MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS VCD Oleh Farida IAIN Raden Intan Lampung ABSTRAK Ada beberapa faktor yang dengan rendahnya hasil belajar peserta didik, yang paling utama adalah rendahnya minat peserta didik untuk mengikuti pelajaran dengan baik dan sungguh-sungguh. Kurang adanya motivasi yang kuat menjadi salah satu penyebab terhadap rendahnya minat belajar peserta didik. Dalam KTSP, kegiatan pembelajaran lebih terpusat kepada peserta didik dan mengembangkan kreativitas peserta didik. Atas dasar itulah diperlukan adanya variasi model pembelajaran. Dengan media VCD pembelajaran, diharapkan peserta didik akan merasa nyaman ketika memperoleh matapelajaran matematika sehingga secara perlahan perasaan takut terhadap matapelajaran matematika akan luntur dan akhirnya hilang yang pada akhirnya peserta didik akan menjadi lebih mudah mengerti matapelajaran matematika. Penelitian ini ingin mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan media VCD pembelajaran lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional pada kemampuan pemahaman konsep pada materi pokok kesebangunan pada peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Bandar Lampung?. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika materi pokok kesebangunan. Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan masukan dalam memilih model pembelajaran yang bervariasi yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik serta sebagai bahan informasi bagi peneliti lain. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan uji t pihak kanan dengan populasi kelas IX SMP Negeri 3 Bandar Lampung. Dalam penelitian ini dipilih satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas IX E dan satu kelas sebagai kelas control yaitu kelas IX F. Kelompok kelas eksperimen dikenai pembelajaran dengan media VCD dan kelompok kelas control dikenai pembelajaran konvensional. Selain itu, dipilih satu kelas lagi sebagai kelas uji coba yaitu kelas IX D. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan media VCD pembelajaran terhadap kemampuan pemahaman konsep peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Bandar Lampung semester I pada materi pokok kesebangunan lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional, hal ini terlihat dari kemampuan pemahaman konsep peserta didik yang lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional. Dengan demikian pembelajaran matematika dengan media VCD pembelajaran pada materi pokok kesebangunan dapat dijadikan suatu metode alternative dalam pembelajaran guna menambah variasi metode mengajar dalam upaya melatih keterampilan penalaran dan komunikasi peserta didik dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam pembelajaran matematika dengan memanfaatkan media yang lain.
43
Kata kunci: VCD pembelajaran, pemahaman konsep. A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara peserta didik dan guru. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi transfer belajar yaitu materi yang disajikan guru dapat diserap ke dalam struktur kognitif peserta didik. Peserta didik dapat mengetahui materi tersebut tidak hanya terbatas pada tahap ingatan saja tanpa pengertian (rote learning) tetapi bahan pelajaran dapat diserap secara bermakna (meaning learning). Agar terjadi transfer belajar yang efektif maka kondisi fisik dan psikis dari setiap individu peserta didik harus sesuai dengan materi yang dipelajarinya. Berdasarkan wawancara dengan guru-guru ada beberapa faktor yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar peserta didik, yang paling utama adalah rendahnya minat peserta didik untuk mengikuti pelajaran dengan baik dan sungguh-sungguh. Kurang adanya motivasi yang kuat menjadi salah satu penyebab terhadap rendahnya minat belajar peserta didik. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah cara mengajar guru yang kurang menarik. Selain itu lingkungan serta sarana dan prasarana pendukung juga ikut mempengaruhi terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik. Dalam pembelajaran di sekolah guru merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam proses pembelajaran. Guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi pendekatan dan media pembelajaran yang tepat. Selain menggunakan strategi dan media pembelajaran yang tepat juga harus memperhatikan pembelajaran yang banyak melibatkan peserta didik aktif dalam belajar, baik mental, fisik maupun sosial dan dapat menggunakan kemampuan bernalar maupun berpikir. Di samping itu untuk menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan pembelajaran berlangsung secara aktif dalam kelas adalah dengan memperhatikan media pembelajarannya. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan tersebut tidak hanya dibutuhkan kompetensi guru yang memadai, tetapi harus didukung dengan media pembelajaran yang menarik. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut seorang guru dituntut untuk menyediakan atau membuat media pembelajaran yang praktis dan mudah untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
44
