Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Media Gambar Untuk Kelas IV di SDN Gallengnge Desa Lempe Kec. Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli Sunarti, Muhamad. Jamhari, dan Lilies Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Gellengnge dengan menggunakan media gambar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Adapun tahapan dalam penelitian ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi hasil belajar siswa, hasil observasi aktivitas guru dan siswa diambil dari lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pra tindakan ketuntasan belajar klasikal 27,27%, daya serap klasikal mencapai 38,18%. Pada tindakan siklus I yang tuntas secara individu berjumlah 4 orang dari 11 siswa sehingga diperoleh ketuntasan klasikal 36,36% dan daya serap klasikal sebesar 52,72%. Pada hasil observasi guru siklus I pertemuan pertama mencapai 63,33% dan siswa mencapai 68,88%. Sedangkan pada pertemuan kedua hasil observasi guru adalah 74,54% dan siswa mencapai 73,33% Pada tindakan siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 90,90% dan daya serap klasikal 85,45%. Pada hasil observasi guru siklus II pertemuan pertama mencapai 80% dan siswa mencapai 75,55%. Sedangkan pada pertemuan kedua hasil observasi guru adalah 90,90% dan siswa mencapai 91,11% Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan dengan daya serap klasikal minimal 70 dan ketuntasan belajar klasikal minimal 80%. Berdasarkan daya serap klasikal dan ketuntasan belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa SDN Gallengnge. Kata Kunci: Hasi Belajar dan Media Gambar I. PENDAHULUAN Guru sebagai faktor utama berperan dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan penentu keberhasilan proses pembelajaran tentunya guru harus selalu kreatif dalam menyajikan pembelajaran, guru juga dituntut agar selalu mencari inovasi, cara baru untuk membuat para siswa dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman terhadap pelajaran dengan sebaik-baiknya. Demikian halnya proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar jika berbagai komponen terlibat. 118
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X Komponen-komponen yang mesti ada dalam setiap proses pembelajaran di sekolah antara lain, guru, siswa, sarana, media pembelajaran di sekolah, pengelola ( tata usaha ), kurikulum dan sebagainya. Semua komponen ini secara bersamasama terlibat dalam setiap proses pembelajaran di sekolah dengan satu sasaran yaitu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam dunia pendidikan di kenal berbagai macam metode pengajaran, model pengajaran dan langkah-langkah untuk memajukan pembelajaran. Tanpa hal tersebut , suatu pembelajaran akan kurang begitu efektif. Oleh karena itu agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, diperlukan pemanfaatan metode yang efektif sekaligus langah-langkah pembelajaran yang inovatif. Setiap guru mempunyai langkah sendiri dalam memberikan sebuah pembelajaran terhadap anak didiknya, salah satu diantaranya adalah dengan pemanfaatan media gambar. Pada hakekatnya media gambar sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu sarana prasarana yang mendukung terjadinya proses belajar mengajar. Anitah (2009) menyatakan media pendidikan berfungsi sebagai sumber belajar yang membantu guru menyalurkan pesan atau informasi materi pada siswa dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media pembelajaran tidak harus berbasis teknologi, tetapi dapat berupa media sederhana yang mudah didapat dan mudah dalam proses pembuatannya. Media visiual adalah media yang dapat dinikmati dengan indra penglihatan yang tampilkan dalam audio, gambar dan lain sebegainya. Menurut Arsyad (2002) media visual menimbulkan daya tarik siswa, dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk nyata, menyingkat suatu uraian, memperjelas bagian-bagian yang penting, serta mudah disesuaikan dengan materi pelajaran. Pembelajaran IPA sebagai bagian dari pendidikan di sekolah dasar pada umumnya dan khususnya di SDN Gellengge memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidkan, khususnya dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif. Kegiatan pembelajaran IPA kelas IV SDN Gellengnge masih didominasi oleh penggunaan metode konvensional. Kondisi ini berakibat terhadap kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan
119
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X oleh guru sehingga hasil pembelajaran siswa tidak mencapai ketuntasan yang diharapkan yaitu rendahnya tingkat keberhasilan siswa kelas IV SDN Gellengnge. Hal ini dapat juga dilihat pada perolehan hasil belajar pada perolehan nilai ratarata siswa mata pelajaran IPA kelas IV SDN Gellengnge tahun 2012/2013 yang hanya mencapai 62,50 (Sumber nilai semester 1 kelas IV SDN Gellengnge tahun ajaran 2012/2013) Untuk itu perlu dicari pemecahan masalah terhadap kondisi tersebut. Di dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal media pembelajaran, media pembelajaran merupakan saluran atau jembatan dari pesan- pesan pembelajaran
yang
disampaikan
oleh
sumber
pesan
kepada
penerima
