Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas V SD Negeri 6 Marisa Kabupaten Pohuwato Munawir Dulman, Haris Mahmud, Samsi Pomalingo1 Abstrak Permasalahan dalam pembelajaran ini adalah apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan di kelas V SDN 6 Marisa Kabupaten Pohuwato?. Tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Pelajaran IPS materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan melalui model pembelajaran tipe STAD di kelas V SDN 6 Marisa Kabupaten Pohuwato. Hasil evaluasi belajar siswa dalam pada siklus I menunjukkan hasil evaluasi belajar siswa tentang hasil belajar menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh pencapaian diatas ketuntasan pembelajaran 70% adalah sebanyak 21 orang siswa atau 73% dan siswa yang memperoleh nilai ketuntasan pembelajaran rendah 8 orang siswa atau 27%. Hal ini berarti bahwa belajar siswa khususnya pada pelajaran IPS, sementara beberapa siswa belum mencapai kriteria KKM yang diharapkan. Sedangkan pada tindakan siklus II pencapaian siswa dari 29 orang, terdapat 26 orang siswa atau 90% mencapai kriteria tuntas dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi Perjuangan Dalam mempertahankan Kemerdekaan pelajaran IPS atau dapat melebihi kriteria yang telah ditetapkan sebesar 75%, sementara 3 orang siswa atau 12% belum mencapai kriteria tuntas dalam hasil belajarnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS Kelas V SD Negeri 6 Marisa Kabupaten Pohuwato. Kata Kunci : Hasil Belajar dan Model Pembelajaran STAD
1
Munawir Dulman selaku mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Gorontalo, Drs. Hj. Haris Mahmud, S.Pd, M.Pd; Samsi Pomalingo, S.Ag, MA selaku Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Gorontalo
Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun. Sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan dasar. Diadalam Peraturan Pemerintah Rebulik Inodonesia nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar disebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri atas program pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP). Bafadal (2009) Disamping itu Bafadal (2009) memberi penegasan bahwa sebagai satu bentuk satuan pendidikan, sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting keberadaanya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa menyelesaikan pendidikan pada sekolah dasar atau yang sederajat, secara formal seseorang tidak mungkin dapat mengikuti pendidikandi SMP. Besarnya peranan pendidikan di sekolah dasar sangat disadari oleh semua negara di dunia dengan semakin meningkatnya investasi pemerintahnya pada sektor tersebut dari tahun ketahun. Siswa sebagai subjek pendidikan dituntut aktif dalam belajar mencari informasi dan mengeksplorasi sendiri atau secara berkelompok. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing kearah pengoptimalan pencapaian ilmu pengetahuan yang dipelajari. Diharapkan dalam proses pembelajaran siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami, berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dan guru apabila ada kesulitan. Dalam membelajarkan siswa guna memahami lingkungan sosialnya tentu bukanlah suatu hal yang mudah. Semuanya dibutuhkan proses yang tidak mudah. Segala macam metode dan pendekatan yang digunakan guru semata-mata untuk menjadikan proses pembelajaran yang berhasil guna bagi siswa sebagai landasan keilmuannya di masa mendatang. Namun, satu hal yang perlu diingat bahwa tidak semua metode ataupun pendekatan dapat digunakan untuk menjadikan kegiatan pembelajaran berhasil guna.Untuk itu, diperlukan suatu keahlian khusus untuk memilih metode dan pendekatan yang paling tepat. Pendidikan formal merupakan salah satu jalur utama untuk mencapai cita-cita tersebut.Pendidikan formal memiliki jenjang mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi (UUD No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (11).Dalam pendidikan formal, pendidikan dan pembelajaran merupakan kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengelola pendidikan.Anak merupakan insan yang memiliki potensi dan harus dikembangkan sepenuhnya melalui kegiatan pembelajaran.Untuk mencapai hal dimaksud, penyelenggaraan pendidikan
