JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA KOMPETENSI DASAR TEKNOLOGI TRANSPORTASI MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL SISWA KELAS VIII-C SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: Catur Prabandari e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode paired storytelling media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPS Kompetensi Dasar Teknologi Transportasi siswa kelas VIII-C SLB Negeri Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (class action research). Subjek penelitian adalah siswa Kelas VIII-C SLB Negeri Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 8 siswa terdiri dari 3 laki-laki dan 5 perempuan. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanan, observasi, dan refleksi. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode pembelajaran paired storytelling dan tes formatif. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Metode Paired Storytelling dengan Kompetensi Dasar Teknologi Transportasi dapat: 1) meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-C SLB Negeri Surakarta tahun pelajaran 2012/2013; 2) meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran IPS; dan 3) memberi motivasi sehingga siswa tidak merasa takut apabila diberi tugas tampil di depan kelas.
untuk
PENDAHULUAN Dalam upaya mengemban dan mencapai tujuan
pembangunan
nasional
keterampilan
oleh
siswa.
Pentingnya
berbicara
dalam
komunikasi
bidang
diungkapkan oleh Ellis, dkk. (dalam Supriyadi,
pendidikan sangat diperlukan peningkatan dan
2005: 178) bahwa apabila seseorang memiliki
penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan
keterampilan berbicara yang baik, dia akan
nasional, pemanfaatan media belajar, baik
memperoleh
keuntungan
peningkatan tenaga kependidikan, penyesuaian
profesional.
Keuntungan
kurikulum, dan prasarana lainnya. Diantaranya
dengan kegiatan interaksi sosial antar individu.
meningkatkan hasil belajar pembelajaran IPS.
Adapun keuntungan profesional akan diperoleh
Dalam pembelajaran IPS Kompetensi Dasar
sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat
Teknologi
terdapat
pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-
kalimat-kalimat yang hampir sepadan, untuk itu
fakta dan pengetahuan, menjelaskan, menghafal
diperlukan keterampilan berbicara siswa yang
dan
baik untuk menumbuhkan daya ingat dan
Keterampilan berbahasa lisan tersebut akan
hafalan siswa.
memudahkan
Transportasi
banyak
di
dikuasai
Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting
menyebutkan
siswa
serta
sosial sosial
maupun berkaitan
mendeskripsikan.
berkomunikasi
dan
mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain (Nurhadi, 1995: 342).
Catur Prabandari-Paired Storytelling Senada dengan pendapat di atas, Galda
ini dilakukan oleh guru masih kurang optimal.
(dalam Supriyadi, 2005: 178) berpendapat
Hal ini diindikasikan oleh beberapa fakta
bahwa keterampilan berbicara merupakan inti
berikut.
dari proses pembelajaran di sekolah karena
Guru sulit menugasi siswa untuk tampil
dengan kemampuan berbicara siswa dapat
di depan kelas. Kendala ini dialaminya sewaktu
berkomunikasi di dalam maupun di luar kelas
menghadapi siswa yang merasa takut apabila
sesuai dengan perkembangan jiwanya. Dengan
diberi tugas tampil di depan kelas. Pada
kata lain, melalui praktik berbicara, siswa akan
umumnya, siswa yang tidak berani tampil
dilatih keberaniannya untuk menyebutkan di
tersebut
depan umum dan dituntut terampil berbicara
beberapa masalah sewaktu tampil bercerita,
guna
seperti takut, lupa, dan grogi sewaktu bercerita
mengekspresikan
pengetahuan
serta
adalah
pengalamannya secara lisan, menyalurkan daya
di
emosional
keterampilan
dan
imajinasi
siswa,
serta
mengembangkan daya apresiasi siswa terhadap
depan
siswa
yang
mengalami
teman-temannya. berbicara
Akibatnya,
siswa
tidak
dikembangkan secara optimal.
materi sesuai dengan perkembangan jiwanya.
Pada umumnya, siswa yang tampil
Pendapat Galda ini diperkuat oleh Farris (dalam
adalah siswa yang mempunyai keberanian lebih
Supriyadi, 2005: 179) yang menyatakan bahwa
dibandingkan
pembelajaran keterampilan berbicara penting
Keberanian mereka tampil bercerita yang
diajarkan karena dengan keterampilan berbicara
berbeda-beda tersebut disebabkan oleh potensi
seorang siswa akan mampu mengembangkan
keterampilan
kemampuan
bervariasi. Ada sejumlah siswa yang sudah
berpikir,
menyebutkan,
membaca,
menghafal
dan
menulis, menyimak.
mampu
teman-temannya
bercerita
menyatakan
yang
mereka
keinginan,
lain.
relatif
perasaan
Kemampuan berpikir tersebut akan terlatih
senang, perasaan sedih, perasaan sakit, atau
ketika
perasaan letih secara lancar. Pada sebagian
mereka
mengonsepkan,
mengorganisasikan,
mengklarifikasikan,
dan
siswa yang lain, ada yang belum mampu
menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide
menyatakan pendapatnya secara runtut, bahkan
kepada orang lain secara lisan.
di
antaranya
ada
yang
gagap
dalam
Akan tetapi, pada kenyataannya siswa
menyampaikan pendapat dan perasaannya.
kelas VIII-C SLB Negeri Surakarta pada
Sebagaimana disebutkan oleh Djago Tarigan
Pelajaran IPS Kompetensi Dasar Teknologi
(1992: 143), ada sejumlah siswa masih merasa
Transportasi tergolong rendah. Berdasarkan
takut berdiri di hadapan teman sekelasnya.
hasil
dapat
Bahkan tidak jarang terlihat beberapa siswa
mampu
berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa yang
menghafal dan menyebutkan kalimat-kalimat
akan dikatakan apabila ia berhadapan dengan
asing
sejumlah siswa lainnya.
diskusi
dinyatakan
dengan
bahwa
dengan
guru
siswa
runtut,
kelas,
belum
baik,
dan
benar.
