GEMA REDAKSI
Mengantar Keluarga Desa Membangun Para pembaca yang budiman,
P
ENERBITAN Gemari kali ini bertepatan dengan kembalinya keluarga Indonesia dari pulang mudik, dari silaturahmi ke desa asal atau desa di mana sanak keluarganya masih setia tinggal di desanya. Mereka mengunjungi sanak keluarganya dalam rangka maaf memaafkan pada Hari Raya Idul Fitri 1435 H. Insya Allah, melalui silaturahmi dan saling maaf memaafkan itu kita semua diberikan rahmat dan ijin untuk menjadi manusia baru yang fitri dan dikaruniai semangat baru untuk membangun keluarga yang lebih sejahtera. Kita juga berbahagia karena sebelum Hari Raya telah berlangsung Kampanye Pilpres dan Wapres yang gegap gempita. Untungnya kedua kandidat menjanjikan tidak saja program dan kegiatan untuk keluarga desa tetapi perhatian yang akan disertai program dan aliran dana dalam jumlah yang sangat besar ke desa. Kita beruntung bahwa selama ini Yayasan Damandiri bersama ratusan perguruan tinggi, melalui KKN Tematik Posdaya, bekerja sama dengan Pemda dan kalangan masyarakat luas, telah membangun tidak kurang dari 35.000 Posdaya di seluruh Indonesia. Kita harus akui bahwa tidak semua Posdaya mempunyai kualitas yang dapat diandalkan, tetapi setidaknya keluarga desa sudah diajak untuk merenung dan dipersiapkan untuk menyegarkan hidup gotong royong membangun keluarga dan masyarakat desanya. Kini tiba waktunya berbagai perguruan tinggi dengan Dosen Pembimbing dan puluhan ribu mahasiswa KKN bekerja keras memfasilitasi dan berbagi kepada keluarga di desa menciptakan entrepreneur pedesaan yang mampu mengembangkan program ekonomi sosial yang akrab dengan usaha mengentaskan kemiskinan. Entrepreneur desa itu harus disiapkan membangun keluarga yang menganut budaya hidup sehat agar kegiatan ekonominya tidak terganggu. Entrepreneur desa itu harus meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui pelatihan ketrampilan serta penggunaan tehnologi tepat guna untuk memacu produksi yang bermutu dan menguntungkan. Entrepreneur itu harus siap berbagi kepada keluarga miskin agar mampu berpartispasi dalam upaya pemerataan kesejahteraan. Program dan dana yang mengalir deras ke desa harus menjamin bahwa desanya tetap tenteram sehingga hubungan antar keluarga berada dalam kemesraan. Keluarga desa tidak boleh melihat desanya menjadi ajang persaingan yang
disertai permusuhan antar warga. Desa tidak berubah menjadi wilayah yang mengerikan karena setiap keluarga mencari kesempatan “membunuh” usaha tetangga demi menghilangkan persaingan agar diperoleh untung sebesar-besarnya. Entrepreneur desa harus memelihara lingkungan dengan baik agar sekitar rumah dan desannya ramah terhadap usaha mikro dan kecil yang akan merambah hampir semua sudut pedesaan. Setiap halaman rumah berubah menjadi Kebun Bergizi yang mendatangkan untung karena setiap keluarga ingin hidup sehat dan sejahtera. Kegiatan usaha ekonomi akan lebih sanggup melestarikan dan meningkatkan mutu lingkungan karena setiap keluarga akan mampu dan mempunyai waktu untuk menanam pohon, menjamin aliran air di sungai lancar, bersih dan bebas pencemaran karena penduduknya tidak lagi membuang kotoran apapun ke sungai. Gunung dan, utamanya lahan kosong, yang biasanya dibiarkan gersang, berubah menjadi kebun dengan tanaman ekonomis menghasilkan rejeki yang melimpah. Menarik pula dicatat makin gigihnya beberapa kalangan yang mengisi Posdaya dengan kegiatan ekonomi biru berupa gagasan yang dituangkan melalui pelatihan sederhana seperti pengolahan ikan, pengolahan limbah, pengolahan makanan sederhana dengan tehnologi lokal serta usaha perdagangan dengan makin maraknya usaha ekonomi mikro karena tersedianya kredit dan tabungan Tabur Puja serta dana lain yang makin melimpah. Mudah-mudahan Hari Raya Idul Fitri tahun ini, Presiden, Wakil Presiden dan Menteri barunya akan membawa harapan itu menjadi kenyataan berkat limpahan rahmat dan hidayah dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Haryono Suyono Pemimpin Umum
Yayasan Damandiri bersama ratusan perguruan tinggi, melalui KKN Tematik Posdaya, bekerja sama dengan Pemda dan kalangan masyarakat luas, telah membangun tidak kurang dari 35.000 Posdaya di seluruh Indonesia menyegarkan hidup gotong royong membangun keluarga dan masyarakat desanya. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab: Drs. Dadi Parmadi, MA Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Hari Setyowanto Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
38
Posdaya Berpatisipasi Mengisi Kemerdekaan Indonesia telah merdeka selama 69 tahun, sejak diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 silam oleh Ir Soekarno dan Drs Mohammad Hatta. Namun, cita-cita kesejahteraan belum terwujudkan. Sekitar 27.000 Posdaya ambil bagian mengisi kemerdekaan di pedesaan. Setiap tanggal 17 Agustus, seluruh rakyat Indonesia baik yang ada di dalam negeri maupun di mancanegara turut memperingati hari ulang tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
CERITA SAMPUL
41
Hi Lukman Hakim, SH, MM Posdaya Jendela Kesejahteraan dan Kemakmuran Menjadi orang nomor satu di Say Bumi Wawai dituntut kerja cerdas dan kerja keras. Buahnya, tingkat kesejahteraan masyarakat maju pesat. Capaian Indek Pembangunan Manusianya jauh lebih tinggi dari Provinsi Lampung. Bahkan, menjadi daerah tertinggi di tingkat nasional. Keberhasilan pembangunan Kota Metro nampak sangat menonjol di antara daerah lainnya di wilayah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera. Berkat keberhasilannya, sebagai salah satu daerah tingkat II di Provinsi Lampung, sangat sarat dengan prestasi. Semua diraih berkat kepemimpinan manajer pemerintahan kota satu ini yang didukung sepenuhnya oleh partisipasi masyarakat.
LAPORAN DAERAH
PENDIDIKAN
Pengukuhan Pengurus KIPP Kota Metro Pembangunan Keluarga Berbasis Penduduk
48
Dialog Publik di Universitas Trilogi Picu PT Asuransi Jasa Raharja Miliki Program Prefentif Dalam sebuah dialog publik yang diselenggarakan PT Asuransi Jasa Raharja Cabang DKI Jakarta di Kampus Universitas Trilogi beberapa waktu lalu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyayangkan program asuransi yang berkembang pesat di Indonesia ini belum memiliki program prefentif. Dalam artian, hanya memperbaiki program kecepatan untuk melayani kecelakaan, pengobatan, termasuk pro aktif mendatangi masyarakat dan mendatangi premi. Dengan adanya program prefentif, keuntungan yang dimiliki Jasa Raharja bisa lebih tinggi seperti yang pernah dilakukannya 50 tahun silam.
POSDAYA MASYARAKAT
56
7
Posdaya Plamboyan Sentra Bibit Jerlem dan Pisang Cavendish Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Plamboyan patut mendapat acungan jempol. Kiprahnya dalam mengangkat kesejahteraan masyarakat di daerah Kp Sukamaju, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, kini semakin dirasakan. Pasalnya, bukan saja produksi Kripik Kadedemes yang terbuat dari limbah kulit singkong yang menjadi andalan Posdaya ini, namun kini mampu menjadi sentra budidaya Jeruk Lembang (Jerlem) dan Pisang Cavendish. Yaitu tanaman buah yang saat ini sedang digandrungi masyarakat.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Permasalahan kependudukan dewasa ini sangat berkaitan erat dengan pembangunan keluarga. Pembangunan keluarga, menurut Prof Dr Haryono Suyono, adalah penyegaran pembangunan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Pembangunan keluarga sejahtera tahun 1993 resmi dicanangkan di Provinsi Lampung. Jadi, Lampung mempunyai arti yang luar biasa sebagai tempat pencanangan pembangunan keluarga sejahtera.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
16
Posdaya Lembaga Keuangan
36
Kolom Khusus
44
Forum Kita
54
DNIKS
62
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Hari Setyowanto
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
UNIVERSITAS TRILOGI DAN KKN TEMATIK POSDAYA
K
ULIAH Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) kian menarik dan menuai hasil positif. Keberadaannya terus memberi manfaat bagi kalangan civitas akademika perguruan tinggi, para mahasiswa, pemerintah daerah maupun masyarakat yang menjadi tempat pelaksanaannya. Tak heran, bila KKN Tematik Posdaya kerap menjadi agenda resmi kegiatan KKN berbagai universitas negeri maupun swasta di seluruh pelosok tanah air. Itu sebabnya, pada 10 Juni 2014 lalu untuk pertama kalinya Universitas Trilogi Jakarta menggelar acara pelepasan mahasiswa KKN Tematik Posdaya. Sebanyak 197 mahasiswa perguruan tinggi yang bermotto “Teknopreneur, Kolaborasi dan Kemandirian” ini antusias mengikuti kegiatan KKN Tematik Posdaya. Mereka disebar di 10 Kecamatan, 10 Kelurahan dan lebih 30 RW sebagai RW unggulan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Peserta KKN Tematik Posdaya perdana ini adalah dari mahasiswa Program Studi Akutansi dan Managemen yang akan berada di lapangan selama tiga bulan. Para mahasiswa ini sebelumnya telah diberi pembekalan selama tujuh
minggu oleh para dosen, Rektor Untri maupun Pembina dan Ketua YPPIJ. Kegiatan KKN ini akan dibagi menjadi 39 kelompok dengan 50 Dosen Pendamping Lapangan (DPL). Para DPL ini selain bertugas menjadi pendamping para mahasiswa KKN juga mempunyai tugas untuk membuat penulisan yang bisa dibawa keruang kuliah bagi para mahasiswa. Acara itu terselenggara atas kerja sama Universitas Trilogi, Pemerintah Kota Jakarta Timur dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Ratusan mahasiswa Untri, puluhan dosen, sejumlah pejabat Pemkot Jakarta Timur dan tokoh nasional antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono maka acara yang berlangsung di Auditorium Kampus Universitas Trilogi, Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, ini tampak meriah dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Pembina Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) mengharapkan para mahasiswa Untri bisa melaksanakan kegiatan KKN Tematik Posdaya dengan baik. Setelah para
mahasiswa mengikuti KKN selama 3 bulan berada di lapangan dan kembali ke Untri, para mahasiswa harus mampu menempa diri dalam kegiatan KKN Posdaya, kata Prof Haryono saat melepas 197 mahasiswa KKN Tematik Posdaya di Kampus Universitas Trilogi, Jakarta. Menurutnya, Tridharma yang akan dibawa para mahasiswa ke tengah masyarakat adalah Tridharma yang tidak dipisah-pisah baik pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang semuanya terintegrasi. Para mahasiswa harus memahami ketiga-tiganya itu. Untuk memahami ketiganya diperlukan setidak-tidaknya lima kekuatan kepercayaan untuk membawa Tri Dharma itu kepada rakyat,” jelas Prof Haryono.Pertama, kepercayaan pada diri sendiri. Kedua, kepercayaan kepada teman. Ketiga, percaya kepada institusi yaitu Universitas Trilogi. Keempat, percaya kepada masyarakat. Dan kelima, percaya bahwa dirinya laku jual dan untung. Ini seperti yang dimuat Majalah Gemari edisi 162, terbitan Juli 2014 lalu. Selamat kepada Yayasan Damandiri juga Bapak Prof Dr Haryono Suyono dengan KKN Posdayanya. Semoga selalu sukses tentunya, Aamiin. Drs Margono Jl Siliwangi Depan Kantor Sosro Krapyak Semarang, Jawa Tengah.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi Edisi 163/Tahun 162/TahunXV/Agustus XV/Juli 2014 2014
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Plamboyan
Sentra Bibit Jerlem dan Pisang Cavendish Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Plamboyan patut mendapat acungan jempol. Kiprahnya dalam mengangkat kesejahteraan masyarakat di daerah Kp Sukamaju, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, kini semakin dirasakan. Pasalnya, bukan saja produksi Kripik Kadedemes yang terbuat dari limbah kulit singkong yang menjadi andalan Posdaya ini, namun kini mampu menjadi sentra budidaya Jeruk Lembang (Jerlem) dan Pisang Cavendish. Yaitu tanaman buah yang saat ini sedang digandrungi masyarakat.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono memperlihatkan salah satu bibit Jerlem yang berdampingan dengan areal budidaya pisang Cavendish hasil budidaya Ase Saefudin (kiri) salah seorang anggota Posdaya Plamboyan. [FOTO: ADE S]
P
OSDAYA yang berdiri sejak tahun 2009 hasil binaan para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini makin maju saja. Kegotongroyongan, kerja keras dan cerdas para anggota Posdaya Plamboyan dalam mengembangkan sumberdaya lokal kini menjadi kegiatan rutinitasnya. Tak heran, bila Posdaya berbasis masyarakat ini kerap meraih penghargaan dan menjadi perhatian berbagai kalangan. Tepatnya, pada Senin pagi 7 Juli 2014 lalu Posdaya ini langsung dikunjungi Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, para Dosen UPI, Dosen Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya, Jabar, para mahasiswa KKN UPI Bandung dan para tokoh masyarakat. Mereka ingin menyaksikan langsung pengembangan dan penanaman Pisang Cavendish dan buah Jerlem di wilayah itu. Dalam acara yang terselenggara atas kerja sama Posdaya Plamboyan, UPI Bandung,
Pemerintah Kabupaten Bandung dan Yayasan Damandiri itu semua pengunjung dibuat decak kagum atas berbagai kesuksesan Pengurus dan anggota Posdaya Plamboyan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan rasa kagum dan gembiranya saat melongok aktivitas Posdaya Plamboyan yang terus maju. Bukan saja kehidupan gotong royongnya yang makin menghiasi dalam segala kegiatan masyarakat, namun yang membanggakan adalah aktivitas usaha anggotanya yang semakin berpariasi. “Hari ini kita bersama para mahasiswa UPI bersama Ketua Posdaya Flamboyan Ibu Nani dan Pak Ase Saefudin salah satu anggota Posdaya Flamboyan melihat langsung aktivitas Pengurus dan anggota Posdaya Flamboyan. Alhamdulillah, masyarakat di sini sudah gotong royong, mulai menanam aneka tanaman Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
7
Pengurus Yayasan Damandiri, Posdaya Plamboyan, para dosen UPI Bandung dan Kades Kayuambon saat meninjau kebun jeruk lemon hasil budidaya anggota Posdaya Plamboyan. [FOTO-FOTO: ADE S]
Kader Posdaya Anggrek RW 06 Kp Sukamaju bersama para mahasiswa KKN Posdaya UPI saat menanam bibit pisang Cavendish.
8
yang berguna,” tutur penggagas Posdaya ini bersyukur. Pertama, lanjutnya, masyarakat yang tergabung dalam Posdaya Flamboyan kini sudah menanam tanaman kebun bergizi di halaman-halaman rumahnya. Walaupun ratarata halaman rumahnya sempit tetapi mereka semuanya menaman tanaman bergizi,” ujar Prof Haryono bangga. Untuk lahan-lahan yang luas, tambah Prof Haryono, mereka melakukan penanaman Pisang Cavendish. “Alhamdulillah, Pisang Cavendish yang ditanam bulan Pebruari hing-
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
ga Maret lalu kini sudah tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam kurun waktu lebih kurang empat bulan sudah tumbuh antara satu hingga satu setengah meter. Dan nanti pada umur delapan bulan pisang ini akan mulai berbuah,” tukas Prof Haryono sumringah karena upayanya membudidayakan pisang Cavendish di Posdaya Flamboyan kian membuahkan hasil. Pisang Cavendish ini, lanjut Prof Haryono, bibitnya dikembangkan secara kultur jaringan. Untuk penanaman tahap pertama di wilayah Posdaya Flamboyan ini pihaknya mengirim bibit Pisang Cavendish sebanyak 1000 pohon. “Alhamdulillah, sekarang sudah beranak. Ada yang beranak dua, ada yang tiga dan ada yang beranak empat. Pisang ini tidak di KB kan. Sehingga dengan sendirinya sekarang sudah bertambah menjadi sekitar tiga ribu pohon,” ungkap Prof Haryono. Sekarang, kata Prof Haryono, anak Pisang Cavendish ini akan dipisah-pisahkan. “Sehingga nanti, banyak keluarga-keluarga Pra Sejahtera yang menjadi anggota Posdaya Plamboyan mulai belajar menanam pisang. Kalau nanti ada keluarga kaya, yang mau membuat kebun pisang. Nah, keluarga pra sejahtera yang menjadi anggota Posdaya Plamboyan yang berpengalaman mengelola penanaman Pisang Cavendish ini bisa menjadi buruh untuk mengelolanya,” tutur Prof Haryono seraya menunjuk Ase Saefudin, salah seorang anggota Posdaya Plamboyan yang mengelola salah satu kebun milik orang kaya dengan aneka tanaman buah. Diakui Prof Haryono, Ase Saefudin ini ternyata sudah pintar dalam mengurus dan mengelola aneka tanaman buah, terutama pisang Cavendish dan jeruk Lemon. “Pak Ase ini bukan saja sudah berhasil menanam pisang Cavendish hingga tumbuh dan ber-
kembang, namun pintar juga mengembangkan aneka tanaman jeruk melalui sistem okulasi atau stek (cara pengembangan tanaman melalui perkawinan aneka jenis buah dengan menggabungkan batang pohonnya, red),” ungkah Prof Haryono. “Bahkan, sekarang ini Pak Ase sudah mempunyai usaha produksi dalam mengembangkan bibit-bibit buah jeruk lokal yang kini diberi nama Jeruk Lembang atau Jerlem. Bibit Jerlem ini ternyata bisa juga ditanam di tempat-tempat lain. Sehingga banyak daerah di Jawa Barat ini seperti Cianjur, Subang, Tasik dan daerah lainnya di Jawa Barat yang sudah memesan Jerlem ke Pak Ase. Harga satu bibit pohon Jerlem ini Rp 30.000. Ini tentu dengan sendirinya akan memberi penghasilan baik bagi Pak Ase maupun masyarakat lainnya,” ungkap Prof Haryono bangga karena keterlibatan Pak Ase di Posdaya bukan saja telah mampu mengangkat kesejahteraan keluarganya namun juga bagi keluarga-keluarga lainnya. Hadir dalam acara ini Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputri Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, LPPM UPI Katiah, MPd, Ketua Posdaya Plamboyan Nani Yuningsih, Kepala Desa Kayuambon Hj Ayi Rohayati, Ketua Posdaya Anggrek Supriatno, para pengurus Yayasan Damandiri, anggota Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Bandung dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya. Sedangkan Ketua Posdaya Plamboyan Nani Yuningsih mengungkanpkan rasa syukur dan gembira atas upaya budidaya Pisang Cavendish yang dikelola dirinya bersama anggota Posdaya Plamboyan bisa berkembang dengan baik. “Alhamdulillah, budidaya pisang Cavendish perkembangannya sangat baik. Bahkan, kini setiap pohon pisang Cavendish yang ditanam Pebruari lalu sudah menghasilkan bibit-bibit pisang Cavendish. Ada yang beranak dua, tiga bahkan ada yang beranak empat. Dan sekarang, sekitar 1000 bibit pohon pisang Cavendish itu akan ditanam di wilayah Posdaya Anggrek di RW 06,” tutur Nani sumringah.
Selain itu, lanjut Nani, dirinya bersama anggota Posdaya Plamboyan tengah mengembangkan budidaya Jeruk Lembang (Jerlem). “Ke depan, kami juga akan mengembangkan budidaya Jeruk Lembang. Apalagi setelah mendapat dukungan dari Bapak Prof Haryono untuk mengembangkan Jerlem ini agar lebih bagus lagi, lebih banyak lagi. Sehingga bisa dikembangkan bukan hanya di sini saja tetapi di daerah –daerah lainnya di Indonesia,” ungkap Nani. ADE S
Prof Haryono bergambar bersama para Kader Posdaya Plamboyan, Posdaya Anggrek dan mahasiswa KKN Posdaya UPI usai penanaman bibit pisang Cavendish.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
9
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Plamboyan
Kembangkan Pramuka berbasis Posdaya Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Plamboyan di RW 11, Posdaya Anggrek di RW 06, dan Posdaya lainnya di Kp Sukamaju, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jabar, memberi dampak positif bagi masyarakatnya. Begitu pun bagi anak-anak dan remaja yang putus sekolah. Mereka akan segera membentuk Gerakan Pramuka berbasis Posdaya melalui bimbingan Ketua Posdaya Plamboyan Nani Yuningsih dan para mahasiswa Kulaih Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Prof Dr Haryono Suyono mendapat sambutan hangat dari para pengurus dan kader Posdaya Anggrek dan Posdaya Plamboyan. [FOTO-FOTO: ADE S]
10
D
IAKUI Nani, dirinya merasa termotivasi atas anjuran Prof Haryono untuk mengembangkan Pramuka berbasis Posdaya bagi anak-anak dan remaja yang putus sekolah. Bahkan, Yayasan Damandiri siap mempasilitasi untuk menyediakan pakaian seragamnya. “Satu bulan ke depan harus sudah terbentuk dua kelompok Pramuka berbasis Posdaya. ini PR (pekerjaan rumah, red) saya. Intinya, anak-anak anggota Posdaya yang tidak sekolah nanti akan mendapat bantuan seragamnya dari Yayasan Damandiri. Dan kita akan gerakan kegiatannya dibantu mahasiswa KKN UPI Bandung. Kebetulan mahasiswa KKN masih cukup lama di sini,” ujar Nani semangat. Pembentukan kelompok kegiatan Pramuka berbasis Posdaya akan diawali di Posdaya Anggrek yang terletak di RW 06 Kp Sukamaju, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jabar, di bawah binaan Ketua Posdaya Anggrek Supriatno dan
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
Ketua Posdaya Plamboyan Nani Yuningsih. Sebelumnya, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sempat memberi perhatian kepada sejumlah anananak remaja di sekitar tempat penanaman bibit pisang Cavendish di RW 06 Kp Sukamaju. Mereka ternyata putra-putri dari anggota Posdaya yang rata-rata sudah tidak sekolah lagi. Tak ayal, Prof Haryono melontarkan gagasan agar anak-anak itu membentuk kelompok gugus depan dalam Gerakan Pramuka Berbasis Posdaya. “Pak Supriatno dan Bu Nani, segeralah bentuk kelompok-kelompok Pramuka berbasis Posdaya bagi anak-anak putus sekolah ini agar mereka tetap menimba ilmu pendidikan,” imbuh Prof Haryono kepada Ketua Posdaya Anggrek Supriatno dan Ketua Posdaya Plamboyan Nani Yuningsih di hadapan anak-anak remaja putus sekolah yang mayoritas dari keluarga anggota Posdaya. “Untuk perlengkapan dan seragam Pramuka nanti saya yang siapkan. Bagaimana Bu Nani dan Pak Supriatno, siap ya,” tutur Prof Haryono. “Siap... Pak,” timpal Nani dan Supriatno serempak seraya segera mendata anak-anak remaja yang ada di wilayahnya. Jerlem sangat prospektif Setelah sukses budidaya pisang Cavendish, Posdaya Plamboyan juga tengah mengembangkan budidaya Jeruk Lembang atau Jerlem yang
dikelola Ase Saefudin, salah seorang anggota Posdaya Plamboyan. Melalui kerja keras dan cerdas pria kelahiran Kp Sukamaju, Lembang, Bandung, 28 Juni 1956 ini Jerlem bukan saja tumbuh dan berkembang dengan baik, namun kini menjadi primadona bagi masyarakat di Jawa Barat. Mulai dari Bandung, Cianjur, Subang dan wilayah Jabar lainnya bergantian memesan bibit Jerlem kepada Ase Saefudin. Bahkan banyak daerah lainnya yang masih menunggu pesanan. Menurut Ase Saefudin, adanya Posdaya Plamboyan memotivasi dirinya bukan saja bergabung namun bertekad ingin mengembangkan daerahnya. Berbekal pengalamannya di dunia cocok tanam aneka buah di terapkan melalui budidaya jeruk Lembang yang merupakan hasil penyilangan antara jeruk Frimont asal Taiwan dengan jeruk Bagong asal Garut yang dapat berbuah sepanjang tahun. “Alhmadulillah, setelah bergabung dengan Posdaya Plamboyan, saya mencoba mengembangkan budidaya jeruk Lembang ini. saya punya pengalaman di berbagai daerah masa di tempat sendiri saya gak bisa. Lalu, ada salah satu warga di sini yang mempunyai lahan tanah kosong yang cukup luas, kemudian kerja sama, saya yang mengelola tanah itu dengan budidaya bibit Jeruk Lembang ini,” ungkap ayah tiga anak buah pernikahannya dengan Ruhimah ini menggambarkan rasa optimis saat bergabung dengan Posdaya Plamboyan yang bertekad memajukan kampung halamannya. Dijelaskan Ase, usaha itu makin menggembirakan dengan bantuan modal usaha dari Posdaya Plamboyan melalui Kredit Tabur Puja Yayasan Damandiri. “Alhamdulillah, hasilnya bisa seperti sekarang ini. Pesanan bibit Jerlem semakin banyak. Begitu pun buah Jerlemnya sudah sangat digandrungi masyarakat. Kualitasnya pun tidak kalah dengan jeruk impor,” tukas Ase semangat seraya menjelaskan dirnya menjual satu bibit Jerlem sebesar Rp 30 ribu
Prof Haryono saat berbincang dengan Ase Saefudin (kiri) yang sukses mengembangkan budidaya Jerlem.
sedangkan untuk buah Jerlem berpariasi ada yang Rp 15 ribu perkilo untuk kelas A, Rp 12 ribu untuk B dan Rp 10 ribu untuk kelas C. Potensi jeruk ini, lanjut Ase, sangat prospektif. “Sekarang saja, saya yang membudidayakan bibit Jerlem makin banyak mendapat pesanan dari berbagai daerah di Indonesia. Namun yang luar biasa, pesanan buah Jeruk Lembangnya pun ternyata jauh lebih banyak lagi. Untuk pesanan daerah Bandung saja belum bisa terpenuhi seluruhnya bagaimana kalau pesanan itu sudah datang dari Jakarta dan daerah lainnya. Saya yakin ke depan potensinya sangat cerah,” cetus Ase optimis seraya menambahkan dirinya yang juga membudidayakan jeruk lemon saat ini dalam kurun waktu seminggu sudah ada yang memesan sebanyak 1 ton. Selamat! ADE S
Para mahasiswa KKN Posdaya UPI bersama kader Posdaya Plamboyan siap membina anak-anak Kp Sukamaju kembangkan Pramuka berbasis Posdaya.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
11
POSDAYA MASYARAKAT
Kebun Bibit Posdaya Nurul Iman Kota Metro Bukan sekadar meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi berkat pengelolaanya kini Kebun Bergizi Posdaya Masjid Nurul Iman sudah berkembang sebagai kebun pembibitan bagi masyarakat luas. Bahkan pernah “membantu” Metro meraih Juara II Nasional pada lomba pemanfaatan tanah kebun dan pekarangan PKK 2014.
