MENGUJI KECENDERUNGAN MARKET MAVENISM PADA KONSUMEN TABLET PC DI INDONESIA (STUDI KASUS : KONSUMEN APPLE IPAD) Dicky Atsmar Fuady Gultom Adi Zakaria Afiff Program Studi S1 Reguler, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi
Abstrak: Penelitian mengenai pengaruh brand engagement, status consumption, attractiveness mempengaruhi kecenderungan market mavenism penguna iPad dalam merekomendasikan tablet Pc tersebut kepada konsumen lain di Indonesia dengan melihat refleksi dari market mavenism itu sendiri dari keterkaitan market mavenism terhadap dua product category yaitu mobile phone involvement dan clothing involvement Dengan menggunakan Structural Equation Modeling , penelitian ini menemukan bahwa brand engagement dan attractiveness berpengaruh positf terhadap market mavenism dan market mavenism tepat direfleksikan oleh mobile phone dan clothing involvement. Keywords: Market Mavenism, Brand Engagement, Status Consumption, Attractiveness, Mobile phone involvement, Clothing involvement. 1.Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat seperti pada saat sekarang ini menjadikan persaingan usaha perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri teknologi semakin ketat. Selain itu perubahan perilaku dan pergeseran tren, menuntut perusahaan untuk selalu mengikuti hal tersebut. Kotler (2000) menjelaskan bahwa dalam meningkatkan persaingan usaha masing-masing perusahaan harus dapat memenangkan persaingan tersebut dengan menampilkan produk yang terbaik dan dapat memenuhi selera konsumen yang selalu berkembang dan berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman. Dengan semakin majunya perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat yang berada di daerah perkotaan membuat semua yang dilakukan harus serba cepat terutama dalam hal mendapatkan informasi dan mendukung mobilitas masyarakat perkotaan yang tinggi. Beberapa produsen seperti Apple, Samsung, Microsoft, Blacberry, Google, Dell, Sony dan Amazon sejak beberapa tahun lalu telah memperkenal dan meluncurkan komputer tablet. Komputer tablet (Tablet PC) sendiri dapat didefinisikan sebagai komputer berlayar sentuh dan bersifat portabel berbentuk seperti buku dengan dukungan sistem operasi yang adaptif terhadap portabilititas dan interface sentuhnya (Majalah Mobile Guide, Mei 2012). Strategi awal perusahaan-perusaahaan tersebut dalam meluncurkan produk ini adalah untuk
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
mengisi pasar yang masih kosong antara notebook dan smartphone. Antara notebook dan tablet mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Notebook lebih cocok dalam penggunaan aplikasi yang membutuhkan penggunaan memori yang besar seperti aplikasi microsoft office (word,excel,powerpoint dan access) dan peyimpanan data dalam kapasitas besar, sedangkan tablet dalam penggunaannya lebih kepada browsing, gaming dan akses email dimanapun. Hal-hal ini yang membuat tablet tidak akan menggantikan notebook.
Gambar 1.1 Pertumbuhan Pasar Komputer Global
Sumber : http://www.indonesiafinancetoday.com
Pertumbuhan notebook secara global dapat dilihat dari gambar 1.1 hanya mengalami pertumbuhan sebesar 5,20% dari 108,23 juta unit meningkat menjadi 113,84 juta unit. Peningkatan penjualan secara global ini dinilai sangat tidak signifikan dan begitu juga dengan netbook yang mengalami penurunan penjualan hingga 14,40% penjualan yang pada sebelumnya mencapai 37,9 unit mengalami penurunan menjadi 32,48 juta unit. Hal ini tidak berlaku untuk penjualan komputer tablet yang meningkat drastis hingga 200% dari total 16,86 juta unit menjadi 50,59 juta unit penjualan total di seluruh dunia. Sedangkan di Indonesia menurut data International Data Corporation (IDC) penjualan komputer di Indonesia mengalami penurunan pada kuartal 2 tahun 2012. Penurunan mencapai 6,3% dibanding kuartal sebelumnya. Sedangkan jika dibandingkan tahun lalu, terjadi penurunan sebesar 3,6% atau 1,3 juta unit komputer. IDC juga menambahkan konsumen lebih tertarik dengan harga yang lebih terjangkau dan desain yang lebih kecil, seperti iPad. Menurut IDC penjualan
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