Keterampilan berbicara yang belum memadai tersebut disebabkan pembelajaran yang selama
Fakta di atas menunjukkan kualitas proses
dan
hasil
pembelajaran
yang
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 dilaksanakan guru masih kurang optimal. Oleh
dalam
karena
mereka dapat saling memotivasi dan memberi
itu,
dalam
pembelajaran
IPS
suasana
yang
Kompetensi Dasar Teknologi Transportasi
rasa
dibutuhkan perbaikan yang dapat mendorong
menyebutkan materi hafalan.
siswa secara keseluruhan agar aktif tampil di depan kelas. Adapun upaya
percaya
diri
kooperatif sehingga
sewaktu
berbicara
Dari uraian di atas, peneliti terdorong
yang dapat
untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas
dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses
sebagai usaha perbaikan hasil pembelajaran IPS
belajar mengajar adalah dengan menggunakan
Kompetensi Dasar Teknologi Transportasi
metode paired storytelling yang memberi
dengan menerapkan metode paired storytelling
kesempatan kepada siswa untuk tampil di
media audio visual.
hadapan teman-temannya secara berpasangan.
Bertitik tolak dari latar belakang di atas
Metode ini merupakan salah satu model
maka penulis merumuskan permasalahnnya
pembelajaran kooperatif. Dengan metode ini,
sebagai berikut: “Apakah penerapan metode
guru dapat mengefektifkan waktu pembelajaran
paired storytelling media audio visual dapat
karena siswa diminta tampil di depan kelas
meningkatkan hasil belajar IPS Kompetensi
dengan salah seorang temannya. Sebagaimana
Dasar Teknologi Transportasi siswa kelas VIII-
penelitian yang dilakukan oleh Perdy Karuru
C SLB Negeri Surakarta Tahun Pelajaran
(2003: 803-804) bahwa guru akan terlatih
2012/2013?”
mengoperasikan
dengan
perangkat
Sesuai dengan permasalahan di atas,
pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui
ditentukan dengan pembelajaran kooperatif.
penerapan metode paired storytelling media
Keunggulan
lain
baik
metode
paired
audio visual dapat meningkatkan hasil belajar
storytelling dalam proses pembelajaran adalah
IPS Kompetensi Dasar Teknologi Transportasi
siswa tampil di depan kelas secara berpasangan
siswa kelas VIII-C SLB Negeri Surakarta
sehingga diharapkan siswa tidak merasa takut,
Tahun Pelajaran 2012/2013.
malu, ataupun lupa dengan apa yang akan
Belajar adalah sesuatu kegiatan yang
disampaikan. Dengan demikian, mereka dapat
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
saling memotivasi dan menumbuh kembangkan
Kegiatan belajar dapat berlangsung di mana-
kerja sama dan kekompakkan pada diri siswa.
mana, misalnya di lingkungan keluarga, di
Berkaitan dengan hal ini, Lisa Nugraha, Anita
sekolah dan di masyarakat, baik disadari
Lie, dan Monica Santoso (1996: 1) menerapkan
maupun tidak disadari, disengaja atau tidak
metode ini untuk pembelajaran Bahasa Inggris
disengaja.
di Perguruan Tinggi, hasilnya adalah siswa
Menurut WS. Winkel (1989: 36) yang
bekerja sama dalam suasana pembelajaran
dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono belajar
kooperatif sehingga prestasi mereka menjadi
adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
meningkat. Mereka
menambahkan bahwa
berlangsung dalam suatu interaksi aktif dengan
peningkatan tersebut disebabkan siswa belajar
lingkungan yang menghasilkan perubahan-
Catur Prabandari-Paired Storytelling perubahan dalam pengetahuan, pengalaman,
gerak), 3) Ketepatan (melakukan gerak dengan
ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini
benar), 4) Perangkaian (melakukan beberapa
relatif konstan dan berbekas (TIM MKDK IKIP
gerakan
Semarang, 2000: 4).
Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
Belajar merupakan proses internal yang
sekaligus
dengan
benar),
5)
Sedangkan ranah afektif terdiri dari lima
kompleks. Yang terlibat dalam proses internal
tingkatan
tersebut adalah seluruh mental yang meliputi
menerima, sadar akan adanya sesuatu), 2)
ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Merespon (aktif berpartisipasi), 3) Penghargaan
Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-
(menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai
ranah tersebut tertuju pada bahan belajar
tertentu), 4) Pengorganisasian (menghubung-
tertentu. Hubungan tujuan pembelajaran, proses
hubungkan nilai-nilai yang dipercaya) dan 5)
belajar, dan ikhwal yang terjadi pada siswa
Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai
dalam
bagian dari pola hidup).
rangka
kemandirian.
