PERSPEKTIF
jusuf sutanto
Menguras Neraka dengan
Pembangunan Ekonomi Percakapan dengan Jusuf Sutanto kali ini masih melanjutkan yang didiskusikan bulan lalu yakni tentang buku “Jalan Sutera Dialog Peradaban.” Selamat membaca. – Redaksi
MANAGERS’ SCOPE: Dalam salah satu Pengantar buku “Jalan Sutera Dialog Peradaban”, dikatakan: “Sampai saat ini, dunia masih meraba-raba, bagaimana nantinya nilai-nilai China akan memengaruhi dunia?” Apakah China yang kaya akan mampu mengembangkan dirinya juga sebagai salah satu pusat peradaban dunia? Ya, benar sekali pertanyaan itu: apakah hanya sebatas hiruk pikuk merayakan imlek saling memberi selamat Gong Xi Fat Choi dan main barongsai saja. Apakah bisa memberi jawaban atas masalah dunia seperti perubahan iklim akibat pemanasan global, mencapai
Jusuf Sutanto
THE Jusuf Sutanto CENTER Dosen Fak Psi Univ Pancasila dan Associate Researcher Lembaga Penelitian Psikologi Fak Psikologi Universitas Indonesia - Koordinator Kelompok Studi Social dan Cultural Neuroscience Masyarakat Neurosains Indonesia E-mail:
[email protected] Website: http://www.jusufsutanto.com
18
mei 2013
Millennium Development Goals untuk mengatasi kemiskinan, menciptakan perdamaian dan sebagainya? Yang menarik dari Neo-Confucianism seperti dijelaskan Tu Weiming adalah menyadarkan kita berani mempertanyakan masalah yang selama ini tidak pernah kita pikirkan yaitu: • Bagaimana bisa melayani roh kalau masih belum bisa melayani sesama manusia? • Bagaimana bisa tahu hidup sesudah mati, kalau hidup saat ini saja belum difahami? Sewaktu ditanya, apakah yang paling membingungkan di dunia ini, Dalai Lama menjawab: “Manusia! Sewaktu muda, dia mengorbankan kesehatannya demi mengumpulkan uang. Setelah tua dia korbankan uang untuk mendapatkan kembali kesehatan. Sangat kuatir dengan masa depannya sampai tidak menghormati masa kini. Akibatnya dia tidak hidup di masa depan dan juga di masa kini. Mengharapkan hidup seakan-akan tidak akan mati sampai dia mati tanpa benar-benar merasakan apa itu hidup.” Alih-alih terus belajar memahami apa sebenarnya makna hidup, malah menciptakan berbagai permainan yang exciting seperti olahraga yang dipertandingkan. Lalu masing-masing berdoa dan merepotkan minta Tuhan berpihak supaya menjadi pemenang. Karena itulah Konfusius mengajarkan supaya sepanjang hidup terus belajar untuk menjadi manusia. Dan akhirnya sampai pada kesimpulan: “Jangan melakukan sesuatu pada orang lain yang kamu tidak mau orang lain melakukan hal itu kepadamu”. “Kalau mau maju, majukan orang lain - Kalau mau tegak, tegakkan orang lain” Kalau ini sudah terjadi, maka dengan sendirinya pasti bisa melayani roh dan akan tahu apa artinya hidup sesudah mati. Itulah makna dari endorsement Prof. Dr J. Sudarminta SJ, “Bencana alam dan bencana kemanusiaan akan bisa dihindarkan. Bencana kemanusiaan terjadi karena konflik sosial yang tidak ada habisnya akibat praktek hidup beragama yang memutlakkan langit dengan mengutamakan ‘mahluk spiritual’, tetapi mengabaikan ‘melayani manusia’. Sedangkan bencana alam terjadi karena manusia, karena nafsu serakahnya, terus menerus memerkosa bumi yang sesungguhnya adalah ibunya sendiri”
but -do seperti Bushi-do untuk prajurit dan sebagainya, yang memberikan bobot spiritual pada kegiatan sesuai profesinya masing-masing. Mereka tidak mengenal semboyan “ora et labora” berdoa dan bekerja, tapi satu kesatuan utuh “berdoa melalui kerja” seperti dikatakan Prof. Komaruddin Hidayat dalam makna “bersujud” sebagai ikrar kepada Sang Pencipta dalam membangun dunia supaya membuat penghuninya bahagia. Praktik hidup beragama yang lebih mengutamakan ikhtiar sampai semaksimal mungkin ketimbang di seputar minta anugerah. Dan sesudah itu dilakukan, pasrah pada kehendak-Nya.
