Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X
Meningkatkan Hasil Belajar Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SDN Baleura Benalemba Taula, Baso Amri, dan Marinus Barra Tandiayuk Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Baleura Tahun Pelajaran 2013/2014, dikarenakan adanya permasalahan yaitu hasil belajar mata pelajaran matematika khususnya pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat masih rendah. Melalui metode diskusi permasalahan ini dicoba untuk diperbaiki dan ditingkatkan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar penjumblahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode diskusi pada Siswa Kelas IV SDN Baleura tahun pelajaran 2013/2014. Prosedur penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Pada tahap observasi, observer dan peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat proses pembelajaran pada indikator keaktifan siswa siklus I 60,71% menjadi 92,85% pada siklus II meningkat 32,14%. Aktivitas guru pada siklus I 84,37% dalam kriteria baik menjadi 96,87% dalam kriteria sangat baik pada siklus II. Hasil belajar siswa pada tes akhir presentasi siswa tuntas belajar pada kondisi awal 26,32% menjadi 68,42% pada siklus I dan meningkat menjadi 89,47% pada siklus II. Daya serap klasikal juga mengalami peningkatan dari 57.89% pada kondisi awal menjadi 60,53% pada siklus I dan pada siklus II menjadi 82,89%. Kata Kunci: metode diskusi, penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, hasil belajar. I.
PENDAHULUAN Sekolah dasar (SD) sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem
pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar lainnya. Hasil kegiatan pembelajaran siswa terkadang dapat mencapai prestasi yang diharapkan, tetapi terkadang juga tidak. Hal ini karena daya serap masing-masing siswa berbeda dalam menerima pelajaran.
183
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Pada anak usia SD yang sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berpikir memerlukan stimulus untuk lebih memahami materi dalam mata pelajaran matematika agar lebih berpikir logis dan kreatif. Dengan mengajarkan matematika secara lebih kreatif diharapkan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Menurut
Johnson
dan
Myklebust
dalam
Mulyono
Abdurahman
(2003:252), “matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisme adalah untuk memudahkan berfikir”. Ada juga yang mengatakan, matematika dalam arti sempit hanya berupa perhitungan yang mencakup penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, sedangkan dalam arti luas matematika melibatkan topik-topik seperti aritmatika, aljabar, dan geometri. Oleh karena itu, pembelajaran matematika sangat membutuhkan kejelian dan ketelitian guru agar siswa mampu menguasai pelajaran matematika. Materi pelajaran matematika yang harus dipelajari di kelas IV salah satunya adalah bilangan bulat. Bilangan bulat merupakan salah satu pokok bahasan yang harus dikuasai oleh siswa. Berdasarkan hasil observasi selamapembelajaran di kelas, ternyata masih ada siswa yang belum mampu menyelesaikan operasi yang terkait pada pokok bahasan bilangan bulat, siswa kurang memahami operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri bilangan bulat negatif, nol, dan bulat positif (Anonim: 2010). Bilangan bulat dinyatakan dengan B = {..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,}. Operasi hitung pada bilangan bulat yang diterapkan di SD khususnya kelas IV adalah penjumlahan dan pengurangan. Materi ini diberikan secara berkelanjutan dimulai dari kelas IV semester II, kelas V semester I, dan kelas VI semester I dan II. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih memahami dan menguasai secara penuh bilangan bulat beserta operasi hitung di dalamnya. Oleh karena itu, penelitian yang mengkaji dan meneliti lebih dalam mengenai rendahnya kemampuan menghitung siswa di kelas IV SD N Baleura pada operasi bilangan bulat khususnya penjumlahan dan pengurangan perlu dilakukan. Oleh karena operasi bilangan bulat di kelas IV sebagai dasar dalam kemampuan
184
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X menghitung dan apabila kemampuan menghitung pada operasi bilangan bulat di kelas IV tidak segera diatasi, maka besar kemungkinan akan menganggu pembelajaran ditingkat selanjutnya. Berdasarkan hasil ulangan mata pelajaran matematika, data yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung bilangan bulat pada operasi hitung penjumlahan dan pengurangan siswa kelas IV SD N Baleura masih sangat rendah. Hal ini dilihat dengan hanya ada 5 orang siswa yang mendapat nilai di atas KKM yaitu 60, sedangkan 14 siswa tidak tuntas karena mendapat nilai di bawah 60 sebagaimana terlihat pada lampiran 2. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan menghitung bilangan bulat yaitu karena pembelajaran yang dilaksanakan guru masih bersifat konvensional. Pembelajaran yang hanya bersifat satu arah, dimana guru bersikap lebih aktif dengan mencari dan menjelaskan materi/informasi sedangkan siswa hanya bersikap pasif mendengarkan materi/informasi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran secara konvensional membuat siswa kurang memahami konsep dalam pelajaran matematika. Jadi siswa tidak bisa memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga kemampuan berhitungnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yaitu metode diskusi. Metode diskusi merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran yang umum digunakan dalam dunia pendidikan. Diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat. Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras, namun tetap harus mengikuti etika yang disepakati bersama. Tinjauan Tentang Matematika Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (2003:252) mengemukakan bahwa ”matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan
185
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X ide mengenai elemen kuantitas”. Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman (2003:252), “matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisme adalah untuk memudahkan berfikir”. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, bahasa simbolis yang memiliki fungsi praktis dan teoritisme. Tujuan mata pelajaran matematika di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajarai matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Menurut Mulyono Abdurrahman (2003:272), prinsip-prinsip pengajaran matematika mencakup: 1) Menyiapkan anak untuk belajar matematika, 2) maju dari konkret ke abstrak, 3) menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang, 4) generalisasi ke situasi baru, 5) menyadari kekuatan dan kelemahan siswa, 6) membangun fondasi yang kokoh tentang konsep dan keterampilan matematika, 7) menyajikan program matematika seimbang, 8) penggunaan kalkulator. Menurut Heruman (2007:02), konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu 1) pemahaman konsep dasar, 2) pemahaman konsep, dan 3) pembinaan keterampilan.
186
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Menurut
Chaplin
(1997:34)
“ability
(kemampuan,
kecakapan,
ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan”. Menurut Robbins (2004:46) “kemampuan merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek”. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability), kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk melakukan suatu perbuatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:707) “ menghitung:
1)
mencari
jumlahnya
(sisanya,
pendapatannya)
dengan
menjumlahkan, mengurangi dan sebagainya, 2) membilang untuk mengetahui berapa jumlahnya, banyaknya). Nyimas Aisyah, dkk (2007: 6-5) berpendapat bahwa “kemampuan menghitung merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari”. Semua aktivitas kehidupan manusia memerlukan kemampuan ini. Menurut David Glover (2004:29) “integer merupakan nama lain dari bilangan bulat. Bilangan bulat dapat berupa bilangan bulat positif seperti 1, 2, 3 dan seterusnya; atau bilangan bulat negatif seperti -1, -2, -3, dan seterusnya. Nol juga merupakan bilangan bulat. (Anonim: 2010) “himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri dari bilangan bulat negatif, nol dan bilangan bulat positif. Himpunan bilangan Bulat (B) adalah B = {.., - 6, -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ... }”. Pengetahuan tentang bilangan cacah belum mampu menjawab masalah yang terdapat dalam matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu para ahli matematika menciptakan bilangan baru yang dikenal dengan bilangan bulat. Muchtar A. Karim, dkk. (1996:179) bahwa hanya dengan memiliki pengetahuan tentang bilangan cacah saja kita belum mampu menjawab masalah baik dalam matematika maupun masalah komputasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, himpunan bilangan cacah memiliki kekurangan. Sebagai contoh, tak ada bilangan cacah yang membuat kalimat “7 + y = 5 “ atau “ 6 + x =
187
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X 0” menjadi pernyataan yang bernilai benar. Contoh lain, “ 3 – 7 = x “ tidak mempunyai jawaban bilangan cacah, maka para ahli menciptakan bilangan bulat. Bertolak dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bilangan bulat adalah gabungan himpunan semua bilangan cacah dan semua bilangan bulat negatif yang tidak mempunyai bagian pecahan yang terdiri dari bilangan bulat positif atau bilangan bulat, yaitu : 1, 2, 3, 4, 5, …., bilangan bulat nol, yaitu 0 dan bilangan bulat negatif , yaitu: { -1, -2, -3, -4, -5, -6, …}. Operasi penjumlahan pada bilangan cacah merupakan aturan yang mengaitkan setiap pasang bilangan cacah dengan bilangan cacah yang lain. Jika a dan b adalah bilangan cacah, maka jumlah dari kedua bilangan tersebut dilambangkan dengan “a + b” yang di baca “a tambah b” atau “jumlah dari a dan b”. Jumlah dari a dan b diperoleh dengan menentukan bilangan cacah gabungan himpunan yang mempunyai sebanyak a anggota dan himpunan yang mempunyai b anggota, asalkan kedua himpunan tersebut tidak mempunyai unsur persekutuan. Jika a dan b bilangan cacah, maka definisi penjumlahan bilangan tersebut a + b. Tetapi bila sedikitnya satu dari a dan b merupakan bilangan bulat negatif, maka definisi penjumlahannya sebagai berikut: 1.
