MENGEMBANGKAN PASAR MODERN DAN MELINDUNGI PASAR TRADISIONAL Dilematika Kebijakan Pembangunan Ekonomi Lokal Oleh Fashbir Noor Sidin Universitas Andalas
Abstrak Hampir semua kota besar di Indonesia mengalami perkembangan serupa berkaitan dengan pertumbuhan pasar modern dan semimodern sebagai saingan bagi pasar tradisional. Secara berangsur-angsur pasar tradisional mengalami penyusutan sehingga berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi lokal baik pendapatan pedagang maupun penerimaan pemerintah daerah. Penyusutan terjadi karena berubahnya preferensi masyarakat berbelanja dari pasar tradisional ke pasar semimodern dan modern. Preferensi masyarakat berbelanja dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal serta kebijakan publik. Sikap dan perilaku masyarakat secara internal dipengaruhi oleh faktor psikologis dan secara eksteral berkaitan dengan strategi pemasaran. Selain itu dipengaruhi oleh kebijakan publik yang berkait dengan regulasi dan fasilitasi terhadap perkembangan pasarpasar semimodern dan modern. Makalah ini mengungkapkan dilematika kebijakan pembangunan ekonomi lokal berkait dengan pengembangan pasar modern dan perlindingan pasar tradisional. Pendekatan analisis adalah preferensi masyarakat berbelanja di pasar tradisional semimodern dan modern di Kota Padang. Diharapkan kebijakan publik berkait dengan pengelolaan pasar dalam kerangka upaya pembangunan ekonomi lokal dapat mengatasinya dengan bijak. Kata-kata kunci: pasar, berbelanja, preferensi, kebijakan publik, Kota Padang.
Pendahuluan Pasar adalah media pertemuan antara pembeli dan penjual.melalui transaksi yang dipengaruhi oleh faktor harga dan produk serta selera dan pelayanan. Perbedaan harga sangat berpengaruh kepada kelompok masyarakat tertentu sebaliknya kelompok lainnya sangat dipengaruhi oleh jenis produk yang ditawarkan. Kelompok masyarakat tertentu sangat terpengaruh oleh selera termasuk gaya hidup sedangkan kelompok lainnya sangat dipengaruhi oleh pelayanan yang
1
diberikan. Keempat faktor tersebut terdapat di berbagai jenis pasar yaitu pasar tradisional, semimodern dan modern dengan variasi yang berbeda pula. Dalam berbelanja, masyarakat dianggap bersikap rasional sehingga faktor biaya dan manfaat menjadi pertimbangan utama. Masyarakat akan menghindari biaya termasuk risiko sebaliknya akan mengupayakan manfaat termasuk kepuasan dalam berbelanja. Preferensi masyarakat dalam berbelanja dapat berubah dikaitkan dengan berbagai faktor di atas. Kebijakan publik diharapkan dapat membantu masyarakat dalam membuat pilihan agar pasar tradisional tidak ditinggalkan oleh sebagian pelanggan yang beralih ke pasar semimodern dan modern. Bentuk kebijakan itu antara lain membuat suasana yang lebih menyenangkan dan pelayanan lebih baik sehingga pasar tradisional tetap menjadi pilihan bagi masyarakat. Perlindungan terhadap pasar tradisional berkaitan dengan kelangsungan kehidupan pedagang dan keluarganya umumnya berskala kecil dengan modal terbatas. Selain itu pasar tradisional umumnya dimiliki oleh pemerintah daerah sehingga perlindungan berkait dengan peningkatan penerimaan sewa dan pajak dan retribusi daerah. Pedagang besar di pasar semimodern dan modern memiliki kapasitas besar untuk menguasai pasar melalui stratagi pemasarannya. Ini menunjukkan nilai strategis pasar tradisional sehingga perlu dilindungi dari persaingan yang dapat mengancam kelangsungan kehidupannya. Kecepatan perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berbelanja ditentukan oleh faktor psikologis yaitu pikiran dan perasaan yang mempengaruhi alasannya dalam memilih barang dan jasa tertentu. Selain itu juga dipengaruhi oleh lingkungannya seperti budaya dan keluarga serta peranan media sebagai saluran promosi sebagai salah satu strategi pemasarannya untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan masyarakat. Faktor motivasi dan keputusan strategis sangat menentukan tingkat kepentingan atau minat terhadap pilihan dan setiap keputusannya akan berpengaruh kepada perkembangan pasar tersebut. Perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berbelanja yang mempengaruhi preferensi dalam berbelanja relatif cepat di kota-kota besar dan sebalilknya di kota-kota kecil. Perubahan 2
lebih cepat dirasakan di Kota Jakarta dibandingkan dengan Kota Bandung atau Kota Medan dan Kota Padang. Tingkah laku tersebut menarik untuk dikaji karena berbagai faktor terlibat seperti psikologi sosial yang membedakan keputusannya. Berbagai faktor tersebut menjadi pertimbangan bagi pengambil keputusan membuat pilihan kebijakan baik pengusaha dan pemerintah sebagai pemain-pemain utama dalam pembangunan ekonomi lokal.. Makalah ini menyingkap tingkat perubahan sikap dan perilaku masyarakat berbelanja di pasar Kota Padang dan pengaruhnya terhadap perkembangan pasar tradisional. Hasil observasi dan pendalaman melalui wawancara terstruktur dengan beberapa responden terpilih memberikan gambaran tentang preferensi masyarakat dalam berbelanja. Faktor apa saja yang ditimbangnya (preferences) dan memberi dorongannya dalam memilih tempat berbelanja (choices) di pasar tradisional atau pasar semimodern dan modern. Selain itu apa bentuk kebijakan publik untuk pengembangan ekonomi lokal dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Konsep Pasar dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja Pasar dapat dibedakan menurut statusnya yaitu pasar resmi dan pasar tidak resmi sedangkan dari lingkup