pesan.kemudian media dapat di bagi dalam berbagai macam, salah satunya adalah media gambar. Sadiman (2003: 33) Media gambar merupakan penyampaian pesan atau informasi secara teknik dan kreatif yang mana menampilkan gambar, grafik serta tata dan letaknya jelas,sehingga peneria pesan dan gagasan dapat diterima sasaran. Jadi apabila dikaitkan antara media gambar dan pembelajaran maka pembelajaran itu akan menarik, efektif dan efesien apabila menggunakan media gambar sebagai sebagai media pembelajaran nya. Dipilih media gambar karena kita harus ingat bahwa peserta didik khususya anak-anak terutama siswa sekolah dasar karena mereka masih berfikir konkrit, semua yang guru utarakan atau sampaikan harus mereka buktikan sendiri dengan mata mereka, kemudian media gambar merupakan sumber belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang di buat secara menarik dalam bentuk kombinasi gambar, teks, gerak dan animasi yang di sesuaikan dengan usia peserta didik yang dapat menarik peserta didik dalam belajar, sehingga pembelajaran akan menyenangkan dan tidak menjenuhkan. Media gambar sangatlah berperan penting dalam proses belajar mengajar.karena media gambar memiliki peran yaitu memudahkan dalam penyampaian materi kepada peserta didik .peserta didik akan terbantu dalam memahami materi yang komplek. Pemanfaatan media gambar juga berperan bagi peserta didik.
120
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X Seperti yang telah di jelaskan diatas, media gambar sangat banyak manfaat serta fungsi apalagi media berbasis visual. Kita harus ingat bahwa manusia, khususnya siswa dapat menyerap suatu materi apabila materi yang diberikan dikemas dalam bentuk yang menarik dan mengesankan, sehingga materi yang mereka simak akan terus teringat-ingat di benak mereka. Untuk itu, hadirkanlah media khususnya media gambar dalam jenjang pendidikan tertentu, contohnya sekolah dasar, dengan maksud supaya pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menarik serta tetap menguat system PAKEM (pembelajaran masa aktif kreatif , efektif ,dan, menyenangkan). Supaya pembelajaran dapat bermakna, bukan hanya media yang menjadi factor pendukungnya, tetapi peranan guru atau pendidik sebagai motivator atau fasilitatorpun menjadi factor yang sangat penting, karena pendidik harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk dapat menumbuh kembangkan kreativitas siswa sehingga akan terasa kebermaknaannya suatu pembelajaran. Serta guru harus menguasai betul bagaimana menerapkan media yang sesuai. Seperti kita ketahui, media merupakan alat yang menghubungkan kita dengan dunia luar. Tanpa media, kita akan mengalami kesulitan untuk mengetahui apa yang terjadi di sekeliling kita. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa media adalah sumber informasi utama bagi semua orang di dunia. Namun setiap media tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kehidupan seorang siswa di lingkungan sekolah, maupun kehidupan seorang mahasiswa dilingkungan perguruan tinggi. Disatu sisi tampak nya merupakan salah satu bagian suatu kehidupan yang sangat menyenangkan, tapi mungkin pula menjadi hal yang sangat mencemaskan setiap hari mereka dapat belajar dengan bebas, mengikuti kegiatan belajar dikelas, belajar diperpustakaan, dan lain- lain yang semuanya merupakan masukan bagi perkembangan pengetahuannya. Hal ini jelas dirasakan siswa/murid karena kenyataan sekarang adalah sangat
langka
guru
yang
menggunakan
media
pembelajaran
didalam
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pengajar, padahal salah satu konsep kunci operasional pembelajaran yang harus di hayati oleh seorang guru atau pendidik
121
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X adalah bagaimana cara mendesain pembelajaran agar dapat berjalan seefektif dan seefesien mungkin untuk mencapai tujuan (Wibawa, 1993: 98).persoalan ini tampak kelihatan mudah, tapi sesungguhnya merupakan kegiatan yang sulit. Sebab membutuhkan profesionalisme dan penghayatan yang seksama menyangkut aspek- aspek kompetensi belajar dan mengajar. Guru
dituntut
bersikap
profesionalisme
dan
kompetensi
dalam
pembelajaran, sebab gurulah yang menjadi kunci yang menentukan arah, proses dan aktivitas pembelajaran itu (Slameto, 1997: 25).sementara itu kualitas dan kuantitas pendidikan sampai saat ini masih tetap merupakan bahan perbincangan sebagai pencerminan dari kondisi pendidikan kita saat ini yang fenomenal dan problematic. Keduanya merupakan sasaran usaha pembaharuan atau reformasi pendidikan nasional. Betapa tidak, kedua masalah tersebut sulit di tangani secara tuntas, sebab terkait dengan variabel lain sebagaimana yang di sebutkan diatas.disamping itu terjadinya krisis dimensional yang melanda kehidupan berbangsa, yang sedikit bermuara pada penurunan kualitas pendidikan. Karena itu tidak heran kalau masalah pendidikan tidak pernah tuntas dimanapun, bahkan dinegara-negara maju sekalipun. Diantara komponen pembelajaran yang sering berbenturan dengan persoalan-persoalan pendidikan adalah guru dalam kaitannya dengan tugas, mengola interaksi dalam proses belajar mengajar termasuk segala system yang mengikat untuk bagaimana proses belajar mengajar dapat membawa hasil maksimal sebagai mana yang di inginkan. Salah satu jalan yang di tempuh adalah dengan menggunakan berbagai media pembelajran dalam proses belajar mengajar, baik media audio maupun media visual dan lain-lain yang dapat menunjang terlaksananya proses pembelajaran yang baik. Menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana (2011: 22), bahwa “dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar yang secara garis besar membagi menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris”.
