1
MENGAJAR DAN BELAJAR EFEKTIF Studi Ilmiah dari Berbagai sumber Penyusun: Edy Suparto, SE.M.Pd∗
I.
Pembelajaran yang Efektif(EffectiveTeaching) Mengajar (teaching) dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar
bagaimana
belajar.
Pembelajaran
(learning)
adalah
upaya
untuk
membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan
strategi
atau
metode
untuk
mencapai
hasil
pembelajaran yang diinginkan. Mengajar dan pembelajaran yang efektif tidak akan pernah mencapai tujuan, jika pengajar dan pembelajar tidak mengindahkan strategi atau metode pembelajaran yang tepat. Proses pembelajaran harus diatur sedemikian rupa sehingga akan diperoleh dampak pembelajaran secara langsung sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun
bagaimana
proses
pembelajaran
yang
efektif
mampu
memberikan
pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan strategi atau metode didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada “Bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada “Apa yang dipelajari siswa”. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah
bagaimana
cara
mengorganisasi
pembelajaran,
bagiamana
cara
menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumbersumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung
2
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (kognitif) dengan menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal. II. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pengajaran (instructional planning) menurut Santrock (2008) adalah
pengembangan
strategi
yang
sistematis
dan
terorganisasi
untuk
merencanakan pelajaran. Para guru harus memutuskan materi dan cara pengajaran sebelum mereka melakukannya. Meskipun beberapa momen pengajaran yang bagus muncul secara spontan, namun pelajaran masih harus direncanakan dengan seksama. Perencanaan merupakan aspek yang sangat penting untuk menjadi seorang guru yang kompeten. Seorang pengawas harus memastikan bahwa guru mengikuti rencana ajar sehingga rencana ajar tersebut menumbuhkan rasa percaya diri, membimbing dalam mencakup sebagian besar topik penting dan mencegah guru menghamburkan waktu kelas yang berharga. Harapan terhadap perencanaan guru telah meningkat bersamaan dengan standar pembelajaran yang menetapkan apa yang perlu diketahui dan bisa dilakukan oleh siswa-siswa. (Darling-Hammond dkk, 2005 dalam Santrock 2008). Ketika standar-standar diberlakukan, guru harus bisa mencari cara untuk merencanakan dan mengatur kurikulum mereka seputar dimensi terpenting yang diimplementasikan oleh
3
standar-standar tersebut serta menciptakan rangkaian dan kumpulan aktivitas pembelajaran untuk siswa-siswa tertentu yang mereka bina. Pengembangan rencana waktu yang sistematis melibatkan pengetahuan akan apa yang harus dilakukan dan kapan harus melakukannya, atau penekanan ada pada “tugas” dan “waktu”. Berikut adalah sebuah rencana waktu dan tugas yang terdiri dari enam bagian yang bermanfaat, menurut Douglass & Douglass (1993) dalam Santrock (2008): 1. Menentukan tujuan pengajaran (Apakah harapan prestasi saya?) 2. Merencanakan aktivitas (Apa yang harus saya lakukan untuk mencapai tujuan?) 3. Menentukan prioritas (Tugas mana yang lebih penting?) 4. Menentukan perkiraan waktu (Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas?) 5. Membuat jadwal (Kapankan kita akan melakukan setiap aktivitas?) 6. Bersikap fleksible (Bagaimana saya menangani kejadian tak terduga?)
Menurut Anita Woolfolk (2008), perencanaan sebagai langkah pertama dalam pembelajaran yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal antara lain: 1. Perencanaan mempengaruhi apa yang akan dipelajari oleh siswa. Hal ini dikarenakan perencanaan mentransformasikan waktu dan materi kurikulum yang tersedia menjadi kegiatan-kegiatan, pekerjaan-pekerjaan, dan tugas-tugas untuk siswa. Perencanaan yang dilakukan pada awal tahun ajaran sangat penting, karena banyak rutinitas dan pola, misalnya alokasi waktu, ditetapkan sejak awal. Jadi, sedikit perencanaan berlaku sepanjang waktu dalam kaitannya dengan apa yang akan diajarkan dan apa yang akan dipelajari. 2. Guru terlibat dalam perencanaan dalam tingkatan tahun, terms, unit, minggu, hari. Semua tingkatan perencanaan harus dikoordinasikan. Melaksanakan rencana membutuhkan pembagian pekerjaan menjadi terms, terms menjadi units, dan units menjadi minggu dan hari. Jika dalam tingkatan tersebut dapat terkoordinasikan maka akan semakin mudah pula dalam memasukkan standar-standar kurikulum dalam perencanaan tersebut.
