Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (22-28) ISSN : 2460-7274
MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN
Oleh M. Andi Setiawan, M.Pd ABSTRAK
Penelitian ini berdasarkan atas fenomena yang terjadi di lapangan yaitu adanya pelanggaran terhadap disiplin dan tata tertib siswa di sekolah. Perilaku pelanggaran tersebut adalah perilaku membolos sekolah. Siswa yang memiliki perilaku membolos merupakan siswa yang kurang bisa memahami dan menerima keadaan dirinya secara realita dan positif. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengatasi perilaku membolos dengan pendekatan konseling realita. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII D dan subyek yang diteliti sejumlah 2 siswa diambil dari rekomendasi konselor sekolah dan berdasarkan hasil observasi, siswa tersebut adalah GR dan MM. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua konseli sebelum dilakukan konseling memiliki perilaku membolos dengan aspek durasi dan frekuensi yang tinggi. Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah konseling individual dengan pendekatan realita efektif dalam mengatasi perilaku membolos. Saran bagi konseli diharapkan mampu mengatasi perilaku membolos secara penuh sehingga bisa menjalani proses belajar secara efektif. konselor sekolah diharapkan dapat mempelajari pendekatan konseling realita dalam mengatasi perilaku membolos. Kata kunci: Perilaku membolos dan Konseling realita.
PENDAHULUAN Sekolah adalah lembaga formal tempat seorang siswa menimba ilmu dalam mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya. Siswa merupakan orang yang terlibat secara langsung dalam dunia pendidikan, melalui proses belajar siswa diharapkan mampu mengenal dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Siswa dalam usaha menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya diperlukan pengendalian diri yang baik dalam diri siswa tersebut. Pengendalian
M.Andi Setiawan, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
diri merupakan suatu kondisi dimana seseorang dalam bertindak dan berbuat selalu dapat mengontrol dirinya dengan baik dari keingginan-keingginan yang berlebihan. Siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak terlepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Membicarakan tentang disiplin siswa tidak terlepas dari perilaku kenakalan remaja. Perilaku yang terjadi di kalangan remaja pada akhir-akhiri ini 22
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (22-28) ISSN : 2460-7274
sudah sangat mengkhawatirkan, Pelanggaran di sekolah kerap juga dilakukan oleh siswa dari tingkat pelanggaran yang tergolong rendah sampai bentuk pelanggaran yang sudah tergolong berat, seperti: perkelahian, membolos, mencontek, terlambat datang sekolah, pemalakan, merokok, dan bentuk penyimpangan lainya. Perilaku-perilaku tersebut merupakan perilaku yang membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangan. Disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak berperilaku moral yang disetujui kelompok (Hurlock 1999: 82). Selanjutnya dikatakan bahwa tujuan disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya tempat individu itu diidentifikasi. Fungsi atau manfaat disiplin diantaranya: (1) untuk mengajar anak bahwa perilaku tertentu selalu diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian, (2) untuk mengajar anak suatu tingkatan penyesuaian yang wajar tanpa menuntut konformitas yang berlebihan, (3) membantu anak mengendalikan diri dan pengarahan diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka (Hurlock 1999:97) Fenomena yang terdapat di sekolah menunjukan adanya pelanggaran terhadap disiplin dan tata tertib siswa di sekolah. Perilaku pelanggaran tersebut ditunjukan melalui beberapa perilaku siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah seperti: datang terlambat sampai di sekolah, membolos sekolah,
M.Andi Setiawan, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
merokok, tidak melengkapi atribut sekolah, meninggalkan jam pelajaran, dari beberapa bentuk perilaku pelanggaran tersebut yang banyak dilakukan oleh siswa adalah perilaku membolos sekolah. Supriyo (2008: 111) Membolos adalah anak yang tidak masuk sekolah dan anak yang meninggalkan sekolah sebelum usai tanpa ijin terlebih dahulu, baik tidak masuk sekolah maupun meninggalkan sekolah merupakan pelanggaran tata tertib di sekolah, sedangkan menurut Soeparwoto et al (2007: 211) Membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan dari pihak sekolah. Hasil yang diperoleh dari guru bimbingan dan konseling menyebutkan pada tahun pelajaran 2010/2011 diketahui bahwa siswa kelas VII D mempunyai porosentase membolos yaitu (7%), jika direkap selama satu bulan maka siswa yang membolos di kelas VII D mencapai (11%), beberapa anak yang bermasalah dalam kasus membolos masing masing siswa memiliki gejala dan faktor penyebab yang berbeda-beda, misalnya: merasa sulit untuk bisa menyesuaikan dengan teman sebayanya, merasa ada beberapa guru yang tidak dia sukai pelajaranya, mengikuti ajakan teman untuk membolos bersama, sering bangun kesiangan. Gambaran kasus diatas menunjukan bahwa siswa yang suka membolos memerlukan perhatian khusus dari semua guru khususnya guru pembimbing.Perilaku membolos yang dilakukan siswa tersebut berdampak pada suasana kelas yang kurang kondusif dan pembelajaran tidak dapat
23
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (22-28) ISSN : 2460-7274