Kader Posdaya Nurul Iman berkumpul bersilahturahmi sekaligus membicarakan kegiatan. [FOTO-FOTO: HARI]
12
K
ELURAHAN Yosomulyo siang itu, begitu damai, tenang dan nyaman. Walau udara yang berembus terasa panas di kulit, tetapi rindangnya tanaman yang tertata apik di kebun dan halaman pekarangan rumah penduduk begitu asri menghembuskan oksigen yang menyejukkan. Terlebih di dekat Masjid Nurul Iman. Aneka tanaman yang berkaitan dengan gizi banyak ditanam di kebun yang dikelola masyarakat. Ada tanaman cabe, labu, singkong, kembang kol, sawi, kangkung, terong, kates (pepaya), rampai, tomat, dan lain-lain yang berkaitan dengan keseharian urusan dapur dan menu makanan keluarga. Bahkan, di kebun aneka tanaman yang akrab disebut warga sebagai kebun kolektif ini dikelola oleh kader Posdaya Masjid Nurul Iman Kelurahan Yosomulyo, secara khusus terkelompok tanaman yang berfungsi sebagai contoh tanaman pangan alternatif pengganti nasi, seperti pisang, ubi, talas maupun singkong. Apa yang dikembangkan Kebun Bergizi Posdaya Nurul Iman tidak kalah menarik dengan kebun bergizi yang dikembangkan di berbagai Posdaya di daerah Jawa. Selain, ada kebun dengan aneka tanaman juga ada kolam ikan. Posdaya Nurul Iman bisa dikatakan jauh lebih maju dibanding tempat pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat di tempat
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
lainnya. Padahal, awalnya berguru ke Posdaya Masjid Al – Manar Kelurahan Yosomulyo, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro, Lampung. Dengan semangat kebersamaan membangun, masyarakat Yosomulyo menggunakan masjid sebagai tempat silaturahmi sekaligus musyawarah merencanakan pembangunan yang dilakukan melalui berbagai kegiatan pemberdayaan. Masjid Nurul Iman itulah yang menjadi basis bagi kegiatan Posdaya. “Semua terwujud berkat antusias dan kebersamaan keinginan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan melalui Posdaya,” ujar Nurjanah, demikian sapaan akrab , Siti Nurjanah, Ketua Posdaya Masjid Nurul Iman yang bersama warga mendirikan Posdaya Masjid Nurul Iman pada 2011, atau satu tahun setelah Posdaya Masjid Al Manar berhasil meraih prestasi sebagai lima besar pada lomba Posdaya Tingkat Nasional pada 2010. Kegiatan Posdaya secara rutin dilakukan di halaman masjid, dan sekarang telah mendapat satu ruang untuk sekretariat. Dalam setiap kegiatan pemberdayaannya selalu mendapat dukungan support dari Puskesmas dan Puskeskel. Dukungan tersebut berupa pelayanan pemeriksaaan kesehatan, konsultasi dan lainlain. Yang aktif dalam kegiatan Posdaya, seperti ibu hamil, balita dan lansia mencapai 170 orang. Peserta Pos Lansia hampir 90 orang. Pos Balita sekitar 80-an anak. Sedangkan untuk ibu hamil hanya sekitar 5-6 orang, karena keberhasilan dari program keluarga berencana (KB) di wilayah Posdaya Nurul Iman. Sedangkan dari Posdaya memberikan vitamin bagi lansia maupun balita. Selain mendapat vitamin baik diminum langsung di Posdaya maupun yang dibawa pulang untuk masa waktu 3 hari, peserta kegiatan juga memperoleh
makanan tambahan, seperti buah, susu maupun makanan kecil lainnya. Sebelum kegiatan dimulai, diawali dengan kegiatan senam seusai acara seremonial lenhkap dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Bagi lansia, setiap seminggu sekali dikumpulkan di Masjid Nurul Iman, untuk mengikuti kegiatan santapan rohani, berupa pengajian dan ceramah. Sedangkan untuk anak-anak diadakan TPA setiap hari, ada Iqro, baca Al Qur’an serta latihan sholat dan sebagainya. Sedangkan pengembangan ekonomi kreatif diawali dari kegiatan pelatihan ketrampilan-ketrampilan. Ekonomi kreatif yang dikembangkan di antaranya dengan memanfaatkan limbah yang ada dari bungkus kopi, sabun dan sebagainya menjadi tas, baju, tempat minum dan sebagainya. Selain itu dengan memanfaatkan kulit pohon mlandhing (pohon petai cina/lamtoro) untuk dibuat kotak tempat pensil, tempat tissue dan lainnya. Selain itu ada pula manik-manik, sulam pita, jilbab, bros dan sebagainya. Itu antara lain kegiatan menyangkut ekonomi kreatif bagi ibu-ibu. Sedangkan bagi lansia ada kegiatan pertanian. “Kami membentuk KWT (Kelompok Wanita Tani) bagi mereka yang tidak bisa diketrampilan itu diberdayakan di sektor pertanian,” ujarnya. Di kegiatan pertanian ini sudah bekerjsama dengan Dinas Pertanian. Bahkan mendapat bantuan yang dimanfaatkan bagi pengembangan Kebun Bibit. Dalam kebun bibit ini juga dilengkapi dengan tempat pengolahan kompos untuk dijadikan sebagai pupuk aneka tanaman. Di rumah kebun bibit demikian, kader Posdaya Nurul Iman menyebut, berbagai bibit tanaman kebun bergizi dijualbelikan. Berbagai bibit dikemas dengan menggunakan ratusan bekas botol minuman mineral yang dipotong maupun bekas plastik kemasan minyak goreng yang telah dicuci bersihkan dari sisa minyak. Per bibit dijual dengan harga antara Rp 2000Rp 2500. Sedangkan bibit yang sudah waktunya ditanam tetap belum laku terjual dimanfaatkan ditanam di kebun kolektif. Selain menjual bibit, KWT Posdaya Nurul Iman juga memproduksi kompos yang dihasilkan dari tempat pembuatan pupuk kompos permanen yang merupakan bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup. Lebih lanjut Nurjanah mengungkapkan, begitu Posdaya dikelola dan berjalan dengan baik serta dapat dinikmati manfaatnya, seiring itu banyak pihak memberikan support dan bantuannya. Setelah tempat pembuatan kom-
pos permanen dari Dinas Lingkungan Hidup, di pasca lebaran 1345 H, kembali akan mendapat bantuan gedung, tepatnya ruangan untuk pengelolaan bank sampah yang sudah berjalan selama ini. Untuk mengelola bank sampah sudah ada petugas dari kader Posdaya secara bergantian setiap minggu dua orang keliling ke rumah-rumah warga untuk mengambil barang bekas atau limbah untuk diolah menjadi barang bermanfaat. Bagi warga yang sudah berkenan menjadi anggota didaftar dan diberi buku untuk mencatat barang limbah atau barang bekas yang akan disetorkannya dan dicatat nominalnya. “Tidak langsung diberikan uang tapi dicatat dan dikalkulasikan, nah begitu nanti membutuhkan uangnya bisa diambil di sekretariat Posdaya kami,” terang Nurjanah. Kebanyakan nasabaha dari bank sampah ini mengambil uangnya setiap 2 atau 3 bulan sekali guna menambahi kebutuhan membayar listrik atau pun yang lainnya. “Jadi, uang tidak harus dibuang atau dibakar tetapi masih bisa bermanfaat dan berguna untuk dibuat keperluan lainnya,” ujar Nurjanah yang suaminya juga aktif dan sangat mendukung aktivitas istrinya. Nurjanah pun, menyitir bahwa di dalam Al Qur’an itu sendiri memang sudah disampaikan bahwa pertama, Al Qur ’an itu dibaca. Kemudian dipelajari, selanjutnya dilaksanakan. Serta terakhir, untuk berbuat kebajikan. Tanpa kita berbuat, berdaya di masyarakat, kita tidak ada apa-apanya. “Alhamdulillah kegiatan kita diterima oleh masyarakat, diberi amanah masyarakat, dan masyarakat ikut ambil peran dan aktif dalam berbagai kegiatan di Posdaya. Kalau kegiatan nyata di masyarakat transparan, maka insya Allah, masyarakat juga percaya,” pungkas Nurjanah. HARI
Kebun Bergizi KWT tempat aneka ragam tanaman dikembangkan sekaligus pembibitan.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
13
POSDAYA MASYARAKAT
Manfaatkan Kredit Laguna Tabur Puja
Posdaya Melati Jiwan Madiun Makin Tumbuh Kehadiran pinjaman bergulir Kredit Laguna Tabur Puja dari Bank Jatim menjadi pembuka harapan kelompok usaha Posdaya di Madiun. Kredit Tabur Puja di eks Karesidenan Madiun, Jawa Timur, disambut gembira pelaku usaha UMKM. Skim tanpa agunan yang digulirkan Bank Jatim sebagai wujud dari kerja sama kemitraan dengan Yayasan Damandiri akan memperkuat pelaku usaha yang tergabung dalam Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya).
Siti Mutikah bersama kader lainnya memamerkan hasil usaha ekonomi produktif dari Posdaya Melati, Desa Jiwan, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Jatim. [FOTO-FOTO: HARI]
D
ENGAN sistem pinjaman tanggungrenteng, pinjaman sebesar Rp 20.000.000 yang diterima Posdaya Melati, Jiwan, Madiun, diharapkan bisa memajukan usaha dan meningkatkan kesejahteraan anggota. Pelaksanaan kegiatan mahasiswa KKN Posdaya Universitas Merdeka (Unmer) Malang, ke pedesaan di eks Karesidenan Madiun, dan berhasil mendirikan 82 Posdaya, kini di antaranya telah dipercaya menjadi kelompok yang menerima Kredit Laguna Tabur Puja. Peran penting keikutsertaan mahasiswa dalam menyiapkan Posdaya berikut kelompok-kelompok kegiatan, termasuk kelompok usaha produktif semakin terlihat. Sumbangsih mahasiswa KKN Posdaya tersebut diharapkan dapat menekan angka kemiskinan di Indonesia akan berkurang. Melalui kegiatan KKN Posdaya, mahasiswa juga menyumbangkan ilmunya untuk mengembangkan pembangunan berbasis masyarakat dan menyiapkan masyarakat menjadi lebih mandiri dan sejahtera.
14
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
Hasil karya mahasiswa KKN Posdaya Unmer, satu di antaranya Posdaya Melati. Adalah Siti Mutikah, sebagai salah satu anggota kelompok usaha ekonomi produktif dari Posdaya Melati, Desa Jiwan, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun. Dijelaskan Siti Mutikah, Posdaya Melati beranggotakan ibu-ibu rumah tangga kreatif. Selain beraktifitas dalam kegiatan di sektor kesehatan (Posyandu, Jumantik), pendidikan PAUD, kebun bergizi (cabe, tomat, dan sayuran lainnya selain tanaman obat kesehatan keluarga - toga), tetapi juga mengembangkan usaha produktif yang berprospek ekonomi menjanjikan. Dalam Posdaya Melati ada kelompok usaha produktif yang dikelola 10 orang. Usaha ekonomi produktif yang dilakukan antara lain, krupuk ikan, sambel pecel, peyek, jamu instan (kunir, kunir putih, temu lawak dan jahe), susu kedele, pewangi untuk pakaian. Mengawali usaha produktifnya, kelompok kewirausahaan Posdaya Melati Jiwan ini dilakukan secara sendiri-sendiri dan modal sendiri. Kemudian
pemasaran hasil produksinya dilakukan secara bersama, baik melalui bazar maupun dijajakan ke warung dan memenuhi pesanan. Dengan Kredit Laguna Tabur Puja kelompok usaha Posdaya Melati merasa sangat dan menjadi harapan lebih luas. “Kami sangat senang dengan adanya pinjaman tanpa agunan dari Kredit Laguna Tabur Puja akan membuat usaha kami insya Allah semakin berkembang, maju, sukses dan mempunyai pasar yang bagus. Sehingga akan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga ke depan,” tutur Siti Mutikah yang tinggal di RT 15/ RW 15 Desa Jiwan. Kelompok usaha Posdaya Melati dari Desa Jiwan mendapat kepercayaan untuk mendapatkan pinjaman modal bergulir Kredit Laguna Tabur Puja dari Bank Jatim Cabang Madiun yang penyerahannya dilakukan langsung oleh Bupati Madiun Muhtarom, di Hotel Merdeka Madiun beberapa waktu lalu. Pinjaman sebesar Rp 20.000.000 itu, kata Siti Mutikah mewakili anggota yang lainnya akan dibagi menjadi 10 sehingga masing-masing menerima pinjaman R. 2.000.000. Sedangkan sistem pengembaliannya dilakukan secara tanggungrenteng bersama seluruh anggota kelompoknya. Karena aktif di Posdaya bukan berarti urusan keluarga terabaikan. “Justru sebaliknya, keluarga adalah yang utama. Setelah urusan keluarga teratasi, seperti masak, mencuci, baru kami melakukan kegiatan pemberdayaan bersama anggota masyarakat lainnya di Posdaya Melati,” tuturnya. Siti Mutikah dan juga anggota kelompok lainnya di Posdaya Melati berharap adanya pelatihan. “Dengan adanya pelatihan akan dapat meningkatkan kualitas produk kami sekaligus pemasarannya, sehingga usaha kami bisa bertambah maju,” katanya. Selain pelatihan terkait produk, seluruh anggota kelompok usaha produktif Posdaya Melati ini juga menganggap perlu adannya pendampingan dari lembaga keuangan pemberi pinjaman kredit, sehingga dapat membantu dalam hal pembukuan atau manajemen usahanya. “Dengan demikian selain kualitas produknya bermutu, pemasaran lancar tetapi juga pembukuannya rapi,”
Produk krupuk puli mentah dan kunir putih ekstrak hasil produksi kader Posdaya Melati Produk krupuk ketela matang produksi kader Posdaya Melati.
ucap Siti Mutikah optimis sambil tersenyum. Ke depan, para pengusaha mikro penerima Kredit Laguna Tabur Puja yang tergabung dalam kelompok wirausaha Posdaya Jiwan pun bisa semakin maju dengan kebiasaannya memaintenance terus-menerus sebaik dan seefisien mungkin usahanya agar menjadi embrio-embrio pelaku usaha SME (small and medium enterprises) di semua sektor produktif. Semoga! HARI
Unesa Lepas 3956 Mahasiswa KKN Tematik Posdaya Ketua Yayasan Damandiri Prop Dr Haryono Suyono bersama Purek III Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jawa Timur, Prof Dr Warsono, MS melepas balon ke udara dalam pelepasan mahasiswa KKN Tematik Posdaya di kampus Unesa, pada 9 Agustus 2014 lalu. Untuk tahun 2014 ini jumlah mahasiswa KKN tercatat 3956 orang yang disebar ke 5 kabupaten di Jatim. DH
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
15
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Undip Lepas 3009 mahasiswa KKN Tematik Posdaya Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) makin diminati berbagai perguruan tinggi di tanah air. Pada Selasa pagi 5 Agustus 2014 lalu kegiatan itu kembali digelar Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah. Sebanyak 3009 mahasiswa KKN Tematik Posdaya gelombang II langsung dilepas berbagai kabupaten di Jateng.
Ribuan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Undip Semarang, Jateng, antusias menyimak paparan pembekalan KKN yang disampaikan Prof Haryono. [FOTO-FOTO: ADE S]
16
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Undip, Yayasan Damandiri, BKKBN dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, ini menarik perhatian berbagai kalangan. Apalagi dengan menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Tak pelak, acara yang berlangsung di Lapangan Widya Puraya Kampus Undip Tembalang, Semarang disambut hangat ribuan mahasiswa KKN. Sebanyak 10 fakultas Undip mengikuti kegiatan KKN yang digelar sejak 15 Agsutus 2014 sampai 19 September 2014. Mereka disebar di 4 kabupaten dan 25 kecamatan. Kabupaten Pati terdiri 5 kecamatan, Kabupaten Jepara 5 kecamatan, Magelang 5 kecamatan dan Temanggung 10 kecamatan. Para mahasiswa KKN dibimbing oleh 5 orang Koordinator Dosen KKN dan 75 Dosen Pendamping Lapangan. KKN gelombang II 2014 ini terdapat program-program kegiatan yang bekerja sama dengan Yayasan Damandiri dan BKKBN. Sehingga dengan adanya kerja sama tersebut mahasiswa akan melakukan program kerja selain kegiatan multi disiplin dan keilmuan yang wajib dilakukan juga program kerja yang terkait dengan KB seperti sosialisasi KB, dan
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
pendampingan usaha mikro keluarga melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Program pembentukan Posdaya yang akan dikoordinasi para koordinasi kecamatan dan didukung Yayasan Damandiri. Untuk kerja sama dengan BKKBN akan ditempatkan pada 18 desa yang tersebar di 3 kabupaten, yaitu Magelang, Pati dan Jepara. Magelang ditempatkan di Kecamatan Salam sebanyak 6 desa, di Jepara Kecamatan Kaliamatan 6 desa, Pati di Kecamatan Dukuh Sekti. Sedangkan untuk pembentukan kelompok Posdaya dilakukan di seluruh lokasi pelaksanaan gelombang II KKN 2014. Dukungan dari instansi-instansi itu diharapkan kegiatan KKN yang dilakukan mahasiswa akan memberikan dampak yang lebih signifikan kepada masyarakat, sehingga memiliki kegiatan yang terencana dan terarah dan kegiatan tersebut bisa dilaksanakan secara berkesinamgbungan. Ribuan mahasiswa KKN langsung dilepas Rektor Undip Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD, dan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Disaksikan para dosen, dekan, guru besar, pejabat BPD Jateng, rombongan Yayasan Damandiri dan udangan lainnya.
Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan kekagumannya atas semangat para mahasiswa KKN. “Hari ini saudara-saudara akan terjun ke desa, di sana tidak akan berhadapan dengan rektor sekarang tetapi akan bertemu dengan rektor masa depan. Karena saudrasaudara nanti, salah satu atau salah dua akan menjadi presiden masa depan,”ujar Prof Haryono seraya menjelaskan karena para mahasiswa nantinya akan mengeluarkan gagasan-gagasan untuk disumbangkan kepada rakyat banyak di pedesaan. Menurutnya, ada pelajaranpelajaran khusus pada setiap program studi yang harus dipelajari. “Oleh karena itu, saya mohon kiranya saudara-saudara pada waktu bertemu dengan keluarga-keluarga di desa juga mendengarkan aspirasi mereka seperti saudara aspirasinya didengarkan para dekan, para guru besar, tetapi aspirasi yang memerlukan pendalaman, adalah aspirasi sarjana apa saudara ingin yang akan menjadikan diri saudara,” pinta Prof Haryono. Oleh karena itu, lanjut Prof Haryono, dirinya menganjurkan untuk mendengarkan aspirasi rakyat banyak, aspirasi keluarga di desa. “Tetapi saya pesankan aspirasi yang segera dipenuhi adalah aspirasi yang membawa rakyat desa kepada keadilan yang lebih sejahtera dan lebih bahagia,” tegasnya. Oleh karena itulah, Prof Haryono meminta, pelajari baikbaik indikator-indikator kebahagiaan dan kesejahteraan. Pelajari lebih baik masalah-masalah apa yang segera harus dipenuhi. “Pertama, bahwa setiap keluarga di desa harus sehat. Setiap keluarga di desa harus mendaftarkan dirinya pada BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, red),” jelasnya. Kedua, lanjutnya, setiap anak usia sekolah, terutama anak-anak keluarga miskin harus bersekolah, kalau perlu digendong ke sekolah, kalau perlu secara gotong royong diberkan pakaian seragam, buku tulis dan alat pelajaran lainnya. Ketiga, saudara-saudara harus
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono didampingi Rektor Undip Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD, saat memberi pembekalan kepada ribuan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Undip.
meyakinkan bahwa setiap keluarga harus mempunyai kesempatan untuk berlatih keterampilan, sehingga dengan mudah bisa menyempatkan diri membuka usaha. “Oleh karena itu, saya bawa hari ini salah satu direktur BPD Jateng, di setiap kabupaten yang saudara kunjungi ada cabang-cabang BPD kalau rakyat sudah berlatih keterampilan, sudah mempunyai usaha, keluarga miskin ajaklah untuk mengambil usaha-usaha mikro, usaha-usaha kecil. Dan kalau perlu modal datanglah ke BPD Jateng di masing-masing kabupaten,” ungkapnya. “Bapak rektor kita ini adalah ahli bidang lingkungan, oleh karena itu, lingkungan rumah haruslah segar, tiap halaman rumah harus kita rubah menjadi kebun bergizi. Tiap tanah
Prof Dr Haryono Suyono bersama Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD, memberi ucapan selamat kepada para mahasiswa Undip yang akan melaksanakan KKN Tematik Posdaya.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
17
Pimpinan Yayasan Damandiri dan Undip Semarang bergambar bersama para mahasiswa KKN Tematik Posdaya usai acara pelepasan. [FOTO: ADE S]
18
kosong harus kita manfaatkan untuk jadikan kebun yang membawa manfaat dan lebih dari itu keluarga desa harus bersatu, bekerja secara gotong royong,” tegasnya. “Betul...,” ujar Prof Haryono. “Betul...,” jawab ribuan mahasiswa KKN serempak. “Selamat berjuang!” pungkas Prof Haryono. Hadir dalam acara ini Rektor Undip Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Undip Prof Dr Imam Ghozali, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Konsultan Posdaya Wilayah Jateng I Wien Sukarsi, sejumlah guru besar Undip, para dekan, para dosen, ribuan mahasiswa KKN Undip dan undangan lainnya. Sedangkan Rektor Undip Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD,mengungkapkan rasa syukur dan bahagianya pada acara pelepasan KKN itu. Pasalnya kehadiran langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan seluruh jajarannya yang telah memberikan pengantar dan pengarahan bagi para mahasiswa KKN yang menjadi bekal berharga saat melakukan kegiatan KKN. “Beliau adalah mantan Kepala BKKBN/ Menteri kependudukan, mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan, yang saat ini usianya sudah lebih dari 70 tahun namun masih bugar dan sehat. Kita ucapkan terima kasih atas kerja samanya yang baik, yang sudah dirintis sejak tahun 2006 bersam-sama dengan kita melaksanakan KKN Tematik Posdaya,” ungkap Rektor Undip Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD. Dijelaskan Prof Sudharto P Hadi, dari 50 desa yang akan saudara kunjungi dua di antaranya merupakan lokasi KKN Posdaya. “Sete-
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
lah lebih dari 6 semester anda menekuni kulaih kerja laboratorium di kampus Undip ini. Sudah saatnya anda turun ke desa untuk mempraktekan apa yang saudara peroleh di bangku kuliah diabdikan kepada masyarakat,” ungkap Prof Sudharto P Hadi. Menurut Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD, KKN mempunyai dua dimensi. Petama, akuntabilitas saudara kampus tercinta ini kepada masyarakat. “Karena pendidikan saudara sebagian dibiayai oleh masyarakat kita. Apa yang akan saudara lakukan di desa sudah disampaikan dengan baik oleh Prof Haryono,” jelasnya. Kedua, adalah dimensi internal anda. KKN merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum. Undip tidak pernah menghapus KKN dalam sejarah. “Karena itu, KKN diharapkan melengkapi kompetensi anda. setelah lulus anda bukan saja cerdas tetapi memiliki wawasan dan kepedulian,” tegas Rektor. Rektor menegaskan, di desa lokasi kegiatan KKN, para mahasiswa ini akan bekerja secara multi disiplin. “Karena di tengah-tengah masyarakat tidak satu pun masalah yang dihadapi kita pecahkan dengan pendekatan multi disiplin. Anda perlu bekerja dengan teman-teman di lingkungan Undip dari berbagai program studi dalam kelompok anda,” pinta Rektor. Rektor berharap, dari kegiatan KKN ini para mahasiswa mempunyai kompetensi tentang kepedulian, wawasan dan kepemimpinan, network, internasional personal skill yang tidak didapatkan para mahasiswa di kampus. “Karena itu, saya berharap jangan anda merasa KKN ini menjadi beban, tetapi bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum yang harus anda kerjakan. Saya titipkan nama baik Undip di pundak saudara-saudara semua. Jaga kepercayaan anda, jaga kepercayaan kita, bahwa anda membawa nama besar Undip,” pinta Rektor. “Selama kurang lebih 34 hari segala perilaku anda, kinerja anda dinilai oleh masyarakat dan membawa nama Undip. Jangan berbuat yang tidak baik karena itu akan membawa konsekuensi terhadap diri anda dan Undip,” tegas Rektor. “Sanggupkah anda membawa nama baik Undip,”ujar Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD. “Sanggup...,”jawab ribuan mahasiswa KKN serempak. ADE S
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Unsoed Bantu Siapkan Kemandirian Masyarakat Desa Selama sebulan, sebanyak 1.936 mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, mengikuti program KKN Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Mereka akan membantu masyarakat desa menyiapkan kemandiriannya.
