MENGGAGAS KUALITAS GENDER DAN PENDIDIKAN BERMUTU DALAM RUBRIK LOKAL Rabu, 08 Juli 2015 12:19
Oleh
Dr. Remiswal, S.Ag., M.Pd.
Doktor dari Universitas Negeri Jakarta
Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang
Abstrak
Terma rubrik cenderung dimaknai secara sempit, sehingga pemanfaatannya bersifat terbatas. Sedangkan kontekstualnya rubrik memiliki kedekatan dengan aktivitas dan keseharian warga komunitas. Pemahaman makna rubrik yang sesungguhnya akan mendatangkan keuntungan besar bagi perwujudan pendidikan bermutu berdimensi gender. Untuk itu, eksistensi rubrik dalam konteks komunitas lokal perlu diapresiasi dan dipublikasikan secara optimal, sehingga keberadaannya bereskalasi besar bagi kemajuan pembangunan pendidikan dan gender di Indonesia.
Keyword: Kualitas Gender, Pendidikan Bermutu dan Rubrik Lokal
A. Latar Belakang
Pendidikan bermutu merupakan tuntutan untuk menghasilkan generasi yang berkualitas. Generasi berkualitas menjadi kebutuhan bangsa dan negara saat ini. Sebab bangsa dan
1 / 13
MENGGAGAS KUALITAS GENDER DAN PENDIDIKAN BERMUTU DALAM RUBRIK LOKAL Rabu, 08 Juli 2015 12:19
negara mengalami keterpurukan, terutama degradasi kepercayaan diakibatkan perilaku moral penyelenggara negara yang destruktif. Perilaku yang muncul sekarang merupakan muara dari penyelenggaraan pendidikan sebelumnya. Untuk keluar dari keterpurukan dan mengantisipasi bahaya yang lebih hebat pada masa depan diperlukan penataan dari penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas.
Pendidikan berkualitas tidak dimulai dengan asumsi pendidikan biaya mahal atau tidak identik dengan pendidikan yang bersifat mewah. Pendidikan berkualitas berakar dari paradigm penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan berkualitas memiliki atribut yang ditandai dengan ketersediaan dan ketercukupan sarana dan prasarana yang menekankan pada fungsi serta kegunaannya. Sedangkan pendidikan mewah dan pendidikan biaya mahal cenderung ditinjau dari perhitungan harga (account) atribut yang digunakannya.
Pendidikan berkualitas atau dinamakan juga dengan pendidikan bermutu tidak hanya bertumpu pada hasil, tetapi menekankan pada proses. Sebab hasil yang baik belum tentu bertumpu pada proses yang baik, sebaliknya proses yang baik cenderung mendatangkan hasil yang baik juga. Pada proses, peran serta warga didik dan belajar menjadi hal yang dipentingkan dan diutamakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Tingginya frekuensi keterlibatan dan tingkat kesukaran yang dilalui peserta didik dan belajar dalam proses pendidikan dan pembelajaran, semakin berbobot pengalaman belajar yang diperolehnya.
Pendidikan berkualitas telah ditetapkan garisan-garisan mutunya. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menetapkan delapan indikator standar mutu dalam penyelenggaraan pendidikan. Kedelapan standar mutu pendidikan tersebut mencakup standar, isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik dan kependidikan, pengelolaan, sarana prasarana, pembiayaan dan penilaian.
Untuk mewujudkan pendidikan berkualitas atau bermutu, maka human resources merupakan faktor utama, karena semua yang terkait dengan kedelapan standar mutu yang digariskan dipengaruhi oleh eksistensi sumber daya manusianya. Diskursus sumber daya manusia mengalami kajian yang pesat. Dimensi sumber daya manusia yang diapungkan dalam konteks penyelenggaraan pendidikan adalah pemberian kesempatan sama antara laki-laki dan perempuan di dalamnya. Bahkan lebih ekstrim lagi, diskursus berkembang terhadap penerimaan pada etnik minority seperti kelompok “ transexs ’. Kelompok ini harus diakomodir haknya secara sama dengan kelompok sumberdaya manusia
2 / 13
MENGGAGAS KUALITAS GENDER DAN PENDIDIKAN BERMUTU DALAM RUBRIK LOKAL Rabu, 08 Juli 2015 12:19
yang normal.