Dengan
mengadaptasi (Fleishman 7 Quaintance. 1984:
yaitu,
Metode
1)
Pengenalan
paired
(ingin
storytelling
173: Bell Gredler. 1991: Winkel. 1991: Monks.
dikembangkan sebagai pendekatan interaktif
Knoers. Siti Rahayu. 1989).
antara siswa, guru, dan bahan pengajaran
Menurut Woordworth dalam Ismiyahni
(Anita Lie, 2005: 71). Ditambahkannya, guru
2000, “hasil belajar merupakan perubahan
yang
tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar”.
pembelajarannya
Woordworth juga mengatakan bahwa hasil
skemata atau latar belakang pengalaman siswa
belajar adalah kemampuan aktual yang diukur
dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini
secara langsung. Hasil pengukuran belajar
agar
inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh
bermakna. Dalam laporan penelitiannya yang
tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah
berjudul Paired Storytelling: An Integrated
dicapai. Bloom merumuskan hasil belajar
Approach for Bilingual and English as a
sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi
Second Language Students, Anita Lie (1994:
domain (ranah) kognitif, ranah afektif dan
3) mengatakan bahwa paired storytelling
ranah psikomotorik. (Winkel dalam Ismiyahni
bertujuan untuk membantu siswa mengaktifkan
2000).
skemata
Dalam ranah kognitif, hasil belajar tersusun dalam enam tingkatan. Enam tingkatan
menggunakan
bahan
metode
harus
pembelajaran
kebudayaan
memaksimalkan
yang
ini
dalam
memperhatikan
menjadi
sesuai
pemahaman
lebih
untuk secara
keseluruhan.
tersebut ialah, 1) Pengetahuan atau ingatan, 2)
Dalam kegiatan pembelajaran dengan
Pemahaman, 3) Penerapan, 4) Sintesis, 5)
metode paired storytelling, siswa dirangsang
Analisis dan 6) Evaluasi. Adapun ranah
untuk mengembangkan kemampuan berpikir
psikomotorik terdiri dari lima tingkatan yaitu,
dan berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka
1) Peniruan (menirukan gerak), 2) Penggunaan
akan dihargai sehingga siswa merasa makin
(menggunakan
terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa
konsep
untuk
melakukan
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong
dan
mempunyai
banyak
Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau
kesempatan untuk mengolah informasi dan
pengantar.
meningkatkan
pembelajaran
keterampilan
berkomunikasi.
Banyak yang
pakar
tentang
media
memberikan
batasan
Anita Lie (2005: 71) menjelaskan bahwa
tentang pengertian media. Menurut EACT yang
metode ini dapat digunakan untuk semua
dikutip oleh Rohani (1997: 2) “media adalah
tingkatan usia anak didik.
segala bentuk yang dipergunakan untuk proses
Metode paired storytelling ini dapat digunakan
dalam
menulis,
media menurut Djamarah (1995: 136) adalah
membaca, mendengarkan, dan berbicara (Anita
“media adalah alat bantu apa saja yang dapat
Lie, 2005: 71). Berdasarkan hal tersebut,
dijadikan
metode
mencapai tujuan pembelajaran”.
ini
pembelajaran
pembelajaran
penyaluran informasi”. Sedangkan pengertian
dapat IPS.
diterapkan Dengan
dalam
metode
ini,
sebagai
Selanjutnya
penyalur
pesan
ditegaskan
guna
oleh
pembelajaran yang bersifat hafalan dalam
Purnamawati dan Eldarni (2001: 4) yaitu:
kompetensi dasar teknologi transportasi yang
“media adalah segala sesuatu yang dapat
ditugaskan
digunakan untuk menyalurkan pesan dari
kepada
siswa
menjadi
lebih
menarik. Siswa akan dibagi dalam kelompok
pengirim
berpasangan
kalimat-
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kalimat asing yang pernah dibacanya di depan
minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi
kelas.
proses belajar”.
untuk
membacakan
Penerapan metode paired storytelling di
ke
penerima
sehingga
dapat
Media pembelajaran sebagai alat bantu
kelas dilakukan dengan perencanaan
yang
dalam proses belajar dan pembelajaran adalah
menekankan
yang
suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri
kooperatif. Selama proses pembelajaran siswa
keberadaannya. Karena memang gurulah yang
diharuskan bekerja sama untuk melengkapi
menghendaki untuk memudahkan tugasnya
tugas yang diberikan oleh guru. Kegiatan ini
dalam menyampaikan pesan-pesan atau materi
bisa dilakukan dalam batas waktu yang singkat
pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar
maupun lama. Hal ini mengandung pengertian
bahwa tanpa bantuan media, maka materi
bahwa
pembelajaran
pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami
kooperatif dalam satu waktu tertentu dan
oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang
seiring dengan perkembangannya guru bisa
rumit dan komplek.
pada
guru
pembelajaran
menerapkan
melakukan improvisasi dan memadukannya dengan beberapa teknik yang lain. Masingmasing guru harus menyesuaikan dengan
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
merupakan
penelitian
kondisi dan situasi kelas agar penerapan
tindakan (action research), karena penelitian
metode
dilakukan
paired
diefektifkan.
storytelling
dapat
lebih
untuk
memecahkan
masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
Catur Prabandari-Paired Storytelling termasuk
penelitian
menggambarkan
deskriptif,
bagaimana
suatu
sebab
kegiatan pembelajaran dalam sebuah kelas
teknik
secara
sengaja Dia
dimunculkan
dan
menjelaskan
secara
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil
bersama.
bahwa
yang
yang diinginkan dapat dicapai.
dimaksud kelas dalam penelitian ini bukanlah
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik
arti secara sempit, yaitu ruangan, namun lebih
Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian
pada sekelompok peserta yang sedang belajar.
tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru
Jadi, penelitian tindakan kelas merupakan
sebagai
penelitian yang memberikan tindakan dalam
peneliti;
(b)
penelitian
tindakan
kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d)
pembelajaran dan dilakukan di kelas.
administrasi sosial eksperimental. Dalam
penelitian
PTK
tindakan
ini
memiliki
ciri
khusus
yang
membedakan dengan jenis penelitian lain.
menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,
Berkaitan
penanggung jawab penuh penelitian ini adalah
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi
guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini
(2007:
adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran
karakteristik PTK tersebut, antara lain: (1)
di kelas dimana guru secara penuh terlibat
adanya tindakan yang nyata yang dilakukan
dalam penelitian mulai dari perencanaan,
dalam situasi yang alami dan ditujukan untuk
tindakan, pengamatan, dan refleksi.
menyelesaikan
Penelitian ini di laksanakan di Kelas
dengan
62)
ciri
khusus
menjelaskan
masalah,
tersebut,
ada
(2)
beberapa
menambah
wawasan keilmiahan dan keilmuan, (3) sumber
VIII-C SLB Negeri Surakarta Semester 1
permasalahan
Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini
dialami
dilaksanakan pada bulan Agustus s.d November
permasalahan yang diangkat bersifat sederhana,
2012
pelajaran
nyata, jelas, dan penting, (5) adanya kolaborasi
2012/2013. Subjek penelitian adalah siswa-
antara praktikan dan peneliti, (6) ada tujuan
siswi Kelas VIII-C SLB Negeri Surakarta
penting
Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 8
meningkatkan
siswa terdiri dari 3 laki-laki dan 5 perempuan.
keputusan
semester
Penelitian
ganjil
ini
tahun
berbentuk
Penelitian
berasal
guru
dalam
dalam
dari
masalah
pembelajaran,
pelaksanaan profesionalisme
kelompok,
yang
PTK,
(4)
yaitu
guru,
bertujuan
ada untuk
meningkatkan dan menambah pengetahuan.
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kemmis
Prinsip utama dalam PTK adalah adanya
(dalam Rochiati Wiriaatmaja, 2006: 12), PTK
pemberian tindakan yang diaplikasikan dalam
adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang
siklus-siklus yang berkelanjutan. Siklus yang
dilakukan secara kemitraan mengenai situasi
berkelanjutan tersebut digambarkan sebagai
sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk
suatu proses yang dinamis. Dalam siklus
meningkatkan
tersebut, penelitian tindakan diawali dengan
rasionalitas
dan
keadilan.
Selanjutnya, Suharsimi Arikunto, Suhardjono,
perencanaan
dan Supardi (2007: 3) mendefinisikan PTK
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi,
sebagai suatu tindakan yang dilakukan terhadap
2007:
104).
tindakan
Tahap
(Planning)
berikutnya
(dalam
adalah
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan
dicapai,
(observing) dan refleksi (reflecting). Keempat
kemampuan pemahaman konsep klasifikasi
aspek tersebut berjalan secara dinamis dan
makhluk hidup. Tes formatif ini diberikan
merupakan momen-momen dalam bentuk spiral
setiap
yang terkait dengan perencanaan, tindakan,
diberikan adalah pilihan guru (objektif).
pengamatan, dan refleksi. PTK merupakan
digunakan
akhir
putaran.
Data-data
yang
untuk
Bentuk
mengukur
soal
diperlukan
yang
dalam
penelitian yang bersiklus. Artinya, penelitian
penelitian ini diperoleh melalui observasi
ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan
pengolahan
sampai tujuan penelitian dapat tercapai.
storytelling dan tes formatif. Untuk mengetahui
metode
pembelajaran
paired
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
keefektifan suatu metode dalam kegiatan
siklus yang terdiri dari kegiatan: 1) Rencana
pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada
(perencanaan tindakan): menerapkan metode
penelitian ini menggunakan teknik analisis
paired storytelling dalam pembelajaran IPS
deskriptif
kualitatif,
Kompetensi
penelitian
yang
dasar
Teknologi
Transportasi
yaitu
bersifat
suatu
metode
menggambarkan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa; 2)
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang
Tindakan (pelaksanaan tindakan): pelaksanaan
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui
metode paired storytelling dalam pembelajaran;
hasil belajar yang dicapai siswa juga untuk
3) Observasi (observasi dan interpretasi):
memperoleh respon siswa terhadap kegiatan
mengamati proses penerapan metode paired
pembelajaran serta aktivitas siswa selama
storytelling; dan 4) Refleksi (analisis dan
proses pembelajaran.
refleksi):
mengidentifikasi
dan
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan
kelebihan penerapan metode paired storytelling
atau persentase keberhasilan siswa setelah
yang telah dilakukan pada siklus I ke siklus II,
proses belajar mengajar setiap putarannya
dan seterusnya.
dilakukan dengan cara memberikan evaluasi
Instrumen
yang
kelemahan
digunakan
dalam
penelitian ini terdiri dari: 1) Silabus, yaitu
berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
seperangkat rencana dan pengaturan tentang
Analisis
ini
dihitung
dengan
kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas, serta
menggunakan statistik sederhana yaitu: 1)
penilaian
Rencana
untuk menilai ulangan atau tes formatif; dan 2)
Pembelajaran (RP), yaitu merupakan perangkat
untuk ketuntasan belajar. Peneliti melakukan
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman
penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang
putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi
ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-
dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
rata tes formatif dapat dirumuskan:
hasil
belajar;
2)
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar; dan 3) Tes formatif, tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan
X=
∑X ∑N
Catur Prabandari-Paired Storytelling Dengan
benar. Keterampilan berbicara yang belum
X
= Nilai rata-rata
memadai tersebut disebabkan pembelajaran
ΣX
= Jumlah semua nilai siswa
yang selama ini dilakukan oleh guru masih
ΣN
= Jumlah siswa
kurang optimal. Hal ini diindikasikan oleh
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu
beberapa fakta berikut.
klasikal.