4
3. Perencanaan harus memungkinkan fleksibilitas. Untuk merencanakan dengan kreatif dan fleksibel, guru perlu memiliki pengetahuan tentang siswa, minat mereka, dan kemampuan mereka; subjeksubjek yang diajarkan; cara-cara alternatif untuk mengajar dan mengakses pemahaman; bagaimana menerapkan dan mengadaptasikan materi dan teks; dan bagaimana mempersatukan semua pengetahuan ini menjadi kegiatankegiatan yang bermakna. 4. Tidak ada model tunggal untuk perencanaan yang efektif. Dalam perencanaan dapat pula dikatakan bahwa “One size does not fit all”, yakni tidak ada satu model yang cocok untuk segala kebutuhan. Perencanaan merupakan proses problem solving kreatif bagi para guru, terutama dalam menyelesaikan banyak pelajaran dan mengajarkan segmen-segmen pelajaran secara efektif.
A. Tujuan Pembelajaran Norman Gronlund (2004) mendefinisikan instructional objectives (tujuan instruksional atau tujuan pengajaran) sebagai
hasil
belajar
yang
dimaksudkan. Objectives adalah performa/kinerja yang diharapkan untuk didemonstrasikan anak setelah pengajaran untuk menunjukkan bahwa mereka telah mempelajari apa yang diharapkan untuk mereka pelajari. Tujuan pembelajaran menurut pandangan Behavioral difokuskan pada perubahanperubahan yang dapat diobservasi dan dapat diukur pada diri pembelajar (list, define, add, calculate). Tujuan pembelajaran menurut pandangan Kognitif, menekankan pada berfikir dan pemahaman (understand, recognize, create, apply). Beberapa tujuan pengajaran menurut para ahli: 1. Mager: Mulai dengan yang Spesifik Mendeskripsikan
sesuatu
yang
akan
dilakukan
siswa
saat
mendemonstrasikan prestasinya. Tujuan yang baik memiliki 3 bagian: ♦
Mendeskripsikan perilaku siswa yang dimaksudkan.
♦ Kondisi yang menunjukkan kondisi bahwa perilaku itu akan terjadi. ♦ Kriteria untuk performa. 2. Gronlund: Mulai dengan yang Umum Tujuan seharusnya mula-mula dinyatakan dalam bentuk umum setelah itu guru mengklarifikasi dengan menyebutkan beberapa contoh perilaku.
5
B. Rencana yang Fleksibel dan Kreatif Menurut Taksonomi Bloom Benjamin
Bloom
mengembangkan
taksonomi-taksonomi
yang
mengkategorisasikan tujuan-tujuan menjadi 3 ranah yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam kehidupan nyata, perilaku dari ranah-ranah ini tentunya terjadi secara simultan. Taksonomi Bloom telah digunakan oleh banyak guru dalam perencanaan pembelajaran untuk menciptakan tujuan dan sasaran. .
1. Ranah Kognitif Taksonomi kognitif Bloom mempunyai enam tujuan: a. Knowlegde (pengetahuan) Siswa mempunyai kemampuan untuk mengingat informasi. b. Comprehension (pemahaman) Siswa memahami informasi dan bisa menjelaskan dalam kata-kata mereka sendiri. c. Application (aplikasi/penerapan) Siswa menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata. d. Analysis (analis) Siswa memecahkan informasi yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menghubungkan satu informasi dengan informasi yang lain. e. Synthesis (sintesis) Siswa mengombinasikanelemen-elemen dan menciptakan informasi baru. f.
Evaluation (evaluasi) Siswa membuat penilaian dan keputusan yang bagus.
