Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
MENGEMBANGKAN SEMANGAT SOCIAL RESPONSIBILITY DENGAN SENTUHAN SOFT SKILL DALAM PRIBADI PROFESSIONAL MIGAS Oleh :
Sunoto Murbini LSP IATMI ABSTRACT Tenaga Ahli Migas melakukan perencanaan berdasarkan Engineering standard secara Profesional, namun dalam pelaksanaan kadang mengalami hambatan Sosial yang mengakibatkan bias solusi aktivitas. Bias solusi aktivitas dalam pelaksanaan kadang menimbulkan kerugian yang mengganggu keseimbangan ekologi, perubahan lingkungan sosial dan ekonomi yang sangat sulit dihitung nilai kerugiannya. Selain pedoman pengelolaan lingkungan ISO 14000, saat ini sedang disusun pedoman Social Responsibility, ISO 26000, yang dapat dipakai industri, pemerintah dan masyarakat dalam mengelola solusi Sosial keseimbangan aktivitas usaha. Standard maupun pedoman dalam implementasinya sangat tergantung kepada pribadi Profesional pelaksananya. Kemampuan Profesional Migas diakui dengan sertifikat Kompetensi yang dimiliki, dan dalam pelaksanaan aktivitas mengelola Social Responsibility tidak lepas dari kebijaksanaan nurani yang dikembangkan dengan soft skill dari diri pribadi. Sentuhan Soft Skill dalam Social Responsibility akan mengembangkan kebijaksanaan nurani, mengembangkan kearifan berpikir, mengembangkan kearifan mengambil keputusan dan penunjang semangat keberhasilan pribadi yang diinginkan, baik dalam mengelola produksi migas maupun mengelola Lingkungan, Sosial dan Masyarakat. . Keywords : Social Responsibility, Pedoman aturan, Professional Migas , Kebijaksanaan, Nurani, Kelestarian Lingkungan
PENDAHULUAN Pengusahaan minyak dan gas bumi (Migas) masih merupakan aktivitas usaha yang menjadi penggerak perekonomian, penghasil devisa, serta pajak yang masih cukup potensial untuk mendukung APBN bahkan sangat kecil menerima pengaruh akibat krisis ekonomi dan moneter di tahun 1997. Hal ini menjadikan aktivitas pengusahaan Migas menjadi pilihan para pelaku ekonomi dan pencari kerja di Indonesia. Aktivitas pengusahaan Migas yang mencakup kegiatan Hulu dan Hilir tersebut, akan selalu
menyentuh lingkungan masyarakat serta lingkungan kehidupan di wilayah manapun di Indonesia. Para Ahli Migas dalam aktivitas pengusahaan Migas Hulu dan Hilir mempunyai tugas dan kewajiban mendapatkan hasil dengan nilai ekonomis yang optimal, tanpa menimbulkan dampak negatif yang akan menimbulkan kerugian, sebagai akibat perubahan keseimbangan alam, perubahan lingkungan hidup, perubahan tatanan sosial masyarakat, perubahan ekologi lingkungan dan perubahan ekonomi yang besaran nilainya tidak dapat dihitung.