a + (- b) = - (a + b) jika a dan b bilangan bulat tak negatif.
2.
a + (-b) = a – b jika a dan b bilangan bulat tak negatif serta a > b.
3.
a + (-b) = 0 jika a dan b adalah bilangan bulat tak negatif dan a = b.
4.
a + (-b) = - (b – a) jika a dan b adalah bilangan bulat tak negatif dan a < b. Operasi pengurangan bilangan cacah merupakan kebalikan dari operasi
penjumlahan. Bilangan cacah mendefinisikan pengurangan dengan menggunakan penjumlahan. Jika bilangan cacah a dikurangi dengan bilangan cacah b menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan dengan a – b = c), maka operasi penjumlahan yang terkait adalah b + c = a. Bilangan bulat mendefinisikan pengurangan dengan cara yang sama dengan bilangan cacah yaitu dengan penjumlahan. Definisi pengurangan bilangan bulat sebagai berikut: jika a dan b bilangan bulat, yang disebut a - b adalah sebuah bilangan bilangan bulat x yang bersifat b + x = a. Definisi tersebut dapat
188
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X disimpulkan bahwa a – b = x jika dan hanya jika a = b + x. Sifat pengurangan bilangan bulat “jika a dan b bilangan bulat, maka a – b = a + (-b)”. Contoh: 1. (-2) – 3
= -5 sebab 3 + (-5) = -2
2. (-6) – (-2) = -4 sebab (-2) + (-4) = -6 3. 5 – (-2) = 7 sebab 7 + (-2) = 5 Metode Diskusi Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi adalah: “Cara belajar atau mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi. Moh. Surya (1975:107) mendefinisikan diskusi kelompok merupakan suatu proses bimbingan dimana murid-murid akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan masalah bersama. Dalam diskusi ini tertanam pula tanggung jawab dan harga diri. Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi pembelajaran dengan jalan bertukar pikiran baik antara guru dengan siswa, atau siswa dengan siswa. Seiring dengan itu metode diskusi berfungsi untuk memotivasi siswa untuk berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan wawasan pengetahuan yang mampu mencari jawaban atau jalan terbaik. A.
Beberapa Jenis Diskusi 1) Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion) 2) Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) 3) Diskusi Panel
189
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X 4) Brain Storming Group 5) Symposium B.
Syarat-Syarat Pelaksanaan Metode Diskusi Agar dapat disebut sebagai diskusi menurut Winataputra, S.U. (2005:14)
ada beberapa syarat yang harus harus dipenuhi, yaitu: 1) Melibatkan kelompok, yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang. 2) Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal, artinya semua anggota berkesempatan saling melihat, mendengar, serta berkomunikasi secara bebas dan langsung. 3) Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk mencapainya. 4) Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju kepada tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun syarat-syarat pelaksanaan metode diskusi adalah; 1) Pendidik menguasai masalah yang didiskusikan secara utuh, 2) Pokok-pokok masalah yang didiskusikan agar dipersiapkan lebih awal, 3) Memberikan kesempatan secara bebas kepada peserta didik untuk mengajukan pikiran, pendapat atau kritikannya 4) Masalah yang didiskusikan diusahakan agar tetap pada pokoknya. C.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Diskusi Moedjiono,
dkk
(2000:48)
menyebutkan
langkah-langkah
umum
pelaksanaan diskusi sebagai berikut: 1)
Merumuskan masalah secara jelas.