Keenam tujuan kognitif tersebut tersusun secara hirarki dari tingkat rendah (pengetahuan dan pemahaman) sampai tingkat yang lebih tinggi (aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi), dengan tujuan pada tingkat yang lebih rendah sebagai dasar dari tujuan yang lebih tinggi. Tujuan kognitif Bloom ini juga digunakan ketika merencanakan asesmen. Soal-soal benar/salah, menjodohkan, dan jawaban singkat sering digunakan untuk menilai pengetahuan dan pemahaman. Pertanyaan esai, diskusi kelas, proyek, dan portofolio sangatlah baik untuk menilai aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
6
2. Ranah Afektif Taksonomi afektif terdiri dari lima tujuan yang berhubungan dengan respons emosional terhadap tugas: a. Receiving (menerima) Siswa menyadari atau memperhatikan sesuatu dalam lingkungan. b. Responding (merespon) Siswa menjadi termotivasi untuk belajar dan memperlihatkan perilaku baru sebagai hasil pengalaman. c. Valuing (menghargai) Siswa menjadi lebih terlibat dan berkomitmen dalam beberapa memiliki pengalaman. d. Organization (mengorganisasi) Siswa mengintegrasikan nilai baru ke dalam serangkaian nilai yang sudah ada dan memberinya prioritas yang sesuai. e. Characterization by value (karakterisasi berdasarkan nilai) Siswa bertindak dengan sesuai dengan nilai dan berkomitmen dengan nilai baru itu.
3. Ranah Psikomotor Tujuan psikomotor Bloom meliputi hal-hal berikut: ♦ Gerakan refleks Siswa merespons dengan tidak sengaja dan tanpa pemikiran yang sadar untuk sebuah stimulus. ♦ Fundamental dasar Siswa melakukan gerakan dasar yang disengaja dan dilakukan untuk tujuan tertentu. ♦ Kemampuan perseptual Siswa menggunakan indera mereka, seperti melihat, mendengar, atau menyentuh untuk memadu usaha keterampilan mereka. ♦ Kemampuan fisik Siswa mengembangkan keterampilan umum daya tahan, kekuatan, fleksibilitas, dan ketangkasan. ♦ Gerakan yang terampil Siswa melakukan keterampilan fisik yang kompleks dan membutuhkan kecakapan.
7
♦ Perilaku nonverbal (tidak dinyatakan melalui diskusi). Siswa mengomunikasikan perasaan dan emosi melalui tindakan tubuh.
Teori yang menyempurnakan Bloom oleh Anderson dan Krathwohl (2001): 1. Faktual: elemen dasar yang harus diketahui siswa. 2. Konseptual: hubungan timbal balik antara elemen dasar di dalam struktur yang lebih besar. 3. Prosedural: cara melakukan sesuatu. 4. Metakognitif: pengetahuan kognisi dan kesadaran.
Menurut Terry TenBrink (2006) dalam Woolfolk (2008) tujuan pembelajaran seharusnya: 1. Berorientasi – siswa. 2. Deskriptif tentang hasil belajar yang tepat. 3. Jelas dan dapat dipahami. 4. Dapat diobservasi.
III.
Pembelajaran Berpusat pada Guru (Teacher-Directed Instruction) Strategi pengajaran berpusat pada guru merupakan salah satu pengajaran secara langsung. Pengajaran secara langsung (direct instruction) merupakan sebuah pendekatan terstruktur dan berpusat pada guru yang digolongkan berdasarkan arahan dan pengendalian guru, harapan guru yang tinggi untuk kemajuan para siswa, waktu maksimum yang dihabiskan oleh para siswa untuk menyelesaikan tugas akademis, dan upaya-upaya dari guru untuk meminimalisasi dampak negatif. Strategi pengajaran berpusat pada guru meliputi: 1. Orientasi Sebelum menyampaikan dan menjelaskan materi baru, bentuklah sebuah kerangka kerja untuk pelajaran dan arahkanlah siswa-siswa untuk meteri baru. 2. Peninjauan topik (advance organizers) Adalah aktivitas dan teknik pengajaran yang membentuk kerangka kerja serta mengorientasikan siswa-siswa pada materi sebelum materi disampaikan. Peninjauan topic memiliki dua bentuk, yakni: • Expository advance organizer
8
Memberi siswa-siswa pengetahuan baru yang akan mengorientasikan mereka untuk pelajaran yang akan datang. • Comparative advance organizer Memperkenalkan materi baru dengan menghubungkannya dengan apa yang telah diketahui siswa-siswa.
IV.