dan pembelajaran dibutuhkan guru yang memiliki komitmen dalam melaksanakan tugas profesi. Dalam pembelajaran IPS, semua tujuan yang hendak dicapai tentunya tidak dijalankan sekaligus, Semua disesuaikan dengan taraf kemampuan dan daya pikir siswa. Misalnya, pada siswa kelas V SD salah satu tujuan yang hendak dicapai adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mempertahankan kemerdekaan. Dalam pembelajaran ini, tentunya dibutuhkan metode ataupun pendekatan pembelajaran yang tepat baik dari segi efisiensi penggunaan waktu maupun keefektifan metode ataupun pendekatan tersebut terhadap hasil belajar siswa. Pendekatan pembelajaran membutuhkan keahlian dalam menerapkan metode ataupun pendekatan pembelajaran.Dalam hal ini, seorang guru dituntut harus bersikap profesional dan kreatif, sehingga mampu mengubah dan membawa siswa dari tidak tahu menjadi tahu dan yang tahu menjadi lebih tahu. Selain itu juga, harus mampu membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar sehingga tidak terjadi kesenjangan di dalam proses belajar mengajar. Dalam hubungannya dengan penggunaan metode, peneliti mencoba mengaitkan dengan pembelajaran yang selama ini dilakukan di kelas V SDN 6 Marisa Kabupaten Pohuwato. Sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas V SDN 6 Marisa Kabupaten Pohuwato, umumnya siswa dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memupuk rasa percaya diri siswa, dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah, menginformasikan, dan mengkomunikasikan sendiri serta dapat mengembangkan pola berpikir dan keterampilan anak. Namun, harus disadari bahwa metode ini juga memiliki kelemahan. Penulis melihat bahwa penerapan metode kerja kelompok pada siswa kelas V SDN 6 Marisa Kabupaten Pohuwato hanya sebagian siswa saja yang aktif dan belajar sungguh-sungguh, selebihnya siswa yang kurang mampu atau tidak tahu hanya mengharapkan pada siswa yang mampu atau yang lebih tahu tanpa bersusah payah untuk mengetahui apa yang dipelajari. Begitu pula halnya dengan metode penugasan. Akibatnya kegiatan pembelajaran tidak berhasil dengan baik dan tingkat pengetahuan siswa menjadi tidak merata. Berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa pelaksanaan pembelajaran belum optimal dan berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan Tahun pelajaran 2013/2014 pada siswa kelas V SDN 6 Marisa Kabupaten Pohuwato yang berjumlah 29 orang, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS terdapat 9 orang atau 31% yang prosentase belajarnya tuntas
dan sementara hanya 20 orang siswaatau 69% yang prosentase belajarnya belum tuntas, dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya mencapai 65. Berdasarkan uraian dikemukakan maka peneliti menjadikan permasalahan ini sebagai landasan penelitian yang dipermulasikan dengan judul “Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS Materi Perjuangan Dalam mempertahankan Kemerdekaan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikelas kelas V SDN 6 Marisa Kabupaten Pohuwato”.
Identifikasi Masalah dan Tujuan Adapun masalah dalam penelitian ini dapat di identifikasi sebagai berikut: 1.
Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan di kelas V SDN 6 Marisa Kabupaten Pohuwato,
2.
Kurangnya efektifitas penggunaan metode dalam pembelajaran IPS terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
3.
Siswa cenderung pasif dan kurang percaya diri dalam berkomunikasi dengan teman sekelas.
4.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD belum dilaksanakan secara utuh dalam pembelajaran IPS kelas V SDN 6 Marisa Kabupaten Pohuwato. Sedangkan Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada Pelajaran IPS materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan melalui model pembelajaran tipe STAD di kelas V SDN 6 Marisa Kabupaten Pohuwato.
Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
STAD
Pada
Materi
Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan. Pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat cocok pada siswa di pendidikan dasar khususnya pada kelas IV sampai VI.Hal ini untuk memudahkan mereka berfikir ilmiah dan rasional serta mudah membuktikan sumber daya alam dan lingkungansekitar. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka pembelajaran akan lebih berpusat pada siswa dan siswa dapat menemukan sendiri pembuktian dari teori yang mereka pelajari. Sementara itu Rusman (2013) mengemukakan tentang tahapan-tahapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sekitar sebagai berikut. 1)
Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar,
2)
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dimana setiap kelompoknya terdiri dari 45 orang siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, dan ras.
3)
Guru menyampaikan materi pelajar yang berkaitan dengan materi terlebih dulu dan guru mengawali dengan pemberian motivasi dan melaksanakan eksplorasi tentang pengetahuan awal siswa,
4)
Siswa secara berkelompok yang telah dibentuk kemudian diberikan LKS. semua kelompok memperoleh LKS. kemudian setiap anggota kelompok memberikan kontribusi terkait dengan pengamatan yang disesuaikan dengan LKS,
5)
Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD,
6)
Guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan memberikan kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masingmasing kelompok. Siswa tidak dibenarkan bekerja sama, guru menetapkan skor penilaian batas penguasaan untuk setiap soal, dan Penghargaan terhadap prestasi tim. Namun dalam penelitian ini peneliti akan lebih memfokuskan penelitian dengan
menggunakan langka-langkah yang digunakan oleh Rusman, dan akan dijadikan sebagai rujukan utama dalam penelitian ini.
Metode Analisis Tindakan Kelas Sebelum melakukan analisis data, baik data hasil pengamatan dan data hasil tes terlebih dahulu perlu mengetahui data yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut : a. Data aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran b. Data hasil belajar siswa Tahap analisis data dilakukan secara kualitatif berdasarkan hasil-hasil pengukuran secara kuantitatif. Selanjutnya hasil analisis menjadi dasar untuk mengadakan refleksi terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Hasil dari refleksi tersebut sangat diperlukan untuk mengambil keputusan apakah perlu tidaknya dilakukan siklus berikutnya dalam penelitian ini. Seluruh data, baik data hasil observasi kegiatan guru dalam proses belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maupun data aktivitas belajar, serta data hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan suatu standar atau acuan yang
dijadikan patokan secara kuantitatif dan dihitung sampai memperoleh hasil dalam bentuk persentase.
Hasil dan Pembahasan A.
Hasil Tindakan Siklus 1 Hasil pengamatan pada analisis kegiatan siswa pada siklus I menunjukkan bahwa dari
22 aspek criteria pengamatan pada aktivitas belajar secara umum, menunjukkan bahwa yang memenuhi criteria baik tersebut sebesar 64% atau 14 aspek pengamatan secara umum terpenuhi, sementara pada 8 aspek atau 36% pengamatan lainnya kurang muncul dalam hasil belajar siswa. Sehingga hal ini sangat penting dalam meningkatkan aspek pengamatan pada indicator penelitian peneliti, yang meliputi aspek tanggungjawab, keberanian dan kerjasama. Berikut. Tabel 4.6; Data Hasil Pengamatan Siswa pada Siklus I Uraian Jumlah Prosentase
Kerjasama
Tanggungjawab
Percaya diri
B
C
K
B
C
K
B
C
K
18
4
7
17
6
6
18
5
6
62% 14% 24%
59%
20,5% 20,5% 62% 17% 21%
Sumber; Data olahan 2014 Sesuai dengan hasil pengamatan siklus I, terlihat bahwa 3 aspek tentang 1) kerjasama siswa bahwa terdapat 18 orang siswa (62%) yang menunjukkan kerjasama dalam belajar dengan baik, 4 orang siswa (14%) cukup dalam kerjsama belajar dikelas dan 8 orang siswa (24%) lainnya kurang tingkat kerjasama belajarnya. 2) Tanggungjawab siswa menunjukkan bahwa terdapat 17 orang siswa (59%) yang memiliki tanggungjawab setelah diberikan tugas oleh guru, 6 orang siswa (20,5%) cukup memiliki tanggungjawab dalam tugas dan 6 orang siswa (20,5%) kurang kerjasama dalam kelompok belajarnya. 3) Percaya diri siswa terdapat 18 orang siswa (62%) yang menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang baik, 5 orang siswa (17%) cukup tingkat rasa percaya dirinya dalam belajar kelompok dan 6 orang siswa (21%) lainnya kurang tingkat kepercayaan dirinya saat belajar kelompok ataupun mengerjakan kuis dikelas. Hal lain yang teramati oleh peneliti adalah aspek lingkungan sekolah sangat memberi dampak dalam peningkatan hasil belajar siswa, antara lain masih terdapat siswa yang sering gaduh dikelas dan mengganggu teman lainnya saat belajar dikelas, serta partisipasi orang tua memperhatikan anak untuk belajar dirumah masih sangat perlu ditingkatkan lagi.