2)
Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas pimpinan diskusi antara lain: (1) mengatur dan mengarahkan diskusi, (2) mengatur "lalu lintas" pembicaraan.
3)
Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.
190
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X 4)
Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
5)
Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap kelompok.
D.
Kelemahan dan Kelebihan Metode Diskusi
1)
Kelebihan Metode Diskusi Menurut Arief. A. (2002: 21), disebutkan bahwa diantara keunggulan metode diskusi adalah antara lain: 1) Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan 2) Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya. 3) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan. 4) Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah. 5) Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik. 6) Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit.
2)
Kelemahan Metode Diskusi Menurut Roetiyah N.K. (1988:23), bahwa kelemahan penggunaan metode diskusi antara lain: 1) Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang. 2) Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari fakta-fakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja. 3) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. 4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal. 5) kadang-kadang ada siswa yang memonopoli pembicaraan, dan ada pula siswa yang pasif.
Cara Mengatasi Kelemahan Diskusi Kelompok Untuk menghindari berbagai permasalahan dalam penggunaan metode diskusi guru hendaknya memperhatikan dan memberi motivasi kepada siswa
191
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X supaya seluruh siswa ikut serta dalam diskusi. Untuk mengatasi kelemahan atau segi negatif dari metode ini, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran. b) Pimpinan diskusi yang diberikan kepada murid, perlu bimbingan dari guru. c) Guru mengusahakan supaya seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi. d) Mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran berbicara, sementara siswa lain belajar mendengarkan pendapat temannya. Kerangka Pemikiran Tindakan yang dilakukan peneliti untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran bilangan bulat. Penggunaaan metode diskusi
yang sesuai dengan
materi dan tingkat
perkembangan siswa dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam melakukan penghitungan bilangan bulat, karena siswa dapat saling bertukar fikiran. Kegiatan siswa dalam berdiskusi dapat mengembangkan keterampilan intelektual dan psikis siswa yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hal tersebut, dengan menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN Baleura. Skema kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan seperti Gambar 1.
192
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru belum menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran
Kemampuan menghitung bilangan bulat rendah Siklus I Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode diskusi
Penggunaan metode diskusi dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
Siklus II Perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi siklus I
Kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat meningkat
Siklus berikutnya
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran II.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD N Baleura, dengan pertimbangan SD N Baleura merupakan tempat penulis bekerja sebagai guru. Sekolah tersebut mengijinkan penulis untuk melakukan kegiatan penelitian, karena adanya permasalahan dalam pembelajaran matematika. Waktu penelitian ini pada tahun
pelajaran 2013/2014
dilaksanakan
selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Mei 2014 sampai dengan bulan Juli 2014. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Baleura, berjumlah 19 siswa yang laki-laki dan 9 siswa perempuan. Sumber Data
193
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan menghitung siswa pada operasi bilangan bulat khususnya penjumlahan dan pengurangan. Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi: a.
Informan atau nara sumber, yaitu siswa kelas IV SD N Baleura.
b.
Aktivitas pembelajaran siswa kelas IV dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat dengan menggunakan metode diskusi.
c.
Dokumen, yang berupa RPP, hasil belajar dan foto kegiatan pembelajaran.
d.
Tes.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Observasi (Pengamatan)
b.
Dokumen
c.
Tes Dalam penelitian ini, tes yang digunakan berupa tes prestasi dengan
menggunakan instrumen berupa soal-soal tes isian. Tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan metode diskusi. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, yang setiap siklusnya tercakup 4 kegiatan/tahap, yaitu (1) perencanaan (2) pelaksanaan (3) observasi dan (4) refleksi. Pelaksanaan pembelajaran dalam satu siklus ada 2 kali pertemuan masing-masing dengan alokasi waktu 2 x 35 menit, sesuai skenario pembelajaran. Untuk lebih jelasnya uraian di atas dapat dilukiskan pada gambar 1.
194
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas
1. Perencanaan
Siklus II 4. Refleksi
2. Pelaksanaan
3. Observasi 1. Perencanaan
Siklus I 4. Refleksi
2. Pelaksanaan
Siklus berikutnya
3. Observasi
Berikut langkah-langkah dari tiap-tiap siklus: Siklus I 1)
Tahap Perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mengenai materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
b.
Merancang pembuatan media pembelajaran berupa media manik-manikyang menunjang pembelajaran.
c.