Tingginya perhatian pada kesetaraan (equity) dan keadilan (equality) gender menjadi barometer dalam mengukur keberhasilan pembangunan, sejalan dengan target Millenium Development Goals (MDGs). Empat indikator utama yang disematkan dalam mengukur indeks pembangunan manusia ( human development indexs ) yaitu dimensi kesehatan, pendidikan, ekonomi dan lingkungan. Dalam perkembangannya, aspek pendidikan menjadi determinan terhadap indikator lainnya.
Secara internasional dan nasional, gaung bagi kualitas gender dalam pembangunan manusia sudah membahana, tetapi realitas di lapangan masih jauh dari harapan. Target-target pembangunan untuk mewujudkan ini cenderung tidak bersifat linear, sehingga distorsi berbau gender terjadi di lapangan secara kasat mata.
Berangkat dari pemikiran di atas, maka tulisan ini mencoba menawarkan alternatif bagi penyelenggaraan pendidikan bermutu berdimensi gender senantiasa berangkat dari rubrik-rubrik lokal. Sebagai gagasan awal akan dikembangkan pemahaman-pemahaman sederhana dalam mengejewantahkannya bagi tujuan penyelenggaraan pendidikan bermutu berdimensi gender. Sehingga pengimplementasiannya tidak memisahkan antara pendidikan bermutu dari persoalan gender yang bersifat latin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
B. Memaknai Rubrik Lokal
Secara etimologi, rubrik diartikan dalam dua pengertian; petunjuk resmi yang mengatur tatalaksana liturgi (arti kata kerja), kepala karangan (ruang tetap) dalam surat kabar, majalah dan sebagainya (arti kata benda). Dalam dunia pendidikan, rubrik biasanya memuat isi dan pesan (hal pokok) yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca (Artikata.Com, 2014).
3 / 13
MENGGAGAS KUALITAS GENDER DAN PENDIDIKAN BERMUTU DALAM RUBRIK LOKAL Rabu, 08 Juli 2015 12:19
Secara kontekstual rubrik bisa dipahami sebagai ruang tetap bagi komunitas untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan pelbagai topik pembicaraan, kegiatan, tindakan, komitmen, kesepahaman antar anggota komunitas secara intensif. Perkembangannya, kelompok komunitas semakin meningkat tajam yang melibatkan semua lapisan masyarakat dengan atribut yang beragam. Keberagaman kelompok komunitas tersebut belum dipandang sebagai asset bagi peningkatan partisipasi gender dalam membangun konsep pendidikan bermutu.
Dinamisnya kelompok komunitas dengan jargonnya merupakan media komunikasi efektif untuk menjadikan pendidikan dan gender menjadi dasar perjuangannya. Kesadaran (awareness) kelompok komunitas tentang determinan akar permasalahan sebagai dasar perjuangan kelompoknya akan menempatkan pendidikan dan gender pada garda terdepan. Munculnya kesadaran dini tentang eksistensi kualitas gender dan pendidikan bermutu, akibat dibicarakan dan didiskusikan secara intensif dalam kelompok tersebut.
Eskalasi dinamika kelompok komunitas dalam berbagai lapisan kehidupan masyarakat dapat dianggap sebagai terma rubrik lokal kontekstual, karena keberadaannya menjadi kebutuhan bagi warga masyarakat sebagai bentuk penyaluran kebutuhan dasarnya. Kecerdasan dalam menyikapi eksistensi kelompok komunitas dan mencerdaskan kelompok komunitas yang conce rn dengan kualitas gender dan pendidikan bermutu berdampak positif bagi perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Suatu upaya terencana dan bersifat kontiniu serta bersinergi dengan stakeholders, akan menempatkan pranata-pranata lokal sebagai rubrik lokal yang efektif dalam menyalurkan gagasan bernas mengenai partisipasi gender dalam mewujudkan pendidikan berkualitas.
C. Kualitas Gender dan Pendidikan Bermutu; Sebuah Causal-Effect
Dalam UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 berbunyi, yaitu ayat: (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undangundang. (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
4 / 13
MENGGAGAS KUALITAS GENDER DAN PENDIDIKAN BERMUTU DALAM RUBRIK LOKAL Rabu, 08 Juli 2015 12:19
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia (DPR RI, 2008).
Amanat UUD 1945 tersebut merupakan perjuangan terberat dalam mengisi pembangunan nasional Indonesia. Sebab negara memeliki kebutuhan untuk mempersiapkan pendidikan berkualitas bagi warganya, karena pendidikan menjadi salah satu ukuran dalam menilai keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa.