U
NSOED Purwokerto kembali melepas mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) tematik angkatan semester gasal 20142015 ke 187 desa dan 29 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, Kebumen, Brebes, dan Kabupaten Purbalingga. Dari 1.936 mahasiswa peserta KKN ini sebagian besar mengikuti KKN Tematik Posdaya. Selain itu, Tematik kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga, Fokasi, PPM, mitigasi bencana, dan DIPA dari Kemendikbud. Sekretaris Yayasan Damandiri Dr (HC) Subiakto Tjakrawerdaja ikut melepas mahasiswa KKN tersebut di Gedung Widyatama, Kampus Unsoed Purwokerto, Senin (14/7) sore, lalu. Dalam sambutannya, Menteri Koperasi era pemerintahan Kabinet Pembangunan ini mengatakan, mahasiswa dan dosen Unsoed secara sistematis, terencana, terarah dan matang telah membuat program untuk menjawab tantangan-tantangan yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia, antara lain melalui KKN Tematik Posdaya. “Sebanyak 1.936 mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto selama sebulan mengikuti program kuliah kerja nyata (KKN) tematik yang disebar di 187 desa dan 29 kecamatan yang berada di enam kabupaten, yaitu Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, Kebumen, Brebes, dan Kabupaten
Purbalingga. Ini sungguh luar biasa. Terlebih hal itu dilaksanakan dua kali dalam satu tahun, tentu akan dapat membantu memecahkan masalah masyarakat desa dalam meningkatkan ekonominya,” ungkapnya bangga. Lebih lanjut mantan Menteri Koperasi Unsoed menegaskan, seperti halnya perguruan tinggi lainnya yang telah menjadi mitra Yayasan Damandiri dalam kerja sama program KKN Tematik Posdaya. Ajakan beberapa perguruan tinggi untuk membantu Kuliah Kerja Nyata dengan tema membantu keluarga miskin dibulatkan dalam upaya membangun kesadaran partisipasi dan upaya pemberdayaan keluarga yang bersifat paripurna, melanjutkan keberhasilan gerakan KB yang pada tahun 1989 dianggap sangat berhasil dan mendapat penghargaan dunia dengan pemberian UN Population Awards oleh PBB. Keberhasilan itu mengantar gerakan KB secara resmi berubah pada tahun 1992 dengan disyahkannya UU nomor 10 tahun 1992 menjadi gerakan pembangunan keluarga sejahtera. Pada kesempatan tersebut, Subiakto mengatakan, Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan berat. Oleh karena itu, siapa pun presidennya nanti, akan dihadapkan pada masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial yang masih lebar. Kemiskinan yang masih banyak bisa dilihat dari penerima raskin dan penerima bantuan iuran BPJS Kesehatan sebanyak 86,4
Pimpinan Yayasan Damandiri dan pimpinan Unsoed duduk bersama di atas panggung sebelum acara seremonial pelepasan mahasiswa KKN Tematik di Purwokerto. [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
19
Dr (HC) Subiakto Tjakrawerdaja menyalami mahasiswa KKN Unsoed seusai mengenakan jaket almamater secara simbolis.
Mahasiswa KKN Posdaya Unsoed seusai dilepas mengadakan konsolidasi bersama timnya sebelum berangkat ke lokasi desa tujuan.
20
juta. Berarti sekitar 30 persen penduduk Indonesia masih menderita kemiskinan. Kesenjangan sosial yang sangat lebar dapat dilihat dari perbedaan yang sangat jauh. Ada orang yang mempunyai pendapatan Rp140 triliun tetapi sebaliknya masih banyak rakyat yang menerima upah di bawah upah minimum. Di sisi lain, kemandirian di bidang pangan dan energy juga harus segera diselesaikan. Subiakto sebagai Sekretaris Yayasan Damandiri memberikan apresiasi kepada jajaran Unsoed yang menjadi pioneer KKN Posdaya. Posdaya yang diprakarsai Damandiri ini, menurut Subiakto menjadi salah satu cara untuk menjawab tentangan-tantangan yang tengah dihadapi Indonesia. “Mahasiswa dan dosen yang diturunkan ke desa-desa dapat memicu
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
keluarga miskin untuk bekerja lebih produktif,” ujarnya. Melalui pendekatan pemberdayaan keluarga, diharapkan keluarga miskin akan memiliki etos kerja yang meningkat dan produktif, sehingga mampu menghadapi persaingan globalisasi yang tidak bisa dibendung lagi. Untuk itu, anggota Posdaya harus bekerja secara berkelompok. “Tanpa berkelompok, keluarga miskin ini tidak terlindungi dan akan kalah. Karena dengan membangun usaha secara berkelompok maka faktor produksi yang serba terbatas akan lebih produktif,” ujarnya. Jika sudah ada usaha kelompok, selanjutnya ditingkatkan menjadi koperasi. Saat ini koperasi pun seperti sebuah keniscayaan dan tidak sanggup menghadapi pasar bebas ASEAN. Tetapi, Subiakto tetap memberi semangat kepada para dosen dan mahasiswa Unsoed untuk tetap bekerja optimal untuk mengaplikasikan pengetahuan dan teknologi ke desa-desa terutama desa-desa yang miskin. “Pemerintah juga perlu memerintahkan perusahaan negara untuk memperkuat koperasi-koperasi dari kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Kita masih punya harapan kepada Presiden yang terpilih nanti agar dapat menugaskan BUMN,” ujarnya. Selain itu, 60 persen rakyat Indonesia tidak tersentuh perbankan. Untuk itu, Yayasan Damandiri mempunyai program Tabur Puja yang disalurkan melalui perbankan agar dapat diakses oleh anggota Posdaya dengan pinjaman maksimum Rp 2 juta tanpa agunan. Di Desa Bukateja, Purbalingga misalnya, di sana ada dua koperasi yang sudah menyalurkan selama satu tahun, bisa berjalan tanpa ada kredit macet. Nampak hadir dalam kegiatan pelepasan mahasiswa KKN Unsoed, antara lain Purek III Unsoed Dr Ir Febri Prihantono, MSi, Mangisi Lumban Gaol, SE, MM, Kasubid Pemberdayaan Ekonomi Keluarga yang ditugaskan mewakili Kepala
Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Ketua LPPM Unsoed Prof Ir Toto Agung DH, PHd, para dosen DPL serta ribuan mahasiswa peserta KKN. Dalam sambutannya, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unsoed, Prof Ir Toto Agung DH, MP, PHd mengatakan, KKN tematik Unsoed, selain menjadi program akademik sebagai pengabdian kepada masyarakat, juga untuk merespon permintaan pemerintah daerah, perusahaan swasta. “Melalui KKN Tematik ini, sekaligus untuk mengaplikasikan penelitan para dosen. Untuk angkatan semester gasal 2014-2015 ini, 1.936 mahasiswa didampingi oleh 77 dosen pembimbing lapangan. Pendaftaran KKN kali ini lebih cepat karena sudah mendaftar secara online,” kata Totok. Sementara itu, Mangisi Lumban Gaol, SE, MM yang dimintai pendapatnya terkait kemitraan antara kegiatan KKN mahasiswa Unsoed dengan BKKBN. Meski sedikit hati-hati, ia menyampaikan ucapan terima kasih sekaligus permohonan maaf Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Dra Tjondrorini, MKes yang tidak dapat menghadiri acara pelepasan mahasiswa KKN Unsoed. “Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah mengucapkan terima kasih, penghargaan dan apresiasi atas komimen dan perhatian mahasiswa Unsoed Purwokerto terhadap program KKB,” ujar Mangisi. Lebih lanjut dikatakan Mangisi, bahwa penduduk Jawa Tengah menurut SDKI tahun 2010 telah mencapai 32,3 juta jiwa bahkan mungkin sampai dengan saat ini telah mencapai lebih dari itu, penduduk besar dengan kualitas SDM yang tinggi akan menjadi modal pembangunan akan tetapi jumlah penduduk besar jika kualitas SDM rendah akan menjadi beban pemerintah yang berat, belum lagi TFR Jawa Tengah yang terus meningkat dari 2,1 (2002/ 2003) menjadi 2,3 (2007) dan meningkat lagi 2,5 pada tahun 2010, demikian halnya Angka Kematian Ibu (AKI) telah mencapai 116,36 %
per 100 ribu juga Angka Kematian Bayi juga menunjukkan peningkatan dan sebagainya. Untuk menghadapi tantangan kependudukan dan KB tersebut sangat diperlukan komitmen bersama antara lain dengan TNI, Polri, PKK, LSM dan sebagainya termasuk Unsoed berikut mahasiswa KKN yang akan turun ke desa-desa. HARI
Mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unsoed siap menerima pembekalan dan arahan sebagai bekal melaksanakan KKN ke desa tujuan.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
21
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
1000 Mahasiswa KKN Posdaya Umsida
Kembali Angkat Masyarakat Desa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) kembali digelar Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Sidoarjo, Jawa Timur. Pada Rabu pagi 6 Agustus 2014 lalu sebanyak 1000 mahasiswa KKN Posdaya Umsida kembali terjun ke desa-desa di wilayah Jawa Timur. Mereka bertekad mengoptimalkan Sumberdaya lokal berbasis blue ekonomi guna mengangkat kesejahteraan masyarakat.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberi pembekalan kepada ribuan mahasiswa KKN Posdaya Umsida disaksikan Rektor Umsida Prof Achmad Jainuri, MA, PhD. [FOTO-FOTO: ADE S]
22
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Umsida, Yayasan Damandiri, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jatim ini menarik perhatian berbagai kalangan. Ribuan mahasiswa, para dosen, para dekan, para guru besar hingga pejabat teras Pemkab Sidoarjo antusias mengikuti kegiatan yang mengangkat tema “Optimalisasi Sumber Daya Lokal Berbasis Blue Ekonomy” ini. Acara pelepasan KKN Posdaya Umsida yang dilepas Rektor Umsida Prof Achmad Jainuri, MA, PhD, ini juga mendapat perhatian khusus dari Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Sidoarjo H Saifullah, SH, MHum. Tak pelak, acara yang berlangsung di Auditorium SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (SMAMDA) Kampus I Umsida Jl Majapahit No 666B Sidoarjo, Jatim, ini tampak semarak dan berkesan. Ribuan mahasiswa KKN Posdaya Umsida ini akan disebar di 5 kabupaten di Jatim, yaitu Kabupaten Sidoarjo,Lamongan, Mojokerto, Malang dan Kediri. mereka akan merambah lebih dari 20 kecamatan dan sekitar 150 desa. Melibatkan 21 Dosen Pembimbing Lapangan
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
(DPL) yang masing-masing DPL membina 2 sampai 3 desa. Ada dua Konsep KKN Posdaya yang digelar kali ini. Pertama, konsep KKN kerja yang di dalamnya ada KKN Posdaya bidang binaan dan KKN Internal PMP. Kedua, konsep KKN Graduan atau non kerja yang di dalamnya ada Posdaya desa, Posdaya berbasis Masjid dan Posdaya tanggap bencana. Khusus Posdaya tanggap bencana akan ditempatkan di daerah Gunung Kelud, Dingantangalang dan Puncu, Kediri. Waktu pelaksanaan KKN bagi para mahasiswa dengan konsep KKN Kerja berlangsung selama tiga bulan dan telah dimulai sejak 1 Juli 2014 lalu dan berakhir 30 September 2014 mendatang. Sedangkan untuk KKN Reguler mulai digelar 6 Agustus 2014 hingga 16 September 2014. Pelaksanaan KKN Posdaya kali ini menargetkan pembentukan 100 Posdaya baru. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono berpesan agar para mahasiswa KKN Posdaya Umsida mempelajari indikator-indikator kebahagiaan dan kesejahteraan. “Pertama, bahwa setiap keluarga di desa harus sehat. Setiap keluarga di desa harus mendaftarkan dirinya pada BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, red),” jelasnya. Kedua, lanjutnya, setiap anak usia sekolah, terutama anak-anak keluarga miskin harus bersekolah. Ketiga, saudara-saudara harus meyakinkan bahwa setiap keluarga harus mempunyai kesempatan untuk berlatih keterampilan, sehingga dengan mudah bisa menyempatkan diri membuka usaha. “Oleh karena itu, saya bawa hari ini Dirut Bank Jatim Pak Soeroso. Jadi, setiap kabupaten yang saudara kunjungi ada cabang-cabang Bank Jatim, kalau rakyat sudah berlatih keterampilan, sudah mempunyai usaha, keluar-
ga miskin ajaklah untuk mengambil usaha-usaha mikro, usahausaha kecil. Dan kalau perlu modal datanglah ke Bank Jatim di masingmasing kabupaten,” ungkapnya. Keempat, jelas Prof Haryono, para mahasiswa KKN mampu memberi pencerahan kepada masyarakat agar lingkungan rumahnya menjadi segar. “Setiap halaman rumah harus kita rubah menjadi kebun bergizi. Tiap tanah kosong harus kita manfaatkan untuk dijadikan kebun yang membawa manfaat dan lebih dari itu keluarga desa harus bersatu, bekerja secara gotong royong,” tegasnya. “Oleh karena itu, saya tawarkan untuk memberikan bibit pohon pisang Cavendish bagi para mahasiswa KKN Posdaya Umsida ini untuk di tanam di halaman-halaman keluarga di desa,” imbuh Prof Haryono. Tak pelak, tawaran itu disambut baik Rektor Umsida, Bupati Sidoarjo dan ribuan mahasiswa KKN Posdaya Umsida. Bila para mahasiswa KKN Posdaya mampu melakukan hal itu, lanjut Prof Haryono, diibaratkan seperti kepompong yang berpuasa sehingga berubah dari ulat bulu menjadi kupukupu indah. “Karena kupu-kupu itu terbangnya selalu rendah, kalau makan, bukan kupukupu saja yang merasakan manfaatnya, tetapi yang dimakannya pun akan menghasilkan buah. Bahkan kalau kupu-kupu itu mati, tak jarang diawetkan untuk jadi pajangan dengan bingkai pigura yang indah, tutur pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini di hadapan ribuan mahasiswa KKN Posdaya Umsida. Hadir pula dalam acara ini Dirut Bank Jatim H Soeroso, SE, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Ketua KKN Posdaya Umsida Isna Fitria Agustina, Msi, para dosen Pendamping, para dekan, para guru besar, ribuan mahasiswa KKN, Pengurus Yayasan Damandiri dan undangan lainnya. Sedangkan Rektor Umsida Prof Achmad Jainuri, MA, PhD, menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang selalu konsisten menghadiri setiap acara pelepasan KKN Posdaya di Umsida. Dirinya pun menyampaikan hal serupa kepada para mahasiswanya yang melaksanakan KKN Posdaya. Rektor Umsida Prof Achmad Jainuri, MA,
PhD,berharap, potensi keilmuan yang sudah diperoleh para mahasiswa selama kuliah terutama Fakultas Pertanian, nanti diharapkan bisa memacu kehidupan masyarakat petani yang ada di desa. “Karena prinsip kita ini sebenarnya adalah back to (kembali ke, red) desa dengan konsep Blue Ekonomi,”tutur Prof Achmad Jainuri, MA, PhD Selain itu, lanjut Prof Acmad, para mahasiswa KKN ini diharapan bisa ikut memberdayakan masyarakat melalui budidaya tanaman produktif, seperti pisang Cavendish. “Karena untuk pelaksanaan KKN Posdaya kali ini, akan mulai dilaksanakan budidaya pisang Cavendish di lokasi-lokasi KKN Posdaya yang disediakan Yayasan Damandiri. Sebanyak 1500 bibit pohon pisang cavendish segera disebar dan ditanam di lokasi-lokasi KKN Posdaya,” tuturnya. “Pisang Cavendish yang dalam kurun waktu delapan bulan sudah berbuah, tentu hal ini akan semakin menambah income (pendapat, red) masyarakat petani di desa. Kami mandatkan kepada mahasiswa KKN Posdaya Fakultas Pertanian untuk memantau kegiatan ini,” imbuh Prof Achmad Jainuri, MA, PhD. Hal itu dilakukan, tutur Rektor, adalah dalam rangka menciptakan kampungkampung di desa ini menjadi daerah yang nyaman untuk orang tinggal. “Supaya mereka bisa memberdayakan ekonominya sendiri sehingga mereka tidak tertarik melakukan urbanisasi dari desa ke kota,” tegas Prof Achmad Jainuri seraya berharap kegiatan KKN Posdaya bisa sukses dilaksanakan mahasiswa Umsida dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakan melalui Posdaya. Acara kian meriah dengan sajian grup menyanyi dari anak-anak PAUD binaan mahasiswa KKN Umsida. Mereka walau masih usia balita dengan mahir menyanyikan lagu mars Posdaya. Seluruh hadirin pun dibuatnya decak kagum. ADE S
Ribuan mahasiswa KKN Posdaya Umsida dan undangan tampak antusias menyimak paparan Prof Haryono.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
23
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Gerakan Posdaya Raih 3 Jenis Penghargaan Yayasan Damandiri belum lama ini menyelenggarakan Pertemuan Penyegaran Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPM/LPPM) Korwil Jateng 1, Jateng 2, Jateng 3 dan Jatim 1 di The Sunan Hotel, Solo, Jawa Tengah. Acara yang berlangsung pada 16 sampe 18 Juli 2014 itu dihadiri ratusan peserta.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono tampil sebagai pembicara pada Pertemuan Penyegaran Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPM/ LPPM) Korwil Jateng 1, Jateng 2, Jateng 3 dan Jatim 1 di The Sunan Hotel, Solo, Jawa Tengah. [FOTO-FOTO: DEDE H]
G
ERAKAN Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), kata Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, ini setidak-tidaknya telah mendapat tiga jenis penghargaan. Pertama, kita mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri), khususnya untuk Malang, Jawa Timur, dan gerakan Posdaya melibatkan tidak kurang 22 perguruan tinggi untuk satu kota. “Ini sesuatu yang luar biasa,” ucapnya. Dari Kementerian Perikanan dan Kelautan, tambahnya, juga mendapatkan penghargaan yang langsung diberikan oleh Pak Menteri sendiri. Dan minggu lalu, mendapatkan penghargaan juga dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. “Kalau saudara-saudara ingin mendapatkan copynya silakan hubungi bapak Soedarmadi. Tiga penghargaan ini bukan untuk saya tapi untuk gerakan kita bersama,” ujar Prof Haryono. 24
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
“Jadi itulah yang telah kita capai, dan saya tidak akan memberikan kritik dan caci maki, karena ini kan bulan puasa jangan sampai tidak membawa berkah,” paparnya, yang acara ini berlangsung pada bulan Ramadhan 1345 H. “Ada kririk, ada caci maki, ada yang ngiri dan sebagainya biasanya akan saya jawab dengan senyum. Bahkan, saya tawari kalau saudarasaudara mau jadi pemimpin Posdaya silakan, nanti saya angkat tanpa harus persetujuan DPR atau Presiden karena saya adalah Presidennya Posdaya,” tambah Menko Kesra dan Taskin di Era Presiden BJ Habibie ini. “Jadi itulah yang terjadi. Bahkan dalam dua hari ini setidak-tidaknya ada tiga provinsi yang datang. Provinsi Sumatera Barat datang wakilnya, Ibu Emi datang langsung saya tawari. Jangan sok sombong di Sumbar sudah bisa menyalurkan di Padang sendiri, sudah lebih seribu yang mengambil tabungan dan
kredit Tabur Puja. Kalau sudah merasa hebat datanglah ke Solo. Sekarang ada di sini melihat saudara tadinya merasa paling tinggi, sekarang agak lebih rendah sedikit,” kelakar Prof Haryono yang disambut tawa para peserta pertemuan. Menurut mantan Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN ini, ibu Emi dengan temantemannya telah menyalurkan kredit Tabur Puja lebih dari seribu untuk keluarga miskin, dan telah menyalurkan dana hampir mendekati Rp 2 milyar. Ini luar biasa. Dan ibu Emi minta lagi antara Rp 1 milyar atau Rp 2 milyar lagi. “Saya tanya berapa MPL-nya, dia menjawab 0. Jadi kita tepuk tangan untuk ibu Emi,” kilah Prof Haryono seraya tertawa dan disambut tepukan tangan hadirin. “Sebetulnya ibu Emi bukan keluaran Fakultas Ekonomi, tetapi dari Fakultas Peternakan. Biasanya hanya beternak domba dan sebagainya, tapi sekarang bisa menjadi credit acounter, luar biasa ini. Jadi Posdaya ini memungkinkan seseorang pindah profesi. Dari peternakan menjadi Banker. Sekarang kantornya sudah mempunyai kantor bank. Jadi mentereng. Kantornya sudah ditempeli bahwa di sini ada bank alias koperasi,” papar Prof Haryono bangga. Ia menmabahkan, dan ternyata keberhasilan ini menjalar, tidak saja di Padang tapi juga sampai di Padang Pariaman dan Solok. Rata-rata sudah menyalurkan dana sampai seribu lebih nasabah. “Tepatnya 1.021 nasabah, saya masih ingatingat ini salah satu contoh,” ungkapnya, yang dalam acara ini dihadiri juga Dr Moh Soedarmadi, Drs Made Are Subrata, Dr Mazwar Noerdin, dan Dr Mulyono D Prawiro dari Yayasan Damandiri. “Baru saja ibu Emi ke sini saya dapat telepon dan sms dari anak buah Prof Oki, dari Dubes anak buah Prof Totok dari Universitas Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Karena Unsoed dua hari yang lalu mengirim mahasiswa ke enam kabupaten di
Jateng. Antara lain ke Brebes, dan Brebes minta juga kiriman dari Universitas Diponegoro (Undip). Karena mendengar saya baru saja pidato di Undip, ‘kenapa kok tidak berkunjung ke Brebes?’ Begitu tanya mereka,” urai Prof Haryono. Menurut Prof Haryono, rupanya Brebes setelah Hari Raya Idul Fitri akan mengadakan perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas). Sekaligus akan menampung Posdaya. “Saya katakan: ‘Kalau dilaporkan kepada ibu bupati dan ibu bupati mau mengadakan gerakan Posdaya untuk seluruh desanya, saya mau datang ke Brebes.’ Nah ini salah satu tantangan. Karena brebes juga sudah menyalurkan tabungan dan kredit Tabur Puja sama gegap gempitanya dengan daerah-daerah lain,” ungkap Prof Haryono lagi yang membuka acara itu dengan pidato panjang lebar. DH
Para peserta bergambar bersama di ruang pertemuan usai acara tersebut.
Suasana acara pertemuan berlangsung hikmad saat Prof Haryono menyampaikan paparan.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
25
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Gebyar Produk Posdaya di Asrama Asma Dewa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta semakin menunjukkan kiprahnya sebagai lembaga pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus ikut serta mengentaskan kemiskinan. Selain telah banyak lulusannya menjadi pelaku pembangunan di bebagai sektor, mahasiswanya pun terus peduli mendampingi masyarakat meningkatkan derajat kesejahteraan melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya).
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono memberikan sambutan pada gelar produk Posdaya Ramadhan di halaman Asrama Asma Dewa Mahasiswa UST, di Kelurahan Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta. [FOTO-FOTO: HARI]
H
ASIL karya mahasiswa KKN Posdaya pun kini sudah mampu mempertujukkan hasilnya, salah satunya yang digelar Posdaya Sumber Makmur RW 05 Kelurahan Tahunan, Kecamatan Umbul– harjo, Kota Yogyakarta. Posdaya Sumber Makmur bekerjasama dengan mahasiswa UST yang tinggal di Asrama Asma Dewa menggelar produk usaha ekonomi kreatifnya. Kerja sama ini merupakan bukti kemitraan yang apik antara mahasiswa dan masyarakat sekitar. “Mahasiswa UST yang tinggal di Asrama Asma Dewa banyak membantu masyarakat sekitarnya dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat,” kata Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta Drs Pardimin, MPd, di sela acara Gebyar Posdaya Ramadhan yang digelar di halaman Asrama Asma Dewa yang terletak di RW 05 Kelurahan Tahunan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, belum lama ini. Sebagai mitra Yayasan Damandiri, kata Ki Pardimin, mahasiswa UST mengabdikan diri kepada masyarakat lewat kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa ke kelurahan maupun desa-desa. “Ini menjadi upaya nyata UST sebagai lembaga pendidikan menyatukan diri 26
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
dengan masyarakat melakukan kegiatan positif yang memberdayakan masyarakat,” ujarnya. Dalam gelar Posdaya Ramadhan tersebut dan dihadiri Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Dr Mulyono D Prawiro, Faozan Alfikri, SH, MKM dari Damandiri. Nampak pula Camat Umbulharjo Drs H Mardjuki, Lurah Tahunan Drs Suharyanto, serta Dra Rokhmiyati, MPd yang selama ini getol memperjuangkan dan mendorong mahasiswa KKN membentuk Posdaya di daerah Kulonprogo, Bantul dan Yogyakarta ini. Selain itu hadir pula Ketua Posdaya Sumber Makmur Murki Wahyudi bersama para pengurus dan kader Posdaya, serta mahasiswa UST yang tinggal di Asrama Asma Dewa. Pada kesempatan tersebut, dalam sambutannya Ketua Yayasan Damandiri mengajak agar Posdaya Sumber Makmur bisa menjadikan peluang berbagai produk usaha kreatifnya bisa dimininati wisatawan. “Bila perlu lingkungan Posdaya Sumber Makmur sebagai kawasan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan baik dari dalam negeri maupun wisatawan luar negeri,” ujar Prof Haryono.
