Mengapa Manajer Risiko Bank Harus Disertifikasi?1 Dr. Agus Sugiarto2 Penutupan dua bank beberapa hari yang lalu oleh Bank Indonsia yaitu Bank Dagang Bali dan Bank Asiatic kembali menimbulkan beberapa polemik dari masyarakat maupun para pengamat perbankan sendiri mengenai seputar latar belakang penutupan kedua bank tersebut. Yang jelas penutupan bank tersebut dilakukan oleh Bank Indonesia tentunya dengan memperhatikan aturan main yang jelas dan memenuhi berbagai tahapan sesuai dengan ketentuan exit policy. Namun demikian, penutupan bank tersebut di sisi lain memberikan sinyal kepada kita bahwa tidak semua bank memiliki manajemen yang baik dan didukung oleh pemilik yang mengerti betul mengenai bisnis bank itu sendiri. Masalah good corporate governance kembali terbukti disini karena terjadinya penyimpangan maupun ketidak patuhan terhadap pelaksanaan kegiatan bank yang mengacu pada prinsip kehati-hatian. Disamping masih lemahnya good corporate governance pada kedua bank tersebut, masalah lain yang juga menjadi perhatian pada kedua bank tersebut adalah rendahnya kemampuan manajemen bank tersebut untuk mengantisipasi besarnya risiko-risiko yang dihadapi oleh kedua bank tersebut sehingga bank-bank tersebut bergerak menuju kehancuran. Masalah good corporate governance dan rendahnya kemampuan manajemen risiko tersebut sebenarnya tidak hanya terjadi pada kedua bank yang telah ditutup tersebut, melainkan juga pada sebagian besar bank-bank kita. Lihat saja kasus-kasus yang terjadi pada Bank BNI baru-baru ini, sekali lagi membuktikan kepada kita bahwa masih diperlukan pembenahan yang lebih intensif terhadap kedua masalah tersebut. Kasus penutupan kedua bank tersebut mungkin juga bisa terjadi pada bank-bank lain apabila bank-bank tersebut sudah tidak mampu lagi beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip kehati-hatian serta mengabaikan good corporate governance dalam kegiatan operasionalnya. Untuk itu dalam jangka panjang bank-bank harus mampu memperbaiki good corporate governance serta manajemen risiko pada banknya itu sendiri. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan operasional bank dalam mengelola manajemen risiko yang
1 2
Artikel ini telah dimuat di harian Kompas tanggal 17 April 2004 Peneliti Bank Senior, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Bank Indonesia.
2
dihadapi oleh banknya, maka dirasakan perlu sekali manajemen bank sebagai pengelola utama kegitan bank sehari-hari memiliki keahlian dan kompetensi yang diperlukan. Keahlian dan kompetensi mengenai manajemen risiko tersebut sangat diperlukan untuk mengelola risiko yang akan dihadapi oleh bank tersebut dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Perlunya sertifikasi Industri perbankan merupakan suatu jenis industri yang sangat sarat dengan risikorisiko karena melibatkan pengelolaan uang milik masyarakat dan diputar dalam bentuk berbagai investasi seperti pemberian kredit, pembelian surat-suart berharga dan jenis penanaman dana lainnya. Semua kegiatan bank baik yang berasal dari sisi aktiva maupun pasiva mengandung berbagai jenis risiko, apakah itu risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas maupun risiko-risiko lainnya. Besar kecilnya risiko-risiko tersebut akan sangat tergantung pada berbagai faktor (risk exposures) seperti kemampuan dan kejelian dari manajemen bank untuk membaca dan memprediksi pergerakan suku bunga, perubahanperubahan yang terjadi di pasar serta risk appetite dari pengelola bank itu sendiri apakah cenderung bersifat tinggi atau rendah. Untuk meminimalisir risiko-risiko yang dihadapi oleh suatu bank, maka manajemen bank harus memiliki keahlian dan kompetensi yang memadai sehingga segala macam risiko yang berpotensi untuk muncul dapat diantisipasi dari sejak awal dan dicarikan cara penanggulangannya. Dengan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan risiko-risiko yang akan muncul tersebut, maka diharapkan risiko yang akan terjadi tersebut dapat ditekan seminimal mungkin sehingga potensi kerugian yang diderita juga dapat ditekan serendahrendahnya. Dengan demikian, untuk mengelola risiko yang dihadapi oleh bank, maka manajemen bank harus dibekali dengan keahlian dan kompetensi yang mencukupi sehingga dalam tugasnya sehari-hari para manajer risiko tersebut mampu mengukur dan meminimalisir risiko-risiko yang muncul dari kegiatan usaha banknya. Keahlian dan kompetensi dari risk manager yang ada di bank-bank haruslah dapat dipertanggungjawabkan dalam hal kualitas dan integritasnya sehingga risk manager tersebut benar-benar mampu menjalankan tugasnya untuk mengelola risiko yang ada pada banknya masing-masing. Dalam rangka menjamin kualitas keahlian dan kompetensi yang sama bagi para manajer risiko yang ada pada setiap bank, maka sudah saatnya para manajer risiko tersebut
3
harus disertifikasi. Dengan adanya sertifikasi risk manager tersebut, diharapkan semua risk manager yang bekerja pada industri perbankan memiliki persyaratan minimum dan standar kualitas yang sama baik baik dari sisi keahlian, kompetensi, maupun pengetahuan tentang risk management. Sama halnya dengan seorang akuntan yang bekerja dalam bidang akuntansi publik, mereka harus memiliki sertifikat sebagai seorang akuntan publik (certified public accountant) guna menjaga kualitas dan standar yang sama diantara para akuntan tersebut.