Antara kualitas gender dan pendidikan bermutu berdimensi ganda yaitu; causal dan effect. Diskusi antara causal dan effect sukar menentukan apa yang mendahului. Keduanya memiliki peluang untuk mempengaruhi dan menentukan satu sama lainnya. Dalam konteks ini, makna causal adalah segment gender memiliki peran besar dalam keberhasilan pembangunan pendidikan, tentu saja segmet gender yang tercerahkan dan terangkat derajatnya oleh kualitas pendidikan. Sebaliknya makna effect adalah pembangunan menentukan arah dan kualitas gender. Pemerataan pembangunan memberikan kesempatan dan peluang yang sama untuk beraktivitas dalam berbagai aspek kehidupan. Hanya saja, proses pembangunan cenderung tidak bersifat garis lurus ( linear ), seperti harapan yang tercantum dalam UUD 1945 tersebut. Bahkan untuk pencapaian pendidikan dasar bagi warga masyarakat telah ikut didorong oleh kebijakan-kebijakan internasional di bawah koordinasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti kebijakan Education For All (EFA), Sasaran Pembangunan Millennium (MDGs) dan sebagainya.
Kebijakan-kebijakan pendidikan belum sepenuhnya membuahkan hasil yang berdampak terhadap keterlibatan warga pendidik secara merata. Indikator seperti ini ditunjukkan dengan rentetan kebijakan pemerintah untuk mewujudkan pendidikan berkualitas. Setidaknya sejak tahun 1945 s/d 2013 telah terjadi pengambilan kebijakan berkaitan dengan kurikulum pendidikan, yaitu 1947; rencana pelajaran dirinci dalam rencana pelajaran terurai, 1964; rencana pendidikan sekolah dasar, 1968; kurikulum sekolah dasar, 1973; kurikulum proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP), 1975; kurikulum sekolah dasar, 1984; kurikulum 1984, 1994; kurikulum 1994, 1997; revisi kurikulum 1994, 2004; rintisan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), 2006 kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dan 2013; kurikulum 2013 (Kemendikbud 2012).
5 / 13
MENGGAGAS KUALITAS GENDER DAN PENDIDIKAN BERMUTU DALAM RUBRIK LOKAL Rabu, 08 Juli 2015 12:19
D. Mengembangkan Indikator Kualitas Gender dan Pendidikan Bermutu
Secara terminologi ilmu pengetahuan bahwa aspek gender dan pendidikan memiliki perbedaan secara format dan materinya. Dengan perbedaan format dan materi tentu berdampak pula dalam pengembangan indikator keberhasilannya. Format dan materi gender menekankan pada pembagian peran yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Secara biologis antara laki-laki dan perempuan tentu memiliki perbedaan nyata, tetapi dari segi kultural, peran-peran itu bisa dialihkan dari satu ke yang lainnya. Terjadinya distorsi peran dari segi kultural seperti dikemukakan oleh Weeks (1986) yang berbunyi: The number of people of a particular race, marital status, education level, occupation, or income will be a consequence of (1) the sosial and economic organization of society, (2) the levels of mortality, fertility and migration and (3) the age and sex structure .
Dalam perkembangannya, gender memiliki banyak indikator yang dimasukkan kedalam dimensi pembangunan nasional, sejalan dengan pengaruh perkembangan issu gender secara internasional. Beberapa gerakan gender yang mengemuka yang mendorong partisipasi perempuan dalam pembangunan adalah Women in Development (WID), Women and Development (WAD), Gender and Development (GAD). Sedangkan indikator pengukuran gender (IPG) memiliki kesamaan dengan indikator pengukuran manusia (IPM) (Remiswal, 2009).
. Sama halnya, indikator pendidikan bermutu mengalami perkembangan pesat. Selama ini, penilaian keberhasilan pendidikan bertumpu pada guru dan peserta didik, tetapi berdasarkan UU Sisdiknas Pasal 35 Ayat 1 jo PP No.19 Tahun 2005 Bab II Pasal 2 jo PP No.17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, di dalamnya disebutkan delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) terdiri dari; standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.