Guru sulit menugasi siswa untuk tampil
belajar
di depan kelas. Kendala ini dialaminya sewaktu
mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994),
menghadapi siswa yang merasa takut apabila
yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila
diberi tugas tampil di depan kelas. Pada
telah mencapai skor 60% atau nilai 6.0, dan
umumnya, siswa yang tidak berani tampil
kelas disebut tuntas belajar bila di kelas
tersebut
tersebut terdapat 75% yang telah mencapai
beberapa masalah sewaktu tampil bercerita,
daya serap lebih dari atau sama dengan 75%.
seperti takut, lupa, dan grogi sewaktu bercerita
Untuk
di
secara
perorangan
Berdasarkan
dan
petunjuk
menghitung
secara
pelaksanaan
persentase
ketuntasan
adalah
depan
keterampilan
belajar digunakan rumus sebagai berikut:
siswa
yang
mengalami
teman-temannya. berbicara
Akibatnya,
siswa
tidak
dikembangkan secara optimal.
P=
Siswa
yang tuntas belajar
Siswa
Pada umumnya, siswa yang tampil
x100
adalah siswa yang mempunyai keberanian lebih dibandingkan
Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yakni: 1) perencanaan, 2) tindakan,
3)
observasi
yang
lain.
Keberanian mereka tampil bercerita yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
pelaksanaan
teman-temannya
dan
interpretasi, serta 4) analisis dan refleksi. Deskripsi Prasiklus Pembelajaran IPS siswa kelas VIII-C SLB Negeri Surakarta belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Ini terbukti dari hasil belajar IPS siswa secara individual masih banyak yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas, dapat dinyatakan bahwa siswa belum mampu menghafal dan menyebutkan kalimatkalimat yang sepadan dengan runtut, baik, dan
berbeda-beda tersebut disebabkan oleh potensi keterampilan
bercerita
mereka
relatif
bervariasi. Ada sejumlah siswa yang sudah mampu
menyatakan
keinginan,
perasaan
senang, perasaan sedih, perasaan sakit, atau perasaan letih secara lancar. Pada sebagian siswa yang lain, ada yang belum mampu menyatakan pendapatnya secara runtut, bahkan di
antaranya
ada
yang
gagap
dalam
menyampaikan pendapat dan perasaannya. Sebagaimana disebutkan oleh Djago Tarigan (1992: 143), ada sejumlah siswa masih merasa takut berdiri di hadapan teman sekelasnya. Bahkan tidak jarang terlihat beberapa siswa berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa yang akan dikatakan apabila ia berhadapan dengan sejumlah siswa lainnya.
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 Tabel 1.
Ketuntasan Nilai Akhir siswa kelas
indikator pembelajaran yang akan dicapai. 3)
VIII-C
Guru mengelompokkan siswa berdasarkan
SLB
Negeri
Surakarta
sebagai data awal Kategori Tuntas Belum Tuntas
perbedaan prestasi keterampilan bercerita; 4)
Frekuensi 2 6
Prosentasi 25% 75%
Keadaan awal diperoleh dari hasil tes. Siswa yang belum mencapai ketuntasan dalam pembelajaran berjumlah 6 anak (75% dari jumlah siswa) sedangkan yang tuntas adalah 2 anak (25% dari jumlah siswa. Rata-rata nilai ulangan kelas VIII-C SLB Negeri Surakarta
Kegiatan
perencanaan
tindakan
I
dilaksanakan pada hari Senin, 24 September 2012 di ruang kelas VIII-C SLB Negeri Surakarta.
Peneliti
dan
guru
kelas
mendiskusikan rencana tindakan yang akan dalam
proses
disepakati
penelitian
bahwa
ini.
pelaksanaan
tindakan pada siklus I akan dilaksanakan dalam waktu
satu
kali
pertemuan.
Adapun
pelaksanaannya akan dilakukan pada hari Rabu, 26 September 2012 sesuai dengan jadwal pelajaran IPS. Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah menceritakan VCD berseri dengan tema Teknologi Transpotasi. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah berikut ini. 1) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada
siswa
tentang
pengalaman
siswa
berkenaan dengan tema, seperti: apakah mereka pernah
masing-masing
kelompok
untuk melakukan pengamatan terhadap VCD berseri yang telah disediakan oleh guru dan mendiskusikan kata-kata atau frasa untuk dikembangkan
menjadi
paragraf
yang
merupakan isi VCD berseri. Guru memandu siswa untuk mereka-reka isi ceritanya; 5) Guru menugasi masing-masing kelompok tersebut untuk menceritakan cerita VCD berseri tersebut
dan dapat saling melengkapi ceritanya; 6) Guru
Deskripsi Siklus 1
Kemudian,
menugasi
di depan teman-temannya secara bergantian
adalah 50,00.
dilakukan
Guru
melihat
sarana
transpotasi?