pelayanannya dapat pula dibedakan menurut pasar lokal, pasar regional dan pasar global. Berdasarkan jenis barang dan jasa yang ditawarkan maka pasar dapat pula dibedakan menjadi pasar umum dan pasar khusus yang dibedakan pula menurut waktu pelayanan seperti pasar malam dan jenis barang yang ditawarkan seperti pasar ternak. Menurut skala kegiatan dibedakan menjadi pasar eceran, pasar grosir dan pasar induk dan menurut skala pelayanan lokal terbagi pula kepada pasar lingkungan, pasar wilayah dan pasar kota (Kotler, 1996). Fungsi utama pasar adalah tempat transaksi antara pembeli dan penjual dalam bentuk barang dan jasa dimana perkembangannya berdasarkan konsep utilitas. Artinya, pilihan pembeli dan penjual berdasarkan nilaiguna yang diharapkannya dan memberikan pertimbangan dan pilihan kepada mereka dalam upaya meningkatkan kesejahteraan. Konsep pasar terus berkembang seperti ‘one stop shopping’ dimana pelayanan pasar makin bervariasi termasuk sebagai tempat 3
rekreasi. Pasar modern menjadi media bagi interaksi kosmopolitan yang cenderung kepada gaya hidup yang mendorong kegiatan ‘window shopping’ (Fashbir Noor Sidin, 2000). Awal perkembangan pasar ditunjukkan oleh suasana yang akrab antara pembeli dan penjual walaupun dibatasi oleh transaksi melalui tawar menawar. Proses ini untuk menyepakati harga dari barang yang ditawarkan. Harga itu umumnya memberikan keuntungan yang sewajarnya bagi penjual untuk menjaga kelangsungan kehidupan keluarga. Pembeli dianggap memiliki pengetahuan tentang harga dan mutu barang melalui proses pembandingan dengan penjual lainnya. Pelayanan dari penjual umumnya dapat mengikat pembeli menjadi pelanggannya dan suasana yang akrab memberi roh kehidupan kepada pasar tradisional. Perkembangan pasar dijelaskan dengan Teori Pusat Pelayanan (Hoover, 1994). Pelayanan itu meliputi wilayah tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu antara lain akses dan intensitas interaksi dengan wilayah pelayanan (Stearns et all, 1974). Faktor lain yaitu bobot wilayah pelayanan yang berkait dengan jumlah dan sebaran penduduk serta pendapatan atau daya belinya (Bish and Nourse, 1975). Persaingan antar pusat-pusat dapat mempengaruhi pola perkembangannya termasuk promosi dan degradasi pelayanan (Law, 1988). Kelangsungannya bergantung kepada kualitas pelayanan berkait dengan kepuasan (Logan and Molotch, 1987). Ambang batas pasar sebagai pusat pelayanan wilayah bergantung kepada preferensi penduduk terhadap jenis dan kualitas pelayanan (Dickey, 1978). Jangkauan pelayanan pasar ditentukan oleh jarak dan moda yang tersedia dikaitkan dengan biaya dan manfaat (Button, 1978). Pasar akan berkembang sesuai ambang batas dan jangkauan pelayanan tersebut dan persaingan antar pasar sangat dipengaruhi oleh kebijakan publik termasuk penataan ruang (Glasson, 1978). Ini menunjukkan bahwa perkembangan pasar dikaitkan dengan kelangsungan kehidupan pasar itu harus dilindungi agar investasi memberi pulangan yang optimal. Jika faktor jarak dan akses serta intensitas interaksi menjadi pertimbangan dalam pilihan bagi masyarakat berbelanja di pasar maka kebijakan publik berkait dengan penyebaran pasar amat diperlukan. Degradasi pasar tradisional sebaliknya promosi pasar semimodern dan modern 4
terjadi antara lain karena kebijakan publik tentang pengelolaan pasar tidak mampu melindungi pasar tradisional. Pemerintah mengizinkan pasar semimodern dan modern berdekatan dengan pasar tradisional bahkan beberapa kebijakan sengaja dirancang yang menguntungkan kepada perkembangan pasar modern seperti pengaturan lalu lintas dan sebagainya. Kelangsungan kehidupan pasar ditentukan oleh faktor pembeli dan penjual yang digambarkan dengan formula M = C + P dimana M adalah desired/undesired Market, C adalah desired/ undesired Consumer demand dan P adalah desired/undesired Producers supply. Berbagai kombinasi antara M, C dan P menghasilkan berbagai keadaan dan kebijakan publik yang perlu diupayakan (Munoz, 2001). Pasar yang berkelanjutan dicapai jka ketiga faktor itu bersifat optimal dimana ketiga pelaku ekonomi yaitu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat berupaya meningkatkan kapasitanya untuk mencapai tingkat optimalitas yang diharapkan.. Pasar (M) tidak berkembang jika faktor C dan P lemah dan sebaliknya pasar berkembang jika faktor C dan M kuat. Jika P lebih dominan dari C maka terjadi ekses penawaran sebalikinya jika C lebih dominan dari P maka terjadi ekses permintaan. Jika keadaan tersebut berlangsung dalam keadaan yang terjaga maka perkembangan pasar akan meningkatkan kesejahteraan bagi penjual dan pembeli. Dalam keadaan tidak sempurna maka satu pihak akan mengeksploitasi yang lainnya dan keadaan ini tidak menguntungkan bagi perkembangan sosial-ekonomii yang seterusnya menggangu stabilitas dan berpengaruh kepada kebijakan memacu investasi. Tingkah laku masyarakat adalah refleksi dari pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah informasi berkait dengan keputusan untuk memilih dan menggunakan sebaliknya membuang barang dan jasa untuk memuaskan dirinya (Perner, 2006). Perilaku masyarakat berbelanja akan mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa seterusnya ditimbang perusahaan dalam menawarkan berbagai variasi barang dan jasa yang semakin baik mutunya pada harga makin kompetitif. Sikap dan perilaku tersebut juga digunakan pemerintah dalam merumuskan kebijakan publik yang relevan dengan perlindungan terhadap masyarakat.