Menyiapkan soal evaluasi sesuai dengan materi pembelajaran.
d.
Menyusun lembar kegiatan diskusi kelompok.
e.
Menyusun lembar observasi untuk pelaksanaan pembelajaran.
2)
Tahap Pelaksanaan Pelaksanakan proses pembelajaran disesuaikan dengan RPP yang dapat
diuraikan sebagai berikut: a.
Pendahuluan
b.
Kegiatan Inti
c.
Penutup
3)
Tahap Observasi
195
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi dilaksanakan terhadap aktivitas siswa pada saat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pedoman lembar observasi siswa. 4)
Tahap Refleksi Refleksi dilakukan setelah tindakan, untuk mengevaluasi hasil belajar dan
hasil observasi serta menganalisa hasil belajar dan hasil observasi. Kemudian kekurangan yang telah ditemukan maka dibuat rencana perbaikan pada siklus II. Siklus II 1)
Tahap Perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mengenai materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
b.
Menyiapkan soal evaluasi sesuai dengan materi pembelajaran.
c.
Menyusun lembar kegiatan diskusi kelompok.
2)
Tahap Pelaksanaan Pelaksanakan proses pembelajaran disesuaikan dengan RPP yang dapat
diuraikan sebagai berikut: a.
Pendahuluan
b.
Kegiatan Inti
c.
Penutup
3)
Tahap Observasi Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi
dilaksanakan terhadap aktivitas siswa pada saat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pedoman lembar observasi siswa. 4)
Tahap Refleksi Refleksi dilakukan setelah tindakan, untuk mengevaluasi hasil belajar dan
hasil observasi serta menganalisa hasil belajar dan hasil observasi. Analisis ini bertujuan
untuk
mengetahui
kelebihan
dan
kekurangan
dalam
proses
pembelajaran siklus II. Jika pada siklus ini hasil belajar siswa sudah mencapai indikator kinerja yang diinginkan, yaitu 80% siswa telah mendapat nilai lebih dari 60, berarti penelitian telah berhasil oleh karena itu penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Tetapi jika belum mencapai indikator yang
196
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X diinginkan, yaitu siswa dengan nilai di atas 60 belum mencapai 80%, penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Indikator Kinerja Tindakan dianggap berhasil jika ketuntasan individu mencapai 70% dan Tuntas Belajar Klasikal (TBK) mencapai 75% (KKM SDN Bariri), serta aktivitas siswa dan guru telah berada dalam kategori baik atau sangat baik. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam siklus I dan siklus II, penulis melakukan analisa data dan refleksi data. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: Siklus I a.
Perencanaan Sebelum penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, penulis
melaksanakan pra tindakan pada hari kamis tanggal 1 Mei 2014 untuk mengetahui kemampuan siswa tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang akan diajarkan di kelas. Berdasarkan dari hasil nilai yang diperoleh dari pra tindakan, peneliti berupaya melaksanakan perbaikan pembelajaran dalam siklus I. Hasil nilai yang diperoleh dari pra tindakan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Hasil Evaluasi Pra Tindakan Tindakan
Siswa Tuntas
Pra tindakan
5
Peneliti
bersama
observer
Tuntas Belajar
Daya Serap
Klasikal
Klasikal
26,32
57,89
kemudian
menyusun
langkah-langkah
pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir untuk siklus I, dan dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pelaksanaan Kegiatan perbaikan pembelajaran dilakukan dengan metode diskusi. Siswa melakukan
diskusi
bersama
guru
dan
siswa-siswa
lainnya.