komputer tablet diperkirakan tumbuh sebesar 45% pada tahun 2013 dan penjualan akan mencapai 332,4 juta unit pada tahun 2015. Penjualan PC hanya 322,7 juta unit sehingga dapat dilihat bahwa penjualan PC akan mengalami penurunan hingga 7,8 persen pada 2013 yang merupakan penurunan terburuk. Hal ini dapat terjadi karena strategi perusahaan untuk mengisi pasar yang masih kosong berhasil dan tentunya ada perubahan perilaku konsumen notebook, netbook maupun smartphone yang sekarang beralih ke komuputer tablet. Seorang pakar analisis dari IDC yang bernama Loren Laverde mengungkapkan telah banyak konsumen yang menyadari bahwa kegiatan digital sehari-hari, seperti mengakses Web, media sosial, mengirim e-mail, serta menggunakan berbagai aplikasi lainnya sekarang ini tidak lagi membutuhkan desktop. Apple iPad pertama kali diluncurkan di Amerika Serikat pada bulan Januari 2010 memicu perusahaan-perusahaan pesaing turut andil dalam mendapatkan kosumen komputer tablet. Seperti yang telah dijelaskan diatas beberapa perusahaan selain Apple juga turut meluncurkan produk komputer tablet mereka antara lain Samsung Galaxy Tab, Dell Streak, Blackberry Playbook, Microsoft dengan Windows 8, Google Nexus 7 dan Sony Tablet S. Majalah SWA pada tahun 2011 telah melakukan survei pada sejumlah eksekutif mengenai personal technology dan gadget pilihan mereka. Survei ini dilakukan oleh Iskandar dan Nugroho dalam riset Dian Solihati, pada berbagai level mulai direktur, vice president, general manager, manajer senior, manajer dan staf supervisor dari berbagai industri responden terdiri dari 56 pria dan 29 perempuan dengan rentang usia 20-60 tahun. Survei terutama diterapkan pada tiga kategori gadget yaitu smartphone, notebook atau netbook dan komputer tablet. Hasilnya adalah seluruh responden menyatakan pernah membeli smartphone, 98,82% responden telah membeli notebook dan netbook dan kurang dari separuhnya 42,35% memiliki komputer tablet. Persaingan antara Apple dengan iPad nya dan Samsung dengan Galaxy Tab nya memang sangat mencolok beberapa tahun terakhir. Kedua perusahaan tersebut selalu bersaing untuk mendapatkan pasar yang besar di Indonesia yang semakin tahun semakin tumbuh seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Masing-masing merek mempunyai keunggulan dan kelemahan yang berbeda karena menggunakan operating system yang berbeda. Kedua produk tersebut memiliki unique selling point tertentu yang dapat menarik minat penggemar gadget di Indonesia. Apple dan Samsung telah menjadi market leader dan mempunyai pangsa pasar yang sangat besar di Indonesia dibanding dengan merek lainnya. Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) merinci bahwa market share
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
iPad di Indonesia sejak pertama kali dirilis sudah mencapai 81%, dimana Samsung harus memiliki inovasi baru untuk dapat mengejar ketinggalan tersebut. Dengan melihat berbagai data yang ditampilkan pada paragraf–paragaraf sebelumnya perusahaan Apple harus memikirkan strategi baru yang akan digunakan perusahaan khususnya dibidang pemasaran. Untuk hal ini perusahaan perlu memahami dan mempelajari perilaku konsumen yang tidak hanya puas setelah mengkonsumsi produk Apple iPad akan tetapi seperti merasa memiliki keharusan untuk berbagi kepada konsumen lain bagaimana pengalaman pada saat menggunakan produk tersebut. Konsumen jenis ini biasa disebut Market mavens, dimana konsumen ini memiliki keinginan untuk berbagi informasi mengenai produk iPad kepada konsumen yang lain. Perilaku market mavenism ini dijelaskan oleh Goldsmith, Flynn dan Clark (2012) dengan menjelaskan Brand engagement, status consumption, dan attractiveness sebagai anteseden dari market mavenism. Lebih lanjut Goldsmith et al. (2012) juga melihat pengaruh market mavenism terhadap mobile phone involvement dan clothing involvement dalam rangka menguji sifat materialism. Market maven dapat digunakan perusahaan Apple sebagai sarana word-of-mouth dan merupakan target yang ideal dalam mempromosikan produk iPad kepada konsumen yang ingin mengetahui informasi mengenai produk iPad. Meskipun word-of-mouth masih merupakan cara yang konvensional untuk mempengaruhi perilaku konsumen, dimana pengaruh tersebut hanya terbatas pada lingkungan sosial konsumen. Akan tetapi dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini word-of-mouth dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas sosial media seperti facebook, twitter, blog, dan forum – forum yang membahas produk Apple iPad. Perubahan pola perilaku dan pergeseran tren yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi dan meningkatnya perekonomian Indonesia membuat kebutuhan dan keinginan konsumen Indonesia semakin rumit. Pola perilaku orang Indonesia yang ingin selalu update untuk mendapatkan informasi dan berbagi informasi mengenai produk iPad tersebut Kesimpulan, komputer tablet adalah merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari konsumen produk Apple pada sekarang ini. Tidak sedikit komputer tablet yang bersaing dengan iPad di pasaran dan ditawarkan dengan berbagai variasi harga dan teknologi yang berbeda – beda. Lalu bagaimana peran Market Mavens terhadap produk Apple iPad di Indonesia?