terlaksana dengan maksimal karena siswa yang membolos tertinggal mata pelajaran yang harus didapatkanya, sehingga hal ini perlu diselesaikan agar permasalahan yang dialami tidak semakin dalam. Maka dari itu konseling individu diperukan untuk dapat membantu terselesaikannya masalah yang dihadapi oleh konseli yang suka membolos. Konseling individu memiliki beberapa macam pendekatan yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh konseli. Pendekatan konseling itu meliputi Konseling Gestalt, Konseling Realita, Konseling Client Center, Konseling Rational Emotif, Konseling Behavioristik dan Konseling Humanistik. Tiap pendekatan memiliki karakteristik dan proses konseling yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, berdasarkan ciri-ciri perilaku yang muncul seperti fenomena yang terjadi diatas maka konseling individu melalui pendekatan Realita dianggap sesuai untuk mengatasi permasalahan membolos siswa. Konseling Realita memandang bahwa pada dasarnya manusia memilih perilakunya sendiri dan karena ia bertanggung jawab, bukan hanya terhadap apa yang dilakukan, tetapi juga terhadap apa yang dipikirkan, hal ini sejalan dengan tujuan konseling realita untuk memberikan kemungkinan dan kesempatan agar bisa mengembangkan kekuatan-kekuatan psikis yang dimiliki untuk menilai perilaku dan apabila perilaku tersebut tidak sesuai maka akan diganti dengan perilaku lain yang lebih sesuai. Konseling realita menyatakan bahwa semua manusia
M.Andi Setiawan, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
memiliki kebutuhan fisiologis dan psikologis. Perilaku manusia dimotivasi untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut. Membolos sebagai perilaku yang tidak tepat karena individu kurang bisa dalam memuaskan kebutuhanya, akibatnya kehilangan sentuhan dengan realita objektif, seseorang tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitanya, tidak dapat melakukan atas dasar kebenaran, tanggung jawab dan realita. Konseling realita dalam kasus membolos ini sangatlah berperan penting karena dengan konseling realita individu akan dibantu untuk dapat menemukan kebutuhanya. Konseling ini menekankan apa yang diketahui seseorang memahami tindakan atau perilaku yang tidak efektif dan dengan mempergunakan kemampuan pengendalianya (control theory) terhadap lingkungan untuk kemudian membukakan diri dalam mempelajari alternatif lain untuk bertindak dan berperilaku. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan. Menurut Sukmadinata, Nana Syaodih (2011: 140), penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan, dan hambatan yang dihadapi, untuk
24
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (22-28) ISSN : 2460-7274
kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan. Model penelitian tindakan secara garis besar terdapat empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2009: 16)
Gambar 1 Desain Penelitian Tindakan Berdasarkan siklus yang ada maka dalam siklus pertama peneliti mencoba mengaplikasikan pendekatan konseling realita untuk membantu mengatasi perilaku membolos yang terjadi pada siswa, dan pada siklus kedua peneliti mencoba memperbaiki tindakan yang kurang sesuai pada siklus pertama sehingga didapat hasil yang sesuai dengan harapan. Guna memperoleh data-data yang akurat, relevan, dan reliabel. Untuk memperoleh data yang dimaksud maka menggunakan teknik dan prosedur pengumpulan data yang akurat, peneliti menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi Dalam penelitian tindakan dibutuhkan pemeriksaan terhadap keabsahan data. Teknik keabsahan data salah satunya yaitu dengan menggunakan metode triangulasi.
M.Andi Setiawan, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
Moleong (2007: 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode atau teknik, sumber, dan waktu Analisis data dalam penelitian tindakan dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Menurut Madya (2009: 75), teknik analisis data yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan adalah dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, yang salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2007: 246) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu, data reduction (reduksi data), data display(display data), conclusion drawing/verification(kesimpulan). HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan konseling, peneliti terlebih dahulu mencari informasi terkait perilaku membolos siswa dengan mengumpulkan beberapa sumber melalui guru bimbingan dan konseling, wali kelas, guru mata pelajaran dan daftar hadir. Dari beberapa sumber tersebut didapat 25
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (22-28) ISSN : 2460-7274
bahwa siswa kelas VII D memiliki tingkat membolos yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas lain, dan peneliti mengambil dua orang siwa yang dijadikan subyek penelitian yaitu GR dan MM. Siklus pertama dilakukan konseling realita untuk membantu mengatasi perilaku membolos pada subyek penelitian. Dalam siklus pertama ini terdiri atas tahap perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Siklus 1 1. Perencanaan: Peneliti membuat rencana agar tindakan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Tindakan: Tindakan yang dimaksud adalah adanya layanan konseling realita dengan sistem WDEP diberikan kepada konseli dengan permasalahan terkait perilaku membolos yang dilakukan oleh GR dan MM. Pada pertemuan pertama peneliti menjalin hubungan baik dengan kedua konseli dan menentukan kontrak waktu bersama dengan konseli. Peneliti pada sesi ini juga melakukan identifikasi permasalahan konseli terkait dengan perilaku membolos. Pada sesi konseling kedua dilakukan want and needs, dimana konseli diminta untuk mengungkapkan segala permasalahan yang dirasakan. Sesi ketiga dilakukan direction and doing, dan tindakan terakhir adalah self-evaluation.