122
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X Menurut Arikunto dalam Hasmi (2012: 5) bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang
dimiliki
siswa
sebagai
hasil
kegiatan
pembelajaran, yang terdiri atas empat macam, yaitu: pengetahuan, keterampilan, intelektual, keterampilan motorik dan sikap. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat di simpulkan hasil belajar adalah hasil yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Pengetahuan alam artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Darmojo dalam Samatowa, 2006: 2) Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains Bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar tanggap terhadap lingkungannya, karena dengan belajar IPA siswa belajar memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi di lingkungannya. Sejalan dengan itu Samatowa, (2006: 78) mengemukakan bahwa dengan belajar IPA, dapat meningkatkan kemampuan siswa kearah sikap dan kemampuan yang baik dan berguna bagi lingkungannya. IPA melatih anak berfikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasinoal artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra. Berdasarkan uraian latar belakang dia atas, maka peneliti
melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan alat peraga konkrit dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Gellengnge.
123
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X II.
METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti tahap tindakan yang
bersiklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi spiral yang dicantumkan Kemmis dan Mc Taggart (Dahlia, 2012:29). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Keterangan 0 : pra tindakan 1 : Rencana 2 : Pelaksanaan 3 : Observasi 4 : Refleksi 5 : Rencana 6 : Pelaksanaan 7 : Observasi 8 : Refleksi A. : Siklus 1 B. : Siklus 2 Gambar 1. Diagram alur desain penelitian diadaptasi dari model Kemmis & Mc. Taggart (Dahlia, 2012:29). Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Gellengnge. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV berjumlah 11 orang siswa, terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 4 orang siswa perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2013/2014. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan dua siklus dimana setiap siklus memiliki 4 tahap yaitu : 1) perencanaan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam materi pelajaran IPA, melaksanakan tes awal. Pelaksanaan tindakan dilakukan secara bersiklus dan terdiri dari empat fase: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi. Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari aktivitas siswa dan aktivitas guru 124
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X berupa data hasil observasi dan data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan kepada siswa. Data yang dikumpulkan kemudian diolah, dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil observasi catatan lapangan dan pemberian tes. Adapun penjabaran tahap-tahap analisis data menurut Miles dan Huberman dalam Muchlis ( 2011 : 89 ) adalah sebagai berikut: 1) Mereduksi Data Mereduksi data adalah proses kegiatan menyeleksi, memfokuskan, dan menyederhanakan semua data yang telah diperoleh, mulai dari awal pengumpulan data sampai penyusunan laporan penelitian. 2) Penyajian Data Penyajian data dilakukan dengan menyusun data secara sederhana ke dalam tabel dan diberi nama kualitatif. Sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. 3) Verifikasi/Penyimpulan Penyimpulan adalah proses penampilan intisari, dari sajian yang telah terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat atau informasi yang singkat dan jelas. Pengelolaan data kualitatif diambil dari data hasil aktivitas guru dengan siswa yang diperoleh melalui lembar observasi dianalisis dan dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung dengan menggunakan rumus. Data kuntitatif diperoleh dari tes awal dan tes akhir Data tersebut kemudian diolah dan dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sumber: KKM SDN Gellengnge). Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar secara klasikal jika > 80% siswa yang telah tuntas. Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah apabila hasil belajar siswa kelas IV SDN Gellengnge selama proses pembelajaran mengalami peningkatan. Hal ini akan ditandai dengan daya serap individu minimal 75 dan ketuntasan belajar klasikal minimal 80% dari jumlah siswa yang ada. Ketentuan ini sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diberlakukan di SDN Gellengnge.