Untuk mencapai standar tersebut berkembang pulalah anatomi sistem penjaminan mutu pendidikan yang didalamnya berisikan; Budaya Mutu (BM), Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME), Pengembangan Mutu Berkelanjutan (PMB), Akuntabilitas Publik (AP), Standar Mutu Satuan Pendidikan (SMSP) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
6 / 13
MENGGAGAS KUALITAS GENDER DAN PENDIDIKAN BERMUTU DALAM RUBRIK LOKAL Rabu, 08 Juli 2015 12:19
Bila ditarik benang merah antara kualitas gender dan pendidikan bermutu, maka manusia sebagai target kegiatan keduanya menjadi titik temu kajiannya. Sehingga causali effect antara kualitas gender dan pendidikan bermutu menjadi point penting dalam memunculkan rubrik lokal.
E. Instrumen Pendidikan Bermutu Berdimensi Kualitas Gender
Sekilas pandang upaya menakar kualitas pendidikan baru dapat dilakukan dalam tataran pendidikan formal. Keterikatan institusi pendidikan dengan lingkungannya belum menjadi suatu kepastian. Ungkapan dunia pendidikan sebagai menara gading bagi masyarakat sekitarnya masih belum terbantahkan. Sebab institusi pendidikan belum mampu mengintegrasikan kegiatan pendidikan dengan aktivitas masyarakat. Sehingga ungkapan memasyarakatkan pendidikan dan mendidik masyarakat belum bersifat holistik.
Dalam kerangka pendidikan formalitas telah dibentuk berbagai institusi berkompeten dan dikembangkan berbagai instrument penilaian standar pendidikan. Sehubungan review tentang sejarah penilaian pendidikan, senantiasa diawali dengan penilaian proses pembelajaran. Titik sentral keberhasilan pendidikan berpatok kepada kualitas guru. Kualitas guru tercermin dari peningkatan kemampuan peserta didiknya. Namun, pemerataan kesempatan dan peluang bagi segenap warga berpartisipasi dalam pendidikan menjadi ukuran yang lebih jelas. Persentase penduduk Indonesia yang belum mengecap pendidikan secara layak bagaikan fenomena gunung es. Semakin hari fenomena yang disuguhkan oleh media masa bagaikan mencabik baju di dada, betapa banyak generasi kecil Indonesia berjuang keras memperoleh kesempatan bersekolah, seperti selayaknya dengan anak-anak sebayanya.
Mencermati perkembangan format institusi dan model instrument penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan berkualitas tidak akan pernah berakhir. Dinamika keilmuan dan perkembangan ilmu teknologi turut mempengaruhi serta berdampak terhadap penyuguhan dengan berbagai cara dalam mengembangkan model-model institusi dan instrument yang digunakannya. Sebagai contoh berbagai istilah kelembagaan penjaminan mutu telah digunakan secara berbeda pada institusi di setiap Negara di dunia, misalnya Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) di Indonesia, Academic Standar Panel di Australia, The French Comité National d’Evaluation di
7 / 13
MENGGAGAS KUALITAS GENDER DAN PENDIDIKAN BERMUTU DALAM RUBRIK LOKAL Rabu, 08 Juli 2015 12:19
Perancis, The UK Academic Audit Unit di Inggris (Alma Craft: 1991).
F. Rubrik Lokal; Awal Bagi Pendidikan Bermutu Berdimensi Kualitas Gender
Secara kontekstual, makna rubrik lokal cenderung luput dari perhatian. Pemaknaan terma ini cenderung bernilai mahal. Segelintir kecil penduduk Indonesia yang mampu menikmati suguhan berita koran pagi dan sore hari. Segelintir orang pula yang mengenali terma rubrik ini, sebab terpajang pada pojok koran tersebut. Sedangkan pada kontek lokal ditemukan banyak rubrik-rubrik yang perlu difamiliarkan lewat bahasa-bahasa sederhana dan mudah dimengerti semua orang.
Berbicara mutu dan kualitas tidak membutuhkan pikiran-pikiran sulit, tetapi bisa dituangkan melalui pikiran dan bahasa sederhana. Pendidikan bermutu dan kualitas tidak berangkat dari konsep-konsep yang membingungkan dan membuat frustasi, tetapi bisa diawali dari kesederhanaan sikap dan tindakan. Dalam kontek lokal, fakta integritas terhadap mutu dan kualitas tidak diblunder dalam bentuk format yang sakral, tetapi warga komunitas cenderung mensakralkan dalam sikap dan tindakannya.