Media menurut Hamidjojo merupakan semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju (Arsyad, 2005:4). Dalam kegiatan pembelajaran, media merupakan salah satu sumber belajar yang dapat menyampaikan pesanpesan pendidikan kepada para peserta didik. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan indera, hambatan jarak dan waktu dan lain-lain dapat dibantu dengan memanfaatkan media. Oleh karena itu kehadiran media dalam pembelajaran tidak mungkin diabaikan, kehadiran media sangat penting terutama dalam menyajikan model kompetensi target yang ingin dicapai (modelling). Media juga diperlukan untuk mengembangkan kemampuan bertanya peserta didik (questioning) dalam menggali informasi, mengecek pemahaman dan meningkatkan respon peserta didik. Pemilihan media yang tepat sangat memberikan peranan dalam pembelajaran. Selama ini media pembelajaran yang dipakai adalah buku-buku panduan atau dengan alat peraga. Tetapi seiring dengan berkembangnya teknologi, media pembelajaran tersebut kurang menarik perhatian dan minat peserta didik. Untuk itu diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat lebih menarik perhatian dan minat peserta didik tanpa mengurangi fungsi media pembelajaran secara umum. Dalam hal ini media pembelajaran yang dibutuhkan juga harus sudah populer di masyarakat, khususnya di kalangan peserta didik dan guru. Menurut KBBI (Balai Pustaka, 1993:1120) visualisasi diartikan sebagai pengungkapan gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar grafik, dan sebagainya atau suatu proses pengubahan konsep menjadi gambar untuk disajikan lewat televisi oleh produsen. VCD adalah alat yang digunakan untuk menyajikan gambar atau tulisan dan animasi melalui TV. VCD adalah sebuah alat yang sudah cukup populer di kalangan masyarakat umum. Penggunaan media pembelajaran matematika yang berbentuk VCD memungkinkan digunakan dalam berbagai keadaan tempat, baik di sekolah maupun di rumah, serta yang paling utama adalah dapat memenuhi nilai atau fungsi media pembelajaran secara umum. Dengan media VCD, diharapkan peserta didik akan merasa nyaman ketika
45
memperoleh mata pelajaran matematika. Setelah itu tentunya peserta didik akan menjadi tertarik sehingga secara perlahan perasaan takut terhadap mata pelajaran matematika akan luntur dan akhirnya hilang. Selain itu dengan media VCD diharapkan peserta didik akan menjadi lebih mudah mengerti dengan mata pelajaran matematika. Menurut guru kelas IX, berpendapat bahwa peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Bandar Lampung mengalami banyak kesulitan pada materi kesebangunan. Kenyataan ini dapat dilihat dari hasil belajar pada materi pokok ini pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu masih banyak peserta didik yang belum mencapai batas tuntas yaitu 65. Kesulitan yang dialami dikarenakan kurangnya pemahaman dan kekurangtertarikan peserta didik pada pelajaran matematika. Sebagian besar peserta didik hanya menghafal rumus saja sehingga mereka kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal aplikasi khususnya dalam aspek pemahaman konsep. Salah satu faktor kekurangtertarikan peserta didik adalah suasana kelas yang pasif serta sebagian peserta didik terlanjur menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit sehingga kecenderungan kelas menjadi tegang, karena itulah diperlukan guru yang aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai materi dan mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
B. Landasan Teori 1.
Pembelajaran Matematika Pengertian belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada orang
yang belajar sebagai akibat dari pengalaman. Ada banyak definisi belajar dari para ahli yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena sudut pandang dan penekanan masing-masing ahli berbeda. Belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi akan lebih bermakna jika mengalami apa yang dipelajarinya. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan pengetahuan tingkah laku (Hamalik, 2003:27). Dengan kata lain belajar merupakan proses menuju perubahan dengan cara mengalami atau sebagai akibat pengalaman. Pengertian belajar secara khusus adalah sebagai berikut.
46
a. Menurut
pandangan
behavioristik,
pembelajaran
adalah
usaha
guru
membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). b. Menurut pandangan kognitif, pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir agar mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. c. Menurut pandangan Gestalt, pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik lebih muda mengorganisirnya (pola bermakna). d. Menurut pandangan humanistik, pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. (Darsono dkk, 2000:24-25). Menurut Darsono dkk (2000:25), ciri-ciri pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut. a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi peserta didik dalam belajar. c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi peserta didik. d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. e. Pembelajaran
dapat
menciptakan
suasana
belajar
yang
aman
dan
menyenangkan bagi peserta didik. f. Pembelajaran dapat membuat peserta didik siap menerima pelajaran baik fisik maupun psikologis. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran (Hamalik, 1995:57). Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka dalam pembelajaran unsurunsur minimal yang harus dipenuhi adalah peserta didik, tujuan, dan prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Guru yang bertugas sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat harus mempersiapkan rencana awal pembelajaran, kemudian menyusun rencana
47
lengkap sebagai persiapan pelaksanaan di lapangan. Selain itu guru juga dituntut memiliki motivasi untuk membelajarkan peserta didik, yaitu memiliki sikap tanggap serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan beberapa upaya pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ada tiga ciri khas yang terkandung di dalamnya, yaitu: a. rencana, pemantauan ketenangan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus, b. saling ketergantungan antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan, dan c. tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. 2.