Dengan demikian hasil belajar siswa pada siklus satu setelah dilakukan penindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I hasilnya memberi dampak yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini berarti bahwa hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran IPS, memiliki kecenderungan pada aspek perubahan pada perilaku siswa terutama aspek kerjasama, tanggungjawab dan rasa percaya diri siswa saat belajar di kelas maupun belajar kelompok. Namun pada penindakan pada siklus I ini ini peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasilnya belum sesuai dengan indikator kinarja yang sebagaimana yang diharapkan atau masih jauh dari KKM 75% yang telah ditetapkan oleh SD Negeri 6 Marisa Kabupaten Pohuwato. Hasil pengamatan pada analisis kegiatan siswa pada siklus I menunjukkan bahwa dari 22 aspek criteria pengamatan pada aktivitas belajar secara umum, menunjukkan bahwa yang memenuhi criteria baik tersebut sebesar 64% atau 14 aspek pengamatan secara umum terpenuhi, sementara pada 8 aspek atau 36% pengamatan lainnya kurang muncul dalam hasil belajar siswa. Hasil refleksi menunjukan pelaksanaan kegiatan baik oleh guru maupun siswa belum maksimal. Ini sangat berpengaruh pada hasil belajar khususnya pada materi Perjuangan Dalam mempertahankan Kemerdekaan pelajaran IPS. Setelah diadakan penilaian terhadap evaluasi belajar siswa pada siklus I, hasilnya belum sesuai dengan harapan karena belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, yaitu sebesar 75% siswa masih belum tercapai secara maksimal. Sehingga masih perlu penindakan melalui Siklus II.
B.
Hasil Tindakan Siklus 2 Hasil pengamatan pada analisis kegiatan siswa pada siklus I menunjukkan bahwa dari
22 aspek criteria pengamatan pada aktivitas belajar secara umum, menunjukkan bahwa yang memenuhi criteria baik tersebut sebesar 90% atau 20 aspek pengamatan secara umum terpenuhi, sementara pada 2 aspek atau sebesar 10% pengamatan lainnya kurang dilakukan oleh siswa dalam belajar dikelas. Sehingga hal ini sangat penting dalam meningkatkan aspek pengamatan
pada
indicator
penelitian
peneliti,
yang
meliputi
aspek
kerjasama,
tanggungjawab, dan rasa percaya diri siswa dalam belajar. Hasil penilaian hasil belajar siswa khususnya pada materi Perjuangan Dalam mempertahankan Kemerdekaan pelajaran IPS dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10 Data Pengamatan Belajar Siswa pada Siklus II Uraian Jumlah Prosentase
Kerjasama
Tanggungjawab
Percaya diri
B
C
K
B
C
K
B
C
K
23
3
3
24
3
2
24
3
2
79% 10% 10% 83% 10%
7%
83% 10% 7%
Sumber; Data olahan 2014 Hasil pengamatan belajar siswa pada siklus II, terlihat bahwa bahwa 3 aspek tentang 1) kerjasama siswa bahwa terdapat 23 orang siswa (79%) yang menunjukkan kerjasama dalam belajar dengan baik, 3 orang siswa (10%) cukup dalam kerjsama belajar dikelas dan 3 orang siswa (10%) lainnya kurang tingkat kerjasama belajarnya. 2) Tanggungjawab siswa menunjukkan bahwa terdapat 24 orang siswa (83%) yang memiliki tanggungjawab setelah diberikan tugas oleh guru, 3 orang siswa (10%) cukup memiliki tanggungjawab dalam tugas dan 2 orang siswa (7%) kurang kerjasama dalam kelompok belajarnya. 