Memanfaatkan rubrik lokal untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesetaraan gender sudah perlu digagas di masyarakat. Sinergistas semua unsur sangat diperlukan dalam mendorong eksistensi kelompok komunitas lokal. Pendekatan dan teori pembedayaan sangat dibutuhkan untuk menganalisis dan menggerakkan kelompok komunitas tersebut.
Untuk melakukan rubrikasi aktivitas masyarakat dalam terminologi pendidikan bermutu berdimensi gender, beberapa point harus diperhatikan dalam mengaplikasikan gagasannya.
1. Memposisikan kelompok komunitas sebagai asset
8 / 13
MENGGAGAS KUALITAS GENDER DAN PENDIDIKAN BERMUTU DALAM RUBRIK LOKAL Rabu, 08 Juli 2015 12:19
Asset merupakan modal utama dalam menjalankan suatu usaha untuk mendapatkan keuntungan. Dalam pengklasifikasiannya asset dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu asset materil dan non materil. Kedua bentuk asset ini sama pentingnya dalam menjalankan suatu kegiatan.
Dalam kerangka perspektif ini, semua komponen kegiatan dipandang sebagai asset yang perlu ditumbuhkan, dibina dan dikembangkan secara optimal. Perlakuan memandang sesuatu secara remeh mendistorsi makna asset sendiri. Sehubungan dengan ini, kelompok komunitas seharusnya dipandang sebagai asset sosial pendidikan bermutu. Keberadaan kelompok komunitas dapat mengukuhkan dan mempercepat (accelerate) pendidikan bermutu. Institusi pendidikan bermutu tersambung dengan lingkungan secara simbiosis mutualism .
Dalam globalisasi komunitas memposisikan keberadaan kelompok ini menjadi sangat penting. Pengakuan terhadap eksistensi kelompok komunitas mengukuhkan dan mengarahkannya ke spesifik yang diinginkan. Tak pelak, beberapa kelompok komunitas melejit secara nasional dan internasional. Dengan demikian, dampak posisi menjadikan eskalasi pendidikan bermutu dan kualitas gender terangkat sendirinya.
2. Membangun kapasitas Kelompok komunitas
Secara organisatoris, kelompok komunitas mengandung unsur-unsur dari sebuah organisasi. Elemen sumber daya manusia kelompok komunitas menjadi penting untuk diberdayakan berdasarkan orientasinya. Biasanya dimensi utama sumberdaya manusia adalah pengembangan dan perkembangan dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Penguatan ketiga ranah ini harus menjadi prioritas dalam mendorong eskalasi kelompok komunitas sebagai ujung tombak pencapaian kualitas gender dan pendidikan bermutu.
Secara fungsional, sumberdaya manusia kelompok komunitas tidak mampu menjalankan fungsi atau kurang mampu menjalankan roda organisasi dengan optimal, bila tidak diberi asupan, pencerahan, pembinaan, pendampingan oleh stakeholder. Akibat tidak berfungsi kelompok komunitas ini, maka pandangan kelompok komunitas sebagai asset sosial pendidikan menjadi acungan jempol belaka.
9 / 13
MENGGAGAS KUALITAS GENDER DAN PENDIDIKAN BERMUTU DALAM RUBRIK LOKAL Rabu, 08 Juli 2015 12:19
Oleh karena itu, sebuah upaya memetakan potensi kelompok komunitas yang kaya dengan rubrik pengalaman, kebiasaan, petuah, nasehat, kearifan, kesederhanaan, komitmen dan sebagainya, sangat membutuhkan sumberdaya manusia yang konsisten dalam membinanya. Dalam hal ini dibutuhkan kemauan untuk menyisihkan waktu, pikiran, tenaga dan biaya untuk mencermati, mengamati, memotivasi, mendampingi, membina dan mengarahkan kelompok komunitas oleh orang-orang yang tercerahkan di sekitar mereka.
3. Mengagendakan aktivitas kelompok komunitas
Dalam sistem informasi modern, dokumentasi menjadi mendasar dan penting. Belakangan ini, buruknya penilaian kinerja lembaga/ institusi/ unit/ perorangan disebabkan lemah aspek dokumentasi. Dokumentasi sebagai proses pembelajaran sangat berarti bagi kelompok komunitas. Sistem manajemen informasi sederhana perlu dikembangkan, sehingga kelompok komunitas mudah menjalankannya.