Media Pembelajaran Matematika Media menurut Hamidjojo merupakan semua bentuk perantara yang
digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju (Arsyad, 2005:4). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Salah satu usaha untuk memberikan variasi dalam hal pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan media pembelajaran matematika. Ada perbedaan mendasar dari istilah alat peraga matematika dengan media pembelajaran secara umum. Media pembelajaran adalah sarana dan prasarana yang dapat berupa software atau hardware yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran. Hardware yang dimaksud antara lain: OHP, radio, tape, recorder, TV, slide, proyektor, dan film. Sedangkan software yang dimaksud adalah informasi atau cerita yang terdapat dalam film dan bahan pelajaran yang terdapat dalam slide. Beberapa pengertian media pendidikan adalah sebagai berikut. a. Media Pendidikan Umum yaitu segala jenis sarana digunakan
pendidikan yang
sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pendidikan. Yang termasuk pengertian media pendidikan dalam arti umum yaitu media grafis, media yang menggunakan alat penampil, pita, model dan globe. 48
b. Media Pendidikan Khusus, yaitu segala jenis sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dengan menggunakan alat dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pendidikan. Yang termasuk pengertian media dalam arti khusus antara lain program radio kaset, slide, focus strep, transparansi, OHP, film, kaset video, radio dan televisi. c. Pengertian perangkat lunak (software) yaitu segala jenis bahan atau program yang disajikan dalam media pendidikan seperti kaset video, film, slide, dan lain-lain. Perangkat lunak media pendidikan terdiri dari isi/materi pelajaran yang berupa pesan-pesan yang akan disampaikan. d. Perangkat
keras
(hardware) yaitu
alat
penampil
elektronik
menampilkan/menayangkan program media pendidikan dalam
untuk kegiatan
belajar mengajar. Perangkat keras tersebut antara lain OHP, projekctor slide, tape recorder, video, VCD Player, dan projector film. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan secara garis besar bahwa media adalah suatu perantara yang dapat digunakan untuk mengantarkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan,perhatian dan kemampuan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. 3.
PenggunaanVCD
(Video
Compact
Disk)
dalam
Pembelajaran
Matematika Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula jenis-jenis media pembelajaran yang lebih menarik dan dapat digunakan baik di sekolah maupun di rumah. Salah satunya adalah media pembelajaran yang berbentuk VCD (Video Compact Disk). CD menurut PP No.29 tahun 2004 merupakan cakram optik yaitu segala macam media rekam berbentuk cakram yang dapat diisi atau berisi data informasi berupa suara, musik, film atau data lainnya yang dapat dibaca dengan mekanisme teknologi pemindaian (scanning) secara optik menggunakan sumber sinar yang intensitasnya tinggi seperti laser. VCD adalah video yang disimpan dalam CD. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh ahli psikologi Jerome Bruner (Maningrum, 2007:62) bahwa kalau dalam belajar peserta didik dapat diberi pengalaman langsung (melalui media, demonstrasi, ‖field strip‖, dramatisasi), 49
maka situasi pengajarannya itu akan meningkatkan kegairahan dan minat peserta didik tersebut dalam belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Heinich, Molenda, dan Russel (Maningrum, 2007:62) yang menyatakan bahwa media pengajaran dalam membelajarkan dapat mengkonkritkan ide-ide atau gagasan yang bersifat konseptual,
sehingga
mengurangi
kesalahpahaman
peserta
didik
dalam
mempelajari dan memberikan pengalaman-pengalaman yang nyata yang merangsang aktivitas diri sendiri untuk belajar, sehingga peserta didik tergugah untuk melakukan kegiatan belajar, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Cara menggunakan VCD ini adalah dengan menayangkan di proyektor dan ditonton bersama-sama serta diarahkan oleh guru. VCD ini berisi tentang permasalahan tentang masalah kehidupan sehari-hari pada materi pokok kesebangunan. Di dalamnya ada penjelasan-penjelasan berupa tanya jawab interaktif yang mempermudah peserta didik dalam mempelajari materi pokok kesebangunan. Selain itu ada tampilan soal yang dapat digunakan untuk latihan peserta didik. Penggunaan VCD dapat digunakan sebagai alternatif pemilihan media pembelajaran matematika yang cukup mudah untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan akhir-akhir ini di lingkungan akademis atau pendidikan penggunaan media pembelajaran yang berbentuk VCD bukan merupakan hal yang baru lagi dan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Penggunaan media pembelajaran matematika yang berbentuk VCD memungkinkan digunakan di rumah karena VCD player sekarang ini sudah bukan merupakan barang mewah lagi dan dapat ditemukan hampir di setiap rumah peserta didik. 4.