5
Beberapa kajian menunjukkan bahwa sebagian kecil saja masyarakat yang berupaya mencari informasi yang sudah dikompilasi oleh badan statistik nasional. Perusahaan juga melakukan kajian yang spesifik untuk merumuskan strategi yang berkait dengan efisiensi dalam produksi dan perluasan pasarnya. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap strategi tersebut antara lain segmentasi pasar, stratifikasi sosial termasuk budaya, pengaruh keluarga dan kelompok. Selain itu dipengaruhi pula oleh konsep diri dan gaya hidup, persepsi dan motivasi berkaitan pula dengan penyebaran inovasi (Hawkins, Best and Coney, 1998). Preferensi masyarakat dapat diterangkan dengan konsep utiliti yang berbasiskan permintaan menurut teori Neoklasik dalam kelompok The Marginalist Revolutionaries. Beberapa pemikir ekonomi seperti Jevons, Menger dan Walras menggunakan utility-based theory of price yang diturunkan dari permintaan. Edgeworth menjelaskannya dengan indifference curve dan Pareto menegaskan dengan konsep ‘preference’ dan ‘choice’. Antonelli menggunakan ‘integrability’ untuk menjelaskan preference yang dilanjutkan oleh Samuelson. Pemikiran ekonomi tentang preferensi menunjukkan permintaan konsumsi berkait dengan endowment factors. Utiliti merepresentasikan preferensi yang merujuk kepada four axioms of preference yaitu compeleteness, reflexcity, transitivity dan continuity. Anggaran berkaitan erat dengan harga sehingga budget constraints akan mempengaruhi preferensi berbelanja. Kekuatan permintaan ditentukan oleh faktor price-endowment yang berkaitan dengan faktor konsumsi. Consumable goods berpengaruh terhadap household utiliy-maximization decision yang tidak dapat dilepas dari budget set dan cost-minimizing. Fungsi biaya itu sendiri terkait dengan harga seterusnya berkait pula dengan efek substitusi dimana pilihan ditentukan (Samuelson, 1947).. . Kepuasan pelanggan dipengaruhi antara lain oleh faktor kebiasaan (commonalities) dan faktor pemahaman (meanings) yang berkait dengan masalah psikososial. Selain itu dipengaruhi pula oleh faktor respon antara lain rasa, fokus dan waktu terhadap pelayanan yang berhubungan dengan masalah psikologis (Giese and Cote, 2000). Kepuasan berkaitan dengan pemahaman (cognitive) juga kebiasaan dan pengalaman (affective) serta situasi relevan (psychomotor). 6
Kepuasan dibedakan dari sangat puas sampai sangat tidak puas yang berbeda antar individu atau kelompok berdasarkan faktor yang mempengaruhinya secara internal dan eksternal. Kepuasan pelanggan akan mempengaruhinya untuk membuat pilihan dan keputusan berkaitan dengan manfaat dan biaya. Jika manfaat lebih besar dari biaya maka pilihan dan keputusan akan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi manfaat tersebut. Pilihan tersebut akan berpengaruh pula kepada pemberi pelayanan karena konsekuansi perubahan keputusan adalah beralihanya sebagai pelanggan. Dalam keadaan tertentu, pelanggan dipengaruhi faktor lain sehingga rasionalitasnya terganggu dimana ketidakpuasaan relatif tidak mengubah sikap dan perilakunya sebagai pelanggan yang setia.
Keadaan dan Perkembangan Pasar di Padang Kota Padang berpenduduk + 800.000 orang yang dilayani oleh satu pasar regional di Pasaraya dan enam belas pasar lokal tersebar mengikuti sebaran konsentrasi penduduk. Pasar regional di pusat kota sangat dominan sehingga terjadi pemusatan yang berlebihan yang menimbulkan kemacetan sebaliknya pasar lokal cenderung kurang berkembang. Faktor kemacetan tersebut juga dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah angkutan kota yang tinggi disamping dihapusnya terminal angkutan kota dan antar kota untuk membangun pasar modern. Keadaan ini memberi gambaran tentang kebijakan publik yang cenderung mengabaikan kepentingan publik. Pasar regional dan pasar-pasar lokal tidak mengalami perkembangan yang signifikan terutama pelayanan yang semakin buruk sehingga mendorong perkembangan pasar semimodern. Telah tumbuh dan berkembang puluhan minimarket sebagai alternatif tempat berbelanja disamping warung yang makin menggejala sejak krisis ekonomi. Dalam lima tahun terakhir telah tumbuh lima pasar modern dan empat diantaranya berdekatan dengan lokasi pasar regional. Berbagai keluhan bahkan penolakan sudah disampaikan pedagang para pasar tradisional yang merasa tersaingi kepada pemerintah namun ‘kafilah tetap berlalu’.