Posdaya Sumber Makmur ini sudah pantas sebagai tempat kunjungan wisatawan. Karena di Posdaya ini ada seni budaya, tarian dan sebagainya. Selain ada kerajinan tangan, berbagai hasil usaha ekonomi kreatif seperti batik jumputan, dompet kulit, ikat pinggang, serta kuliner. Penggagas Posdaya ini mengingatkan sebelum menjadikan sebagai kawasatn wisata, terlebih dahulu tingkat kesehatan lingkungan masyarakat harus ditingkatkan, seperti WC dan sanitasi lingkungan sehat. Prof Haryono mencontohkan apa yang baru saja dilakukannya di Pacitan, Jawa Timur. “Posdaya membantu Pemda Pacitan memberikan solusi pembangunan jamban yang dimiliki sebagian warga Pacitan, terutama warga pelosok yang dinilai belum standart, bahkan banyak warga yang belum memiliki jamban sendiri. Jamban yang belum standar dan ketiadaan jamban menjadi salah satu pemicu terjadinya penyakit,” tuturnya. Untuk mengatasi hal ini, kata Profesor asal Pacitan, melalui Posdaya membantu mengatasi krisis jamban sehat di Pacitan yang dilakukan dengan menggelar program 1000 jamban untuk warga. Sementara ada sekitar 13 ribu warga yang belum mempunyai jamban sehat. Kunjungan ke Pacitan, Prof Haryono membawa ahli pegiat metode Jamban Murah yang dikenal dengan Katajaga (Kampung Total Jamban Keluarga) bernama Dokter Budi Laksono, kemudian dilanjutkan dengan memberikan bantuan awal pembuatan 1000 jamban dengan estimasi biaya pembuatan 225 ribu per jamban. Teknis program jambanisasi tersebut adalah dengan memberikan bantuan closet dan material kepada warga yang sudah terdata dengan pemberian penyuluhan cara pembuatan jamban tersebut. Program Katajaga yang diperuntukkan untuk para warga Pacitan yang belum memiliki jamban sehat ini mendapat apresiasi prositif dari Bupati Pacitan. 1000 Jamban yang sudah diberikan akan segera di back up agar 12 ribu keluarga lainnya juga mendapatkan jamban, dengan pos dana dari APBD dan CSR terarah. Jika program jambanisasi ini berhasil, maka Pacitan akan menjadi progress kabupaten pertama di Developing Countries yang sukses program Katajaga. Selain mendapat bantuan jamban sehat,
mereka juga menerima bibit pisang cavendis kultur jaringan yang diperoleh berkat kerja sama dengan biotrop Bogor tiga sampai lima batang, kemudian diajari sekalian cara tanam pisang tersebut. Selain itu, Prof Haryono juga memintar Rektor UST untuk menggiatkan skim Tabur Puja seperti yang sudah berhasil dilakukan Rektor Universitas Tamansiswa Padang, Prof Dr Zulham. Dengan memanfaatkan mahasiswa KKN Posdaya, Rektor menugaskan LPM agar mahasiswa mendampingi kelompok-kelompok usaha yang tergabung dalam Posdaya yang membutuhkan pendampingan. Lebih lanjut Ketua Yayasan Damandiri ini mengungkapkan, selama ini bersama mitra perbankan dan lembaga keuangan, Damandiri membantu menyiapkan kredit tanpa agunan sebagai modal awal usaha mereka yang disebut dengan Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera (Tabur Puja). Dana Tabur Puja tersebar di sejumlah bank, antara lain Bank Perkreditan Rakyat, Bank Pembangunan Daerah, Bank UMKM Jatim, Bukopin dan sebagainya. “Wirausaha yang tergabung dalam kelompok-kelompok ini bisa mengajukan pinjaman tanpa agunan maksimal Rp 2 juta dengan sistem tanggung renteng,” katanya. Tabur Puja ini berguna sebagai modal usaha, mereka bisa berkelompok yang didorong menjadi koperasi sebagai wadah bergotong royong membangun usaha kecil. Tabur Puja juga bisa digunakan untuk usaha jenis lainnya. Selain melihat langsung gelar produk hasil usaha ekonomi kreatif kelompok Posdaya, Ketua Yayasan Damandiri bersama rombongan juga meninjau ke TPA masjid terdekat. HARI
Didampingi Rektor UST Drs Pardimin, MPd, Prof Dr Haryono Suyono melihat hasil produk usaha ekonomi kreatif mitra Posdaya Makmur Sejahtera RW 05 Kelurahan Tahunan.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
27
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Universitas Pancasila
Siap Bumikan Posdaya di Indonesia Sukses mengembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di wilayah Jakarta Selatan, Universitas Pancasila (UP) mendapat tugas lebih besar untuk mengembangkan Posdaya ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan, bahkan sampai Papua.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Rektor Universitas Pancasila Prof Dr Wahono Sumaryono, Apt, saat memberikan sambutan acara Gebyar Posdaya yang digelar Universitas Pancasila (UP) Jakarta. [FOTO-FOTO: HNUR]
Pimpinan Yayasan Damandiri dan pimpinan Universitas Pancasila bergambar bersama para kader Posdaya.
28
H
AL ini disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menghadiri Gebyar Posdaya di Kampus Universitas Pancasila yang diresmikan Rektor Universitas Pancasila Prof Dr Wahono Sumaryono, Apt. “Target Universitas Pancasila tidak hanya
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
mengembangkan 28 Posdaya, karena saat ini sudah berkembang 123 Posdaya. Tetapi Universitas Pancasila punya dua tugas. Tugas pertama, melanjutkan pembinaan pengembangan dan pengisian Posdaya yang sudah ada. Dan tugas kedua adalah mengirimkan dosen ahlinya mengembangkan Posdaya di daerah lain di seluruh Indonesia,” jelas Prof Haryono Suyono. Selanjutnya, kata Prof Haryono Suyono, Posdaya yang sudah ada akan dijadikan laboratorium nasional. Syaratnya, semua keluarga mempunyai akses terhadap kesehatan, baik di rumah maupun pelayanan kesehatan yang ada di lingkungannya. “Oleh karena itu saya mohon kepada Pak Rektor bahwa semua Posdaya harus mempunyai tempat tinggal dan lingkungan yang sehat.” Karena Universitas Pancasila dianggap lulus, Prof
Haryono Suyono mengatakan, akan menjadikan mahasiswa dan dosen Universitas Pancasila sebagai tangan kanan atau konsultan Posdaya untuk priode ke depan. Tugas ini bukan hanya untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya saja, tapi juga daerah lain. “Para mahasiswa semester VII dan semester VIII ini akan saya tugasi ke daerah seperti ke Sumatera Selatan, Ambon bahkan Papua, untuk menyebarluaskan program pemberdayaan keluarga. Kalau para mahasiswa ini mampu meyakinkan masyarakat di tingkat provinsi/daerah, meyakinkan gubernur/bupati/SKPD dan jajarannya, bisa dibayangkan bagaimana nanti setelah tamat di perguruan tinggi yang ditekuninya. ” Universitas Pancasila mengemukakan, saat ini UP mengembangkan 123 Posdaya dan dalam waktu dekat bertambah 28 lagi sehingga mampu menjadi modal untuk mengembangkan Posdaya yang lebih luas, bahkan hingga ke berbagai wilayah. Ke depan UP lebih mengembangkan Posdaya dengan melibatkan lebih banyak fakultas dalam proses pemberdayaan. Fakultas Farmasi dapat memberikan dukungan pemberdayaan masyarakat melalui kebun bergizi yang lengkap dengan tanaman obat keluarga (Toga) sehingga memberikan derajat kesehatan secara preventif. “Membangun kebun bergizi mengajak Fakultas Farmasi dan tujuh fakultas lain,” kata Wahono sambil menambahkan kreativitas masyarakat sangat menentukan keberhasilan Posdaya. Hal senada juga disampaikan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pancasila Dra Dewi Trirahayu, MM menggantikan Dr Lies Putriana yang berhasil menjadi doktor Posdaya, masyarakat sangat menunggu setiap kali ada sosialisasi Posdaya. Keberadaan Posdaya sangat membantu masyarakat. Untuk itu pengembangan Posdaya ke depan bukan hanya kuantitas, melainkan kualitas. Saat ini terdapat 15 Posdaya yang memperoleh skim kredit Tabur Puja. Setiap anggota Posdaya mendapatkan Rp 2 juta tanpa agunan. Ke depan akan lebih banyak Posdaya yang memanfaatkan Tabur Puja sehingga memberikan kesempatan kepada anggota Posdaya untuk mengembangkan usaha ekonomi produktif. “Semua ini berkat dukungan Damandiri dan sponsor-sponsor termasuk BRI, Pertamina, Jasindo, Antam. Kami akan terus mengembangkan Posdaya,” ungkapnya. HANUR Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
29
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Unmer Madiun Gelar KKN Tematik Posdaya
Dampingi Masyarakat Tingkatkan Kesejahteraan Mengabdikan diri kepada masyarakat lewat kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya, mahasiswa terjun ke kelurahan maupun desa-desa. Kegiatan ini menjadi upaya nyata Universitas Merdeka (Unmer) Madiun, Jawa Timur, sebagai lembaga pendidikan dalam menyatukan kampus dengan masyarakat.
Seorang mahasiswa Unmer saat menjawab pertanyaan terkait keseiapannya mendampingi masyarakat desa dari Prof Dr Haryono Suyono disaksikan Rektor Unmer Dr Hj Tatik Mulyati. [FOTO-FOTO: HARI]
30
S
ELAIN telah banyak melahirkan intetektual berkualitas, Universitas Merdeka (Unmer) Madiun juga sudah berhasil mendirikan 82 Posdaya dari sebelumnya 70 Posdaya. Hasil karya mahasiswa KKN Posdaya tersebut tersebar di wilayah Kota Madiun dan Kabupaten Madiun, Jawa Timur. “Unmer Madiun memang terus berupaya menunjukkan eksistensi dan kiprahnya sebagai lembaga pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa, sekaligus ikut serta mengentaskan kemiskinan. Telah banyak lulusan kami menjadi pelaku pembangunan di bebagai sektor. Mahasiswa kami juga terus peduli mendampingi masyarakat meningkatkan derajat kesejahteraan melalui KKN Tematik, termasuk KKN Posdaya,” kata Dr Hj Tatik Mulyati, MM, selaku Rektor Unmer. Mahasiswa Unmer, ujar Tatik, mempunyai peran penting dalam pembangunan, utamanya pendampingan kepada masyarakat, seperti diwujudkannya melalui keikutsertaan mahasiswa dalam menyiapkan Posdaya. Pendampingan mahasiswa merupakan sumbangsih nyata mahasiswa KKN Posdaya Unmer yang diharapkan dapat membantu menekan angka kemiskinan.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
“Melalui keiatan KKN Posdaya mahasiswa akan menyumbangkan ilmunya untuk mengembangkan pembangunan berbasis masyarakat dan menyiapkan mereka menjadi lebih mandiri dan sejahtera,” ujarnya. Bahkan, imbuh Rektor Unmer yang satu ini, dari Posdaya yang sudah dikembangkan mahasiswa KKN Posdaya Unmer, di antaranya sudah menjadi penerima Kredit Tabur Puja dari Bank Jatim yang merupakan hasil sinergi program kemitraan Yayasan Damandiri dengan Bank Jatim. Dalam setiap kegiatan pendampingan, kata Tatik, meskipun mahasiswanya telah selesai melaksanakan kegiatan KKN Posdaya tetapi cukup banyak dari mereka yang tetap setia mendampingi kegiatan berbasis masyarakat tersebut secara sukarela. “Bahkan, mereka merasa senang dipercaya sebagai “teman” oleh masyarakat desa untuk mengembangkan kegiatan yang telah dibangunnya bersama tersebut,” ungkapnya bangga. Mitra jejaring Unmer Madiun, selaku perguruan tinggi yang menjadi salah satu mitra Yayasan Damandiri dari sekitar 250 perguruan tinggi negeri maupun swasta yang telah berhasil mendirikan Posdaya. Keberhasilan tersebut semakin dikuatkan oleh adanya Posdaya binaannya yang memperoleh pinjaman tambahan modal Kredit Laguna Tabur Puja. “Tentu ini merupakan apresiasi sekaligus kepercayaan dari Bank Jatim kepada hasil karya nyata para mahasiswa KKN Posdaya bersama masyarakat bersinergi mengembangkan pembangunan berbasis masyarakat pedesaan di bidang pendidikan, kesehatan, kewi-
rausahaan dan kebun bergizi,” tutur Hj Tatik Mulyati. Sebagai pimpinan kampus bergengsi di Kota Madiun, ia berharap pada relawan mahasiswa yang hingga saat ini setia menjadi pendamping Posdaya agar selalu mengingatkan bahwa Kredit Tabur Puja yang dipinjamkan pada kelompok-kelompok usaha di Posdaya tersebut diperuntukkan untuk pengembangan usaha, dan bukan untuk hal lainnya seperti menikah lagi. “Tetapi diperuntukan untuk pengembangan usaha produktif, maka dengan demikian mereka para kader Posdaya pelaku usaha harus semangat dan terus berusaha,” ujarnya. Seperti harapan penggagas program Posdaya (Prof Dr Haryono Suyono, red), agar perguruan tingi juga terus meluaskan jejaring atau networking baik dengan perguruan tinggi lainnya maupun dengan mitra maupun instansi dan sebagainya. “Untuk pengembangan Posdaya di wilayah Madiun dan sekitarnya yang dilakukan melalui KKN Tematik Posdaya, Universitas Merdeka Madiun menggandeng beberapa perguruan tinggi lainnya, antara lain Politeknik Negeri Madiun,” ujarnya. Gayung bersambut, Poli Teknik (Poltek) Negeri Madiun pun menyambut gembira ajakan Unmer Madiun untuk turut serta mengembangkan Posdaya melalui kegiatan KKN Posdaya. “Poltek Madiun rasanya wajib ikut serta mengembangkan Posdaya yang dilakukan melalui kegiatan seperti kuliah kerja nyata,” aku Direktur Politeknik Negeri Madiun Budi Tjahjono. Menurutnya, masyarakat sekitar Kota Madiun kini layak berbangga dalam dunia pendidikan. Pasalnya, secara resmi per 11 Mei lalu, Kota Madiun kini punya perguruan tinggi negeri (PTN), yakni Politeknik Negeri Madiun, yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Muhammad Nuh. “Semoga dengan cepat perguruan tinggi satu-satunya di Karesidenan Madiun ini mampu berkiprah sebagaimana perguruan tinggi negeri lainnya,” kata Budi Tjahjono menambahkan. Budi mengungkapkan, Poltek yang dipimpinnya ini pada awalnya hanya memiliki sekitar 70 mahasiswa. Tapi lambat laun animo pendaftar terus meningkat, dan kini ada memiliki sekitar 700 mahasiswa. “Kami, mendatang Politeknik Negeri Madiun akan lebih diminati.
Sebab generasi muda di kota Madiun dan sekitarnya tidak akan lagi jauh-jauh kuliahnya di Surabaya atau Bandung atau kota besar lainnnya,” katanya. Keyakinan bakal melesat maju Politeknik Negeri Madiun karena berada di lokasi yang strategis, di mana kota Madiun merupakan kota transit antara Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sedangkan di kota Madiun sendiri kini ada PT INKA (Industri Kereta Api) dan pada tahun 2011 lalu di kota ini juga sudah berdiri Sekolah Tinggi Ilmu Kereta Api (STIKA). “Jadi kami siap mengerahkan mahasiswa mendampingi Posdaya di 27 Kelurahan yang ada di Kota Madiun ini. Selain itu, seperti yang sudah saya sampaikan ke bapak Bupati Madiun, kami akan bermitra dengan Pemda Madiun untuk menyiapkan teknologi tepat guna yang bermanfaat bagi pengembangan usaha produktif masyarakat,” katanya. Para mahasiswa bersama dosen pendamping, ujar Budi, siap diterjunkan sebagai pelatih kegiatan pemberdayaan yang berkaitan dengan teknologi tepat guna penduduk pedesaan. Selain melatih kewirausahaan dan outputnya bagi mahasiswa akan siap menjadi wirausaha-wirausaha. Nampaknya, ajakan Yayasan Damandiri sebagai pemrakarsa Posdaya yang membuat langkah-langkah baru untuk mengembangkan Posdaya menjadi suatu networking atau jaringan yang kuat disambut baik mitra perguruan tinggi. “Ajakan ini sangat baik apalagi tujuannya untuk menjaring keluarga-keluarga miskin sebanyak mungkin. Sehingga dengan networking yang sangat rapat maka keluarga-keluarga miskin tidak akan lepas dari upaya pengentasan kemiskinan,” kata Tatik Mulyati. HARI
Mahasiswa Unmer Madiun tengah mendengarkan arahan para narasumber agar selalu siap dalam kegiatan KKN Posdaya.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
31
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Posdaya “Update”
Perkuat Jaringan Upaya Entaskan Kemiskinan Selama tujuh tahun berkiprah, jumlah Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) kini mencapai sekitar 35 ribu yang tersebar di hampir 250 kabupaten/kota di 20 provinsi Indonesia. Perkembangan pesat itu didukung oleh sekitar 250 lebih perguruan tinggi di Indonesia melalui program kuliah kerja nyata (KKN) tematik. Menggeliatnya gerakan itu membuat petinggi Yayasan Damandiri merasa perlu melakukan evaluasi dan penyegaran kembali.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat membuka Pertemuan Penyegaran LPM/LPPM Korwil DIY, Bali, Kalimantan, Sumbangsel, dan Sulawesi di Yogyakarta. [FOTO-FOTO: HARI]
T
UMBUH suburnya Posdaya tak lepas dari karya agung mahasiswa. Berkembangnya Posdaya ini didukung oleh sekitar 200 lebih perguruan tinggi di Indonesia, melalui program kuliah kerja nyata (KKN) tematik. Kini, perlu ada upaya untuk mempertahankannya dan semakin dekat dengan rakyat. Untuk itu, Yayasan Damandiri sebagai pemrakarsa Posdaya membuat langkah-langkah baru untuk mengembangkan Posdaya menjadi suatu networking atau jaringan yang kuat. Tujuannya untuk menjaring keluarga-keluarga miskin sebanyak mungkin. “Dengan networking yang sangat rapat maka keluarga-keluarga miskin tidak akan lepas dari upaya pengentasan kemiskinan,” kata Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat membuka Pertemuan Penyegaran LPM/LPPM Korwil DIY, Bali, Kalimantan, Sumbangsel, dan Sulawesi di Yogyakarta, Minggu (13/7) lalu. Prof Haryono menyebut langkah-langkah lanjutan yang perlu dilakukan itu sebagai
32
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
“Posdaya Update”. “Posdaya Update membangun jaringan-jaringan dengan komitmen pembangunan milenium (MDGs) berikut delapan sasarannya”. Para dosen dan mahasiswa, kata Ketua Yayasan Damandiri ini, menyiapkan penduduk desa untuk menjadi pengurus Posdaya lalu mengisinya dengan program-program pemberdayaan berindikator MDGs. “Jadi tujuan Posdaya yaitu pengentasan kemiskinan dan membangun sumber daya manusia,” ujarnya. Posdaya harus berbasis keluarga. Oleh karena itu, harus sebanyak-banyaknya keluarga miskin, disabilitas, dan keluarga yang termarjinalkan bisa berpartisipasi dalam pembangunan berkeadilan. Oleh karenanya, Posdaya-posdaya lebih baik berada di tiap RT atau RW karena Posdaya adalah merupakan forum silaturahmi antarwarga untuk menyelesaikan masalah-masalah melalui pemberdayaan dengan pendekatan MDGs. Dalam acara yang dihadiri Wakil Rektor
Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Dr Suratman dan Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta Drs Pardimin, MPd, Prof Haryono mengkritisi sejumlah gubernur, bupati, dan walikota yang salah dalam mengambil kebijakan untuk upaya pengentasan kemiskinan dengan membuat industri besar. “Industri besar-besaran memang bagus sebagai pendongkrak economy growth. Tetapi industri besar itu justeru membuat keluarga miskin tidak bisa berpartisipasi karena industri besar itu padat modal, padat teknologi. Dan manajer-manajernya saja mungkin bukan dari lulusan perguruan tinggi dalam negeri,” katanya. Pesan yang disampaikan oleh sekitar 180 kepala negara di dunia adalah membuat sebanyak banyaknya industri/perdagangan mikro agar keluarga miskin bisa berpartisipasi, jika menginginkan mengentaskan kemiskinan. Selain itu, prioritasnya adalah anak dan perempuan dan orang tidak punya pekerjaan, dan kelompok yang termarjinalkan. Melihat kondisi Indonesia saat ini, Prof Haryono mengajak para pimpinan Lembaga Pengabdian Masyarakat/Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat I (LPM/LPPM) perguruan tinggi yang hadir saat itu, agar tidak terkecoh dengan persentase kemiskinan yang cenderung menurun, karena dengan penduduk yang besar maka jumlahnya bisa menjadi besar. Hal yang perlu dilakukan, selain membuat Posdaya baru tetapi juga mengganti Posdaya yang “istirahat” dengan penyegaran. Jika Posdaya di tingkat kecamatan sudah berkembang, Posdaya bisa dipecah agar berada di tingkat kelurahan, selanjutnya, bisa dibentuk di tiap RW atau RT. Dalam pertemuan yang dihadiri Kepala Lembaga Pengabdian
Masyarakat/Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPM/LPPM) perguruan tinggi pendukung Posdaya itu tepat dinamakan dengan Posdaya Update. Posdaya Update diikuti para Korwil yang merupakan pertemuan untuk membahas perkembangan mutakhir Posdaya. Selama 7 tahun menggeluti Posdaya, banyak hal yang sudah didapat. Sehingga semakin membuat makin bersemangat untuk mengembangkan Posdaya. Sementara itu, Ketua LPM Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makasar, Prof Dr H Salim Basalamah, SE, MS, mengatakan pihaknya baru bergabung dengan Yayasan Damandiri untuk mengetahui lebih jauh pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya. “Kami mempunyai desa-desa binaan baik di Sulawesi sampai Maluku, ada sekitar 35 desa binaan, semua punya potensi untuk pengembangan Posdaya. Kami juga punya sarjana-sarjana pengabdian. Kalau bisa bikin (membuat) Posdaya di setiap desa ini menjadi luar biasa, karena Posdaya lebih jeli cara memperhatikan masyarakat,” ujarnya. HARI
Peserta pertemuan penyegaran LPM/LPPM Korwil DIY, Bali, Kalimantan, Sumbangsel, dan Sulawesi begitu antusias mendengarkan arahan Ketua Yayasan Damandiri.
Peserta acara bergambar bersama usai acara pertemuan berlangsung.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
33
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Uhamka Semangat Membumikan Posdaya Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) kian membumi di berbagai pelosok tanah air. Keberadaannya terus menuai sambutan positif dari berbagai kalangan. Mulai dari pemerintah daerah, perguruan tinggi, perbankan, berbagai organisasi sosial dan masyarakat. Tak pelak, jumlahnya pun kini sudah mencapai sekitar 35 ribu yang tersebar di hampir 250 kabupaten/kota di 20 provinsi di Indonesia. Perkembangan pesat itu tak lepas dari dukungan sekitar 220 lebih perguruan tinggi di Indonesia melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya. Di antaranya Universitas Muhammadiyah Prof Hamka (Uhamka) Jakarta yang tengah mempersiapkan pelaksanaan KKN Tematik Posdaya untuk membumikan Posdaya.
Para Guru Besar, dosen dan mahasiswa Uhamka saat mengikuti acara silaturahmi dan buka puasa bersama. [FOTO-FOTO: HNUR]
34
D
IREKTUR Sekolah Pasca Sarjana Uhamka Prof Dr Abdurrachman A Gani, MPd, mengungkapkan rasa syukur atas pesatnya perkembangan Posdaya di berbagai daerah di tanah air. “Saya bersyukur dan bangga keberadaan Posdaya terus berkembang pesat di Indonesia,” tutur Prof Dr Abdurrachman A Gani, MPd, yang didampingi Prof Dr Ch Suprapto, di acara silaturahmi dan buka puasa bersama kalangan dosen pascasarjana dan mahasiswa di kampus Sekolah Pasca Sarjana Uhamka Jakarta belum lama ini. Dijelaskannya, Uhamka dan Yayasan Damandiri telah menandatangani MoU di kampus Uhamka Pasar Rebo untuk membumikan Posdaya. “Bahkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono kami undang untuk memberikan kuliah umum. Saat ini LPM Uhamka sedang menggarap rencana ke depan pelaksanaan pemasyarakatan Posdaya baik oleh mahasiswa melalui
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
KKN Tematik Posdaya maupun gerak para dosen untuk membumikan Posdaya,” ujar Prof Abdurrachman. Diakui Prof Abdurrachman A Gani, dirinya sangat mengagumi kiprah Prof Dr Haryono Suyono yang begitu peduli terhadap lingkungan. “Yang jelas Uhamka mendukung kiprah Posdaya. Ini sangat penting karena dengan Posdaya, semangat masyarakat peduli terhadap kalangan yang masih lemah akan tumbuh,” tegas ayah 5 anak buah hati pernikahannya dengan Ratna Mahadi Rahman yang setia mengabdi di kegiatan pendidikan Muhammadiyah sejak masih IKIP Muhammadiyah tahun 1984. Dirinya pun mulai menjadi dosen Uhamka sejak tahun 1989 dan sejak 5 bulan lalu menjabat Direktur Sekolah Paska Sarjana Uhamka. Untuk itu, lanjutnya, kemitraan antara Uhamka dan Yayasan Damandiri perlu dipertahankan dan semakin ditingkatkan. “Yang jelas kegiatan Posdaya kami dukung,”
Haryono Show Sebuah acara khas yang mengupas, mengulas dan mengkritisi berbagai persoalan, mulai dari masalah sosial, kesehatan, UKM, kependudukan, pendidikan, bersama Prof Dr H Haryono Suyono, dipandu Riri Wijaya Lewat kemasan yang sangat dialogis Anda dan Keluarga Indonesia dapat mengetahui pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif dari
Prof Dr H Haryono Suyono. Simak acaranya
Setiap Rabu Jam 08.00 – 09.00 WIB. Hanya di tegasnya seraya berharap ke depan, program-program yang sudah dicanangkan harus terus berjalan dan semakin ditingkatkan. Kalau saat ini masih ada kekurangan, lanjut Prof Abdurrachman, tidak masalah, tetapi kekurangan itu segera diatasi dan dilengkapi untuk kemajuan ke depan. ”Kami bersyukur tanggapan seluruh jajaran civitas akademika baik mahasiswa, dosen hingga rektor menyambut baik Posdaya. Dan bersemangat untuk membumikan Posdaya. Dengan Posdaya semakin meningkatkan semangat gotong royong masyarakat di bumi tercinta Indonesia,” tukasnya semangat. Sedangkan menurut Prof Dr HR Santosa Murwani yang mengajar di Uhamka dan Universitas Satyagama mengaku, dirinya kalau di Universitas Satyagama selalu membaca Majalah Gemari. Selain itu guru besar ini juga selalu mengikuti gerak Posdaya yang disiarkan lewat TVRI. “Gerakan Posdaya merupakan Gerakan Pemberdayaan masyarakat yang bagus sekali. Dan saya kagum dengan Pak Prof Dr Haryono Suyono, usia sudah setua itu masih gesit dan bersemangat menggerakkan Posdaya ke berbagai desa. Luar biasa. Susah dicari di era kini. Memang tuaan saya sedikit, saya 79 tahun,” Ungkap Prof Santosa Murwani. “Luar biasa, karena tanpa penggerak,
Dari kanan ke kiri: Prof Dr HR Santosa Murwani, Prof Dr Abdurrachman A Gani MPd dan Prof Dr Ch Suprapto.