125
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Peneliti mengadakan tes awal yang diikuti 11 orang siswa. Tes awal menjadi bahan perbandingan adanya peningkatan hasil penelitian. Berdasarkan hasil analisi tes awal tentang kemampuan akademik siswa pada pembelajaran IPA, di peroleh siswa yang tuntas hanya 27,27%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum menguasai pelajaran yang diberikan. Tindakan siklus I ini dilaksanakan dua kali pertemuan di kelas, satu kali pertemuan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan satu kali pertemuan untuk tes akhir tindakan siklus I. Siklus I Pada siklus I ini, kegitan yang dilakukan adalah sebagai berikut: membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran yang dapat dipilih, menyiapkan media gambar berupa struktur permukaan bumi yang digunakan dalam pembelajaran, membuat lembar observasi aktivitas guru dan siswa dan mempersiapkan tes hasil belajar siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x35 menit). Tahapan tindakan ini yaitu tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap akhir. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa menunujukan jumlah skor pada pertemuan I adalah 31 dari skor maksimal 45 diperoleh persentase rata-rata 68,88 dengan kriteria masih kurang sedangkan pada pertemuan II jumlah skor 33 dari 45 dengan persentase 73,33 . Hasil yang diperoleh belum mencapai indikator yang telah ditetapkan, dan hal tersebut menunjukan bahwa aktivitas belajar siswa masih perlu ditingkatkan sehingga peneliti perlu melanjutkan penelitian pada tahap berikutnya yaitu siklus II. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru menunjukan jumlah skor adalah 35 dari skor maksimal 55 diperoleh presentase rata-rata 63,63 sedangkan pada pertemuan II jumlah skor 41 dari 55 skor maksimal dengan persentase 74,54. Pengamatan aktivitas guru dilakukan oleh seorang observer dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru.
126
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X Dari hasil observasi, dikemukakan bahwa hasil observasi guru adalah ratarata baik. Dalam hal ini, baik sebagai guru, fasilitator, motivator dan evaluator, serta bertindak sebagai pengamat. Peneliti sebagai guru melakukan kegiatan: (a) Melaksanakan RPP; (b) menyampaikan tujuan pembelajaran dan lain sebagainya. Guru sebagai fasilitator dan motivator, melakukan kegiatan: (a) Memotivasi siswa selama pembelajaran dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kembali materi yang dipelajarri (b) menyediakan alat bantu/ sumber pelajaran seperti media gambar yang menarik perhatian siswa; dan
(c)
membimbing siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran. Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I dengan penggunaan media gambar pada pokok bahasan kenampakan permukaan bumi, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes akhir siklus I.