7
Pasar tradisional masih diminati karena berbagai pertimbangan antara lain faktor emosional, jenis barang dan sifat perbelanjaan, jarak dan akses dan sebagainya. Suasana belanja berkait dengan faktor emosional antara pembeli dan penjual menjadi satu faktor penting dihubungkan dengan eksistensi pasar tradisional. Selain itu jenis barang dan sifat perbelanjaan juga dapat berpengaruh karena beberapa pasar tradisional masih mempertahankan hari-hari pasar tertentu yang ramai dikunjungi. Jarak relatif dekat dengan permukiman dan akses yang tinggi terutama keberadaan ojek dan becak motor sehingga berbelanja menjadi rekreasi yang menyenangkan.. Masa depan pasar tradisional tersebut dapat terancam oleh perkembangan pasar semimodren dan modern berdasarkan preferensi berbelanja masyarakat. Jika keadaan dan pelayanan pasar tradisional tidak berubah dan gaya hidup modern makin menggejala maka pasar tradisional ini dapat saja ditinggalkan para pelanggannya. Indikasi ke arah itu sudah mulai tampak walaupun belum dapat dijadikan pertanda pergeresaran selera belanja masyarakat. Oleh sebab itu perlu perubahan keadaan terutama faktor keamanan dan kenyamanan berbelanja di pasar tradisional seperti yang ditawarkan oleh pasar semimodern dan modern. Pembangunan pasar modern dianggap relevan dengan perkembangan kota antara lain diukur dari perubahan struktur fisik dan kegiatan ekonomi serta perilaku masyarakat. Modernisasi ini kurang berpengaruh kepada perkembangan ekonomi kota dimana kontribusi perdagangan dan transportasi tidak mengalami perubahan yang signifikan sebagai akibat dari investasi tersebut. Pendapatan asli daerah dari pajak dan retribusi daerah terutama berasal dari sektor pasar juga tidak terpengaruh oleh keberadaan pasar modern. Jika ini sebagai indikatornya maka dapat dikatakan pasar modern belum memberi sumbangan berarti kepada kemajuan ekonomi kota. Pasar modern tidak mengalami perkembangan berarti bahkan cenderung saling mematikan. Dibukanya pasar modern yang baru berpotensi kepada ditutupnya pasar modern lainnya. Ini tidak dapat dilepaskan dari daya beli yang relatif terbatas, perilaku masyarakat yang selektif dan tersedia alternatif lain termasuk frekuensi penerbangan yang tinggi ke Jakarta. Faktor lain karena kebiasaan menabung terutama sebagai cadangan untuk biaya sosial yang relatif tinggi 8
sehingga mempengaruhi minat berbelanja. Perilaku ekonomis dianggap sebagai penentu bagi keputusan berbelanja termasuk preferensi jenis barang dan jasa serta tempat berbelanja. Kebijakan publik tentang revitaliasi pasar lokal sudah dicanangkan sejak lima tahun yang lalu namun belum pernah direaliasikan. Kajian dan desain sudah dilakukan namun aplikasi tentang pola pengembangan termasuk kemitraan belum dilakukan. Berbagai masalah berkait dengan upaya revitalisasi termasuk respon masyarakat tentang wujud revitalisasi. Jika revitalisasi itu ‘meruntuhkan’ pasar lama dengan ‘membangun’ pasar baru dengan standar tinggi cenderung menyebabkan biaya modal pedagang semakin tinggi seterusnya berpengaruh kepada margin keuntungan dan harga yang semakin tidak kompetitif.
Preferensi Masyarakat Berbelanja di Pasar Padang Metoda observasi terhadap ketiga jenis pasar dilakukan untuk mengetahui keadaan pasar dan berbagai faktor yang terkait dengan eksistensinya. Wawancara dengan metoda sampel acak terpilih untuk mengatahui persepsi dan sikap serta perilaku terhadap perkembangan konsep pasar. Pendalaman informasi untuk menemukan akar masalah dan solusi yang ditawarkannya bagi perbaikan kebijakan publik melalui diskusi dengan beberapa responden kunci. Proses ini melibatkan sejumlah mahasiswa sebagai bagian proses belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami persoalan ekonomi riel. Observasi dilakukan terhadap tujuh pasar tradisional, lima pasar semimodern dan tiga pasar modern yang tersebar di empat wilayah Kota Padang. Ketujuh pasar tradisional yaitu pasar Tanah Kongsi, Pasar Simpang Haru, Pasar Bandar Buat, Pasar Siteba, Pasar Alai, Pasar Ulak Karang dan Pasar Lubuk Buaya. Kelima pasar semimodern yaitu Damar Plaza, Mini Market Singgalang, Citra Swalayan, Mitra Swalayan dan Yossi Swalayan serta tiga pasar modern yaitu Plaza Andalas, Minang Plaza dan Rocky Plaza. Observasi tentang keadaan fisik, akses beserta sarana dan prasarana pendukung, keamanan dan kenyamanan dan sebagainya.