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
2. Landasan Teori 2.1 Market Mavenism Market mavens pertama kali dijelaskan oleh Feick dan Price (1987) dimana mereka menjelaskan tipe konsumen memiliki keterlibatan yang tinggi dalam suatu pasar. Pengertian market mavens adalah individu yang memiliki banyak informasi mengenai berbagai jenis produk, tempat untuk berbelanja, dan aspek lain dari pasar. Konsumen ini termotivasi untuk mencapai dan menguasai informasi mengenai pasar konsumen.
2.2 Brand Engagement Brand engagement adalah dimana seseorang membentuk ikatan emosional terhadap suatu merek tertentu yang dapat dianggap menjadi bagian dari kehidupan mereka (Keller,2001). Dengan demikian, brand engagement ini sangat diinginkan oleh pemasar karena akan menyebabkan terjadinya konsumsi yang berkelanjutan, loyalitas terhadap merek dan word of mouth yang positif. H.1 Brand engagement berpengaruh positif terhadap Market mavenism
2.3 Status Consumption Status consumtion adalah proses motivasional yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan status sosialnya melalui pembelian yang mencolok terhadap suatu produk yang menyimbolkan status dari orang tersebut (Eastman,Goldsmith dan Flynn, 1999). Berdasarkan studi terbaru, menunjukkan bahwa pembelian merek yang lebih mahal lebih diinginkan oleh konsumen (Chaoa dan Schorb, 1998). Status consumption biasanya cenderung melibatkan produk mewah dan mahal (Heaney, Goldsmith dan Jusoh , 2005) yang mayoritas orang tidak secara rutin dalam menggunakan produk tersebut, banyak orang menggunakan produk tersebut tidak hanya untuk memuaskan kebutuhan materi tetapi juga memuaskan kebutuhan sosial. H.2 Status consumption berpengaruh positif terhadap Market mavenism
2.4 Attractiveness Berscheid dan Walster (1974) menjelaskan bahwa daya tarik merupakan elemen penting dari kehidupan sosial. Sebuah badan penelitian dalam psikologi sosial telah menunjukkan bahwa banyak orang-orang yang memiliki yang menarik menikmati banyak keuntungan yang tidak dapat dimiliki oleh orang-orang yang kurang menarik.
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
H.3 Attractiveness berpengaruh positif terhadap Market mavenism
2.5 Product Category Involvement Konsumen menjadi sangat tertarik dan termotivasi oleh kategori produk, seperti pakaian, produk teknologi, atau makanan. Market mavens memperluas pengetahuan mereka tentang kategori produk, mengembangkan keahlian terhadap produk tersebut, melakukan pembelian yang berulang kali, bertindak sebagai inovator dan pemimpin opini (Bloch, 1986; Goldsmith, 2000 ). Ponsel dan pakaian merupakan hal yang membantu market mavenism dalam merefleksikan diri agar dapat dinilai oleh konsumen lain. Mengikuti perkembangan ponsel dan fashion adalah merupakan bagian dari sifat market mavenism. Seperti yang dijelaskan oleh Wiedmannetal (2001) bahwa market mavenism berhubungan dengan terus mencari perkembangan fashion terbaru, dan Stokburger-Sauer dan Hoyer (2009) menunjukkan market mavenism positif terkait dengan keterlibatan dengan empat kategori produk: Wine, pakaian, mobil, dan kamera. Pada penelitian ini peneliti memilih dua kategori produk yang memiliki manfaat sosial dan prestise nyata dan belanja barang, terutama untuk konsumen mahasiswa: ponsel dan pakaian. H.4 Market mavenism berpengaruh positif terhadap Mobile phone involvement H.5 Market mavenism memiliki pengaruh positif terhadap Clothing involvement.