Diklasifikasikan jenis apa transportasi tersebut. 2) Guru menjelaskan kompetensi dasar dan
menugasi siswa yang tidak tampil untuk mengamati kelompok siswa yang sedang tampil bercerita; 7) Guru menilai kegiatan bercerita dengan lembar penilaian unjuk kerja; 8) Guru dan siswa mendiskusikan kesimpulan terhadap hasil pembelajaran dan memberi tahu 3 besar nilai yang terbaik dari kelompok siswa; dan 9) Guru mengakhiri dengan memberi tugas (PR) untuk pertemuan berikutnya. Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan
pembelajaran
di
kelas.
Adapun
peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif. Adapun hasil penilaian pembelajaran IPS Materi
Teknologi
Transportasi
siswa
berdasarkan nilai tes siswa pada siklus I dapat disimpulkan bahwa siswa yang telah mencapai batas ketuntasan, yaitu yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 60 sebesar 75 % (6 siswa), sedangkan yang belum tuntas adalah 2 anak (25% dari jumlah siswa). Rata-rata nilai ulangan kelas VIII-C SLB Negeri Surakarta adalah 60,00.
Catur Prabandari-Paired Storytelling Tabel 2. Nilai tes siswa kelas VIII-C SLB
memberi pertanyaan kepada siswa yang ramai
Negeri Surakarta pada siklus I
agar mereka juga ikut aktif dalam kegiatan
Ketuntasan
Frekuensi
Prosentase
Tuntas Belum Tuntas
6 2
75 % 25 %
belajar mengajar dan merasa diperhatikan oleh guru; 2) Untuk mendorong siswa agar secara sukarela
mau
mengemukakan
pendapat,
menjawab pertanyaan, dan berani maju di Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru terlihat dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: 1) Posisi guru lebih banyak di depan kelas dan duduk di kursi pada waktu mengajar, sehingga ia tidak dapat memonitor siswa yang duduk di bagian belakang; dan 2) Guru masih belum bisa membangkitkan semangat siswa untuk berani di depan kelas.
dapat diidentifikasi beberapa kelemahan, yaitu: 1) Pada awal pembelajaran IPS, kekompakkan dalam kelompok belum terjalin atau masih rendah; 2) Siswa belum berani tampil bercerita secara sukarela; 3) Kelancaran bercerita belum muncul pada awal pembelajaran. Sebagian siswa
mengulang
reward dan feedback kepada siswa, misalnya berupa pujian seperti: bagus sekali, baik sekali, tepat sekali, bagus, dan sebagainya ataupun dengan
memberi
nilai
tambahan
kepada
kelompok siswa yang tampil bagus; 3) Masalah kekompakkan dalam kelompok, dapat diatasi dengan guru memberikan penjelasan kepada
Selanjutnya, kelemahan dari sisi siswa
besar
depan kelas, sebaiknya guru memberikan
kata-kata
yang
diucapkannya, seperti lalu, kemudian, saya, dan sebagainya; 4) Siswa lain yang sedang tidak tampil mengganggu temannya yang sedang tampil, bahkan ada yang berbicara dengan temannya yang lain dan membuat gaduh; 5) Siswa yang belum mencapai batas ketuntasan sebesar 25 %; dan 6) mayoritas siswa bercerita dengan suara pelan sehingga siswa bagian belakang tidak bisa mendengarnya. Berdasarkan hasil observasi tersebut, dilakukan analisis dan refleksi sebagai berikut. 1) Guru tidak hanya berada di depan kelas dan duduk di kursi saat memberikan penjelasan kepada siswa. Guru juga harus memonitor siswa yang berada di kursi bagian belakang dan
siswa tujuan dan keharusan bekerja sama dalam sebuah
kelompok.
Penjelasan
dilakukan
dengan
cara
kelompok
untuk
tampil
ini
meminta bercerita
dapat kepada secara
kompak serta bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar; 4) Untuk masalah kelancaran, dapat diatasi dengan guru memberi penjelasan kepada siswa bahwa pengulangan kata yang tidak perlu sebaiknya ditinggalkan. Untuk itu, siswa harus memahami dengan baik cerita yang dibuatnya agar sewaktu tampil tidak lupa sehingga tampilnya
tidak dapat
mengulang
kata.
Teman
membantunya
untuk
mengingat bagian kalimat yang terlupakan. Hal ini akan membantu dan memotivasi siswa yang kurang lancar untuk bercerita lebih lancar lagi; 5) Untuk mengatasi siswa yang mengganggu siswa lain yang sedang tampil atau membuat gaduh kelas, siswa diberi motivasi yang lebih untuk memperhatikan siswa lain yang sedang tampil. Setelah itu, siswa akan diajak guru untuk mengevaluasi penampilan kelompok yang baru saja tampil; dan 6) Guru memotivasi
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 siswa untuk bersuara keras dan memberitahu
mereka baca dengan tema sesuai dengan
siswa bahwa suara mereka direkam agar
kompetensi dasar yang ingin dicapai.
mereka lebih termotivasi untuk mengeraskan
Pada pelaksanaan siklus terakhir ini,
suaranya.
dilakukan selama satu kali pertemuan dengan
Deskripsi Siklus II
alokasi waktu tiga jam karena siswa sudah
Peneliti dan guru kelas mengadakan
terbiasa bercerita
di depan kelas secara
diskusi. Dalam kesempatan kali ini, peneliti
berpasangan dan materi kali ini dianggap
menyampaikan analisis hasil observasi terhadap
mudah karena siswa hanya meringkasnya
pembelajaran IPS yang dilakukan pada siklus I.
dengan bahasa mereka sendiri.