PemahamanKonsep Pemahaman berarti proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan
(KBBI, 1990:636), sedangkan konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokan objek kedalam contoh dan non contoh (KBBI, 1990:33). Menurut Gagne dalam Suherman (2003:33) dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung yaitu kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah,
50
belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep dan aturan. Jadi, berdasarkan uraian di atas, konsep merupakan objek tak langsung dari matematika yang dapat diperoleh oleh siswa. Kemampuan pemahaman konsep dalam peneltian ini adalah kesanggupan atau kecakapan siswa kelas VIII SMP dalam menyelesaikan soal-soal tes yang memuat indikator kemampuan pemahaman konsep. Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 (dalam Tim PPPG Matematika, 2005:86) tentang penilaian perkembangan anak didik SMP dicantumkan indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika, indikator tersebut adalah sebagai berikut. a. Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari. b. Menerapkan konsep secara algoritma ke pemecahan masalah. c. Memberikan contoh atau contoh kontra dari konsep yang dipelajari. d. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis. e. Mengaitkan berbagai konsep (internal atau eksternal matematika). C. Metode Penelitian
1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari peserta didik SMP Negeri 3 Bandar Lampung. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan memilih beberapa kelas dan dipilih secara acak. Dalam penelitian ini dipilih satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas IX E dan satu kelas sebagai kelas kontrol yaitu kelas IX F. Kelompok kelas eksperimen dikenai pembelajaran dengan media VCD dan kelompok kelas kontrol dikenai pembelajaran konvensional. Selain itu, dipilih satu kelas lagi sebagai kelas uji coba yaitu kelas IX D. 2. Analisis Instrumen Penelitian. a. Validitas Tes Validitas tes diketahui dengan menggunakan rumus korelasi product moment yaitu :
51
rxy
N XY ( X )( Y ) [ N X 2 ( X ) 2 }{N Y 2 ( Y ) 2
b. Reliabilitas Tes
Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus: 2 k b r11 1 2 k 1 t
c. Taraf Kesukaran
Jawaban terhadap soal bentuk uraian secara teoritis tidak ada yang salah mutlak, sehingga derajat kebenaran jawaban tersebut akan berperangkat sesuai dengan mutu jawaban masing-masing peserta didik. Rumus yang digunakan: TK =
Banyaknya siswa yang gagal x 100 % Banyaknya siswa yang mengikuti tes
(Sudjana, 1996:239). d. Daya Pembeda (Soal Uraian) Untuk menentukan daya pembeda soal untuk tes yang berbentuk uraian menggunakan rumus uji t, yaitu sebagai berikut. t=
MH ML
x {
1
2
x2
ni (ni 1)
2
}
3. Pengujian Hipotesis Hipotesis yang akan diuji sebagai berikut.
H 0 : 1 2 : Rata-rata skor tes kemampuan pemahaman konsep matematika pada materi pokok kesebangunan pada pembelajaran dengan media VCD pembelajaran sama atau lebih jelek dibanding pembelajaran konvensional. H1 : 1 2 : Rata-rata skor tes kemampuan pemahaman konsep matematika
pada materi pokok kesebangunan pada pembelajaran dengan media VCD pembelajaran lebih baik dibanding pembelajaran konvensional.
