya, menjawab pertanyaan dari temannya, menanggapi jawaban temannya, meningkat, c) Jumlah siswa yang mempresentasikan hasil kerja kelompok menggunakan alat peraga, meningkat, d) Jumlah siswa yang membuat rangkuman dari hasil diskusi kelompok dan mengerjakan tes, meningkat. Aktifitas yang diamati dapat dikatakan terlaksana jika mayoritas siswa melaksanakan aktifitas tersebut. Dalam setiap kegiatan belajar telah ditetapkan tujuan pembelajaran, sehingga siswa dikatakan berhasil dalam belajar bila tujuan tersebut dapat dicapai. Menurut Erman Suherman (dalam Saminanto, 2010:100), hasil belajar atau kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut, a) Menunjukkan permasalahan dan keterkaitan antara konsep matematika yang dipelajari serta mengaplikasikan konsep logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah, b) Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau diagram untuk menjelaskan keadaan masalah, c) Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dan membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika, d) Kemampuan berpikir tinggi diperlukan agar siswa memiliki kemampuan untuk menemukan penyelesaian masalah matematika di setiap jenjang; e) Menunjukkan kemampuan strategi dalam membuat (merumuskan), menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah, f) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkanhasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilaiyangdiperolehsiswasecaraindividual hasil dariskor yang didapatdibagijumlah soal tes setiap akhir siklus. Hasil belajar dikatakan
4
tuntas apabila nilai siswa, hasil dari pengerjaan lembar tes telah mencapai atau lebih dari nilai KKM sebesar 65. METODE Metodepenelitian yang digunakanadalahmetodepenelitiantindakankelas.Sesuaikarakteristik PTK, maka penelitiantindakan kelas inidirancangdalam 2 siklusdansetiapsiklusterdapat 2 kali pertemuan.Tempatdilaksanakannyapenelitiantindakan kelasini di kelas VII SMP Negeri 4 Galing, KabaputenSambas.Subjekpenelitianiniadalahsiswakelas VII SMP Negeri 4 Galing yang berjumlah 31 orang, terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan serta peneliti sebagai guru. Penelitianinimelibatkankolaborator atau observersebanyak 3 orang guru yakniAsih, S.Pd, Novi, S.PddanYesi, S.Pd yang bertugasmembantupengamatandansebagairekanmelakukandiskusiterkaitpelaksana anpenelitian. Untukpengumpulan data dalampenelitiantindakankelasini, menggunakanteknikobservasiuntukmendapatkan data aktifitasbelajarsiswadantesuntukmendapatkanhasilbelajarsiswa.Secaragarisbesarpr osedur PTK mencakupempattahapyakniperencanaan (planning), tindakan (actuating), pengamatan (observing) danrefleksi (reflecting) (Saminanto, 2010:5). Padatahapperencanaan (planning), penelitimempersiapkanskenariopelaksanaanpenelitian yang diintegrasikandengankegiatanpembelajaran.Bentukpengintegrasianiniadalahpenyu susanrencanapelaksanaanpembelajaransesuaidenganmetode/model yang ingindilakukandalamtindakankelas.Tahappelaksanaan (acting), penelitimelaksanakankegiatanpenelitiansesuairencanadantahapanpembelajaran yang telahdisusun.Kemudianpadatahappengamatan (observing), penelitidankolaboratormengamatisemuafenomenaatauperubahanberdasarkanindik ator yang telahditetapkanselamakegiatanpenelitian.Terakhir, dalamtahaprefleksi (reflecting), penelitidankolaboratormelakukanevaluasiterhadappenelitiantindakan yang telahdilaksanakan, darihasilrefleksiinikemudiandisusunrancangantindakanperbaikanapabilapenelitian dianggapbelummencapaitujuan yang diharapkan. Hasilpengamatan yang telahdiklasifikasidanhasilbelajarsiswapadasetiapakhirsikluskemudian di analisis, untukmengetahuitindakanpenelitiantelahmencapaiataubelummencapaiindikatorke berhasilanpenelitian yang telahditentukan.Jikatelahmemenuhiindikatorkeberhasilanpenelitianmakaselanjutn yaadalahmenyajikan data, mendeskripsikan data danmenarikkesimpulanhasilpenelitiantindakankelasinidalambentuknarasi.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasilpenelitianmeningkatkanhasildanefektifitassiswakelas VII denganpembelajaranKooperatifberbantuanalatperagadapatkitalihatpadatabelhasilo servasidanpersentaseaktifitasbelajarsiswasebagaiberikut: Tabel 1 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus 1 Siklus 1 Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan ke -1 Pertemuan ke -2 Jumlah Skor Jumlah Skor Menyimak penjelasan guru 29 5 31 5 Bertanya kepada guru atau teman 10 2 10 2 Menjawab pertanyaan 11 2 12 2 Menanggapi jawaban teman 10 2 10 2 Mempresentasikan hasil kerja 6 1 7 2 Mengerjakan tes 29 5 31 5 Jumlah Skor