3) Percaya diri siswa terdapat 24 orang siswa (83%) yang menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang baik, 3 orang siswa (10%) cukup tingkat rasa percaya dirinya dalam belajar kelompok dan 2 orang siswa (7%) lainnya kurang tingkat kepercayaan dirinya saat belajar kelompok ataupun mengerjakan kuis dikelas. Hasil analisis data melalui pengujian siklus II yang merupakan tindak lanjut dari siklus sebelumnya, dengan tujuan untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan dari aspek-aspek yang belum tercapai atau belum tuntas pada siklus sebelumnya. Hasil pengamatan pada kegiatan yang dilakukan oleh guru pada siklus II menunjukkan bahwa telah memenuhi syarat dengat prosentase ketercapaian kriteria persiapan kegiatan yang dilaksanakan dari 24 Analisis Pengamatan Kegiatan Guru pencapaian sebesar 88% atau sekitar 21 item yang dapat dipenuhi oleh guru sebelum melaksanakan siklus II, sementara masih terdapat 12% atau 3 item dari kriteria Analisis Pengamatan Kegiatan Guru yang cenderung diabaikan oleh guru dalam proses pembelajaran kelas saat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V SD Negeri 6 Marisa. Hasil pengamatan pada analisis kegiatan siswa pada siklus I menunjukkan bahwa dari 22 aspek criteria pengamatan pada aktivitas belajar secara umum, menunjukkan bahwa yang memenuhi criteria baik tersebut sebesar 90% atau 20 aspek pengamatan secara umum terpenuhi, sementara pada 2 aspek atau sebesar 10% pengamatan lainnya kurang dilakukan oleh siswa dalam belajar dikelas.
Selanjutnya gambaran umum tentang peningkatan hasil belajar siswa pada materi Perjuangan Dalam mempertahankan Kemerdekaan siswa kelas V SD Negeri 6 Marisa Kabupaten Pohuwato.
C.
Analisis Peningkatan Hasil Belajar Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses belajar siswa dikelas cenderung
mengalami perubahan pada siklus I maupun siklus II, hal ini dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar siswa khususnya pada materi Perjuangan Dalam mempertahankan Kemerdekaan (IPS) siswa kelas IV SD Negeri 6 Marisa Kabupaten Pohuwato tahun pelajaran 2013/2014. Dengan melihat data diatas tersebut peneliti menilai bahwa factor keaktifan belajar siswa sebagai subjek belajar sangat menentukan seperti perlaku kerjasama kelompok dalam belajar, tanggungjawab belajar siswa saat diberikan tugas oleh guru dikelas dan aspek rasa percaya diri akan semakin tinggi dalam diri siswa itu sendiri. Disamping itu hal lain yang penting juga adalah fungsi dan peranan guru harus diimbangi dengan proses belajar siswa, sebab siswa hanya terbiasa menyimak dan mendengarkan informasi satu arah maka hal ini dapat menjadi penghalang bagi siswa untuk belajar aktif diukelas. Hasil belajar siswa ini, sangat erat hubungannya dengan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam model pembelajaran STAD proses pembelajaran lebih menempatkansiswa sebagai pusat pembelajaran aktif, dimana pembelajaran lebih menekankan pada siswa sebagai makhluk yang memiliki sikap dan kesadaran yang tinggi untuk berubah lebih baik dan tentunya berupaya mencari tahu dan mencoba mendalami pengalaman yang didapatnya dalam proses belajar tersebut. Hasil evaluasi belajar siswa dalam mengukur hasil pengamatan instremen penelitian tentang hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa pada Siklus I hasil evaluasi belajar siswa tentang hasil belajar menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh pencapaian diatas ketuntasan pembelajaran 70% adalah sebanyak 21 orang siswa atau 73% dan siswa yang memperoleh nilai ketuntasan pemebelajaran rendah 8 orang siswa atau 27%. Hal ini berarti bahwa
belajar siswa khususnya pada pelajaran IPS, sementara beberapa siswa belum
mencapai kriteria KKM yang diharapkan. Hasil evaluasi belajar pada siklus II untuk meningkatkan pembelajaran pada siklus II tentang hasil belajar menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh pencapaian diatas ketuntasan pembelajaran 75% adalah sebanyak 25 orang siswa atau 90% dan siswa yang memperoleh nilai ketuntasan pemebelajaran rendah 3 orang siswa atau 10%.