52
H0 diterima jika t hitung t tabel , rumus t hitung yang digunakan sangat ditentukan hasil uji kesamaan variansi antar kedua kelompok, maka kemungkinan rumus t hitung yang digunakan adalah: H0 diterima jika t hitung t tabel , rumus t hitung yang digunakan sangat ditentukan hasil uji kesamaan variansi antar kedua kelompok, maka rumus t hitung yang digunakan adalah: t hitung
S2
X1 X 2 1 1 S n1 n2
, t tabel t 0,95( dk n1 n2 2)
n1 1S12 n2 1S 22 n1 n2 2
Keterangan:
X 1 : rata-rata nilai kelompok eksperimen
X 2 : rata-rata nilai kelompok kontrol n1 : jumlah anggota kelompok eksperimen
n 2 : jumlah anggota kelompok kontrol
S12 : varian kelompok eksperimen S 22 : varian kelompok kontrol S 2 : varian gabungan (Sudjana, 1996:239). Dari hasil perhitungan uji student yang dilakukan diperoleh nilai thitung = 2,375. Harga ini dikonsultasikan dengan taraf signifikan 5% dan dk = 39 + 39 - 2 = 76, diperoleh ttabel = 1,99, dengan demikian thitung> t
1 1 2
. Ini berarti
kelaseksperimenlebihbaikdaripadakelaskontrol. D. Pembahasan Dari analisis data awal diperoleh data yang berdistribusi normal dan homogen serta dari hasil uji kesamaan rata-rata menunjukkan bahwa Fhitung
53
eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran dengan media VCD sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran konvensional. Pada awal pertemuan di kelas eksperimen ada beberapa kendala, antara lain kurangnya kontrol waktu, selain itu pemahaman dari peserta didik tentang media VCD pembelajaran masih sangat kurang. Akan tetapi pada pertemuan yang kedua peserta didik dengan cepat dapat menyesuaikan pembelajaran dengan media VCD. Selanjutnya peserta didik paham dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengamatan terhadap guru dan siswa dengan tujuan agar proses belajar mengajar dapat terkontrol dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pada awal pertemuan siswa kurang antusias dengan pembelajaran karena siswa telah terbiasa dengan pembelajaran konvensional. Pada pertemuan selanjutnya siswa terlihat lebih antusias. Bahkan siswa kelas eksperimen terlihat lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Berdasarkan aspek perhatian peserta didik terhadap pengarahan guru ketika akan melaksanakan pembelajaran dengan VCD, tingkat kesungguhan peserta didik dalam memperhatikan pelajaran, peran peserta didik dalam proses belajar mengajar, kemampuan peserta didik dalam menganalisis masalah/soal untuk mencari cara penyelesaian, keruntutan dalam menyelesaikan soal, kelancaran peserta didik mengerjakan soal, semangat peserta didik selama pembelajaran berlangsung, banyaknya peserta didik yang bertanya selama pembelajaran berlangsung, kesukaan peserta didik mengikuti pembelajaran dengan VCD pembelajaran yang ditunjukkan dengan sikap gembira, sungguhsungguh, serius, dan penuh tanggung jawab terhadap apa yang menjadi tugasnya, keaktifan peserta didik dalam pembelajaran dengan VCD pembelajaran, pada pertemuan 1 persentasenya adalah 62,5%, pada pertemuan 2 persentasenya adalah 67,5%, dan pada pertemuan 3 persentasenya mencapai 75%. Itu menunjukkan bahwa terjadinya ketertarikan dan peningkatan minat, kemampuan, peserta didik dalam pembelajaran matematika dengan media VCD pembelajaran. Pengamatan juga tidak hanya dilakukan pada siswa tapi juga dilakukan pada guru. Berdasarkan aspek kemampuan guru dalam membuka pelajaran,
54
keruntutan penyampaian bahan ajar, kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan dari peserta didik, kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran dengan VCD pembelajaran, kemampuan guru saat melakukan evaluasi, peran guru dalam memotivasi peserta didik dalam pembelajaran, kemampuan guru dalam membimbing peserta didik saat mengerjakan soal, kemampuan guru dalam mengelola kelas, kemampuan guru dalam pemerataan perhatian kepada peserta didik selama pembelajaran berlangsung, kemampuan guru dalam memancing keaktifan peserta didik dalam pembelajaran dengan VCD pembelajaran, pada pertemuan 1 persentasenya adalah 67,5%, pada pertemuan 2 persentasenya adalah 72,5%, dan pada pertemuan 3 persentasenya mencapai 82,5%. Itu menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika dengan media VCD pembelajaran. Ternyata benar bahwa penggunaan media VCD pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menunjukkan pemahaman masalah, kemampuan siswa dalam mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemahaman konsep, kemampuan membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah, dan kemampuan menyelesaikan masalah yang tidak rutin. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa kelas eksperimen yang lebih baik dibandingkan siswa kelas kontrol. Pada uji ketuntasan pemahaman konsep dengan kriteria minimal tuntas 65 dari kriteria ketuntasan belajar matematika di SMP Negeri 3 Bandar Lampung, diperoleh thitung = 13,06. Dengan taraf nyata 5% dan dk = 37 diperoleh ttabel = t(0,95)(38) = 1,69. Karena thitung>ttabel maka Ho ditolak artinya rata-rata pemahaman konsep kelas eksperimen ≥ 65 maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep kelas eksperimen telah melebihi minimal nilai ketuntasan belajar 65. Dari hasil perhitungan uji student yang dilakukan diperoleh nilai thitung = 2,375. Harga ini dikonsultasikan dengan taraf signifikan 5% dan dk = 39 + 39 - 2 = 76, diperoleh ttabel = 1,99 dengan demikian thitung>ttabel.. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa pemahaman konsep matematika peserta didik kelas IX F yang menerapkan pembelajaran dengan media VCD pembelajaran lebih baik daripada kemampuan matematika peserta didik kelas IX E yang dalam pembelajarannya menerapkan pembelajaran konvensional.