Pelaksana sertifikasi Sertifikasi untuk para manajer risiko sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang baru di dalam industri keuangan. Praktek di negara-negara lain juga membuktikan bahwa para manajer risiko juga harus memiliki sertifikasi keahlian di bidang manajemen risiko sehingga para manajer risiko tersebut benar-benar memiliki keahlian dan kompetensi yang dipersyaratkan oleh industri keuangan. Di beberapa negara seperti di Amerika Serikat, sertifikasi untuk para manajer risiko tersebut dilakukan oleh industri itu sendiri sehingga asosiasi dari manajer risiko itu sendiri yang mempersyaratkan bahwa setiap orang yang bekerja sebagai risk manager harus memiliki kompetensi sebagai manajer risiko dan kompetensi tersebut harus dibuktikan dengan sertifikat risk manager, persyaratan tersebut sama halnya dengan sertifikasi seorang akuntan. Melihat pentingnya program sertifikasi manajer risiko untuk meningkatkan kemampuan bank dalam mengelola risiko, Bank Indonesia melalui program Arsitektur Perbankan Indonsia (API) telah mengagendakan program sertifikasi untuk manajer risiko yang bekerja di bank-bank. Peran Bank Indonesia dalam program sertifikasi tersebut hanya terbatas sebagai fasilitator saja karena industri perbankanlah yang lebih mengetahui kebutuhan sertifikasi untuk para manajer risiko yang bekerja di bank. Untuk itu, Bank Indonesia bersama-sama dengan Indonesian Risk Professional Association (IRPA) saat ini sedang merumuskan program sertifikasi untuk manajer risiko yang bekerja di sektor industri perbankan. Nantinya dalam jangka panjang, pelaksanaan sertifikasi untuk risk manager yang bekerja di bank-bank akan dilakukan sepenuhnya oleh IRPA sendiri sebagai asosiasi profesional yang mewadahi para risk manager dari seluruh industri jasa keuangan dan perbankan.
4
Jenjang sertifikasi Sertifikasi untuk manajer risiko yang bekerja pada industri perbankan nantinya akan dilakukan pada semua level tingkatan jabatan yang berhubungan langsung dengan pengelolaan risiko. Jadi yang harus disertifikasi tentunya bukan hanya manajer risiko pada kelompok manajer menengah ke atas saja, melainkan juga para manajer lini atau supervisor termasuk officer atau pegawai yang melakukan kegiatan yang langsung berhubungan dengan timbulnya risiko. Dengan adanya persyaratan minimum tertentu untuk menjadi risk manager atau risk officer pada bank, maka diharapkan semua tingkatan jabatan yang ada pada bank mampu mengendalikan risiko yang akan muncul pada ruang lingkup jabatannya sehingga memungkinkan timbulnya internal control system yang bersifat built-in. Dengan demikian, pengendalian risiko (risk control) dapat dilakukan pada semua tingkatan jabatan pada waktu sedini mungkin sehingga penyelesaiannya tidak harus dilakukan oleh pejabat yang lebih tinggi dan memakan waktu yang cukup lama.
Level V Level IV Level III Level II Level I
SDM
- Supervisor RM - Staf Risk Mgt
- Kadiv/biro B Kecil - Risk Mgr B Kecil - BM B Menengah - Komisaris B Kecil
- Dir B Kecil - Kadiv B Menengah - Kanwil B Menengah - Risk Mgr B Menengah - BM B Besar - Komisaris B Menengah
- Dir B Besar - Dir B Menengah - Kadiv B Besar - Kanwil B Besar - Risk Mgr B Besar - Komisaris B Besar
Manajer risiko yang telah disertifikasi tersebut harus bekerja secara profesional sesuai dengan bidang pekerjaannya sebagai pengelola risiko di suatu bank, apabila nantinya manajer risiko tersebut melakukan suatu pelanggaran atau kelalaian yang merugikan banknya, maka manajer risiko tersebut dapat dikenankan sanksi. Sanksi tersebut sangat bervariasi tergantung pada tingkat kesalahan maupun kerugian yang telah ditimbulkannya sehingga sanksinya bisa saja berupa skorsing untuk beberapa waktu atau sertifikatnya dicabut kembali sehingga orang yang bersangkutan tidak bisa lagi bekerja sebagai risk manager.
5
Implementasi Sejalan dengan program API, pelaksanaan sertifikasi untuk manajer risiko yang bekerja pada industri perbankan akan dilaksanakan pada tahun 2005 dengan melibatkan seluruh unsur perbankan dan IRPA. Diharapkan dalam jangka waktu lima tahun ke depan, semua pejabat bank yang memiliki hubungan dengan pengelolaan risiko sudah dapat disertifikasi semua. Apabila program sertifikasi
dapat dilaksanakan dengan baik maka
diharapkan kontrol terhadap pengelolaan risiko yang ada pada setiap bank akan semakin meningkat sehingga munculnya kasus-kasus pelanggaran atau penyimpangan yang terjadi pada bank-bank dapat ditekan serendah mungkin. Bagi Bank Indonesia sendiri, program sertifikasi ini akan membantu memudahkan penilaian Bank Indonesia terhadap seseorang yang akan dipromosikan sebagai pimpinan bank dalam uji fit and proper test, sehingga kompetensi dan intergritas calon-calon pimpinan bank tersebut dapat diketahui dengan lebih baik. Bagi para banker sendiri, program sertifikasi tersebut juga akan meningkatkan kompetensi dan competitiveness dari banker itu sendiri sehingga nilai jual para risk manager tersebut menjadi semakin tinggi sekaligus akan menciptakan persaingan dan kompetisi yang sehat diantara para risk manager tersebut.