2.6 Materialism Materialisme didefinisikan sebagai sebuah pengertian yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan kepemilikan yang dipunyainya, yang menjadi cara untuk berkomunikasi atau memberikan pertanda kepada orang lain mengenai siapa orang tersebut dan apa statusnya (Douglas dan Isherwood, 1979).
Berikut ini adalah gambar model penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini :
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
Gambar 1 Model Penelitian dan hubungan hipotesis Sumber : Goldsmith, Flynn dan Clark (2012)
3. Metodologi Penelitian Responden penelitian ini adalah mahasiswa yang memiliki Tablet PC Apple iPad. Pengambilan data dilakukan di Jakarta dan Depok kebanyakan dilakukan di area Universitas Indonesia, Depok. Pengambilan data menggunakan survey dengan membagikan kuesioner pada para responden. Pada studi utama peneliti menyebarkan 150 kuesioner kepada 150 responden. Dari 150 orang responden Sebelum melakukan studi utama, peneliti terlebih dahulu melakukan pre-test kepada 30 orang responden untuk menguji reliabilitas dan validitas kuesioner yang digunakan. Dari hasil pre-test yang didapat terlihat bahwa seluruh variabel dan item di dalam kuesioner dinyatakan valid dan reliable dengan nilai cronbach’s alpha lebih dari 0.6 dan nilai KMO dan loading factor lebih dari 0.5 ( Lihat tabel 1 dan tabel 2)
Tabel 1. Rangkuman Hasil Uji Validitas
Factor Konstruk
Market Mavenism (MM)
Dimensi
KMO
Loading
Membicarakan iPad
0,811
Menyediakan informasi
0.979
Orang lain bertanya
0.762
0.691
Memberikan rekomendasi
0.604
Sumber informasi
0.763
Tidak merasa expert
0.529
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
Kesimpulan
Valid
Tabel 1. (Lanjutan) Rangkuman Hasil Uji Validitas
Brand Engagement (BE)
Ikatan khusus
0.872
Bagian diri
0.952
Ikatan personal
0.936
Mendefinisikan bagian diri Hubungan yang dekat
Status Consumption (SC)
Attractiveness (AT)
Mobile Phone Involvement (MPI)
Clothing Involvement (CI)
0.968
0.896
Identifikasi Apple
0.666
Apple dan saya
0.962
Apple sangat penting
0.926
Membeli iPad karena gengsi
0.675
Membayar lebih untuk iPad
0.919
Tertarik karena gengsi
0.678
0.793
iPad berkelas
0.546
Terlihat awet muda
0.763
Mendapat Komentar
0.969 0.683
0.528
Mencapai Penampilan
0.361
Menjadi Panutan
0.609
Memilih telepon genggam
0.621
Telepon genggam penting
0.635
Valid
0.940
Telepon genggam tidak penting
0.442
Memilih Pakaian
0.570
Pakaian sangat penting
Valid
0.932
Gengsi iPad tidak relevan
Mengikuti perkembangan
Valid
0.911
0.557
Valid
0.990
Pakaian tidak penting
Valid
0.444
Dan berikutnya adalah hasil uji reliabilitas yang ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas
Konstruk
Dimensi
Cronbach’s Alpha
Kesimpulan
0.856
Reliable
Membicarakan iPad Menyediakan informasi Market Mavenism (MM)
Orang lain bertanya Memberikan rekomendasi Sumber informasi Tidak merasa expert
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
Tabel 2. (Lanjutan) Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas
Ikatan khusus Bagian diri Ikatan personal Brand Engagement (BE)
Mendefinisikan bagian diri Hubungan yang dekat
0.970
Reliable
0.671
Reliable
Identifikasi Apple Apple dan saya Apple sangat penting Membeli iPad karena gengsi Membayar lebih untuk iPad Status Consumption (SC)
Tertarik karena gengsi Gengsi iPad tidak relevan iPad berkelas Terlihat awet muda
Attractiveness
Reliable
Mendapat komentar
(AT)
Mengikuti perkembangan
0.796
Mencapai penampilan Menjadi panutan Mobile Phone
Memilih telepon genggam
Involvement
Telepon genggam penting
(mobile)
Reliable 0.779
Telepon genggam tidak penting
Clothing Involvement
Memilih pakaian
(Clothing)
Pakaian penting
Reliable 0.754
Pakaian tidak penting
4. Temuan dan Diskusi Dalam penelitian ini digunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk mengalisis data yang didapat dari responden. Peneliti melakukan confirmatory factor analysis terlebih dahulu untuk menguji validitas, reliabilitas dan kecocokan model pengukuran. Untuk dinyatakan valid, sebuah variabel teramati harus memiliki nilai loading factor lebih besar dari 0.5 dan t-value di atas 1.96. Seluruh variabel teramati untuk variabel laten Market Mavenism dinyatakan valid. Begitu juga variabel-variabel teramati dari variabel-variabel teramati dari variabel laten Brand Engagement, Status Consumption, Attractiveness, Mobile Phone Involvement dan Clothing Involvement.