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-27
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
Kesemuanya aktivitas ini perlu ditangani secara profesional dengan tetap mengutamakan prinsip-prinsip keekonomian sehingga pengusaha, pemerintah dan masyarakat bisa menikmati sumber daya alam dan aktivitas turunannya. Kebijaksanaan dalam implemetasi prinsipprinsip Social Responsibility perlu dilandasi dengan Pedoman yang benar serta Profesionalisme dan sentuhan nurani dari para pelaksana. Dengan pengalaman pengusahaan Migas yang lebih dari satu abad, dirasa cukup mempunyai Tenaga Ahli Migas yang profesional dan berpengalaman dalam jumlah memadai. Selanjutnya dalam proses perkembanganprofesionalismenya, para Tenaga Ahli Migas di Indonesia, kadang dimungkinkan adanya pengaruh yang menjadikan “Para Tenaga Ahli Migas” tersebut tumbuh dan berkembang yang dipengaruhi bias lingkungan, sehingga solusi yang diambil kadangkala membias dari norma kepatutan, sebuah “bias kebijaksanaan”. Bias Kebijaksanaan tersebut tidak dapat disalahkan, karena timbul dari tuntutan kehidupan; bahkan keterpaksaan dalam “kebijaksanaan” yang sangat dipengaruhi oleh keharusan meninggalkan norma-kepatutan. Dalam upaya melaksanakan Kebijaksanaan tersebut diharapkan para Tenaga Ahli Migas dituntut untuk melaksanakan standard teknis, peraturan dan pedoman Etika Profesi yang telah dikembangkan untuk pelaksanaan operasi,dan diharapkan dapat meminimalkan gangguan keseimbangan pada Sosial, Ekonomi dan Lingkungan. Assosiasi Profesi Migas yang mempunyai akses kepada Stake Holder Social Responcibility, diharapkan dapat berperan aktif sekaligus membina Tenaga Ahli Migas dengan cara Sertifikat Kompetensi. Disamping itu dikembangkan pemikiran menggali Soft Skill dalam diri pribadi, untuk keberhasilan dalam aktivitas Migas dan pengelolaan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility), serta mendapatkan “Kebijaksanaan Nurani”.
SOCIAL RESPONSIBILITY PENGEMBANGAN ISO 26000
DAN
Pemikirann Social Responsibility berkembang sejak tahun 1990-an, dengan pemikiran bahwa Social Responsibility sangat diperlukan dalam dunia yang semakin berpandangan dan beraktivitas global. Arus barang, jasa, modal, tenaga kerja, sumber daya alam dan teknologi bergerak melewati batas negara menyebar keseluruh dunia Pembangunan tidak lagi terbatas pada lingkup negara tersebut, namun sudah menyeberang menjadi milik dunia dengan standard yang telah ditentukan sama dimana-mana. Pembangunan dan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan tersebut berlangsung dalam ruang lingkup global serta saling timbal balik terjadi antara sistem ekonomi, sosial dan lingkungan. Sehingga terjadi produksi dari suatu aktivitas di negara yang berbeda, sangat terkait dengan rangkaian aktivitas yang berada dinegara lain. Keadaan ini akan tumbuh dan berkembang berkelanjutan pada sistem ekonomi, sosial dan lingkungan global. Keadaan tersebut menjadikan pemikiran, bagaimana menjamin keutuhan pembangunan yang berkelanjutan yang bermuatan ekonomi, sosial dan lingkungan bila aktivitas produksinya tersebar di banyak negara ?. Jawaban yang berkembang adalah dengan sistem Standard Internasional maka permasalahan tersebut dapat diselesaikan sehingga produksi dan aktivitas dari berbagai negara, yang sudah memenuhi standard yang ditetapkan dapat saling menunjang, dan negara-negara tersebut telah mencerminkan pembangunan Ekonomi, Sosial dan Lingkungan berkelanjutan secara global. Awal dari pengembangan Standard Internasional bagi kriteria ekonomi adalah ISO 9000 dengan berbagai turunannya. Produk dari negara manapun akan mempunyai kualitas yang sama apabila memperoleh sertifikat ISO 9000. Berikutnya Standard Internasional bagi kriteria lingkungan, yaitu ISO 14000 dengan berbagai turunnya. Dimanapun produk dihasilkan dan telah memenuhi standard ISO 14000 maka
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-27