Posdaya tidak akan jalan. Jadi memang harus ada yang menggerakkan.Tanpa aktivitas Pak Haryono, Posdaya tidak akan jalan ke manamana. Dengan semangat luar biasa Pak Haryono mampu menggerakkan Pemda, pemuka masyarakat termasuk mahasiswa dan dosen sehingga sekarang Posdaya sudah meluas ke mana-mana. “Semoga kegiatan itu terus dikerjakan dan berlanjut,” harap Prof Dr HR Santosa Murwani yang mengaku di Universitas Satyagama mengenal dekat dengan para manggala Yayasan Damandiri. ”Saya kenal Pak Subiakto Tjakrawerdaja, Pak Dr Soedarmadi, Pak Dr Mulyono Daniprawiro, Pak Dr Mazwar Noerdin dan Pak Drs TP Suparta, MBA,” tambahnya. ADE S/HNUR Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
35
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Bank Jatim Cabang Nganjuk Peruntukan Laguna Tabur Puja
Bagi Posdaya dan Kelompok Mikro Bergulirnya skim Kredit Laguna Tabur Puja yang disalurkan kepada pelaku usaha yang tergabung dalam kelompok wirausaha Posdaya, dan berhak mendapatkan dukungan permodalan sebesar Rp 2.000.000,- tanpa agunan dengan sistem tanggung renteng mendapat tanggapan positif cabang-cabang Bank Jatim. Salah satunya Bank Jatim Cabang Nganjuk.
Kepala Bank Jatim Cabang Nganjuk Yetty Fitria S begitu antusias dengan program Laguna Tabur Puja. [FOTO-FOTO: HARI]
S
ETELAH beberapa waktu lalu, Bank Jatim melaunching program skim kredit Laguna Tabur Puja, cabang-cabang Bank Jatim di berbagai daerah kabupaten/ kota di Jawa Timur pun melaksanakan kebijakan ini. Kebijakan ini tumbuh seiring dengan semakin berkembangnya Posdaya, khususnya di Jawa Timur. Seperti disebutkan Direktur Operasional Bank Jatim Eko Antono yang mengungkapkan, Bank Jatim sangat senang melihat antusiasnya mahasiswa peserta KKN Posdaya yang berlomba-lomba menjadi supervisi dan memilih kelompok-kelompok usaha produktif di Posdaya yang didirikannya, sehingga yang ada bisa menjadi penerima Kredit Laguna Tabur Puja tersebut. Tugas ini dinilainya akan meringankan Bank Jatim. Bank Jatim sangat peduli terhadap ekonomi kerakyatan, karena pengusaha mikro tidak 36
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
pernah habis dan cenderung terus berkembang menjadi embrio SME (small and medium enterprises) yang diperebutkan bank-bank besar dengan berbagai cara, tentunya tantangan ini yang harus kita jawab bersama dengan komitmen dan strategi serta penetrasi pasar sedini mungkin agar dapat menjadi market leader. Sebagai lembaga perbankan, Bank Jatim Cabang Nganjuk tentu senantiasa melaksanakan arahan pimpinan dari pusat, dalam hal ini Bank Jatim yang berkantor di Surabaya. Demikian pula dengan kebijakan Laguna Tabur Puja yang wajib disukseskannya dan dijalakannya sesua dengan aturan-aturan tentang pinjaman yang ada. “Kami selalu menyikapi setiap kebijakan yang dibuat Bank Jatim Pusat secara bijak, termasuk skim Laguna Tabur Puja. Karena terus terang selama ini yang beredar di masyarakat
kalau ada dana-dana seperti Laguna Tabur Puja itu dikiranya merupakan dana hibah atau bantuan,” ungkap Yetty Fitria S yang telah dikarunia dua orang anak. Pemimpin Bidang Operasional Bank Jatim Gresik yang sebelum nejabat Kepala Bank Jatim Cabang Nganjuk ini menambahkan, untuk menjalankan kebijakan dari pusat tersebut, Yetty bersama tim menginformasikan kepada Bupati Nganjuk, termasuk Posdaya yang sudah ada. Menurut istri Muhammad Aminuddin yang juga seorang banking di Bank Danamon, Skim Laguna Tabur Puja ini sangat membantu usaha yang dikelola kelompok-kelompok wirausaha kecil yang pada umumnya merupakan kumpulan pelaku usaha dari keluarga-keluarga pra sejahtera yang sudah mampu bangkit memberdayakan dirinya. “Skim Laguna Tabur Puja ini sangat membantu mereka,” katanya. Kendala agunan, sebut Yetty, sangat menghambat keluarga kurang akrab dengan kredit perbankan. Untuk itu, mereka butuh disuport agar mampu bangkit dan berdaya. Maka dengan adanya kredit Laguna Tabur Puja tersebut menjadi bagian memberdayakan dan meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat. Selaku Kepala Bank Jatim Cabang Nganjuk, Yetty menuturkan bila selama ini masyarakat pelaku usaha di kota angin, demikian sebutan bagi Kabupaten Nganjuk yang dikenal dengan tiupan anginnya, sangat antusias. Mereka sangat loyal bermitra dengan bank yang dipimpinnya. “Karena mereka tahu bahwa Bank Jatim ini bank miliknya masyarakat Jawa Timur. Tentu ini sangat memberi kemudahankemudahan, bukan hanya semata-mata profit oriented,” papar Yetty sembari memberi contoh program, seperti Laguna Tabur Puja, KUR. Kepala Cabang termuda di Bank Jatim ini menambahkan, pelaku usaha yang memanfaatkan kredit di bank yang dikelolanya itu merupakan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Mereka pelaku usaha yang berkecimpung di sektor home industri, pertanian, perikanan, ternak, perdagangan, dan sebagainya. Serta ada juga yang berkecimpung dalam usaha pembibitan tebu, selain homemade maupun pengrajin batik. “Kami di Nganjuk ada beberapa garapan, seperti membina UMKM di bidang tenun di Kecamatan Gondang, yang juga menjadi salah satu bidikan yang mendapat skim kredit Laguna Tabur Puja,” ujar perempuan berhijab ini.
Sebagai lembaga keuangan, di bawah kepemimpinannya, Bank Jatim Cabang Nganjuk dalam setiap mengadapi puasa Ramadhan, seperti biasa mengadakan gathering baik dengan masyakarat nasabah pemanfaat kredit di banknya maupun dengan Pemda Nganjuk. Selain itu dalam pertemuan itu biasanya disampaikan pula bantuan yang dialokasikan dari dana Coorporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud kepedulian Bank Jatim Yetty Fitria S kepada masyarakat. Bantuan CSR itu bisa berupa pemberian mobil ambulans untuk rumah sakit, bedah rumah yang tidak layak huni maupun mempercantik alun-alun, dan sebagainya. “Jadi CSR ini merupakan peran serta Bank Jatim di masyarakat itu semakin dirasakan,” ujar Yetty yang menjadikan kerja itu sebagai ibadah. Motto itulah yang selalu ditekankan dan disampaikan kepada timnya pada setiap morning briefing. Karena menurutnya, tidak semua program dari Bank Jatim itu provit oriented. Pasalnya, ada program yang diperuntukan bagi kalangan bawah yang memerlukan edukasi tentang administrasi perbankan, legal, agunan maupun permodalan juga. Sarjana ekonomi akutansi dari Universitas Merdeka Malang ini mengakui, sebagai pelaku perbankan yang selalu berhadapan dengan masyarakat segala lapisan itu dituntut kesabaran dan energi lebih, sehingga apa yang disampaikannya bisa dapat dicerna masyakarakat dengan mudah. Yetty juga berharap seiring Posdaya yang terus semakin berkembang sehingga memberikan multiplayer efek yang ada di daerah. Artinya, setelah mendapatkan modal lapangan pekerjaan. Dengan adanya Posdaya, masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan akan bisa bekerja di antara kelompok-kelompok usaha di Posdaya tersebut. “Dengan begitu masyarakat yang sudah mempunyai usaha, usahanya akan meningkat, dan yang belum mendapat pekerjaan menjadi bisa mendapatkan kesempatan pekerjaan,” pungkasnya penuh harap. HARI Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
37
LAPORAN UTAMA
Posdaya Berpatisipasi Mengisi Kemerdekaan Indonesia telah merdeka selama 69 tahun, sejak diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 silam oleh Ir Soekarno dan Drs Mohammad Hatta. Namun, cita-cita kesejahteraan belum terwujudkan. Sekitar 27.000 Posdaya ambil bagian mengisi kemerdekaan di pedesaan. Setiap tanggal 17 Agustus, seluruh rakyat Indonesia baik yang ada di dalam negeri maupun di mancanegara turut memperingati hari ulang tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia.
Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Pacitan Drs Indartato, MM bersama kader Posdaya Mulyosari Dusun Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo menjaring kebersamaan, menunai hasil panen udang penuh harapan yang membantu memerdekakan masyarakat dari kemiskinan. [FOTO: HARI]
D
ALAM setiap memperingati HUT RI ini selalu dilakukan avaluasi dan intropeksi akan hal-hal yang telah dicapai maupun yang belum terwujud, utamanya dalam memenuhi harapan dari citacita kemerdekaan. Cita-cita kemerdekaan kita seperti tercantum dalam mukadimah UUD 1945. Ada 4 cita-cita, satu di antaranya tentang kesejahteraan umum. Kesejahteraan umum itu penting sekali. Pengertian kesejahteraan umum itu sendiri harus benar-benar dihayati dan dipahami. Karena ini membedakan sistem kenegaraan di tempat lain. Artinya bahwa pendiri Negara kita mencantumkan cita-cita itu dalam mukadimah bukan tanpa alasan yang kuat. Tetapi memiliki latar belakang yang sangat kuat sekali. Hal ini menunjukkan kita menginginkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, tanpa kecuali. Hal itu diungkapkan Menteri Koperasi Kabinet Pembangunan VI, Dr (HC) Subiakto Tjakrawerdaja. “Mengacu pada cita-cita kemerdekaan yang terkandung dalam mukadimah UUD 1945, semua atau setiap warga
38
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
Negara Indonesia harus sejahtera,” ujarnya. Terkait hal ini berkaitan erat dengan system demokrasi kita. Demokrasi kita adalah demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Di usia 69 tahun Indonesia merdeka, Subiakto melihat masih terjadinya kesenjangan kesejahteraan. “Gini ratio (ketimpangan pendapatan masyarakat) kita 0,41. Yang artinya, kesejanjangan yang kaya dengan yang miskin lebar sekali,” terang Subiakto yang juga Sekretaris Yayasan Damandiri. Padahal, ujar dia, keberhasilan itu diukur dari kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Kesejahteraan itu harus lebih merata. Memang tidak mungkin kesejahteraan itu sama rata. Mestinya, kata Subiakto, di negeri ini di usia kemerdekaan ke 69 itu sudah tidak ada orang yang miskin, tetapi juga tidak perlu ada orang yang kaya sekali. “Kesejahteraan itu haruslah merata, dan mestinya tidak ada lagi orang miskin,” katanya. Menurut Sekretaris Damandiri ini, kesenjangan itu bisa diperkecil dengan programprogram ekonomi yang berpihak pada rakyat,
misalnya menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi hajat hidup orang banyak, seperti kebutuhan pokok. “Kesejahteraan bisa dicapai kalau harga-harga kebutuhan pokok terjangkau dan stabil,” katanya. Program ekonomi yang berpihak pada rakyat juga termasuk memberi akses ekonomi pada rakyat kecil, seperti yang dilakukan Damandiri. “Damandiri membantu dengan mendorong mereka membentuk kelompok-kelompok agar menjadi koperasi, serta membantu permodalan dan pemasaran,” kata Subiakto. Dengan akses ekonomi itu, masyarakat membentuk industri kecil untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Menteri Koperasi era pemerintahan Kabinet Pembangunan ini menambahkan, ekonomi kerakyatan ini perlu diperkuat dengan peran pemerintah sebagai pelindung, apalagi di era globalisasi ini. Di Cina, misalnya, hasil produksi industri kecil diatur pemerintah melalui perusahaan negara hingga akhirnya bisa diekspor. Itulah yang membuat industri kecil di negara tersebut bertahan bahkan mampu menguasai pasar di era globalisasi. Hal yang sama juga dibutuhkan oleh industri kecil di dalam negeri. “Kelompok-kelompok masyarakat ini membutuhkan pendampingan. Mereka yang umumnya berpendidikan rendah tidak mungkin menghadapi globalisasi yang memiliki kekuatan begitu besar,” katanya. Jika ekonomi kerakyatan ini dijalankan, tentu cita-cita menyejahterakan seluruh rakyat bisa diwujudkan. Bersama mitra perbankan dan lembaga keuangan, Yayasan Damandiri membantu menyiapkan kredit tanpa agunan sebagai modal awal usaha mereka yang disebut dengan Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera (Tabur Puja). Dana Tabur Puja tersebar di sejumlah bank, antara lain Bank Perkreditan Rakyat, Bank Pembangunan Daerah, Bank UMKM Jatim, Bukopin dan sebagainya. Keluarga miskin bisa mengajukan pinjaman tanpa agunan maksimal Rp 2 juta per keluarga. Karena dana tersebut masih belum mencukupi sebagai modal usaha, mereka bisa berkelompok yang didorong menjadi koperasi sebagai wadah bergotong royong membangun usaha kecil. “Ini merupakan upaya pengentasan kemiskinan secara konkret. Mereka bisa punya usaha dengan meminjam dana Tabur Puja,” kata Subiakto. Tabur Puja juga bisa digunakan untuk usaha jenis lainnya. Damandiri, bekerja sama dengan 200 perguruan tinggi dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Posdaya desa, akan
memberikan pendampingan usaha. Para mahasiswa yang melakukan KKN ke desa-desa diharapkan ikut memberdayakan keluarga miskin dalam berbagai kegiatan ekonomi industri rumahan. “Upaya pemberian Kredit Tabur Puja maupun Pundi hasil kerja sama yang dilakukan perbankan maupun lembaga keuangan dengan Damandiri melalui kelompok-kelompok wirausaha di pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) itu merupakan salah satu Dr Subiakto Tjakrawerdaja wujud nyata dari ekonomi kerakyatan untuk mencapai kesejahteraan yang merata seperti yang dicita-citakan,” ungkapnya. Menyambut HUT Momen menyambut peringatan hari ulang tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke 69 diawali dengan bulan puasa Ramadhan dan mudik Lebaran Idul Fitri 1435 H. Pada mudik lebaran yang merupakan tradisi dan budaya yang indah itu menjadi kekuatan pengikat batin untuk saling berbagi, memberi hadiah dari yang berhasil selama satu tahun kepada saudaranya di desa sebagai rasa syukur karena memperoleh keberkahan dari Allah, Tuhan yang Maha Kuasa. Yang kurang beruntung, pada hari raya biasanya memperoleh hadiah dari saudara atau sanak kadangnya yang berbaik hati. Dimana mana terlihat senyum tanda kegembiraan dan kebahagiaan. “Usai mudik kita kembali bekerja dan berkarya dengan penuh kegembiraan, kembali menggiatkan dan mengisi Posdaya agar semakin mampu memberdayakan keluarga yang belum berdaya sekaligus memandirikan keluarga-keluarga berdaya agar menjadi mandiri,” ujar Prof Dr Haryono Suyono selaku Ketua Yayasan Damandiri. Dalam rangkaian pulang mudik tahun ini, sejak tanggal 24 Juli lalu, berbagai lembaga sosial, perusahaan besar dan pemerintah mengadakan acara pulang mudik bersama dengan berbagai acara dan fasilitas, misalnya menyediakan bus, fasilitas lain atau memperingan biaya perjalanan sebagai wujud pesta budaya bangsa, sekaligus wujud solidaritas sesama anak bangsa. DNIKS sebagai koordinator lembaga sosial kemasyarakatan mengadakan kerjasama dengan berbagai lembaga lain seperti RRI, Hipprada, Gerakan Pramuka, Dompet Duafa, Budha Suci dan banyak lembaga lainnya menyediakan Pos-Pos berupa Tenda Publik sepanjang perjalanan Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
39
antara Jakarta dan tempat-tempat tujuan di kawasan timur. Di setiap Tenda Publik itu disediakan pelayanan aneka ragam bagi penumpang bus atau sepeda motor yang kelelahan, melaksanakan ibadah sholat atau keperluan lainnya. Haryono yang juga Ketua Umum DNIKS dan Ketua Umum Hipprada Pusat ini mengatakan, dengan berkembangnya puluhan ribu Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di hampir semua desa di Indonesia, utaDrs Indartato, MM manya di Jawa, diharapkan keluarga yang berasal dari desa dan bekerja di kotakota, dalam rangka pulang mudik, dihimbau menyempatkan diri berbincang-bincang tentang upaya pemberdayaan keluarga untuk mengentaskan kemiskinan. “Setiap anggota yang pulang mudik dianjurkan berbagi lebih nyata dengan membantu usaha yang sedang digalakkan dalam berbagai bidang, utamanya bidang kesehatan, pendidikan, wirausaha dan pelestarian sekaligus pemanfaatan lingkungan pekarangan,” ujarnya. Dalam bidang kesehatan, kata Menko Kesra era pemerintahan Kabinet Pembangunan ini, keluarga yang sedang membenahi rumah dan lingkungannya dapat dibantu untuk memenuhi rumah sehat dengan melihat lantai, atap dan dindingnya (aladin). Apakah lantai rumahnya masih berupa tanah, memiliki jendela atau atapnya bocor. Disamping itu apakah mempunyai kakus sendiri atau terpaksa setiap pagi menumpang tetangganya. Kalau masih menumpang atau membuang kotoran di sungai atau di halaman rumahnya, perlu dibantu membuat kakus sederhana yang nilainya tidak lebih dari Rp. 200 – Rp 300 ribu rupiah. “Gerakan ini sedang digalakkan di beberapa daerah,” tuturnya. Hal sama dalam bidang pendidikan, ujar Haryono juga perlu ditolong agar semua anak usia sekolah dapat disekolahkan dengan baik. Usahakan mendorong agar anak usia dini, utamanya dari keluarga kurang mampu, segera dikirim ke PAUD agar ibunya dapat mengikuti kegiatan Posdaya, kegiatan pelatihan ketrampilan dalam proses pemberdayaan. Dalam bidang ekonomi, setelah seseorang memperoleh pelatihan dan pendampingan, keluarga kurang mampu diajak mulai membuka usaha ekonomi mikro. “Oleh karena itu keluarga perantau yang pulang mudik diharapkan membantu keluarga yang masih menetap di kampung melalui beberapa opsi” 40
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
katanya. Pertama, dibantu modal, biarpun sedikit, bantuan itu digabungkan dengan modal yang diperoleh dari kumpulannya di kampungnya. Opsi kedua, hasil produk dari desa dipasarkan dan dijual di kota agar diperoleh harga dan keuntungan yang lebih baik. Usahakan kembali ke kota besar seperti Jakarta, Bandung dan lainnya, membawa oleh-oleh berupa produk lokal untuk dipamerkan kepada handai taulan. “Perhatian sekecil apapun akan menolong usaha pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan keluarga yang ada di desa,” tegas Prof Haryono. Hal itu penting, karena setelah keluarga berencana terlaksana, kesejahteraan keluarga diwujudkan dengan delapan fungsi keluarga, yaitu fungsi keagamaan, cinta kasih, reproduksi, fungsi perlindungan, sosial budaya, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, serta pelestarian lingkungan, sesuai dengan sasaran Millenium Development Goals (MDGs) seperti yang tercantum dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Posdaya di desa Gerakan pemberdayaan melalui 2000 lebih Posdaya di Pacitan bukan saja mampu membantu percepatan peningakatan Indek pembangunan tetapi juga mendorong masyarakat secara kreatif mengolah potensi alam dan lingkungan alam yang ada. Dikarenakan Pacitan adalah daerah bahari, maka budidaya pengolahan ikan, baik ikan lele maupun tuna menjadi produk kuliner abon semakin digiatkan. Tak tanggung – tanggung, daerah pemasaran produk Posdaya Pacitan ini sudah merambah ke daerah lain, seperti Surabaya, Semarang, Denpasar dan kota lainnya. Menurut Bupati Pacitan, Drs Indartato, MM, strategi yang dibuat untuk mengangkat potensi lokal Pacitan melalui Posdaya adalah dengan melibatkan kaum perempuan Posdaya Pacitan dalam pelatihan pengolahan ikan. “Tujuannya agar tercipta inovasi produk panganan ini, baik dari segi rasa maupun kemasan. Dengan harapan agar semakin banyak lagi konsumen yang membeli produk olahan ikan lele dan tuna khas Posdaya Pacitan,” kata Indartato. Bahkan, ujar Bupati Pacitan, Posdaya Mulyosari yang berada di Dusun Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo telah berhasil panen raya 5 ton dari budidaya udang Vannamei melalui pengembangan kolam dengan sistem Busmetik (budidaya udang skala mini empang plastik). HARI
CERITA SAMPUL
Walikota Metro, Lampung Hi Lukman Hakim, SH, MM
Posdaya Jendela Kesejahteraan dan Kemakmuran Menjadi orang nomor satu di Say Bumi Wawai dituntut kerja cerdas dan kerja keras. Buahnya, tingkat kesejahteraan masyarakat maju pesat. Capaian Indek Pembangunan Manusianya jauh lebih tinggi dari Provinsi Lampung. Bahkan, menjadi daerah tertinggi di tingkat nasional.
Hi Lukman Hakim, SH, MM [FOTO-FOTO: HARI]
K
EBERHASILAN pembangunan Kota Metro nampak sangat menonjol di antara daerah lainnya di wilayah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera. Berkat keberhasilannya, sebagai salah satu daerah tingkat II di Provinsi Lampung, sangat sarat dengan prestasi. Semua diraih berkat kepemimpinan manajer pemerintahan kota satu ini yang didukung sepenuhnya oleh partisipasi masyarakat. “Semua ini berkat masyarakat, tanpa masyarakat pembangunan yang Pemerintah Kota Metro lakukan tak berarti apa-apa. Rakyatlah yang telah bekerja, dan kami memfasilitasinya,” kata Hi. Lukman Hakim, SH, MM didampingi istrinya, Dra Hj Netti Herwati, MM membuka perbincangan dengan Hari Setiyowanto dari Majalah Gemari, di rumah dinasnya, belum lama ini. Menurutnya, menjadi seorang kepala daerah harus mampu membawa perubahan dan kemajuan. Terutama menjaring aspirasi masyarakat hingga tingkat bawah. Dan baginya bisa menjadi Camat, Wakil Wali Kota hingga Wali Kota seperti sekarang merupakan sebuah berkah tak terkira dan tanggungjawab yang berat dari Allah SWT dan masyarakat. Meski memiliki kegiatan dan program kerja yang padat, sebagai manajer pemerintahan yang aspiratif, Lukman Hakim pun sering blusukan terjun langsung ke masyarakat, namun tidak senang diekspos oleh kamera televisi seperti Capres Joko Widodo (Jokowi). Ia sering berkeliling kota dengan menggunakan sepeda. Didampingi para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Lukman meninjau lingkungan. Saat memantau padatnya pedagang yang berada di sekitar Jalan Seminung maupun di Jalan Kerinci, Lukman memberikan penyuluhan kepada para pedagang untuk berdagang sesuai aturan. Bagi pedagang yang melanggar aturan tetap harus ditertibkan. Hal ini dilakukannya untuk menata para pedagang dan mengarahkan agar tempat dagang mereka dapat tersusun dengan rapi atau teratur, serta memperhatikan kepentingan umum dan tidak menggunakan trotoar sebagai tempat dagang. “Boleh dagang, namanya sudah tuntutan ekonomi. Tapi harus ingat tempat. Sebab Kota Metro harus bisa kita jaga, jangan Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
41
Melihat langsung kegiatan pemberdayaan kesejahteraan masyarakat menjadi bagian dari tugasnya sebagai pemimpin di Kota Metro.