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
Seluruhnya dapat terlihat pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Hasil Uji Validitas
Konstruk
Dimensi
t-value
Loading Factor
Kesimpulan
Membicarakan iPad
12.22
0.84
Valid
11.54
0.81
Valid
10.43
0.76
Valid
8.68
0.66
Valid
Ikatan khusus
12.91
0.85
Valid
Bagian diri
14.48
0.91
Valid
Ikatan personal
14.09
0.90
Valid
14.04
0.90
Valid
13.88
0.89
Valid
Identifikasi Apple
8.11
0.61
Valid
Apple dan saya
13.55
0.88
Valid
9.78
0.76
Valid
10.31
0.79
Valid
14.47
0.91
Valid
11.71
0.82
Valid
8.50
0.62
Valid
8.59
0.69
Valid
10.97
0.77
Valid
6.46
0.60
Valid
9.54
0.76
Valid
Menyediakan Market Mavenism
informasi
(MM)
Orang lain bertanya Memberikan rekomendasi
Brand Engagement
Mendefinisikan bagian diri
(BE)
Hubungan yang dekat
Membeli iPad karena gengsi Membayar lebih Status Consumption
untuk iPad
(SC)
Tertarik karena gengsi Gengsi iPad tidak relevan Terlihat awet muda Mendapat Komentar
Attractiveness
Mengikuti
(AT)
perkembangan Mencapai Penampilan Menjadi Panutan
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
Tabel 3. (Lanjutan) Hasil Uji Validitas Memilih telepon genggam Mobile Phone Involvement (MPI)
Telepon genggam penting Telepon genggam tidak penting Memilih Pakaian
Clothing
Pakaian sangat
Involvement
penting
(CI)
Pakaian tidak penting
8.23
0.65
Valid
12.47
0.90
Valid
5.54
0.46
Valid
8.14
0.62
Valid
13.0
0.92
Valid
6.18
0.49
Valid
Tabel 3 di atas merupakan hasil dari pengujian validitas dari masing- masing variabel teramati dari masing-masing variabel laten yang diamati di dalam penelitian ini. Seluruh variabel teramati untuk seluruh variabel laten dinyatakan valid karena memiliki nilai loading factor yang lainnya di atas 0.5 dan memiliki t-value yang nilainya di atas 1.96. Dengan demikian, seluruh varianel teramati dapat dinyatakan valid dan signifikan sehingga dapat dimasukkan ke dalam penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan uji reliabilitas model pengukuran di mana sebuah konstruk dapat dinyatakan reliable apabila nilai construct reliability nya di atas 0.7 dan nilai variance extracted nya di atas 0.5. Selain uji reliabilitas, uji goodness-of-fit dilakukan dan mendapatkan hasil seperti pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas dan Goodness-of-fit Konstruk
Dimensi
GOF
Construct
Variance
Reliability
Extracted
0.853
0.594
Kesimpulan
Membicarakan iPad Market
Menyediakan informasi
Mavenism
Orang lain bertanya
(MM)
Memberikan
Good Fit
rekomendasi
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
Reliabilitas Baik
Tabel 4.(Lanjutan) Hasil Uji Reliabilitas dan Goodness-of-fit Ikatan khusus Bagian diri Ikatan personal Mendefinisikan bagian Brand
diri
Engagement
Hubungan yang dekat
(BE)
Identifikasi Apple
Reliabilitas Good Fit
0.948
0.728
Good Fit
0.892
0.675
Good Fit
0.819
0.478
Good Fit
0.721
0.480
Good Fit
0.727
0.488
Baik
Apple dan saya Membeli iPad karena gengsi Status
Membayar lebih untuk
Consumption
iPad
(SC)
Tertarik karena gengsi
Reliabilitas Baik
Gengsi iPad tidak relevan Terlihat awet muda Mendapat Komentar Attractiveness
Mengikuti
(AT)
perkembangan
Reliabilitas Baik
Mencapai Penampilan Menjadi Panutan Memilih telepon genggam Mobile Phone Involvement (MPI)
Telepon genggam penting
Reliabilitas Baik
Telepon genggam tidak penting Clothing
Memilih Pakaian
Involvement
Pakaian sangat penting
(CI)
Pakaian tidak penting
Reliabilitas Baik
Setelah itu peneliti melakukan analisis hubungan kausal pada variabel-variabel yang ada di dalam penelitian ini. Suatu lintasan dapat dinyatakan signifikan apabila memiliki nilai t-value di atas 1.96. Pada analisis kausal peneliti mendapatkan hasil bahwa lintasan Status Consumption – Market Mavenism memiliki t-value sebesar -0.59 sehingga dinyatakan tidak signifikan. Lintasan Brand Engagement – Market mavenism memiliki t-value 6.26, lintasan