9
Keadaan pasar. Hasil observasi memberikan gambaran tentang kondisi fisik bangunan pasar tradisional yang sudah tua karena umur teknisnya rata-rata di atas 15 tahun. Keadaan tersebut berpengaruh terhadap tingkat keamanan dan kenyamanan termasuk risiko kebakaran sehingga perlu pengaturan yang lebih baik untuk menjaga kelangsungannya. Banyak pasar tradisional yang terbakar karena salah urus dalam jaringan listrik disamping perilaku pedagang. Sebagian kecil responden mengeluhkan kondisi fisik namun sebagian besar sebaliknya risau jika pasar direvitalisasi akan menyulitkan bagi pedagang sebagai pertanda simpati mereka. Pasar semimodern dan modern bangunannya relatif baru dan memperhatikan berbagai risiko yang mengancam kelangsungannya dengan mengadopsi standar yang baku. Responden cukup respek dengan keadaan tersebut namun bukan faktor tersebut yang menjadi pertimbangannya dalam memilih tempat belanja. Tidak ada responden yang menyatakan telah pindah belanja ke pasar semimodern dan modern atau menghindari pasar tradisional karena pertimbangan faktor fisik bangunan. Pertimbangan keamanan dan kenyamanan mungkin sebagai faktor penimbang bagi mereka yang lebih menyukai berbelanja di pasar semimodern dan modern tersebut. Tata letak. Pasar tradisional relatif kotor dan tidak tertata sebaliknya pasar semimodern dan modern bersih dan tertata baik. Sebagian responden mengeluhkan keadaan tersebut namun tidak dapat mengubah pilihannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu pendapatan, jenis perbelanjaan dan frekuensi serta karakteristik pembelanja yang umumnya ibu rumah tangga. Keadaan pasar tidak dirisukan oleh kelompok masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yang berbelanja keperluan harian dengan frekeunsi berbelanja 2-3 kali per minggu. Bagi mereka yang bekerja ada pilihan lain yaitu membeli masakan karena lebih ekonomis. Pasar tradisional menyediakan bahan mentah yaitu ikan, daging, ayam, sayur, bahan makanan lainnya secara terbuka dan sebagian dibuang sebagai sampah yang menyebabkan kotor dan bau. Di pasar semimodern dan modern semua bahan mentah sudah dikemas yang ditempatkan dalam tempat pendinginan sehingga terhindari dari kesan kotor dan tidak menimbulkan bau. Menurut responden, faktor kesegaran dan dapat memilih menjadi pertimbangan bagi pembeli 10
dan sikap tersebut sebagai salah satu faktor penentu terhadap kelangsungan pasar tradisional. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan aplikasi teknologi untuk mengurangi kotor dan bau. Sirkulasi. Pasar tradional yang semrawut juga menjadi perhatian responden karena merasa gerah dan tidak nyaman dengan suasana tersebut. Sebaliknya pasar semimodern dan modern menata barang menurut kelompok bahkan didukung oleh pendingin ruang untuk kenyamanan pelanggan. Para responden berharap agar pengelola pasar mampu mengatur pedagang yang menggunakan lorong bagi pejalan kaki karena mengurangi kenyamanannya bahkan dapat pula meningkatkan risiko kecopetan dalam keadaan berdesakan. Faktor keamanan sangat terjamin di pasar semimodern dan modern sebagai bagian dari promosi untuk menarik pelanggan. Pedagang menggunakan toko sebagai tempat berjualan sekaligus gudang sehingga memberi kesan sumpek dan berisiko kerugian besar jika terjadi kebakaran. Bagi pedagang, keadaan ini menggambarkan ‘kemakmuran’ tokonya sehingga agak sukat mengubah perilakunya. Mereka yakin dengan banyak ragam dan jumlah barang akan menarik pelanggan dan mempertahankan kelangsungan usaha. Keadaan ini dapat menggambarkan toko dengan pelayanan penuh yang disebut ‘one stop shopping’ namun jika keadaan ini mengganggu ruang pembeli dan risiko kepada penjualnya maka pengelola pasar perlu menertibkannya. Keamanan dan kenyamanan. Sebagian besar responden mengakui tingkat keamanan dan kenyamanan di pasar tradisional lebih rendah daripada pasar semimodern dan modern namun kejahatan diakuinya jarang terjadi. Pasar semimodern dan modern menyediakan petugas yang mengawasi pengunjung yang keluar masuk sehingga kejahatan dapat diantisipasi. Responden mengakui pula tingkat kenyamanan di pasar tradisional kurang karena faktor pencahayaan dan sirkulasi udara. Walaupun faktor keamanan dan kenyamanan kurang terpenuhi namun mereka mengakui tetap menyukai pasar tradsional terutama untuk belanja keperluan harian. Kenyamanan juga terkait dengan ketersediaan faktor penunjang seperti akses yang mudah dan langsung dengan pelayanan angkutan. Bahkan ada pula anak-anak yang mau membawakan barang belanja dengan memberi sedikit tips sebaliknya di pasar modern tersedia kereta untuk 11
membawa belanjaan sampai ke tempat parkir tanpa bayaran. Di pasar tradisional tersedia pula tempat jajan walaupun di pasar modern lebih baik keadaannya namun faktor harga dan rasa mungkin jadi pertimbangan tertentu. Tempat parkir diakui mereka bermasalah baik di pasar tradisional dan semimodern dan modern karena terbatasnya lahan pasar untuk tempat parkir. Sarana sosial seperti tempat beribadah umumnya tidak disediakan untuk pengunjung karena waktu berbelanja relatif singkat antara setengah sampai dua jam umumnya pagi hari. Tempat istirahat termasuk arena bermain anak juga tidak tersedia di pasar tradisional sebaliknya pasar modern menyediakan tempat beribadah dan tempat istirahat berupa bangku tempat duduk. Ini kelengkapan standar yang harus disediakan oleh pengelola pasar modern karena fungsinya juga wadah rekreasi bagi masyarakat. Kelengkapan itu berkait pula dengan waktu operasinya dari siang sampai malam sebaliknya pasar tradisional beroperasi dari pagi sampai sore saja. Pengunjung. Sebagian besar pengunjung pasar tradisional adalah ibu rumah tangga terutama mereka yang tidak bekerja. Pada hari libur jumlah pengunjung meningkat karena ibu rumah tangga yang bekerja juga menyempatkan diri berbelanja ke pasar tradisional untuk mengisi lemari pendingin mereka. Kunjungan sangat tinggi menjelang perayaan keagamaan karena ibu rumah tangga harus memasak untuk keluarganya sebagai perlambang kesejahteraan keluarga. Kunjungan ke pasar modern kadang-kadang untuk mengetahui perkembangan mode terkini selain mengecek harga karena pasar modern memajang semua barang termasuk harganya. Sebagian besar pengunjung pasar modern adalah remaja dengan berbagai kepentingannya dan ‘orang kampung’ karena fungsi pasar tersebut sebagai wadah berbelanja dan rekreasi. Jumlah pengunjung ke pasar modern semakin meningkat jika digelar ‘pesta diskon’ karena dipercayai harga barang-barang tertentu memang lebih murah. Walaupun mempromosikan ‘diskon’ tidak selamanya barang-barang tersebut lebih murah karena terkait dengan strategi penjual menarik pengunjung. Peningkatan kunjungan ke pasar modern juga dipengaruhi oleh suguhan tertentu seperti pegelaran musik atau perlombaan tertentu di plazanya..