Pelajaran Berpusat pada Siswa(Student Centered Learnng) Pengajaran berpusat pada siswa mengalihkan fokus dari guru menuju siswa (Silberman 2006 dalam Santrock 2008). Klasifikasi prinsip-prinsip yang berpusat pada siswa: A. Faktor Kognitif dan Metakognitif 1. Sifat dari proses belajar, proses yang direncanakan untuk mengkonstruksi makna. 2. Tujuan dari proses belajar, dukungan, bimbingan sehingga proses belajar menghasilka pengetahuan yang koheren. 3. Pembentukan pengetahuan, siswa yang berhasil bisa menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada. 4. Pemikiran strategis, dapat menggunakan seleksi pemikiran. 5. Berfikir tentang berfikir, memantau operasi mental memfasilitasi pemikiran yang kritis. 6. Konteks pembelajaran, pembelajaran dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
B. Faktor Afektif dan Motivasional 1. Pengaruh motivasional dan emosional terhadap pembelajaran. Apa dan seberapa banyak yang dipelajari dipengaruhi oleh motivasi siswa. 2. Motivasi intrinsic (motivasi dalam diri sendiri). 3. Pengaruh motivasi pada upaya belajar
C. Faktor Perkembang dan Sosial 1. Pengaruh perkembangan terhadap pembelajaran. Pembelajaran akan menjadi efektif
ketika faktor fisik, intelektual dan
emosional dipertimbangkan. 2. Pengaruh sosial terhadap pembelajaran. Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial, hubungan interpersonal dan komunikasi dengan orang lain.
9
D. Perbedaan Individual 1.
Perbedaan individual dalam pembelajaran, perbedaan dalam strategi, kemampuan yang merupakan fungsi dari pengalaman dan keturunan sebelumnya.
2.
Pembelajaran dan keberagaman, pembelajaran sangat efektif ketika perbedaan
dalam
latar
belakang
social,
budaya
dan
linguistic
diperhitungkan. 3.
Standard dan penilaian, menentukan standar yang tinggi dan menantang serta mengukur siswa dan kemajuan belajar.
V. STRATEGI PEMBELAJARAN Pemilihan strategi pembelajaran pada dasarnya merupakan salah satu hal penting yang harus dipahami oleh setiap guru mengingat proses pembelajaran haruslah merupakan proses komunikasi multi arah antara peserta didik, pendidik, dan lingkungan belajar.Beberapa pendekatan dalam strategi pembelajaran yakni: 1. Teacher Center Learning atau strategi belajar-mengajar berpusat pada guru (TCL) 2. Student Center Learning atau strategi belajar-mengajar berpusat pada siswa (SCL) Ketika
strategi
pembelajaran
telah
dipilih,
selanjutnya
diperlukan
seperangkat metode pembelajaran untuk melaksanakannya. Dan untuk itu diperlukan seperangkat
metode pembelajaran sehingga seluruh rangkaian
kegiatan mengajar-belajar dapat dipahami dengan lebih efektif dan efisien. A. Teacher Center Learning (TCL) Pendekatan ini bertolak dari persepsi guru sebagai penyampai informasi kepada peserta didik, maka tekanan pada strategi pembelajaran ini terletak pada guru itu sendiri, ia berlaku sebagai sumber informasi dan mempunyai posisi sangat dominan. Beberapa metode pembelajaran yang berpusat pada guru, antara lain: 1. Metode Ceramah, Penjelasan, dan Demonstrasi Ceramah, penjelasan, dan demonstrasi adalah aktivtas guru yang biasa digunakan dalam pendekatan pengajaran secara langsung. Beberapa tujuan yang bisa dicapai dalam sebuah ceramah menurut Henson (1998):
Menyampaikan informasi dan memotivasi minat para siswa dalam satu mata pelajaran.
10
Memperkenalkan topik sebelum siswa membacanya sendiri atau memberikan instruksi tentang cara mengerjakan sebuah tugas.
Meringkaas atau mensintesis informasi setelah sebuah diskusi atau penyelidikan.
Memberikan sudut pandang alternative atau mengklarifikasi isu-isu dalam persiapan untuk diskusi.
Menjelaskan materi yang sulit dipelajari sendiri oleh para siswa.