Perbaikan
pembelajaran siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk
197
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X melakukan tindakan dan pertemuan kedua untuk melakukan tes. Materi pada tindakan siklus I ini adalah menjumlahkan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Pertemuan 1 Tindakan siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari rabu tanggal 7 Mei 2014 dan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, serta kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru melakukan apersepsi dengan cara mengingatkan kembali penjumlahan bilangan kepada para siswa, kemudian memberikan motivasi. Pada kegiatan inti, guru membagi kelas dalam empat kelompok yang heterogen. Selanjutnya guru berdialog dengan para siswa lalu meminta salah seorang siswa untuk menuliskan penjumlahan dua bilangan bulat positif dan dua bilangan bulat negatif. Kemudian guru dan siswa mendiskusikan tentang penjumlahan bilangan bulat. Setelah berdiskusi, guru kemudian membagikan LKS kepada setiap kelompok serta meminta agar soal di dalam LKS diselesaikan secara berkelompok melalui diskusi antar anggota kelompok. Guru menghimbau agar setiap siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok untuk menyelesaikan soalsoal. Setelah pekerjaan kelompok selesai, guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil kerjanya untuk ditanggapi oleh kelompok lain sehingga terjadi diskusi antar kelompok. Kelompok yang memperoleh hasil yang baik diberikan nilai tertinggi dan diberikan penghargaan oleh guru. Dikegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman dari pelajaran yang telah dilaksanakan. Setelah itu guru dan siswa melakukan refleksi atas hasil pembelajaran dan sebagai penutup guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa secara individu. Pertemuan 2 Pada pertemuan kedua hari kamis tanggal 8 Mei 2014, guru memberikan tes untuk mengukur pemahaman dan hasil perbaikan pembelajaran. Soal yang digunakan sejenis dengan pra tindakan, tujuannya untuk membandingkan hasil
198
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X antara sebelum dan sesudah pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Adapun perolehan hasil tes siklus I dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3. Hasil Evaluasi Tes Siklus I N o
Tindakan
Siswa Tuntas
Siklus I
13
Tuntas Belajar
Daya Serap
Klasikal
Klasikal
68,42
60,53
Dari hasil evaluasi pra tindakan (lampiran 2), siswa yang mengalami ketuntasan hanya 5 siswa (26,32%) saja dari 19 siswa yang ada. Hasil evaluasi tindakan siklus I (lampiran 8), siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 13 siswa (68,42%). Hal ini menunjukkan bahwa dalam siklus I ini mengalami peningkatan yang signifikan karena nilai siswa meningkat. Hasil Observasi Siswa Setelah penulis mengamati dan mencatat seluruh kegiatan siswa dalam perbaikan pembelajaran siklus I ini, diperoleh hasil bahwa pada siklus I masih banyak siswa yang belum aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dinilai dari kegiatan diskusi. Banyak siswa yang sibuk sendiri ketika kegiatan diskusi dilaksanakan. Siswa dalam menjawab pertanyaan guru masih kurang hanya beberapa siswa saja yang antusias dalam merespon pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pemahaman siswa di ukur dari ketuntasan belajar siswa dalam kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I. Aktivitas siswa pada siklus I ini tergolong dalam kategori sangat kurang (lampiran 7). Hasil Observasi Guru Observasi guru pada siklus I ini, dinilai oleh observer dengan menggunakan lembar observasi menggunakan faktor-faktor penilaian yang telah disusun bersama sebelumnya antara peneliti dan observer. Hal ini dilakukan untuk mengukur
kinerja
guru
dalam
pelaksanaan
pembelajaran.
Berdasarkan
pengamatan observer, diperoleh hasil dalam kategori baik dengan persentase 84,37%. Refleksi
199
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Setelah melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran dalam siklus I, selanjutnya penulis melakukan refleksi atas segala tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Adapun hasil yang diperoleh dari keseluruhan kegiatan pembelajaran dalam siklus I sebagai berikut:
Pada saat pelaksanaan metode diskusi yang dilaksanakan dalam kelas, siswa masih banyak yang belum aktif.
Pada saat guru mengajukan pertanyaan tentang apa yang telah dipelajari, siswa banyak yang tidak merespon pertanyaan guru.
Pemahaman siswa dalam siklus ini, diperoleh dari hasil tes akhir yang dilaksanakan diakhir pembelajaran. Hasilnya cukup lumayan dengan dengan peningkatan ketuntasan klasikal dan daya serap klasikal siswa.
Hasil Penelitian Siklus II Dikarenakan peneliti merasa kurang puas atas hasil yang diperoleh pada kegiatan pembelajaran siklus I, penulis merencanakan kembali perbaikan pembelajaran untuk siklus II yang disesuaikan dengan kelemahan dan kekurangan pada siklus I. a.