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
Attractiveness-Market mavenism memiliki t-value sebesar 3.47, lintasan Market mavenismMobile phone involvement memiliki t-value sebesar 4.78 dan lintasan Market mavenismClothing Involvement memiliki t-value sebesar 4.67. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa data mendukung 1,3,4 dan 5 sedangkan hipotesi 2 tidak didukung oleh data. Temuan ini tidak konsisten dengan temuan dari studi sebelumnya yang dilakukan oleh Goldsmith et al (2012). Inkonsistensi ini terjadi akibat responden penelitian ini adalah merupakan mahasiswa yang cenderung belum mengkonsumsi iPad hanya untuk status. Seperti yang dijelaskan oleh Hofstede (2001) dan Hoftsted dan Bond (1998) yang menjelaskan bahwa keterlibatan keluarga dalam memutuskan suatu konsumsi yang memoderasi status konsumsi di kalangan remaja dengan tingkat materialisme yang tinggi. Jadi dapat ditarik kesimpulan mahasiswa yang menjadi responden memiliki keterkaitan terhadap keluarga dalam mengkonsumsi suatu produk.
5. Kesimpulan dan Implikasi Manajerial Dari hasil penelitian ini didapat hasil bahwa yang mempengaruhi kecenderungan Market mavenism konsumen Apple iPad di Indonesia adalah Brand engagement dan Attractiveness. Status Consumption tidak berpengaruh terhadap Market mavenism. Hal ini menjelaskan bahwa konsumen Apple iPad di Indonesia tidak terlalu memikirkan status atau gengsi yang didapat apabila konsumen tersebut membeli dan menggunakan produk tersebut Dengan demilikian, peneliti menyarankan untuk distributor resmi produk Apple iPad agar menggunakan brand engagement dan attractiveness dalam memasarkan produk iPad di Indonesia. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh distributor resmi iPad di Indonesia antara lain dengan menyediakan fasilitas web site resmi atau blog bagi para market maven. Tujuan dibuatnya website resmi atau blog khusus pengguna iPad ini untuk memberikan informasi yang lebih mendalam tentang bagaimana pengalaman mereka selama menggunakan produk iPad kepada konsumen lain yang mencari informasi mengenai produk iPad yang lebih detail. Dan perusahaan Apple di Indonesia harus tepat dalam memilih seorang market mavens yang kredibilitasnya tidak diragukan oleh calon konsumen. Kredibilitas seorang market mavens merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh calon konsumen dalam menanggapi semua rekomendasi yang diberikan oleh market mavens. Selain kredibilitas, daya tarik yang dimiliki seorang market mavens juga menjadi suatu perhatian dari calon konsumen. Seperti seorang market mavens yang memiliki wajah yang tampan, cantik dan fashionable akan meningkatkan persepsi calon konsumen terhadap rekomendasi disarankan. Alasan lain yang menyebabkan perusahaan Apple harus tepat dalam memiliki market mavens adalah seseorang
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
yang dipilih menjadi market mavens nantinya akan memiliki peranan yang penting untuk membantu perusahaan dalam membangun brand personality pada produk Apple iPad. Bagi perusahaan brand personality adalah merupakan value advantage yang akan membedakan merek Apple dengan merek lainnya. Target utama perusahaan Apple dalam menggunakan market mavens ini adalah untuk meningkatkan kepercayaan calon konsumen merek Apple itu sendiri. Perusahaan Apple mengharapkan dengan adanya market mavens ini calon konsumen memilki kepercayaan pada merek ataupun perusahaan Apple itu sendiri dan diharapkan dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja produk Apple iPad di pasar produk komputer tablet.