2. Metode Tanya Jawab dan Diskusi Hal yang penting dalam metode ini adalah mengintegrasikan pertanyaan dan diskusi dalam pengajaran yang berpusat pada guru. Guru seharusnya merespon terhadap kebutuhan belajar setiap siswa serta mempertahankan minat dan perhatian kelompok. Selain itu penting untuk mendistribusikan partisipasi
secara
luas
serta
mempertahankan
antusiasme
dari
sukarelawan yang bersemangat. 3. Metode Mastery Learning Melibatkan pembelajaran satu konsep atau topik secara menyeluruh sebelum beralih ke konsep atau topic yang lebih sulit. Pendekatan mastery learning yang berhasil melibatkan prosedur-prosedur berikut (Bloom, 1971; Carrol, 1963 dalam Santrock 2008):
Menetapkan tugas pembelajaran atau pelajaran.
Memecah pelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang selaras dengan tujuan pengajaran.
Merencanakan prosedur pengajaran untuk mencakup umpan balik korektif untuk siswa.
Memberikan tes akhir unit atau akhir pelajaran yang mengevaluasi apakah siswa telah menguasai semua materi pada tingkat yang bisa diterima.
4. Metode Seatwork Merujuk pada praktek meminta semua atau mayoritas siswa untuk bekerja secara mandiri di tempat duduk mereka. 5. Metode Pekerjaan Rumah Pekerjaan Rumah (PR) seharusnya merupakan kesempatan bagi siswa untuk terlibat dalam aktivitas yang kreatif dan eksploratif. Tugas PR seharusnya dihubungkan dengan aktivitas kelas pada hari berikutnya untuk menekankan kepada siswa bahwa PR memiliki arti dan tidak hanya sekedar rencana untuk membuat mereka sengsara. PR juga harus
11
mempunyai fokus, contohnya jangan meminta siswa untuk menulis tema yang terbuka dari sebuah novel yang sedang dibaca di kelas, lebih baik meminta mereka untuk memilih satu karakter dan menjelaskan mengapa ia berperilaku dalam cara tertentu.
B. Student Center Learning (SCL) Pendekatan ini bertolak dari persepsi mengajar sebagai usaha menciptakan suasana belajar bagi peserta didik secara optimal, sehingga penekanan yang menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran ini adalah peserta didik (siswa).
Tujuan
membelajarkan
pesesrta
didik
berarti
meningkatkan
kemampuannya dalam memproses, menemukan, dan menggunakan informasi bagi pengembangan dirinya dalam konteks lingkungannya. Beberapa metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, antara lain: 1. Metode Problem Based Learning Menekankan pada penyelesaian masalah kehidupan nyata. Siswa mengidentifikasi masalah atau isu yang ingin mereka eksplorasi, kemudian menemukan materi atau sumber yang dibutuhkan untuk menyampaikan isu atau menyelesaikan masalah. Guru bertindak sebagai pembimbing, membantu siswa untuk memantau usaha penyelesaian masalah mereka sendiri. 2. Metode Pertanyaan Esensial Pertanyaan yang mencerminkan inti dari kurikulum, hal paling penting yang harus diekplorasi dan dipelajari siswa. Pertanyaan esensial walaupun membuat bingung para siswa tapi dapat membuat mereka berpikir dan memotivasi keingintahuan mereka. 3. Metode Discovery Learning Merupakan pembelajaran dimana siswa-siswa membuat pemahaman sendiri. Pendidik John Dewey (1933) dan psikolog kognitif Jerome Bruner (1966) memperkenalkan konsep discovery learning dengan mendorong guru untuk memberi siswa-siswa lebih banyak kesempatan untuk belajar sendiri. Discovery learning mendorong siswa untuk berpikir sendiri dan mengetahui bagaimana pengetahuan dibangun. Hal ini juga memperluas keingintahuan dan penyelidikan alamiah mereka.
12
Menggunakan salah satu strategi dan metode secara murni akan menimbulkan kesulitan, maka biasanya digunakan secara bervariasi atau kombinasi, sehingga dapat saling mengisi dan menunjang.