42
sampai semau-maunya kita rusak,” ujarnya. Kegiatan semacam ini memang harus ia pimpin sendiri agar para SKPD punya kekuatan, meskipun telah menunjuk tim khusus penataan Kota Metro. Namun demikian kegiatan tersebut harus di bawah pengawasannya. Walikota satu ini memang sangat detil dan telaten dalam ngemong warganya. Dengan penuh kebapaan, Lukman meminta agar para pedagang juga harus memperhatikan saluran drainase. Jangan membuang sampah sembarangan, terutama di drainase. “Jika masih ada beberapa pedagang tidak menghiraukan keberadaan sampah yang ada di drainase, maka perlu membina mereka,” ujarnya seraya menjelaskan hal itu karena tidak ingin Kota Metro terendam banjir seperti Istana Negara di Jakarta. Kegiatan blusukan dengan mengajak partisipasi seluruh masyarakat dilakukan rutin setiap Jumat. Melalui Jumat Bersih dan Penataan Kota Metro diharapkan agar fungsi trotoar tidak terganggu. Sebab trotoar untuk para pejalan kaki. Kebiasaan pembinaan sekaligus ajang silaturahmi sekaligus melayani masyarakat yang dipimpinnya sering dilakukan usai sholat subuh. Seperti sudah terjadwal meskipun sebenarnya tidak terjadwal, bahkan tidak ada dalam agenda, usai sholat subuh berjamaah di Masjid Agung Kota Metro bersama warga masyarakat sebagai kebiasaannya, Lukman dengan senang hati menerima tamu-tamu dari berbagai kalangan masyarakat yang lengkap dengan membawa segudang kepentingan yang sudah mengantri di rumah dinasnya. Satu persatu warganya itu dilayananinya. Dalam
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
melayani masyarakat yang kegiatannya di luar agenda, Lukman pun menempatkan diri sebagai bapak, kakak, guru, ustad sekaligus seorang walikota. Dengan sentuhan seperti itulah, sangat lekat dalam kesehariannya. Itulah yang dilakukan sosok familiar, terbuka, ngemong. Dialah Walikota Metro. Keseriusannya sebagai abdi yang melayani, pembangunan di bawah kepemimpinannya berdampak pada peningkatan capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Metro yang saat ini tertinggi di antara Kabupaten/Kota lainnya dan juga lebih tinggi dari IPM Provinsi Lampung. Bahkan bila tidak mendekati, bisa jadi sudah melewati Kota Yogyakarta. “Walaupun secara ekonomi belum terlalu maju tapi kualitas penduduk Kota Metro lumayan sehat dan berpendidikan,” aku anak dari pasangan Hi Muhammad Basuni dan Hj Sunarti ini. Lukman pun bersyukur, usia hidup penduduk Kota Metro juga lebih panjang. Selain pembangunan bidang pendidikan, kesehatan dan lain-lain, Kota Metro juga tumbuh berkembang menjadi Kota yang agamis di mana kehidupan keagamaan berbagai agama dan kepercayaan yang ada hidup rukun berdampingan hingga sekarang. Perkembangan Kota Metro memang sangat maju. Namun, demikian Lukman Hakim mengakui, bahwa tidak ada pencapaian yang sempurna. Ia mengakui jika masih ada pencapaian dari pelaksanaan pembangunan yang belum sesuai yang diharapkan. “Meski demikian, setidaknya saya bersama masyarakat telah berusaha memberikan hasil pembangunan yang terbaik. Apabila masih ada yang belum berhasil sesuai yang diharapkan itu wajar. Kami akan terus berupaya mengoptimalkan hasilnya sebaik mungkin,” ujarnya. Walikota satu ini juga tidak anti dan alergi dengan program pembangunan di luar program pembangunan yang sudah ada. Hal tersebut terlihat dikeluarkannya surat keputusan (SK) untuk pelaksanaan program pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Model pembangunan melalui kegiatan pemberdayaan keluarga berbasis masyarakat maupun masjid ini mendapat sokongan walikota bersama jajaran SKPDnya berikut organisasi sosial masyarakat dan masyarakat itu sendiri. “Dalam rangka menghidupkan dukungan sosial kapital seperti hidup
gotong royong dalam masyarakat guna menolong keluarga lain yang kurang mampu, serta membantu pemberdayaan masyarakat perlu adanya suatu wadah atau forum silaturahmi, komunikasi dan advokasi, yaitu Posdaya, untuk terlaksananya kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya tersebut, pada 2008 dan 2010 lalu, selaku Walikota Metro, saya mengeluarkan Surat Keputusan (SK bernomor 430/KPTSD/D.8/2008 dan SK No. 253/KPTS/D.8/ 2010 tentang Pembentukan Tim Kerja Pengembangan Posdaya Kota Metro),” ungkapnya. Posdaya, sebut Lukman Hakim merupakan inovasi model pembangunan yang dilakukan melalui berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat, dan menjadikan keluarga-keluarga sebagai pelaku utamanya. Model Posdaya sangat mengedepankan partisipasi seluruh elemen masyarakat. “Posdaya tidak bertentangan dengan program pemerintah, tetapi justru membantu pemerintah dalam mengupayakan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya. Karena itu perlu didukung dan tidak sebaliknya, dilarang atau pun dihalangi. Apalagi maksud dan tujuannya jelas membantu meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat serta mendorong kualitas sumber daya masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. “Posdaya itu bisa menjadi jendela bagi tumbuhnya kesejahteraan demi suburnya kemakmuran, termasuk bagi masyarakat Kota Metro,” imbuh Walikota yang memiliki prinsip bahwa hidup ini harus dinikmati dan tugas amanah khususnya sebagai pelayan Kota Metro harus terus dijalankan dengan penuh semangat, termasuk menerima masyarakat yang datang berkeluh-kesah dan lain-lain, sesuai dengan mottonya - kerja keras, cerdas dan ikhlas untuk rakyat Metro khususnya dan negara pada umumnya. Untuk mencapai visi Metro sebagai kota pendidikan yang maju, makmur dan aman dan demokratis, anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) diakuinya terus meningkat. “Kalau dulu, membuka besaran anggaran APBD adalah tabu. Tetapi sekarang sudah tidak tabu lagi. Semua proses apapun yang kita lakukan harus didukung oleh masyarakat,” tuturnya. Menurut Lukman, di Metro tidak ada kelurahahan miskin. Tetapi yang ada adalah Rumah Tangga Miskin (RTM). Untuk mengatasi masalah tersebut Walikota bekerja sama dengan masyarakat melakukan tiga pilar yaitu, pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Untuk mewujudkan itu, tiap kelurahan
memiliki rumah pintar. Di bidang kesehatan, Posyandu meningkat menjadi Posyandu Model, adapula Pos Pelayanan Keluarga (Posyanda) yang kemudian berkembang menjadi Pokeskel. “Saya alokasikan dana di tiap kelurahan, karena yang tahu persis pembangunan di wilayah kelurahan adalah masyarakat. Kita berdayakan masyarakat, ternyata berhasil. Berarti partisispasi pemberdayaan masyarakat penanganan kemiskinan berjalan dengan baik,” ungkapnya. Dengan banyaknya model pemberdayaan masyarakat di wilayahnya, kemunculan Posdaya di Metro bukanlah barang baru. Posdaya bisa seirama di Metro, tanpa harus membuat lembaga baru. “Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana meningkatkan dan mengembangkan semua unsur yang ada di masyarakat untuk bergerak bersama-sama,” jelasnya. Lukman selaku Walikota merasa senang, Posdaya Masjid Al Manar Kelurahan Yosomulyo, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro yang pada tahun 2010 lalu mampu menjadi tampil sebagai lima besar Lomba Posdaya Tingkat Nasional dalam rangka HUT Yayasan Damandiri. Lukman pun mengingatkan, keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kerja keras dan kerja cerdas Tim Posdaya Kota Metro di bawah kepemimpinan Dra Hj Netti Herawati, MM dengan dukungan partisipasi sepenuhnya dari masyarakat. HARI
Disaksikan Prof Dr Haryono Suyono, Hi Lukman Hakim, SH, MM didampingi istrinya, Dra Hj Netti Herwati, MM menanam pohon Sukun di pekarangan kebun Posdaya Masjid Al Manar.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
43
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Gerakan Pengembangan Entrepreneur Pedesaan Selama masa kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden, kedua calon dengan mantap setuju bahwa dana yang jumlahnya tidak kurang dari satu milyar akan dialirkan langsung ke pedesaan. Ada yang menyebut bahwa dana itu akan memperbaiki sarana dan prasarana di pedesaan, ada pula yang menyebut bahwa dana itu akan menjadi modal utama untuk membangun kekuatan ekonomi yang luar biasa bagi masyarakat desa yang masih miskin dan jauh dari kesempatan mengolah sumber daya yang melimpah di daerah pedesaan.
P Pusat-pusat pelatihan ketrampilan perlu banyak dimunculkan di pedesaan sekaligus dijadikan pusat-pusat industri dan pemasaran yang menarik pembeli. [FOTO: ADE S]
44
ROMIS tersebut benar karena prasarana di pedesaan masih sangat jauh dari memuaskan sehingga produk pedesaan menjadi sangat mahal untuk dibawa ke pasar-pasar yang menjadi pusat perdagangan yang luas. Di samping itu, sumber daya yang melimpah tidak begitu saja bisa diolah menjadi produk laku jual dan menguntungkan. Sumber daya alam itu perlu digali dan diproses dengan memanfaatkan tehnologi yang sanggup secara masal dan dengan kualitas tinggi merubahnya menjadi produk dengan ongkos yang murah agar bisa bersaing dengan produk industri yang dengan sekejap dapat menciptakan produk dengan
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
efisien dan ongkos yang sangat murah. Salah satu syarat yang harus dilakukan agar keluarga desa bisa mengambil peran aktif dan merasakan hasil menggelontornya aliran dana yang secara besar-besaran dialirkan ke desa adalah menciptakan sumber daya manusia yang cerdas dan terampil serta sanggup melihat sekeliling dan memanfaatkan segala sumber yang ada dengan baik. Pengembangan sumber daya manusia itu adalah suatu proses yang panjang, lama dan melelahkan. Alasannya, modal utama yang dimiliki adalah sumber daya manusia yang tidak selalu muda atau mempunyai pendidikan dasar yang memadai sehingga tidak secara instan dapat dilatih menjadi sumber daya yang terampil atau siap bekerja. Ada dua kelompok besar yang tersedia melimpah di pedesaan. Satu kelompok adalah penduduk di atas usia 15 tahun yang di masa lalu tidak sempat mengenyam pendidikan lebih dari tingkat SD, SMP atau SMA. Umumnya sangat terbelakang, tidak banyak pengalaman dan jumlahnya tidak kecil, lima puluhan juta atau lebih. Kelompok kedua adalah anak-anak muda di bawah usia 15 tahun
yang harus diajak melihat ke depan, menyiapkan diri untuk sanggup sekolah setinggitingginya agar bisa menjadi tenaga terdidik dan terampil, siap menjadi entrepreneur pedesaan mengubah seolah olah “sampah” yang melimpah menjadi berkah. Biarpun kita harus berpikiran besar, para pemimpin baru harus sabar untuk berpikir sederhana, inovatif dan sistematis yang dengan sabar menciptakan, merancang dan melaksanakan program-program dan kegiatan sederhana dengan tujuan mengajak semua kalangan untuk ikut berpartisipasi dalam usaha besar-besaran terjun dalam kegiatan awal yang sederhana dan sangat massif. Gerakan itu adalah merangsang dan menarik secara konkrit setiap penduduk bekerja menghasilkan produk yang laku jual secara langsung dan menguntungkan. Kita perlu banyak entrepreneur pedesaan yang sanggup menciptakan lapangan kerja yang mengolah sumber daya alam yang tersedia melimpah melalui penggunaan tehnologi sederhana agar sangat banyak penduduk yang terlibat. Terlibatnya penduduk secara masal menjadi syarat utama untuk membangun budaya kerja keras dikalangan masyarakat luas di pedesaan. Seiring dengan pengembangan budaya kerja keras ini, perlu segera dilakukan pendidikan dan pengajaran bagi generasi muda dengan sistem yang mengedepankan pembangunan jiwa dan karakter anak muda bangsa yang inovatif, kreatif dan sangat menghargai munculnya gagasan, penciptaan dan penggunaan serta kecintaan terhadap produk-produk anak bangsa yang membuat kebanggaan secara nasional. Kampanye penggunaan dan kebanggaan menggunakan produk-produk lokal harus menjadi prioritas utama agar kegiatan awal secara massif ditingkat pedesaan mendapat pasar domestik yang luas dan dahsyat. Tanpa adanya pasar yang dengan bangga siap membeli dan mempergunakan produksi lokal itu hampir pasti produksi masal yang diciptakan untuk menarik partisipasi masyarakat bisa berakibat bahwa masyarakat luas dan kualitasnya yang masih sangat terbatas hanya akan mampu menjadi penonton dari aliran dana yang secara massif mengalir ke desa. Dana yang melimpah akan menjadi bulan bulanan pengusaha perkotaan yang sekedar mengalihkan tempat usahanya ke pedesaan dan menempatkan keluarga dan penduduk desa sebagai penonton dan konsumen yang tetap miskin, bekerja keras tetapi
tetap harus membayar mahal biaya konsumsi hidupnya yang sederhana. Dengan kata lain, mengalirnya dana secara besar-besaran ke pedesaan perlu dibarengi dengan mengalirnya kesempatan pendidikan dan pelatihan ketrampilan bagi generasi muda dengan arahan menyiapkan tenaga kreatif inovatif yang sanggup mengubah apa saja yang tersedia di desa menjadi sesuatu yang berharga, laku jual dan menguntungkan. Di samping itu perlu dibarengi dengan pelatihan ketrampilan berorientasi industri lokal dengan tehnologi yang dikembangkan secara bertahap untuk menampung tenaga berpendidikan rendah secara masal agar setiap penduduk mempunyai kesempatan kerja di samping bekerja dalam bidang pertanian modern. Masuknya tenaga kerja semi terdidik secara masal itu akan menjadi peristiwa besar pembangunan budaya kerja keras di kalangan masyarakat luas sehingga pendidikan untuk anak muda menjadi bagian dari upaya baru menciptakan generasi muda yang kreatif dan sanggup bekerja cerdas dan keras. Pusat-pusat pelatihan ketrampilan perlu banyak dimunculkan di pedesaan sekaligus dijadikan pusat-pusat industri dan pemasaran yang menarik pembeli yang berbondong datang untuk membeli dan menghargai produk-produk lokal yang dibuat oleh anak bangsanya dengan penuh cinta kasih karena menghargai perjuangannya. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com.
Perlu segera dilakukan pendidikan dan pengajaran bagi generasi muda dengan sistem yang mengedepankan pembangunan jiwa dan karakter anak muda bangsa yang inovatif, kreatif dan sangat menghargai munculnya gagasan, penciptaan dan penggunaan serta kecintaan terhadap produk-produk anak bangsa yang membuat kebanggaan secara nasional.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
45
PENDIDIKAN
Universitas Trilogi
Agendakan Gerakan Perkoperasian Indonesia Koperasi sebagai soko guru perekonomian di Indonesia memang tak diragukan lagi. Keberadaannya sejak dicetuskan Dr Mohammad Hatta 12 Juli 1947 silam kerap menyelematkan perekonomian di tanah air. Tak heran, bila berbagai kalangan memberi perhatian serius perkembangan koperasi ini. Salah satunya Universitas Trilogi Jakarta yang pada Kamis pagi 10 Juli 2014 lalu menggelar acara seminar nasional dalam rangka memperingati Hari Koperasi 2014. Perguruan tinggi yang bermotto “Teknopreneur, Kolaborasi dan Kemandirian” ini pun bertekad mengagendakan Gerakan Perkoperasi Indonesia. Para mahasiswanya pun siap menjadi garda terdepan membumikan kembali semangat ekonomi Pancasila dan meneruskan budaya koperasi.
Dari kanan ke kiri: Prof Dr Sri Edi Swasono, Dr (HC) Subiakto Tjakrawerdaja, perwakilan dari Kementerian Menteri UKM dan Koperasi RI serta seorang pembawa acara. [FOTO-FOTO: HARI]
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Universitas Trilogi dan Yayasan Damandiri ini menyikapi payung hukum keberadaan koperasi Indonesia. Ditetapkannya keputusan Nomor 28/PUUXI/2013 Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah memutuskan bahwa Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dibatalkan. Tak pelak, pembatalan konstitusi itu berlaku kembali untuk sementara UndangUndang Nomor 25 Tahun 1992. Menanggapi hal itu, Pusat Studi Ekonomi Pancasila Universitas Trilogi mengadakan seminar nasional yang bertujuan untuk memberikan kesadaran bersama mengenai arah dan agenda gerakan koperasi ke depan. Acara berlangsung sehari setelah pelaksanaan pesta pemilihan presiden Indonesia (10/7) tersebut menghadirkan pembicara langsung
46
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
dari Kementerian Koperasi dan UKM, Untung Tri Basuki . Selain itu hadir juga mantan Menteri Koperasi dan UKM, Subiakto Tjakrawerdaja dan dari Dewan Koperasi Indonesia, Sri-Edi Swasono. Pada kesempatan itu, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin menyatakan melalui Pusat Studi Ekonomi Pancasila yang didirikan, Universitas Trilogi ingin membumikan kembali semangat ekonomi Pancasila dan meneruskan budaya-budaya koperasi yang di dalamnya terdapat muatan yang sangat bernilai. Semangat ini terutama sekali ingin ditujukan kepada para mahasiswa yang nantinya akan mengambil peran dalam pembangunan bangsa. “Melalui seminar yang diselenggarakan Pusat Studi Ekonomi Pancasila Universitas Trilogi ini, kita ingin terutamanya kepada
mahasiswa agar dapat meneruskan budaya-budaya koperasi yaitu gotong royong dan kerja sama,” ujarnya dalam seminar yang juga bersamaan dengan sempena memperingati hari lahir koperasi yang ke-67 itu. Sementara itu Untung Tri Basuki, deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM menuturkan sangat sepakat sekali dengan kembalinya acuan koperasi pada UU No 25 Tahun 1992. Salah satu alasannya adalah aturan tersebut lebih sesuai dengan UUD 1945. “Mengacunya kembali koperasi kepada UU No. 25 Tahun 1992 karena memang sesuai dengan pasal 33 UUD 1945, disana jelas dinyatakan bahwa Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan,” jelas pembicara yang mewakili kehadiran menteri Koperasi dan UKM ini. Senada dengan pernyataan di atas, Mantan Menteri Koperasi dan UKM, Dr Subiakto Tjakrawerdaja juga menilai bahwa UU Nomor 17 memang harus dibatalkan. “Undangundang itu tidak sesuai dengan hakikat perkoperasian itu sendiri yang didalamnya terdapat asas kekeluargaan,” tegasnya. Lebih lanjut mantan Rektor Universitas Trilogi ini juga menjelaskan sebaiknya Indonesia membangun koperasi pertanian agar bersaing di pasar ASEAN. Selain itu, menurutnya pembangunan koperasi sebaiknya jangan sampai salah kaprah. “Tujuan kita adalah membangun koperasi Indonesia, bukan membangun koperasi di Indonesia,” harapnya. Secara substantif semua pembicara sangat sepakat mengenai pembatalan UU yang dianggap akan menghanguskan keberadaan koperasi itu sendiri. Hal ini terlihat dari penegasan pembicara lainnya, Sri Edi Swasono yang juga merupakan guru besar UI. Saksi Ahli Uji Materi UU 17/2012 ini dengan tegas mengatakan bahwa UU No 17/2012 telah meng-
Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc saat memberikan sambutan acara.
hancurkan hakikat koperasi itu sendiri. “UU Koperasi No. 17/2012 hanya merupakan bagian dari peragaan ideologi untuk menyingkirkan sistem ekonomi berdasar Pasal 33 UUD 1945 dan menyuburkan kembali sistem liberalisme ekonomi zaman kolonial kearah neoliberalisme masa kini yang makin kapitalistik,” tuturnya dalam seminar yang bertema “Agenda Gerakan Perkoperasian Indonesia Pasca Pembatalan UU No. 17 Tahun 2012” itu. ADE S
Rektor Universitas Trilogi menyerahkan cinderamata untuk perwakilan Menteri UKM dan Koperasi.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
47
PENDIDIKAN
Dialog Publik di Universitas Trilogi
Picu PT Asuransi Jasa Raharja Miliki Program Prefentif Dalam sebuah dialog publik yang diselenggarakan PT Asuransi Jasa Raharja Cabang DKI Jakarta di Kampus Universitas Trilogi beberapa waktu lalu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyayangkan program asuransi yang berkembang pesat di Indonesia ini belum memiliki program prefentif. Dalam artian, hanya memperbaiki program kecepatan untuk melayani kecelakaan, pengobatan, termasuk pro aktif mendatangi masyarakat dan mendatangi premi. Dengan adanya program prefentif, keuntungan yang dimiliki Jasa Raharja bisa lebih tinggi seperti yang pernah dilakukannya 50 tahun silam.
Dari kiri ke kanan: Prof Dr Haryono Suyono, Dr HR Agung Laksono, Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc dan Irfan Humaidi. [FOTO-FOTO: RAHMA]
“W
ALAUPUN begitu, Jasa Raharja memiliki pelayanan prima yang saya anggap tidak ada yang kurang dalam arti konsepsi dan falsafah,” ungkap Prof Dr Haryono Suyono dihadapan 250 mahasiswa yang memadati ruang auditorium Universitas Trilogi dalam acara Dialog Publik yang bertema “Komitmen Prime untuk Pelayanan Prima” Sebagaimana penawaran Asuransi Jasa Raharja dengan simbol Prime yang merupakan singkatan dari Proaktif, Ramah, Ikhlas, Mudah dan Empati, pelayanan asuransi Jasa Raharja ini memiliki nilai tambah. “Bagi saya yang 30 tahun menggeluti Keluarga Berencana (KB) ini memang merupakan persyaratan sangat penting. Bahkan seorang ibu yang tidak bawa kartu nikah tapi membawa anak balita minta dilayani KB, tidak kita minta kartu nikahnya, biarpun anaknya itu bukan anaknya sendiri.” Menurutnya, konsep falsafah Prime ini 48
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
harus disebarluaskan sehingga menimbulkan budaya yang tidak ada cacatnya. “Budaya rekan-rekan dari pihak polisi lalu lintas, lurah, camat dan saudara-saudara kita yang menyaksikan kecelakaan di pinggir jalan, bukan sekedar lewat tapi menghubungi jaringan pelayanan polisi, organda, jasa raharja bahkan sampai jajaran Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang kelihatan jalanannya berlubang sehingga menimbulkan kecelakaan berikutnya.” Proses budaya ini, kata Prof Haryono Suyono, harus menyatu bahwa pelayanan ini bukan sekedar pelayanan kalau sudah terjadi kecelakaan, tapi mencegah jangan terjadi lagi kecelakaan. Sehingga premi tidak jadi dipakai, karena tidak ada yang celaka. “Premi setiap tahunnya harus dikumpulkan diberikan kepada rekan sejawatnya, seperti polisi lalu lintas, dinas PU, sehingga mereka akan membantu jasa raharja untuk memberi pelayanan prima kepada proses yang sifatnya prefentif.”
Dengan adanya program prefentif ini, lanjut Prof Haryono Suyono, keuntungan yang dimiliki Jasa Raharja jadi lebih tinggi dan bukan dipergunakan oleh Jasa Raharja saja. “Saya jadi teringat peristiwa 50 tahun lalu. Lulus Akademi Ilmu Statistik, saya langsung diminta Kepala Polisi Lalu Lintas DKI Jakarta dan wakilnya untuk menangani masalah asuransi. Dengan bantuan kepolisian lalulintas, tidak harus membayar premi, maka banyak dana dari asuransi kemudian disumbangkan jajaran polisi lalu lintas untuk menyempurnakan rambu-rambu yang ada di seluruh jalan. Ramburambu larangan yang semula di belakang pohon, dipindahkan ke depan pohon.” Hal ini juga diakui Ketua Organda DKI Jakarta, Soedirman yang menjadi pembicara dalam dialog publik bahwa asuransi kecelakaan lalu lintas yang dikelola pemerintah melalui Jasa Raharja belum optimal. “Santunannya hanya sekitar Rp 5- Rp10 jutaan untuk kecelakaan, dan Rp 25 juta yang meninggal. Jumlah ini tidak cukup memadai untuk menjamin layanan kesehatan di rumah sakit atau pun keluarga yang ditinggalkan. Khusus untuk awak moda transportasi seharusnya bisa mencapai Rp100-200 juta. Padahal semua masyarakat Indonesia dipungut retribusinya oleh Jasa Raharja di semua moda transportasi. Anggaran itu pun hanya dipakai saat terjadi kecelakaan dibayar Jasa Raharja” Berdasar data dari Kepolisian RI, pada tahun 2013 telah terjadi sekitar 100.000 kecelakan, dengan korban meninggal 26.410 jiwa, dan korban luka berat 28.430 orang. Sedangkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan 50% cidera pada masyarakat disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Tempat cidera tertinggi, yaitu 42,8% juga terjadi di jalan raya. Sementara itu, Kepala Humas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Irfan Humaidi, mengatakan kecelakaan lalu lintas dibiayai dalam JKN
untuk yang peserta baik itu mandiri, PBI, maupun pekerja penerima upah. Namun, sebagai pembayar pertama adalah Jasa Raharja. Semua masyarakat, baik korban, keluarga atau rumah sakit bisa menghubungi pihak Jasa Raharja untuk pengurusan klaim layanan. Namun kendalanya, Jasa Raharja kadang telat membayar klaim. Bila demikian, pasien bisa membayar dari kantong sendiri, baru kemudian menagihnya dengan memberikan bukti kecelakaan lalu lintas dari kepolisian dan rincian pengobatan oleh rumah sakit. “BPJS Kesehatan sudah bekerja sama dengan Jasa Raharja. Kami hanya menanggung biaya lebihnya bila korban masih butuh perawatan, sedangkan penanggung pertama adalah Jasa Raharja,” kata Irfan. RW
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparan dihadapan peserta dialog publik.