Referensi Anderson, C., & Gerbing, D. (1984). The effect of sampling error on covergence, improper solutions, and goodness-of-fit indices for maximum likelihood confirmatory factor analysis (Vol. 49). Anderson, C., & Narus, J. (1991). Partnering as a focused market strategy. california management review , 33(3), 96-113. Belk, R. (1988). Third World Consumer Culture, Marketing and Development. 103-127. Belk, R., & Pollay, R. (1985). Image of ourselves: The good life in twentieth century advertising. Journal of consumer research , 11, 887-97. Bentler, P., & C.chou. (1987). Practical Issues in Structural Modeling, Sociological Methods and Research (Vol. 16). Berscheid, E., & Walster, E. (1974). Physical attractiveness. In L. Berkowitz (Ed.). Advances in experimental social psychology (vol. 7, pp. 156–213). New York: Academic Press. Bloch, P. (1986). The product enthusiast: implication for marketing strategy. Journal of Consumer Marketing , 3 (3), 51-62. Bruce, V., & Young, A. W. (1998). In the eye of the beholder. Oxford: Oxford University Press. Chaoa, A., & Schorb, J. (1998). Empirical tests of status consumption: Evidence from women's cosmetics. Journal of Economic Psychology , 19, 107-31. Clark, R., & Goldsmith, R. (2005). Market mavens: psychological influences. Psychology and Marketing , 289-312. Clark, R., Zboja, J., & Goldsmith, R. (2007). Status consumption an role-relaxed cosumption: a tale of two retail consumers. Journal of Retailing and Consumer Services , 14, 4559.
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
Cunningham, M. R. (1986). Measuring the physical in physical attractiveness: Quasiexperiments on the sociobiology of female facial beauty. Journal of Personality and Social Psychology, 50, 925–935. Dawson, Scott and Jill Cavell (1986), Status Recognition in the 1980s: Invidious Distinction Revisited, Advances in Consumer Research, Vol. 14,487-491. Dion, K. K., Berscheid, E., & Walster, E. (1972). What is beautiful is good. Journal of Personality and Social Psychology, 24, 285–290. Douglas, M., & Isherwood, B. (1979). The world of goods (Vol. Basic Book). New York, NY. Eastman, J., Goldsmith, R., & Flynn, L. (1999). Status consumption in consumer behaviour: scale development and validation. Journal of Marketing Theory and Practice , 7 (3), 41-51. Feick, L., & Price, L. (1987). The market maven: a diffuser of marketplace information. Journal of marketing , 51, 83-97. Fitzmaurice, J., & Comegys, C. (2006). Materilm and social consumption. Journal of Marketing Theory and Practice , 14 (4), 287-99. Frieze, I. H., Olson, J. E., & Russell, J. (1991). Attractiveness and income for men and women in management. Journal of Applied Social Psychology, 21, 1039–1057. Gabriel, Y., & Lang, T. (2006). The unmanageable Consumer. London: Sage. Ganesha, Amal (2011). Analisis Perbandingan Purchase Intention Konsumen Indonesia Terhadap Merek Amerika Serikat dan Merek Lokal di dalam Industri Restoran Donal. Skripsi. Depok. FEUI Goffman, Erving (1959), The Presentation of Self in Everyday Life, Garden City, NY: Doubleday Anchor Books. Goldsmith, R., Flynn, L., & Clark, R. (2012). Motivators of market mavenism in the retail environment. Journal of retailing and consumer services. Goodey, C., & East, R. (2008). Testing the market maven concept. Journal of Marketing Management , 24 (3-4), 265-282. Hader, S. (2008). Wooing luxury customer. Marketing Management , 17 (4), 27-31. Hayakawa, S. I. (1963), Symbol, Status, and Personality, New York: Harcourt, Brace & World, Inc. Heaney, J., Goldsmith, R., & Jusoh, W. (2005). Status consumption among Malaysian consumers exploring its relationship with materialism and attention to social comparison information. Journal of International Consumer Marketing , 17(4), 83-98.