Berdasarkan hasil siklus I dapat di jelaskan bahwa dengan menggunakan media gambar pada siswa secara keseluruhan belum memenuhi kriteria ketuntasan maksimal. Hasil tes yang diperoleh pada siklus I yakni dengan skor tertinggi 90, skor terendah 30 dan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh 52,72%. Dari 11 orang siswa hanya 4 orang yang memperoleh ketuntasan secara individu sehingga presentase ketuntasan klasikal mencapai 36,36%. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan kelas dengan menerapkan median gambar belum berhasil sehingga perlu dilakukan kembali penelitian pada siklus II. Siklus II Pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus I, hanya saja beberapa hal yang dianggap kurang pada siklus I diperbaiki pada siklus II dan disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai. Hasil yang diperoleh pada siklus ini dikumpulkan serta di analisisi. Hasilnya digunakan untuk menetapkan suatu kesimpulan. Setelah dilakukan analisis dan refleksi tindakan siklus I, maka kegiatan yang dilakukan pada tindakan siklus II adalah: 1) Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus II. 2) Menyiapkan media gambar yang digunakan dalam pembelajaran.
127
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X 3) Membuat lembar observasi aktivitas guru dan siswa. 4) Mempersiapkan tes hasil belajar siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) dengan 2 kali pertemuan. Tahapan tindakan ini yaitu tahap pendahaluan, tahap inti, dan tahap akhir. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru menunjukkan jumlah skor untuk pertemuan pertama adalah 34 dari skor maksimal 45 diperoleh persentase rata-rata 75,55% degan kriteria sangat baik. Sedangkan pada pertemuan kedua, skor yang diperoleh yaitu 41 dari 45 skor maksimal dengan persentase 91,11%. Hasil yang diperoleh sudah mencapai indikator yang sudah ditetapkan, sehingga pada siklus ini penelitian dikatakan berhasil atau hipotesis dapat dibuktikan. Selain itu, beberapa hal yang ditemukan oleh pengamat terhadap aktivitas siswa yaitu: a) Aktivitas siswa lebih baik dari sebelumnya. Hal ini ditujukan oleh aktivitas siswa rata-rata berada pada kategori baik, dimana siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan sudah dapat diminimalisir. b) Siswa lebih termotivasi dan mudah memahami konsep melalui gambar yang ditampilkan guru. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru menunjukkan jumlah skor untuk pertemuan pertama adalah 44 dari skor maksimal 55 diperoleh persentase rata-rata 80%. Sedangkan pada pertemuan kedua skor yang diperoleh 50 dari 55 skor maksimal dengan persentase 90,90%. Hasil tersebut memberikan asumsi bahwa guru/peniliti memberikan hasil maksimal dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti/guru pada tindakan pembelajaran siklus II, melaksanakan tugasnya dengan sangat baik. Peneliti sebagai guru melakukan kegiatan: (a) melaksanakan RPP; (b) menyampaikan tujuan pembelajaran dan lain sebagainya. Guru sebagai fasilator dan motifator, melakukan kegiatan:
(a) memotivasi siswa selama
pembelajaran dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kembali gambar-gambar yang diperlihatkan guru; (b) menyediakan
128
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X alat bantu/sumber pelajaran seperti media gambar; dan (c) membimbing siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran. Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus II dengan penggunaan media gambar, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes akhir siklus II untuk mengetahui hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil tes yang diperoleh pada siklus II yakni dengan skor tertinggi 100, skor terendah 55 dan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh 85,45%. Dari 11 orang siswa 10 orang yang memperoleh ketuntasan secara individu sehingga presentase ketuntasan klasikal mencapai 90,90%. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan kelas dengan menerapkan media gambar belum berhasil sehingga perlu dilakukan kembali penelitian pada siklus II. Berdasarkan uraian diatas, tampak bahwa penelitian tindakan kelas ini secara keseluruhan semua kriteria aktivitas guru dan aktivitas siswa serta analisis tes hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan pada indikator kinerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tentang mengenal koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui media gambar sebagai media pembelajaran. Hal-hal yang sulit dijelaskan dapat ditampilkan dalam bentuk gambar yang menimbulkan daya tarik bagi siswa, sehingga dengan demikian dapat membuat siswa lebih termotivasi belajar, dan pada akhirnya dapat memberikan hasil belajar yang baik sesuai tujuan diharapkan. Pembahasan Hasil Observasi aktivitas guru siklus I pertemuan pertama menunjukkan skor 35 dengan presentase 63,63% dan pertemuan kedua skor yang diperoleh 41 dengan persentase 74,54%. Pada aktivitas siswa pertemuan I dengan skor 31 dengan persentase 68,88% dan pada pertemuan kedua skor perolehan 33 dengan persentase 73,33%. Pada siklus II hasil skor presentase aktivitas guru meningkat, pada pertemuan pertama persentase yang diperoleh 80% dan pada pertemuan kedua 90,90% dengan kriteria sangat baik dan aktivitas siswa pada pertemuan pertama 75,55% dan pada pertemuan kedua 91,11% dengan kriteria sangat baik.