MS: Bagaimana penerapannya dalam ilmu manajemen? JS:
Penerapannya adalah perbaikan terus menerus (Kaizen) menuju nir-cacat (zero-defect). Kalau Konfusius baru sempat membumikan kesalehan sosial, oleh Jepang dikerucutkan membuahkan produk yang kualitasnya terus ditingkatkan. Supaya harganya terjangkau semakin banyak orang, harus bisa bersaing. Konsep berusaha bukan klasik seperti selama ini ongkos produksi ditambah
Manusia! Sewaktu muda, dia mengorbankan kesehatannya demi mengumpulkan uang. Setelah tua dia korbankan uang untuk mendapatkan kembali kesehatan. Sangat kuatir dengan masa depannya sampai tidak menghormati masa kini. Akibatnya dia tidak hidup di masa depan dan juga di masa kini. Mengharapkan hidup seakanakan tidak akan mati sampai dia mati tanpa benar-benar merasakan apa itu hidup.
Inilah dasar jalan hidup melalui berbagai profesi yang dikenal sebagai ‘The Tao of ...’ atau di Jepang disemei 2013
19
laba (sesuai kemauan produsen) adalah harga jual, diubah menjadi laba adalah harga jual setelah dikurangi ongkos. Jadi sasaran utama adalah bagaimana menurunkan ongkos tanpa menurunkan kualitas. Ini hanya bisa tercapai kalau omzetnya besar sehingga biaya overhead otomatis turun. Prinsip ini digunakan perusahaan Barat di Bangladesh yang membuat produk dalam kemasan kecil (tanpa menurunkan kualitas) yang harganya senilai mata uang terkecil di negara tersebut, misalnya seribu rupiah. Perusahaan ini sudah masuk ke Indonesia dan menjadi salah satu industri makanan terkemuka. Ia mulai dengan membuat biskuit lalu berkembang susu. Inilah yang disebut membuka dan melanjutkan kembali “Jalan Sutera Dialog Peradaban” dalam endorsement Prof. Dr Azyumardi Azra. Satu nilai yang baik, dikembangkan terus menerus semakin baik untuk membangun peradaban masa depan. Budaya India setelah diperkaya oleh China dan Jepang dan kemudian Barat. Inilah jalan untuk memasukkan semua mahluk hidup ke nirvana termasuk menguras neraka sampai bersih.
MS: Apakah ini yang disebut Bodhisatva dalam aliran Mahayana Buddhism? JS:
Ketika kearifan dari India masuk ke Tiongkok, Fa Hsien (399-414) bahkan tidak puas sebagai penerima saja, tapi jalan kaki ke India untuk menerjemahkan kitab Vinaya Tripitaka. Lalu Xuan Zhang/ Pendeta Tang Sam Cong (602-664) hampir 250 tahun kemudian melakukan perjalanan ke Barat, dikawal Kera Sakti Sun Gokong dan kawan-kawan mengambil kitab suci. Sementara Bodhidarma tahun 527 dari India datang ke Tiongkok dan bermukim di kuil Shaolin. Setelah berinteraksi dan terjadi penyerbukan silang budaya, muncullah konsep Bodhisatva yang mau menguras neraka. Ini pengaruh Kearifan Tionghoa yang mengatakan hanya kalau Langit - Manusia dan Bumi menjadi satu, maka itulah surga. Kalau jalan sendiri-sendiri, itulah neraka. Dalam substansi yang sama juga ada yang menyebutnya “Jadikan kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga” dan menjadi “Rahmat bagi seluruh alam semesta”/Rahmatan lil Alamin” . Dunia saat ini sedang dilanda berbagai persoalan yang semakin rumit dan kompleks sehingga tidak ada satu golongan, negara yang mempunyai semua sumber daya (konsep maupun sarana) untuk menyelesaikannya sendiri kecuali bekerja sama lintas agama, budaya, negara, ilmu dan sebagainya. Karena itu satu Buddha tidak cukup untuk mengurus semuanya. Diperlukan banyak sekali Buddha yang menjadikan profesi masing-masing sebagai pohon bodhi untuk bermeditasi dan mencapai pencerahan. 20
mei 2013
Yang menarik adalah ketika ditanya ‘Siapa sebenarnya Bodhisatva?’, Buddha memberi respon positif, tidak merasa tersaingi dan menjawab, “Saya bisa menghitung berapa tetes air hujan yang jatuh selama setahun di empat samudera, tapi untuk menghitung berapa banyak welas asih yang diberikan Bodhisatva, saya tidak mampu!”. Teks ini bisa dibaca di museum vihara di China Town Singapore. Oleh seniman perupa hal ini dimanifestasikan dalam patung Avalokistesvara/Dewi Kuan Yin dengan seribu tangan.
MS: Bagaimana tanggapan budaya Jepang? JS:
Semua yang saya sudah jelaskan tadi adalah baru dalam tataran konsep atau bahan baku. Pemikiran Jepang ingin praktis. Lalu bagaimana implementasinya? Mereka mulai dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter bukan ajang perlombaan/ tender antaragama untuk memasukkan kepercayaan masing-masing pada kelompok di luar ‘liyan’, tapi membuat “roti yang tidak bau gandum - tahu yang tidak bau kedelai baso sapi/ikan yang tidak bau amis seperti bahan aslinya” sehingga bisa dinikmati siapa saja, apapun etnis dan agama/kepercayaannya. Berikut ini konten yang diajarkan dalam sistem pendidikan.