VI. Guru yang Efektif Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dan atau di ruang praktek/laboratorium. Sehubungan dengan tugas ini, guru hendaknya selalu memikirkan tentang bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut, diantaranya dengan membuat perencanaan pembelajaran dengan seksama dan menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat. Upaya ini tentu menuntut perubahan-perubahan dalam sikap dan karakter guru dalam mengelola
proses
pembelajaran
dengan
berusaha
menciptakan
kondisi
pembelajaran yang efektif. Menurut Anita Woolfolk (2008), karakteristik guru yang efektif dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu: 1. Pengetahuan Guru Guru yang tahu lebih banyak fakta tentang subyeknya belum tentu memiliki siswa yang belajar lebih banyak. Akan tetapi, guru yang tahu lebih banyak, mungkin membuat presentasi-presentasi yang lebih jelas dan lebih mudah menengarai kesulitan siswanya. Jadi, pengetahuan memang perlu, tetapi tidak cukup bagi pengajaran efektif karena pengetahuan yang lebih banyak membantu guru untuk lebih jelas dan lebih terorganisir dalam mengajar. 2. Kejelasan dan Organisasi Kejelasan adalah perilaku guru yang paling menjanjikan bagi penelitian masa depan tentang pengajaran efektif. Guru yang memberikan presentasi dan penjelasan yang jelas, cenderung memiliki siswa yang belajar lebih banyak dan memberikan penilaian yang positif terhadap guru mereka. 3. Kehangatan dan Antusiasm Kehangatan, keramahan, dan pemahaman tampaknya merupakan cirri sifat guru yang paling berhubungan dengan sifat siswa. Dengan kata lain, guru yang hangat dan ramah memiliki siswa yang menyukai mereka dan pelajarannya secara umum. Guru yang terlatih untuk mendemonstrasikan antusiasme, mereka memiliki siswa yang lebih atentif dan terlibat. Menurut Paul Eggen dan Don Kauchack (2012), karakteristik guru yang efektif saat mengajar memiliki strategi pengajaran utama, yaitu:
13
1. Perilaku dan Keyakinan Guru Memang, perilaku guru dan keyakinan guru, bukanlah keterampilan. Akan tetapi, perilaku dan keyakinan seorang guru sama pentingnya untuk mendorong pembelajaran siswa sebagaimana juga untuk menciptakan iklim ruang kelas positif atau menciptakan motivasi murid. Beberapa contoh perilaku dan keyakinan guru seperti modeling, energik dan antusias, menunjukkan rasa hormat/menghargai siswa sebagai bentuk kepedulian, ekspektasi tinggi atau berharap semua siswa berpartisipasi dan belajar, dan lain-lain. 2. Pengaturan Pentingnya organisasi atau pengaturan dalam kehidupan kita sehari-hari jelas masuk akal dan itu berlaku juga di dalam mengajar. Guru-guru yang teratur memiliki siswa yang belajar lebih banyak ketimbang guru-guru yang kurang teratur. Guru-guru efektif juga menggunakan lebih banyak waktu mereka untuk mengajar dibandingkan guru yang kurang efektif. Sifat-sifat pengaturan yang efektif dapat dilihat pada Tabel 6.1. Tabel 6.1 Sifat-sifat dari Pengaturan Efektif Sifat
Deskripsi
Mulai tepat waktu
Pelajaran dimulai langsung sesuai jadwal. Waktu pengajaran yang hilang karena kegiatan, seperti berganti giliran atau mengembalikan kertas, diminimalisir. Peragaan, bahan-bahan yang akan dipajang di overhead, kamera dokumen, atau presentasi Power Point disiapkan terlebih dahulu dan tersedia untuk langsung digunakan. Rutinitas menyerahkan kertas, meraut pensil, dan kegiatan-kegiatan rumahan lain sudah otomatis, sehingga tidak perlu alokasi waktu untuk menggambarkan kegiatan-kegiatan itu dan mengarahkan siswa untuk mengikutinya.
Bahan-bahan siap
Rutinitas yang sudah mapan
3. Komunikasi Ada empat aspek komunikasi efektif yang penting bagi pembelajaran: ♦ Bahasa yang pasti Bahasa yang pasti adalah komunikasi yang menghilangkan istilahistilah kabur (misalnya: mungkin, boleh jadi, bisa saja, dan biasanya) dari penjelasan dan jawaban terhadap pertanyaan siswa. Bahasa yang jernih akan membuahkan peningkatan prestasi.