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
terpenuhilah kriteria lingkungan dalam proses produksinya. Saat ini masyarakat di dunia sedang mempersiapkan menuju abad Milenium, sedangkan masalah Sosial masih menjadi perbedaan yang mencolok antara negara maju dan negara tertinggal. Untuk menangtisipasi tersebut mulai disusun Standard Internasional bagi kriteria Sosial, yakni ISO 26000, yang memuat kriteria sosial dengan substansial prinsip-prinsip lingkungan, hak azazi manusia, hak tenaga kerja, pengelolaan ketatalaksanaan organisasi, praktek bisnis yang adil dan fair, penglibatan masyarakat madani dan issue konsumen Working draft-2 ISO 26000 sudah diedarkan pada Oktober 2006, kemudian draft ISO 26000 akan diedarkan akhir 2007, namun materi substansial dan prinsip- prinsip dari judul “ Guidance on Social Responsibility” dapat dipakai sebagai pedoman oleh suatu Organisasi untuk mengelola kriteria Sosial. Stakeholder Social Responsibility adalah Komunitas, Institusi dan Organisasi yang merupakan 6 (enam) katagori yaitu : 1. Consumers 2. Government 3. Industry 4. Labour 5. NGO 6. Others Sebenarnya selalu timbul pertanyaan; kenapa Industri harus memperhatikan Social Responsibility, terhadap komunitas dan lingkungannya.?? Ada pandangan bahwa keterkaitan yang erat antara Industri dengan salah satu stakeholder, yaitu Masyarakat, memberikan manfaat antara lain sebagai berikut : 1. Keterkaitan Internal, perusahaan akan tumbuh dan berkembang bersama masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 2. Keterkaitan Keamanan, lingkungan yang kondusif dari masyarakat menunjang kegiatan opersional perusahaan agar berjalan lancar ( security based on community ) 3. Keterkaitan Tuntutan, adanya kebutuhan masyarakat atas keberadaan perusahaan
tersebut yang memberikan efek ganda berkelanjutan dalam bidang kesejahteraan. 4. Keterkaitan Bisnis, diharapkan ada peningkatan dalam product value agar dapat diterima pasar ( contoh: SR dan ISO ) 5. Keterkaitan Legal, adanya peraturan dan perundang-undangan yg ditetapkan oleh negara. ( misal Permen BUMN No.05/MBU/2007 ttg Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan) Program-program Social Responsibility dari Industri yang selama ini telah dilaksanakan lebih bersifat Pengembangan Komunitas Masyarakat ( Community Development), sedikit sekali yang bersifat kedermawaan (Charity); kegiatan tersebut meliputi keterkaitan pada bidang-bidang antara lain : Pendidikan ( Beasiswa, rehabilitasi sekolah ) Kesehatan (Penyuluhan kesehatan, posyandu, kebersihan sekolah, donor darah) Lingkungan ( Penghijauan, konservasi manggove, program pantai bersih) Pemberdayaan Masyarakat ( kebutuhan pokok dan pendapatan) PEMBERDAYAAN PRIBADI PARA AHLI MIGAS (SOFT SKILL, KEBIJAKSANAAN NURANI) Para Tenaga Alhi Migas yang saat ini telah bekerja pada bidang keahliannya, bisa saja mengalami hambatan sosial dalam mengimplementasikan pedoman, peraturan dan standard teknis ditetapkan. Bukan hal yang mudah membuat sikron dan harmoni antara hambatan sosial dengan pedoman, peraturan dan standard teknis. Banyak tindakan dan tuntutan yang harus dipenuhi, sedangkan operasi pengusahaan Migas harus tetap efektif, effisien dan optimal untuk mengindarkan kerugian. Untuk harmonisasi dan sinkronisasi diperlukan tindakan “ Kebijaksanaan nurani” yang
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-27
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