12
Pedagang atau penjual. Di pasar tradisional umumnya pedagang sekaligus penjual termasuk anggota keluraga yang membantu sebagai penjual. Sebaliknya pasar semimodern dan modern merekrut tenaga penjual yang sudah dilatih menjadi penjual profesional. Jumlah pedagang di pasar tradisional sangat banyak termasuk pedagang kaki lima sebaliknya di pasar semimodern dan modern sangat terbatas bergantung kepada kemampuan modal dan jaringan bisnisnya. Ini sangat berpengaruh kepada pola bisnis dimana ketergantungan kepada hasil penjualan sangat tinggi baik untuk kelangsungan bisnis maupun untuk menghidupi keluarganya. Sebagian besar penjual yang diwawancarai mengaku bekerja sebagai pramuniaga karena tidak ada pilihan lain terutama dikaitkan dengan jenjang pendidikan yang rata-rata tamat sekolah menengah. Sebagian berpendapat jika ada sektor industri mungkin mereka akan memilihnya sebaliknya sebagian dari mereka merasa betah dan menyukai pekerjaan sebagai pramuniaga karena relatif santai dan suasana kerja menyenangkan. Mereka mengaku tidak akan bekerja selamanya sebagai pramuniaga kecuali keadaan menuntutnya seperti tidak punya sumber lain termasuk belum punya suami yang akan menghidupinya. Pola transaksi. Di pasar tradisional terjadi tawar menawar antara pembeli dan penjual namun faktor kedekatan emosional sebagai pelanggan biasanya tidak terjadi penawaran oleh pembeli karena percaya penjual telah memberi harga yang baik. Di pasar semimodern dan modern ada kebijakan pelabelan harga untuk memberi kepastian disamping terbatasnya pelayan. Keadaan ini tidak mungkin diterapkan di pasar tradisional dimana pembeli tidak dapat memilih barang karena tidak tersedia pajangan barang. Sebagian penjual di pasar tradisional menerapkan pola harga pasti untuk menghindari tawar menawar yang diakuinya sebagai cara nabi berdagang. Pola transaksi berkait dengan marjin keuntungan dengan konsekuensi kepada kemampuannya meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Di pasar tradisional, kemampuan mengikat pelanggan akan membantu mencapai marjin keuntungan berdasarkan skala ekonomi sebaliknya penjual yang ‘menerkam’ pembelinya hanya memperoleh marjin besar. Di pasar semimodern terjadi pembedaan harga yang relatif murah untuk barang kebutuhan harian karena menimbang skala 13
sebaliknya barang lain pada harga normal. Kebijakan ini menarik sebagian pembeli di pasar tradisional untuk beralih terutama untuk kegiatan belanja bulanan barang keperluan harian. Keuntungan. Sebagian besar pedagang di pasar tradisional mengaku berdagang sekarang ini tidak dapat membuatnya menjadi ‘orang kaya’ kecuali mampu meningkatkan kehidupan dari masa ke masa. Sebagian lainnya mengaku tidak mampu memperkirakan keadaan masa depan karena persaingan semakin ketat termasuk kemungkingan beralihnya pelanggan mereka ke pasar semimodern dan modern. Keuntungan pedagang di pasar semimodern dan modern atas dasar kalkulasi dengan skala besar dikurangi biaya operasi dan promosi dimana efisiensi dan efektivitas sangat menentukan kelangsungan bisnisnya. Sebagian dari pedagang di pasar tradisional tidak memiliki catatan yang memadai bahkan ada yang tidak membuat catatan penjual dan pembelian. Keadaan ini amat membahayakan dalam jangka panjang karena sukar menghitung keuntungan yang sebenarnya. Walaupun demikian ada kiat tertentu dengan cara menabungkan sebagian keuntungan atau terlibat dalam julo-julo atau arisan uang, Hanya mereka yang mampu mengendalikan kegiatan bisnis dan terhindar dari perilaku menyimpang seperti berjudi atau kawin batambuah dapat bertahan. Selain itu juga berkait dengan kemampuan menjaga kepercayaan dari pemasok yang memberi hutang. Kebijakan publik. Sebagian besar pedagang pasar tradisional amat berharap agar kebijakan publik dapat melindunginya dari persaingan yang mematikan dengan pasar semimodern dan modern. Bentuk perlindungan tersebut antara lain pembatasan jumlah pasar semimodern dan modern disamping lokasinya yang tidak berdekatan dengan pasar tradisional. Menurut mereka pelangganmya terikat dengan faktor lokasi yang berkait dengan akses dan interaksi terutama kemudahan angkutan umum. Mereka mengharapkan agar suasana pasar diperbaiki terutama berkait dengan faktor kenyamanan pengunjung disamping faktor keamanannya. Secara teoritis, ambang permintaan penduduk untuk satu pasar modern adalah 300 ribu orang namun dipengaruhi pula oleh daya beli dan pola belanjanya. Idealnya pasar modern berlokasi di pusat kota sebaliknya lokasi pasar tradisional berdekatan dengan konsentrasi penduduk. Ini 14