Perencanaan Berdasarkan dari hasil tes yang diperoleh dari siklus I, peneliti
memperoleh peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan. Walaupun demikian, peneliti kemudian melanjutkan tindakan ke siklus II karena hasil yang diperoleh dirasakan belum maksimal. Pada siklus II ini peneliti menjadikan hasil tindakan siklus I sebagai acuan untuk memulai tindakan siklus II. Pokok bahasan dalam siklus II ini adalah mengurangkan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Sama seperti pada siklus I, pada siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, pertemuan pertama untuk melaksanakan tindakan dan pertemuan kedua untuk memberikan tes kepada siswa. Siklus II juga menggunakan metode diskusi kelompok atau disebut juga dengan masyarakat belajar. Peneliti menggunakan kelompok yang sama seperti pada siklus I. b.
Pelaksanaan
200
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Kegiatan perbaikan pembelajaran dilakukan dengan metode diskusi. Siswa melakukan
diskusi
bersama
guru
dan
siswa-siswa
lainnya.
Perbaikan
pembelajaran siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk melakukan tindakan dan pertemuan kedua untuk melakukan tes. Materi pada tindakan siklus I ini adalah mengurangkan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Pertemuan 1 Tindakan siklus II pertemuan 1 ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 14 Mei 2014 juga dilakukan dalam tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru melakukan apersepsi dengan cara mengingatkan kembali pengurangan bilangan kepada para siswa, kemudian memberikan motivasi. Pada kegiatan inti, guru kembali membagi kelas dalam empat kelompok yang sama dengan siklus I. Selanjutnya guru berdialog dengan para siswa lalu meminta salah seorang siswa untuk menuliskan pengurangan dua bilangan bulat positif dan dua bilangan bulat negatif. Kemudian guru dan siswa mendiskusikan tentang pengurangan bilangan bulat. Setelah berdiskusi, guru kemudian membagikan LKS kepada setiap kelompok serta meminta agar soal di dalam LKS diselesaikan secara berkelompok melalui diskusi antar anggota kelompok. Guru menghimbau agar setiap siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok untuk menyelesaikan soal-soal. Setelah pekerjaan kelompok selesai, guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil kerjanya untuk dan ditanggapi oleh kelompok lain sehingga terjadi diskusi antar kelompok. Kelompok yang memperoleh hasil yang baik diberikan nilai tertinggi dan diberikan penghargaan oleh guru. Dikegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman dari pelajaran yang telah dilaksanakan. Setelah itu guru dan siswa melakukan refleksi atas hasil pembelajaran dan sebagai penutup guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa secara individu. Pertemuan 2
201
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Pada pertemuan kedua hari kamis tanggal 15 Mei 2014, guru memberikan tes untuk mengukur pemahaman dan hasil perbaikan pembelajaran. Adapun perolehan hasil tes siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4. Hasil Evaluasi Tes Siklus II
o
N Tindakan
Siswa Tuntas
Siklus II
17
Tuntas Belajar
Daya Serap
Klasikal
Klasikal
89,47
82,89
Dari hasil evaluasi tindakan siklus II siswa yang mengalami ketuntasan belajar meningkat mencapai 17 orang (89,47%). Hal ini menunjukkan bahwa dalam siklus II ini mengalami keberhasilan karena ketuntasan mengalami peningkatan. Hasil Observasi Siswa Berdasarkan pengamatan dari observer tentang hasil observasi siswa dalam perbaikan pembelajaran siklus II ini, diperoleh hasil bahwa pada siklus II siswa sudah tergolong sangat baik keaktifannya.dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dinilai dari kegiatan siswa melakukan diskusi kelompok di kelas. Pada saat kelompok lain membacakan hasil diskusinya di depan kelas siswa yang lain dengan aktif menanggapi, walaupun masih dengan suasana bermain, tetapi siswa cukup tertarik. Hanya terkadang sulit terkontrol karena siswa tidak mau kalah dengan yang siswa yang lain. Siswa dalam menjawab pertanyaan guru cukup aktif. Hal ini karena guru dalam memberikan pertanyaan jelas dan tidak terfokus dengan satu siswa saja, akan tetapi menyeluruh terhadap siswa yang lain. Jadi siswa merasa lebih dihargai. Nilai persentase dari keaktifan siswa adalah 92,85% dengan kategori sangat baik. Hasil Observasi Guru Pengamatan yang dilakukan observer pada kegiatan guru dalam siklus II ini masuk dalam kategori sangat baik dengan persentase 96,87% (lampiran 11). Refleksi
202
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran dalam siklus II, selanjutnya penulis melakukan refleksi atas segala tindakan yang telah dilakukan pada siklus II. Adapun hasil yang diperoleh dari keseluruhan kegiatan pebelajaran dalam siklus II sebagai berikut:
Pada saat pelaksanaan metode diskusi kelompok yang di lakukan di dalam kelas, siswa sudah terlibat aktif. Siswa tertarik untuk mengungkapkan pendapat mereka. Akhirnya siswa tidak mau kalah dengan siswa yang lain, karena hal inilah terkadang siswa jadi sulit terkontrol.