Peneliti menyampaikan segala kelebihan dan
Peneliti mengamati proses pembelajaran
kelemahan selama proses pembelajaran pada
IPS dengan metode paired storytelling di kelas
siklus I.
VIII-C
Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang
ada,
peneliti
Surakarta.
Peneliti
mengambil posisi di belakang kelas agar keberadaannya tidak mengganggu jalannya
mengambil keputusan sebagai berikut. 1)
proses pembelajaran. Pada pelaksanaan proses
Menunjuk kelompok siswa yang tampil secara
pembelajaran IPS
acak. Dengan demikian, semua siswa akan
storytelling, guru mengajarkan materi dengan
menyiapkan diri untuk tampil berani ke depan;
tema Teknologi Transpotasi, misalnya: Apakah
2) Guru memutarkan kaset VCD rekaman pada
teknologi transpotasi itu?; Sebutkan klasifikasi
tindakan kedua sebelum mereka tampil di
teknologi transpotasi itu?; Apa tujuan teknologi
depan kelas dan memberi feedback terhadap
transpotasi?;
isinya. Selain itu, guru juga selalu memotivasi
transportasi
siswa untuk bersuara keras dan memberitahu
apersepsi kepada siswa
siswa bahwa suara mereka direkam. Dengan
beberapa pertanyaan sesuai dengan tema
demikian,
pembelajaran hari itu. Setelah selesai, mereka
diharapkan untuk
siswa
dan
Negeri
guru
termotivasi
akhirnya
SLB
akan
mengeraskan
lebih volume
suaranya.
dengan metode paired
Sebutkan yang
dikelompokkan
ada?.
secara
sarana-sarana Guru
memberi
dengan
memberi
berpasangan
dan
meminta mereka untuk mengulang kembali
Pada tindakan II ini dilaksanakan selama
tema Teknologi Transpotasi. Setelah itu, siswa
satu kali pertemuan dengan alokasi waktu tiga
mendiskusikan isi tema untuk dibuat menjadi
jam pelajaran (3 x 35 menit) pada hari Rabu, 17
dua paragraf dengan bahasa mereka sendiri.
Oktober 2012 di ruang kelas VIII-C SLB
Setelah selesai membaca, guru menugasi
Negeri Surakarta. Sesuai dengan RPP pada
seorang siswa membuat kata kunci dari dua
siklus II ini, pembelajaran dilakukan oleh guru
paragraf
kelas, sedangkan peneliti melakukan observasi
menjadi satu paragraf. Siswa yang lainnya juga
terhadap proses pembelajaran. Materi pada
membuat kata kunci dari paragraf berikutnya
pelaksanaan tindakan II ini adalah menghafal
dan menyusunnya menjadi paragraf yang baru.
dan menceritakan kembali bacaan yang telah
Versi tema yang mereka susun dapat berbeda
kemudian
mengembangkannya
Catur Prabandari-Paired Storytelling dari bahan yang mereka baca. Setelah itu siswa
Dari deskripsi proses pembelajaran
diminta mendiskusikan hasil paragraf yang
yang dilakukan oleh guru di atas, dapat
telah mereka susun menjadi suatu cerita yang
disimpulkan bahwa guru telah melaksanakan
runtut.
pembelajaran
Semua
siswa
aktif
berdiskusi,
sedangkan guru berjalan mengelilingi siswa
sesuai
dengan
rencana
pembelajaran yang telah disusun.
dan membimbing mereka yang mengalami
Adapun hasil penilaian pembelajaran
kesulitan. Selama proses diskusi, guru selalu
IPS Materi Teknologi Transportasi siswa
memotivasi siswa untuk tampil menyebutkan
berdasarkan nilai tes siswa pada siklus II dapat
dengan lancar, kerja sama, dan suara yang
disimpulkan bahwa siswa yang telah mencapai
keras.
batas ketuntasan, yaitu yang memperoleh nilai Selama
siswa
lebih dari atau sama dengan 60 sebesar 100 %
berdiskusi, guru meminta mereka tampil di
(8 siswa), sedangkan yang tidak tuntas adalah 0
depan
hasil
anak (0% dari jumlah siswa. Rata-rata nilai
Sebelum
ulangan kelas VIII-C SLB Negeri Surakarta
kelas
diskusinya mereka
dua
untuk
secara
tampil
puluh
menit
menceritakan
berpasangan. di
depan
kelas,
guru
adalah 68,75. Jadi penelitian tindakan kelas
memutarkan kaset VCD rekaman pada siklus
pada siklus II dinyatakan berhasil karena siswa
satu dengan tema Teknologi Transportasi.
yang telah mencapai standar ketuntasan diatas
Semua siswa antusias mendengarkan rekaman
75%.
yang diputarkan oleh guru. Setelah itu, guru meminta mereka untuk bercerita dengan suara
Tabel 3. Nilai tes siswa kelas VIII-C SLB
yang keras agar bisa terekam dengan jelas.
Negeri Surakarta pada siklus I
Kemudian, guru menawarkan kepada siswa siapa yang berani tampil ke depan untuk menceritakan kembali. Ada beberapa kelompok yang tampil secara mandiri dan guru selalu memotivasi mereka untuk berani. Setiap akhir bercerita
guru
memberi
reward
dengan
meminta siswa bertepuk tangan bagi kelompok yang tampil bagus. Guru menunjuk kelompok siswa yang akan tampil bercerita. Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan bahwa siswa telah bercerita dengan baik, hanya saja masih ada yang kurang memahami bacaan dan kurang berani bercerita. Guru kembali memberi motivasi kepada siswa agar jangan takut maju.