Upaya mencatat seluruh aktivitas kelompok komunitas berdampak positif bagi perkembangannya. Tumbuh berkembangnya kelompok komunitas sebagai rubric local tergambar dari rekaman kegiatannya. Untuk itu, penganggendaan aktivitas kelompok komunitas menjadi penting, yang mencakup; apa kegiatannya, siapa yang terlibat dalam kegiatan, dimana kegiatannya, kapan kegiatan dilaksanakan dan bagaimana kegiatan dilaksanakannya. Pertanyan 5W1H merupakan mendasar dalam menganggendakan program kelompok komunitas bagi pendidikan bermutu berdimensi gender.
4. Mengapresiasi aktivitas kelompok komunitas
Keberhasilan kelompok komunitas dalam proses pendidikan bermutu berdimensi gender bergantung dari apresiasi seluruh komponen masyarakat. Apresiasi merupakan modal pendukung, sebagai bentuk dukungan terhadap pelaksanaan program kelompok komunitas. Disini makna dukungan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu dukungan yang bersifat internal dan bersifat eksternal. Dukungan bersifat internal adalah dimana anggota kelompok komunitas saling mendukung bagi kebesaran dan keberlanjutan kelompoknya. Sedangkan dukungan bersifat eksternal merupakan dukungan yang mesti diberikan oleh seluruh warga masyarakat bagi kelompok komunitas yang mengedepankan pendidikan bermutu berdimensi gender dalam komunitas tersebut.
10 / 13
MENGGAGAS KUALITAS GENDER DAN PENDIDIKAN BERMUTU DALAM RUBRIK LOKAL Rabu, 08 Juli 2015 12:19
Sepanjang apresiasi ini konsisten diberikan, maka keberadaan kelompok komunitas yang mengusung kegiatannya yang pro terhadap pencapaian pendidikan bermutu berdimensi gender akan langgeng. Untuk itu, kendali-kendali apresiasi perlu dibangun dalam jejaring sosial komunitas tersebut.
5. Mengukuhkan rubrik lokal
Bilamana pemandangan seperti diatas telah mentradisi dalam aktivitas kelompok komunitas, maka penjustifikasian menjadi sebuah pelengkap bagi eksistensi rubrik lokal. Rubrik lokal senantiasa bermunculan dalam aktivitas kelompok komunitas dengan tema beragam yang tetap bertumpu dengan core pendidikan bermutu berdimensi kualitas gender. Rubrik lokal menjadi denyut nadi bagi perkembangan masyarakat dimana kelompok komunitas tumbuh. Sehingga berbagai sugesti seperti one village one product, area distinctive, area uniqueness dan sebagainya semakin dapat dipacu, guna mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan.
Dalam konteks ini, rubrikasi menjadi proses aktif dan dinamis dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai, norma, adat istiadat dan sebagainya yang mengandung kearifan lokal (local wisdom) menjadi target rubrikasi, sehingga rubrikasi menjadi proses yang mencerdaskan warga masyarakat dan sekitarnya. Upaya peliputan aktivitas rubrikasi senantiasa menjadi keharusan dalam membesarkan rubrik lokal serta memberikan citra positif kepada masyarakat.
G. Kesimpulan
Sekalipun terma rubrik terpajang jelas di pojok surat kabar dan majalah, namun keberadaannya belum familiar sampai ke lapisan masyarakat bawah. Sementara aktivitas komunitas dalam kesehariannya banyak mengandung makna yang bisa dirubrikan.
11 / 13
MENGGAGAS KUALITAS GENDER DAN PENDIDIKAN BERMUTU DALAM RUBRIK LOKAL Rabu, 08 Juli 2015 12:19
Mengambil ruang itu, rubrikasi pada kehidupan masyarakat dapat didorong untu mengimplementasikan konsep pendidikan bermutu berdimensi kualitas gender. Tentu upaya positif ini harus diperhatikan dan dirancang dengan baik, sehingga gagasan tulisan ini bisa terwujud sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Artikata.Com.2014
Craft, Alma, Quality Assurance in Higher Education, London, Wasington DC, The Falmer Press, 2005
Hasim dan Remiswal, Community Development Berbasis Ekosistem, Jakarta: Diadit Media, 2009
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Remiswal, Menggungah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas Lokal, Jogjakarta: Graha Ilmu, 2012
Undang-Undang Dasar 1945
12 / 13
MENGGAGAS KUALITAS GENDER DAN PENDIDIKAN BERMUTU DALAM RUBRIK LOKAL Rabu, 08 Juli 2015 12:19
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003
13 / 13