M.Andi Setiawan, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
3. Pengamatan/Observation: Pengamatan dilakukan guna melihat sejauh mana tingkat keberhasilan dari konseling yang sudah dilakukan oleh peneliti dalam membantu peserta didik yang memiliki permasalahan terkait dengan perilaku membolos. Hasil pengamatan didapat bahwa ada konseli yang bisa langsung menerima dan terbuka yaitu GR dan masih ada konseli yang agak ragu dalam mengungkapkan permalsalahan yang dihadapi dirinya yaitu MM. 4. Refleksi: Pada awal konseling MM memang pribadi yang pendiam dan dan pemalu sehingga peneliti agak susah dalam mendapatkan informasi terkait permasalahan yang dihadapi oleh konseli. Kedua konseli bisa mengikuti proses konseling dengan baik sesuai dengan kesepakatan waktu yang sudah dibuat bersama. Dari hasil konseling pada siklus pertama peneliti perlu melakukan perbaikan lagi pada siklus kedua untuk bisa membuat rencana dan tindakan yang lebih tepat lagi sehingga bisa mendapatkan hasil konseling sesuai dengan harapan. Siklus 2 1. Perencanan:Dalam tindakan kedua ini, peneliti hanya memfokuskan pada tahapan rencana dan tindakan. Peneliti hanya mengulang sedikit dan menguatkan dari hasil konseling
26
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (22-28) ISSN : 2460-7274
yang telah dilakukan empat kali pertemuan yang lalu. 2. Tindakan: Kedua konseli yang dijadikan subyek penelitian bisa mengikuti konseling dengan baik dan konseli yang pada awalnya pendiam dan tertutup juga menjadi lebih terbuka dalam mengemukakan permasalahan yang dihadapi oleh dirinya. Dari hasil konseling juga kedua konseli dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan dirinya sehingga konseli bisa menjadi ribadi yang bertanggung jawab. Berikut hasil konseling yang di dapat oleh kedua konseli: GR mulai bisa memahami kenapa guru galak kepadanya dan GR mulai mau membuat tugas yang di dapatnya dari sekolah dan konseli juga berusaha untuk menolak ketika diajak membolos oleh temannya. MM berusaha menyukai mata pelajaran bahasa inggris dan mencoba untuk belajar kelompok serta tidak ikut-ikutan membolos bersama dengan temannya. 3. Pengamatan: Peneliti dan konseli mengulas kembali sesi pertemuan yang sudah pernah dilakukannya, dan peneliti membantu konseli dalam mengambil alternatif pilihan yang realistis dan disampaikan juga dampak positif dan negatifnya. 4. Evaluasi: Setelah konseli mengikuti proses konseling
M.Andi Setiawan, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
dengan pendekatan realita, konseli mengalami perubahan. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang menunjukkan perubahan pada diri konseli. Sebelum melakukan konseling, konseli sering membolos, dan setelah melakukan konseling, konseli sekarang mulai bisa memahami dan menerima keadaan diri konseli, bisa mengambil keputusan apa yang terbaik untuk dirinya sesuai dengan kemampuan konseli. Hambatan dalam proses konseling, yaitu pada awal konseling konseli agak sulit terbuka dan konseli sangat pasif karena konseli seorang laki-laki dan cenderung malu mengungkapkan tentang dirinya dan masalahnya, jadi peneliti harus lebih aktif bertanya atau bicara dulu kepada konseli. KESIMPULAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kondisi dari siswa yang memiliki perilaku membolos, dan untuk mengetahui efektifitas pendekatan konseling realita untuk mengurangi perilaku membolos. Hasil penelitian menunjukan GR membolos karena tidak suka dengan beberapa guru karena galak, dan konseli juga sering tidak membuat tugas serta ajakan teman konseli agar konseli ikut serta membolos, lain halnya dengan MM. MM membolos karena tidak menyukai pelajaran bahasa inggris, MM takut bila ditunjuk untuk maju ke depan
27
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (22-28) ISSN : 2460-7274
kelas, selain itu tugas yang sulit sehingga MM tidak bisa mengerjakannya. Konseli membolos juga karena ada teman yang sama-sama tidak menyukai pelajaran bahasa inggris. Berdasarkan hasil proses konseling didapat bahwa konseli mengalami perubahan setelah diberikan konseling dengan pendekatan realita. Hal ini dapat terlihat dari hasil konseling yang diberikan yaitu konseli lebih membangkitkan kemauan yang keras untuk merubah pikiran negatifnya menjadi pikiran positif, lebih memahami kemampuan dan kelemahan diri, lebih bertanggung jawab dengan apa yang dilakukan dan menjalankan komitmen yang telah diambil dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., Suhardjono dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Hurlock 1999. Perkembangan anak jilid 2. Jakarta erlangga. Madya, Suwarsih. 2009. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: Alfabeta. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Soeparwoto, et all. 2007. Psikologi perkembangan. UPT UNNES Press. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang: CV. Nieuw Setapak.
M.Andi Setiawan, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
28