55
Pembelajaran dengan media VCD pembelajaran pada kelas eksperimen memiliki peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol, hal ini terjadi karena adanya penggunaan suatu media pembelajaran berupa VCD pembelajaran. Media VCD pembelajaran ini sangat berguna bagi guru dan peserta didik. Bagi guru alat ini mempermudah dalam penyampaian materi pembelajaran. Penerapan pembelajaran dengan media VCD pembelajaran adalah alternatif pendekatan bagi peserta didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media VCD pembelajaran efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika materi kesebangunan pada peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015. E. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran matematika dengan media VCD pembelajaran lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional pada kemampuan pemahaman konsep pada materi pokok kesebangunan pada peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Bandar Lampung. F. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti dapat mengemukakan saran-saran sebagaiberikut. (1) Hendaknya guru dapat menerapkan pembelajaran dengan media VCD pembelajaran untuk lebih mengkonkritkan ide atau gagasan. (2) Guru dapat memvariasikan media pembelajaran lainnya sehingga diperoleh metode yang lebih sesuai karakteristik materi pokok dan kondisi peserta didik. (3) Bagi semua pihak yang berkompeten diharapkan untuk mengembangkan penelitian ini, baik sebagai penelitian lanjutan maupun penelitian lain. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. 2002. KamusBesarBahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka. Arsyad, Azhar. 2005. Media pembelajaran. Jakarta: Raja GrafindoPersada. Arifin, Zainal. 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: Depdiknas.
56
Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. _________________. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. ________________. BumiAksara.
2003.
Dasar-dasar
Evaluasi
Pendidikan.
Jakarta:
Darhim. 1993. Work Shop Matematika. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara DIII. Darsono dkk. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press Echols, J.M. dan Shadly, H. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Gramedia. Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Kasnudan Monica. 2007. Matematika. Solo: Deriko. Maningrum, Lusia. 2007. Keefektifan Pendekatan PAKEM dengan Media CD Pembelajaran dalam Pembelajaran Matematika Sub Materi Pokok Keliling dan Luas Lingkaran pada Peserta didik Kelas VII SMP Panguri Luhur Giriwoyo Wonogiri. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No.29 tahun 2004. Tersedia di http://www.dgip.go.id/ebhtml/hki/filecontent.php?fid=7526 [30/05/2007]. Sudjana. 1996. MetodeStatistika. Bandung: Tarsito. _______. 1999. MetodeStatistika. Bandung: Tarsito. ______. 2002. MetodeStatistika. Bandung: Tarsito. Sugandi, Achma ddkk. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: Unnes Press. Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontempor. Bandung: JICA-IMSTEP Sujatmiko, Ponco. 2005. Matematika Kreatif 3. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Sugiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta. Sumarmo, Utari. 2003.’Pembelajaran Matematika untuk mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi’. Makalah disajikan dalam pelatihan guru matematika di jurusan matematika ITB, April. Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Matematika UNNES. Tim penyusun KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia . 1990. Jakarta : Balai Pustaka. Tim PPPG matematika Yogyakarta. 2005. Materi Pembinaan Matematika SMP di Daerah. Yogyakarta:Depdiknas.
57