Ketuntasan Tuntas Belum Tuntas
Frekuensi 8 0
Prosentase 100 % 0%
Proses pembelajaran IPS dengan metode paired storytelling di kelas VIII-C SLB Negeri Surakarta pada siklus II yang dilaksanakan selama satu kali pertemuan, yakni pada 17 Oktober 2012 berjalan dengan lancar. Siswa merespons
dengan
semangat
dan
penuh
perhatian. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I telah dapat diatasi. Siswa yang pada awalnya kurang kompak, kurang lancar karena takut dan malu bercerita di depan kelas, akhirnya berani tampil bercerita di depan kelas dengan
kompak
dan
lancar.
Secara
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 keseluruhan, proses belajar mengajar berjalan
dikarenakan
dengan lancar. Peningkatan indikator-indikator
bacaan.
ini dapat dilihat dari nilai tes siswa pada siklus I, dan siklus II.
kurangnya
literatur/
referensi
Skor keaktifan siswa pada pembelajaran siklus II sudah berhasil karena lebih dari 75%
Berdasarkan data yang diperoleh pada
siswa aktif dalam pembelajaran. Hal ini
siklus I hasil belajar siswa adalah 60,00.
didukung
dengan
adanya
Standart ketuntasan siswa adalah 60. Siswa
perbaikan pembelajaran pada siklus II. Tindak
yang mendapat nilai lebih dari 60 adalah 6
lanjut tersebut adalah penggunaan metode
siswa (75%) sudah tuntas dan 2 siswa (25%)
Paired
belum tuntas dalam pembelajaran. Untuk
membuat
indikator kinerja ketuntasan sebesar 75%. Pada
menyenangkan dan lebih hidup serta siswa
pembelajaran siklus II diperoleh data rata-rata
menjadi aktif dalam pembelajaran sehingga
hasil belajar siswa adalah 68.75. Standart
hasil belajarnya meningkat. Dengan demikian
ketuntasan siswa adalah 60. Siswa yang
nilai tes yang dicapai siswa lebih optimal.
Storytelling.
Hal
suasana
tindak
lanjut
tersebut
dapat
pembelajaran
lebih
mendapat nilai lebih dari 60 adalah 8 siswa
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa
(100%) atau sudah tuntas, dan 0 siswa (0%)
pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I
mendapat nilai kurang dari 60 atau belum
belum
tuntas. Sehingga dalam pembelajaran siklus 2
kelemahan-kelemahan terutama pada kinerja
sudah berhasil karena lebih dari 75% siswa
guru, maka penelitian tetap dilanjutkan pada
telah tuntas dalam belajar. Kondisi tersebut
siklus II dengan rata-rata hasil belajar 68,75,
dapat digambarkan pada tabel berikut ini :
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Tabel 4. Perbandingan ketuntasan hasil belajar
100%
siswa Ketuntasan
Frekuensi
Prosentase
2 6 8
25 % 75 % 100 %
pembelajaran
siklus
I
sudah
berhasil berhasil karena siswa yang aktif dalam pembelajaran sebesar 75% akan tetapi belum maksimal.
Hal
siswa
karena
ikut
masih
berpartisipasi.
terdapat
Dengan
demikian indikator pembelajaran sudah tercapai
Kondisi Awal Siklus I Siklus II Pada
tercapai
ini
disebabkan
kurang
mampunya guru dalam menjelaskan tujuan pembelajaran, mengorganisasikan kelas dalam membimbing dan kurangnya respon dari guru dalam menanggapi pertanyaan dari siswa
baik dari hasil belajar siswa maupun dari keaktifan siswa.
KESIMPULAN Dari hasil pengembangan dan penerapan pembelajaran
dengan
metode
Paired
Storytelling oleh peneliti pada siswa kelas VIIIC SLB Negeri Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 dapat disimpulkan sebagai berikut. Penggunaan Metode Paired Storytelling dengan Kompetensi Dasar Teknologi Transportasi dapat: 1) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-C SLB Negeri Surakarta tahun pelajaran
2012/2013,
2)
Meningkatkan
Catur Prabandari-Paired Storytelling keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
tidak merasa takut apabila diberi tugas tampil
IPS; dan 3) Memberi motivasi sehingga siswa
di depan kelas.
DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. 2005. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo. Bridgman. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud dan Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Rineka Cipta. Djago Tarigan. 1992. Materi Pokok Pendidikan Buku II.4 Modul 1-6. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Nurhadi dan Agus G. S.. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextul Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. Oja dan Sumarjan. 1997. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Perdy
Karuru. 2003. “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Belajar IPS Siswa SLTP.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke-9, No. 045: 789-805. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sumarwati. 2007. “Penelitian Tindakan Kelas (PTK): Upaya Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran secara Inovatif.” Makalah Seminar pendidikan pada MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Bahasa Inggris SMP Kabupaten Karanganyar dengan Tema ‘Membudayakan Menulis Ilmiah dalam Rangka Menyongsong Sertifikasi Guru’. Karanganyar: Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar. Supriyadi. 2005. Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar. Palembang: PSPB-Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya. Suryabrata. 1997. Bangun Kompetensi Belajar.Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Depdiknas Usman. 2000. Penerapan Metode Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol 2 (1): 19-23.