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
Hoftstede, G. (2001). Culture's consequence, comparing values, behaviors, institutions, and organization across nation. Thousand Oaks, CA: Sage Publication. Hoftstede, G., & Bond, M. (1998). The Confucious connection: From cultural roots to economic growth. Organizational Dynamics. Houston, M., & Rothschild, M. (1978). Conceptual and methodological perspectives in involvement. Research Frontiers in Marketing: Dialogues and Directions , 184-187. Husic, M., & Cicic, m. (2009). Luxury consumption factors. Journal of Fashion Marketing and Management , 13 (2), 231-45. Iskandar, Nugroho, & Solihati, D. (2011). Survei personal technology dan gadget pilihan eksekutif. April. SWA. Kasser, T. (2002). The high price of materialism. The MIT Press . Keller, K. (2001). Building customer-based brand equity: a blueprint for creating strong brands. Marketing Science Institute , 01-107. Kilsheimer, J. (1993). Status Consumption: The Development and Implications of a Scale Measuring the Motivation to Consume for Status. Florida: Marketing Faculty at Florida State Universtiy. Kotler, P. (2000). Manajemen Pemasaran (Milenium ed.). Indeks : Jakarta. Langlois, J. H., & Roggman, L. A. (1990). Attractive faces are only average. Psychological Science, 1, 115–121 Levy, Sidney J. (1959), "Symbols for Sale," Harvard Business Review, 37 (July-August), 117-124. Maholtra, N. (2007). Marketing Research An Applied Orientation (5 ed.). New York: Prentice Hall. Maholtra, N. (2010). Marketing Research: An applied Orientation (6th edition ed.). USA: Prentice Hall. Nielsen.
(n.d.).
Digital
Trends.
Retrieved
May
Wednesday,
2013,
from
http://www.digitaltrends.com/mobile/nielsen-tablet-users-ditching-pcs-and-ereaders/ Price, L., Feick, L., & Guskey-Federouch, A. (1988). Couponing behaviors of the market maven: profile of a super couponer. Advance in Consumer Research 15 , 354-359. Slama, M., Nataraajan, R., & Williams, T. (1992). Market mavens and the relationship between smart buying and information provison: an exploratory study. Developments In marketing Science , 15, 90-93. Sprott, D.,Czellar,S.,Spangenberg,E.,2009.The importance of a general measure
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013
of brand engagement on market behavior : development and validation of a scale. Journal of Marketing Research 46 (1), 92–104. Stokburger-Sauer, N., & Hoyer, W. (2009). Consumer advisors revisited: What drives those with market mavenism and opinion leadership tendencies and why? Journl of Consumer Behaviour , 8 (2/3), 100-115.
Thomsen, T., & Sorensen, E. (2006). The first four -wheeled status symbol; pram comsumption as a vehicle for the construction of motherhood identity. Journal of Marketing Management , 22, 907-927. Thornhill, R., & Gangestad, S. W. (1993). Human facial beauty: Averageness, symmetry, and parasite resistance. Human Nature, 4, 237–269. Veblen, Thorstein (1953), The Theory of the Leisure Class, Mentor, New York. Walsh, G., Gwinner, K., & Mitchell, V. The manmaven: an agent for diffusing market information. Journal of Marketing Communications , 7 (4), 195-212. Walsh, G., Gwinner, K., & Swanson, S. (2004). What market mavens tick? exploring the motives of market mavens initiation of information diffusion. Journal of consumer marketing , 109-122. Wiedmann, K., Walsh, G., & Mithcell, V. (2001). The manmaven: an agent for diffusing market information. Journal of Marketing Communications , 7 (4), 195-212. Wijanto, S. (2008). Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8: Konsep dan Tutorial. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Menguji kecenderungan..., Dicky Atsmar Fuady Gultom, FE UI, 2013