akan menghasilkan solusi paling optimal sebagai perpaduan Visi-Misi Innstitusi tempat beraktivitas, aturan pemerintah, tuntutan masyarakat dan lingkungan, serta Visi Misi Pribadi. Kondisi dan situasi yang terjadi pada beberapa Tenaga Ahli Migas seperti diuraikan diatas , dirasa perlu adanya penanganan yang efektif, yang harus dipersiapkan oleh Institusi sendiri. Untuk itu dirasa perlu dilakukan pemberdayaan pribadi masing- masing Tenaga Ahli Migas, agar mereka dapat mencapai optimal dalam elaksanaan aktivitas. Pemberdayaan dimaksud dengan meningkatkan gairah kerja melalui pemahaman lebih luas dan lebih dalam atas Personal Qualities dan Interpersonal Skill yang merupakan komponen Kebijaksanaan Nurani dan Soft Skill yang terdapat didalam pribadi masing-masing. Pengertian Soft Skill (Personal Qualities, Interpersonal Skill,the Clusterof personal traits) Pemahaman Personal Qualities, yang merupakan milik dan didalam pribadi masingmasing Tenaga Ahli perlu dipahami dan ditumbuh kembangkan yang meliputi aspek antara lain : Responsibility : rasa tanggung jawab yang dibina dalam kehidupan pribadi Self – esteem : penghargaan atas diri sendiri namun tidak egois dan arogansi Socialibility : menjadikan suka bergaul dengan keramah-tamahan Self Management : mengelola potensi diri sendiri dalam bekerja, kualitas, kesehatan dsb Integrity/honesty :membentuk diri pribadi penuh ketulusan dan kejujuran, mengutamakan kebijaksanaan dari nurani. Sedangkan pemahaman Interpersonal Skill, merupakan ketrampilan pribadi dalam kontak
sosial dengan seluruh individu, meliputi aspekl antara lain : Participates as a member of the Team : menjadi anggota tim yang asertif Teaches others : dapat saling memberi pembelajaran diantara anggota tim Serves Client/ Customers : melayani pihak lain secara baik, sama pola dan mutunya Exercises Leadership : bersama melatih kepemimpinan dalam tim Negotiaties : melatih dan mengimplementasikan metode negosiasi Work with cultural diversity : menyadari bekerja sama berbeda kepribadian dan budaya Apa yang tersebut diatas (personal Qualities maupun interpersonal skill) adalah pengertian dan pemahaman sentuhan didalam pribadi seseorang yang bisa dinamakan Soft Skill yang akan menghasilkan “Kebijaksanaan Nurani”dalam mencapai solusi. Soft Skill dapat dipahami melalui pengertian dari uraian diatas dan dapat dipahami pula bahwa Soft skill adalah kemampuan dan kualitas yang ada didalam diri sesorang. Walaupun tidak terwujud nyata ( intangible), namun nampak dalam aktivitas nyata (visible) dari karakter sesesorang ( visible on the cluster of personality traits activities). Selanjutnya bagaimana seseorang memahami dan mengartikan Soft Skill secara tepat ? Pengertian dan pemahaman Soft Skill sangat bervariasi dari beberapa artikel dan pendapat dari salah satu artkel dapat disajikan sebagai berikut . Pemahaman Soft Skill dapat merujuk pada istilah “pengertian dalam kelompok karakter/sifat (the custer of personlityl traits) “ antara lain seperti tersebut dibawah ini : 1. Pribadi yang anggun, rapi, ( social graces) 2. Kepiawaian berbahasa dan berbicara, ( facility with language)
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-27
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
3. Kepribadian/Penampilan/pakaian yang sopan ( personal habits) 4. Pribadi yang ramah, bersahabat (friendliness) 5. Pembawaan optimis pada semua masalah yang dihadapi (optimism that mark each of us to varying degrees) Sesesorang yang mempunyai kemampuan teknis dan mampu melaksanakan dengan baiknyata pemahaman dari faktor-faktor “pengertian dalam kelompok karakter/sifat” tersebut diatas dianggap mampu menerapkan Soft Skill dengan baik. Orang tersebutlah yang akan dicari dan dipilih untuk menjadi Tenaga Ahl, disamping tetap melengkapi keahlian teknis yang utama (hard Skill) dalam pekerjaan. Pengertian Hard Skill Hard skill dapat di pahami adalah Kemampuan seseorang yang secara nyata dapat diketahui, bersifat tangible. Hard Skill dapat pula dianggap sebagai Kompetensi keahlian seseorang sebagai usaha mencapai kinerja yang diinginkan. Kompetensi terdiri dari pemikiran komponen dasar yang meliputi : • Knowledge (Specific Tchnical Issue : Specific legal & practice issues, Environment issues) • Skill (Language & Communication : Interpersonal Skill, Technical Skill, Management & Business Skill) • Ethic and Attitude ( Responsibility : Lialibility, Accountability, Integrity ) Idealnya memang sesesorang diharapkan mempunyai kemampuan dan kualitas, baik pada Hard Skill maupun Soft Skill. Namun pada kenyataannya orang-orang akan berpendapat, bahwa jangan terlalu dituntut kemampuan teknis (Hard Skill), namun yang lebih diutamakan adalah seorang Tenaga Ahli yang akan hadir pada saat diperlukan, bagaimana bekerja sama dengan Tim tersebut dan bagaimana dia akan menempatkan diri dan mengambil bagian dalam pekerjaan dan supervisi tersebu,. Dan inilah Soft Skill yang diharapkan dari seorang Tenaga Ahli. Dengan Soft Skill didalam diri seorang Tenaga Ahli yang ditumbuh-kembangkan untuk
melengkapi dan menunjang Kompetensi (Hard Skill) yang dimiliki, sehingga dalam beraktivitas dapat memberikan solusi yang optimal dengan “ Kebijaksanaan Nurani “. PERAN ASOSIASI PERMINYAKAN INDONESIA
PROFESI
Assosiasi Profesi Migas merupakan salah satu bagian dari 6 (enam) katagori stakeholder Social Responsibily yang mempunyai kemudahan dan sebagai fasilitator mencari alternative solusi penyelesaian dalam kriteria Sosial dari aktivitas Migas. Kemudahan tersebut hendaknya membuat Assosiasi Profesi tumbuh menjadi mesin penggerak mencari optimalisasi “ kebijaksanaan nurani” dalam solusi Sosial dan Lingkungan.aktivitas Migas. Assosiasi Profesi diharapkan membina anggota assosiasi dengan berpedomankan Kode Etik Profesi yang telah ditetapkan. . Demikian juga Assosiasi Profesi dengan Visi dan Misi yang telah ditetapkan hendaknya dapat menyusun "Blue Print”, pengembangan Sumber Daya Manusia bidang Migas dengan meningkatkan kualitas anggotanya melalui Sertfikasi Kompetensi dan diharapkan dapat menjadi mitra kerja bagi Stakeholder Social Responsibility. Pemberdayaan Organisasi diharapkan dapat dioptimalkan dengan mengembangkan informasi secara teratur tentang kode etik AssosiasiProfesi kepada seluruh anggota dan memberikan kode etik sebagai bagian dari kartu keanggotaan agar para anggota dapat memahami tuntutan “kebijaksanaan nurani “ dari Assosiasi mereka.. PENUTUP Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility ) dari aktivitas pengusahaan Migas, tidak lepas dari kerja sama para Pemangku Kepentingan (Stakeholder) nya yaitu Consumers, Government, Industry, Labour, NGO dan Others , dimana
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-27
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
Assosiasi Profesi ternmasuk didalammya. Meskipun Iso 26000 dalam proses rancangan final namun kita , para Tenaga Ali Migas tetap dapat mengikuti dan menyempurnakan dan menumbuh kembangkan “ Soft Skill” untuk menadapatkan optimalisasi da;am menetapkan Solusi dari “ Kebijaksanaan Nurani”. Oleh sebab itu perlu langkah-langkah terpadu sebagai berikut: Assosiasi Profesi Perminyakan aktif dalam mengikuti perkembangan penyusunan ISO 26000 tentang Guidance on Social Responsibility Assosiasi Profesi Perminyakan menyusun Cetak Biru “ Blue Print” pembinaan Sumberdaya Manusia Migas untuk menuju abad Milenium yang tidak bisa dicegah dan bersifat global. Assosiasi Profesi Perminyakan melaksanakan pembinaan Tenaga Ahli Migas dengan menggalakkan Sertifikasi Kompetensi Profesi Ahli Migas sebagai ukuran peningkatan Standard Kemampuan Teknis. Assosiasi Profesi Perminyakan mengembangkan pembinaan Tenaga Ahli Migas dengan mengembangkan diri pribadi dalam pemahaman Soft skill sehingga dapat melengkapi Kemampuan Teknis yang dimiliki, agar dapat beraktivitas mencapai Solusi Kebijaksanaan Nurani Assosiasi mendorong dan mengusulkan langkah – langkah yang lebih kongkret pada Pemerintah dan Departemen Teknis terkait melaksanakan pembinaan Tenaga Ahli Migas melalui Tahap Sertifikasi Kompetensi Profesi. REFERENSI 1. Ichsan S.Putra dan Ariyanti Pratiwi, 2006 Sukses dengan Soft Skill, 2. Stephen R Convey, 2005, the 8th , HABIT 3. Sunoto Murbini, 2006, Soft Skill menunjang Pengembangan Kompetensi Profesional. ___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-27