LET’S LEARN FROM JAPAN:
Read this beautiful Information about Japan 1-
Did you know that Japanese children clean their schools every day for a quarter of an hour with teachers, which led to the emergence of a Japanese generation who is modest and keen on cleanliness.
8-
Did you know that the Japanese eventhough one of the richest people in the world but they do not have servants. The parents are responsible for the house and children -
2-
Did you know that any Japanese citizen who has a dog must carry bag and special bags to pick up dog droppings. Hygiene and their eagerness to address cleanliness is part of Japanese ethics.
9-
Did you know that there is no examination from the first to the third primary level; because the goal of education is to instill concepts and character building, not just examination and indoctrination.
3-
Did you know that hygiene worker in Japan is called “health engineer” and can command salary of USD 5000 to 8000 per month, and a cleaner is subjected to written and oral tests!!
4-
Did you know that Japan does not have any natural resources, and they are exposed to hundreds of earthquakes a year but do not prevent her from becoming the second largest economy in the world?
5-
Did you know that Hiroshima returned to what it was economically vibrant before the fall of the atomic bomb in just ten years?
6-
Did you know that Japan prevents the use of mobile in trains, restaurants and indoor
7-
Did you know that in Japan students from the first to sixth primary year must learn ethics in dealing with people
10 - Did you know that if you go to a buffet restaurant in Japan you will notice people only eat as much as they need without any waste. No wasteful food. 11 - Did you know that the rate of delayed trains in Japan is about 7 seconds per year!! They appreciate the value of time, very punctual to minutes and seconds 12 - Did you know that children in schools brush their teeth (sterile) and clean their teeth after a meal at school; They maintain their health from an early age 13 - Did you know that students take half an hour to finish their meals to ensure right digestion When asked about this concern, they said: These students are the future of Japan. Sumber: Internet
mei 2013
21
MS: Lalu tips apa yang bisa diberikan bagi para pengusaha di Indonesia? JS:
Setelah terjadi krisis global multi-dimensional, pendidikan ilmu kepemimpinan bisnis terkemuka dunia mulai mawas diri dan sampai pada kesimpulan bahwa yang perlu dikoreksi adalah kenyataan bahwa yang dihasilkan adalah sebatas mengajar bagaimana mencari uang, sampai menjadi “money hungry” bukan mendidik pemimpin yang mencari kemajuan diri dalam membangun kesejahteraan umum. Kita masih ingat bagaimana para top manager asyik rapat kerja di hotel bintang 7 super mewah meski sedang terjadi krisis global multi dimensional dimana mereka ikut andil membuatnya.
Ajaran moral seperti agama dan kepercayaan bisa membantu! Misalnya kalau doa “give us this day our daily bread” dilaksanakan maka kita bisa mengerem nafsu untuk korupsi.
Ajaran moral seperti agama dan kepercayaan bisa membantu! Misalnya kalau doa “give us this day our daily bread” dilaksanakan maka kita bisa mengerem nafsu untuk korupsi. Ajaran “di dalam harta kita mengandung harta kaum dhuafa” mendorong untuk membayar pajak karena itulah instrumen untuk membahagiakan rakyat. Kalau tidak salah inilah alasan ketika para “konglomerat” dulu mendirikan sekolah bisnis terkemuka di Indonesia. Semoga tetap setia dengan semangat “Sin Cun Kiong Hie, menghadirkan musim semi” sehingga semua mahluk hidup mempunyai harapan untuk mendapat sesuatu yang dimakan, dan tidak bergeser ke euphoria Gong Xi Fat Choi. Para pendirinya bisa terus mempertahankan kebiasaan hidup bersahaja: sarapan bubur dengan asinan lobak dan ikan asin, bukan karena pelit tapi tahu bahwa kenikmatan (menyenangkan diri sendiri) tidak sama dengan kebahagiaan (menghidupi orang lain). Kalau itu terjadi maka budaya Tionghoa, bisa memberi kontribusi sebagai pusat peradaban.
MS: Bagaimana kalau sampai mahasiswa tidak mau menerima dan tidak ada yanag mau daftar? JS: Kalau itu harga yang harus dibayar atas penegasan bahwa sekolah ini mau menerapkan prinsip ‘mendidik’ bukan sekadar ‘mengajar’ maka kita harus berani membayarnya. Saya yakin kalau itu terjadi, malahan akan semakin banyak mahasiswa yang mendaftar. Mengapa? Karena penegasan itu sudah mempertimbangkan analisa SWOT dengan pembanding pendidikan di luar negeri, apalagi yang di dalam negeri. Konfusius tidak pernah menyebut tentang kebahagiaan hidup sesudah mati. Dia cukup puas dan hanya berharap ti-
22
mei 2013
dak takut dan malu pada Tuhan/Thian dan leluhur kalau saatnya tiba. Buku “Jalan Cerdas Menuju Sehat” bertujuan memelihara kesehatan dan “Jalan Sutera Dialog Peradaban” adalah food for thought-nya.