Pada saat guru mengajukan pertanyaan tentang apa yang telah dipelajari, siswa banyak merespon pertanyaan guru.
Pemahaman siswa dalam siklus ini, diperoleh dari hasil analisis siklus II yang dilaksanakan di akhir pembelajaran. Hasilnya diperoleh peningkatan ketuntasan klasikal dan daya serap klasikal.
Pembahasan Fokus pada perbaikan pembelajaran siklus I ini adalah menjumlahkan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Siswa dibagi per kelompok dan melakukan diskusi untuk menyelesaikan tugas dalam LKS. Banyak siswa yang belum aktif dalam kegiatan ini. Sebagian siswa hanya mengandalkan teman kelompoknya saja. Hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus I ini masuk dalam kategori kurang dengan persentase hanya mencapai 60,71%. Hasil observasi guru berada dalam kategori baik dengan persentase 84,37%. Sedangkan daya serap klasikal hanya 60,53% dan tuntas klasikal 68,42% dengan jumlah siswa tuntas 13 orang dari 19 siswa yang ada. Pada siklus II siswa difokuskan pada materi pengurangan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Siswa dibagi dalam kelompok yang sama pada tindakan siklus I. Sebagian besar siswa sudah tergolong aktif. Hanya saja masih ada siswa yang diam waktu diskusi kelompok berlangsung. Hasil yang diperoleh dalam pengamatan keaktifan siswa siklus II ini naik menjadi 92,85% dengan kategori sangat baik. Observasi terhadap guru juga mengalami peningkatan menjadi 96,87 dengan kategori sangat baik. Ketuntasan siswa meningkat menjadi
203
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X 17 orang yang tuntas belajar dengan persentase 89,47% dan daya serap klasikal turut meningkat menjadi 82,89%. Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi pembelajaran dengan jalan bertukar pikiran baik antara guru dengan siswa, atau siswa dengan siswa. Seiring dengan itu metode diskusi berfungsi untuk memotivasi siswa untuk berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri
mengenai
persoalan-persoalan
yang
kadang-kadang
tidak
dapat
dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan wawasan pengetahuan yang mampu mencari jawaban atau jalan terbaik. Dari hasil penelitian yang diperoleh, terlihat jelas bahwa teori yang dikemukakan di atas sangatlah tepat, karena berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, metode diskusi dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Baleura pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. IV.
PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas siswa kelas IV SDN Baleura Tahun Ajaran 2013/2014 dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Metode diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa belajar matematika pada materi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Hal ini terlihat dari observasi aktivitas siswa pada siklus I adalah 60,71%, dan pada siklus II meningkat menjadi 92,85%. b. Metode diskusi dapat meningkatkan pemahaman siswa belajar matematika pada materi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Terbukti dari daya serap klasikal yang diperoleh pada siklus I adalah 60,53%, dan pada siklus II meningkat menjadi 82,89%.
204
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X c. Metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Terlihat dari ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus I 68,42% dan pada siklus II meningkat menjadi 89,47%. Saran Berdasarkan
kesimpulan
peneliti
terhadap
kegiatan
perbaikan
pembelajaran dalam siklus I dan siklus II yang telah dilakukan, maka dapatlah diambil hikmahnya bagi guru yang lain. Andaikan mengalami hal seperti peneliti, dapatlah menerapkan strategi pembelajaran seperti di atas. Apabila akan menguji hasil penelitian ini, diperlukan penelitian lebih lanjut. Dikarenakan situasi dan kondisi yang ada tidak mungkin sama seperti yang peneliti alami. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan acuan bagi yang mengalami proses pembelajaran seperti peneliti.
205