129
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X Hal ini membuktikan bahwa proses pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Dari hasil tes akhir tindakan siklus I, diperoleh persentase ketuntasan klasikal mencapai 36,36% dan rata-rata adalah 52,72%., ketuntasan klasikal belum mencapai 70% sehingga peneliti perlu melanjutkan ke siklus II. Sementara hasil yang diperoleh pada siklus II jauh lebih baik daripada hasil yang diperoleh pada siklus I. Dari analisis hasil belajar siklus II, diketahui bahwa
persentase
ketuntasan klasikal mencapai 90,90% dan rata - rata mencapai 85,45%. Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, maka penelitian memperoleh gambaran bahwa penggunaan media gambar yang diterapkan dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif dalam upaya peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam belajar IPA di kelas. Siswa mendapatkan peluang besar untuk mengasah pengetahuan yang dimilikinya dan membantu siswa dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya, baik dari segi akademi maupun dari segi keterampilan. Hal ini berarti bahwa melalui penggunaan media gambar dalam pembelajaran, maka masalah kesulitan belajar juga dapat di atasi. Media gambar merupakan bagian dari proses komunikasi, karena pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi. Hal ini berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari hasil analisis aktivitas guru dan siswa yang diperoleh, menunjukan bahwa penelitian tindakan kelas ini semua kriteria aktivitas guru dan aktivitas siswa serta analisis tes hasil belajar siswa dri siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan pada indikator kerja. Siswa
merasa
senang dan
termotivasi
untuk
mengikuti
pembelajaran,
memudahkan siswa memahami pelajaran yang dipelajari, serta meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman balajar. Berdasarkan uraian di atas, dinyatakan bahwa penggunaan media gambar hasil balajar siswa, memotivasi siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan memahami pelajaran siswa.
130
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X IV.
PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penggunaan media gambar dengan tes evaluasi hasil tindakan siklus I diperoleh persentase ketuntasan klasikal sebesar 36,36%, persentase rata - rata 52,72% dan hasil observasi guru siklus I pertemuan pertama mencapai 63,63% dan pada pertemuan kedua mencapai 74,54% dengan kriteria kurang dan hasil observasi siswa pada pertemuan pertama 68,88% dan pada pertemuan kedua 73,33% dengan kriteria kurang. Pada siklus II hasil tes evaluasi tindakan meningkat. Siklus II diperoleh persentase ketuntasan klasikal sebesar 90,90% persentase daya serap klasikal sebesar 85,45% dan hasil observasi guru pada siklus II pertemuan I mencapai 80% dan pada pertemuan II mencapai 90,90% dengan kriteria sangat baik dan observasi siswa pada pertemua I 75,55% dan pada pertemua II mencapai 91,11% dengan kriteria sangat baik. Hal ini dapat diartikan pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan dengan nilai daya serap klasikal 70% dan ketuntasan belajar klasikal 80%. Saran Dalam pembelajaran IPA disekolah dasar kelas IV, siswa diharapkan lebih aktif dalam utamanya memahami konsep yang dipelajari. Agar guru hendak lebih aktif memberi dan menemukan ide-ide baru dalam penggunaan media, sehingga siswa mudah memahami konsep agar kepala sekolah menyediakan media pembelajaran dalam upaya peningkatan pemahaman siswa pada konsep materi pelajaran IPA.
131
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X DAFTAR PUSTAKA Anitah, S. (2009). Teknologi Pembelajaran Surakarta: Yuma Pustaka. Arsyad. A. (2006). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dahlia. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Palu: Edukasi Mitra Grafika. Muchlis. (2011). Melaksanakan PTK Itu Mudah ( Action Research Classroom ). Jakarta: PT Raja Grafindo Sadiman.
(2003).
Media
Pendidikan,
Pengertian,
Pengembangan
dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Samatowa, (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud Slameto. (2011). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
132