dapat dipengaruhi oleh kebijakan penataan ruang termasuk sistem pelayanan angkutan lokal untuk mendukung sistem aktivitas ekonomi lokal. Kenyataan menunjukkan bahwa tataruang belum mampu mengakomodasi kepentingan semua pihak bahkan kecenderungan memberikan kemudahan kepada para pemodal untuk mengembangkan jaringan bisnisnya sampai ke daerah pinggiran yang menjadi wilayah pasarnya bagi para pedagang di pasar tradisional. Kebijakan lainnya berkaitan dengan spesialisasi antara produsen, distribusi dan perdagangan, konsumen. Sangat sedikit yang ingin menjadi produsen karena lemahnya perlindungan untuk meningkatkan kesejahtearaan produsen. Sebagian dari mereka menjadi pedagang karena lebih mudah termasuk besaran modal usaha dan dapat mengendalikan risiko berdasarkan modalnya berbanding sebagai produsen. Sifat ekonomis tersebut menyebabkan sangat banyak pedagang di pasar tradisional terutama pedagang kaki lima. Pemerintah perlu mengendalikan jumlahnya karena persaingan seterusnya tingkat keuntungan ditentukan pula oleh jumlah pedagang.
Dilematika Kebijakan Pembangunan Ekonomi Lokal Pasar tradisional dan pasar semimodern dan modern berbeda karakteristiknya dan mempunyai daya tarik tersendiri yang secara fungsional telah membentuk citra yang menarik kepada para pengunjungnya yang sebagian diantaranya menjadi pelanggan. Pasar tradisional berkembang lebih awal berdasarkan ambang batas pasar yang dipengaruhi oleh konsentrasi penduduk dari wilayah pengaruhnya. Daya tarik pasar tradisional karena karakteristiknya yang menawarkan banyak barang yang segar dan pola transaksi yang mengikat batin antara penjual dan pembeli serta kemudahan akses termasuk angkutan kota dan berbagai faktor pendukung lainnya. Pasar semimodern dan modern berupaya menarik para pelanggan di pasar tradisional melalui pola pelayanan yang lebih menyenangkan dari segi keamanan dan kenyamanan serta promosi termasuk memberi ‘potongan harga’ dan atraksi menarik lainnya. Sebagian pelanggan pasar tradisional telah memanfaatkan peluang tersebut namun kunjungan ke pasar tradisional tetap berlangsung karena tidak semua yang mereka inginkan dapat diperoleh di pasar semimodern 15
dan modern tersebut. Kelangsungan pasar-pasar tersebut bergantung kepada perubahan selera dan gaya hidup terutama peningkatan daya beli yang dapat mengubah perilaku berbelanja. Dalam berbelanja mayarakat berupaya memuaskan batinnya dengan mengunjungi pasar yang sesuai dengan kebutuhannya termasuk suasana yang mengikatnya sebagai pelanggan setia. Ini menunjukkan bahwa pasar tradisional akan bertahan sampai kepuasan batin tidak lagi dicapai karena suasana yang berubah terutama tekanan persaingan telah meningkatkan harga jual dan semakin memburuknya pelayanan. Oleh sebab itu kebijakan publik yang memberi perhatian kepada perbaikan citra pasar tradisional dan melindunginya dari persaingan yang mematikan dengan pasar semimodern dan modern sangat membantu kelangsungan kehidupan pasar itu. Kenyataan menunjukkan bahwa pasar tradisional dan pasar semimodren dan modern memiliki segmen pembeli yang berbeda berdasarkan karakteristiknya, jenis dan frekuensi perbelanjaan serta akses termasuk kemudahan angkutan dan faktor pendukung lainnya. Karakteristik para pengunjung pasar tradisional adalah komunitas lokal dalam wilayah pengaruh pasar umumnya berpendapatan menengah ke bawah yang berbelanja kebutuhan harian. Mereka mengunjungi pasar 2 -3 kali seminggu karena harus memasak untuk kebutuhan keluarganya sedangkan mereka yang bekerja umumnya mengunjungi pasar tradisional pada hari libur. Kunjungan ke pasar semimodren dan modern umumnya untuk membeli berbagai barang yang tidak tersedia di pasar tradisional atau karena harganya lebih murah. Mereka mengunjunginya secara periodik sekali seminggu atau sekali sebulan untuk kebutuhan pokok yang lebih murah harganya karena strategi penjualan barang esensial yang berskala besar. Mereka menginjungi pasar modern untuk berekreasi termasuk makan di restoran cepat saji yang mendukung pola pelayanan di pasar modern tersebut. Masyarakat yang ekonomis sangat mempertimbangkan faktor harga disamping nilai utiliti dari barang tersebut yang membentuk preferensinya. Kebijakan publik berkait dengan pembangunan pasar dalam kerangka memperkuat kapasitas ekonomi lokal harus berlandaskan kepada konsep penataan ruang termasuk sirkulasi angkutan kota yang melayani konsentrasi penduduk dari berbagai kawasan permukiman. Jika penataan 16