14
♦ Wacana yang berkaitan Wacana yang berkaitan merujuk pada pengajaran yang tematis dan mengarah pada satu poin sehingga wacana ruang kelas menjadi terkait atau tidak acak. Agar efektif, guru harus menjagapelajaran-pelajaran yang berkembang tetap pada jalur dan meminimalkan waktu yang dihabiskan pada hal-hal yang tidak terkait dengan topik. ♦ Sinyal transisi Sinyal transisi adalah pernyataan lisan yang menunjukkan satu ide berakhir dan ide lain dimulai. Sinyal transisi mengingatkan mereka bahwa pelajaran mereka akan mengalami pergeseran konseptualberpindah
ke
topik
baru-
dan
memungkinkan
siswa
untuk
mempersiapkan mental. ♦ Penekanan Penekanan adalah petunjuk lisan dan vokal yang mengingatkan siswa akan informasi penting dalam suatu pelajaran. Sebagai contoh, guru dapat meninggikan suaranya sebagai bentuk penekanan vokal, tatkala mengatakan, “Camkan ide-ide ini dalam pikiran” atau “Dengar baik-baik sekarang” atau “Sekarang, ingatlah kalian semua, ini sangat penting” berarti bahwa guru sedang menggunakan penekanan verbal atau lisan. Mengulangi
suatu
poin
juga
merupakan
bentuk
penekanan.
Pengulangan terutama penting ketika merview aturan-aturan, prinsipprinsip, dan konsep-konsep abstrak.
4. Fokus Semua pembelajaran mulai dengan perhatian. Jadi, guru harus menarik dan mempertahankan perhatian siswa agar mereka dapat belajar sebanyak mungkin. Memberikan fokus, menggunakan objek konkret, gambar, model, bahan-bahan yang dipajang dalam kamera dokumen, atau bahkan informasi yang tertulis di papan tulis yang bisa digunakan untuk mempertahankan perhatian
selama
kegiatan
belajar.
Contoh-contoh
dan
representasi-
representasi lain dari materi adalah cara efektif untuk memberikan fokus. Membangun
pelajaran
berdasarkan
contoh-contoh
berkualitas
tinggi
memberikan informasi yang dibutuhkan siswa untuk membangun pengetahuan siswa dan membantu mempertahankan perhatian.
15
5. Umpan Balik Pentingnya umpan balik, informasi yang diterima murid tentang akurasi atau ketepatan respons-respons verbal dan karya tertulis mereka. Umpan balik memungkinkan murid mengadakan asesmen akurasi pengetahuan awal (prior knowledge), member informasi tentang validitas konstruksi pengetahuan mereka, dan membantu mereka mengembangkan pemahaman yang sudah ada. Umpan balik juga penting bagi motivasi karena memberi siswa informasi tentang kompetensi mereka yang kian meningkat dan membantu memenuhi kebutuhan mereka untuk memahami bagaimana mereka berkembang. ♦ Pujian Pujian merupakan bentuk paling umum dan fleksibel dari umpan balik guru. Memuji secara efektif jauh lebih kompleks dibandingkan kelihatannya. Misalnya, anak-anak kecil cenderung menerima pujian secara harfiah bahkan ketika pujian itu diberikan secara berlebihan. Sementara siswa yang lebih tua akan mengadakan asesmen validitas pujian dan keyakinan mereka tentang sejauh mana pujian mengomunikasikan kemampuan mereka. Anak-anak kecil senang diberikan pujian di depan umum, namun anak yang lebih besar sering bereaksi lebih baik jika pujian diberikan secara diam-diam dan terpisah. Pujian yang diberikan kepada anak-anak yang lebih besar harus mencerminkan prestasi sungguhan, diberikan dengan lugas dan sederhana menggunakan suara yang alami. ♦ Umpan balik tertulis Guru dapat memberikan umpan balik secara tertulis lewat catatan dan komentar-komentar mengenai karya siswa. Karena menulis komentar secara detail itu memakan waktu, umpan balik tertulis kerap singkat dan kabur serta hanya member sedikit informasi berguna. Sebagai contoh, untuk membantu siswa mengevaluasi jawaban-jawaban siswa terhadap soal esai, guru bisa menulis jawaban ideal, memajangnya, dan mendorong siswa membandingkan jawaban mereka dengan model itu.