Dengan demikian dari 29 orang siswa, terdapat 26 orang siswa atau 90% mencapai kriteria tuntas dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi Perjuangan Dalam mempertahankan Kemerdekaan pelajaran IPS atau dapat melebihi kriteria yang telah ditetapkan sebesar 75%, sementara 3 orang siswa atau 12% belum mencapai kriteria tuntas dalam hasil belajarnya. Berdasarkan temuan ini pula jelas bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi "Jika Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD diterapkan pada IPS, maka hasil belajar siswa meningkat SD Negeri 6 Marisa Kelas V Kabupaten Pohuwato".dapat diterima.
Kesimpulan Adapun yang menjadi simpulan dalam penelitian ini adalah bahwa hasil evaluasi belajar siswa dalam pada siklus I menunjukkan hasil evaluasi belajar siswa tentang hasil belajar menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh pencapaian diatas ketuntasan pembelajaran 70% adalah sebanyak 21 orang siswa atau 73% dan siswa yang memperoleh nilai ketuntasan pemebelajaran rendah 8 orang siswa atau 27%. Hal ini berarti bahwa belajar siswa khususnya pada pelajaran IPS, sementara beberapa siswa belum mencapai kriteria KKM yang diharapkan. Hasil evaluasi belajar pada siklus II untuk meningkatkan pembelajaran pada siklus II tentang hasil belajar menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh pencapaian diatas ketuntasan pembelajaran 75% adalah sebanyak 25 orang siswa atau 90% dan siswa yang memperoleh nilai ketuntasan pemebelajaran rendah 3 orang siswa atau 10%. Dengan demikian dari 29 orang siswa, terdapat 26 orang siswa atau 90% mencapai kriteria tuntas dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi Perjuangan Dalam mempertahankan Kemerdekaan pelajaran IPS atau dapat melebihi kriteria yang telah ditetapkan sebesar 75%, sementara 3 orang siswa atau 12% belum mencapai kriteria tuntas dalam hasil belajarnya.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut ; 1) Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat member
informasi yang benar bagi lembaga yang dijadikan sebagai objek penelitian. 2) Bagi peneliti kiranya dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Daftar Pustaka Aunurrahman, 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung; Alfabeta. Bafadal, Ibrahim, 2009. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta. Penerbit Rineka Cipta. Djamara, Syaiful Bahri, 2006. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta. Penerbit Rineka Cipta. Hamalik, Oemar 2010. Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Penerbit Bumi Aksara. Rusman, 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan profesionalisme guru, Jakarta. Penerbit Rajawali Pers. Sardiman, 2011. Interaksi & Belajar Mengajar, Jakarta. Penerbit Rajawali Pers. Slavin, Robert E., 2010. Cooperatif Learning, Bandung; Nusa Media Suprijono, Agus, 2013. Cooperatif Learning teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Isjhoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar www.dewi.belajar.com (2010)