ruang gagal dalam membangun kawasan permukiman berskala besar beserta prasarana dan sarana pendukung termasuk pasar lokal maka terjadi arus yang sangat besar ke pusat sehingga menimbulkan kemacetan. Kebijakan penyebaran pasar lokal dalam suatu wilayah konsentrasi penduduk diharapkan dapat mengurangi biaya dan waktu untuk berbelanja sehingga kebijakan penghematan energi yang dicanangkan pemerintah dapat dicapai. Pembangunan pasar modern di pusat kota sebagai pasar regional akan membentuk citra kota sebagai pusat perdagangan yang mendorong perumbuhan ekonomi wilayah pengaruhnya. Ini hanya dapat dicapai jika terbentuk spesialisasi yaitu produsen, distributor dan pedagang serta konsumen dalam hierarki pasar terutama pasar lokal dan regional. Kebutuhan terhadap pasar semimodern dan modern sebagai pelengkap bagi pasar tradisional sehingga kebijakan publik harus mampu mempertahankan keseimbangan tersebut. Jika pasar tradisional tidak dilindungi maka berbagai sektor akan terganggu termasuk penerimaan berupa pendapatan asli daerah. Keberhasilan pembangunan ekonomi kota bergantung kepada 3K yaitu komitmen, konsisten dan konsekuen. Para pengambil keputusan terutama pemerintah harus memiliki komitmen bagi peningkatan kesejahteraan rakyat bukan kepentingan perorangan dan kelompok. Selain itu harus konsisten dalam melaksanakan berbagai rencana yangb terkait dengan pembangunan ekonomi lokal termasuk penataan ruang dan pengembangan sistem aktivitas yang mendukung pengembangan permukiman berskala besar. Konsekuensi dari kebijakan yang salah terhadap pengelolaan pasar akan membawa pengaruh buruk kepada kesejahteraan rakyat khususnya.
Penutup Preferensi masyarakat sebagai faktor penentu bagi perkembangan pasar ternyata menunjukkan keadaan yang menguntungkan bagi pasar tradisional. Selera pelanggan belum beralih ke pasar semimodern dan modern namun keadaan ini dapat berubah dalam jangka panjang. Kebijakan publik berkaitan dengan pengelolaan pasar dapat membuat keadaan yang lebih baik terutama meningkatkan ketahanan ekonomi lokal dalam kerangka perbaikan kesejahteraan rakyat. 17
Referensi Bish, Robert L. and Hugh O. Nourse, 1975. Urban Economic and Policy Analysis. McGraw-Hill kogakusha, Tokyo Button, K.J., 1976. Urban Economics: Theory and Policy. The Loughborogh University Press Dickey, John W., 1978. Analytical Techniques in Urban and Regional Planning. McGraw-Hill, New York Fashbir Noor Sidin, 2000. Ekonomi Perkotaan. Buku Ajar di Fak. Ekonomi Unand (tidak diterbitkan) _____. 2006. Laporan Kajian Lapangan Ekonomi Perkotaan. Fak. Ekonomi Unand (tidak diterbitkan) Giese, Joan L. and Joseph A. Cote, 2000. Defining Consumer Satisfaction. Washington State University Press. Glasson, J., 1978. An Introduction to Regional Planning. Hutchinson, London. Hawkins, Del I., Roger J. Best and Kenneth A. Coney, 1998. Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. McGraw-Hill, Boston. Hoover, Edgar M., 1963. The Location of Economic Activity. McGraw-Hill, New York. Kottler. Phillip, 1996. Principle of Marketing. Prentice-Hall, Englewoods Cliffs. Law, Christoper M., et all, 1988. The Uncertain Future of the Urban Core. Routledge, London. Logan, John R. and Harvey L. Molotch, 1967. The Urban Fortunes. The University California Press Munoz, Lucio, 2001 The Traditional Market and The Sustainable Market: Is the Perfect Market Sustainable? International Jourbel of Economic Development 3 (4) Perner, Lars, 2006. The Psychology of Consumers. San Diego University Press Redding, S.G. 1982. Cultural Effect on the Marketing Process in Southeast Asia. Journal of Market Research Society Samuelson, Paul A;,1947. Foundations of Economic Analysis. Harvard University Press, Cambridge.. Stearns et all, 1974. The Urban Ecosystem A Holistic Approach. Dowden Hutchinson, Pennsylvania
Dr. Fashbir Noor Sidin, SE, MSP (can) Guru Besar bidang Ekonomi Perkotaan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas S1 Fakultas Ekonomi Universitas Andalas bidang kajian Ekonomi Wilayah dan Kota S2 Pascasarjana Institut Teknologi Bandung bidang kajian Perencanaan Wilayah dan Kota S3 Universiti Malaya, Kuala Lumpur bidang kajian Pembangunan Perkotaann dan Kebijakan Publik Alamat Kantor: Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Kampus Limau Manih Padang 25163 Telepon 0751 71088 Faksimili 71089 eMail
[email protected],
[email protected] Menerbitkan 4 buku di Malaysia bersama Prof. Dr. Mohd. Razali Agus dan beberapa bab/chapter buku yang diterbitkan di dalam dan luar negeri.
18