6. Monitoring Monitoring adalah proses terus-menerus memeriksa perilaku verbal dan nonverbal siwa untuk mencari bukti-bukti adanya kemajuan pembelajaran. Jika guru secara cermat memonitor siswa, guru dapat langsung mendekati siswa atau
memanggil
siswa
saat
siswa
kurang
memperhatikan
sehingga
konsentrasi mereka kembali ke pelajaran. Guru juga perlu memperhatikan
16
perilaku-perilaku nonverbal, seperti wajah kebingungan siswa. Jadi, guru perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan, misalnya “Apakah kalian ingin Ibu/Bapak mengulangi perkataan Ibu/Bapak?” Guru yang kurang efektif tampaknya tidak mengamati wajah kebingungan atau kurangnya perhatian. Monitoring cermat diikuti dengan pertanyaan yang pas bisa berkontribusi ssignifikan pada iklim positif ruang kelas dan secara bersamaan dapat menunjukkan ekspektasi tinggi bagi perilaku dan pembelajaran.
7. Mengajukan Pertanyaan Mengajukan pertanyaan adalah alat yang paling luas diterapkan dan juga paling efektif untuk mendorong interaksi ini. Mengajukan pertanyaan secara cakap/ terampil sangatlah ampuh, karena dengan demikian guru dapat membantu siswa melihat hubungan antara ide-ide yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan ide-ide tersebut lewat contoh dunia nyata. Guru juga bisa mengajukan pertanyaan (questioning) untuk membantu mempertahankan perhatian, melibatkan siswa yang pemalu dan sungkan, memberikan penekanan lewat pengulangan, dan menilai pembelajaran siswa.
Pengajuan pertanyaan yang terampil juga harus melakukan beberapa hal sekaligus, seperti: ♦ Mengingat tujuan-tujuan pembelajaran ♦ Memonitor perilaku verbal dan nonverbal siswa ♦ Mempertahankan aliran dan pengembangan pelajaran ♦ Mempersiapkan pertanyaan berikutnya ♦ Memutuskan siapa yang harus dipanggil.
17
Sifat-sifat pengajuan pertanyaan yang efektif dapat dilihat pada Tabel 6.2. Tabel 6.2. Ciri-ciri Pengajuan Pertanyaan Efektif Sifat Frekuensi pengajuan pertanyaan Distribusi merata
Mendesak (prompting)
Waktu menunggu
Deskripsi Mengajukan banyak pertanyaan. Guru efektif membimbing pembelajaran siswa dengan pertanyaan. Memanggil semua siswa secara sama. Guru efektif memanggil siswa bermotivasi prestasi tinggi dan rendah, murid minoritas dan nonminoritas, laki-laki dan perempuan, dan siswa dengan dan atau tanpa kesulitan belajar semerata mungkin. Mendorong siswa memberikan respon terhadap pertanyaan. Guru efektif mengajukan pertanyaan yang membantu menggali kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan secara tepat. Memberikan waktu untuk menjawab. Guru efektif memberi siswa beberapa detik untuk memikirkan jawaban-jawaban mereka sebelum turun tangan atau memanggil siswa lain.
8. Review dan Penutup Review adalah sebuah ringkasan yang membantu siswa menghubungkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan apa yang akan terjadi dalam kegiatan belajar berikutnya. Review bisa terjadi kapan pun selama dalam pelajaran. Meskipun umumnya dilakukan pada awal dan akhir pelajaran. Review permulaan membantu siswa mengaktifkan pengetahuan sebelumnya yang dibutuhkan untuk memahami isi dari pelajaran terkini. Penutup adalah dalam bentuk review yang terjadi pada akhir pelajaran. Tujuan penutup adalah membantu siswa menata apa yang telah mereka pelajari menjadi satu ide bermakna yang akan mereka rekam dalam jangka panjang. Penutup menyatukan berbagai aspek berbeda dari topik dan menandakan akhir suatu pelajaran. ∗Penyusun merupakan Alumni Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta
18
ooOoo
DAFTAR PUSTAKA
Anita Woolfolk (2009). Educational Psychology .Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
John W. Santrock (2010). Educational Psychology. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Paul Eggen dan Don Kauchak (2012). Strategic and Models for Teachers: Teaching Content and Thinking Skills . Jakarta: PT Indeks.
Robert E. Slavin (2011). Educational Psychology . Jakarta: PT Indeks.