Peserta dialog publik terkait Asuransi Jasa Raharja banyak diminati mahasiswa.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
49
PENDIDIKAN
Buku Pak Harto Sisi-sisi yang Terlupakan
Menguak Kehidupan Pak Harto dalam Perspektif Jernih “Saya sungguh mengetahui bahwa hingga Pak Harto wafat, bahkan hingga hari ini, tidak satu pun dari tudingan dan tuduhan terhadapnya yang dapat dibuktikan secara hukum.” Pernyataan ini disampaikan secara tegas oleh Prof Dr OC Kaligis dalam buku terbarunya berjudul Pak Harto Sisi-Sisi yang Terlupakan.
Cosmas Batubara, Haryono Suyono, Anton Tabah dan Subiakto Tjakrawerdaja berbicara soal sosok Pak Harto dipandu Fifi Aleyda Yahya. [FOTO-FOTO: RAHMA]
B
UKU yang sudah dipersiapkan sejak Juli 2011 dan baru launching pada Juli 2014 ini, benar-benar dipersiapkan untuk menguak kehidupan Presiden RI kedua, HM Soeharto dalam perspektif jernih, baik dalam pemikiran, perkataan, kepribadian dan tindakannya yang telah banyak terlupakan atau mungkin sengaja dilupakan orang pada masa kini. Buku ini menjadi sangat istimewa karena dikemas secara apik dalam bahasa yang mudah dimengerti dan memuat kesaksian sejumlah narasumber yang belum pernah terekam dalam media manapun. Di antaranya adalah mantan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono yang dikenal pelit bercerita kepada pers, berhasil diwawancara OC Kaligis sebelum dirawat di RS Mount Elizabeth, Singapura dan akhirnya wafat. Penuturan mantan Jaksa Agung dan Menteri Kehakiman RI Ismail Saleh di dalam buku ini juga disulut oleh beberapa hal yang bertentangan dengan ilmu yang dimilikinya, ketika
50
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
dalam penanganan, perkara Pak Harto tengah menjadi bulan-bulanan politisi. Ada juga penuturan Bob Hasan yang pernah dilantik sebagai Menteri Perindustrian pada 16 Maret 1998, namun hanya menjabat selama dua bulan. Ia memutuskan ikut berhenti ketika Pak Harto menyatakan berhenti pada 21 Mei 1998. Meskipun kemudian Bob Hasan harus menjalani kehidupan yang sulit selama empat tahun di LP Nusakambangan, ia tidak pernah berhenti mengagumi Pak Harto. Ia punya alasan kuat untuk tetap membela Pak Harto. Bob yakin berbagai tudingan terhadap Pak Harto itu salah besar dan bahwa kebenaran yang hakiki akan dibukakan Tuhan. Keyakinan ini terbukti, sejak enam tahun terakhir ini beredar foto-foto Pak Harto menempel di jalan-jalan raya, warung, mobil-mobil pribadi atau angkutan umum yang memperlihatkan Pak Harto mengacungkan ibu jari dengan tagline “Luwih penak jamanku to?”
Tulisan Djafar Assegaf juga sangat menarik serta membukakan sudut pandang yang selama ini seakan terlupakan. Try Sutrisno, mantan Wakil Presiden yang simpatik ketika menjabat pada 1993 – 1998 dan pernah dielu-elukan pada masa itu sebagai presiden mendatang juga menuliskan kekagumannya tentang Pak Harto. Meskipun berbagai isu miring tentang hubungan Pak Harto dengan Try sempat berembus. Satu dari mereka yang merasa memiliki kedekatan lahir batin dengan Pak Harto adalah Prof Dr Haryono Suyono. Ia telah membantu pemerintahan Pak Harto selama puluhan tahun, mulai dari menjadi Kepala BKKBN hingga diangkat sebagai Menteri Kependudukan. Pada priode berikutnya ia kembali diangkat sebagai Menkokesra dan Taskin. Jika kemudian Haryono masuk dalam kabinet BJ Habibie, bukan berarti ia mengkhianati Pak Harto. Sejumlah rekan dekatnya malah menyebut Haryono sebagai mata dan telinga Pak Harto. Subiakto Tjakrawerdaja adalah mantan Menteri Koperasi dan pembina pengusaha kecil pada kabinet pembangunan priode 1993 – 1998. Jabatan ini bisa jadi merupakan perwujudan dari kepedulian Pak Harto terhadap rakyat kecil. Ada juga penuturan Emil Salim dan Cosmas Batubara, dua menteri yang menangani lahan sangat strategis pada kabinet pembangunan, yaitu sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Perumahan Rakyat. Menariknya lagi, buku ini mengangkat kisah kedekatan Pak Harto dengan sekretaris dan pengawal Pak Harto. Anton Tabah sebagai sekretaris dan I Gusti Nyoman Suweden sebagai pengawal berada tanpa jarak dari Pak Harto. Suweden berperan lebih dari seorang pengawal. Lelaki asal Bali ini memiliki kisah tidak biasa mengenai kesetiaan dan pengabdian yang sangat langka di negeri ini. Begitu pula dengan Anton Tabah yang sempat bimbang berada di tengah-tengah tekanan politik yang luar biasa terhadap Pak Harto. Akhirnya ia memilih keluhuran budi seperti yang diajarkan ibunya dan mantap menjalankan
OC Kaligis (kiri) bersama Menteri Hukum dan Ham RI Amir Syamsyudin, SH (tengah), mantan Sekretaris (alm) HM Soeharto Brigjen (Pol) Anton Tabah (kanan) dan mantan Menteri Koperasi Dr Subiakto Tjakrawerdaja (belakang).
tugasnya selaku sekretaris seorang mantan presiden. Tak ketinggalan, OC Kaligis juga menghadirkan putri bungsu Pak Harto, Siti Hutami Endang Adiningsih yang bertutur tentang kedekatannya dengan almarhum ayahnya. Intisari dari penuturan Mamiek, mengisyaratkan bahwa Pak Harto berwasiat kepada kita semua untuk saling tenggang rasa, meningkatkan kualitas toleransi, kebersamaan dan kasih sayang. Bukan saling mengecam, memburuk-burukkan apalagi mendendam. Dengan cara itu Pak Harto membina dan membimbing bangsa Indonesia selama 31 tahun. Pak Harto Anak Ideologis Bung Karno dan Bung Hatta Mewakili sejumlah narasumber tersebut, Prof Haryono Suyono, Subiakto Tjakrawerdaja, Cosmas Batubara dan Anton Taba berbicara tentang sosok Pak Harto dalam talkshow yang dipandu Fifi Aleyda Yahya, sekaligus menandai peluncuran buku Pak Harto, SisiSisi yang Terlupakan. Kian terkuak, bahwa Pak Harto tidak sejahat apa yang dihembuskan media dan menjadi bahan perbincangan orang yang belum mengenal sisi lain Pak Harto. “Pak Harto sesungguhnya seorang demokrat luar biasa. Bahkan lebih dari 17 tahun saya menjadi Kepala BKKBN, tiga kali menjadi menteri, 10 tahun menjadi eselon 1, tiap kali Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
51
OC Kaligis (keempat dari kanan) bergambar bersama dengan para narasumbernya yang telah mengisi Buku Pak Harto Sisi-sisi yang Terlupakan.
52
menghadap Pak Harto selalu ditanya apa kemungkinan yang terbaik. Saya utarakan apa saja yang saya pikirkan, bahkan saya sering diminta menghubungi gubernur apa benar komit terhadap program ini, apa betul-betul menolong. Kalau gubernur itu bagus, diajak jadi menteri. Anggapan otoriter itu salah. Jadi beliau itu bahasanya, nanti saya bantu,” tukas Prof Haryono Suyono menyatakan rasa kekagumannya pada Pak Harto. Hal sama juga diungkapkan Subiakto Tjakrawerdaja yang berpendapat bahwa Pak Harto anak ideologis Bung Karno dan Bung Hatta. Di bidang kepemimpinan, Pak Harto meneruskan konsep-konsep kepemimpinan Bung Karno. Pak Harto secara tegas orde baru itu suatu pemerintahan untuk mengamalkan pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekuen. Beliau tidak sedikit pun mengubah UUD 45 dan Pancasila. Oleh karena itu dalam GBHN, pembangunan nasional adalah pengamalan pancasila. “Bahkan saat lengser tahun 1997, beliau mendapat penghargaan UNFPA untuk mengurangi kemiskinan, suatu prestasi yang luar biasa. Dari 70 persen rakyat miskin, tinggal 11 persen pada waktu itu. Ini semua merupakan pengamalan Pancasila. Secara tegas, di GBHN itu pembangunan nasional itu adalah pengamalan pancasila. Disinilah beliau itu anak ideologisnya Bung Karno,” tegas Subiakto. Di bidang ekonomi, Pak Harto anak ideologis Bung Hatta. Pak Harto melaksanakan secara murni dan konsekusen pasal 33 UUD 45, mulai dari membangun koperasi, menugaskan perusahaan-perusahaan negara untuk
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
menstabilkan harga, cabang-cabang produksi yang memenuhi hajat hidup orang banyak dikuasai negara, dilaksanakan secara konsekuen oleh Pak Harto. “Indosat dibangun, setelah reformasi dibuang, buruh dipotong hak nya,” kilah Subiakto yang menyesalkan hal ini terjadi. Berbicara soal kehilangan, OC Kaligis juga bernada sama. “Sudah banyak perjanjian yang merugikan kita. Saat negosiasi, kebanyakan kita kalah dalam perjanjinan internasional. Tidak ada yang tersisa bagi kita.” tukasnya. Prof Dr OC Kaligis merupakan pengacara yang pertama kali ditunjuk oleh Pak Harto sebagai kuasa hukumnya. Dikisahkan dalam buku ini cukup menarik. Sejak masa persiapan pembelaan Pak Harto secara hukum pada 1998 hingga hari-hari akhir hayat beliau setia mendampingi Pak Harto. “Membuat buku mengenai Pak Harto itu tidak gampang. Dalam 1 tahun saya bisa bikin 7 sampai 8 buku. Jadi ini benar-benar buku tentang Pak Harto. Yang menarik dari buku ini, kebetulan saya bela Pak Harto. Saya bela juga lawan-lawan politiknya. Tapi tak ada satu kata pun dari Pak Harto yang mendiskreditkan mereka. Bahkan saat Gusdur waktu itu lempar rumahnya, saya lapor polisi dia tidak menjawab berarti dia tidak setuju. Apa yang saya lihat? Kesederhanaan beliau, dia bisa mendengar pendapat-pendapat saya dan sampai beliau meninggal, saya tetap pengacara beliau,” ujar pengacara kondang yang sudah menulis lebih dari 90 buah buku. Bagi Anton Taba, buku karya OC Kaligis ini lebih dari sekedar buku. Karena buku yang baik adalah buku yang memberikan pesan moral apa yang lebih penting diharapkan penulis. Di dalam buku ini juga berkisah bagaimana Anton Taba, seorang perwira muda yang memiliki masa depan panjang lebih memilih mengabdikan diri mendampingi Pak Harto yang menjadi bual-bualan banyak orang. “Yang saya kagumi dari Pak Harto, perabotannya sederhana sekali. Pak Harto tidak seburuk yang disangka media,” tandasnya. RW
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
53
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Pemimpin Baru dan Pembaruan Setelah kita mendapatkan pemimpin baru yang akan memimpin dan membawa bangsa Indonesia lima tahun mendatang, biasanya seorang pemimpin yang baru saja mendapatkan kepercayaan dari rakyat untuk memimpin, mereka akan melakukan banyak hal, terutama terkait dengan perubahan. Janji-janji akan melakukan perubahan dan pembaruan yang mendasar akan dilakukan setelah yang berangkutan terpilih dan mengawali pekerjaannya. Mereka akan bergelut dan berjuang untuk mendapatkan sesuatu untuk menemukan suatu strategi yang secara aktual bisa membuat segala sesuatu berubah.
Pemerintahan yang baru memiliki kesempatan emas untuk mempergunakan Posdaya yang telah ada untuk mengisinya dengan berbagai kegiatan pembangunan yang menguntungkan rakyat banyak. [FOTO: ADE S]
54
N
AMUN hal itu tidak semudah yang dibayangkan, karena mereka akan menghadapi berbagai persoalan, terutama mereka akan berhadapan dengan lawan politik di parlemen. Dengan komposisi yang seimbang, maka akan mengalami kesulitan dalam menjalankan pemerintahan secara mulus. Tantangan demi tantangan akan dan harus dihadapi. Seperti halnya bila ingin melakukan pembaruan yang mendasar pada tata pemerintahan, bukan hanya pengalaman yang ditonjolkan, tetapi harus dicermati dengan sangat hati-hati. Untuk
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
melakukan perubahan atau pembaruan, para senior yang telah makan banyak asam garam dan juga telah melakukan banyak perubahan. Mereka tentu akan mempertanyakan, bagaimana cara mempercepat proses perubahan, bagaimana membuat aparat birokrasi bisa menerima perubahan, dan bagaimana mendorong untuk melakukan perbaikan? Karena sekali lagi para senior telah melakukan pembaruan dalam segala bidang, baik dalam bidang administrasi pemerintahan, merubah budaya organisasi dan juga perubahan sistem pemerintahah. Seperti diutarakan oleh David Osborne dalam bukunya Basnishing Bureaucracy, bahwa dunia adalah tempat pembaruan dan perubahan, dunia ini banyak hal yang tidak diketahui. Jadi kalau ingin melakukan perubahan, bagaikan membangun daya tarik bagi tanah yang sangat gersang, dan tidak ada sumber daya, melainkan akal mereka sendiri. Laksana pionir, mereka harus mencari jalan melewati hutan belantara untuk mencari sumber air dan menemukan jalan-jalan setapak di pegunungan. Di sini terlihat, bahwa tidak ada jawaban yang mudah untuk itu. Dalam buku Reinventing Government, yang dimaksud dengan pembaruan pemerintahan bukan perubahan dalam sistem politik, seperti kampanye reformasi keuangan, reformasi badan legistalif atau parleman, batas termin
dan sebagainya, atau pun re-organisasi dengan memindahkan kotak-kotak pada struktur organisasi, tetapi akan terkait dengan pembaruan re-organisasi dan sistem pemerintahan dengan mengubah tujuan, insensif, akuntabilitas, distribusi kekuasaan, dan budaya. Yang harus diingat, pembaruan kalau tidak dilakukan dengan hati-hati akan menimbulkan banyak masalah, terutama terkait dengan masalah pemborosan anggaran dan kecurangan bahkan penyelewengan. Pembaruan yang dimaksud bukan seperti menyiram kebun, tetapi mencari cara dengan berbagai peraturan agar kebun tersebut terjaga dengan baik dan terbebas dari rumput liar. Pembaruan pemerintah juga bukan sekadar membuat pemerintah lebih efisien, meskipun sebagian tujuan pemerintah adalah efisien, tetapi lebih dari itu adalah perlunya efektivitas. Kita semua tidak akan menuntut pemerintahan yang lebih murah, tetapi kita akan menuntut pemerintah yang lebih baik, pemerintahan yang transparan dan pemerintahan yang mampu melindungi dan memenuhi aspirasi rakyatnya. Yang dibutuhkan rakyat sebenarnya tidak terlalu bermulukmuluk, rakyat perlu ketenangan dalam hidup, ketenteraman, stabilitas keamanan, hidup gotong-royong, saling tolong-menolong dan saling hormat-menghormati serta bisa bekerja dengan baik dan memiliki pendapatan yang wajar. Ajaran nenek moyang untuk hidup sederhana tetapi penuh dengan kebersamaan itulah yang menjadi dambaan seluruh rakyat Indonesia. Seperti halnya sekolah, sebagaian besar rakyat Indonesia tidak menginginkan adanya sekolah gratis maupun sekolah yang bagus, tetapi rakyat ingin semua anak-anak Indonesia bisa dengan mudah masuk sekolah, artinya akses ke sekolah dipermudah dan murah, terutama anak-anak dari keluarga miskin yang tinggal di desa-desa. Pemerintahan yang baru nanti, sepertinya akan memunculkan wacana ataupun ajakan untuk melakukan pembaruan atau re-design ataupun mengadakan reformasi sektor pemerintahan. Semua itu sebenarnya telah dilakukan oleh negara-negara lain terutama di negara-negara maju. Konsep-konsep itu telah mulai dilakukan, namun kendala-kendala akan selalu muncul, karena situasi negara satu dengan negara yang lain biasanya berbeda dan tidak selalu sama. Dalam bidang reformasi, sebenarnya tujuan utamanya adalah merancang untuk menyederhanakan peraturan-peraturan dan mengurangi biaya-biaya yang dianggap tidak
perlu. Dana-dana yang jumlahnya relatif melimpah bisa diturunkan ke daerah-daerah sehingga pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk melakukan pembangunan di wilayahnya dengan lebih baik dan hasil pemerataan pembangunan bisa dinikmati pula oleh rakyat di pedesaan. Dengan adanya pemimpin yang baru, semua rakyat berharap adanya perubahan ke arah yang lebih baik di semua sektor pembangunan, terutama terkait dengan pembangunan manusia Indonesia yang akhir-akhirnya terus Dr Mulyono D Prawiro menjadi sorotan dunia. Indonesia yang sudah lama merdeka, dalam hal pembangunan manusia masih jauh dari harapan. Bahkan jauh tertinggal dibandingkan dengan negaranegara lain di kawasan Asian. Kini saatnya pemerintahan baru memprioritaskan program pembangunan nasional pada upaya peningkatan Indek Pembangunan Manusia dan Pengentasan Kemiskinan. Meskipun presentase kemiskinan terlihat menurun dari tahun ke tahun, tetapi sebenarnya secara kuantitas jumlah penduduk miskin terus mengalami kenaikkan. Untuk menghidupkan kembali budaya gotong-royong sesama anak bangsa, Yayasan Damandiri dengan berbagai mitra kerjanya yang terdiri dari sekitar 250 perguruan tinggi dan 250 pemerintah kabupaten/kota telah mempersiapkan wadah dalam bentuk forum silaturahmi berbagai kegiatan kebersamaan di desa-desa di seluruh Indonesia. Tidak kurang dari 35.000 pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) telah terbentuk dan terus dikembangkan. Pemerintahan yang baru memiliki kesempatan emas untuk mempergunakan pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) yang telah ada tersebut sekaligus mengisi berbagai kegiatan pembangunan yang menguntungkan rakyat banyak. Rakyat di desa yang tergabung dalam Posdaya telah siap menerima programprogram pemerintah yang baru dan mempercepat dan mempertepat sasaran pembangunan. Indonesia akan bangkit dan akan menjadi negara yang membanggakan warganya, karena rakyatnya semua bekerja, bergotong-royong dan bersatu dalam kebersamaan. Mari kita sambut pemerintahan yang baru dengan rasa optimisme yang tinggi, bahwa Indonesia akan menjadi negara yang keberadaannya diperhitungkan dunia. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
55
LAPORAN DAERAH
Pengukuhan Pengurus Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Kota Metro
Pembangunan Keluarga Berbasis Penduduk Permasalahan kependudukan dewasa ini sangat berkaitan erat dengan pembangunan keluarga. Pembangunan keluarga, menurut Prof Dr Haryono Suyono, adalah penyegaran pembangunan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Pembangunan keluarga sejahtera tahun 1993 resmi dicanangkan di Provinsi Lampung. Jadi, Lampung mempunyai arti yang luar biasa sebagai tempat pencanangan pembangunan keluarga sejahtera.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan orasi di hadapan Pengurus Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Kota Metro. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
56
I
NI disampaikan Ketua Yayasan Damandiri yang juga mantan Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN Prof Dr Haryono Suyono pada acara Pengukuhan Pengurus Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Kota Metro Periode Tahun 2013 – 2017, di Aula Pemda Kota Metro, Provinsi Lampung, pada 2 Juli 2014. Hadir pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Much Sudarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Walikota Metro H Lukman Hakim, SH, MM, Ketua Umum Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Provinsi Lampung Drs Bukhori Asyik, MSi, Ketua Umum Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Kota Metro Supriyadi, SE, MPA.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan, tahun 1992 dicanangkan undang-undang nomor 10 tahun 1992. Atas dasar itu pada tahun 1993 di Bandar Lampung dicanangkan oleh presiden Hari Keluarga Nasional yang baru saja diperingati pada 14 Juni tapi resminya diperingati tanggal 29 Juni. Tetapi pada tahun 2000 terjadi malapetaka kependudukan karena pergantian antara orde baru dengan orde reformasi. Segala sesuatu yang berhasil pada masa orde baru itu dianggap harus dilenyapkan. Jadi ada beberapa departemen yang dibekukan yang kira-kira dekat dengan rakyat yaitu yang pertama Departemen Penerangan, yang kedua Departemen Sosial, yang ketiga hampir-hampir saja PKK dibubarkan untung tidak jadi tetapi peranannya sangat diturunkan. Dalam orasinya, pria kelahiran Pacitan 6 Mei 1938 mengemukakan, penduduk akhirnya
bukan turun seperti sekarang ini yang semakin naik. Oleh karena naik semua laporan pembangunan sekarang ini bukan diukur dari jumlah penduduk tapi diukur dari prosentase. Kemiskinan menurun prosentasenya tapi jumlah yang miskin bukan turun tapi naik. “Jadi kalau saudara mau menghitung jumlah yang miskin, dulu yang miskin itu kurang dari 20 juta sekarang ini sudah naik menjadi hampir 30 juta. Kalau menurut indikator bank dunia sudah 40 – 50 juta. Prosentasenya memang turun tetapi jumlah fisiknya naik karena jumlah penduduknya naik. Jadi sebagai anggota Koalisi dari perguruan tinggi hati-hati kalau kita memakai angka prosentase,” ujarnya. Posdaya meningkatkan partisipasi Menurut Prof Dr Haryono Suyono, saat ini terjadi tren naiknya tingkat kemiskinan. Ini disebabkan karena BKKBN sekarang tidak mempunyai PLKB yang selengkap pada jaman sebelum tahun 2000. PLKB-nya banyak jadi camat, banyak jadi lurah, banyak jadi bupati bahkan ada yang jadi wakil gubernur. Tidak itu saja, Kementerian Kesehatan sekarang tidak mempunyai dokter keliling lagi, sekarang tidak punya bidan desa lagi. Bidan desa yang dulu pernah kita kembangkan menjadi 65.000 untuk 65.000 desa sekarang tinggal 20.000 yang ada di desa. Jadi biarpun menterinya ngotot mau sukses program keluarga berencana tidak mungkin karena tidak ada bidan di desa, tidak ada dokter keliling dan tidak ada dana untuk kelilingnya dokter itu. “Kekuatan-kekuatan itulah yang sekarang kita rancang supaya presiden yang baru sadar bahwa masalah kependudukan harus diselesaikan se-
Walikota Metro H Lukman Hakim, SH, MM (kiri) menyambut gembira kedatangan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono pada acara Pengukuhan.
cara komprehensif. Itulah sebabnya temanteman telah memberi masukan kepada para penanya dari KPU agar supaya calon presiden itu ditanya masalah kependudukan, masalah kemiskinan, masalah bonus demografi dan sebagainya,” ucapnya. Lebih lanjut Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan, bonus demografi tidak terjadi pada tahun 2030 atau 2040, tetapi terjadi pada tahun 90 an pada waktu penduduk berusia 15 – 60 tahun melebihi penduduk berusia 0 – 15 tahun. Jadi dengan sendirinya penduduk Indonesia walaupun tingkat kelahirannya tidak turun tetapi sifatnya berubah. Tingkat pendidikannya lebih tinggi, jumlah keluarga mudanya makin sedikit, jumlah keluarga
Prof Dr Haryono Suyono berfoto bersama Walikota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM, dan Pengurus Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Kota Metro Periode Tahun 2013 – 2017.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
57
Penyematan tanda Pengukuhan Pengurus Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Kota Metro Periode Tahun 2013 – 2017.
dewasanya berlipat luar biasa. “Jadi jumlah keluarga usia 15 – 60 tahun sekarang ini dibandingkan jaman saya jadi BKKBN berlipat hampir tiga kali. Jumlah keluarga seperti saya ini dulu hanya 2 juta sekarang ini hampir 25 juta. Jadi kemana-mana kita lihat orang tua. Sekarang gara-gara bonus demografi itu ideal pada tahun 2030 semua pihak ngertinya bonus demografi itu tahun 2030, keliru besar,” ujar mantan Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie. “Masalah-masalah yang kita hadapi dalam bidang kependudukan adalah komitmen semua sektor dan lini lapangan rendah, ini
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ade Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera. 58
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
yang harus kita tingkatkan,” tambahnya. Prof Haryono mengungkapkan pula, penduduk yang berusia di atas 15 – 60 tahun melimpah 10 kali lipat sedangkan yang di bawah 15 tahun kurang lebih tetap. Jadi oleh karena itu ada undangundang yang penting. Yang pertama adalah undang-undang dasar dan yang kedua undangundang nomor 10, yang ketiga undang-undang nomor 52. Kemudian muncul Inpres nomor 3 tahun 2010. Presiden sudah komitmen pada waktu itu dua kali menandatangani dokumen di New York yaitu dokumen MDGs. Inpres ini memberi instruksi bahwa pembangunan harus didasarkan pada basis keluarga. “Pembangunan yang berkeadilan ini membuat bahwa kita harus meningkatkan komitmen. Saya datang ke semua kabupaten, sekarang sudah 250 yang bergabung termasuk dari Metro ini. Yaitu bahwa kita meningkatkan komitmen pembangunan itu berbasis penduduk atau berbasis keluarga. Ukurannya adalah partisipasi keluarga,” papar Prof Dr Haryono Suyono. Dalam paparannya, Prof Dr Haryono Suyono juga menjelaskan, salah satu praktek Koalisi Kependudukan membantu pemerintah kota/kabupaten sampai tingkat desa membuat peta. Jadikan tesis, jadikan disertasi. “Bagaimana pentingnya peta ini yang harus ganti tiap-tiap bulan. Solusinya kita mengadakan gerakan komunikasi dan informasi sampai ke tingkat-tingkat pedesaan terutama kita pilih daerah-daerah padat penduduk. Jaringan itu diperkuat di desa-desa dalam bentuk pos pemberdayaan desa atau RW atau RT, persis seperti gerakan PKK,” urainya. Yang paling mudah, menurut Prof Haryono, di BKKBN ada UPPKS dan KB Desa, ambil itu lengkapi menjadi Posdaya karena Pos KB Desa itu isinya KB, sedangkan Posdaya itu isinya kesehatan, pendidikan, wirausaha, lingkungan dan agama. Jadi Posdaya itu adalah bagaimana meningkatkan partisipasi. Supaya mudah Posdaya itu harus bermitra dengan SKPD dan lembaga yang ada. Di sini SKPD membangun melalui Posdaya-Posdaya. SUL/DH
LAPORAN DAERAH
Bonus Demografi Sebuah Keunggulan Juga Kelemahan Acara pengukuhan pengurus Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Kota Metro Periode Tahun 2013 – 2017 merupakan yang kelima untuk Provinsi Lampung, yang dikukuhkan oleh Ketua Umum Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Provinsi Lampung Drs Bukhori Asyik, MSi. Lima kabupaten/kota di Provinsi Lampung yang sudah dikukuhkan yaitu, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Barat dan Kota Metro.