17
18
Persentase (%) tiap pertemuan
54,8
58,1
Persentase (%) Siklus Penelitian
56, 4
Tabel 2 Hasil Belajar Siswa Siklus I Hasil Belajar Siklus I Jumlah Siswa Persentase Ketuntasan ℎ
Tuntas
Tidak Tuntas
18
13
58 %
42 %
1956, 8 × 100 = 63,1 3100
× 100 =
6
Tabel 3 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus II Siklus II Pertemuan ke -1
Pertemuan ke -2
Jumlah
Skor
Jumlah
Skor
Menyimak penjelasan guru
30
5
31
5
Bertanya kepada guru atau teman
13
3
15
3
Menjawab pertanyaan
13
3
12
2
Menanggapi jawaban teman
10
2
13
3
Mempresentasikan hasil kerja
8
2
13
3
Mengerjakan tes
31
5
31
5
Aktivitas Belajar Siswa
Jumlah Skor
20
21
Persentase (%) tiap pertemuan
64, 5
67, 7
Persentase (%) Siklus Penelitian
66, 1
Tabel 4 Hasil Bejalar Siswa Siklus II Hasil Belajar Siklus I Jumlah Siswa Persentase Ketuntasan ℎ
Tuntas
Tidak Tuntas
20 64, 5 %
11 35, 5 % 2055 × 100 = 66,3 3100
× 100 =
Hasil penelitian pada siklus pertama perolehan rata-rata skor aspek keaktifan siswa adalah sebesar 56, 4%. Sehingga keaktifan siswa masih tergolong rendah, sedangkan aspek keaktifan siswa dikatakan berhasil jika mencapai lebih dari atau sama dengan 65%. Berdasarkan tabel 1 hasil observasi aktifitas belajar siswa, hasil aktifitas belajar siswa pada aspek menyimak penjelasan dan mengerjakan tes mendapatkan skor 5, artinya siswa dalam kedua aspek aktifitas belajar siswa tersebut sudah tergolong sangat aktif. Untuk aktivfitas belajar siswa seperti partisipasi siswa di dalam kelompok masih sangat rendah karena hanya sebagian kecil saja anggota kelompok yang mengeluarkan pendapat, bertanya dan berani mempresentasikan 7
hasil kerja mewakili kelompoknya. Siswa masih belum berani bertanya dan mananggapi pertanyaan secara terbuka disebabkan belum termotivasi secara maksimal dan memiliki rasa takut ditertawakan saat salah bertanya dan menanggapi. Keadaan tersebut juga disebabkan tidak fokusnya siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga pada siklus pertama pertemuan pertama , memiliki skor 88 atau 73, 3% dan pada siklus pertama pertemuan kedua memiliki skor 100 atau 83,3%. Pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga oleh guru sekaligus peneliti pada siklus pertama pertemuan pertama, memilki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga yang dilaksanakan oleh guru seperti guru kurang berusaha menarik perhatian siswa, kurang memberikan motivasi awal, belum maksimal dalam menanggapi pertanyaan siswa, sikap guru kurang antusias dalam pembelajaran dan kurang variatif dalam pembelajaran. Hal ini tentu saja mempengaruhi aktifitas belajar siswa di dalam kelas. Namun pelaksanaan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga pada materi himpunan di kelas VII SMPN 4 Galing dinilai cukup baik. Berdasrkan tabel 2 hasil belajar siswa, bahwa dari 31 siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya sebanyak 18 siswa atau sebesar 58% dari jumlah siswa dengan nilai ketuntasanhasil belajar siswa di kelas VII SMPN 4 Galing sebesar 63,1. Berdasarkan nilai ketuntasan belajar siswa pada siklus pertama tersebut tindakan penelitian dianggap belum belum memenuhi indikator penelitian yaitu hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila telah mencapai nilai KKM sebesar 65 atau lebih. Persentase skor aktifitas belajar siswa juga belum mencapai 65%, sehingga penelitian dilanjutkanke tindakan siklus kedua. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka perencanaan pelaksanaan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga pada materi himpunan di kelas VII SMPN 4 Galingsiklus kedua adalah sebagai berikut, a) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran, seperti siswa yang rajin bertanya dan mendapat nilai bagus akan mendapatkan hadiah dari guru, b) Lebih intensif membimbing kelompok siswa yang mengalami kesulitan seperti mendatangi kelompok siswa tersebut untuk menggali pengetahuan siswa dengan beberapa pertanyaan dan contoh untuk memudahkan pemahaman siswa, c) Meningkatkan tindakan proses belajar mengajar yaitu memberikan appersepsi yang tepat, membangun pengetahuan siswa dengan mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata, menambah referensi alat peraga pembelajaran sehingga lebih variatif, meningkat partisipasi siswa dengan cara memberikankepercayaan penuh kepada masing-masing kelompok untuk berlomba dalam menguasai materi pelajaran dan meningkatkan keberanian presentasi siswa dengan gaya dan bahasa