Ketua Umum Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Kota Metro Supriyadi, SE, MPA menyambut gembira atas dukungan yang diberikan Walikota Metro. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
D
ALAM kesempatan itu, Walikota Metro H Lukman Hakim, SH, MM sangat gembira dan memberikan apresiasi kepada pengurus Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Kota Metro yang baru dikukuhkan. “Kami mengucapkan selamat kepada Pak Supriyadi dan kawan-kawan yang telah dikukuhkan. Mudah-mudahan momentum pengukuhan ini menjadi langkah awal untuk melakukan tugas-tugas amanah yang diberikan. Karena saya yakin dan percaya SDM-SDM yang ada sangat luar biasa sekali,” imbuhnya. Menurutnya, Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan ini begitu luas cakupannya dan sangat kompleks masalahnya. Kependudukan dan pembangunan, banyak hal yang dapat dilakukan tentang data kependudukan. Tentunya ini menjadi suatu hal yang sangat perlu menjadi tugas dari koalisi ini.
“Kalaupun ada perbedaan mengenai data kependudukan, apakah indikatornya dan pertimbangan lain yang membedakan jumlah data penduduk. Karena saya yakin sebaik apapun program yang akan dilakukan untuk membangun masyarakat kota ini, penduduk kota ini apabila dikaitkan dengan pembangunan ke depan memerlukan data yang otentik, data yang benar-benar valid. Apalagi yang menyangkut masyarakat miskin, masalah pengangguran dan ketenagakerjaan,” ujarnya, yang dihadiri Ketua Yayasan Damandiri yang juga mantan Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN Prof Dr Haryono Suyono. “Setelah dilantik, Saya sangat berharap koordinasi, rapatkan dulu bersama-sama duduk satu meja dulu, samakan visi, samakan persepsi apa yang akan dilakukan tentang kependudukan dan pembangunan di kota ini. Terkait dengan tugas-tugas saya pikir nanti kerja sama dari pada kita semua. Hanya dengan koordinasi, konsultasi dan komunikasi Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
59
Pengurus Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Kota Metro menyimak orasi ilmiah yang disampaikan Prof Dr Haryono Suyono.
60
yang baik, berimbang dan ikhlas tugas-tugas seperti ini akan bisa dilakukan,” katanya. Terkait dengan pembangunan-pembangunan di Kota Metro, H. Lukman Hakim, SH, MM mengatakan, saat ini sudah memasuki tahapan akhir dari pada RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) yang kedua untuk 2010 – 2015. Ada semacam percepatan di dalam melaksanakan pembangunan ini. Karena tentunya di dalam tugas terakhir kita harus bisa menentukan ukuran pada keberhasilan pembangunan, sehingga arah RPJM berikutnya nanti menjadi lebih jelas apa yang akan kita lakukan. Dan ini pun terkait dengan apa yang menjadi tugas Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan di Kota Metro ini. “Dan saya berharap betul itu bisa kita lakukan. Sektor pendidikan yang menjadi primadona, saya sangat berharap apakah ukuran kemarin wajib belajar 12 tahun itu sudah kita laksanakan atau belum. Tentang kesehatan, bagaimana tentang semua elemen yang ada, rasio tenaga, rasio cakupan apakah sesuai dengan layanan kesehatan. Begitu juga di bidang ekonomi kerakyatan harus ada ukuran-ukuran pencapaian keberhasilan,” ucap Lukman Hakim. Pada kesempatan itu Ketua Umum Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Kota Metro Supriyadi, SE, MPA yang baru saja dikukuhkan menyambut gembira atas dukungan yang diberikan Walikota Metro. “Kami telah dikukuhkan sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam mengkaji dan membuat satu analisis termasuk juga kegiatan-kegiatan yang nantinya mudah-mudahan dapat memberikan
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
kontribusi pada Pemerintah Daerah Kota Metro. Keberadaaan kami tentu tidak bisa lepas dari keberadaan kita semua. Apa yang kita sumbangkan pada Pemerintah Daerah Kota Metro tentu juga karena partisipasi dari seluruh penduduk dan warga Kota Metro,” ujarnya. “Mudah-mudahan keberadaan kami dapat memberikan arti bagi Pemerintah Kota Metro terutama yang berkaitan dengan kependudukan dan pembangunan. Ke depan kami ingin berpartisipasi dan mungkin memberikan sumbang saran dan sebagainya sehingga pembangunan kependudukan dan pembangunan di Metro dapat lebih baik lagi,” harap Supriyadi. Supriyadi, SE, MPA mengatakan, berbagai hal kendala dihadapi bangsa ini termasuk juga di Metro. “Kita juga memiliki berbagai macam problem kependudukan. Kalau kita bicara kependudukan berarti kita bicara tentang kebutuhan dari masyarakat. Kebutuhan masyarakat akan selalu meningkat seiring dengan kemajuan jaman di mana setiap generasi akan berbeda. Sehingga tidak lepas dari itu bahwa bicara kependudukan tentu bicara kuantitas, bicara dengan kualitas dan juga bicara mobilitas,” katanya. Lebih lanjut Supriyadi menjelaskan, “Berbicara tentang kuantitas, sebagai bangsa, kita menghadapi jumlah penduduk yang cukup besar, pertumbuhan yang cukup besar. Bahkan diperkirakan pada masa yang akan datang kita akan menghadapi apa yang disebut bonus demografi. Di sana ada sebuah keunggulan tetapi ada juga kelemahan. Keunggulan kalau kita tidak bisa memanfaatkan dari bonus demografi itu. Kelemahan tentunya ada banyak visi bagaimana memberdayakan potensi dari sebuah bonus itu.” Supriyadi juga menambahkan, berbicara tentang kualitas, bagaimana meningkatkan peran dari angkatan kerja, sumber daya manusia, kependudukan yang senantiasa tiap hari, tiap waktu akan terus berkembang. Sehingga ke depan berbicara kualitas membutuhkan suatu peran serta baik
itu pendidikan, pelatihan, pengkajian dan sebagainya. Demikian juga bicara mobilitas, dewasa ini peralatan distribusi sudah semakin maju sehingga mobilitas penduduk dari satu daerah ke daerah lain sudah semakin maju pula. Demikian juga dengan Kota Metro, beberapa warga wilayah lain tiap hari bermobilitas ke Kota Metro baik itu untuk kebutuhan sehari-hari, pekerjaan atau kepentingan lain. Dengan demikian maka Kota Metro termasuk menjadi salah satu sumber daya, sebagai salah satu sentral ekonomi yang terus berkembang ke depannya. Di sisi lain berbicara kependudukan juga menyangkut aspek atau komponen dari penduduk itu sendiri. Di mana ada fertilitas, ada mortilitas dan juga ada migrasi. Dari sisi fertilitas atau kelahiran, kita bangsa Indonesia termasuk pada posisi tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Kalau tidak diiringi dengan langkah-langkah berbagai aspek yang mendukung untuk mengembangkan penduduk akan menjadi problem di hari depan. Di sisi lain salah satu dari ketiga komponen ini kalau tidak seimbang maka akan menjadi masalah pada aspek kependudukan di masa depan. Mortilitas juga semakin rendah sehingga suatu saat akan menjadi apa yang disebut dengan booming penduduk. Harapan hidup masyarakat sudah semakin baik sehingga tingkat kematian rendah, di sisi lain
tingkat pertumbuhan tinggi. Itu lah yang akan menjadi problem di masa depan. Tentu hal ini membutuhkan suatu tindakan, membutuhkan suatu kajian bagaimana memberdayakan, memandirikan penduduk dalam kontek ini. Kalau kita bisa melihat bagaimana perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain termasuk di Kota Metro juga demikian. Acara pengukuhan pengurus Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Kota Metro Periode Tahun 2013 – 2017 merupakan yang kelima untuk Provinsi Lampung yang dikukuhkan oleh Ketua Umum Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Provinsi Lampung Drs Bukhori Asyik, MSi. Lima kabupaten/kota di Provinsi Lampung yang sudah dikukuhkan yaitu, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Barat dan Kota Metro. SUL/DH
Ketua Umum Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Prov Lampung Drs Bukhori Asyik, MSi, melantik Pengurus Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Kota Metro.
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
61
DNIKS
Anak Autis Pun Punya Posdaya Meski tidak memiliki keluarga yang autis, wanita yang memiliki nama lengkap Endang Sulistia Ratih atau yang akrab disapa Lies Kusbiono atau Bu Lies, memiliki pengabdian yang besar untuk kemajuan anak-anak autis di Indonesia. Pendiri Yayasan Gembira Ria Siswa Terpadu ini pernah masuk dalam Damandiri Award atas pengabdiannya itu. Di hari ulang tahunnya yang ke-74, menandai bergabungnya kelompok autisme ke Posdaya Terpadu yang dirayakan bersama Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) di Aula Paramita, Gedung Granadi, Jakarta.
Tari saman yang dimainkan para penyandang disabilitas tidak mengganggu harmonisasi musik dan tari. [FOTO-FOTO: RAHMA]
R
ASA haru dan bahagia terpancar dari wajah tuanya yang masih terlihat cantik. Tak henti irama tubuhnya bergerak ke sana ke mari guna mempersiapkan kelancaran acara yang sebagian besar diprakarsai oleh anak-anak berkebutuham khusus. Luar biasa! Terlebih melihat kekompakan mereka terhadap anak berkebutuhan khusus yang memakai kursi roda saat menampilkan tari saman (khas Aceh). Dengan cekatannya, salah satu penari menurunkan temannya yang duduk di kursi roda untuk menari bersama tanpa mengganggu gerakan tari yang sedang dimainkan. “Ibu Lies ini punya jiwa mulia. Kalau hanya peduli terhadap anak sendiri itu pantas. Tapi Bu Lies menjadi pelopor terhadap peduli anak bangsa. Bu Lies tidak punya anak yang autis, tapi kepeduliannya menjadi teladan bagi kita semua,” ungkap Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono. Biaya perawatan yang mahal ditempuh Bu Lies dengan berbagai cara, antara lain bekerja sama dengan mereka yang punya keahlian
62
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
menangani autis. “Kita anggap ini cobaan dari Tuhan, apakah bisa mendidik, bisa memberi pekerjaan dan memberi kebahagiaan saat orangtuanya tidak ada.” Sebagai Ketua Umum DNIKS, ia tergerak untuk menjadikan Bu Lies sebagai contoh bahwa orang yang punya anak autis tidak boleh hanya mengurus anaknnya sendiri, tapi harus menggerakkan seluruh masyarakat untuk peduli terhadap anak bangsa. “Sekaligus pada hari ini saya sependapat dengan Pak Ciptono yang menganggap anak autis itu sumber inspirasi,” tukasnya. Ciptono merupakan Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang. Ia juga dikenal sebagai guru SLB berdedikasi tinggi yang sering mendapat penghargaan dari pemerintah. Berkat menjadi pemenang Kick Andy Heroes tahun lalu, Ciptono sering menjadi pembicara di berbagai acara dan seminar tentang anak berkebutuhan khusus. Baginya, anak berkebutuhan khusus bukanlah produk Tuhan yang gagal, karena setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Dalam acara menandai bergabungnya kelompok autisme ke Posdaya Terpadu ini, Ciptono mendatangkan Wardattul Izza yang menampilkan kemampuannya membuat puisi dalam berbagai kesempatan. Hal yang sama ditampilkan Kharisma Rizki Perdana yang mampu menghafal berbagai tempat, kejadian dan sosok penting di dunia. Luar biasa! Perhatian pemerintah Sebagai mantan Menkokesra, Prof Haryono Suyono pernah mencoba mengembangkan undang-undang, peraturan presiden tentang autis, tetapi tidak berkelanjutan. “Karena biasanya, birokrat itu tidak punya anak autis. Perhatiannya formal saja terhadap anakanak berkebutuhan khusus. Justru orang tua yang punya anak seperti itu kita panggil ke depan supaya memberikan community pressure supaya memberi tekanan kepada pemerintah. Ini merupakan trigger agar pemerintah ikut bergerak,” ujarnya. Diakuinya, secara formal memang sudah ada undang-undang peraturan presiden, tetapi secara operasional belum. Ia juga berharap presiden akan datang peduli terhadap autis yang merupakan bagian dari disabilitas. Karena, anak disabilitas bukan cobaan orang tua tapi juga pemerintah. Yang diperlukan adalah perhatian, jangan anggap anak autis harus dipasung, tidak boleh disekolahkan, gila. Tapi anak yang betul-betul memerlukan kasih sayang dan fasilitas begitu rupa. Anak-anak autis dan disabilitas juga sudah seharusnya berada dalam lingkungan keluarga. Mereka dilatih dalam kelompok-kelompok kesenian seperti yang diajarkan Bu Lies. “Masih ada kehangatan dalam keluarga, itu yang didambakan mereka,” ujar Bu Lies menanggapi pernyataan Prof Haryono Suyono yang menginginkan anak-anak autis tetap berada dalam keluarga. Meskipun pada umumnya banyak keluarga yang menolak menerima kehadiran anak autis, terbukti mereka pun bisa dipekerjakan, seperti bisa memproduksi batik dan sebagainya. “Anakanak autis itu hanya ingin dianggap, dihargai dan diberi kesempatan seperti anak biasa.” Ruang Inklusi kurang peminat Menurut Rosana, Terapis di Sekolah Dasar, jumlah keseluruhan anak autis di sekolah ada sekitar sepuluh persen. Contohnya di SD Negeri 05 Lebak Bulus, dari 400 siswanya ada
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Bu Lies yang telah mengabdi kepada anakanak penderita autis.
30 – 40 anak autis yang ditempatkan di ruang inklusi. Tetapi orangtua tidak mau menaruh anak mereka ke ruang inklusi. Karena merasa anaknya terbelakang punya perbedaan sangat jauh dengan anak-anak normal lainnya. “Sebetulnya kita tidak boleh membedakan. Anak autis itu Unik. Anak autis sangat cerrdas. Dan dia bukan cacat hanya gangguan keterlambatan. Umur 10 tahun misalnya harus bisa bicara . Ada gangguan komplek, bicara, emosi, motorik, kadang dia tidak perlu pegang pinsil. Secara medis, sampai sekarang belum diketahui penyebabnya,” jelas Rosana yang terjun lansung di sekolah dan menyaksikan bahwa anak autis hanya mau di dunianya sendiri, tidak mau berteman bahkan barang teman kadang dibanting sehingga tidak memiliki teman. “Anak autis umpama benteng. Dia tidak bisa keluar dan kita tidak bisa masuk di dalamnya,” ujar Bu Lies menambahkan. Pengalaman ini juga dirasakan Lily Hidayati yang memiliki anak autis. “Anak saya yang autis, di SLB saja tidak diterima. Jadi SLB bukan pilihan terakhir. Ini yang melatarbelakangi saya membuat lembaga. Faktanya, karena mereka bukan anak cacat. Kalau SLB saja pilihan terakhir harus di bawa kemana?” Sebagai orang tua yang membesarkan anaknya di Pacitan, Jawa Timur, diakuinya akses ke luar kota demikan jauhnya. Sehingga ia mencoba mendekati pihak-pihak terkait, mulai dari dinas perlindungan anak, dinas kesehatan hingga bupati untuk memperkenalkan lembaga yang didirikannya yaitu Lembaga Talita. RW Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
63
DNIKS
Pramuka Peduli Karya Bakti Lebaran 1435 H
Serukan Mudik Lebaran Cinta Indonesia Hari Raya Idul Fitri 1435 H baru saja dirayakan seluruh umat muslim di dunia. Namun di Indonesia ada yang menarik, setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri selalu melakukan tradisi tahunan yaitu mudik ke kampung halaman. Bahkan mudik lebaran tahun ini sangat spesial, karena bersamaan dengan usainya pelaksanaan pemilihan serta penetapan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia periode 2014-2019. Kemerosotan persaudaraan yang terjadi selama masa kampanye, tradisi mudik lebaran dan Idul Fitri 1435 H menjadi momen berharga mengembalikan persaudaran, persatuan dan kebersamaan. Kondisi inilah yang menarik perhatian para anggota Gerakan Pramuka dengan menggelar acara Pencanangan Aksi Pramuka Peduli Karya Bakti Lebaran 1435 H pada Kamis sore 24 Juli 2014 lalu. Mereka pun menyerukan Mudik Lebaran Cinta Indonesia.
Para pimpinan dari Kwarnas, DNIKS, RRI, Dompet Dhuafa, Hipprada, Kemensos RI dan sejumlah pejabat serta tokoh nasional lainnya saat mengikuti upacara Pencanangan Aksi Pramuka Peduli Karya Bakti Lebaran 1435 H . [FOTO-FOTO: ADE S]
64
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka bersama Kementerian Sosial RI, Radio Republik Indonesia (RRI), Dompet Dhuafa, Ikatan Relawan Sosial Indonesia (IRSI), Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Himpunan Pramuka dan Pandu Wreda (Hipprada) dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Ketua Kwarnas Dr H Adhyaksa Dault, SH, MSi, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono serta sejumlah pejabat penting dan tokoh nasional lainnya menghadiri langsung acara yang mengangkat tema “Pramuka Peduli terhadap Permasalahan Masyarakat” ini. Tak heran, bila acara yang berlangsung di halaman Pintu
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
Khusus Timur Stasiun Kereta Api Gambir, Jl Medan Merdeka Timur, Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat ini tampak penuh khidmat dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Yayasan Damandiri mengungkapkan rasa kagum dan terkesan atas terlaksanakanya kegiatan ini. “Deklarasi Pencanangan Aksi Pramuka Peduli Karya Bakti Lebaran 1435 H yang dicetuskan bersama Kwarnas Gerakan Pramuka, RRI, Dompet Dhuafa, IRSI, DNIKS, Hipprada, Yayasan Damandiri dan Yayasan Budha Tzu Chi serta lembaga sosial lainnya ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap masyarakat Indonesia terutama para pemudik lebaran 2014,” ungkap Ketua Umum Hipprada
ini di sela acara kegiatan. Menurutnya, kegiatan mudik lebaran tahun ini memang lain dari biasanya. Hal ini bersamaan dengan usainya pelaksanaan pemilihan dan penetapan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia 2014-2019. Perpecahan, kemerosotan persaudaraan dan retaknya persatuan antara sesama anak bangsa selama masa kampanye terasa sangat kentara. “Kegiatan mudik lebaran dan Hari Raya Idul Fitri 1435 H menjadi momen berharga untuk mengembalikan persaudaraan, persatuan, kekeluargaan dan kebersamaan antar sesama anak bangsa. Oleh karena itu, kami mencetuskan slogan Mudik Lebaran Cinta Indonesia untuk kegiatan mudik lebaran 2014 ini,” tutur Prof Haryono seraya berharap rakyat Indonesia kembali bersatu dalam nuansa kekeluargaan dan persaudaraan. Hadir pada acara ini Ketua IRSI yang juga Dewan Pembina Dompet Dhuafa Dr Parni Hadi, Dirut RRI Rosalita Niken Widiastuti, Wakil Ka Kwarnas Gerakan Pramuka Bidang Pengabdian Masyarakat dan Siaga Bencana Brigjen TNI M Herindra, Dirjen PAUDNI Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Sekjen DNIKS Dr Rohadi Haryanto, MSc, Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Kemiskinan Kemensos RI Drs Hartono Laras, para Penegak dan Pandega anggota Pramuka se-Jabodetabek serta undangan lainnya.
Ka Kwarnas Dr H Adhyaksa Dault, SH, MSi, bersama Prof Dr Haryono Suyono dan Dirut RRI Rosalita Niken Widiastuti memukul gong peresmian acara.
giatan ini. “Sungguh luar biasa pengabdian Pramuka Penegak dan Pandega di tengah rekan seusianya sedang sibuk-sibuk mempersiapkan diri menyambut hari kemenangan, yaitu Hari Raya Idul Fitri 1435,” kata Ka Kwarnas, saat membuka acara pencanangan kegiatan yang bertajuk Karya Bakti Lebaran 2014 di Stasiun KA Gambir, Jakarta. Menurut Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) ini, Idul Fitri yang melahirkan tradisi mudik sarat dengan makna simbolis, telah menandai lahirnya tata nilai kehidupan baru. Apa pun akan diupayakan agar dapat pulang ke kampung untuk berlebaran, termasuk menjalani derita perjalanan mudik.
Prof Haryono disaksikan Dr H Adhyaksa Dault, SH, MSi, Dr Parni Hadi (kedua dari kiri) dan Brigjen TNI M Herindra (kiri) saat memberi ucapan selamat kepada salah seorang anggota Pramuka yang akan melaksanakan tugas Pramuka Peduli.
Pengabdian Pramuka Kegiatan mudik lebaran dan perayaan Hari Raya Idul Fitri kerap menjadi perhatian para anggota Pramuka. Ribuan anggota Gerakan Pramuka di berbagai pelosok tanah air dikerahkan dalam membantu arus mudik lebaran. Mereka ini tersebar diberbagai daerah yang menjadi pusat perhatian pemudik menuju kampung halamannya. Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Dr H Adhyaksa Dault, SH, MSi, memimpin langsung keGemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
65
Ketua DNIKS Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan bingkisan lebaran kepada para petugas kebersihan stasiun, anak yatim piatu dan kaum dhuafa. [FOTO: ADE S]
66
“Di sinilah anggota Gerakan Pramuka bisa masuk mengambil peran penting untuk meringankan derita perjalanan pemudik baik saat di terminal, stasiun, pelabuhan, dan bandara hingga dalam perjalanannya,” cetusnya. Dijelaskannya, Karya Bakti Lebaran tahun 2014 yang melibatkan ribuan anggota Gerakan Pramuka Penegak dan Pandega ini tersebar diberbagai tempat, yaitu terminal Bus, stasiun, bandara, sepanjang jalan Pantura dan jalur tengah Pulau Jawa, serta ditempat-tempat konsentrasi massa untuk mudik diseluruh wilayah Indonesia. “Pencanangan Aksi Pramuka Peduli Karya Bakti Lebaran 1435 H ini sebagai bentuk kepedulian Pramuka untuk membantuk petugas dalam membantu kelancaran para pemudik agar dalam perjalanannya memperoleh kenyamanan. Selain itu, membantu memberi penyadaran kepada masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan, keamanan dan ketertiban selama dalam perjalanan,” ujar Kak Adhyaksa. “Pramuka yang selalu mendarma-baktikan bagi kehidupan yang lebih baik sangatlah menyadari bahwa tidaklah mungkin dapat mengatasinya sendiri. Oleh karena itu, sesuai dengan karakteristik pendidikan kepramukaan, maka semua aktifitas yang dilakukannya
Gemari Edisi 163/Tahun XV/Agustus 2014
mengandung unsur edukatif”, tegas Kak Adhyaksa. Hal senada juga disampaikan Wakil Ka Kwarnas Gerakan Pramuka Bidang Pengabdian Masyarakat dan Siaga Bencana, Brigjen TNI M Herindra yang mengatakan dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri 1435 H, jajaran kwartir Gerakan Pramuka seluruh Indonesia mengerahkan anggota Gerakan Pramuka khususnya Pramuka Penegak dan Pandega untuk melaksanakan kegiatan aksi Pramuka Peduli Lebaran. “Kegiatan ini dimulai pada H-7 sampai dengan H+7 Idul Fitri 1435 H,” jelasnya. Menurut Wadanjen Kopassus ini tujuannya adalah mendidik dan menumbuhkembangkan sikap kepedulian Gerakan Pramuka terhadap masyarakat, ikutserta dalam kegiatan membangun masyarakat serta berpartisipasi membantu program pemerintah pada kegiatan Karya Bakti Lebaran khususnya membantu petugas dan masyarakat yang melaksanakan mudik lebaran. Herindra menyebutkan bahwa kegiatan Aksi Pramuka Peduli Lebaran atau Karya Bakti Lebaran Tahun 2014 ini sekaligus sebagai rangkaian kegiatan peringatan Hari Pramuka ke-53 Tahun 2014 yang acara puncaknya diperingati pada tanggal 14 Agustu 2014. Acara rutin yang dilakukan Gerakan Pramuka sejak tahun 1984 ini makin berkesan. Ka Kwarnas Gerakan Pramuka Dr H Adhyaksa Dault, SH, MSi, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono serta sejumlah pejabat penting dan tokoh nasional lainnya memberi bantuan bingkisan lebaran untuk petugas kebersihan stasiun, anak yatim piatu dan kaum dhuafa. Selamat Idul Fitri 1435 H! ADE S