8
dari siswa, dan d) Meningkatkan pengakuan atau penghargaan (reward) serta motivasi belajar saat menutup pembelajaran. Berdasarkan tabel 3 hasil observasi aktifitas belajar siswa siklus kedua, hasil observasi aktifitas belajar siswa menunjukan bahwa aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga pada siklus kedua mengalami peningkatan aktifitas belajar siswa dari siklus pertama. Pada siklus kedua persentase keaktifan siswa sebesar 66, 1 % dengan skor sebesar 20, di mana pada siklus pertama persentase keaktifan siswa sebesar 56, 4% berarti terjadi peningkatan sebesar 9, 7 %. Sesuai hasil obesrvasi pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga pada materi himpunan di kelas VII SMPN 4 Galing oleh guru semakin baik dengan skor pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua pertemuan kedua sebesar 95% dengan skor sebesar 114. Setiap akhir pelaksanaan pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga, guru bersama observerselalu melakukan evaluasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif berbantuan alata perga pada materi di kelas VII SMPN 4 Galing dengan melihat hasil obeservasi pelaksanaan pembelajaran dan dianalisis untuk merencanakan tindak lanjut pelaksanaan pembelajaran selanjutnya sehingga kualitas pelaksanan pembelajaran dapat semakin ditingkatkan. Berdasarkan tabel 4 hasil belajar siswa siklus kedua, sebanyak 20 siswa dari 31 siswa atau sebesar 64, 5 % dari jumlah siswa dinyatakan tuntas dengan nilai ketuntasanhasil belajar siswa di kelas VII SMPN 4 Galing sebesar 66, 3.Nilai ketuntuntasn tersebut telah memenuhi indikator penelitian yaitu hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila telah mencapai nilai KKM sebesar 65 atau lebih. Sehingga penelitian tindakan kelas ini tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya dan penelitian tindakan kelas ini dinyatakan telah berhasil. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari 2 siklus dengan setiap siklus terdiri dari pertemuan, penelitian tindakan kelas ini telah mencapai indikator keberhasilan. Hasilnya adalah sebanyak 20 siswa dari 31 siswa atau sebesar 64, 5 % dari jumlah siswa dinyatakan tuntas dengan nilai ketuntasanhasil belajar siswa di kelas VII SMPN 4 Galing sebesar 66, 3. Hal ini membuktikan bahwa melalui pembelajaran kooperatif berbantuan alat peraga pada materi himpunan bagian dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 4 Galing.
9
Saran Penggunaan model pembelajaran kooperatif hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik belajar siswa sehingga hasilnya dapat lebih optimal. Penggunaan alat peraga pada pembelajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan dan materi yang disampaikan kepada siswa sehingga fungsi alat peraga dapat dioptimalkan. Hendaknya guru selalu memberikan dorongan, motivasi dan penguatan kepada siswa dalam setiap pembelajaran matematika. Guru juga harus bisa meningkatkan wawasan dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan serta mampu mengembangkan kemampuan mengajar.
DAFTAR RUJUKAN Agus Suharjana. 2009. Pemanfaatan Alat Peraga Sebagai Media Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: PPPPTK MATEMATIKA. Astuti, Dewi. 2011. Modul Matematika Teori Himpunan dan Logika Matematika. Pontianak : FKIP Untan Florensiana. 2011. Skripsi;Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Lingkaran Melalui Pembelajaran dengan Pemanfaatan Tutor Sebaya dan Bantuan Alat Peraga di Kelas VIII A SMP Karya Budi Puttussibau. Pontianak; Universitas Tanjunpura. Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Saminanto. 2010. Ayo Praktik PTK. Semarang: Rasail Media Group Rahayu Karyadinata, Muhibin Syah, Bahrissalim, Abd. Haris. 2012. PAIKEM. Jakarta: FITK UIN Jakarta. Rusdiana.PenerapanBelajarAktivDalamPembelajaran.JurnalKopertis XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006
10
Wilayah